64
Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 61 BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN 2.1. Model dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional elaksanaan suatu model perencanaan yang menghasilkan produk perencanaan nasional di Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan model pembangunan. Setelah Indonesia memutuskan mulai membangun, maka penerapan berbagai model perencanaan nasionalpun dilakukan. Namun mengapa kemudian yang terjadi adalah suatu kondisi yang makin jauh dari cita-cita nasional, bahkan sepertinya sulit sekali mencapai cita-cita tersebut. Pertanyaannya kemudian adalah seperti apa model perencanaan yang dilaksanakan selama ini? Mengapa tidak mengantarkan bangsa ini kepada tujuan nasionalnya? Yaitu kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 128 Model perencanaan yang digunakan dalam pembangunan pada umumnya diselenggarakan berdasarkan suatu sistem. Sistem perencanaan nasional yang telah diselenggarakan selama ini tidak populer di telinga masyarakat karena kurang publikasi. Namun pelaksanaan kegiatan dan dasar-dasar penyelenggaraan pembangunan tetap dapat ditelusuri dan ditelaah, sehingga dapat dipahami apa yang telah berlangsung dalam mekanisme perencanaan pembangunan nasional. Pertanyaan berikutnya adalah, mengapa model yang dipilih dalam membangun tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan? Semuanya perlu untuk ditelaah demi memperbaiki model, sistem perencanaan, maupun teknis penyelenggaraan pembangunan. Namun yang selalu harus diingat adalah, bahwa perencanaan nasional, baik model, sistem ataupun manajemennya perlu dilaksanakan dengan konsekuen dan konsisten, dan tetap dijaga agar memiliki nilai fleksibilitas tinggi sehingga dapat dikendalikan dengan seksama. Selain itu juga perlu diingat bahwa model, sistem ataupun manajemen yang dipakai dalam perencanaan nasional seharusnya selalu tetap fokus untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia. 128 Wildani Hamzens, Op.Cit, hal. 34. P

BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 61

BAB II

KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

2.1. Model dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

elaksanaan suatu model perencanaan yang menghasilkan produkperencanaan nasional di Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan

model pembangunan. Setelah Indonesia memutuskan mulai membangun, makapenerapan berbagai model perencanaan nasionalpun dilakukan. Namun mengapakemudian yang terjadi adalah suatu kondisi yang makin jauh dari cita-cita nasional,bahkan sepertinya sulit sekali mencapai cita-cita tersebut. Pertanyaannya kemudianadalah seperti apa model perencanaan yang dilaksanakan selama ini? Mengapatidak mengantarkan bangsa ini kepada tujuan nasionalnya? Yaitu kemakmuran dankeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.128

Model perencanaan yang digunakan dalam pembangunan pada umumnyadiselenggarakan berdasarkan suatu sistem. Sistem perencanaan nasional yangtelah diselenggarakan selama ini tidak populer di telinga masyarakat karena kurangpublikasi. Namun pelaksanaan kegiatan dan dasar-dasar penyelenggaraanpembangunan tetap dapat ditelusuri dan ditelaah, sehingga dapat dipahami apayang telah berlangsung dalam mekanisme perencanaan pembangunan nasional.

Pertanyaan berikutnya adalah, mengapa model yang dipilih dalammembangun tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan? Semuanya perlu untukditelaah demi memperbaiki model, sistem perencanaan, maupun teknispenyelenggaraan pembangunan. Namun yang selalu harus diingat adalah, bahwaperencanaan nasional, baik model, sistem ataupun manajemennya perludilaksanakan dengan konsekuen dan konsisten, dan tetap dijaga agar memiliki nilaifleksibilitas tinggi sehingga dapat dikendalikan dengan seksama. Selain itu jugaperlu diingat bahwa model, sistem ataupun manajemen yang dipakai dalamperencanaan nasional seharusnya selalu tetap fokus untuk mencapai cita-citabangsa Indonesia.

128 Wildani Hamzens, Op.Cit, hal. 34.

P

Page 2: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 62

Seperti apa model perencanaan yang telah diterapkan di Indonesia?Perencanaan di Indonesia, dibedakan dua periodik besar, yaitu: 1) Sebelumkemerdekaan/kolonialisme dan 2) Setelah kemerdekaan.129

1) Perencanaan Sebelum KemerdekaanPerencanaan yang dilakukan di masa sebelum kemerdekaan sangat erat

kaitannya dengan situasi yang terjadi pada saat itu, dan mengikuti trend yangsedang berlangsung di negara penjajah. Indonesia merupakan daerah jajahan,karenanya planning yang hadir pada masa ini merupakan ‘sumbangan’ darikolonialisme. Surplus besar-besaran di negara-negara Eropa mulai dilempar kenegara-negara berkembang, kolonialisme berlangsung di Indonesia, danperencanaan yang terjadi adalah perencanaan ‘ala’ kolonial, dengan idealismeutopia, hasil perencanaan ditandai dengan munculnya bangunan-bangunankolonial, seperti benteng, penjara, gudang, perumahan kolonial di kota-kota yangmenggambarkan simbol kekuasaan.130

Perencanaan yang berlangsung di Indonesia sangat erat terkait dengankepentingan penjajah baik secara kekuasaan maupun ekonomi. Secara fisik,implementasi hasil perencanaan diantaranya menghasilkan kota-kota yang ekspresifdengan gaya kolonial abad ke -19, menunjukkan simbol-simbol kekuasaan. Kondisiseperti ini memperlihatkan dianutnya model perencanaan utopia yang mengandungnilai-nilai idealisme. Pembangunan tidak dilaksanakan berdasar keinginanmembangun untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, tapi diselenggarakan sesuaidengan kepentingan ekonomi penjajah yaitu kepentingan terhadap eksploitasikekayaan alam Indonesia secara besar-besaran, perkebunan-perkebunan kemudiandibuat di pulau Jawa dan Sumatera, disertai dibangunnya jaringan jalan kereta apiyang dibuat karena diperlukan untuk transportasi sesuai dengan kepentingankekuasaan dan ekonomi penjajah.131

Pada masa ini paham humanis dan naturalis sangat mempengaruhi kota-kota yang dibangun. Paradigma utopia yang idealis dan sarat akan simbol-simbolkekuasaan secara fisik ditetapkan pada penataan kota. Peninggalan-peninggalantersebut saat ini masih dapat dilihat di tempat-tempat yang disebut dengan

129 Ibid, hal. 34-35.130 Ibid, hal. 35.131 Ibid, hal. 35-36.

Page 3: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 63

‘kawasan kota lama’ misalnya di kawasan kota lama Semarang, kota lamadi Jakarta, atau disebut juga kawasan Jakarta Kota, di Yogyakarta kawasan initerletak di sekitar Kraton begitu juga di Surakarta. Di kawasan kota lama inibangunan-bangunan peninggalan yang ada, sebagian besar masih difungsikan dandipelihara dengan program revitalisasi kawasan dan bangunan.132

Secara sosial kemasyarakatan, penjajah tidak menerapkan suatu modelapapun yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Namundemikian, secara nasional pada masa ini rakyat Indonesia telah memiliki satu cita-cita bersama yaitu mewujudkan kemerdekaan.133

2) Perencanaan Setelah KemerdekaanSetelah kolonialisme surut, perang dunia kedua berakhir, Indonesia

memproklamirkan kemerdekaan, dan memutuskan melakukan pembangunan.Karenanya membicarakan perencanaan di lingkup wilayah, berarti membicarakanpembangunan. Pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam perencanaandi Indonesia, sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan yang terlihatpada orientasi perencanaan yang dilakukan.

