45
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi 2.1.1 Definisi Depresi Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas- batas normal (Hawari Dadang, 2006). Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010). Sedangkan menurut Kaplan Sadock, depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai

BAB II edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lala

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1Depresi

2.1.1Definisi Depresi

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari Dadang, 2006).Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010). Sedangkan menurut Kaplan Sadock, depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tandatanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan vegetatif seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan Sadock,2003). Depresi dapat terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Orang yang mengalami depresi akan memunculkan emosi-emosi yang negatif seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, ketakutan, dendam dan memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagaigejala fisik (Arcache & Tordjman, 2012).2.1.3Epidemiologi DepresiPada tahun 2009, American College Health Association-National College Health Assesment (ACHA-NCHA) melakukan penelitian terhadap mahasiswa/i dan mendapatkan 30% mahasiswa/i mengalami gangguan depresi (National Institute of Mental Health, 2010). Selain penelitian diatas, penelitian lain yang melibatkan 1,455 mahasiswa/i juga melaporkan bahwa gejala-gejala depresi muncul ketika memasuki awal tahun perkuliahan, 4 penyebab utama tersebut adalah masalah akademik, ekonomi, kesendirian, dan kesulitan dalam bersosialisasi (Furr, et al, 2001). Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga yang dilakukan di 11 kota oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia tahun 1995 : 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa memperlihatkan gejala gangguan kesehatan jiwa. Studi Proporsi Gangguan Jiwa oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Departemen Kesehatan, di 16 kota selama kurun waktu 1996-2000 menjumpai : gangguan disfungsi mental (kecemasan, depresi, dsb) sebanyak 16,2 %. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes menunjukkan

prevalensi gangguan mental emosional pada anggota rumah tangga dewasa (di atas 15 tahun) 140 per 1.000. Pada anak dan remaja (5-15 tahun) 104 per 1.000.2.1.4Etiologi Depresi

1. Faktor biologis

Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada pasien-pasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood (Kaplan, et al, 2010). 2. Biogenic amines

Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.

a. Norephinefrin

Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan penelitian dikatakan bahwa penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas dari reseptor 2 adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressan berperan dalam terjadinya gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010). b. Serotonin

Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya gangguan depres, dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri atau megakhiri hidupnya mempunyai kadar cairan cerebrospinal yang mengandung kadar serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah dari uptake serotonin pada platelet (Kaplan, et al, 2010).

Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada pengobatan depresi dan efektifitas dari obat-obatan tersebut menunjukkan bahwa adanya suatu teori yang berkaitan antara gangguan depresi dengan kadar serotonin (Rottenberg, 2010).

3. Gangguan neurotransmitter lainnya

Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara menyebar pada korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat kolinergik terdapat hubungan yang interaktif terhadap semua sistem yang mengatur monoamine neurotransmitter. Kadar choline yang abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang menderita gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010). 4. Faktor neuroendokrin

Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting dalam gangguan mood, terutama gangguan depresi. Sistem neuroendokrin meregulasi hormon-hormon penting yang berperan dalam gangguan mood, yang akan mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan tidur, makan, seksual, dan ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan senang. 3 komponen penting dalam sistem neuroendokrin yaitu : hipotalamus, kelenjar pituitari, dan korteks adrenal yang bekerja sama dalam feedback biologis yang secara penuh berkoneksi dengan sistem limbik dan korteks serebral (Kaplan, et al, 2010). 5. Abnormalitas otak

Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT) scan, positron-emission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging (MRI) telah menemukan abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan gangguan mood. Area-area tersebut adalah korteks prefrontal, hippocampus, korteks cingulate anterior, dan amygdala. Adanya reduksi dari aktivitas metabolik dan reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal, secara partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau gangguan bipolar (Kaplan, et al, 2010).

2.1.5Faktor Resiko Depresi

Faktor yang diduga menjadi penyebab depresi secara garis besar dibedakan menjadi faktor biologis dan faktor psikososial. Faktor tersebut berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh faktor psikososial dapat mempengaruhi faktor biologis (contoh,konsentrasi neurotransmiter tertentu). Faktor biologis dapat mempengaruhi respon seseorang terhadap stresor psikososial (Amir,2005).

Faktor yang diduga sebagai penyebab depresi dapat saling berinteraksi adalah:1. Faktor biologi, meliputi genetik/ keturunan dan proses penuaan, abnormalitas tidur, kerusakan syaraf atau penurunan neurotransmiter, norefeneprin, serotonin, dan dopamin; hiperaktifitas aksis sistem limbik-hipotalamus-adrenal (Kaplan & Sadock, 2003).2. Faktor psikososial meliputi faktor ekstrinsik yaitu : peristiwa kehidupan yang dapat menyebabkan harga diri rendah dan tidak dapat dihadapi dengan efektif, kehilangan seseorang atau dukungan, tekanan sosial; dan faktor intrinsik meliputi sifat kepribadian yaitu narcissistic, obsessive compluse, dan dependen personality, konflik dari diri sendiri yang tidak terselesaikan, perasaan bersalah, evaluasi diri yang negatif, pemikiran pesimis, kurang pertolongan, penyakit fisik serta penggunaan obat obatan dan pendekatan/ persepsi terhadap kematian. Faktor intrinsik lainnya ketidakmampuan dalam melakukan Activity Daily Living.

2.1.5Klasifikasi Depresi

Gangguan depresi terdiri dari berbagai jenis, yaitu: 1. Gangguan depresi mayor

Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya 2 minggu (Kaplan, et al, 2010). 2. Gangguan dysthmic

Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala- gejala dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi dengan aktivitas sehari-harinya.3. Gangguan depresi minor

Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih singkat.

Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah:

4. Gangguan depresi psikotik

Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi dan delusi.5. Gangguan depresi musiman

Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada musi semi dan musim panas.2.1.5Gejala Klinis Depresi

Gejala-gejala dari gangguan depresi sangat bervariasi, gejala-gejala tersebut adalah:

1. Merasa sedih & bersalah

2. Merasa cemas & kosong

3. Merasa tidak ada harapan 4. Merasa tidak berguna dan gelisah5. Merasa mudah tersinggung6. Merasa tidak ada yang perduliSelain gejala-gejala diatas, gejala-gejala lain yang dikeluhkan adalah:

1. Hilangnya ketertarikan terhadap sesuatu atau aktivitas yang dijalani

2. Kekurangan energi dan adanya pikiran untuk bunuh diri

3. Gangguan berkonsentrasi, mengingat informasi,dan membuat keputusan

4. Gangguan tidur, tidak dapat tidur atau tidur terlalu sering

5. Kehilangan nafsu makan atau makan terlalu banyak

6. Nyeri kepala, sakit kepala, keram perut, dan gangguan pencernaan

Tingkat depresi dibagi menjadi 5 tingkat, yang akan dijelaskan di bawah ini:

1. Gangguan mood ringan dan depresi sedang ditandai dengan gejala depresi berkepanjangan setidaknya 2 tahun tanpa episode depresi utama. Untuk dapat diagnosis depresi ringan-sedang seseorang harus harus menunjukkan perasaan depresi ditambah setidaknya dua lainnya suasana hati yang berhubungan dengan gejala. 2. Batas depresi borderline ditandai dengan gejala perasaan depresi yang berkepanjangan disertai perasaan depresi lebih dari dua suasana hati yang berhubungan dengan gejala.3. Depresi berat ditandai dengan gejala depresi utama selama 2 minggu atau lebih. Untuk dapat didiagnosis depresi berat harus mengalami 1 atau 2 dari total 5 gejala depresi utama. 4. Depresi ekstrim ditandai dengan gejala depresi utama yang berkepanjangan. Untuk dapat diagnosis depresi ekstrim mengalami lebih dari 2 dari total 5 gejala depresi utama.

2.1.6Patofisologi Depresi

Depresi dan gangguan mood melibatkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Konsisten dengan model diatesis-stres, depresi dapat merefleksikan antara faktor-faktor biologis (seperti faktor genetis, ketidakteraturan neurotransmitter

, atau abnormalitas otak), faktor psikologis (seperti distorsi kognitif atau ketidakberdayaan yang dipelajari), serta stressor sosial dan lingkungan (sepreti perceraian atau kehilangan pekerjaan). Faktor Potensial Pelindung

Diatesis

(+)

Faktor Resiko

Gambar 2.1.6. Model diatesis-stres dari depresi (Nevid et al, 2005).

2.1.7Ukuran Skala DepresiHDRS atau Hamilton Rating Scale for Depression merupakan salah satu dari berbagai intrumen untuk menilai depresi. Penelitian yang membandingkan HDRS dengan skor depresi lain didapatkan konsistensi. Reliabilitas antara pemeriksa pada umumnya cukup tinggi. Demikian juga halnya reliabilitas oleh satu pemeriksa yang dilakukan pada waktu yang berbeda (Riwanti,2006).

Adapun untuk mengukur tingkat depresi seseorang menggunakan Hamilton Rating Scale for Depression (A.Aziz,2007) :1. Keadaan perasaan sedih (sedih,putus asa,tak berdaya,tak berguna)

Perasaan ini ada hanya bila ditanya; perasaan ini dinyatakan secara verbal spontan; perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal, misalnya ekspresi muka, bentuk, suara, dan kecenderungan menangis; pasien menyatakan perasaan yang sesungguhnya ini dalam komunikasi baik verbal maupun nonverbal secara spontan.2. Perasaan bersalahMenyalahkan diri sendiri dan merasa sebagai penyebab penderitaan orang lain; ada ide-ide bersalah atau renungan tentang kesalahan-kesalahan masa lalu; sakit ini sebagai hukuman, waham bersalah dan berdosa; ada suara-suara kejaran atau tuduhan dan halusinasi penglihatan tentang hal-hal yang mengancamnya3. Bunuh diriMerasa hidup tak ada gunanya, mengharapkan kematian atau pikiran-pikiran lain kearah itu, ada ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah ke arah itu.4. Gangguan pola tidur (initial insomnia)Ada keluhan kadang-kadang sukar masuk tidur misalnya, lebih dari setengah jam baru masuk tidur; ada keluhan tiap malam sukar masuk tidur5. Gangguan pola tidur (middle insomnia)Pasien mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang malam, terjadi sepanjang malam (bangun dari tempat tidur kecuali buang air kecil)6. Gangguan pola tidur (late insomnia)Bangun saat dini hari tetapi dapat tidur lagi, bangun saat dini hari tetapi tidak dapat tidur lagi7. Kerja dan kegiatan-kegiatannyaPikiran perasaan ketidakmampuan keletihan/kelemahan yang berhubungan dengan kegiatan kerja atau hobi; hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi atau kegiatan lainnya baik langsung atau tidak pasien menyatakan kelesuan, keragu-raguan dan rasa bimbang; berkurangnya waktu untuk aktivitas sehari-hari atau produktivitas menurun. Bila pasien tidak sanggup beraktivitas, sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam kegiatan sehari-hari; tidak bekerja karena sakitnya sekarang (dirumah sakit) bila pasien tidak bekerja sama sekali, kecuali tugas-tugas di bangsal atau jika pasien gagal melaksanakan; kegiatan-kegiatan di bangsal tanpa bantuan8. Kelambanan (lambat dalam berpikir , berbicara gagal berkonsentrasi, dan aktivitas motorik menurun )Sedikit lamban dalam wawancara; jelas lamban dalam wawancara; sukar diwawancarai; stupor (diam sama sekali)9. Kegelisahan (agitasi)Kegelisahan ringan; memainkan tangan jari-jari, rambut, dan lain-lain; bergerak terus tidak dapat duduk dengan tenang; meremas-remas tangan, menggigit-gigit kuku, menarik-narik rambut, menggigit-gigit bibir10. Kecemasan (ansietas somatik)Sakit nyeri di otot-otot, kaku, dan keduten otot; gigi gemerutuk; suara tidak stabil; tinitus (telinga berdenging); penglihatan kabur; muka merah atau pucat, lemas; perasaan ditusuk-tusuk11. Kecemasan (ansietas psikis)Ketegangan subyektif dan mudah tersinggung; mengkhawatirkan hal-hal kecil; sikap kekhawatiaran yang tercermin di wajah atau pembicaraannya; ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya12. Gejala somatik (pencernaan)nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan teman, merasa perutnya penuh; sukar makan tanpa dorongan teman, membutuhkan pencahar untuk buang air besar atau obat-obatan untuk saluran pencernaan13. Gejala somatik (umum)Anggota gerak, punggung atau kepala terasa berat; sakit punggung, kepala dan otot-otot, hilangnya kekuatan dan kemampuan14. Kotamil (genital)Sering buang air kecil terutama malam hari dikala tidur; tidak haid, darah haid sedikit sekali; tidak ada gairah seksual dingin (firgid); ereksi hilang; impotensi15. Hipokondriasis (keluahan somatik, fisik yang berpindah-pindah)Dihayati sendiri, preokupasi (keterpakuan) mengenai kesehatan sendiri, sering mengeluh membutuhkan pertolongan orang lain, delusi hipokondriasi16. Kehilangan berat badan (a dan b)a. Bila hanya dari anamnesis (wawancara)berat badan berkurang berhubungan dengan penyakitnya sekarang,jelas penurunan berat badan,tak terjelaskan lagi penurunan berat badanb. Di bawah pengawasan dokter bangsal secara mingguan bila jelas berat badan berkurang menurut ukuran, kurang dari 0,5 kg seminggu, lebih dari 0,5 kg seminggu, tidak ternyatakan lagi kehilangan berat badan17. Insight (pemahaman diri)Mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan penyebab-penyebab iklim, makanan, kerja berlebihan, virus, perlu istirahat, dan lain-lain18. Variasi HarianAdakah perubahan atau keadaan yang memburuk pada waktu malam atau pagi19. Depersonalisasi (perasaan diri berubah) dan derealisasi (perasaan tidak nyata tidak realistis)20. Gejala-gejala paranoidKecurigaan; pikiran dirinya menjadi pusat perhatian, atau peristiwa kejadian diluar tertuju pada dirinya (ideas refence); waham kejaran21. Gejala-gejala obsesi dan kompulsi

