bab II FIK

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) 1. Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari infeksi Saluran

Pernafasan Akut. ISPA meliputi saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organorgan disekitarnya seperti: sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Elsyaif, 2009). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic, namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotic dapat mengakibatkan kematian. Istilah ISPA meliputi 3 (tiga) unsure yakni infeksi, saluran pernafasan akut, dengan pengertian sebagai berikut

(Rasmaliah, 2004) yaitu: 1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2) Saluran pernafasan akut adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). 3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. 2. Klasifikasi ISPA ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas dengan perhatian khusus pada radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari (Widoyono, 2008) yaitu: 1) Bukan Pneumonia 2) Pneumonia 3) Pneumonia Berat (Widoyono, 2008). 3. Etilogi ISPA Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh

berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma, yaitu: 1) Bakteri: Diploccocus pyogene, pneumonia, pneumococcus, aureus,

streptococcus

staphylococcus

haemophilus influenza, dan lain-lain. 2) Virus: Influenza, adenovirus, sitomegalovirus. 3) Jamur: Aspergilus sp. Candida albicans, histoplasma, dan lain-lain. 4) Aspirasi: Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain) (Widoyono, 2008). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan. Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan mikrovirus (termasuk virus para-influensa, virus influenza, dan virus campak), dan adenovirus. Virus parainfluensa merupakan oenyebab tervesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influenza bukan penyebab

terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemic-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya

saluran nafas bagian bawah. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya. Kelainan pada system pernafasan terutama infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernafasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim hujan (Widoyono, 2008). 4. Faktor Penyebab Terjadinya ISPA 1) Factor Lingkungan a. Pencemaran udara dalam rumah b. Ventilasi rumah c. Kepadatan hunian rumah 2) Factor demografi Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah,

akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA. 3) Factor geografi Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya

peningkatan kasus maupun kematian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam

pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua factor risiko dan factor-faktor lain yang

mempengaruhinya. 4) Factor perilaku a. PHBS (Perilaku hidup bersih dan sehat) b. Kebiasaan merokok 5) Factor geologi Perubahan iklim global terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam

pemberantasan penyakit ISPA. 6) Factor individu (khusus untuk bayi dan balita) a. Umur b. Berat badan lahir c. Status imunisasi

d. Pemberian air susu ibu (ASI) (Elsyaif, 2009). 5. Tanda dan gejala Menurut derajat keparahannya, ISPA sibagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu (Rasmaliah, 2004): 1) ISPA ringan (bukan pneumonia) Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut: a. Batuk b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu

menangis atau berbicara c. Pilek, yaitu mengeluarka lender atau ingus dari hidung d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C. 2) ISPA sedang Seorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut: a. Pernafasan lebih dari 50 kali/menit pada anak umur kurang dari 1 tahun/lebih dari 40 kali/menit pada anakanak 1 tahun/lebih b. Suhu lebih dari 3900C c. Tenggorokan berwarna merah d. Timbulnya bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak

e. Telinga sakit/mengeluarkan nanah dari lubang telinga f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur g. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit. 3) ISPA berat (pneumonia berat) Seorang dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu/lebih gejala sebagai berikut: a. Bibir atau kulit membiru b. Lubang hisung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas c. Tidak sadar/kesadarannya menurun d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tambak gelisah e. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas f. Nadi cepat lebih dari 60 kali/menit atau tidak teraba g. Tenggorokan berwarna merah. 6. Pencegahan 1. Imunisasi, saat ini hanya sebagian kecil penderita ISPA yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu difteria, campak, dan pertusis 2. Usaha dibidang gizi untuk mengurangi malnutrisi,

defisiensi vitamin A

3. Program kesehatan ibu dan anak (KIA) yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah 4. Program penyehatan lingkungan pemukiman (PLP) yang menangani masalah populasi didalam maupun diluar rumah (Widoyono, 2008). 7. Pengobatan Dapat diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi antibiotic selama 10 hari (Widoyono, 2008). 8. Pemberantasan ISPA 1) Penyuluhan kesehatan 2) Pengelolaan kasus yang disempurnakan 3) Imunisasi (Elsyaif, 2009).

B. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) 1. Posyandu Setiap orang pasti sudah mendengar isitilah Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu karena keberadaannya hampir di setiap kampung/lingkungan. Posyandu atau yang dahulu dikenal dengan Pos Penimbangan merupakan pintu utama untuk meningkatkan kondisi kesehatan di masyarakat di suatu wilayah kecil atau kampung. Keberadaan Posyandu sangat membantu kinerja Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dalam menjalankan tugasnya meningkatkan masyarakat derajat kecil.

kesehatan yang

menjangkau hingga

Dengan bantuan para kader yang berada dalam Posyandu tersebut akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar (imunisasi, pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan) dapat terpenuhi. Konsep awal pemerintah mencanangkan adanya Pos Penimbangan/Posyandu adalah menurunkan angka malnutrisi dengan cara serta penyuluhan gizi. Pada saat ini Posyandu sudah mengalami perubahan pelayanan kesehatan hingga pemeriksaan ibu hamil dan pelayanan sanitasi dasar. Namun sampai saat ini upaya-upaya tersebut belum menunjukkan hal yang berarti, tetap saja angka malnutrisi dan kematian ibu dan anak tetap tinggi (Mulyana.2009).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan, diantaranya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya.

Pemeliharaan kesehatan anak balita dititik beratkan kepada upaya pencegahan peningkatan kesehatan dan pada

pengobatan dan rehabilitasi. Pelayanan kesehatan anak balita ini dapat dilakukan dipuskesmas, puskesmas pembantu, polindes terutama di posyandu. Saat ini posyandu sangat primadona. Pemerintah Indonesia dengan kebijakan

Kepmenkes mengupayakan untuk mengaktifkan kembali kegiatan di posyandu, karena posyandulah tempat paling cocok untuk memberikan pelayanan kesehatan pada balita secara menyeluruh dan terpadu. Pelayanan yang perlu dilakukan di posyandu terkait terhadap kesehatan Ibu dan Anak, meliputi :1. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil) 2. Pemberian vitamin A dosis tinggi (vitamin A pada bulan

Februari dan Agustus)3. PMT 4. Imunisasi 5. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau

kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap

bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan. Penyebab Masalah Kesehatan Ibu dan Anak yang ada dimasyarakat terkait oleh banyak hal, tersebut adalah sebagai berikut: 1. Posyandu berubah fungsi menjadi pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif 2. Kurangnya penyuluhan menyangkut masalah KIA maslah-masalah

(Kesehatan ibu dan Anak) 3. Pengetahuan orang tua akan kesehatan ibu dan anak masih kurang 4. Peralatan yang tersedia di posyandu tidak memadai 5. Tidak memiliki tempat pelayanan yang layak dan

pembinaan terhadap posyandu masih belum merata 6. Kader masih belum mampu untuk mandiri 7. Penghargaan terhadap kader yang masih rendah 8. Pemahaman masyarakat mengenai gender di mana melihat permasalahan anak adalah urusan perempuan dan perempuan sendiri tidak mampu mengambil keputusan apa yang terbaik bagi dirinya tentang hak reproduksinya, karena masalah kesehatan reproduksi akan tetap hanya menjadi urusan perempuan

9. Saling melempar tugas dan tanggung jawab dari instansi terkait yang dalam fungsinya adalah Pembina Posyandu 10. Minimnya pemahaman masyarakat (termasuk instansi pemerintah) tentang hak dan tanggung jawabnya tergadap kesehatan posyandu 11. Ketergantungan terhadap staff medis dari pihak

Puskesmas yang tidak selalu dapat hadir pada setiap pelaksanaan Posyandu. Urutan pembagian meja pada kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut: 2. Meja 1 3. Meja 2 4. Meja 3 5. Meja 4 : Mendaftar balita, ibu hamil, ibu menyususi : Menimbang balita : Mencatat hasil penimbangan : Menyuluh ibu berdasarkan hasil penimbangan

anaknya, memberikan pelayanan gizi kepada ibu balita serta ibu hamil 6. Meja 5 : Pelayanan kesehatan dan KB

2. Proses Pembuatan Susu Kedelai dan Pemeriksaan Kadar Yodium pada Garam a. Pembuatan Susu Kedelai a) Alat dan Bahan Alat: 1) Panci