Tabel 2.1. Perkembangan Paradigma Pembangunan dan ParadigmaPerencanaan di Indonesia

Paradigma Pembangunan Paradigma Perencanaan(Implementasi dalam Planning)

Growth Pole (Pertumbuhan): GNP = GrowthStrategy Pembangunan = Pertumbuhan

Positivisme: Pembuatan Master Plan,Rencana Induk, Rencana Umum, Blue Print

Equity (Pemerataan) Rasionalisme: RUTRW, RUTRK disebarkandiikuti dengan RDTRK, RTRK, RIKK

Basic Need Strategy Basic Infra StructureSustainable: Pembangunan harusberkelanjutan

Perencanaan dengan AMDAL

Empowerment: Pembangunan denganPengembangan Kualitas SDM

PluralismePeran swasta meningkat, otonomisasi

Sumber: Wildani Hamzens, 2005: 37.

132 Ibid, hal. 36.133 Ibid.

Page 4: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 64

Setelah meraih kemerdekaan, pada saat mulai membangun pemerintahmenerapkan model growth (pertumbuhan). Model ini mempunyai makna bahwakeberhasilan pembangunan dinilai dari presentase pertumbuhan yang diraih dariberbagai bidang pembangunan dan kemudian keberhasilan pembangunandilaporkan pada setiap akhir tahun anggaran. Pada masa ini produk perencanaanmemakai pendekatan positivisme dengan output perencanaan seperti master plandan rencana induk. Masa ini dikenal dengan era blue print.134

Model pertumbuhan ini bukannya tanpa akibat negatif, selain memilikiberbagai akibat positif terutama pada pembangunan fisik. Pertumbuhan yangberlangsung dan terjadi, pada tahapan selanjutnya disadari tidak merata dimilikioleh seluruh rakyat, kekayaan yang dimiliki dan diproduksi bangsa Indonesia tidakmerata dapat dimiliki secara adil oleh semua penduduknya. Dalam kondisi inipemerintah mencoba menerapkan model equity (pemerataan) untuk kelanjutanpelaksanaan pembangunan dan keberhasilannya dilaporkan pada setiap tahunanggaran.135

Pembangunan dimulai dengan menyusun program pembangunan yangdituangkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita. Umumnyaperencanaan dilaksanakan dengan cara menyusun rencana pada tingkat nasional,regional, sektoral dan penyelenggaraannya dalam bentuk proyek. Perencanaanpembangunan dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara maupunAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Perencanaan dilakukan bertahapmelalui Rakorbang (Rapat Koordinasi Pembangunan).136

Perencanaan di Indonesia disusun secara bertahap dan seharusnyamampu berproses dengan baik dan memperhatikan berbagai tingkat kepentingan,baik nasional maupun regional atau daerah. Mekanisme perencanaan seharusnyatelah dapat menggabungkan antara top down approach dan bottom up approachyang mana satu sama lainnya harus dapat saling mengisi, namun peran publikbelum secara nyata terlihat dalam tiap pekerjaan perencanaan. Prosesperencanaan pembangunan lebih cenderung dilakukan dengan mempekerjakankonsultan perencana, yang seringkali belum teruji kehandalannya. Karenanya,

134 Ibid, hal. 37-38.135 Ibid, hal. 38.136 Ibid.

Page 5: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 65

walaupun otonomi daerah sudah dilakukan, namun perencanaan belum bergeserdari rasionalisme comprehensive planning. Pada masa ini produk-produkperencanaan memiliki sifat umum. Model rasionalisme dipahami sebagai suatupendekatan dalam perencanaan, sebagai contoh produk yang dihasilkan dalamperencanaan adalah Pola Dasar, Repelita, Rencana Umum Tata Ruang Kota,Rencana Umum Tata Ruang Wilayah, diikuti dengan Rencana Detail Tata RuangKota, Rencana Ibukota Kecamatan, dan seterusnya. Sejalan dengan diterapkannyaparadigma pemerataan, dijalankan juga model pemenuhan kebutuhan dasar (basicneed strategy) dan keberlanjutan (sustainable) sebagai respon dari tuntutan-tuntutan yang terjadi dalam pembangunan. Perencanaan kemudian menyesuaikandengan diaplikasikannya program basic infra structure dan program AMDAL.137

Kondisi berubah sangat cepat, otonomisasi dan peran swasta kianmeningkat, masyarakat terlihat ingin lebih berpartisipasi dalam pembangunan. Iniadalah suatu era yang sangat plural, masyarakat cenderung memiliki corak yangberorientasi kepada terealisasinya hak-hak dan kewajiban anggotanya sebagaiwarga masyarakat, civil society berkembang dengan pesat. Kondisi inimenampakkan suatu fenomena kompleks yang sedang berlangsung di masyarakat.Masyarakat merasa mempunyai hak ikut serta dalam pengambilan keputusan yangberkaitan dengan ruang dan pemanfaatan sumber daya. Secara umum, sampai saatini rencana-rencana masih memakai indikator sebelumnya terutama untukpengukuran pertumbuhan. Kondisi politik dalam negeri belum stabil, sumber dayamanusia masih lemah, menyebabkan penyelenggaraan pembangunan mengalamiberbagai hambatan.138

Di tengah derasnya isu otonomi daerah dan proses demokratisasi yangberkembang sangat luas, pemerintah mengambil inisiatif menerapkan modelrencana strategis untuk pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan. Tidakada satu model pembangunanpun yang ditetapkan untuk dikonsentrasikan, namunsecara bijak sebenarnya konsep rencana strategis mengajak masyarakat danpimpinan daerah agar memilih apa saja yang akan menjadi prioritas pembangunandi daerahnya masing-masing.139

137 Ibid, hal. 38-39.138 Ibid, hal. 39-40.139 Ibid, hal. 40.

Page 6: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 66

Namun, disadari situasi politik dalam negeri sangat cepat berubah, danbangsa Indonesia telah sampai ke suatu situasi yang sangat menentukan bagikelangsungan masa depan bangsa ini. Pemerintah, pada masa awal reformasidalam rangka menyelenggarakan pembangunan nasional, melaksanakan otonomidaerah dan mencoba memberikan gaung yang besar untuk mendukungpelaksanaan demokrasi, namun konsep reformasi ternyata belum cukup mantap,dan sistem yang masih berada pada tahap uji coba menjadi penghalangterselenggaranya reformasi dengan cepat.