Adapun cara penilaian masing-masing gejala adalah sebagai berikut:0:Tidak ada(tidak ada gejala sama sekali)1:Ringan

(satu gejala dari pilihan yang ada)2:sedang

(separuh dari gejala yang ada)3:berat

(lebih dari separuh dari gejala yang ada)4:sangat berat(semua gejala ada)

Untuk penilaian skornya yaitu:Kurang dari 17:tidak ada depresi18 24

:depresi ringan25 34

:depresi sedang35 51

:depresi berat52 68

:depresi berat sekali2.2 Penyalahgunaan ZatPenggunaan illegal dan luas zat yang mempengaruhi otak telah menyebabkan suatu malapetaka di msyarakat Barat modern dimana salah seorag calon presiden Amerika Serikat di awal tahun 1990-an menamakan situasi tersebut sebagai perang kimia domestik. Memperhitungan efek penggunaan zat illegal pada masyarakat adalah sulit karena banyak efek membutuhkan waktu beberapa decade untuk timbul. Efek yang timbulnya lambat tersebut adalah efek pada perkembangan pada seseorang yang orangtuanya menggunakan zat gelap dan efek pada struktur masyarakat itu sendiri, seperti yang diukur oleh tenaga kerja, pendidikan, dan kemiskinan. Lingkup masalah ini sangat luas. Lebih dari 15 persen populasi di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 18 tahun mempunyai masalah penggunaan zat yang serius, dengan kira-kira dua per tiga dari mereka terutama menyalahgunakan alkohol dan sepertiga lainnya terutama menyalahgunakan zat lain selain alkohol (Kaplan)Fenomena penyalahgunaan zat mempunyai banyak implikasi untuk penelitian tak, psikiatri klinis, dan masyarakat pada umumnya. Dinyatakan dengan sederhana, beberapa zat dapat mempengaruhi keadaan mental yang dirasakan dari dalam (sebai contoh, mood) maupun aktivitas yang dapat diobservasi dari luar (yaitu, perilaku). Tetapi, implikasi dari pernyataan sederhana tersebut adalah mengejutkan. Satu implikasi adalah bahwa zat dapat menyebabkan gejala neuropsikiatrik yang tidak dapat dibedakan dari gangguan psikiatrik umum tanpa penyebab yang diketahui (sebagai contoh, skizofrenia dan gangguan mood). Pengamatan tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk menyatakan bahwa gangguan psikiatrik dan gangguan yang melibatkan penggunaan zat yang mempengaruhi otak berhubungan. Jika gejala depresif terlihat pada seseorang yang tidak pernah menggunakan zat yang mempengaruhi otak tidak dapat dibedakan dari gejala depresif pada seseorang yang telah menggunakan zat yang mempengaruhi otak, mungkin terdapat kesamaan yang mempunyai dasar pada otak antara perilaku menggunakan zat dan depresi. Kenyataa bahwa adanya zat yang mempengaruhi otak adalah suatu petunjuk tentang bagaimana otak bekerja pada keadaan normal maupun tidak normal (Kaplan)2.2.1 Epidemiologi

