26
8 BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Keterampilan Gerak Dasar Menendang Bola a. Pengertian Gerak Dasar Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah diharapkan dapat berperan untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar bagi semua anak sejak usia dini sampai sekolah dasar. Gerak dasar dikenal juga sebagai motorik dasar. Pada dasarnya manusia mempunyai tiga gerak dasar dalam kehidupan sehari-hari yaitu gerak lokomotor, non lokomotor dan manipulatif. Gerak lokomotor biasanya dilakukan untuk memindahkan tubuh dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti berjalan, berlari dan melompat. Gerak non lokomotor biasanya digunakan untuk gerakan yang dilakukan di tempat seperti menekuk, mendorong, memutar dan menarik. Sedangkan gerak manipulatif biasanya digunakan untuk memindahkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti melempar, menendang, dan memukul. Namun secara umum gerak dasar disebut sebagai suatu keterampilan yang melibatkan kekuatan otot seperti lengan dan kaki yang digunakan untuk mencapai tujuan gerakan atau latihan yaitu melompat, berlari, melempar, menendang atau menjaga keseimbangan dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa pengertian gerak dasar menurut para ahli:

BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

8

BAB II

ACUAN TEORITIK

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Keterampilan Gerak Dasar Menendang Bola

a. Pengertian Gerak Dasar

Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah diharapkan dapat

berperan untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar bagi semua anak

sejak usia dini sampai sekolah dasar. Gerak dasar dikenal juga sebagai

motorik dasar. Pada dasarnya manusia mempunyai tiga gerak dasar dalam

kehidupan sehari-hari yaitu gerak lokomotor, non lokomotor dan manipulatif.

Gerak lokomotor biasanya dilakukan untuk memindahkan tubuh dari suatu

tempat ke tempat yang lain seperti berjalan, berlari dan melompat. Gerak non

lokomotor biasanya digunakan untuk gerakan yang dilakukan di tempat

seperti menekuk, mendorong, memutar dan menarik. Sedangkan gerak

manipulatif biasanya digunakan untuk memindahkan suatu objek dari suatu

tempat ke tempat yang lain seperti melempar, menendang, dan memukul.

Namun secara umum gerak dasar disebut sebagai suatu keterampilan yang

melibatkan kekuatan otot seperti lengan dan kaki yang digunakan untuk

mencapai tujuan gerakan atau latihan yaitu melompat, berlari, melempar,

menendang atau menjaga keseimbangan dan sebagainya. Berikut ini adalah

beberapa pengertian gerak dasar menurut para ahli:

Page 2: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

9

Bakhtiar mengemukakan bahwa gerak dasar merupakan dasar untuk

mempelajari dan mengembangkan berbagai keterampilan teknik dalam

berolahraga dan aktifitas fisik seumur hidup.1 Dengan demikian, jika

kompetensi gerak dasar anak tidak dikembangkan, maka anak didik tidak

akan berhasil menggunakan berbagai keterampilan olahraga dan permainan

pada masa kanak-kanak dan remaja mereka. Selanjutnya Clark dalam

Bakhtiar berpendapat bahwa:

Keterampilan gerak dasar sebagai pola pokok koordinasi yang kemudian mendasari kemahiran gerakan. Keterampilan gerak dasar didefinisikan sabagai keterampilan gerak yang melibatkan keterampilan otot besar, kekuatan otot tubuh, lengan dan kaki, yang digunakan untuk mencapai sebuah latihan atau tujuan gerakan seperti melempar bola kepada teman atau meloncat melewati sebuah genangan air.2

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

keterampilan gerak dasar adalah keterampilan yang melibatkan otot besar

seperti otot lengan dan kaki dengan koordinasi yang baik untuk membentuk

kemahiran dari gerakan dasar manusia dalam mencapai tujuan gerakan atau

latihan. Tujuan gerakan dan latihan tersebut akan menggambarkan tingkat

penguasaan keterampilan dalam mengunakan koordinasi mata-tangan dan

mata-kaki, keseimbangan serta persepsi visual dalam melempar, berlari,

melompat, memukul atau menendang. Berdasarkan pendapat di atas

terdapat dua bagian penting dalam hakikat keterampilan gerak dasar yaitu

1 Syahrial Bakhtiar, Merancang Pembelajaran Gerak Dasar Anak. (Padang: UNP PRESS. 2015) hal. 8 2 Ibid., hal. 13

Page 3: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

10

mempelajari berbagai keterampilan dan mempelajari konsep tentang gerak.

