28
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Definisi Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun,dkk. 2008; 19). 2.1.2Tujuan Keluarga Berencana (KB) 1) Menjarangkan kehamilan 2) Membatasi jumlah anak 3) Mencegah kehamilan karena alasan pribadi 4) Mewujudkan Normal Keluarga Kecil Bahagia dan sejahtera 2.1.3 Manfaat KB Setiap tahun, terdapat 500.000 perempuan meninggal karena berbagai masalah yang melingkupi kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi) yang tidak aman. KB bias mencegah sebagian besar kematian tersebut. Di masa kehamilan, KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya berikut ini : a. Kehamilan terlalu dini. Perempuan hamil yang berumur di bawah 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Hal ini karena tubuhnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Definisi …eprints.ung.ac.id/1879/9/2012-2-14201-841408035-bab2... · Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.Kontra

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee 1970 :

keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk

menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol

waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan

jumlah anak dalam keluarga (Suratun,dkk. 2008; 19).

2.1.2Tujuan Keluarga Berencana (KB)

1) Menjarangkan kehamilan

2) Membatasi jumlah anak

3) Mencegah kehamilan karena alasan pribadi

4) Mewujudkan Normal Keluarga Kecil Bahagia dan sejahtera

2.1.3 Manfaat KB

Setiap tahun, terdapat 500.000 perempuan meninggal karena berbagai

masalah yang melingkupi kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan

(aborsi) yang tidak aman. KB bias mencegah sebagian besar kematian tersebut. Di

masa kehamilan, KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya berikut ini :

a. Kehamilan terlalu dini. Perempuan hamil yang berumur di bawah 17 tahun

sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Hal ini karena tubuhnya

8

belum sepenuhnya tumbuh, belum cukup matang dan siap dilewati oleh bayi.

Selain itu, bayinya dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai

1 tahun.

b. Kehamilan terlalu lambat. Perempuan yang usianya terlalu tua untuk

mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya, khususnya bila ia

mempunyai masalah kesehatan lain atau terlalu sering hamil dan melahirkan.

c. Kehamilan yang terlalu berdesakan jaraknya. Kehamilan dan persalinan

menuntut banyak energy dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau ia belum

pulih dari satu persalinan dan sudah hamil lagi, maka tubuhnya tidak sempat

memulihkan kebugaran. Berbagai masalah, bahkan bahaya kematian, bias

menghadang.

d. Terlalu sering hamil dan melahirkan. Bila perempuan yang sudah

mempunyai lebih dari empat anak terus saja hamil dan bersalin lagi, maka ia

dihadang oleh bahaya kematian karena perdarahan hebat dan macam-macam

kelainan yang lainnya.

2.1.4 Metode KB

Ada lima metode KB, sebagai berikut :

a. Metode perintang. Metode ini bekerja dengan cara menghalangi sperma dari

pertemuan dengan sel telur (merintangi pembuahan).

b. Metode hormonal. Metode ini mencegah indung telur mengeluarkan sel-sel

telur, mempersulit pembuahan, dan menjaga agar dinding-dinding rahim tidak

menyokong terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki.

9

c. Metode yang melibatkan alat-alat yang dimasukkan ke dalam rahim (IUD)

dan berfungsi untuk mencegah pembuahan sel telur oleh sperma.

d. Metode alamiah. Metode ini membantu membantu kapan masa subur,

sehingga dapat menghindari hubungan seks pada masa itu.

e. Metode permanen. Metode ini menjadikan pasangan tidak bias lagi memiliki

anak untuk selamanya dan biasanya melalui suatu operasi.

2.1.5 Sasaran KB

1) Sasaran langsung :

Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara

20-45 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan

hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan

kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif

lestari sehingga efek langsung penurunan fertilisasi.

2) Sasaran tidak langsung :

a. Kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan

target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan

kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah

berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih

berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang

tidak diinginkan serta kejadian aborsi.

10

b. Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah

maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan

dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS.

2.2 Kontrasepsi

2.2.1 Definisi Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.Kontra berarti

“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel

sperma.Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang

membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks

dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki

kehamilan.

