27
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Kemiskinan 1) Kemiskinan relatif Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk sehingga dengan menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir bersama kita” (BPS RI, 2008). Ketika negara menjadi lebih kaya (sejahtera), negara tersebut cenderung merevisi garis kemiskinannya menjadi lebih tinggi. Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap tingkat pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Definisi

2.1.1 Kemiskinan

1) Kemiskinan relatif

Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat

sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum

disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian

terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen

lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut

pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin.

Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

pendapatan/pengeluaran penduduk sehingga dengan menggunakan definisi ini

berarti “orang miskin selalu hadir bersama kita” (BPS RI, 2008).

Ketika negara menjadi lebih kaya (sejahtera), negara tersebut cenderung

merevisi garis kemiskinannya menjadi lebih tinggi. Dalam hal mengidentifikasi dan

menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk

digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap tingkat pembangunan negara secara

keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan

tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat

kesejahteraan yang sama.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

14

2) Kemiskinan absolut

Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk

mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,

perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk

uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah

garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan

digolongkan sebagai penduduk miskin (BPS RI, 2008).

Garis kemiskinan absolut “tetap (tidak berubah)” dalam hal standar hidup,

garis kemiskinan absolut mampu membandingkan kemiskinan secara umum. Garis

kemiskinan Amerika Serikat tidak berubah dari tahun ke tahun, sehingga angka

kemiskinan sekarang mungkin terbanding dengan angka kemiskinan satu dekade

yang lalu, dengan catatan bahwa definisi kemiskinan tidak berubah.

Garis kemiskinan absolut sangat penting jika seseorang akan mencoba

menilai efek dari kebijakan anti kemiskinan antar waktu, atau memperkirakan

dampak dari suatu proyek terhadap kemiskinan (misalnya, pemberian kredit skala

kecil). Angka kemiskinan akan terbanding antara satu negara dengan negara lain

hanya jika garis kemiskinan absolut yang sama digunakan di kedua negara tersebut.

Bank Dunia memerlukan garis kemiskinan absolut agar dapat membandingkan

angka kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan kemana

menyalurkan sumber daya finansial (dana) yang ada, juga dalam menganalisis

kemajuan dalam memerangi kemiskinan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

15

Pada umumnya ada dua ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia, yaitu: a)

US$1 perkapita per hari dimana diperkirakan ada sekitar 1,2 miliar penduduk dunia

yang hidup dibawah ukuran tersebut; b) US$2 perkapita per hari dimana lebih dari

2,8 miliar penduduk yang hidup kurang dari batas tersebut. US dollar yang

digunakan adalah US$ PPP (Purchasing Power Parity/Paritas Daya Beli). Kedua

batas ini adalah garis kemiskinan absolut (Todaro dan Smith, 2006). Angka Paritas

Daya Beli menunjukkan banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli

sejumlah kebutuhan barang dan jasa dimana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli

seharga US$1 di Amerika. Berdasarkan hasil survei tahun 2005 oleh Bank Dunia

diperoleh konversi bahwa pada tahun 2012 angka US$1 PPP ekuivalen dengan

Rp.5.704,67,- di Indonesia.

2.1.2 Ketenagakerjaan

Konsep dan definisi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

konsep ketenagakerjaan yang direkomendasikan oleh The International Labour

Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu

penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Kelompok penduduk usia

kerja dibedakan lagi menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang

sedang dilakukannya, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pendekatan

ketenagakerjaan tersebut menggunakan konsep Diagram Ketenagakerjaan seperti

yang terlihat dalam Gambar 2.1.

Definisi penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke

atas. Menurut kegiatannya penduduk usia kerja tersebut dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dan penduduk

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

16

bukan angkatan kerja. Penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja adalah

penduduk usia kerja yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik

yang sedang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu hal seperti

sakit atau sedang cuti, dan penduduk yang mempunyai pekerjaan atau

mengharapkan dapat pekerjaan, sedangkan penduduk bukan angkatan kerja adalah

penduduk yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus

rumahtangga, atau kegiatan lainnya dan tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat

dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja, atau sedang mencari

pekerjaan.

Gambar 2.1

Diagram Ketenagakerjaan

Sumber: BPS RI, 2013

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh

atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan dan dilakukan paling

Usia Kerja

≥ 15 tahun

tahun)

Bukan

Usia Kerja

PENDUDUK

Angkatan

Kerja

Bukan Angkatan

Kerja

Lainnya Mengurus

Rumahtangga

Sekolah Pengangguran Bekerja

Sementara

Tidak Bekerja

Sedang

Bekerja

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

17

sedikit satu jam secara berturut-turut dan tidak terputus dalam seminggu terakhir.

Penghasilan atau keuntungan mencakup upah/gaji termasuk semua

tunjangan/bonus bagi pekerja/karyawan/pegawai dan hasil usaha berupa sewa atau

keuntungan. Kegiatan bekerja tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tidak dibayar

yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi.

Pekerja yang dikategorikan mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak

bekerja adalah seseorang yang mempunyai pekerjaan/usaha tetapi selama seminggu

yang lalu tidak bekerja karena suatu sebab seperti sakit, cuti, menunggu panen,

tugas belajar, atau mogok kerja. Pekerjaan bukan profesional, seperti pekerja

serabutan/bebas, tukang cangkul keliling, buruh tani, dan buruh lepas lainnya serta

pekerja keluarga yang sementara tidak ada pekerjaan atau tidak melakukan kegiatan

“bekerja” selama seminggu yang lalu tidak dikategorikan sebagai sementara tidak

bekerja.