Dengan demikian keterampilan gerak dasar tidak hanya terbatas pada

peningkatan seluruh potensi fisik dan motoriknya tetapi juga sikap, moral

serta intelektualnya. Keterampilan gerak dasar dalam pembelajaran

meletakan landasan karakter moral melalui nilai-nilai yang terkandung dalam

pendidikan jasmani untuk mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin,

tanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis.

b. Keterampilan Gerak Dasar Menendang Bola

Keterampilan gerak dasar menendang bola merupakan salah satu

teknik dalam cabang olahraga sepak bola dan futsal. Keterampilan

menendang bola juga merupakan salah satu gerakan manipulatif. Artinya

bahwa gerakan tersebut dilakukan untuk memindahkan suatu objek atau

benda dari suatu tempat ke tempat yang lain. Keterampilan gerak dasar

menendang bola ini merupakan keterampilan yang sangat penting bagi

perkembangan keterampilan-keterampilan lain yang lebih kompleks dalam

menendang bola.

Salah satu gerakan yang paling dominan dalam permainan sepak bola

adalah menendang bola. Juari menjelaskan bahwa menendang bola dapat

dilakukan dengan beberapa cara yaitu menendang dengan kaki bagian

Page 4: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

11

dalam, kaki bagian luar dan punggung kaki.3 Hal yang sama juga dijelaskan

oleh Mulyaningsih bahwa menendang bola dapat dilakukan dengan tiga cara

yaitu menendang dengan kaki bagian dalam, menendang dengan kaki bagian

luar dan menendang menggunakan kura-kura kaki atau punggung kaki.4

Menendang menggunakan kaki bagian luar pada umumnya digunakan

untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Secara sederhana, Juari

menjelaskan bahwa menendang menggunakan kaki bagian luar, dilakukan

dengan cara meletakan kaki tumpu disamping bola dan lutut agak ditekuk

kemudian lutut kaki yang digunakan untuk menendang juga ditekuk lalu bola

ditendang tepat di bagian tengah dengan punggung kaki bagian luar.5

Untuk lebih memahami keterampilan gerak dasar menendang bola

menggunakan kaki bagian luar, maka dapat dilihat dalam ilustrasi gambar

berikut ini:

Gambar 2.1 Ilustrasi menendang bola menggunakan kaki bagian luar6

3 Juari, dkk., Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SD Kelas VI. (Jakarta: Pusat Perbukuan Kemendiknas. 2010) hal. 9 4 Farida Mulyaningsih, dkk., Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk Kelas V SD. (Jakarta: Pusat Perbukuan Kemendiknas. 2010) hal. 8 5 Juari, dkk., Op. Cit. hal. 10 6 Sumber: Internet, www.google.co.id. Ilustrasi menendang bola

Page 5: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

12

Selanjutnya menendang menggunakan kura-kura kaki atau punggung

kaki digunakan untuk menembak bola ke gawang (shooting at the goal).

Lebih lanjut Sugiarto menjelaskan bahwa menendang menggunakan

punggung kaki dilakukan dengan cara meletakan kaki tumpu di samping bola

dan lutut agak ditekuk kemudian lutut kaki yang digunakan untuk menendang

juga ditekuk lalu bola ditendang tepat di bagian tengah dengan punggung

kaki dengan posisi bahu dan pinggul lurus dengan target yang dituju.7

Untuk lebih memahami keterampilan gerak dasar menendang bola

menggunakan kura-kura kaki, maka dapat dilihat dalam ilustrasi gambar

berikut ini:

Gambar 2.2 Ilustrasi menendang bola menggunakan kura-kura kaki8

Selanjutnya, menendang bola dengan kaki bagian dalam pada

umumnya digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing).