Pemerintah masih harus terus mencoba mencari suatu sistem perencanaanyang dirasa efektif dan dapat dilaksanakan untuk melakukan reformasi membangunbangsa. Era yang sangat plural terus berlangsung, dan akan bergulir tanpa berhenti.Otonomi daerah mulai serius dilaksanakan, walaupun di sana sini kemudian munculeuphoria kebebasan, dan disertai dengan berbagai penyimpangan dalampelaksanaan otonomi daerah. Suatu kesulitan yang dihadapi dalampenyelenggaraan otonomi daerah adalah tingkat kemandirian sistem sosial yangdimiliki masyarakat rata-rata masih rendah.140

Pemerintah di awal reformasi inipun telah mencoba menerapkan rencanastrategis pembangunan, setiap daerah harus memiliki visi pembangunan yang jelasdan berorientasi pada penanganan pembangunan secara prioritas. Daerah-daerahdari propinsi hingga kabupaten dan kota menyusun rencana strategis pembangunandan semuanya telah memiliki visi pembangunan daerah, namun dalampenyelenggaraannya, pencapaian visi pembangunan daerah tidaklah menjadipekerjaan utama. Dokumen rencana pembangunan telah disusun, namun padaakhirnya tidak fungsional dan tidak dijadikan tolok ukur penyelenggaraanpembangunan di setiap daerah, dan tidak menjadi panduan kerja pembangunandaerah sehari-hari.141

Dengan berlakunya revisi Undang-Undang Pemerintahan Daerah yaituUndang-Undang No. 32 Tahun 2004, Rencana Strategis hanya diberlakukan untukinstansi pemerintah, dan terpisah dari rencana pembangunan daerah. Rencanapembangunan daerah disusun untuk provinsi, kabupaten dan kota, secaraberjangka, yaitu: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) daerah

140 Ibid, hal. 41.141 Ibid.

Page 7: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 67

untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan arahpembangunan daerah yang mengacu pada RPJP nasional, Rencana PembangunanJangka Menengah Daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, merupakanpenjabaran visi, misi dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedomanpada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional. RPJM Daerah memuatarah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum,dan program satuan kerja perangkat daerah, program kewilayahan disertai rencanakerja dalam kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RPJMkemudian dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), sebagaikerangka acuan kerja tahunan. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomidaerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baikyang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuhdengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu pada rencana kerjapemerintah. RPJP daerah dan RPJM daerah ditetapkan dengan peraturan daerahdan berpedoman pada peraturan pemerintah.142

Kelemahan Perencanaan Pembangunan Negara-negara Baru Berkembang

Perencanaan pembangunan sangat banyak dilaksanakan di negara-negarabaru berkembang namun harus diakui bahwa terdapat banyak kelemahan yangdihadapi. Berbagai kelemahan tersebut antara lain:143

a. Perencanaan ekonomi/perencanaan pembangunan di banyak negara baruberkembang seringkali lebih merupakan dokumen politik mengenai cita-citapembangunan yang dikehendaki, tetapi bukan merupakan cetak biru bagikegiatan-kegiatan yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan tertentu. Perencanaan pembangunan tidak terkaitantara perencanaan dengan pelaksanaannya. Sebagai refleksi daripadakekuatan-kekuatan dan kepentingan-kepentingan politik yang ada dalammasyarakat, maka rencana yang dapat diterima secara politis, mungkinkehilangan cirinya yang utama sebagai rencana, yaitu konsistensi dansistem prioritas.

b. Suatu rencana teknis yang cukup baik. Kelemahannya adalah seringkalikurang mendapat dukungan politik yang diperlukan. Kecuali itu yang lebihsering terjadi adalah karena memang kurang terdapat kestabilan politik

142 Ibid, hal. 41-42.143 Bintoro Tjokroamidjojo, Op.Cit, hal. 53.

Page 8: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 68

yang memungkinkan pelaksanaan rencana secara kontinyu. Pemerintahanyang silih berganti mengakibatkan silih berganti pula pelaksanaan rencana,bahkan mungkin silih berganti perencanaan. Rencana harus mempunyaicukup dukungan politik dan cukup waktu pematangannya sehingga dapatmelibatkan aparatur pemerintah maupun masyarakat dalampelaksanaannya.

c. Kurangnya hubungan antara penyusunan rencana dan para penyusunnyadengan pelaksanaan rencana dan para pelaksananya. Ini menyebabkanrencana menjadi kurang feasible (kurang dapat dilaksanakan secarateknis). Hal ini bisa disebabkan karena para perencana terlalu banyakbekerja “di belakang meja”, ataupun karena kurang kuat kedudukan suatubadan perencana dalam hubungannya dengan badan-badan operasional.Satu aspek dari hubungan ini adalah kelemahan hubungan antaraperencanaan dan kebijaksanaan anggaran serta moneter. Tentang inimisalnya Edward Mason mengemukakan tentang salah satu kelemahanRencana Pembangunan Lima Tahun 1956-1960 sebagai: “But perhaps theprimary difficulty is the lack, in the central government, of any effectivecontrol over government expenditures and consequently over the supply ofmoney”.144

Kelemahan rencana ini adalah kelemahan dalam pembentukan organisasidan administrasi perencanaan sebagai suatu proses yang harus dilakukanoleh banyak badan atau lembaga pemerintahan. Suatu jaringan keserasiandan kerjasama dalam pembentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan danperumusan program-program pembangunan.145

d. Banyak kelemahan rencana juga terjadi dalam bidang pilihan-pilihanberbagai alternatif yang merupakan “trade offs” (menguntungkan bagi yangsatu, merugikan bagi yang lainnya). Sekedar sebagai contoh saja adalahpilihan antara peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang cepat melaluipemakaian teknologi yang maju dengan usaha kearah realisasi keadilanatau pemerataan pembangunan terutama di bidang perluasan kesempatankerja. Kemajuan untuk menampung semua tujuan yang baik dalam waktuyang sama mungkin bahkan tidak dapat mencapai semuanya.

144 Edward S. Mason, 1958, Economic Planning in Underdeveloped Areas, FordhamUniversity Press, dalam Bintoro Tjokroamidjojo, Op.Cit, hal. 54.

145 Bintoro Tjokroamidjojo, Op.Cit, hal. 54.

Page 9: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 69

e. Kurangnya data-data statistik, informasi, hasil-hasil riset dan survei untukmendasari suatu perencanaan yang baik. Data-data tersebut diperlukansekali untuk menyusun proyeksi, perkiraan maupun untuk merencanakanproyek-proyek pembangunan. Untuk hal yang terakhir ini diperlukan sekaliapa yang disebut feasibility study.

f. Lemahnya penguasaan terhadap teknik-teknik perencanaan. Hal inidisebabkan antara lain oleh karena masih kurangnya tenaga terdidik dalambidang tersebut. Penguasaan teknik-teknik tersebut memerlukanpengetahuan spesialisasi. Karena kelemahan-kelemahan inilah makaseringkali negara-negara baru berkembang tergantung daripadapenyediaan tenaga-tenaga ahli asing. Bank Dunia dalam hal ini mempunyaiprogram khusus untuk bantuan tenaga ahli di bidang perencanaan dalamrangka apa yang disebut Development Advisory Services. Suatuperencanaan misalnya perlu didasarkan atas kerangka makro ataukerangka rencana. Dengan demikian hubungan antara berbagai unsur atauvariabel (ekonomi) menjadi lebih jelas kaitan serta implikasinya satu samalain. Kecuali itu diperlukan pula perencanaan sektoral dan regional. Tidakdapat disangkal bahwa juga di bidang perencanaan proyek-proyek masihterdapat banyak kelemahan.

g. Dapat pula dikemukakan bahwa tanggapan terhadap perencanaanseringkali masih ditekankan pada usaha perumusan suatu rencana.Perhatian kurang diberikan kepada makna bahwa perencanaan merupakansuatu proses yang saling berhubungan erat antara perencanaan danpelaksanaannya. Perencanaan harus lebih berorientasi kepadapelaksanaannya. Ciri-ciri perencanaan harus lebih menjamin pelaksanaandan pengendaliannya. Hal ini tergantung pada proses politik yang berlakupada suatu masyarakat tertentu.146

h. Kelemahan lain yang dapat disebutkan adalah masalah kemampuanadministrasi pemerintah untuk melaksanakan rencana pembangunan.Administrasi pemerintah di negara-negara baru berkembang umumnyatidak cocok dengan keperluan-keperluan maupun kepentingan usahapembangunan. Arthur Lewis dan Albert Waterston mengemukakan bahwaadministrasi dan politik seringkali merupakan hambatan utama pelaksanaanperencanaan pembangunan. Di bidang administrasi pemerintah perlu

146 Hal ini banyak dikemukakan dalam berbagai buku, terutama dalam Albert Waterston,Op.Cit, dalam Bintoro Tjokroamidjojo, Op.Cit, hal. 56.