Kelompok penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan digolongkan

sebagai penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. Kemudian penduduk yang

sedang sekolah, mengurus rumahtangga, atau kegiatan lainnya digolongkan sebagai

penduduk usia kerja yang tidak aktif secara ekonomi. Gambaran penduduk usia

kerja yang aktif secara ekonomi dapat dilihat pada indikator tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK).

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Teori Kemiskinan Todaro dan Smith

Cakupan kemiskinan absolut menurut Todaro dan Smith (2006) adalah

sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

18

untuk memenuhi kebutuhan dasar. Penduduk miskin hidup di bawah tingkat

pendapatan riil minimum tertentu atau di bawah “garis kemiskinan internasional”.

Garis tersebut tidak mengenal tapal batas antarnegara, tidak tergantung pada tingkat

pendapatan per kapita di suatu negara, dan juga memperhitungkan perbedaan

tingkat harga antarnegara dengan mengukur penduduk miskin sebagai orang yang

hidup kurang dari US$1 atau US$2 per hari dalam dolar PPP.

Kemiskinan absolut dapat diukur dengan angka, atau “hitungan per kepala

(headcount)”, H, untuk mengetahui seberapa banyak orang yang penghasilannya

berada di bawah garis kemiskinan absolut, Yp. Ketika hitungan per kepala tersebut

dianggap sebagai bagian dari populasi total, N, maka diperoleh indeks per kepala

(headcount index), H/N. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu

konstan secara riil, sehingga dapat ditelusuri kemajuan yang diperoleh dalam

menanggulangi kemiskinan pada level absolut sepanjang waktu.

Salah satu strategi praktis untuk menentukan garis kemiskinan lokal adalah

dengan menetapkan sekelompok makanan yang cukup, yang didasarkan atas

persyaratan nutrisi dari penelitian medis tentang kalori, protein, dan mikronutrien

yang dibutuhkan tubuh. Kemudian, dengan menggunakan data survei rumahtangga

lokal, maka dapat diidentifikasi sekelompok makanan yang biasa dibeli oleh

rumahtangga yang hampir memenuhi persyaratan nutrisi ini. Kemudian

ditambahkan pengeluaran-pengeluaran untuk kebutuhan dasar lain, seperti pakaian,

tempat tinggal, dan sarana kesehatan, untuk menentukan garis kemiskinan lokal.

Tergantung pada bagaimana kalkulasi ini dilakukan, garis kemiskinan yang

dihasilkan mungkin melebihi US$1 per hari dalam dolar PPP.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

19

Menurut Todaro dan Smith (2006), perpaduan tingkat pendapatan per kapita

yang rendah dan distribusi pendapatan yang sangat tidak merata akan menghasilkan

kemiskinan absolut yang parah. Pada tingkat distribusi pendapatan tertentu,

semakin tinggi pendapatan per kapita yang ada, akan semakin rendah jumlah

kemiskinan absolut. Akan tetapi, tingginya tingkat pendapatan per kapita tidak

menjamin lebih rendahnya tingkat kemiskinan absolut.

Sebelum merumuskan program dan kebijakan-kebijakan yang efektif untuk

memerangi sumber-sumber kemiskinan, diperlukan pengetahuan yang lebih

mendalam mengenai siapa yang termasuk dalam kelompok miskin dan apa saja

karakteristik ekonomi kelompok miskin tersebut. Beberapa karakteristik ekonomi

kelompok masyarakat miskin yang digambarkan oleh Todaro dan Smith (2006)

adalah sebagai berikut.

1) Kemiskinan di Pedesaan

Salah satu generalisasi yang terbilang paling valid mengenai penduduk

miskin adalah pada umumnya bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan, dengan

mata pencaharian pokok di bidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya

yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional (biasanya dilakukan

secara bersama-sama), kebanyakan perempuan dan anak-anak daripada laki-laki

dewasa, dan sering terkonsentrasi di antara kelompok etnis minoritas dan penduduk

pribumi.

Sekitar dua pertiga penduduk miskin di negara-negara berkembang masih

menggantungkan hidup pada pola pertanian yang subsisten, baik sebagai petani

kecil atau buruh tani yang berpenghasilan rendah. Selanjutnya, sepertiga penduduk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

20

miskin lainnya kebanyakan juga tinggal di pedesaan dan hanya mengandalkan

hidupnya dari usaha jasa kecil-kecilan, dan sebagian lagi tinggal di daerah-daerah

sekitar atau pinggiran kota atau kampung-kampung kumuh di pusat kota dengan

berbagai macam mata pencaharian seperti pedagang asongan, pedagang kaki lima,

kuli kasar, atau berdagang kecil-kecilan. Karena sebagian besar penduduk miskin

tinggal di daerah pedesaan, maka setiap kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk

menanggulangi kemiskinan seharusnya sebagian besar ditujukan ke program-

program pembangunan pedesaan pada umumnya dan melalui pembenahan sektor-

sektor pertanian pada khususnya.

2) Kaum Perempuan dan Kemiskinan

Mayoritas penduduk miskin di dunia adalah kaum perempuan. Jika

dibandingkan standar hidup penduduk termiskin di berbagai negara-negara

berkembang, akan terungkap fakta bahwa hampir di semua tempat, yang paling

menderita adalah kaum perempuan beserta anak-anak. Banyaknya perempuan yang

menjadi kepala rumahtangga, rendahnya kesempatan dan kapasitas perempuan

dalam memiliki pendapatan sendiri, serta terbatasnya kontrol perempuan terhadap

penghasilan suami, merupakan sebab-sebab pokok atas terjadinya fenomena yang

sangat memprihatinkan tersebut. Selain itu, akses kaum perempuan ternyata juga

sangat terbatas untuk memperoleh kesempatan menikmati pendidikan, pekerjaan

yang layak di sektor formal, berbagai tunjangan sosial, dan program-program

penciptaan lapangan kerja yang dilancarkan oleh pemerintah. Kenyataan ini turut

mempersempit sumber-sumber keuangan bagi perempuan, sehingga posisi

perempuan secara finansial kurang stabil apabila dibandingkan dengan laki-laki.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