7 Sugiarto, Mahir Bermain Sepak Bola, (Bekasi: Mediantara. 2010) hal. 21 8 Sumber: Internet, www.google.co.id. Ilustrasi menendang bola

Page 6: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

13

Menendang menggunakan kaki bagian dalam lebih sering dilakukan oleh

anak SD. Lebih lanjut Juari menjelaskan bahwa menendang dengan kaki

bagian dalam dilakukan dengan menempatkan kaki tumpu di samping bola

dan lutut agak sedikit ditekuk, telapak kaki yang digunakan untuk menendang

diputar keluar kemudian menendang bola tepat dibagian tengahnya dengan

kaki bagian dalam.9 Untuk lebih jelas Surtiyo memaparkan langkah-langkah

dalam menendang bola menggunakan kaki bagian dalam sebagai berikut:

(a) Awalan, kaki lurus dengan bola, kaki tumpu diletakan di samping bola dengan jari kaki menghadap ke depan dan lutut sedikit ditekuk. (b) daerah pergelangan kaki bagian dalam kontak dengan bola, sedangkan bola disepak tepat pada titik tengahnya. (c) badan hampir tegak dan pandangan mata melihat ke arah bola.10

Untuk lebih memahami keterampilan gerak dasar menendang bola

menggunakan kaki bagian dalam, maka dapat dilihat dalam ilustrasi gambar

berikut ini:

Gambar 2.3 Ilustrasi menendang bola dengan kaki bagian dalam11

9 Juari., Log. Cit. 10 Surtiyo, PJOK SMP Kelas VII. (Jakarta: Bumi Aksara. 2013) hal. 43 11 Sumber: Internet, www.google.co.id. Ilustrasi menendang bola

Page 7: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

14

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat

bermain bola dengan baik dan terampil, maka seorang pemain sepak bola

dituntut untuk menguasai keterampilan gerak dasar menendang bola.

Keterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu menendang menggunakan kaki bagian

dalam, kaki bagian luar dan punggung kaki. Dalam melakukan gerakan

menendang bola ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, posisi kaki

tumpuan, posisi tubuh, posisi lengan, gerakan ayunan tungkai, gerakan

lanjutan dan pandangan.

2. Karakteristik Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar

Jahja mengemukakan bahwa pengembangan kepribadian anak sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kognitifnya, dimulai sejak anak-anak

berusia enam sampai seksualnya matang dan pada masa inilah anak-anak

paling peka dan siap untuk belajar, dapat memahami pengetahuan dan selalu

ingin bertanya dan memahami.12 Usia sekolah merupakan usia anak

memasuki tahapan sekolah formal dimana mereka mulai dituntut untuk

menyelesaikan tugas-tugasnya secara mandiri. Usia anak di Indonesia pada

umumnya antara 6 sampai 12 tahun pada jenjang sekolah dasar. Pada masa

ini anak-anak mulai banyak mempelajari materi-materi yang membutuhkan

12 Yudrik jahja. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Kencana. 2013) hal. 203

Page 8: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

15

kemampuan berpikir logis dan melihat fakta-fakta yang ada dilingkungan

sekitar.

Piaget dalam Surna dan Pandeirot mengemukakan bahwa anak di

usia sekolah dasar berada pada tahap The Stage of Concrete Operation (7-

11 tahun). Tahapan perkembangan ini ditandai oleh kemampuan anak untuk

mengaplikasikan kemampuan berpikir logis ke dalam masalah konkret.13

Sehubungan dengan hal tersebut Piaget dalam Hapsari mengatakan

bahwa pada masa ini anak berada pada tahap perkembangan operasional

kongkrit, tepatnya saat berada di usia 7 hingga 11 tahun, dimana

kemampuan kognitifnya sudah mengalami peningkatan dan mulai bisa

berpikir logis, mampu menggunakan operasi mentalnya untuk memecahkan

masalah konkret atau aktual, tetapi pikiran mereka masih konkrit pada hal

yang ia ketahui dan alami saja.14

Peserta didik kelas V SD berada pada masa operasional konkrit yaitu

pada usia 7 sampai 11 tahun. Dimasa usia ini, anak-anak senang atau

berminat melakukan berbagai permainan bersama teman-temannya. Selain

itu, mereka juga senang dengan permainan-permainan yang mereka miliki.