2) Baskom 3) Sendok makan 4) Serbet 5) Wadah kecil Bahan: 1) Kedelai 250 gram 2) Gula 200 gram 3) Air 2 liter 4) Daun pandan b) Metode Kerja Pembuatan Susu Kedelai Metode kerja pembuatan susu kedelai yaitu sebagai berikut: a. Rendam kacang kedelai selama 4 jam, setelah itu cuci bersih sehingga terpisah dari kulitnya. b. Haluskan kacang kedelai menggunakan blender, jangan lupa ditambahkan sedikit air untuk

memudahkan dalam penghalusan. Lakukan hal yang sama sampai kacang kedelai habis. c. Peras kacang kedelai yang telah dihaluskan

menggunakan serbet/kain bersih. Lakukan hal yang sama sampai sari dari kacang kedelainya benarbenar habis.

d. Tambahkan gula dan daun pandan kedalam air perasan kacang kedelai. Jika sari kedelai yang dihasilkan masih terlalau kental bisa ditambahkan air secukupnya. e. Rebus sari kedelai sampai mendidih (Anonim, 2009). b. Pemeriksaan Kadar Yodium pada Garam a) Alat dan Bahan Alat: 1) Parutan kelapa 2) Baskom 3) Sendok makan 4) Serbet 5) Wadah kecil Bahan: 1) Singkong 2) Garam (2-3 sampel) 3) Cuka b) Metode Kerja Pemeriksaan Kadar Yodium pada Garam Metode kerja pemeriksaan garam beryodium yaitu sebagai berikut: 1) Kupas singkong secukupnya lalu cuci bersih.

2) Parut singkong yang telah dibersihkan mengunakan parutan atau sejenisnya (tanpa menggunakan air). 3) Singkong yang telah dihaluskan diperas untuk di ambil sarinya menggunakan serbet/kain bersih. 4) Diamkan air hasil perasan selama 2 menit untuk memisahkan pati dan airnya. 5) Tuangkan secara perlahan air perasan singkong kedalam sendok makan, kemudian tambahkan garam sedikit demi sedikit sampai menggunung. 6) Teteskan air cuka sebanyak 5-7 tetes. Tunggu beberapa saat dan amati perubahan warna yang terjadi. Bila garam berubah menjadi warna ungu tua berarti garam mengandung banyak yodium, bila ungu muda berarti mengandung sedikit yodium, dan apabila tidak berubah warna/putih berarti garam tidak mengandung yodium (Anonim, 2009). 3. Pemeriksaan Kehamilan Pentingnya pemeriksaan rutin selama kehamilan bisa mendeteksi dini jika ada kelainan. Manfaat Pemeriksaan bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun

bermanfaat untuk kesejahteraan janin. pemeriksaan untuk ibu berguna untuk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya, mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan selama kehamilan, mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan, mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak. Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir. 1. Jadwal pemeriksaan Jadwal pemeriksaan kehamilan dapat dibagi sebagai berikut: a. ANC (antenatal care) pada trimester I cukup satu kali saja b. ANC trimester II sebanyak 1 kali setiap empat minggu c. Setelah kehamilan berusia 28 minggu, pemeriksaan dilakukan satu kali setiap tiga minggu d. Setelah kehamilan berusia 32 minggu, pemeriksaan dilakukan satu kali setiap dua minggu e. Setelah 38 minggu, pemeriksaan dilakukan satu kali setiap minggu.

Jadi, semakin tua kehamilan maka perlu pemeriksaan semakin sering. Sebab dengan semakin tuanya usia kehamilan, maka sewaktu-waktu bayi bisa lahir. 2. Jenis pemeriksaan a. Anamnesa b. Pemeriksaan Fisik c. Pemeriksaan USG d. Pemeriksaan Laboratorium e. Mniosentesis. 4. Mengabaikan pemeriksaan rutin Semua pemeriksaan sebaiknya dilakukan. Dengan demikian ibu hamil dapat mengetahui secara rinci apa saja yang diperlukan agar kehamilannya sehat. Bahkan, idealnya ibu hamil pun mematuhi jadwal pemeriksaan. Bila ibu tidak melakukan pemeriksaan rutin bisa berdampak pada kehamilannya, bisa pula tidak. Kalau kehamilannya normal hingga persalinan tidak akan terjadi masalah. Justru masalah baru ada jika ternyata kehamilan itu bermasalah. Sehingga dengan tidak melakukan salah satu pemeriksaan di atas, maka kalau ada 'sesuatu hal' menjadi tidak diketahui seper bayi kecil, ibunya anemia, atau janinnya tanpa kepala (Mediana, 2010).