21

Sebagian dari disparitas atau kesenjangan pendapatan antara keluarga-

keluarga yang dikepalai oleh laki-laki dan perempuan bersumber dari adanya

perbedaan pendapatan yang sangat besar antara laki-laki dan perempuan. Selain

upah buruh perempuan biasanya lebih rendah (meskipun beban kerjanya sama),

perempuan juga sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang berupah tinggi. Di daerah

perkotaan-perkotaan sekalipun, kaum perempuan lebih sulit mendapatkan

pekerjaan formal di perusahaan-perusahaan swasta maupun di lembaga-lembaga

pemerintahan. Akibatnya, perempuan terpaksa terkungkung dalam bidang-bidang

kerja yang berpenghasilan atau yang berproduktivitas rendah. Di pedesaan,

situasinya sama sekali tidak lebih baik; kaum perempuan juga sulit mendapatkan

pekerjaan yang memberinya sejumlah penghasilan secara tetap.

Tingkat pendapatan rumahtangga (household income) merupakan indikator

yang tidak bisa diandalkan untuk mengukur tinggi atau rendahnya kesejahteraan

seseorang karena distribusi pendapatan di dalam keluarga tersebut juga berbeda-

beda. Lebih dari itu, sesungguhnya status ekonomi dari kaum perempuan di

kalangan miskin tersebut merupakan sebuah indikator yang lebih baik, karena lebih

mampu mencerminkan sejauh mana tingkat kesejahteraan yang ada pada diri kaum

perempuan dan anak-anak. Berbagai penelitian tentang alokasi sumber daya dalam

setiap rumahtangga menunjukkan secara jelas bahwa di banyak kawasan di dunia,

kecukupan gizi, pelayanan kesehatan, taraf pendidikan, dan warisan yang diterima

oleh perempuan lebih rendah daripada yang dinikmati oleh kaum laki-laki.

Bias-bias internal atau ketimpangan distribusi pendapatan dalam masing-

masing rumahtangga ini banyak dipengaruhi oleh status ekonomi kaum perempuan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

22

Berbagai penelitian mendapati bahwa seandainya sumbangan finansial perempuan

di suatu keluarga meningkat atau relatif lebih tinggi, maka diskriminasi yang

berlangsung terhadap anak-anak perempuan akan lebih rendah, dan kaum

perempuan pun lebih mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri dan juga

kebutuhan anak-anaknya. Jika pendapatan di keluarga tersebut sangat rendah, maka

boleh dikatakan seluruh hasil kerja atau pendapatan sang ibu akan dihabiskan hanya

untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kecukupan gizi yang dibutuhkan. Akan

tetapi, apabila yang bertambah adalah penghasilan sang bapak atau suami, maka

bagian penghasilan keluarga yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan gizi

keluarga tidak akan bertambah terlalu banyak.

Kontrol kaum perempuan terhadap penghasilan atau sumber daya keluarga

juga relatif masih sangat terbatas karena sejumlah alasan. Alasan yang paling utama

adalah kenyataan bahwa sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh kaum

perempuan tidak memberikan imbalan uang, misalnya mencari kayu bakar di hutan

dan memasak, dan bahkan kadang pekerjaan tersebut tidak berwujud, seperti

kegiatan mengasuh anak. Selain itu, apabila seorang perempuan bekerja di ladang

atau melakukan kegiatan usaha milik keluarga, perempuan tidak mendapatkan

upah. Ini belum termasuk kaum perempuan yang bekerja paruh waktu dalam

kegiatan-kegiatan usaha keluarga.

Kaum lelaki yang menjadi kepala keluarga praktis mengendalikan seluruh

hasil panen, termasuk uang hasil penjualannya, meskipun sebenarnya panen itu

tercipta antara lain berkat kerja keras istrinya. Dalam banyak budaya, partisipasi

kaum perempuan secara signifikan dalam penghasilan rumahtangga kurang bisa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

23

diterima secara sosial, dan karenanya hasil karya kaum perempuan tetap tidak

nampak atau kurang diperhatikan. Hal ini merupakan faktor-faktor yang

mengakibatkan terus bertahannya status ekonomi perempuan yang rendah, yang

selanjutnya semakin membatasi kontrol perempuan terhadap tingkat penghasilan

atau sumber-sumber daya ekonomi keluarga.

Kebijakan-kebijakan pembangunan yang diberlakukan di negara-negara

berkembang acap kali juga turut memperlebar jurang kesenjangan produktivitas

antara kaum laki-laki dan perempuan, dan dengan sendirinya akan memperburuk

ketimpangan pendapatan antara keduanya, sekaligus memperparah status ekonomi

kaum perempuan di dalam rumahtangganya. Mengingat program-program

pengentasan kemiskinan yang dijalankan oleh pemerintah selama ini lebih tertuju

kepada kaum laki-laki saja, maka berbagai bentuk ketimpangan yang diderita oleh

kaum perempuan cenderung semakin parah.