2.2.2 Jenis-Jenis Kontrasepsi

a. Metode Kontrasepsi Sederhana antara lain :

1) Kondom

2) Coitus Interuptus

3) KB Alami (metode kalender, suhu basal dan lendir serviks)

4) Diafragma

5) Kontrasepsi Kimiawi

11

b. Metode Kontrasepsi Afektif antara lain :

1) PIL KB

2) Suntikan KB

3) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK / Implant)

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR / IUD)

c. Metode Kontrasepsi Mantap (KONTAP)

2.3 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD

2.3.1 Definisi IUD

IUD adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang

bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic (polyethyline).Ada yang dililit

tembaga (Cu), adapula yang tidak, adapula yang dililit tembaga bercampur perak

(Ag).Selain itu ada pula yang dibatangnya berisi progesterone.

2.3.2 Syarat Umum IUD

a. Kemampuannya untuk mencegah kehamilan

b. Ketidakmudahannya untuk lepas spontan (ekspulsi)

c. Kemudahannya untuk dipasang

d. Kemudahannya untuk melepas

e. Minimal efek samping

f. Kemudahannya untuk mendeteksi bahwa ia masih di tempat

12

2.3.3 Jenis – Jenis IUD

a. IUD Generasi Pertama : disebut Lippesloop, berbentuk spiral atau huruf S

ganda, terbuat dari plastic (poyethyline).

b. IUD Generasi Kedua :

a) Cu T 200 B ; berbentuk T yang batangnya dililit tembaga (Cu) dengan

kandungan tembaga.

b) Cu 7 ; berbentuk angka 7 yang batangnya dililit tembaga.

c) ML Cu 250 ; berbentuk 3/3 lingkaran elips yang bergerigi yang batangnya

dililit tembaga.

c. IUD Generasi Ketiga :

a) Cu T. 380 A : berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga yang lebih banyak

dan perak.

b) MI Cu 375 : batangnya dililit tembaga berlapis perak.

c) Nova T. Cu 200 A : batang dan lengannya dililit tembaga.

d. IUD Generasi Keempat

Ginefix, merupakan AKDR tanpa rangka, terdiri dari benang polipropilen

monofilament dengan enam butir tembaga.

2.3.4 Efektivitas IUD

Efektivitas IUD dalam mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100%

bergantung jenis IUD. IUD terbaru seperti copper T 3800 memiliki efektivitas

cukup tinggi, bahkan selama 8 tahun penggunaan tidak ditemukan adanya

kehamilan.

13

2.3.5 Cara Kerja IUD

IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks dan

dipasang di dalam uterus. IUD memiliki benang yang menggantung sampai liang

vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa diperiksa oleh akspetor

sendiri.

IUD mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan

ovum karena adanya perubahan pada tuba dan cairan uterus. Hal ini dikarenakan

adanya IUD yang dianggap sebagai benda asing sehingga menyebabkan

peningkatan leuokosit. Tembaga yang dililitkan pada IUD juga bersifat toksik

terhadap sperma dan ovum. Demikian pula IUD yang mengandung hormone

progesterone. Lebih kentalnya lender serviks akan mempersulit sperma untuk

melewati serviks dan akan terbunuh oleh leukosit yang timbul dalam cairan uterus

sebagai hasil dari rangsangan tembaga.

2.3.6 Keuntungan dan Kelemahan IUD

1) Keuntungan IUD

a) Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan.

b) Reversible dan sangat efektif

c) Tidak mengganggu hubungan seksual

d) Metode jangka panjang

e) Tidak mengganggu produksi ASI

f) Dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus.

14

g) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir).

2) Kerugian IUD

a) Dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi panggul

b) Perforasi uterus, usus dan kandung kemih

c) Bila terjadi kehamilan bisa terjadi kehamilan ektopik

d) Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV / AIDS

sehingga wanita yang memiliki peluang promiskuitas (berganti-ganti

pasangan) tidak direkomendasikan untuk menggunakan alat kontrasepsi

ini.

e) Prosedur medis (pemeriksaan pelvik) diperlukan sebelum pemasangan

sehingga banyak perempuan yang takut menggunakan kontrasepsi jenis

ini.

f) Adanya perdarahan bercak / spotting selama 1-2 hari pasca pemasangan

tetapi kemudian akan menghilang.

g) Klien tidak bisa memasang ataupun melepas sendiri, petugas kesehatan

yang diperbolehkan memasang juga yang terlatih.

h) Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau selama

pemakaian, sehingga akseptor harus mengecek keberadaan AKDR dengan

meraba dengan jari benang pada liang vagina sewaktu-waktu (bila ada

indikasi terlepasnya AKDR) atau rutin pada akhir menstruasi.