Pada periode ini, perkembangan fisik anak tidak sepesat saat bayi ataupun

masa usia prasekolah. Hapsari menjelaskan bahwa biasanya pertumbuhan

tinggi dan berat hanya naik sedikit bahkan beberapa waktu tidak mengalami

13 I Nyoman Surna dan Olga D. Pandeirot, Psikologi Pendidikan 1, (Jakarta: Erlangga. 2014) hal. 63 14 Iriani Indri Hapsari. Psikologi Perkembangan Anak. (Jakarta: Indeks. 2016) hal. 260

Page 9: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

16

kenaikan namun hal tersebut masih dianggap wajar, secara fisik berbeda

antara setiap individu anak tergantung bentuk tubuhnya, namun mayoritas

anak laki-laki terlihat kurus dibandingkan dengan anak perempuan yang

terlihat lebih gemuk.15

Sehubungan dengan hal tersebut, Harsono juga memaparkan bahwa

salah satu ciri periode anak-anak ialah pertumbuhan yang lambat namun

stabil, tulang-tulang juga relatif masih lembek, dan keadaan demikian akan

terus berlangsung pada beberapa bagian tubuh lainnya sampai

pertumbuhannya sempurna di umur belasan tahun.16 Selanjutnya perbedaan

individu antara anak perempuan dan laki-laki pada umumnya antara umur 7-

11 tahun, dimana anak laki-laki dan perempuan rata-rata beragam bedanya

dalam tinggi badan yaitu sekitar 40% perempuan lebih tinggi dari pada laki-

laki.17

Kemudian Hapsari menjelaskan, dalam periode tersebut

perkembangan motorik anak usia sekolah semakin meningkat, aktivitas-

aktivitas fisik mereka untuk bergerak secara aktif banyak dilakukan di usia

ini.18 Oleh karena itu, perkembangan motorik khususnya motorik kasar

semakin terlatih pada usia ini, stamina dan ototnya akan semakin meningkat.

Hal tersebut akan membuat anak semakin terampil dan gesit dalam

15 Ibid., hal. 255 16 Harsono. Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi. (Bandung: Rosada. 2015) hal. 207 17 Ibid., hal. 208 18 Iriani Indri Hapsari. Op.Cit.,hal. 257

Page 10: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

17

melakukan aktivitas-aktivitas fisik yang diperlukan mereka dalam melakukan

kegiatan sehari-hari. Suherman juga memaparkan karakteristik masa anak-

anak usia 6 sampai 10 tahun ditinjau dari ranah kognitif, afektif, dan

perkembangan gerak bahwa anak laki-laki dan perempuan bersifat sebangun

di dalam pola pertumbuhan mereka, dengan pola pertumbuhan anggota

tubuh seperti lengan, tungkai menjadi lebih cepat dari pertumbuhan bagian

togok sepanjang masa anak-anak.19 Artinya bahwa aktivitas yang melibatkan

anggota-anggota tubuh khususnya keterampilan motorik lebih berkembang

cepat dari pada pertumbuhan fisik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

karakteristik peserta didik kelas V SD adalah senang melakukan sesuatu

secara langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret. Latihan-latihan

fisik yang diberikan oleh guru harus berdampak positif dalam meningkatkan

daya tahan dan kekuatan, membantu membangun tulang dan otot yang

sehat, membantu mengontrol berat badan, mengurangi kecemasan dan

stres, serta meningkatkan kepercayaan diri pada peserta didik. Oleh sebab

itu seorang guru harus memahami karakteristik setiap peserta didik karena

dengan demikian guru diharapkan dapat menentukan langkah-langkah

pembelajaran yang tepat dalam setiap pelaksanaan proses pembelajaran.

Tujuan pembelajaran yang akan dicapai hendaknya disampaikan kepada

19 Suherman. Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. (Jakarta: Armandelta. 2009) hal. 21-24

Page 11: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

18

peserta didik, sehingga mereka merasa diberikan tugas dan tanggung jawab.

Materi yang disampaikan juga harus menarik peserta didik sehingga mereka

aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif atau Desain-desain

Alternatif Intervensi Tindakan yang Dipilih

1. Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL) merupakan pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan

peserta didik sehingga hasil belajar bukan hanya sebatas pada pengenalan

nilai, melainkan lebih pada penghayatan dan penerapan nilai-nilai dalam

kehidupan nyata. Johnson mengatakan:

CTL adalah sebuah sistem menyeluruh yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah dan secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik.20

Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai konsep pembelajaran

kontekstual:

Johnson dalam Rusman mengatakan pembelajaran kontekstual

adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola

20 Elaine B. Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning.Terjemahan: A. Chaedar Alwasilah (Bandung: Kaifa. 2014) hal. 65

Page 12: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

19

yang mewujudkan makna.21 Lebih lanjut, Elaine mengatakan bahwa

pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok

dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan

akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari peserta didik.22 Artinya

bahwa pembelajaran kontekstual membuat peserta didik aktif dalam

merangsang kemampuan diri, sebab peserta didik berusaha mempelajari

konsep sekaligus mengaitkan dan menerapkan dalam kehidupan nyata.