Di daerah perkotaan, program pelatihan yang diadakan untuk meningkatkan

potensi warga dalam memperoleh penghasilan dan kesempatan kerja di sektor

formal juga lebih banyak ditujukan untuk kaum laki-laki. Sementara itu, program-

program ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian juga lebih terarah kepada jenis-

jenis tanaman yang biasa ditangani oleh kaum laki-laki saja. Sejumlah penelitian

mengungkapkan bahwa upaya-upaya pembangunan seperti itu bukan hanya akan

meningkatkan beban kerja kaum perempuan, tetapi juga mengurangi sumber-

sumber daya rumahtangga yang ada di bawah kontrol perempuan. Sebagai

konsekuensinya, posisi ekonomi dari kaum perempuan dan anak-anak yang

menjadi tanggungannya menjadi semakin rentan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

24

Kenyataan bahwa kesejahteraan perempuan dan anak-anak sangat

dipengaruhi oleh rancangan kebijakan ekonomi pemerintah yang menggarisbawahi

pentingnya memasukkan kaum perempuan ke dalam berbagai program

pembangunan. Guna memperbaiki taraf hidup penduduk termiskin, peran ekonomi

kaum perempuan harus diperhitungkan. Bertolak dari hal tersebut, maka

peningkatan kesejahteraan keluarga hanya bisa diharapkan setelah adanya program-

program pembangunan yang secara nyata akan mampu meningkatkan partisipasi

kaum perempuan dalam pendidikan dan pelatihan, penciptaan lapangan kerja di

sektor formal, serta dalam pengembangan pertanian. Pemerintah juga dituntut untuk

membuka akses yang sama besar kepada kaum perempuan dalam program-program

pendidikan, bidang pelayanan sosial, penyediaan kesempatan kerja, dan

kesejahteraan sosial. Sektor-sektor lapangan kerja informal, dimana kaum

perempuan banyak berkiprah, juga perlu dilegalisasikan agar status ekonomi kaum

perempuan benar-benar terangkat.

Konsekuensi atas rendahnya status ekonomi kaum perempuan, baik secara

relatif maupun absolut, mengandung berbagai implikasi etis dan ekonomi berjangka

panjang. Setiap proses pertumbuhan ekonomi yang gagal memperbaiki kondisi

kesejahteraan perempuan dan anak-anak, berarti telah gagal pula mencapai salah

satu dari tujuan-tujuan utama pembangunan. Dalam jangka panjang, rendahnya

status ekonomi kaum perempuan tersebut pada gilirannya akan memperlambat laju

pertumbuhan ekonomi nasional. Kaitan ini tidaklah mengherankan, jika diingat

bahwasanya kondisi kesejahteraan dan tingkat pendidikan anak-anak sangat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

25

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan serta kondisi kesejahteraan sang ibu, bukannya

sang ayah.

Investasi sumber daya manusia hanya akan berhasil diteruskan ke generasi

mendatang jika menyertakan upaya-upaya perbaikan status dan kesejahteraan kaum

perempuan ke dalam proses pertumbuhan. Karena sumber daya manusia itu sendiri

mungkin merupakan syarat terpenting bagi terciptanya proses pertumbuhan yang

berkesinambungan, maka pendidikan dan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan

serta status ekonomi kaum perempuan jelas merupakan suatu faktor yang sangat

penting demi tercapainya berbagai tujuan pembangunan jangka panjang.

3) Etnik Minoritas, Penduduk Pribumi, dan Kemiskinan

Generalisasi terakhir dari situasi kemiskinan di negara-negara berkembang

adalah bahwa kemiskinan banyak diderita oleh etnik minoritas dan penduduk

pribumi. Sekitar 40 persen dari seluruh negara-negara di dunia ini memiliki lebih

dari lima etnik, salah satu diantaranya sering kali mengalami berbagai bentuk

diskriminasi sosial, politik, maupun ekonomi yang serius. Dalam beberapa tahun

terakhir ini, konflik-konflik domestik dan bahkan perang saudara bersumber dari

persepsi memperebutkan sumber daya dan lapangan kerja yang terbatas.

Meskipun data rinci mengenai kemiskinan relatif yang diderita oleh etnik

minoritas dan penduduk pribumi sulit diperoleh (karena pertimbangan-

pertimbangan politik, hanya sedikit sekali negara yang bersedia mengangkat

masalah ini), para peneliti kini mulai berhasil mengumpulkan data-data tentang

penduduk pribumi di Amerika Latin. Hasilnya secara jelas menunjukkan bahwa

sebagian besar penduduk pribumi itu sangat miskin dan mengalami malnutrisi, buta

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

26

huruf, hidup dalam lingkungan kesehatan yang buruk, serta menganggur. Sebagai

contoh, para peneliti menemukan bahwa di Meksiko, lebih dari 80 persen penduduk

pribuminya adalah kaum miskin, padahal hanya 18 persen dari penduduk

nonpribumi di negara itu yang masih bergulat dengan kemiskinan.

2.2.2 Perempuan dan Kemiskinan

Tiga pendekatan kemiskinan dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab

kemiskinan di kalangan perempuan. Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan

kultural, struktural, dan alamiah. Secara kultural, sebagian masyarakat Indonesia

masih dipengaruhi secara kuat oleh budaya tradisional yang berideologi patriarki.

Ketimpangan struktural berupa keterbatasan kaum perempuan untuk memperoleh

akses ekonomi (misalnya bekerja untuk memperoleh penghasilan, bukan sekedar

menjalankan peran sebagai ibu rumahtangga), berorganisasi, dan sebagainya masih

berlaku. Kemiskinan struktural berakses pada timbulnya kemiskinan kultural,

dalam bentuk rendahnya pendidikan dan keterampilan sebagian besar perempuan,

terutama di perdesaan. Kemiskinan alamiah menjelaskan adanya sebagian kaum

perempuan yang bersikap pasrah terhadap posisi dirinya dalam kehidupan

rumahtangga dan masyarakat, karena kaum perempuan menganggap demikianlah

kodrat sebagai seorang perempuan. Fenomena kemiskinan alamiah ini tidak hanya

dijumpai pada masyarakat perdesaan, melainkan juga di perkotaan (Susiana, 2009).