15

2.3.7 Waktu penggunaan IUD

Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil

b. Hari pertama sampai ke tujuh siklus haid

c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu

pasca persalinan.

d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila

tidak ada gejala infeksi.

e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

2.3.8 Waktu Kontrol IUD

Waktu control IUD harus diperhatikan, adalah :

a. 1 bulan pasca pemasangan

b. 3 bulan kemudian

c. Setiap 6 bulan berikutnya

d. Bila terlambat haid 1 minggu.

e. Perdarahan banyak atau keluhan lain.

2.3.9 Indikasi Pemakaian IUD

IUD diberikan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi efektif yang

berjangka panjang tetapi belum menginginkan atau masih takut menggunakan

metode sterilisasi. Lippes loop misalnya dapat dipakai sepanjang masa selama

16

tidak menunjukkan adanya efek samping dan TCu 380A dapat bertahan sampai 8

tahun.

IUD juga diberikan pada wanita yang tidak mau repot minum pil setiap

hari atau mempunyai kontraindikasi pemakaian pil.

IUD tidak sama sekali mengganggu produksi ASI, meskipun mengandung

tembaga dan progesterone.

2.3.10 Pemasangan IUD

a. Persiapan Alat-alat Untuk Pemasangan IUD

1) Satu set IUD

2) Cairan antiseptic secukupnya, antara lain : yodium 1%, betadine 1 %,

dettol : air = 1:20

3) Kapas

4) Speculum cocor bebek / speculum SIMS

5) Gunting

6) Sonde uterus

7) Tenakulum satu gigi

8) Tang tampon / pinset panjang

9) Sepasang sarung tangan steril

10) Busi / dilatator hegar

11) Kartu KB

12) Buku-buku administrasi dan registrasi KB

17

b. Cara Pemasangan IUD Secara Umum

1) Member penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek

samping dan cara menanggulangi efek samping,

2) Melaksanakan anamnesa umum, keluarga, media dan kebidanan,

3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur

tekanan darah,

4) Mempersilahkan calon peserta untuk mengosongkan kandung kemih,

5) Calon peserta dipersilahkan berbaring dalam posisi litotomi untuk

mempermudah pemasangan IUD,

6) Petugas cuci tangan

7) Memakai sarung tangan kanan dan kiri

8) Lakukan pemeriksaan dalam (PD), untuk menentukan besar rahim dan

bentuk rahim,

9) Masukkan speculum, bersihkan dinding vagina dan mulut rahim dengan

kapas desinfektan. Perhatikan dinding vagina dan mulut rahim apakah

terdapat kelaianan atau tidak,

10) Bersihkan portio dengan larutan antiseptic,

11) Kait bibir depan portio serviks dengan tenakulum tepat pada sebelah atas

portio,

12) Masukkan sonde sesuai dengan arah rahim, untuk menentukkan

dalamnya rahim,

18

13) Siapkan IUD steril. Biasanya IUD generasi II atau III telah dikemas

dalam keadaan suci hama (bila bungkusannya tidak rusak). Sedangkan

lippes loop perlu disucihamakan dulu,

14) Masukkan IUD sesuai dengan arah dan dalamnya sonde,

15) Gunting benang sehingga panjang benang ± 5 cm,

16) Speculum sym dilepas dan benang IUD didorong kesamping mulut

rahim,

17) Peserta dirapikan dan dipersilahkan berbaring ± 5 menit

18) Alat-alat dibersihkan

19) Petugas cuci tangan

2.3.11 Prosedur Pencabutan IUD

a. Persiapan Alat

1) Spekulum cocor bebek / Spekulum SIMS yang kecil, sedang, atau besar,

2) Forsep arteri lurus / korentang

3) Cairan antiseptic secukupnya dalam baskom kecil seperti : povidon

iodine 1 %, atau dettol : air = 1: 20,

4) Kain kasa atau kapas

5) Tang tampon / pinset panjang

6) Sepasang sarung tangan steril

7) IUD removel / pengait AKDR

8) Sonde uterus.