Sanjaya mengatakan CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan mereka.23 Kemudian US Department of

Education dalam Rosalin mengatakan bahwa CTL adalah suatu pendekatan

pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan

dan situasi dunia nyata peserta didik dengan mendorong mereka membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

21 Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta: Rajawali Pers. 2014) hal. 187 22 Ibid. hal. 187 23 Wina sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana. 2013) hal. 255

Page 13: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

20

kehidupan mereka sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, dan

bangsa.24

Pernyataan tersebut juga dikemukakan oleh Blanchard, Berns dan

Erickson yang dikutip oleh Komalasari bahwa:

“Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teacher relate subject matter content to real world situations; and motivates student to make connection between knowledge and its application to their lives as family members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires”.25

Artinya bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar

dan mengajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata, dan mendorong peserta didik membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja.

Sementara itu Johnson dalam Komalasari mendefinisikan:

“Contextual teaching and learning enables students to connect the content of

academic subjects with the immediate context of their daily lives to discover

meaning”.26 Artinya bahwa pembelajaran kontekstual memungkinkan peserta

didik menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks

kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Keneth dalam Rusman mendefinisikan

CTL sebagai berikut:

24 Elin Rosalin. Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. (Bandung: Karsa Mandiri Persada. 2008) hal. 26 25 Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. (Bandung: Refika Aditama. 2014) hal. 6 26 Ibid. hal. 6

Page 14: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

21

“Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student emplay their academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve simulated or real world problems, both alone and with others”.27

Hal ini berarti pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang

memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dimana peserta didik

menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai

konteks di dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat

simulatif maupun nyata, baik seorang diri maupun dengan orang lain.

Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kontekstual tersebut

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan

pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan

kehidupan nyata peserta didik sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga,

sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk

menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Dengan konsep

tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik.

Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta

didik bekerja dan mengalami langsung, bukan mentransfer pengetahuan dari

guru ke peserta didik.

b. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran

yang memiliki 7 asas. Seringkali asas ini disebut juga komponen-komponen,

27 Rusman. op.cit., hal. 190

Page 15: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

22

yang terdiri dari konstruktivisme (construtivism), menemukan (inquiri),

bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic

assessment).

Konstruktivisme (construtivism) yaitu pengetahuan bukanlah

seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan

diingat. Artinya bahwa manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan

memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut Piaget dalam Sanjaya,

pengetahuan memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan

dari dalam diri seseorang.28 Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua

faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan

subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.

Menemukan (Inquiry) yaitu pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-

fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Secara umum Sanjaya

menuliskan proses inquiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah sebagai

berikut: (a) merumuskan masalah, (b) mengajukan hipotesis, (c)

mengumpulkan data, (d) menguji hipotesis berdasarkan data yang

ditemukan, (e) membuat kesimpulan.29

28 Wina Sanjaya, op.cit., hal. 264 29 Ibid, hal. 265

Page 16: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

23

Bertanya (Questioning) yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang

selalu bermula dari bertanya. Bertanya bagi guru dipandang sebagai kegiatan

untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta

didik. Bagi peserta didik bertanya merupakan bagian penting dalam

melakukan inquiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasi apa yang sudah

diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Lebih lanjut Sanjaya menjelaskan kegunaan bertanya dalam pembelajaran

yang produktif sebagai berikut:

(1) menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam pengusaan materi pelajaran, (2) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, (3) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, (4) memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan, (5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.30

Masyarakat Belajar (Learning Community) yaitu hasil pembelajaran

diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru disarankan selalu

melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peserta

didik dibagi dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dari

kemampuan dan kecepatan belajarnya maupun dilihat dari bakat dan

minatnya.