Page 10: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 70

dilakukan suatu reform administrasi maupun pembinaan administrasi untukmendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

“The secret of successful planning lies more in sensible politics andgood public administration”.147

2.2. Perencanaan Pembangunan Wilayah

Ilmu Pembangunan Wilayah merupakan ilmu yang relatif masih baru, ilmuini dikembangkan pada dasawarsa 1950 an. Munculnya ilmu pembangunan wilayahini karena ketidakpuasan para pakar ilmu sosial ekonomi terhadap rendahnyatingkat perhatian dan analisis ekonomi berdimensi parsial.148 Dalamperkembangannya lebih mendekati ilmu ekonomi. Menurut Misra, IlmuPembangunan Wilayah merupakan disiplin ilmu yang ditopangkan 4 (empat) pilar(tetrapolid disipline) yang dapat digambarkan sebagai berikut:149

Gambar 2.1. Empat Pilar Penopang Ilmu Pembangunan

147 W. Arthur Lewis, 1966, Development Planning. The Essentials of Economic Policy,Harper and Row, New York, dalam Bintoro Tjokroamidjojo, Op.Cit, hal. 56.

148 S, Budiharsono, 2005, Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lanjutan,Cetakan Kedua, Jakarta dalam Abdul Kadir, 2007, Kebijakan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Bumidan Bangunan Sektor Perkebunan dalam Pelaksanaan Otonomi dan Peningkatan SumberPendapatan Daerah, Pustaka Bangsa Press, Medan, hal. 11.

149 R.P. Misra, 1997, Regional Development Planning: Search for Bearing. UNCRD,Nagoya, dalam Abdul Kadir, 2007, Op.Cit, hal. 11.

1. Geografi 2. Ekonomi

3. PerencanaanKota 4. Teori Lokasi

ILMUPEMBANGUNAN

WILAYAH

Page 11: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 71

Berdasarkan 4 (empat) pilar yang dikemukakan di atas belum mencakupatau terwakili tentang aspek biogeofisik sosial dan lingkungan maka paling tidakilmu pembangunan wilayah perlu ditumpang oleh 6 (enam) pilar dapat dilihat padagambar berikut ini:150

Gambar 2.2. Enam Pilar Penopang Ilmu Pembangunan

Ilmu pembangunan wilayah merupakan integrasi dari teori dan ilmu terapanyaitu geografi, ekonomi, sosiologi, matematika, statistika, ilmu politik, perencanaandaerah, ilmu lingkungan dan sebagainya. Hal ini dapat dipahami dalampembangunan suatu wilayah merupakan fenomena multivased yang memerlukanberbagai usaha manusia dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Pentingnya ilmu pembangunan wilayah dalam kontek pembangunandi Indonesia pada umumnya pada wilayah Sumatera Utara pada khususnya. Ilmupembangunan wilayah dapat diterapkan untuk tingkat provinsi, kabupaten/kotabahkan pada level kecamatan/desa.

150 S, Budiharsono, 2005, Op.Cit, dalam Abdul Kadir, 2007, Op.Cit, hal. 12.

AnalisisBiogeofisik

AnalisisSosial

AnalisisEkonomi Analisis

Lokasi

ILMUPEMBANGUNAN

WILAYAH

AnalisisKelembagaan

AnalisisLingkungan

Page 12: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 72

Wilayah

Hanafiah mengklasifikasikan wilayah atas:151

1. Wilayah Formal (Formal Region)Yaitu suatu wilayah yang mempunyai beberapa persamaan dalam hal fisikseperti topografi, iklim, vegetasi, ekonomi (seperti industri pertanian).

2. Wilayah Fungsional (Function Region)Yaitu wilayah yang memperlihatkan kekompakkan fungsional dan salingketergantungan seperti kota dan desa.

3. Wilayah PerencanaanYaitu wilayah yang merupakan kombinasi wilayah formal dan fungsional yangditandai suatu wilayah yang cukup luas, memenuhi kriteria investasi dalamskala ekonomi. Mampu menunjang industri dengan pengadaan tenaga kerjaserta mempunyai paling sedikit satu kata sampai titik pusat pertumbuhan.

Menurut Budiharsono wilayah didefenisikan sebagai suatu unit geografiyang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secarainternal. Wilayah dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:152

1. Wilayah HomogenWilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek/kriteriamempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan ciri-cirikehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan strukturproduksi dan konsumsi yang homogen, daerah dengan tingkat pendapatanrendah/miskin, dan lain-lain).

2. Wilayah NodalWilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsionalmempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya(hinterland). Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktorproduksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi.

3. Wilayah AdministratifWilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukanberdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti:provinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW.

151 T, Hanafiah, 1999, Pendekatan Wilayah dan Pembangunan Pedesaan, Jurusan SosialEkonomi, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor, dalam Abdul Kadir, 2007, Op.Cit, hal. 13.

152 S, Budiharsono, 2005, Op.Cit, dalam Abdul Kadir, 2007, Op.Cit, hal. 13.

Page 13: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 73

4. Wilayah PerencanaanWilayah perencanaan didefinisikan sebagai wilayah yang memperlihatkankoherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaandapat dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinyaperubahan-perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan kesempatankerja, namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalanperencanaannya dapat dipandang sebagai suatu kesatuan.

2.2.1. Revolusi Pola Pikir dalam Pembangunan

Pada dasarnya, pembangunan harus mempertimbangkan apa yangdibutuhkan masyarakat, bukan pada apa yang dapat dilakukan oleh pemerintahnegara tersebut untuk masyarakatnya. Kedua pengertian ini sangat berbeda, apayang dapat dilakukan pemerintah kepada masyarakat dalam tugasnya sebagaifasilitator pembangunan.

Pembangunan merupakan suatu proses yang diharapkan mampumengantarkan bangsa Indonesia mencapai kehidupan yang sejahtera, aman danberkelanjutan. Merujuk kepada Undang-Undang Dasar 1945 (hasil amandemen,tahun 2002), secara tegas pada Bab XIV mengenai perekonomian nasional dankesejahteraan sosial dengan nyata ditegaskan:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azaskekeluargaan,

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara yang menguasai hajathidup orang banyak dikuasai oleh negara,

(3) Bumi, air dan kekayaan alam lainnya yang terkandung di dalamnyadipergunakan sebesar-sebesar untuk kemakmuran rakyat,

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomidengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjagakeseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, dan

(5) Seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidakmampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Sangat nyata bahwa negara bertanggung jawab memberdayakanmasyarakat, karena itu pembangunan haruslah merupakan upaya yang sungguh-

Page 14: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 74

sungguh dari pemerintah serta semua domain pembangunan. Sejarah perjalananpembangunan bangsa Indonesia, mencatat, telah terjadi kondisi: (1) kesenjangansosial karena tidak berpihaknya pembangunan pada peningkatan mutu sumberdaya manusia, pembangunan selama ini cenderung kearah fisik, ekonomi, bahkanupaya alih tekhnologi yang dilakukan tidak disertai kesiapan masyarakatmengadopsi dan melanjutkan kearah inovasi yang lebih spesifik dan lebih unggul,sehingga, tekhnologi nasional memiliki kemampuan kompetitif, (2) polapembangunan yang seragam, dan top down dari Sabang sampai Meraukemenyebabkan pembangunan tidak berkelanjutan, setelah program-programpembangunan dilaksanakan, pembangunan dianggap selesai, (3) pembangunandengan sistem proyek, telah menyebabkan ketergantungan masyarakat, bahkanpemerintah dan swasta (‘hidup’ dari anggaran pembangunan), (4) terjadinyapenyimpangan dalam bentuk korupsi, kolusi dan nepotisme, dan (5) situasi politikyang belum stabil, serta euphoria dalam berdemokrasi.