19

b. Cara Pelepasan IUD

a) Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

b) Peserta dipersilahkan untu BAK terlebih dahulu dan membersihkan

daerah genetilnya, kemudian dipersilahkan berbaring di tempat periksa

dalam posisi litotomi.

c) Gunakan sarung tangan

d) Bersihkan dinding vagina dan mulut rahim dengan kapas desinfektan

e) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukkan besar, bentuk, dan

posisi rahim.

f) Masukkan speculum ke dalam liang vagina. Posisikan sedemikan rupa

sehingga mulut rahim terlihat dengan baik,

g) Bersihkan serviks dengan larutan antiseptic 3x secara merata pada daerah

serviks dan vagina,

h) Identifikasi benang AKDR, jika terlihat jepit benang dengan porsep, tarik

benang AKDR perlahan-lahan ke arah bawah hingga keluar dari liang

vagina. Bila terasa ada tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan maneuver

dengan menarik-narik secara halus benang tersebut.

i) Apabila benang tidak terlihat, masukkan sonde sesuai dengan posisi

rahim pada pemeriksaan dalam. Ukur dalam rahim dan putar gagang

sonde secara perlahan-lahan dalam bentuk lingkaran, benturan sonde

dengan IUD akan terasa bila IUD terdapat di dalam rahim. Tarik IUD

keluar dengan memakai IUD removel / pengait IUD.

j) Lepaskan speculum, kemudian lakukan desinfeksi daerah vagina.

20

k) Alat-alat dibereskan

l) Pasien dirapikan kembali.

2.3.12 Efek Samping Pemasangan IUD

1) Perdarahan :

a) Gejala / keluhan : keluar darah dari liang vagina di luar haid dalam

jumlah kecil berupa bercak-bercak (spotting) atau dalam jumlah

berlebihan (metrorhagia). Perdarahan ini dapat pula terjadi masa haid

dalam jumlah berlebihan (menometrorhagia)

b) Penanggulangan :

(a) Konseling : beri penjelasan bahwa perdarahan ringan biasanya

terjadi pada awal pemasangan. Selama haid, perdarahan lebih

banyak dari pada biasanya hal ini tidak berbahaya.

(b) Pemberian preparat besi ; 1 x 1 tablet perhari

(c) Bila perdarahan banyak sekali rujuk ke RS dang anti cara KB.

2) Keputihan :

a) Gejala / keluhan :

(a) Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi cairan

rahim yang berlebihan

(b) Tidak berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak terasa

gatal, dan tidak merasa panas

b) Penanggulangan :

(a) Berikan konseling sebelum pemasangan AKDR

21

(b) Pada kasus dimana cairan berlebihan, dapat diberikan ekstrak

beladona 10mg 2x1 tablet untuk mengurangi cairan tersebut.

(c) Bila terdapat perubahan bau dan warna hal ini biasanya disebabkan

oleh infeksi.

3) Ekspulsi

a) Gejala / keluhan : tidak adanya AKDR dalam liang vagina yang

menyebabkan rasa tidak enak bagi wanita. Dapat terjadi ekspulsi

sebagian atau seluruhnya. Biasanya terjadi pada waktu haid.

b) Penanggulangan :

(a) Konseling ; menjelaskan kepada pasien bahwa ekspulsi mungkin

saja terjadi pada pemakai AKDR (5%), hal ini disebabkan oleh tidak

sesuainya ukuran AKDR yang terpasang.

(b) Melepas AKDR dan mengganti dengan ukuran yang sesuai.

4) Nyeri

a) Gejala / keluhan : nyeri pada waktu pemasangan AKDR, waktu haid.

b) Penanggulangan :

(a) Konseling : jelaskan bahwa nyeri disebabkan oleh kontraksi yang

berlebihan dari rahim dan bersifat sementara dan mudah diatasi.

(b) Tindakan medis :

(1) Inspeculo : apakah ada cairan keputihan yang berbau, erosi pada

portio

22

(2) Pemeriksaan dalam : apakah terdapat tanda-tanda radang di

rahim. Bila terdapat tanda-tanda radang, AKDR harus segera

dilepas. Apabila benang AKDR terlalu panjang dipotong.

(3) Pemberian obat analgesic.