Pemodelan (Modelling) yaitu dalam pembelajaran keterampilan atau

pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Guru dapat menjadi model,

misalnya memberi contoh mengerjakan sesuatu. Akan tetapi guru bukan

satu-satunya model, artinya model dapat dirancang dengan melibatkan

30 Ibid, hal. 266

Page 17: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

24

peserta didik, misalnya peserta didik ditunjuk untuk memberi contoh kepada

temannya.

Refleksi (Reflection) merupakan cara berpikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di

masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau

pengetahuan yang baru diterima. Misalnya ketika pembelajaran berakhir

peserta didik merenung sikap yang salah dan memperbaikinya.

Penilaian Sebenarnya (Authentic assessment) adalah kemajuan

belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil, dan dengan berbagai cara.

Penilaian dapat berupa penilaian tertulis, penilaian berdasarkan perbuatan,

penugasan, produk atau portofolio. Penilaian ini dilakukan secara terintegrasi

dengan proses pembelajaran, dilakukan secara terus-menerus selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan

kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

c. Tahapan Pembelajaran Kontekstual

Sebelum melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran, seorang guru

wajib merancang rencana pembelajaran. Perencanaan rencana tersebut

berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Oleh

karena itu, Rusman menjelaskan bahwa sebelum melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, guru harus

terlebih dahulu membuat desain/skenario pembelajaran sebagai pedoman

Page 18: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

25

sekaligus alat kontrol dalam pelaksanaannya. Selanjutnya setiap komponen

pembelajaran kontekstual dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(1) mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonsumsi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya. (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik yang diajarkan. (3) mengembangkan sifat ingin tau siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan. (4) menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, dan tanya jawab. (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya. (6) membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. (7) melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.31

Sehubungan dengan itu, Rosalin menjelaskan bahwa dalam

pelaksanaanya, pembelajaran kontekstual memerlukan perubahan kebiasaan

dalam kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai

pada penilaian hasil belajar. Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran

kontekstual tersebut sebagai berikut:

(1) mengkaji materi yang akan diajarkan pada peserta didik dengan memilih materi yang kontekstual dan dapat dikaitkan dengan hal-hal yang aktual. (2) mengkaji konteks kehidupan peserta didik sehari-hari dengan cermat sebagai upaya untuk memahami konteks kehidupan peserta didik. (3) memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik. (4) menyusun persiapan kegiatan belajar-mengajar yang telah memasukkan konteks kehidupan ke dalam materi yang akan diajarkan. (5) melaksanakan kegiatan belajar-mengajar kontekstual dengan mendorong siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. (6) melakukan penilaian yang sebenarnya terhadap hasil belajar peserta didik, dimana hasil penilaian tersebut digunakan untuk

31 Rusman, Belajar & Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op.Cit., hal. 323

Page 19: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

26

bahan perbaikan atau penyempurnaan persiapan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran selanjutnya.32

Adapun dari tahap-tahap pelaksanaan tersebut, Rosalin menyebutkan

saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

(1) nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pertanyaan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan pencapaian hasil belajar. (2) nyatakan tujuan umum pembelajarannya. (3) rincilah media untuk mendukung kegiatan itu. (4) buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa. (5) nyatakan authentic assesment-nya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.33

Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut di atas maka penerapan

pendekatan kontekstual bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar

peserta didik melalui pemahaman makna terhadap materi pelajaran yang

dipelajarinya dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari dan konteks

kehidupan sehari-hari. Dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada

penilaian hasil belajar yang dirancang oleh guru adalah benar-benar rencana

khusus tentang apa yang dikerjakannya bersama peserta didik. Penekanan

dari pembelajaran kontekstual lebih kepada skenario atau kegiatan tahap

demi tahap dan media yang dipakai dalam pembelajarannya.

2. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan media untuk

mendukung perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik,

32 Elin Rosalin., Op.Cit. hal. 78-79 33 Ibid., hal. 80

Page 20: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

27

pengetahuan, penghayatan nilai sikap, mental, emosional, spiritual, dan

sosial serta pembiasaan pola hidup sehat untuk merangsang pertumbuhan

dan perkembangan yang seimbang. Oleh karena itu, pendidikan jasmani di

sekolah dasar merupakan upaya untuk mengaktualisasikan seluruh potensi

yang ada didalam diri peserta didik berupa sikap dan tindakan melalui

aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani dalam pengertian ini di paparkan melalui

kegiatan pelaku gerak untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-

nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif dan sosial.