Laporan World Drug Report (2006) menyatakan bahwa pada saat ini terdapat sekitar 200 juta orang atau sekitar 5% penduduk dunia usia 15-64 tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya satu kali dalam 12 bulan terakhir. Dari semua jenis obat terlarang, ganja merupakan zat yang paling banyak digunakan. World Drug Report (2006) juga menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan penyalahgunaan ganja dari akhir tahun 1990-an hingga tahun 2003 dan 2004. Pada akhir tahun 1990-an terdapat 144,1 juta penduduk dunia usia 15-64 tahun yang menyalahgunakan ganja pada tahun 2001 dan 2002 meningkat menjadi 146,2 juta, dan pada tahun 2003 dan 2004 mencapai 160,1 juta (UNODC, 2006).Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran NAPZA dengan bentuk dan dampak yang ditimbulkannya merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua

negara di dunia. 3Laporan World Drug Report 2006 menunjukkan peningkatan penyitaan obat-obat berbahaya dari tahun 1990 hingga tahun 2004. Di Eropa penyitaan meningkat dari 2,4 milyar dosis obat berbahaya pada tahun 1990 menjadi

10,6 milyar dosis pada tahun 2004. Peningkatan juga terjadi di Asia dari 2,9 milyar

dosis pada tahun 1990 menjadi 5,2 milyar dosis pada tahun 2004, dan di Afrika dari

1,3 milyar dosis pada tahun 1990 menjadi 4,8 milyar dosis pada tahun 2004 (UNODC, 2006).Kasus penyalahgunaan NAPZA di Indonesia semakin bertambah dari tahun ke tahun, bukan hanya menyerang kaum muda saja tetapi juga golongan setengah baya maupun golongan usia tua. Penyebaran NAPZA sudah tidak lagi hanya di kota besar, tetapi sudah masuk kota-kota kecil dan merambah di kecamatan bahkan desa. Jika dilihat dari kalangan pengguna, NAPZA tidak hanya disalahgunakan oleh kalangan tertentu saja, tetapi sudah memasuki berbagai profesi misalnya manager perusahaan, pengusaha, pengacara, kalangan birokrat, artis, dan bahkan kepolisian (Departemen Kesehatan RI, 2007).

2.2.2 Definisi NAPZA

Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Kata narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu narke yang berarti terbius sehingga tidak

merasakan apa-apa. Ada juga yang mengatakan narkotika berasal dari kata narcissus, sejenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang dapat membuat orang menjadi tidak sadar (Sasangka, 2003). Pengertian yang paling umum dari narkotika adalah zat-zat atau obat baik dari alam atau sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan ketidaksadaran atau pembiusan. Efek narkotika disamping membius dan menurunkan kesadaran juga mengakibatkan daya khayal/halusinasi serta menimbulkan daya rangsang/stimulant (Sasangka, 2003)

WHO menyatakan bahwa yang dimaksud dengan psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Sebenarnya psikotropika baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yakni psikofarmakologi yang khusus mempelajari psikofarmaka (obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan syaraf pusat) atau psikotropik (Sasangka, 2003).Zat adiktif adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan dan kerugian bagi dirinya sendiri atau masyarakat sekelilingnya seperti alkohol, nikotin, kafein, dan sebagainya (Departemen Kesehatan RI, 2004).2.2.3 Jenis-jenis NAPZA Disalahgunakan1. Narkotikaa. Heroin

Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, heroin merupakan Narkotika golongan I sama dengan kokain dan ganja. Heroin atau diasetilmorfin adalah obat semi sintetik dengan kerja analgetis yang 2 kali lebih kuat tetapi mengakibatkan adiksi yang cepat dan hebat sekali sehingga tidak digunakan dalam terapi, tetapi sangat disukai oleh penyalahguna NAPZA. Resorpsinya dari usus dan selaput lendir baik dan di dalam darah, heroin dideasetilasi menjadi 6-monoasetilmorfin dan menjadi morfin.

Pertama kali ditemukan digunakan untuk penekan dan melegakan batuk (antitusif) dan penghilang rasa sakit, menekan aktifitas depresi dalam sistem saraf, melegakan nafas dan jantung, juga membesarkan pembuluh darah dan memberikan kehangatan serta melancarkan pencernaan. Akibat pemakaian heroin selain ketergantungan fisik dan psikis seperti narkotika yang lain, juga dapat menyebabkan euphoria, badan terasa sakit, mual dan muntah, mengantuk, konstipasi, kejang saluran empedu, sukar buang air kecil, kegagalan pernapasan dan dapat menimbulkan kematian.b. Kokain / CocainKokain adalah alkaloida yang berasal dari tanaman Erythroxylon coca yang tumbuh di Bolivia dan Peru pada lereng-lereng pegunungan Andes di Amerika Selatan. Pertama sekali kokain digunakan sebagai anastesi lokal pada pengobatan mata dan gigi. Berlainan dengan opium, morfin, dan heroin yang memiliki sifat menenangkan terhadap jasmani dan rohani, kokain merupakan suatu obat perangsang sama seperti psikostimulansia golongan amfetamin tetapi lebih kuat. Zat-zat ini memacu jantung, meningkatkan tekanan darah dan suhu badan, juga menghambat perasaan lapar serta menurunkan perasaan letih dan kebutuhan tidur. Dalam larutan dengan kadar rendah, kokain menghambat penyaluran impuls dari SSP di otak sehingga digunakan untuk anastesi lokal, sedangkan dalam konsentrasi tinggi kokain merangsang penyaluran impuls-impuls listrik. Sifat yang didambakan oleh pecandu adalah kemampuannya untuk meningkatkan suasana jiwa (euphoria) dan kewaspadaan yang tinggi serta perasaaan percaya diri akan kapasitas mental dan fisik.