Melihat kondisi bangsa yang semakin kritis, dan makin banyaknya orangmiskin, seperti rangkaian data dan kondisi sosial masyarakat yang dihimpun daribeberapa sumber dan disajikan kembali oleh Urban Poor Consortium, Pascakenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2004, sebagai berikut: alih-alih terjadipenurunan angka kemiskinan hingga 50%, seperti yang dikemukakan oleh MenkoKesra Alwi Shihab (Radar Semarang 14 Maret 2005), atau proyeksi penurunanangka kemiskinan seperti yang disampaikan Deputi Seswapres Bidang KebangsaanKewilayahan dan Kemanusiaan Gunawan Sumodiningrat kenaikan harga BBMmemperbesar kemungkinan bertambahnya angka kemiskinan di beberapa daerah.Misalnya, diberbagai provinsi pasca kenaikan harga BBM. Jumlah penduduk miskindisejumlah provinsi diperkirakan meningkat sejalan dengan melonjaknya hargaperbagai kebutuhan dan tarif transportasi. Untuk itu, perlu direnungkan, secaranyata kemiskinan dan berbagai penyimpangan merupakan masalah utama bangsaini, pertanian di negeri agraris kini makin tertinggal, kehidupan nelayan makin miskindi negeri maritim yang kaya hasil laut, pengangguran dan kriminalitas meningkat,konglomerasi, pemusatan kekayaan, kesenjangan sosial yang makin lebar, danketimpangan pembangunan desa dan kota yang makin mencolok. Fenomena inisecara nyata dapat dilihat dari makin besarnya urbanisasi dari desa ke kota,pembangunan yang tidak merata di seluruh tanah air telah mengakibatkanperpindahan penduduk dari kawasan Timur ke kawasan Barat Indonesia makinderas, jumlah tenaga kerja Indonesia yang mencari nafkah keluar negeri makin

Page 15: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 75

besar, terutama tenaga kerja wanita. Di dalam negeri sendiri globalisasi dan pasarbebas berdampak luas bagi bursa tenaga kerja, akhir-akhir ini serbuan tenaga kerjaasing makin gencar, terutama menempati posisi tenaga ahli diberbagai perusahaan,juga termasuk ilmuwan asing, ini merupakan pertanda kompetisi di pasar tenagakerja dalam negeri semakin ketat, implikasinya adalah makin sempitnya lahanpekerjaan dalam negeri. Sebenarnya, untuk siapakah pembangunan suatu bangsadilakukan, siapa yang akan melakukan, dan bagaimana wujud pembangunan yangseharusnya, kemudian bagaimana mengukur bahwa pembangunan tepat guna, dantepat sasaran.

Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, maka permasalahan utamayang dihadapi bangsa Indonesia dalam pembangunan adalah:

1. Pembangunan belum mendekati kondisi keadilan dan kesejahteraan.2. Perekonomian belum disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas

kekeluargaan.3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya belum

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.4. Perekonomian nasional belum diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta denganmenjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

5. Negara belum secara nyata mengembangkan sistem jaminan sosial bagiseluruh rakyat, belum melakukan upaya pemberdayaan masyarakat yanglemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, dengancara yang tepat.

Kesalahan Utama dalam Membangun Indonesia

Pada saat ini bangsa Indonesia mengalami ketergantungan yang tinggiterhadap berbagai produk termasuk tekhnologi asing, harus diakui bahwa bangsa initelah menjadi konsumen setia, baik sebagai konsumen kebutuhan pokok,kebutuhan sekunder, hingga tersier, termasuk di dalamnya kebutuhan akan barang-barang produk hasil kemajuan tekhnologi. Di lain pihak ketergantungan bantuanasing dalam membiayai pembangunan juga masih sangat tinggi, pembangunannasional yang dilakukan melalui berbagai program, baik yang telah ataupun yangsedang dilakukan dengan biaya yang besar, tanpa kepastian akan menuai hasil

Page 16: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 76

yang seimbang, terutama tanpa adanya kepastian apakah program-programpembangunan tersebut dapat berbuah peningkatan mutu sumber daya manusiaIndonesia secara nyata.

Pembangunan fisik dan ekonomi yang pesat selama ini tidak diimbangidengan pembangunan sosial. Perkembangan sumber daya manusia Indonesiasecara nyata tertinggal jauh dibandingkan dengan perkembangan fisik dan ekonomi,termasuk perkembangan tekhnologi asing yang terus-menerus menyerbu pasarlokal. Bangsa ini telah berani berkali-kali mengambil resiko melakukan “lompatan”dalam membangun, dan kini berada di suatu tempat tak terbatas yang namanyapasar bebas, yang memainkan peran aktif sebagai konsumen, menghabiskanuangnya berbelanja di “Hypermarket globalisasi’. Permasalahan yang dihadapibangsa ini tentu saja berbeda dari waktu ke waktu, benarkah kemiskinan yangsebagian besar menimpa masyarakat, berakar pada keterbatasan aksespermodalan dan kultur kewirausahaan yang tidak kondusif, analisis berikutmemperlihatkan akar permasalahan dari kegagalan pembangunan yang dilakukanselama ini.

Tabel 2.2. Analisis Permasalahan Kegagalan

EVIDENCE/KEJADIANPembangunan yang Belum Mencapai Tujuan

Fenemona, antara lain: Kemiskinan, Peningkatan Urbanisasi, Produk Lokalyang Kalah Bersaing, PHK

Penyebab Langsung (L) Penyebab Tidak Langsung (TL)Struktur/Pola Interaksi Sosial

L1 = Tidak adanya komitmenbersama terhadap visipembangunan nasional,dan bagaimana caramencapainya.

T.L.1.1 = Tidak menyadari pentingnyamemiliki mewujudkan visipembangunan nasional.

T.L.1.2 = Ketidakmampuan menggalangkomunikasi dalam bahasakebangsaan.

T.L.1.3 = Lebih mengutamakan kepentingankelompok, dan kepentingan pribadi.

L2 = Pembangunan yangterpusat, tidak

T.L.2.1 = Negeri yang luas dan keterbatasanjangkauan, kurang mampu

Page 17: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 77

EVIDENCE/KEJADIANPembangunan yang Belum Mencapai Tujuan

Fenemona, antara lain: Kemiskinan, Peningkatan Urbanisasi, Produk Lokalyang Kalah Bersaing, PHK

menjangkau seluruhpenjuru tanah air.

membangun akses.T.L.2.2 = Ketidakmampuan membuat model

pembangunan yang spesifik.T.L.2.3 = Ketidakmampuan melakukan

pembangunan dengan optimalisasisumber daya lokal (alam danmanusia).

L3 = Rendahnya mutu sumberdaya manusiapembangunan(pemerintah, swasta,masyarakat) budayakerja yang tidak berbasismutu.

T.L.3.1 = Orientasi pembangunan fisikekonomi, dan sektoral.