Cahyono dalam Susiana (2009) menyatakan bahwa kemiskinan perempuan

juga dapat ditelaah melalui dua hal. Pertama, perspektif ekonomi. Kemiskinan dan

pemiskinan perempuan secara jelas terlihat dari sektor ekonomi. Perempuan yang

hidup dalam kemiskinan selalu kesulitan untuk mendapatkan akses sumber daya

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

27

ekonomi. Untuk bekerja kaum perempuan tidak diakui dan dihargai. Dalam bekerja

pun, perempuan mendapat upah jauh lebih rendah dari apa yang diperoleh laki-laki.

Seorang perempuan yang turut mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, atau yang menjadi kepala keluarga dari kelompok miskin, lebih miskin

dibandingkan laki-laki dari kategori sama. Secara adil harus diakui perempuan dari

berbagai belahan dunia memiliki jam kerja sekitar 30-50 persen lebih panjang

daripada laki-laki untuk pekerjaan yang dibayar maupun tidak dibayar,

dibandingkan dengan laki-laki pada usia yang sama.

Kedua, perspektif politik. Dalam dimensi ini, perempuan tidak terwakili

secara proporsional di antara kelompok miskin dan tidak memiliki kekuasaan.

Kemiskinan perempuan ini antara lain kerentanan hidup (vulnerability),

kesempatan dan suara (voicelessness and powerlessness), serta didukung

pemerintah yang sangat bias gender (male-biased governance systems). Dimensi

kemiskinan gender, yaitu bias gender, mudah ditemui dalam kebijakan struktural,

perbedaan efek kebijakan, dan dana yang tidak memadai untuk mendukung

kebijakan yang memihak kaum perempuan.

Menurut Hastuti (2007), dalam rumahtangga miskin dengan suami yang

dikontruksi sebagai kepala rumahtangga dan pencari nafkah utama, perempuan

akan berusaha mengalah karena ketergantungan secara ekonomi perempuan

terhadap suami. Terhadap anak-anak, perempuan akan cenderung mengalah karena

besar harapan perempuan untuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya.

Perempuan yang harus hidup dalam kemiskinan akan berupaya sekuat tenaga agar

seluruh anggota rumahtangganya tidak merasakan dampaknya. Usaha yang

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

28

dilakukan perempuan antara lain dengan bekerja meskipun dengan upah yang

rendah bahkan cenderung bekerja tidak berupah.

Menurut Antari (2008), perempuan memiliki potensi besar dalam

berkontribusi pada pendapatan keluarga. Hal ini karena perempuan juga

mempunyai kemampuan untuk bekerja di sektor publik. Selain fleksibilitas dan

kemampuan perempuan dalam beradaptasi saat krisis ekonomi, perempuan lebih

mempunyai inisiatif untuk menggantikan suaminya dalam mencari penghasilan

yang menghadapi pemutusan hubungan kerja. Oleh karena itu, salah satu strategi

yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah meningkatkan

pendapatan dengan melibatkan potensi yang ada pada perempuan dalam aktivitas

ekonomi.

Secara kualitatif perempuan perdesaan telah melakukan banyak pekerjaan

di sektor domestik maupun publik, tetapi perempuan masih terpinggirkan akibat

kebijakan bias gender. Keterbatasan modal yang dimiliki perempuan, keterbatasan

pendidikan, serta keterampilan memaksa perempuan harus bekerja dengan upah

sangat rendah. Perempuan semakin kesulitan untuk meningkatkan sumber daya

perempuan karena beban kerja yang harus ditanggung lebih berat, yaitu

menyelesaikan tugas utama di rumahtangga, membantu mencari nafkah, dan

melakukan kegiatan yang kurang memiliki nilai ekonomi (Hastuti, 2007).

2.2.3 Pendapatan dan Kemiskinan

Menurut Mahanani (2003), dalam konteks pemenuhan kebutuhan ekonomi

pada dasarnya peran ganda perempuan bukanlah suatu hal baru, khususnya

perempuan yang hidup di daerah perdesaan yang miskin. Bagi perempuan yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

29

hidup dalam keluarga miskin, peran ganda ini memang telah ditanamkan sejak dini,

yang membuat perempuan harus terlibat dalam kewajiban kerja untuk menambah

pendapatan keluarga.

Tingginya jumlah pekerja yang bekerja di sektor kurang produktif berakibat

pada rendahnya pendapatan sehingga tergolong miskin atau tergolong pada pekerja

dengan pendapatan yang rentan menjadi miskin (Kemenkokesra, 2005). Dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan keluarganya, perempuan merupakan salah satu

tulang punggung ekonomi yang turut menentukan tingkat pendapatan rumahtangga,

mengingat keterbatasan kemampuan kepala keluarga (suami) dalam memperoleh

pendapatan untuk membiayai hidup dan biaya pendidikan anak-anaknya.

Dalam situasi dimana tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja

lebih rendah daripada laki-laki, menghapuskan hambatan bagi perempuan untuk

memasuki bursa kerja dan menciptakan peluang yang sama bagi perempuan dan

laki-laki untuk berpartisipasi dapat menjadi cara yang efektif dalam menurunkan

kemiskinan. Dengan dua orang pencari nafkah daripada hanya satu orang dalam

satu rumahtangga, penghasilan yang diperlukan dari tiap anggota rumahtangga

yang bekerja untuk mengangkat rumahtangga tersebut keluar dari kemiskinan

menjadi jauh lebih rendah (Kantor Perburuhan Internasional, 2010).

2.2.4 Jam Kerja dan Kemiskinan

Jumlah jam kerja memberi dampak pada kesehatan dan kesejahteraan

pekerja dan juga terhadap tingkat produktivitas dan biaya tenaga kerja (labour

cost). Mengukur tingkat dan perkembangan jumlah jam kerja secara berkelompok

maupun individual merupakan hal penting untuk memantau kondisi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

30

pekerjaan/kehidupan pekerja dan untuk menganalisis perkembangan ekonomi suatu

negara atau wilayah (BPS RI, 2007).