c. Ganja / Kanabis

Ganja berasal dari tanaman Cannabis yang mempunyai famili Cannabis Sativa, Cannabis Indica, dan Cannabis Americana. Kandungan kanabis adalah 0,3% minyak atsiri dengan zat-zat terpen terutama tetrahidrokanabinol (THC) yang memiliki daya kerja menekan kegiatan otak dan memberi perasaan nyaman. Efek pertamanya adalah euphoria yang disusul dengan rasa kantuk dan tidur, mulut menjadi kering, konjungtiva merah, dan pupil melebar. Efek medis yang potensial adalah sebagai analgetik, antikonvulsan dan hipnotik, sedangkan efek psikisnya tergantung pada dosis, cara penggunaan, pengalaman dari pemakai, dan kepekaan individual. Secara terapeutis, kadangkala zat ini digunakan pada glaukoma atau sebagai zat analgetik dan anti emetikum pada terapi dengan sitostatika guna menghindarkan nausea dan muntah bila kurang efektif.

d. Morfin / MorphineMorfin merupakan hasil olahan dari opium/candu mentah dan merupakan alkaloida utama dari opium (C17H19NO3). Morfin menimbulkan efek stimulasi Sistem Saraf Pusat (SSP), seperti miosis (penciutan pupil mata), mual, muntah-muntah, eksitasi, dan konvulsi. Efek perifernya yang penting adalah obstipasi, retensi kemih, dan vasodilatasi pembuluh kulit.Pada pemakaian yang teratur, morfin dengan cepat menimbulkan toleransi dan ketergantungan yang cepat. Morfin bekerja pada reseptor opiate yang sebagian besar terdapat pada sususnan saraf pusat dan perut. Dalam dosis lebih tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan ureter. Morfin menekan pusat pernafasan yang terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat yang dapat menyebabkan kematian. Sifat morfin yang lainnya adalah dapat menimbulkan kejang abdominal, mata merah, dan gatal terutama disekitar hidung yang disebabkan terlepasnya histamine dalam sirkulasi darah, dan konstipasi. Pemakai morfin akan merasa mulutnya kering seluruh tubuh hangat, anggota badan terasa berat, euphoria, dan lain-lain.

e. CodeinCodein termasuk garam/turunan dari candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih dan cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan. Secara klinis codein dipergunakan sebagai obat analgetik, 6 kali lebih lemah dari morphine. Efek samping dan resiko adiksinya lebih ringan sehingga sering digunakan sebagai obat batuk dan obat anti nyeri yang diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal. Obstipasi dan mual dapat terjadi terutama pada dosis lebih tinggi (di atas 3 dd 20 mg garam HCL). Resorpsi oral dan rektal baik dan di dalam hati zat ini diubah menjadi narkodein dan morfin dan ekskresinya melalui kemih sebagai glukuronida.

2. PsikotropikaDalam United Nation Conference for Adoption of Protocol on Psychotropic Substance disebutkan batasan-batasan zat psikotropika yaitu bahan yang dapat mengakibatkan keadaan ketergantungan, depresi dan stimulant SSP, menyebabkan halusinasi, menyebabkan gangguan fungsi motorik atau persepsi.Dari ketentuan di atas maka pembagian psikotropika adalah:a. StimulansiaYang digolongkan stimulansia adalah obat-obat yang mengandung zat-zat yang merangsang terhadap otak dan saraf. Obat-obat tersebut digunakan untuk meningkatkan daya konsentrasi dan aktivitas mental serta fisik.Obat-obat yang digolongkan dalam stimulansia antara lain : Amfetamin

Amfetamin adalah stimulansia susunan saraf pusat seperti kokain, kafein, dan nikotin. Pada waktu perang dunia ke II, senyawa ini banyak digunakan untuk efek stimulansnya yaitu meningkatkan daya tahan prajurit dan penerbang, menghilangkan rasa letih, kantuk dan lapar, serta meningkatkan kewaspadaan. Disamping itu, zazt ini juga meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung yang dapat mengakibatkan stroke maupun sderangan jantung. Seusai perang zat-zat ini seringkali disalahgunakan mahasiswa dan pengemudi mobil truk untuk memberikan perasaan nyaman (euphoria) serta menghilangkan rasa kantuk dan letih.Dalam bidang pengobatan, dulu amfetamin dipakai untuk mengobati banyak macam penyakit antara lain depresi ringan, parkinsonisme, skizofrenia, penyakit meniere, buta malam, dan hipotensi, sedangkan pada masa sekarang hanya ada 3 ndikasi medis penggunaan amfetamin yaitu pengobatan narkolepsi, gangguan hiperkinetik pada anak, dan obesitas. Amfetamin dapat dipakai secara oral atau parenteral dan dimetabolisir di dalam hati. Sebagian kecil diekskresi melalui urine dan bertambah dalam keadaan asidosis. Dosis oral sebanyak 10-30 mg dapat meningkatkan kesiagaan seseorang, euphoria, meingkatkan rasa percaya diri, meningkatkan konsentrasi pikiran, banyak bicara, anoreksia, pernafasan bertambah cepat, dan nyeri kepala. Overdosis dapat menimbulkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan aritmia jantung. Ketergantungan fisik maupun psikis dan toleransi dapat terjadi dengan cepat pada pengguna kronis. Bila penggunaan dihentikan dengan mendadak, timbul gejala putus obat (withdrawal symptooms) dan jika digunakan pada saat mengalami depresi, setelah menghentikan pemakaian maka depresinya akan semakin berat sampai menjurus pada percobaan bunuh diri. Ecstasy