T.L.3.2 = Pendidikan masyarakat tidakdiutamakan.

T.L.3.3 = Kurangnya perhatian padapeningkatan mutu sumber dayamanusia, dan mutu produk (barangmaupun jasa yang dihasilkan).

L4 = Ketidakadilan dalampengelolaan danpenguasaan kekayaanalam.

T.L.4.1 = Kapitalisme.T.L.4.2 = Globalisasi.T.L.4.3 = Keuntungan golongan, dan pribadi.

L5 = Korupsi, Kolusi,danNepotisme.

T.L.5.1 = Lemahnya iman, dan lemahnyakomitmen terhadap tugas.

T.L.5.2 = Standar gaji aparat yang rendah.T.L.5.3 = Kebutuhan gaya hidup modern dan

trendi agar mendapat pengakuandari lingkungan.

Sumber: Lembaga Administrasi Negara, 2000

Tabel di atas memperlihatkan berbagai masalah yang terjadi dan tengahdihadapi bangsa ini, diantaranya kemiskinan, peningkatan urbanisasi, produk lokalyang kalah bersaing dengan produk import, PHK, meningkatkan TKI yang bekerjadi luar negeri, dan lain sebagainya menunjukkan pembangunan nasional yangdilakukan dari waktu ke waktu, hingga kini masih mengalami hambatan dalam

Page 18: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 78

mencapai tujuan. Namun demikian, sampai saat ini, di manapun pembangunanmasih diharapkan dapat menjadi kendaraan suatu bangsa menuju kesejahteraan,maka hambatan-hambatan tersebut perlu segera dihalau. Jika diperhatikan denganseksama, maka baik penyebab langsung, maupun tidak langsung belum berhasilnyapembangunan nasional bermuara pada kondisi sumber daya manusianya, bukanpada keterbatasan akses permodalan dan kultur kewirausahaan. Sehingga solusimemberikan modal usaha dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat,walaupun pinjaman dapat dikembalikan, belum dapat dipastikan apakah mutusumber daya manusia telah meningkat, karenanya apakah modal usaha (dana)yang dibutuhkan masyarakat? Atau ada hal lain yang tidak dapat diketahuilangsung dan harus melalui penulusuran masalah lebih mendalam, misalnya:bagaimana persepsi masyarakat terhadap usahanya selama ini, apakah masyarakatpuas dengan pekerjaan yang dilakukan, motivasi, keterampilan yang dimilikimasyarakat apakah menghasilkan sesuatu yang bermutu.

Konstruksi Desain Pola Pikir dalam Membangun Indonesia

Revolusi pola pikir dalam membangun merupakan suatu konstruksi desainpola pikir yang dihadirkan dengan tujuan agar bangsa Indonesia dengan segeramerubah orientasi dan pola pembangunannya, agar tidak hanya ditujukan padapembangunan fisik, ekonomi, dan sektoral semata, namun berorientasi padapengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia, yang berartimembangun setiap manusia dalam setiap sektor pembangunan, dan bukanmembangun sektornya, membangun manusia Indonesia agar dapat menolong danmengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara mandiri. Dengan demikian,pembangunan yang secara umum diartikan sebagai perubahan kearah yang lebihbaik, seperti yang dikemukakan Todaro (1995), pembangunan bukan hanya padaukuran ekonomi, ia harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupanmanusia, juga yang disampaikan oleh Slamet Margono dalam Yustina I danSudrajat A (2003) yang menyatakan, pembangunan yang dilaksanakan sepenuhnyaadalah pembangunan manusia Indonesia dan keuntungan manusia Indonesiaseluruhnya, dan dalam hubungan itu yang perlu diusahakan bersama adalah:

(1) Agar seluruh rakyat Indonesia dapat ikut serta dalam kegiatan-kegiatanpembangunan, dan

(2) Dapat menikmati hasil-hasil pembangunan.

Page 19: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 79

Terkait dengan pembangunan suatu bangsa, dalam konsep goodgovernance domain pembangunannya terdiri dari 3 (tiga) institusi yaitu:(1) pemerintah, (2) swasta, dan (3) masyarakat,153 maka secara nyata kemampuanketiga domain ini untuk bersinergi sangat tergantung pada tingkat mutu kepribadiansumber daya manusia dari ketiga domain tersebut yang meliputi: (1) pengetahuan(2) keterampilan (3) sikap yang didukung oleh nilai spiritual yang tinggi. Semakintinggi kapasitas dan mutu sumber daya manusia, maka akan semakin nyatapencapaian tujuan pembangunan. Wujud pembangunan yang baik adalahpembangunan yang mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sebagaipelanggannya, dan keberhasilan pembangunan ditandai dengan terpenuhinyakebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat mencapai kepuasannya.

1. Perlu disadari, sumber daya manusia merupakan modal dasar darikekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumber daya alam hanya faktorproduksi yang pasif dan karenanya jika bangsa Indonesia tidak segeramengembangkan keahlian dan pengetahuan masyarakat, atau dengan katalain mutu sumber daya manusia tidak ditingkatkan, maka untuk selanjutnyatanpa disadari akhirnya Indonesia tidak mengembangkan apapun,pembangunan fisik, sarana, prasarana yang telah dilakukan membutuhkanpemeliharaan, masyarakat yang miskin tidak akan mampu memelihara apayang telah dibangun, tekhnologi yang ada masih merupakan inovasitekhnologi asing, dan tingkat ketergantungan akan makin tinggi jika sumberdaya manusia Indonesia tidak segera mengejar ketertinggalannya.

2. Berdasarkan uraian di atas, maka melakukan revolusi pada pola pikir dalammembangun berarti:

a. Menghadirkan kesadaran bagi seluruh komponen bangsa, bahwasangat penting menyelenggarakan pembangunan sumber dayamanusia melalui inovasi sosial, sehingga Indonesia dapat mencapaiperubahan perilaku manusia yang makin bermutu, setiap orangyang produktif memiliki kompetensi, dan mampu mandiri dalammengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.

b. Menyelenggarakan inovasi sosial bukan berarti meninggalkankemajuan tekhnologi yang telah sangat berkembang, namundengan penyelenggaraan inovasi sosial, diharapkan dapatdihadirkan inovasi yang benar-benar dikuasai masyarakat, lebih

153 Lembaga Administrasi Negara, 2000.

Page 20: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 80

maju dan berakar dari kemampuan sumber daya manusiaIndonesia sehingga tidak terjadi lagi hasil pembangunan yangsemu, yang hanya tampak indah di luarnya saja.

c. Pembangunan sumber daya manusia, atau inovasi sosial harusmerupakan prioritas utama pembangunan saat ini, dan bukanmerupakan tujuan jangka panjang, yang karenanya dapat begitusaja diabaikan. Harus dimulai saat ini juga, dan berlangsung secaraberkelanjutan, di seluruh penjuru tanah air, dan dilakukan melaluikegiatan pendidikan.

d. Jika inovasi sosial berhasil, diharapkan manusia Indonesia menjadimanusia-manusia yang mandiri dan dapat membuat berbagaiinovasi serta menjadi pemilik inovasi tersebut dan bukan sekedarpengguna atau konsumen seperti saat ini, misalnya inovasitekhnologi, inovasi cara bertani, inovasi cara melaut, inovasi politik,inovasi tata negara, serta berbagai inovasi lain sesuai kebutuhanbangsa ini.

e. Dengan inovasi sosial diharapkan manusia Indonesia mampumengendalikan berbagai kegiatan penting terkait dengankebutuhan hidupnya, mengendalikan ekonominya sendiri, danbukan dikendalikan oleh kekuatan lain di luar sistem sosialnya.