Menurut Noerdin (2006), alokasi waktu atau jam kerja perempuan lebih

panjang dibandingkan laki-laki, tetapi secara ekonomi penghasilan laki-laki lebih

tinggi dari perempuan. Hal ini terjadi karena perempuan bertanggungjawab atas

pekerjaan produktif, reproduktif, dan fungsi-fungsi sosial di komunitas. Dalam

bidang ekonomi, pekerjaan produktif yang dikerjakan oleh laki-laki dianggap

sebagai “pekerjaan” karena dibayar dan menghasilkan materi (uang) dan memiliki

jam kerja yang jelas. Sementara itu, pekerjaan domestik yang dilakukan oleh

perempuan tidak dikatakan sebagai pekerjaan karena tidak dibayar dan tidak

menghasilkan materi, serta memiliki jam kerja yang tidak terbatas karena

dikerjakan sepanjang waktu.

2.2.5 Lapangan Pekerjaan dan Kemiskinan

Salah satu karakteristik ketenagakerjaan yang dapat menggambarkan

adanya perbedaan antara rumahtangga miskin dan tidak miskin adalah lapangan

usaha atau sektor yang menjadi sumber penghasilan utama rumahtangga. Sumber

penghasilan utama rumahtangga menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan

yang diharapkan dapat mencerminkan kondisi sosial ekonomi suatu rumahtangga.

Profil orang miskin seringkali melekat pada orang yang bekerja di sektor pertanian,

seperti petani gurem, nelayan, buruh tani dan perkebunan, serta pencari kayu dan

madu di hutan (BPS RI, 2008).

Perempuan yang bekerja di perusahaan pertanian biasanya terikat dengan

upah yang sangat rendah. Dalam rangka meningkatkan pendapatan dan partisipasi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

31

perempuan dalam sektor pertanian, strategi pekerjaan dan investasi perdesaan harus

ditujukan pada perempuan dan memberikan perhatian yang lebih besar pada

perusahaan, termasuk dampak dari strategi pekerjaan dan investasi baru tersebut

terhadap peran dan status perempuan baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang (Suda, 2002).

2.2.6 Status Pekerjaan dan Kemiskinan

Status pekerjaan juga dapat menjadi salah satu indikator yang dapat

mencerminkan tingkat kesejahteraan suatu rumahtangga. Ada indikasi kuat bahwa

pekerja yang berstatus sebagai pengusaha akan memiliki tingkat kesejahteraan yang

lebih tinggi dibandingkan pekerja yang hanya berstatus sebagai buruh/karyawan/

pegawai (BPS RI, 2008). Banyaknya perempuan yang bekerja di sektor informal

menjelaskan berbagai hal, seperti ketidakmampuan sektor formal untuk

memperluas lapangan pekerjaan dan menyerap angkatan kerja yang terus

meningkat, penggunaan teknologi yang sederhana, ketidakcukupan pendidikan dan

keahlian perempuan, mudah untuk keluar masuk pasar, modal yang rendah, dan

relatif sesuai dengan sektor informal dan pekerjaan rumahtangga (Suda, 2002).

Buvinic (1997) menyatakan mayoritas perempuan menerima upah yang

rendah dalam bekerja karena adanya diskriminasi antara upah dan pekerjaan.

Contohnya di Honduras, pengusaha kopi dan tembakau lebih memilih

mempekerjakan perempuan sebagai buruh karena perempuan bersedia menerima

upah yang rendah. Terutama di negara miskin, pekerja perempuan merupakan

pekerja yang paling dicari untuk posisi dengan upah rendah, sektor pertanian,

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

32

industri skala mikro, pabrik tidak berbadan hukum, dan industri agrobisnis yang

membayar pekerja secara musiman atau paruh waktu.

2.2.7 Daerah Tempat Tinggal dan Kemiskinan

Berdasarkan daerah tempat tinggal penduduk miskin, maka kemiskinan

dibagi menjadi kemiskinan perdesaan (rural poverty) dan kemiskinan perkotaan

(urban poverty). Jika kemiskinan perdesaan cenderung merupakan kemiskinan

struktural dan kemiskinan kultural, maka kemiskinan perkotaan dapat didefinisikan

sebagai kemiskinan yang diakibatkan oleh berbagai dimensi (multi dimensi).

Kemiskinan kota mempunyai warna tersendiri bila dibandingkan dengan

kemiskinan desa, karena kompleksitas kemiskinan kota yang terdapat pada individu

atau kelompok masyarakat miskin di kota lebih tinggi dibandingkan dengan

kemiskinan desa (BPS RI, 2007).

Malik dkk (2012) menyatakan bahwa kemiskinan perdesaan tidak selalu

dapat dipahami karena masyarakat miskin di kota lebih terlihat daripada masyarakat

miskin di desa. Di perdesaaan, kemiskinan sering dikatakan sebagai aspek

multidimensional dari segi ekonomi, sosial, dan demografi. Kemiskinan di daerah

perdesaan secara substansial cenderung lebih tinggi daripada di daerah perkotaan.

Banyak daerah di Pakistan yang dapat dijadikan tempat penelitian untuk merancang

dan mengimplementasikan kebijakan pro-poor dalam mengurangi kemiskinan.

Menurut Ogujiuba dkk (2011), generalisasi paling valid tentang masyarakat

miskin adalah penduduk yang bertempat tinggal di perdesaan, dimana aktivitas

utamanya di sektor pertanian, yang lebih banyak terdapat perempuan dan anak kecil

dibandingkan laki-laki, serta sering terpusat pada etnis minoritas dan pribumi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

33

Sebagai contoh, hampir sekitar dua pertiga dari masyarakat miskin

menggantungkan hidupnya pada pertanian subsisten yang berskala kecil atau

sebagai pekerja dengan upah rendah.