5) Infeksi :

a) Gejala / keluhan : adanya rasa nyeri didaerah perut bagian bawah, bila

disertai demam, keputihan yang berbau busuk dan rasa nyeri pada waktu

melakukan hubungan suami istri / periksa dalam.

b) Penanggulangan :

(a) Rujuk ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

(b) Bila tidak dapat diatasi AKDR dilepas dan diganti dengan cara

kontrasepsi lain.

6) Translokasi

Translokasi adalah pindahnya AKDR dari tempat seharusnya.

Penanggulangan :

(1) Konseling : menjelaskan kepada akseptor bahwa hal tersebut mungkin

saja terjadi. Penyebabnya dapat karena kelainan rahim, kesalahan teknis

dalam pemasangannya.

(2) Rujuk ke RS untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pengangkatan IUD.

2.4 Pasangan Usia Subur

Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan

(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ

23

reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini pasangan usia subur

harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka

kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval

kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan

kualitas generasi yang akan datang.

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam

memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut normal.

Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas

(kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian

masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian

penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan

mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan

harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti oleh masyarakat luas.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi IUD

2.5.1 Paritas / jumlah anak

Anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa

jumlah diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri, apakah satu, dua tiga dan

seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sebuah anak adalah

sebuah pilihan, yang mana sebuah pilihan sangat dipengaruhi

Program KB selain upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas

melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak

reproduksi juga untuk penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan

24

yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal ;

mengatur jumlah anak, jarak dan usia ideal melahirkan anak.

Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi

pemilihan jenis alat kontrasepsi. Paritas yang diteliti adalah paritas 1-2, paritas

2-4, paritas > 4. Hal ini dikarenakan akseptor yaitu mempunyai anak lebih dari

empat cenderung mengalami resiko tinggi persalinan. Apabila terjadi kehamilan

tersebut digolongkan dalam kehamilan resiko tinggi.

2.5.2 Umur

Usia yang dimaksud disini adalah usia akseptor KB. Usia

mempengaruhi akseptor dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor

usia dapat ditentukan fase-fase. Usia kurang 20 tahun; fase menunda kehamilan,

usia antara 20-30 tahun; fase menjarangkan kehamilan. Usia antara 30 tahun

lebih; fase mengakhiri kehamilan.

Masa reproduksi (kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Masa menunda kehamilan (kesuburan)

Sebaiknya istri menunda kehamilan pertama sampai umur 20 tahun.Ciri-ciri

kontrasepsi yang sesuai:

a) Kembalinya kesuburan yang tinggi. Artinya kembalinyakesuburan dapat

dijamin 100%. Ini penting karena akseptor belummempunyai anak.

b) Efektifitas yang tinggi. Hal ini penting karena kegagalan

akanmenyebabkan tujuan KB tidak tercapai.

Prioritas kontrasepsi yang sesuai:Pil, AKDR, Cara sederhana (kondom,

spermisida).

25

2) Masa mengatur kesuburan (menjarangkan)

Umur melahirkan terbaik bagi istri adalah umur 20 - 30 tahun.

Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai:

a) Kembalinya kesuburan (reversibilitas) cukup.

b) Efektifitas cukup tinggi.

c) Dapat dipakai 2 - 4 tahun, sesuai dengan jarak kehamilan yangaman

untuk ibu dan anak.

d) Tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Ini penting karenaASI

adalah makanan terbaik bagi bayi sampai umur 2 tahun.Penggunaan ASI

mempengaruhi angka kesakitan bayi/anak.

Prioritas kontrasepsi yang sesuai: AKDR, Suntikan, Pil, Norplant

(AKBK), Kontap ( jika umur sekitar 30 tahun)

3) Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi).

Pada umumnya setelah keluarga mempunyai 2 anak dan umur istritelah

melebihi 30 tahun, sebaiknya tidak hamil lagi.

Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai:

a) Efektifitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadikehamilan

dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Selain ituakseptor sudah tidak

ingin mempunyai anak lagi.

b) Dapat dipakai untuk jangka panjang.

c) Tidak menambah kelainan/penyakit yang sudah ada. Pada masaumur tua

kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, danmetabolik meningkat.

26

Oleh karena itu, sebaiknya tidakmemberikan obat/kontrasepsi yang

menambah kelainan/penyakittersebut.

Prioritas kontrasepsi yang sesuai: Kontap, AKDR, Norplant (AKBK),

Suntik, Pil.