Revolusi pola pikir dalam membangun merupakan suatu cara cepat yangdapat digunakan sebagai proses penyadaran yang menyeluruh bagi seluruhkomponen bangsa, agar bangsa ini tidak terlalu lama berada dalam perjalanan yangtidak pasti, akan kemana, dan harus bagaimana. Jika hal ini dapat diterima persepsiuntuk membangun telah sama dipahami dengan baik, maka inovasi sosialpundapat diselenggarakan.

Membayangkan pesisir laut Indonesia rapi dan tertata dihuni oleh nelayanyang makmur dan sejahtera merupakan gambaran masa depan yang indah baginelayan Indonesia, namun untuk mencapai kondisi itu, banyak episode yang harusdilewati, salah satunya adalah membangkitkan kesadaran nelayan akan hak dankewajiban, serta apa yang harus dilakukan sebagai nelayan profesional. Tidakmustahil, jika kekuatan kelembagaan nelayan makin kuat, maka laut dengan kapal-kapal penangkap ikan modern adalah milik nelayan pesisir. Nelayan Indonesiadi masa yang akan datang, yang kiranya masa tersebut tidak terlalu lama lagi, akan

Page 21: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 81

menjadi nelayan yang mandiri, karena memiliki pengetahuan yang cukup tentangprofesinya, dan trampil menggunakan perlengkapan melaut dengan baik, memilikipengetahuan kelestarian lingkungan hidup dan ekosistem laut, serta memilikikomitmen tinggi untuk bersama-sama menjaga laut Indonesia, memiliki kekuatanmenentukan harga pasar bagi hasil tangkapannya, memiliki jaringan pemasaranyang dapat dikendalikan oleh kelembagaan nelayan yang kuat, sehingga selaluterwakili dalam panggung politik.

Sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah, tidakmustahil dalam waktu yang tidak terlalu lama desa-desa Indonesia akan menjadidesa yang subur dan makmur, karena petani Indonesia memiliki wawasan yang baikakan pertanian, merupakan petani modern yang tahu bagaimana harusmengembangkan pertaniannya, trampil menggunakan alat-alat pertanian yangdibutuhkan, memiliki akses langsung untuk mendapatkan informasi hasil-hasilpenelitian terbaru dalam bidang pertanian, memiliki kekuatan untuk menentukanharga pasar komoditasnya, serta memiliki kelembagaan yang kuat sehingga jugaterwakili dalam panggung politik, seperti halnya gambaran kondisi nelayan yangdiilustrasikan sebelumnya.

Dua ilustrasi di atas hanya akan tercapai apabila orientasi pembangunanbenar-benar ditujukan pada peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia. Kinisaatnya melakukan revolusi pola pikir dalam membangun bangsa ini, dan hal inidimulai dari perencanaan pembangunan yang berpihak pada kesejahteraan seluruhrakyat Indonesia. Konsep inovasi sosial hadir untuk menggalang kekuatan seluruhkomponen bangsa dalam melakukan revolusi pola pikir dalam membangun bangsaini, dan hal ini dimulai dari perencanaan pembangunan yang berpihak padakesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Konsep inovasi sosial hadir untukmenggalang kekuatan seluruh komponen bangsa dalam melakukan prosesperubahan sosial bagi bangsa ini agar menjadi bangsa yang mandiri dan maju,inovasi sosial hadir guna mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia agarbenar-benar bermutu.

Dalam konsep ini, manusia adalah subyek dan harus ditingkatkan sumberdayanya agar menyadari bahwa ia harus memiliki kemandirian dalam menentukansikap dan mengambil berbagai keputusan penting yang akan menentukan masadepannya, dan yang paling mendasar diharapkan setiap orang mampu merubah

Page 22: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 82

perilakunya, memahami hakikat kehidupan yang dijalaninya, memiliki kompetensiyang dibutuhkan dalam kehidupan sosialnya dan mampu mengaktifkan kompetensitersebut guna kepentingan peningkatan kesejahteraan hidup.

Bangsa Indonesia perlu melakukan revolusi pola pikir, sebagai satu caracepat yang dapat digunakan sebagai proses penyadaran menyeluruh bagi seluruhkomponen bangsa, agar bangsa ini tidak terlalu lama berada dalam perjalanan yangtidak pasti, akan kemana, dan harus bagaimana. Jika hal ini dapat dipahamidengan baik dan diterima, maka inovasi sosial dapat diselenggarakan untuk:

1. Orientasi pembangunan harus dirubah dari orientasi fisik, ekonomi, dansektoral ke orientasi peningkatan sumber daya manusia agar manusiaIndonesia dapat menjadi manusia yang mandiri, tanpa terlalu tergantungpada pihak manapun, serta mengarahkan dirinya sendiri mencapaikesejahteraan hidupnya.

2. Pendidikan informal, non formal, dan formal dengan segala jenjangnyaharus merupakan prioritas utama sebagai upaya peningkatan mutu sumberdaya manusia Indonesia. Secara konkrit memperoleh pendidikan yangbermutu merupakan hak setiap warga negara untuk mendapatkannya,seperti yang dijanjikan oleh UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pasal 5 ayat(1).

3. Perkonomian Negara perlu segera disusun sebagai usaha bersamaberdasar atas asas kekeluargaan, yang bertujuan untuk tercapainyakesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, dan ini harus dilakukan dalambentuk nyata, artinya siapapun yang mau mengembangkan usahanya,berhak mendapatkan bantuan modal dari lembaga keuangan yang ada.

4. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harusdipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, artinya setiapwarga negara secara individu berhak atas hasil kekayaan alam yang secaranyata telah dikelola dan mendapatkan keuntungan, wujud konkritnya dapatdiberikan melalui penyelenggaraan tabungan rakyat sebagai pembagiankeuntungan pengelolaan kekayaan alam, ini dapat merupakan wujud nyatapenyelenggaraan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat.

5. Sesuai amanat UUD 1945 Pasal 34, maka fakir miskin dan anak-anakterlantar dipelihara oleh negara dan penyelenggaraan inovasi sosialmerupakan wujud nyata pemenuhan janji negara kepada rakyatnya, denganinovasi sosial maka fakir miskin dan anak-anak terlantar diberdayakan

Page 23: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 83

sesuai dengan martabat kemanusiaan, agar kelak mampu mandiri danbersama-bersama menjadi manusia Indonesia yang bermanfaat hidupnya.

Terbatasnya Peran Ahli Penyuluhan Pembangunan Sebagai Agen Perubahan

Pembangunan jika dikaji dengan seksama, maka pantas disebut sebagaiupaya melakukan perubahan tatanan kehidupan masyarakat, atau perubahandalam satu sistem sosial yang besar, dalam hal ini perubahan tatanan suatu negaraagar menjadi lebih baik, untuk akhirnya mencapai kondisi yang dicita-citakan.Pemerintah tidak mungkin melakukan sendirian, dibutuhkan bantuan agen-agenperubahan yang memiliki keahlian untuk mengubah dan membentuk pola perilakumanusia, dibutuhkan peran para ahli penyuluhan pembangunan sebagai salah satukonseptor dari perubahan sosial ini.