Husdarta mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan

pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik

dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas

individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.34 Rahayu

mengemukakan bahwa pendidikan jasmani hakikatnya adalah proses

pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan

holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosinal.35

Pengertian tersebut dapat diartikan sebagai proses pendidikan melalui

aktivitas jasmani atau olahraga. Pencapaian tujuan berpangkal pada

perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak.

Selanjutnya Rosdiani mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah

proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang

34 H. J. S. Husdarta, op. cit., hal. 3 35 Ega Trisna Rahayu, op.cit., hal. 17

Page 21: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

28

terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.36 Oleh karena itu, pendidikan

jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau

olahraga yang intinya adalah mendidik anak.

Pendidikan jasmani di sekolah dasar bertujuan untuk mengubah

perilaku peserta didik. Selain mengubah perilaku, olahraga melalui aktivitas

jasmani selalu mengupayakan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.

Pangrazi dan Victor dalam Husdarta menjelaskan bahwa ”Sport education is

a part of the total program that contributed primarily through movement

experiences to the total growth and development of all users”37 artinya adalah

olahraga adalah bagian dari pendidikan yang dapat memberikan kontribusi,

terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak agar secara menyeluruh

pengguna dapat tumbuh dan berkembang. Selanjutnya Tamura dan Amung

dalam Husdarta menjelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan mata

pelajaran yang sifatnya wajib diajarkan di sekolah dasar karena memiliki nilai-

nilai positif yang tercakup didalammnya.38 Mereka mengilustrasikan

bagaimana pentingnya pendidikan jasmani bagi peserta didik di sekolah

dasar, terutama dalam membangun kualitas hidup dan sikap sosialnya.

Peserta didik akan dibentuk kualitas fisiknya, sikap mental, moral, dan

36 Dini Rosdiani, Perencanaan Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Bandung: Alfabeta. 2013) hal. 138 37 H. J. S. Husdarta. op. cit. hal. 168 38 Ibid. hal. 168

Page 22: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

29

sosialnya melalui pendidikan jasmani atau aktivitas fisik yang didapatinya di

sekolah.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

pendidikan jasmani memiliki peran yang penting di sekolah dasar. Oleh

karena itu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru harus

memperhatikan tujuan, materi, metode dan evaluasi untuk mencapai

pengajaran pendidikan jasmani. Selain itu pendidikan jasmani di sekolah

dasar harus memperhatikan kepentingan setiap peserta didik. Setiap peserta

didik harus didorong untuk mendapatkan pengalaman belajar. Dalam proses

pembelajaran guru mempersiapkan peserta didik dengan mengembangkan

minat mereka pada pelajaran tersebut. Selanjutnya, dalam mempersiapkan

peserta didik guru harus menyampaikan apa yang akan dipelajari dan

hubungannya dengan pelajaran sebelumnya dan aktivitas saat ini atau yang

akan datang.

C. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pernah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Penilitian yang dilakukan oleh Samudi yang berjudul Peningkatan

Prestasi Belajar Penjasorkes Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning Bagi Siswa Kelas V di SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo

Page 23: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

30

Kabupaten Trenggalek.39 Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa

terjadi peningkatan hasil belajar Penjasorkes siswa kelas V SDN 3

Gemaharjo setelah diterapkan Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) pada semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Mahfazhul Muharom yang

berjudul Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Menendang Bola Melalui

Permainan Pada Siswa Kelas V SD.40 Penelitian ini dilaksanakan di SDN 14

Pagi Kebayoran Lama Selatan, Jakarta Selatan. Hasil penelitian tersebut

membuktikan bahwa adanya peningkatan presentase kemampuan gerak

dasar menendang 13% dari 79% dari siklus I menjadi 92% pada siklus II. Dari

hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa kemampuan gerak dasar

menendang mengalami peningkatan di kelas V SDN 14 Pagi Kebayoran

Lama Selatan, Jakarta Selatan.