4. Penyuluhan 1) Pengertian Penyuluhan Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian

kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran serta aktif individu,

kelompok, atau masalah ekonomi, penyuluhan dengan dan gizi

masyarakat untuk memecahkan memperhitungkan budaya dapat setempat. diartikan factor social,

Selanjutnya, suatu

sebagai

pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan derajat kesehatan dan mempertahankan gizi baik (Suhardjo, 2003). 2) Metode Penyuluhan Menurut Van Deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), metode yang dipilih oleh seorang agen penyuluhan sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode penyuluhan ada 3 (tiga) yaitu: a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok c. Metode berdasarkan pendekatan massa 3) Media Penyuluhan Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan tidak dapat lepas dari media, karena melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan-pesan kesehatan dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesanpesan kesehatan, media dibagi menjadi 3 (tiga) (Notoatmodjo, 2003) yakni: a. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu: a) Flip Chart (lembar balik) b) Booklet c) Poster d) Leaflet e) Flyer (selebaran)

f) Rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan g) Foto yang mengungkapkan informasi-informais kesehatan. b. Media elektronik sebagai saluran untuk

menyampaikan pesan-pesan kesehatan memiliki jenis yang berbeda, antara lain: a) Televisi b) Radio c) Video d) Slide dan Film strip c. Media papan (Bill Board) 4) Proses Adopsi dalam Penyuluhan Menurut Wiriaatmaja yang dikutip oleh Lucie (2005), indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang pada setiap tahapan adopsi dalam penyuluhan adalah: a. Tahap sadar (awareness) b. Tahap minat (interest) c. Tahap menilai (evaluation) d. Tahap mencoba (trial) e. Tahap penerapan atau adopsi (adoption)

5) Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Secara umum ada beberapa factor yang

mempengaruhi perubahan keadaan yang disebabkan oleh penyuluhan, diantaranya sebagai berikut: a. Keadaan pribadi sasaran b. Keadaan lingkungan fisik c. Keadaan social dan budaya masyarakat d. Aktivitas kelembagaan yang tersedia dan

menunjang penyuluhan (Notoatmodjo, 2003). 5. Pembuatan Media Promosi Kesehatan Menggunakan Fotonovela Fotonovela dibuat berdasarkan tema yang digali dari permasalahan maupun potensi yang dihadapai secara riel komunitas, serta dibuat penuh oleh masyarakat itu sendiri. Fotonovela merupakan sebuah media sosialisasi dalam bentuk komik foto yang temanya diangkat dari kondisi riel masyarakat dengan maksud untuk mencari solusi pemecahan sekaligus perencanaan aksi maupun daya dukung bagi lancarnya pelaksanaan penanggulangan berbagai masalah di masyarakat (Anonim, 2009). a) Alat dan Bahan Alat: 1) Laptop (jika diperlukan)

2) Printer (jika diperlukan) 3) LCD (jika diperlukan) 4) Gunting Bahan: 1) Kertas HVS 2) Kertas Karton 3) Lem/ Lakban b) Metode Kerja Pembuatan Media Promosi Kesehatan Metode kerja pembuatan media promosi kesehatan sederhana yaitu : 1) Sebelum melakukan praktek pembuatan media

promosi, peserta diberikan arahan dengan pemberian materi yang berkaitan dengan ISPA. 2) Kemudian peserta diberikan pengarahan serta materi tentang media promosi fotonovela. 3) Media promosi fotonovela ini dapat digunakan dengan media elektronik (komputer dan hasil kamera atau foto), yang dapat digunakan dengan program microsoft publisher, dengan langkah sebagai berikut: a. Klik start, all program. b. Pilih microsoft office, muncul beberapa tampilan pilihan program microsoft. c. Pilih microsoft publisher.