2.5.3 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar penginderaan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain

kognitif yaitu :

a. Tahu (know)

Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya

termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima.Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar.Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi

27

tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang

baru.Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun,

dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian ini didasarkan

28

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di

suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.5.4 Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.

Adapun jenjang pendidikan akseptor yang diteliti :

a. Pendidikan Dasar (SD)

b. Pendidikan Menengah (SMP dan SMA)

c. Pendidikan Tinggi

Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku

masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan.

Peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah

karena pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan

akan menekan adanya keluarga besar. Orang tua dalam keluarga tentu saja

menginginkan agar anaknya berkualitas dengan harapan dikemudian hari dapat

Untuk sampai pada cita-cita tersebut tentu saja tidak mudah, dibutuhkan strategi

dan metode yang baik.Apakah mungkin menciptakan anak yang berkualitas di

tengah waktu yang terbatas, karena kesibukan bekerja, dan apakah mungkin

29

menciptakan anak berkualitas di tengah kondisi keuangan atau pendapatan yang

terbatas.

2.5.5 Dukungan Suami

Peran atau partisipasi suami istri dalam Keluarga Berencana (KB) antara

lain menyangkut :

a. Pemakaian alat kontrasepsi

b. Tempat mendapatkan pelayanan

c. Lama pemakaian

d. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi

e. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi

Dalam hal komunikasi, peran suami istri antara lain :

a. Suami memakai kontrasepsi

b. Istri memakai kontrasepsi tapi tidak dibicarakan dengan suami

c. Suami istri tidak memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan antara suami istri

d. Suami istri tidak memakai dan tidak dibicarakan antara suami istri.

Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria

dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaankesehatan dan

kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berprilaku seksual yang sehat dan aman

bagi dirinya, istri, dan keluarganya.

Ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya peserta KB pria antara

lain:

a. Kondisi lingkungan sosial budaya, masyarakat dan keluarga yang masih

menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan serta

30

pandangan yang cenderung menyerahkan tanggung jawab pelaksanaan KB

dan kesehatan reproduksi sepenuhnya kepadapara wanita.

b. Pengetahuan, kesadaraan Pasangan Usia Subur (PUS) dan keluargadalam KB

pria rendah.

c. Keterbatasan jangkauan (aksesibilitas) dan kualitas pelayanan KBpria.

Meskipun dari dua metode KB pria telah tersedia berbagai merek kondom

dan telah dikembangkan beberapa teknik vasektomi yang relatif lebih baik,

namun seringkali menjadi alasan utama yang dikemukakan dari berbagai

pihak mengapa kesertaan pria dalam KB rendah adalah terbatasnya metode

atau cara kontrasepsi yang tersedia.

d. Dukungan politis dan operasional masih rendah di semua tingkatan.

Hal tersebut di atas membahas tentang partisipasi pria secara langsung

dalam ber-KB (sebagai peserta KB pria dengan menggunakan salah satu cara atau

metode pencegahan kehamilan) namun ada pula partisipasi pria secara tidak

langsung dalam ber-KB. Partispasi pria secara tidak langsung salah satunya

dengan cara mendukung istri dalam ber-KB. Apabila disepakati istri yang akan

ber-KB, peranan suami adalah memberikan dukungan dan kebebasan kepada istri

untuk menggunakan kontrasepsi atau cara/metode KB, adapun dukungannya

meliputi:

a. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan

keinginan dan kondisi istrinya.

b. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti

mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan istri untuk kontrol.

31

c. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi

dari pemakaian alat kontraspsi.

d. Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.

e. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak

memuaskan.

2.5.6 Budaya

Menurut Prof. Koentjaraningrat Budaya atau kebudayaan berasal dari

bahasa Sansekerta;buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata budhi atau budi dan

akal. Jadi budaya adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal dan budi

tersebut. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil

karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

manusia dengan belajar. (Lasari, Rizma fazriyanti)

Pembuat keputusan untuk mengunakan kontrasepsi secara statistik

berhubungan dengan pilihan kontrasepsi. Seorang wanita yang menentukan

sendiri apakah ia akan menggunakan kontrasepsi dan kontrasepsi apa yang ia pilih

umumnya memilih alat kontrasepsi jangka pendek (92%).