2.2.8 Jumlah Anggota Rumahtangga dan Kemiskinan

Rumahtangga miskin cenderung mempunyai jumlah anggota rumahtangga

yang lebih banyak dibandingkan rumahtangga tidak miskin, karena rumahtangga

miskin cenderung mempunyai tingkat kelahiran yang tinggi. Tingkat kematian anak

pada rumahtangga miskin juga relatif tinggi akibat kurangnya pendapatan dan akses

kesehatan serta pemenuhan gizi anak. Dengan demikian jumlah anggota

rumahtangga yang besar dapat menghambat peningkatan sumber daya manusia

masa depan (BPS RI, 2008).

Rata-rata jumlah anggota rumahtangga miskin sekitar satu orang lebih

banyak dibanding rumahtangga yang tidak miskin, baik di wilayah perkotaan

maupun pedesaan. Hubungan jumlah anggota rumahtangga yang besar dengan

kemiskinan bersifat saling memperkuat. Di satu sisi, rumahtangga miskin

cenderung mempunyai anak lebih banyak. Hal itu tidak lepas dari anggapan bahwa

anak adalah jaminan masa depan bagi si orang tua. Di sisi lain, rumahtangga dengan

jumlah anak yang lebih banyak cenderung menjadi miskin karena untuk suatu

tingkat pendapatan tertentu harus dipakai untuk menghidupi lebih banyak anggota

rumahtangga (TNP2K, 2010).

2.2.9 Tingkat Pendidikan dan Kemiskinan

Hubungan antara kemiskinan dan pendidikan sangat penting, karena

pendidikan sangat berperan dalam mempengaruhi angka kemiskinan. Orang yang

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

34

berpendidikan lebih baik akan mempunyai peluang yang lebih rendah menjadi

miskin. Menurut Ustama (2009), dengan pendidikan yang baik setiap orang

memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan, mempunyai pilihan untuk mendapat

pekerjaan, dan menjadi lebih produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

Dengan demikian pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan dan

menghilangkan eksklusi sosial, untuk kemudian meningkatkan kualitas hidup dan

mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan membangun landasan pendidikan yang kokoh diharapkan dapat

melahirkan SDM yang berkualitas, sehingga dapat membantu menyelesaikan

permasalahan utama bangsa. Pendidikan dapat menjadi landasan kuat bagi dua pilar

utama penanggulangan kemiskinan yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi berkelanjutan

yang berpihak pada kaum miskin, dan 2) pembangunan sosial yang berorientasi

pada kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi memerlukan dan harus

ditopang dengan tenaga kerja terdidik, yang punya pengetahuan dan keterampilan,

serta menguasai teknologi untuk meningkatkan produktivitas.

2.3 Keaslian Penelitian

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang membahas mengenai

kemiskinan perempuan dan peran perempuan bekerja dalam mengurangi

kemiskinan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

variabel ekonomi dan sosial demografi terhadap status ekonomi perempuan di

Kabupaten Jembrana. Penelitian Usman dkk (2006) menghasilkan bahwa faktor

determinan kemiskinan pada karakteristik rumahtangga dan individu relatif tidak

berubah. Variabel yang dapat menambah kemiskinan adalah jumlah anggota

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

35

rumahtangga, kepala keluarga sebagai buruh tani dan kepala keluarga bekerja di

bidang pertanian. Variabel yang dapat mengurangi kemiskinan adalah kepala

rumahtangga yang bekerja, kepemilikan aset lahan pertanian, dan jumlah tahun

bersekolah seluruh anggota keluarga.

Penelitian Arjani (2007) menyimpulkan bahwa sampai saat ini jumlah

penduduk miskin yang ada di Bali masih cukup tinggi dan kondisi kemiskinan ini

lebih banyak dialami dan dirasakan oleh kaum perempuan. Kemiskinan yang

dialami oleh kaum perempuan tidak hanya kemiskinan ekonomis, tetapi juga

kemiskinan multidimensional seperti keterbatasan akses terhadap pendidikan,

politik, ekonomi, informasi, kesehatan, dan lain-lain. Kemiskinan yang dialami

oleh perempuan bersifat spesifik sehingga diperlukan penanganan yang khusus

seperti halnya pendekatan penanggulangan kemiskinan yang berperspektif gender.

Antari (2008) melakukan penelitian di Kota Denpasar dengan menggunakan

teknik Analisis Regresi Berganda menghasilkan bahwa faktor umur, tingkat

pendidikan, jam kerja, jumlah anggota rumahtangga, dan modal finansial secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan perempuan miskin. Jam kerja

dan modal finansial memberikan dampak dan pengaruh yang positif terhadap

pendapatan perempuan miskin, sedangkan umur, tingkat pendidikan, dan jumlah

anggota rumahtangga tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan

perempuan miskin. Sementara Astutie dkk (2008) melakukan penelitian di Kota

Tegal dengan menggunakan Metode Wawancara Mendalam, menghasilkan bahwa

peran wanita pesisir yang bekerja dalam mengatasi kemiskinan masyarakat jelas

terlihat. Perempuan pesisir hampir seluruhnya bekerja untuk menambah

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

36

penghasilan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi rumahtangga. Dengan demikian

maka perempuan pesisir yang bekerja secara langsung dapat mengurangi

kemiskinan pada masyarakat pesisir, baik yang disebabkan oleh kemiskinan

struktural maupun kemiskinan kultural.