Ecstasy pada tahun 1914 dipasarkan sebagai obat penekan nafsu makan. Pada tahun 1970-an, obat ini digunakan di Amarika Serikat sebagai obat tambahan pada psikoterapi dan kemudian dilarang pada tahun 1985. Sekarang ini ecstasy banyak digunakan oleh para pecandu di banyak negara juga di Indonesia terutama oleh para remaja dan kalangan eksekutif di tempat-tempat hiburan sehingga disebut juga party drug atau dance drug. Efek awalnya berupa simpatomimetis dan dapat terjadi tachyaritmia serta peningkatan suhu tubuh (hiperpireksia), gerakan klonis, dan konvulsi. Daya kerjanya agak singkat (4-6 jam) dan bekerja berdasarkan gangguan re-uptake dari serotonin di otak yang berperan penting pada suasana hati, proses berpikir, makan, dan tidur. Obat-obat ecstasy mempunyai efek kerja serotonergik dan dopaminergik pada SSP dan adakalanya dicampur dengan obat-obat lain dengan tujuan memperkuat efeknya seperti atropine yang sangat berbahaya kerena toksisitasnya juga meningkat. Pengobatan intoksikasi berupa cuci lambung, pemberian klorpromazin dan alfa/beta-blockers secara intravena. Efek buruk yang penting adalah gagal hati dan ginjal akut serta kerusakan pada saraf-saraf yang melepaskan serotinin akibat pembentukan radikal bebas yang merusak membran sel. Karena ecstasy dibuat dari bahan dasar amfetamin, maka efek yang ditimbulkannya juga mirip, seperti mulut kering, jantung berdenyut lebih cepat, berkeringat, mata kabur dan demam tinggi, ketakutan, sulit konsentrasi, dan seluruh otot nyeri.

ShabuNama shabu adalah nama julukan terhadap zat metamfetamin yang mempunyai sifat stimulansia yang lebih kuat dibanding turunan amphetamine yang lain. Dalam perdagangan gelap atau nama dalam kalangan pengguna metamfetamin dikenal dengan sebutan meth, speed, ubas, as, sabu-sabu atau SS, dan mecin . Bentuk seperti kristal putih mirip bumbu penyedap masakan, tidak berbau, mudah larut dalam air dan alkohol serta rasanya menyengat. Setelah pemakaian shabu, pengguna akan merasakan hal-hal sebagai berikut :

1) Merasa bersemangat karena kekuatan fisiknya meningkat

2) Kewaspadaan meningkat 3) Menambah daya konsentrasi 4) Menyebabkan rasa gembira luar biasa 5) Kemampuan bersosialisasi meningkat 6) Insomnia, mengurangi nafsu makan 7) Penyalahgunaan pada saat hamil bisa menyebabkan komplikasi pralahir, meningkatkan kelahiran prematureatau menyebabkan perilaku bayi yang tidak normal.

Dalam pemakaian jangka panjang penggunaan shabu akan menimbulkan gangguan serius pada kejiwaan dan mental, pembuluh darah rusak, rusaknya ujung saraf dan otot, kehilangan berat badan, tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat, dan terjadi radang hati.

b. DepresivaDepresiva merupakan obat-obat yang bekerja mengurangi kegiatan dari SSP sehingga dipergunakan untuk menenangkan saraf atau membuat seseorang mudah tidur. Obat ini dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikis dan pada umumnya sudah dapat timbul setelah 2 minggu penggunaan secara terus-menerus.Golongan obat-obat depresiva antara lain : Barbiturat dan Turunan-turunannya

Barbiturat digunakan sebagai obat pereda untuk siang hari dalam dosis yang lebih rendah dari dosisnya sebagai obat tidur. Overdosis barbital dapat menimbulkan depresi sentra dengan enghambatan pernafasan berbahaya, koma, dan kematian. Benzodiazepin dan Turunan-turunannya

Benzodiazepin terutama digunakan sebagai obat tidur, spasmolitikum (zat pelepas tegang), dan sebagai premedikasi sebelum pembedahan. Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yakni zat-zat long acting, zat-zat short acting, dan zat-zat ultra short acting. Metakualon / Methaqualon

Penggunaan Metakualon secara salah populer pada tahun 1970-1985 karena dianggap tidak beracun dan baik sebagai aphrodisial, namun sebenarnya banyak mengakibatkan keracunan yang serius. Pemakaian secara oral dalam dosis yang besar menyebabkan koma dan kejang sedangkan penggunaan secara terus menerus menyebabkan toleransi dan ketergantungan.c. Halusiogen

Halusinogen disebut juga psikodelika. Pada tahun 1954, A. Hoffer dan H. Osmond memperkenalkan istilah halusinogen untuk memberi nama pada zat-zat tertentu yang dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran dan perasaan seseorang serta menimbulkan halusinasi. Sebagian zat tersebut merupakan senyawa sintetik, sedangkan selebihnya terdapat secara alamiah dan telah lama digunakan oleh berbagai masyarakat secara tradisional. Berdasarkan struktur kimianya, halusinogen dibagi menjadi beberapa golongan yaitu : asam lisergik (LSD) fenetilamin (meskalin) indolalkil amin (psilosibin, dimetriltriptamin) atropine derivat opioida (nalorfin, siklazosin)Resiko akan ketergantungan psikis bisa kuat sedangkan ketergantungan fisik biasanya ringan sekali. Toleransi dapat terjadi tetapi penghentian penggunaannya tidak menyebabkan abstinensia. Zat-zat ini menyebabkan distorsi penglihatan dan pendengaran antara lain mampu menimbulkan efek khayalan, juga menyebabkan ketegangan dan depresi. Salah satu kekhususan zat-zat ini adalah pengaruhnya terhadap akal budi dengan menghilangkan daya seleksi dan kemampuan mengkoordinasi persepsi dan rangsangan dari dunia luar. Dalam dosis lebih tinggi dapat mengakibatkan perasaan ketakutan, kebingungan, dan panik yang biasanya disebut bad trip/flip.