Penelitian selanjutnya diakukan oleh Muhammad Subhan dan Sudarso

yang berjudul Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) Terhadap Hasil Belajar Dribble Bola Basket Pada Siswa Kelas VIIIA

SMP IT Babussalam Probolinggo.41 Penelitian ini merupakan penelitian

39 Samudi, “Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Bagi Siswa Kelas V di SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek”, Jurnal (Trenggalek: SDN 3 Gemoharjo. 2016) hal. 64-75 40 Mahfazhul Muharom, “Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Menendang Bola Melalui Permainan Pada Siswa Kelas V SD”, Skripsi (Jakarta: UNJ. 2016) 41 Muhammad Subhan dan Sudarso, “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Dribble Bola Basket Pada Siswa Kelas VIIIA SMP IT Babussalam Probolinggo,” Jurnal, (Surabaya: UNESA. 2012) hal. 689-693

Page 24: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

31

eksperimen dimana hasil penelitian ini terdapat peningkatan hasil belajar

teknik dasar dribble bola basket siswa antara sebelum dan sesudah

pembelajaran dengan pendekatan CTL di SMP IT Babussalam Probolinggo.

Hasil penelitian di atas menjadi bukti dalam melakukan proses

pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar menendang

bola melalui pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, berdasarkan hasil

penelitian yang relevan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran

Kontekstual dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar menendang bola

pada pembelajaran penjas.

D. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan

Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak tumbuh dan

berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani

adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk

menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik dalam aspek

fisik, mental serta emosional. Dengan pendidikan jasmani, peserta didik akan

memperoleh kesan dan ungkapan yang menyenangkan, kreatif, terampil,

inovatif dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak

manusia.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru diharapkan

mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi

Page 25: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

32

permainan serta nilai-nilai internalisasi yang terkandung di dalamya seperti

sportivitas, jujur, kerja sama, dan lain-lain. Pelaksanaan pembelajaran penjas

seharusnya bukan melalui pembelajaran konvensional yang menekankan

pada hasil tetapi melalui proses atau kontruktivisme. Pembelajaran yang

dilaksanakan tidak hanya bersifat teoritis namun melibatkan unsur fisik,

mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam

pembelajaran harus terdapat proses di dalamnya sehingga aktivitas tersebut

dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan

tersebut guru harus mengajarkan peserta didik tentang apa yang akan

dipelajari melalui sebuah proses berlandaskan prinsip-prinsip pendidikan

jasmani serta pengalaman peserta didik secara nyata.

Pada umumnya, kenyataan yang terjadi adalah pembelajaran penjas

lebih menekankan pada tujuan yang ingin dicapai dari pada proses belajar.

Hal tersebut berdampak pada proses pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan. Pada akhirnya metode yang digunakan hanya ceramah sehingga

peserta didik secara tidak langsung dipaksa menerima materi tanpa

mengalaminya secara langsung.

Dalam hal ini, pembelajaran kontekstual sangat tepat diterapkan

dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. Seperti yang telah

diketahui sebelumnya bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu

pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi

yang diajarkan dan keadaan nyata peserta didik untuk mendorong mereka

Page 26: BAB II ACUAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus ...repository.unj.ac.id/2407/4/BAB II.pdfKeterampilan gerak dasar menendang bola berdasarkan perkenaannya dapat dilakukan dengan

33

mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses

pendidikan yang holistik. Oleh karena itu, pembelajaran kontekstual akan

membantu semua peserta didik belajar karena sistem pembelajaran ini

menekankan pada proses dan cara kerja dalam lingkungan yang nyata.

Berdasarkan uraian di atas maka penggunaan pembelajaran

kontekstual ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar,

khususnya keterampilan gerak dasar menendang bola. Penggunaan

pembelajaran kontekstual ini dilaksanakan untuk mengatasi rendahnya

penguasaan keterampilan gerak dasar menendang bola pada mata pelajaran

pendidikan jasmani kelas V SDN Gondangdia 01 Jakarta Pusat. Dengan

penggunaan pembelajaran kontekstual ini diharapkan peserta didik akan

dengan mudah mengikuti proses pembelajaran keterampilan gerak dasar

menendang bola, karena keaktifan peserta didik akan dikembangkan

sehingga proses pembelajaran akan lebih menyenangkan, nyata dan

bermakna.