d. Pilih blank page sizes, dngan ukuran pages A4 (potrait), lalu create. e. Setelah keluar tampilan, lalu masukan gambar dengan memilih picture frame pada tool bar. Pilih salah satu satu gambar dari file foto yang telah disimpan sebelumnya pada salah satu drive. f. Setelah tampilan gambar keluar, dapat dimodifikasi dengan tambahan kata-kata dengan menggunakan autoshape pada tool bar. g. Tambahkan sedikit penjelasan dibawah gambar dimana penjelasan tersebut dapat mewakili apa yang terjadi mengingat fotonovela merupakan

media promosi dengan berbagai gambar dengan alur cerita. h. Ulangi langkah di atas hingga alur cerita selesai menurut maksud dan tujuan yang diinginkan. i. Simpan hasil dengan format foto, pilih file, lalu ubah format pada save as type menjadi JPEG, kemudian ok (Anonim, 2009).

C. Kesehatan Lingkungan 1. Pengelolaan Sampah Sampah adalah setiap bahan/material yang untuk

sementara tidak dapat dipergunakan lagi dan harus di buang atau di musnahkan. Jenis-jenis sampah menurut asalnya : a. Sampah buangan rumah tangga b. Sampah buangan pasar atau tempat-tempat umum c. Sampah buangan jalanan d. Sampah industri e. Sampah organik f. Sampah anorganik g. Sampah kering h. Sampah basah Usaha untuk mengurangi sumber sampah baik dari segi kuantitas maupun kualitas dengan cara: a. Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak menjadi sampah b. Meningkatkan efesiensi pengunaan bahan baku

Meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secar alamiah, misalnya pembungkusan plastik diganti dengan pembungkus kertas. Semua usaha ini diperlukan

kesadaran masyarakat serta peran sertanya.

Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan tetapi juga untuk keindahan

lingkungan. Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah. Untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa

memerlukan TPS, maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk. Pemusnahan atau pengolahan sampah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut: a. Ditanam (Landfill) b. Dibakar (Inceneration) c. Dijadikan pupuk (Composting) (Notoatmodjo, 2003 ). 2. Mengubah Sampah Plastik Menjadi Produk Kerajinan Kreatif Sampah plastik identik dengan jenis sampah yang sulit untuk didaur ulang secara alami di dalam tanah. Oleh karena itu, resiko sampah plastik untuk dibuang secara sembarangan lebih besar dibanding sampah organik yang dapat terurai oleh tanah. Dilain pihak, pengepul sampah biasanya hanya mencari/membeli sampah plastik yang tidak mempunyai banyak warna (Anonim, 2009).

Harga sampah plastik yang polos cenderung lebih tinggi daripada sampah plastik yang berwarna. Namun, konsumsi manusia modern menghasilkan sampah plastik dengan beragam warna dan dilapisi aluminium foil yang kadangkala sama sekali tidak mempunyai harga jual kembali oleh pengepul sampah. Sampah-sampah jenis ini kemudian hanya berakhir sebagai limbah dimana kebanyakan cara

penyelesaiannya adalah dengan cara dikubur dan dibakar. Padahal, sampah plastik yang dikubur didalam tanah tidak akan terurai hingga lebih dari 1000 tahun dan pembakaran sampah plastik akan menghasilkan racun yang berbahaya bagi manusia yang mengirupnya (Anonim, 2009). 3. Pembuatan Kompos dengan Menggunakan Keranjang Takakura Keranjang Takakura merupakan alat pengomposan skala rumah tangga yang ditemukan Pusdakota bersama

Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International Technocooperative Association, dan Pemerintahan Kitakyusu Jepang pada tahun 2005. Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana di sekitar kita yang mampu mempercepat proses pembuatan kompos. Satu keranjang standar dengan starter 8 kg dipakai oleh keluarga dengan jumlah total anggota keluarga sebanyak 7 orang. Sampah rumah tangga yang

diolah di keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari (Anonim, 2011). Cara Membuat Keranjang Takakura Bahan Utama: 1. Inokulan 2. Keranjang Bahan pembuat inokulan : 1. 15 takar sekam 2. 5 takar tanah 3. 5 takar dedak 4. 1 takar pupuk daun 5. 1 takar pupk kandang 6. takar gula 7. Air secukupnya Campurkan semua bahan tersebut dimulai dari sekam, dedak dan dilanjutkan dengan tanah, pupuk daun dan pupuk kandang. Di tempat terpisah campurkan gula dengan air. Kemudian masukan air perlahan kedalam campuran tanah, aduk hingga rata. Kepal campuran tanah dengan tangan anda, jika campuran meneteskan air campuran melebihi batas kelembapan dan sebaliknya. Masukan bahan inokulan

kedalam karung plastic. Tutup karung dan simpan didalam tempat yang teduh dan tertutup, hindari dari cahaya matahari. Setelah seminggu diperam inokulan siap digunakan. Siapkan keranjang, masukan kardus kedalam keranjang sesuai ukuran. Letakan satu set bantal sekam kedalam keranjang

kemudian masukan inokulan kedalam keranjang bagian, tutup dengan bantal sekam kedua berikutnya tutup keranjang dengan kain sebelum ditutup dengan plastic. Keranjang takakura siap digunakan. Gali lubang ditengah media dengan menggunakan sekop, kemudian masukan sampah organic yang telah dipotong kecil kemudian timbun dengan media (Anonim, 2011).

E. Metode Penentuan Pemecahan Masalah 1. Identifikasi Masalah Perencanaan pada hakikatnya adalah suatu bentuk rancangan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah awal dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi

masalah-masalah kesehatan masyarakat. Sumber masalah kesehatan masyarakat dari berbagai cara antara lain: 1) Laporan-laporan kesehatan yang ada 2) Surveilans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit 3) Survey kesehatan yang khusus diadakan untuk kegiatan dari program-program

memperoleh masukan perencanaan kesehatan 4) Hasil kunjungan lapangan supervise dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam proses identifikasi masalah kesehatan adalah metode FGD (Focus Group Discussion). FGD (Focus Group Discussion) adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data kualitatif, dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan seorang moderator atau fasilitator mengenai suatu topik. FGD akan memberikan data yang mendalam mengenai persepsi dan pandangan peserta. Oleh karena itu dalam FGD digunakan pertanyaan yang terbuka, yang memungkinkan peserta untuk memberikan jawabannya yang disertai dengan penjelasanpenjelasan. Moderator disini hanya berfungsi sebagai

pengarah, pendengar, pengamat, dan menghasilkan data. Jumlah FGD yang harus dilaksanakan untuk suatu studi tergantung pada kebutuhan kegiatan, sumber dana, serta apakah masih ada informasi baru yang harus dicari. FGD sebaiknya dilaksanakan disuatu tempat dimana peserta dapat secara bebas dan tidak merasa takut untuk mengeluarkan pendapatnya. Sasaran (target group) adalah kelompok masyarakat tertentu yang akan digarap oleh program yang direncanakan tersebut. Sasaran program kesehatan biasanya dibagi dua, yakni:

a) Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai oleh program tersebut. Misalnya kalau tujuan umumnya: meningkatkan status gizi anak balita seperti tersebut diatas maka sasaran langsung adalah anak balita. b) Sasaran tidak langsung, adalah kelompok yang menjadi sasaran antara program tersebut namun berpengaruh sekali terhadap sasaran langsung. Misalnya: seperti contoh tersebut diatas, anak balita sebagai sasaran langsung sedangkan ibu anak balita sebagai sasaran tidak langsung. Ibu anak balita, khususnya perilaku ibu dalam memberikan makanan kepada anak sangat menentukan status gizi anak balita tersebut. FGD dilakukan dengan dua arah melalui curah pendapat (brain storming) Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi,

peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama. 2. Penentuan Prioritas Masalah Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah ini dipandang sangat penting. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis. Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan adalah: 1) Menentukan status kesehatan masyarakat 2) Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada 3) Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan di masyarakat 4) Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan/perilaku dan kepercayaan yang dianut).