3. Zat Adiktif Lainnyaa. Alkohol Menurut catatan arkeologik, minuman beralkohol sudah dikenal manusia sejak 5000 tahun yang lalu. Alkohol merupakan penekan susunan saraf pusat tertua dan paling banyak digunakan manusia bersama-sama dengan kafein dan nikotin. Alkohol bersifat bakterisid. fungisid, dan virusid yang banyak digunakan untuk desinfeksi kulit dan sebagai zat pembantu dalam farmasi. Pada penggunaan oral, alkohol mempengaruhi SSP yaitu merangsang dan kemudian menekan fungsi otak serta menyebabkan vasodilatasi. Bila diminum saat perut kosong, alkohol menstimulasi produksi getah lambung.Minum sedikit alkohol merangsang semangat, semua hambatan terlepas, dan berbicara banyak, sedangkan bila diminum terlampau cepat dan banyak hati tidak dapat mengolahnya sehingga menyebabkan mabuk dan pingsan. Overdosis dapat langsung mematikan dan pada pemakaian secara teratur dan banyak dapat mengakibatkan terganggunya fungsi hati dan akhirnya sel-selnya mengeras (cirrhosis).Kadar Alkohol Darah (KAD) yang tinggi mengakibatkan berkurangnya daya prestasi, daya kritik dan efisiensi, letargi, amnesia, supresi medulla dan pernafasan, hipotermia, hipoglikemia, stupor, dan koma. Penggunaan dalam jangka waktu lama akan meningkatkan kapasitas tubuh untuk metabolisasi alkohol dan menurun kembali setelah abstinensia berminggu-minggu. Alkohol diserap dengan cepat dari usus halus kedalam darah kemudian disebarkan melalui cairan tubuh. Kadarnya dalam darah meningkat cepat karena absorpsinya lebih cepat dari pada penguraian dan ekskresinya dari tubuh. Didalam hati sebagian besar zat ini diuraikan oleh alkoholdehidrogenase menjadi asetaldehida. Penggunaan lama dalam jumlah berlebihan merusak banyak organ terutama hati, otak, jantung, gastritis dan perdarahan lambung. Mengkonsumsi minuman beralkohol seperti bir, anggur, sherry, dan whisky sudah termasuk pada pola hidup dan pergaulan sosial sehingga sudah diterima umum dan ketagihan biasanya terjadi tanpa disadari. Seseorang yang minum alkohol untuk bersantai, dapat berhenti minum tanpa kesulitan, namun apabila mulai tergantung pada alkohol (alkoholisme) maka tidak dapat lagi berhenti tanpa merasakan akibat buruk secara fisik maupun psikis. Gejala putus alkohol dapat berupa gemetaran, mual, muntah, lelah, jantung berdebar lebih cepat, tekanan darah tinggi, depresi, halusinasi, dan hipotensi ortostatik.

b. Inhalansia dan Solvent (Pelarut)

Zat yang digolongkan inhalansia dan solvent adalah gas atau zat pelarut yang mudah menguap. Zat ini banyak terdapat pada alat-alat keperluan rumah tangga seperti perekat, hair spray, deodorant spray, pelumas mesin, bahan pembersih, dan thinner. Penyalahgunaan inhalansia dan solvent terutama terdapat pada anak-anak usia 9-14 tahun. Yang banyak digunakan adalah cairan pelarut seperti toluen, etil asetat, aseton, amiln itrit, metiletilketon, ksilen, gas-gas tertawa, butan, propan, dan fluorokarbon. Gejala pecandu inhalansi antara lain pusing-pusing, perasaan bingung, bicara tidak lancar, berjalan atau berdiri sempoyongan, euphoria, halusinasi, persepsi terganggu, mudah tersinggung, impulsif, perilaku aneh, ataksia, disartri, tinitus, dan luka-luka atau peradangan disekitar mulut dan hidung. Intoksikasi akut dengan zat ini bisa berakibat fatal, sedangkan pada pemakaian kronis dapat merusak berbagai organ tubuh misalnya otak, ginjal, paru-paru, jantung, dan sumsum tulang dengan mengganggu pembentukan sel darah merah.

Inhalansia bekerja pada membran sel terutama sel saraf pusat. Absorpsi tercepat melalui paru-paru dan dimetabolisir dalam hati serta diekskresi melalui ginjal dan paru-paru.c. KafeinKafein atau 1,3,7 trimetilsantin adalah alkaloida yang terdapat dalam tanaman Coffea arabica, Coffea canephora, dan Coffea liberica yang berasal dari Arab, Etiopia, dan Liberia. Kopi mengandung sekitar 24 zat, namun yang terpenting adalah kafein (1-2,5%), hidrat arang (7%), zat-zat asam, tannin, zat-zat pahit, lemak , dan zat-zat aroma. Selain kopi minuman lain juga banyak yang mengandung kafein seperti daun teh (teh hitam dan teh hijau), kakao, dan coklat. Minum kopi terlalu banyak (lebih dari 3-4 cangkir/hari) dapat meningkatkan resiko terkena penyakit jantung karena memperbesar kadar hemosistein darah terutama bila bersamaan dengan kebiasaan merokok. Metabolisme kafein sangat kompleks dan berkaitan dengan distribusi, metabolisme, dan ekskresi banyak metabolit lain.

Kafein biasa digunakan sebagai zat penyegar, menghilangkan rasa letih, lapar, dan mengantuk, juga meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan. Zat ini sering dikombinasikan dengan parasetamol atau asetosal guna memperkuat efek analgetiknya dan dengan ergotamin guna memperlancar absorpsinya. Kafein merangsang otot jantung sehingga kadang-kadang menyebabkan aritmia jantung, menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak, meningkatkan tekanan darah, meningkatkan peredaran darah perifer, mempunyai sifat diuretik, melebarkan bronkus, iritasi pada lambung, dan meningkatkan basal metabolisme rate.d. NikotinNikotin terdapat pada tanaman tembakau atau Nikotiana tabacom yang diduga berasal dari Argentina. Kadar nikotin dalam tembakau berkisar 1-4%. Dalam asap rokok, nikotin tersuspendir pada partikel-partikel terdan kemudian diserap dari paru-paru kedalam darah dengan cepat sekali. Didalam hati nikotin dioksidasi menjadi metabolit yaitu kotinin. Setelah diserap , nikotin mencapai otak dalam waktu 8 detik setelah inhalasi.Nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan tremor tangan dan kenaikan berbagai hormon dan neurohormon dopamin di dalam plasma, disamping itu nikotin dapat menyebabkan mual dan muntah. Nikotin meningkatkan daya ingat, perhatian dan kewaspadaan, mengurangi sifat mudah tersinggung, dan agresi, serta menurunkan berat badan. Merokok dikaitkan dengan berbagai penyakit serius mulai dengan gangguan arteri koroner sampai kanker paru. Dosis fatal pada manusia adalah 60 mg.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyalagunaan NAPZA