Di sisi lain jika pembuat keputusan ber-KB adalah suaminya, penggunaan

kontrasepsi jangka pendek dapat ditekan (71%) dan bagi merekan yang ber-KB

sebagai hasil dari keputusan bersama, penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek

terhitung sebanyak 71%. Menilik pengaruh dari keyakinan (agama), tampak

bahwa kepercayaan seorang wanita mempengauhi pilihan kontrasepsinya. 87.1%

wanita yang beragama Islam lebih memilih alat kontrasepsi jangka pendek

sedangkan wanita non-muslim yang memilih alat kontrasepsi jangka pendek ter

32

hitung sebanyak 53.3%. Namun trend secara umum menunjukkan bahwa seluruh

responden masih memiliki kecenderungan untuk memilih alat kontrasepsi jangka

pendek dibandingkan dengan alat kontrasepsi jangka penjang atau yang lebih

permanen.

Tidak disangsikan lagi bahwa akses terhadap alat kontrasepsi berkaitan

dengan pilhan kontrasepsi seorang wanita. Wanita yang memperoleh alat

kontrasepsi sektor pemerintah memiliki kecenderungan lebih kecil untuk memilih

alat kontrasepsi jangka pendek dibandingkan dengan mereka yang memperoleh

kontrasepsi dari sektor swasta dan sumber lainnya (54.1% versus 89.5% dan

98.3%). Menurut tempat kediamannya, seperti yang diperkirakan, wanita yang

tinggal di daerah pedesaan memiliki kecenderungan lebih besar untuk memilih

alat kontrasepsi jangka pendek dibandingkan dengan mereka yang tinggal di

daerah perkotaan (83% versus 90.5%).

Penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek menurun sejalan dengan

meningkatnya tingkat kesejahteraan, sebaliknya penggunaan alat kontrasepsi

jangka panjang dan alat kontrasepsi yang lebih permanen meningat sejalan dengan

meningkatnya tingkaat kesejahteraan kecuali bagi mereka yang termasuk keluarga

sangat miskin.

Seperti yang diharapkan, wanita yang lebih tua cenderung untuk memilih

kontrasepsi jangka panjang dibandingkan dengan wanita yang ber usia lebih

muda. Sejalan dengan meningkatnya usia, maka kecenderungan untuk memilih

alat kontrasepsi jangka panjang dan alat kontrasepsi yang lebih permanen pun

meningkat. Ketika dibandingkan dengan pemilihan alat kontrasepsi jangka

33

pendek, ketika seorang wanita berusia antara 30-39 tahun, maka kecenderungan

untuk memilih alat kontrasepsi jangka panjang meningkat sebesar 0.69. Ketika

wanita tersebut berusia 40-49 tahun, maka kemungkinan untuk memilih alat

kontrasepsi jangka panjang meningkat menjadi 1.53 dan sebesar 23.05 untuk

memilih alat kontrasepsi yang lebih permanen.

Berdasarkan pengaruh dari tingkat pendidikan wanita, kemungkinan bagi

mereka yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya setingkat dengan SLTA,

kemungkinan untuk memilih alat kontrasepsi jangka panjang meningkat sebesar

2.80 dibandingkan dengan mereka yang hanya memiliki pendidikan SD atau

SMP. Bagaimana dan siapa yang memutuskan pengunaan alat kontrasepsi juga

berpengaruh terhadap pilihan kontrasepsi seorang wanita. Wanita yang memakai

alat kontrasepsi berdasarkan keputusan dari suaminya memiliki kecenderungan

lebih besar untuk memilih alat kontrasepsi yang lebih permanen dibandingkan

dengan alat kontrasepsi jangka pendek. Di sisi lain, kecenderungan bagi mereka

yang penggunaan alat kontrasepsinya berdasarkan keputusan bersama meningkat

sebesar 0.75 untuk memilih alat kontrasepsi jangka panjang dan meningkat

sebesar 1062 untuk memilih alat kontrasepsi yang lebih permanen.

34

2.6 KERANGKA KONSEP

KET :

: Variabel Penelitian

: Indikator

PENGGUNAAN

KONTRASEPSI

IUD

PARITAS

PENDIDIKAN

DUKUNGAN

SUAMI

BUDAYA

UMUR

PENGETAHUAN