Rahayu (2008) melakukan penelitian di Kabupaten Sleman dengan

menggunakan Analisis Deskriptif, Analisis Regresi dan Korelasi, menghasilkan

bahwa kontribusi pendapatan perempuan pekerja di sektor informal berperan besar

dalam peningkatan pendapatan keluarga di Kabupaten Sleman. Hubungan antara

tingkat pendidikan dengan pendapatan perempuan pekerja di sektor informal sangat

kecil dan tidak signifikan. Sebagian besar perempuan bekerja di sektor informal

dengan pendapatan per bulan di bawah Upah Minimum Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Kemudian Hastuti dan Respati (2009) melakukan penelitian di Lereng

Merapi Selatan dengan menggunakan Model Harvard, Model Moser, Model

SWOT, Model GAP dan Model Proba, menyimpulkan bahwa perempuan miskin

banyak melakukan kegiatan kerumahtanggaan dan non produktif. Dalam

kemiskinan perempuan kurang mendapat prioritas dalam peningkatan sumber daya

manusia sehingga semakin terperosok dalam ketidakberdayaan. Perempuan miskin

memiliki pendidikan dan pendapatan yang relatif rendah, kurang dilibatkan dalam

kegiatan produktif, memiliki akses dan kontrol yang rendah terhadap sumber daya

untuk meningkatkan pendapatan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain

faktor ekonomi, kultural, sosial, dan geografi.

Penelitian Ustama (2009) menyimpulkan bahwa meskipun pemerataan dan

perluasan akses pendidikan tidak berhubungan langsung dengan tingkat

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

37

kesejahteraan seseorang, namun pendidikan merupakan salah satu alat mobilitas

vertikal terpenting. Pendidikan merupakan investasi dan kesempatan untuk

berkompetisi dalam memperoleh penghidupan yang lebih baik di masa depan dan

turut terlibat dalam proses pembangunan. Dengan pendidikan yang terprogram baik

dan menjangkau semua elemen target MDGs maka pendidikan menjadi instrumen

paling efektif untuk memotong mata rantai kemiskinan. Sementara itu penelitian

Kamar (2010) menyimpulkan bahwa perubahan untuk memerdekakan perempuan

tidak hanya dari satu sektor saja. Perubahan harus dilakukan dalam berbagai sektor,

mulai dari pemberdayaan ekonomi perempuan, pendidikan perempuan, serta iklim

dan tatanan sosial yang ramah terhadap perempuan. Pemberdayaan perempuan

menjadi penting untuk menekan angka kemiskinan karena pemberdayaan

merupakan proses yang pada saat bersamaan menjadi tujuan untuk membuka akses

perempuan ke keadilan.

Javed dan Asif (2011) melakukan penelitian di Pakistan dengan

menggunakan Analisis Regresi Logistik menghasilkan bahwa jumlah pendapatan,

jumlah konsumsi, dan status kepala rumahtangga berpengaruh signifikan terhadap

kemiskinan. Daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan jumlah pendapatan

berpengaruh negatif terhadap kemiskinan, sedangkan kepala rumahtangga

perempuan dan jumlah anggota rumahtangga berpengaruh positif terhadap

kemiskinan. Kemudian Budhi (2013) melakukan penelitian di Bali dengan

menggunakan metode Fixed Effect Model (FEM) menghasilkan bahwa variabel

jumlah penduduk, share pertanian dan share industri pengolahan berpengaruh

positif terhadap jumlah penduduk miskin, sedangkan PDRB dan share industri

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

38

berpengaruh negatif. Dalam usaha menurunkan jumlah penduduk miskin,

pemerintah harus memperluas kesempatan kerja, menciptakan pertumbuhan

ekonomi yang berkualitas, dan membatasi kelahiran melalui penggalakan kembali

program Keluarga Berencana.

Penelitian Sudibia dan Marhaeni (2013) di Kabupaten Karangasem,

Provinsi Bali dengan menggunakan Analisis Deskriptif menyimpulkan bahwa

strategi kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Karangasem

adalah dengan menggunakan stategi kluster 1 dan strategi kluster 2. Strategi kluster

1 untuk keluarga yang benar-benar miskin, artinya pendapatannya sangat rendah

dan dengan pendidikan yang rendah pula, maka keluarga seperti ini harus dibantu

secara total untuk meningkatkan pendapatannya. Strategi kluster 2 untuk penduduk

miskin yang sebelumnya sebagai pekerja diarahkan untuk menjadi pengusaha

mandiri sehingga penghasilan dapat ditingkatkan.

Dari beberapa penelitian di atas, dapat diketahui bahwa perempuan yang

bekerja memiliki peranan dalam peningkatan pendapatan keluarga dan dapat

mengurangi kemiskinan dalam rumahtangga tersebut. Selain itu tingkat pendidikan

perempuan juga sangat penting untuk mengatasi masalah kemiskinan. Pekerja

perempuan yang bergerak di sektor informal dapat memberikan dampak yang

cukup positif terhadap pendapatan keluarga. Jumlah anggota rumahtangga dan

lapangan pekerjaan di bidang pertanian merupakan variabel yang dapat menambah

kemiskinan.

Persamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian di atas adalah

penelitian ini menggunakan teknik Analisis Regresi Logistik karena variabel tidak

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 1) II.pdf · Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

39

bebas yang digunakan memiliki skala nominal dengan dua kategori (miskin dan

tidak miskin). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

variabel yang diambil dari beberapa penelitian sebelumnya, seperti daerah tempat

tinggal, jumlah anggota rumahtangga, tingkat pendidikan, pendapatan, jam kerja,

lapangan pekerjaan, dan status pekerjaan. Perbedaan penelitian ini dengan beberapa

penelitian sebelumnya adalah ukuran sampel, sumber data, lokasi penelitian, dan

variabel bebas yang digunakan secara simultan. Dari beberapa persamaan dan

perbedaan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah asli dan

belum pernah dilakukan sebelumnya.