Pada dasarnya terjadinya penyalahgunaan NAPZA hampir sama dengan terjadinya penyakit menular yaitu sebagai hasil interaksi dari tiga faktor, yaitu faktor

zat, individu, dan lingkungan.1. Faktor Zat

Tidak semua zat dapat menimbulkan gangguan penggunaan zat, hanya zat dengan khasiat farmakologik tertentu dapat menimbulkan ketergantungan. Apabila disuatu tempat zat yang dapat menimbulkan ketergantungan zat mudah diperoleh, maka di tempat itu akan banyak terdapat kasus gangguan penggunaan zat. Oleh karena itu, zat yang dapat menimbulkan ketergantungan harus diatur dengan aturan-aturan yang efektif tentang penanamannya, pengolahannya, impornya, distribusinya, dan pemakaiannya.2. Faktor Individu

Resiko untuk menyalahgunakan zat berbeda-beda untuk semua orang. Faktor kepribadian dan faktor konstitusi seseorang merupakan dua faktor yang ikut menentukan seseorang tergolong kelompok beresiko tinggi atau tidak. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar gangguan penggunaan zat terdapat pada atau dimulai pada usia remaja. Ada beberapa ciri perkembangan remaja yang dapat menjuruskan seseorang kepada gangguan penggunaan zat. Masa remaja ditandai dengan perubahan yang pesat baik jasmani, intelektual, maupun kehidupan sosial. Perubahan yang cepat kadang-kadang menimbulkan ketegangan, keresahan, kebingungan, perasaan tertekan, rasa tidak aman, bahkan tidak jarang menjadi depresi. Hasil survey BNN pada pelajar dan mahasiswa menunjukkan bahwa sekitar 40% penyalahguna mulai memakai Narkoba pada umur 11 tahun atau lebih muda, selain itu penelitian Fransisca di Rumah Sakit Jiwa Medan pada Juni 2001-Juli 2002, menyatakan bahwa 50 orang (51,0%) penyalahguna yang dirawat jalan merupakan anak tengah di dalam keluarga diikuti anak bungsu sebanyak 24 orang (24,7%) dan anak sulung sebanyak 19 orang (19,6%).Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan penggunaan NAPZA. Kebaikan selalu dikaitkan dengan kewanitaan, ada kecenderungan bahwa laki-laki harus berprestasi dan menerima tanggung jawab dalam keluarga. Tekanan tersebut dapat menimbulkan ketegangan dan untuk mengatasinya seseorang akan memberontak yang salah satunya dengan menyalahgunakan NAPZA. Berdasarkan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA dikalangan siswa SMU diketahui bahwa siswa laki-laki berpeluang 29,77 kali lebih besar untuk menyalahgunakan NAPZA dibanding siswa perempuan. 3. Faktor LingkunganBerdasarkan penelitian BNN pada siswa SMU diketahui bahwa sebagian besar responden (89,9%) berada dalam keluarga yang komunikasinya buruk dan sebanyak 49,0% responden mempunyai teman yang menggunakan NAPZA.Faktor lingkungan meliputi :a. Lingkungan Keluarga Hubungan ayah dan ibu yang retak, komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dan anak, dan kurangnya rasa hormat antar anggota keluarga merupakan faktor yang ikut mendorong seseorang pada gangguan penggunaan zat.b. Lingkungan Sekolah Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat hiburan, kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya murid pengguna NAPZA merupakan faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan NAPZA.c. Lingkungan Teman Sebaya Adanya kebutuhan akan pergaulan teman sebaya mendorong remaja untuk dapat diterima sepenuhnya dalam kelompoknya. Ada kalanya menggunakan NAPZA merupakan suatu hal yang penting bagi remaja agar diterima kelompok dan dianggap sebagai orang dewasa.d. Lingkungan Masyarakat / Sosial Gangguan penggunaan zat dapat juga timbul sebagai suatu protes terhadap sistem politik atau norma-norma. Lemahnya penegak hukum, situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung mendorong untuk mencari kesenangan dengan menyalahgunakan zat.

2.2.5 Jenis Ketergantungan Zat1. Ketergantungan fisik

Ketergantungan fisik adalah suatu keadaan yang ditandai dengan gangguan fisik yang terjadi akibat dihentikannya pemakaian zat. Keadaan ini timbul sebagai akibat penyesuaian diri terhadap adanya zat dalam tubuh, dalam jangka waktu yang cukup lama. Gangguan fisik ini disebut keadaan lepas dari suatu zat yang memiliki sifat spesifik untuk masing-masing jenis zatnya. Ketergantungan fisik ini dapat diikuti dengan ketergantungan mental.

Ketergantungan fisik bercirikan terjadinya gejala abstinensia bila penggunaan obat yang berulangkali dihentikan. SSP menggunakan zat sejenis morfin (endorfin) sebagai neurotransmiter yang produksinya dihentikan bila diberikan suatu opiat. Bila kemudian pemberian opiat mendadak dihentikan, segera timbul kekurangan endorfin dan terjadilah gejala abstinensia.2. Ketergantungan PsikisKetergantungan psikis adalah suatu keadaan dimana suatu zat dapat menimbulkan perasaan puas dan nikmat sehingga mendorong seseorang untuk memakainya lagi secara terus menerus atau berkala, sehingga diperoleh kesenangan atau kepuasan terus menerus. Ketergantungan psikis berciri terjadinya gejala abstinensia psikis bila pemberian obat dihentikan karena telah terjalin suatu ikatan antara si pemakai dan obat.

Sumbersumber daya

Coping

Dukungan sosial

Pengangguran

Perceraian

Sosiokultural

Kerentanan psikologis

Kerentanan biologis