Dengan

menentukan

prioritas

masalah

kita

harus

mempertimbangkan beberapa factor diantaranya: 1) Beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan 2) Pertimbangan politik 3) Sumber daya yang ada di masyarakat. Metode yang dapat digunakan dalam proses identifikasi masalah kesehatan adalah metode FGD (Focus Group Discussion) dan Delbech Technique, yaitu penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan

pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. 3. Analisa Penyebab Masalah Penyelesaian sebuah masalah akan efektif dan efisien jika yang diselesaikan adalah penyebab masalah yang utama. penyebab yang utama dapat diselesaikan dengan metode tulang ikan (metode fishbone) (Subirman, 2008). Diagram tulang ikan digunakan untuk memberikan gambaran umum suatu masalah dan penyebabnya. Diagram tersebut

memfasilitasi tim untuk mengindentifikasi sebab masalah sebagai langkah awal untuk menentukan focus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data dan/atau

mengembangkan solusi, mengenali penyebab terjadinya variasi proses, dan menganalisis masalah (Koentjoro, 2007). Bagan 2.1 Metode Tulang Ikan (Fishbone) Market Material Money

Pro ble m

Time

Method

Machin e

Man

Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat diagram tulang ikan adalah: 1) Tuliskan masalah pada bagian kepala ikan 2) Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal 3) Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan

fokuskanlah pada masing-masing kategori 4) Setelah dianggap cukup dengan cara yang sama lakukan untuk kategori utama yang lain 5) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil

6) Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klasifikasi (data) untuk menghilangkan duplikasi, ketidak sesuaian dengan masalah, dan lain-lain. 4. Analisis Pemacahan Masalah Menetapkan pemecahan masalah proses penentuan criteria diawali dengan pembentukan kelompok yang akan mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan criteria. Suatu rencana yang baik haruslah mengandung uraian tentang asumsi perencanaan. Maksudnya adalah untuk mengetahui dengan jelas berbagai factor penopang dan ataupun penghambat yang diperkirakan akan dihadapi apabila rencana tersebut dilaksanakan. Untuk mengetahui secara lengkap perlu berbagai dilakukan factor kajian penopang yang serta

penghambat,

seksama

terhadap suatu perencanaan yang kemudian hari akan dilaksanakan. Kajian yang seperti ini dikenal dengan nama analisis SWOT. Pengertian analisis SWOT banyak macamnya, secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu kegiatan organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentang berbagai factor kekuatan, kelemahan, kesempatan, serta hambatan yang dimiliki (Azrul Azwar, 2002).

Analisa industry (SWOT) bisa dianggap sebagai metode analisis yang paling besar, yang berguna untuk melihat suatu topic atau permasalahan dari empat sisi yang berbeda. Hasil analisis biasanya adalah arahan atau rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan

menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Proses penggunaan analisis SWOT dapat dilihat dari factor internal yaitu kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), serta factor eksternal yaitu peluang

(opportunity) dan ancaman (treat). Dari batasan sederhana ini, dalam analisis SWOT ditemukan 4 (empat) unsure pokok yang perlu dipahami, keempat unsure tersebut adalah: 1) Kekuatan (Strength) Adalah bagian dari analisa internal. Mengupas kekuatan organisasi yang dapat menjadi keunggulan di antara organisasi lain sejenis. Organisasi memiliki data dan pelaksanaan yang valid rencana sebagai dan strategi berbagai

penentuan

pelaksanaan

kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi. 2) Kelemahan (Weakness) Adalah bagian dari analisa internal atau wilayah kerja itu sendiri. Mengupas kelemahan organisasi yang dapat menjadi hambatan di antara organisasi lain sejenis dan berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan berperan besar, tidak hanya dalam memperlancar kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi, tetapi juga mencapai tujuan yang dimiliki. 3) Peluang (Opportunity) Adalah bagian dari analisa eksternal. Mengupas keadaan eksternal yang dapat dipenuhi oleh organisasi dalam hal ini melihat peluang dari luar yang bisa dijadikan acuan dalam proses perencanaan atau peluang yang bersifat yang dihadapi oleh organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar

peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. 4) Ancaman (Treat) Adalah bagian dari analisa eksternal berupa

kendala yang bersifat negative yang dihadapi oleh

suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam perencanaan kesehatan yang paling penting adalah proses perencanaan (proses of planning) (Ridwan, 2006).