Kegiatan penyusunan rencana pembangunan daerah yang dikoordinir olehbadan perencanaan pembangunan daerah, pada umumnya melibatkan konsultanmaupun perguruan tinggi atau LSM, namun kegiatan perencanaan pembangunanini tidak pernah mensyaratkan konsultan, perguruan tinggi, ataupun LSM yangterlibat dalam penyusunan rencana pembangunan harus memiliki tenaga ahliperubahan sosial atau pakar dalam ilmu perubahan perilaku manusia, yaitu para ahlipenyuluhan pembangunan ini merupakan salah satu hal penting yang dilupakanatau terlupakan oleh pemerintah. Akibatnya, dalam rencana-rencana pembangunan,tidak pernah hadir konsep perubahan sosial secara sistematis dan terencana.

Instansi-instansi teknis sering melakukan kesalahan yang sama, istilahpenyuluhan seringkali digunakan seenaknya, untuk berbagai kegiatan yangsebenarnya hanya merupakan penyebarluasan informasi, namun karena kurangnyapengetahuan yang dimiliki tentang konsep dan ilmu penyuluhan, maka kegiatandengan ‘label’ penyuluhan ini terus berlangsung walaupun salah dalam pemahamandan penerapannya.

Telah banyak kegiatan penyuluhan dilakukan oleh instansi teknis, namunjika ditelaah secara seksama, sebagian besar kegiatan dengan ‘label’ penyuluhan,tidak dilakukan sesuai dengan konsep penyuluhan, sebagai akibatnya hasil kegiatanpenyuluhan tidak sesuai dengan kebutuhan sasaran.

Page 24: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 84

Penyuluhan sebagai pendidikan non formal bertujuan meningkatkan mutukehidupan sasaran/masyarakat, karena itu penyuluhan harus dilakukan secaraberkelanjutan dan benar-benar bermutu, sehingga perubahan pola perilaku sasarandapat tercapai sesuai dengan harapan. Dengan dilakukan kegiatan penyuluhan,diharapkan sumber daya manusia makin berkualitas, manusia mau mengubah polaperilaku lama, menjadi perilaku baru yang lebih sesuai baginya untuk mampuberadaptasi dengan lingkungan yang terus-menerus berubah, dan agar manusialebih mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya sendiri, yang berakibat padapeningkatan mutu kehidupannya. Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan danmemberdayakan sumber daya manusia, caranya adalah dengan berupayamembentuk suatu pola perilaku manusia yang mendukung tercapainya tujuanpenyuluhan, yaitu meningkatnya kesejahteraan individu dan masyarakat.

Terkait dengan permasalahan yang diangkat, yaitu gagalnya penyuluhanyang dilakukan oleh instansi tekhnis, dapat dikatakan apa yang ‘telah dianut’instansi tekhnis selama ini bukanlah suatu konsep penyuluhan yang murni, karenaitulah kegiatan penyuluhan yang dilakukan tidak dapat menjamin secara nyataterjadinya perubahan perilaku sasaran yang berakibat pada peningkatan mutukehidupan sasaran, karena itu untuk instansi tekhnispun, kiprah ahli penyuluhanpembangunan sangat diperlukan agar ketika menyelenggarakan kegiatanpenyuluhan, instansi tekhnis dapat melakukan dengan benar. Dengan demikian,konsep penyuluhan pembangunan yang dianut oleh instansi tekhnis harus mengacupada terbentuknya pola perilaku baru dari sasaran. Pola perilaku yang dimaksudterdiri dari aspek: kognitif, efektif, psikomotorik. Penyuluhan pembangunan harusmampu “bekerja” dengan baik dan melihat pada ranah mana sasaran membutuhkanbantuan.

Sebagai contoh, perkiraan terhadap rendahnya pendapatan masyarakattani dan/atau masyarakat miskin, oleh instansi teknis seringkali langsung dikatakanpenyebabnya adalah kurang atau tidak tersedianya salah satu dari kombinasi faktor-faktor tekhnologi yang tepat guna atau sesuai dengan keadaan setempat (locationspesific), misalnya modal kerja dan pemasaran hasil. Padahal masih ada hal lainselama ini sering terlupakan, yaitu faktor kemampuan sumber daya manusia,kemampuan masyarakat atau dalam hal ini sumber daya manusia petaninya.Berbagai program yang telah dan sedang berlangsung, pada suatu saat akan

Page 25: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 85

menimbulkan ketergantungan, apalagi program tersebut merupakan proyek yangsuatu saat akan berhenti.

Pembangunan yang hanya sekedar ‘memberikan’ tekhnologi yang tepatguna, modal kerja, dan pemasaran hasil-hasilnya pada akhirnya hanya akanmengakibatkan ketergantungan petani kepada pemerintah. Karenanya sangatpenting sekali instansi tekhnis manapun memperhatikan dan melakukanpembangunan sumber daya manusia utama yang berperan sektornya, misalnyapertanian, maka sumber daya manusia utamanya adalah petani. Sebagai contoh,ketika petani membutuhkan modal kerja maka padanya lalu diberikan modal kredit,padahal dana tersebut tidak selalu dapat dimanfaatkan dengan baik, dan dapatberakibat bagi meningkatnya mutu kehidupan petani. Indikator keberhasilanprogram bantuan modal kerja melalui kredit perlu ditinjau kembali, karena selama ini‘nilai’ keberhasilan program bantuan modal kerja adalah dengan dikembalikannyamodal tersebut tepat waktu, bukan pada berubahnya pola perilaku petani, misalnyadari yang tidak berdaya menjadi lebih berkualitas, mandiri, serta dapat sejahterasecara berkelanjutan.

Untuk itu, instansi teknis harus mampu membuat alternatif programpenyuluhan yang lebih tepat, dan bertujuan agar petani dapat siap secara psikologismengatasi berbagai kondisi lingkungan kehidupan yang terus-menerus berubahdengan sangat cepat. Program penyuluhan juga harus mampu mengangkat rasapercaya diri sasaran, baik petani/masyarakat tani/masyarakat miskin, sehinggasasaran mengetahui penyebab dari berbagai masalah yang dihadapinya dan dapatmemecahkan masalahnya sendiri, mempersiapkan dirinya, baik dari sisipengetahuan, sikap, maupun keterampilan, agar mampu mengejarketertinggalannya, dan menjadi warga masyarakat yang mandiri.

Dengan kegiatan penyuluhan yang terarah dan dilakukan berdasarkankonsep penyuluhan yang benar dan selalu disertai kegiatan penelitian sesuaiperkembangan yang terjadi di masyarakat, maka instansi teknis akan mampumemberikan alternatif program yang tepat untuk mengembangkan sumber dayamanusia, agar manusia mampu berkembang dan mandiri, serta makin mampumeningkatkan kualitas kehidupannya, menjadi sejahtera tanpa tergantung padasiapapun. Program ini dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dengan materi danmetode yang disesuaikan dengan kondisi sosial, budaya masyarakatnya serta tentu

Page 26: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 86

saja sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk berubah. Pemahaman konseppenyuluhan yang tepat oleh instansi teknis, yang dilakukan dengan komitmen tinggiakan menjamin secara nyata terjadinya perubahan perilaku sasaran yang berakibatpada peningkatan mutu kehidupan manusia secara berkelanjutan.154

Perencanaan Berbasis Mutu

Review Hasil Kegiatan Perencanaan Pembangunan

Hasil perencanaan pembangunan yaitu berbagai rencana pembangunan,baik pada tingkat nasional hingga daerah tidak mampu berperan sebagai tolok ukurpembangunan dan tidak berhasil menjadi suatu komitmen bersama untuk mencapaikeadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat. Hal ini dibuktikan denganbanyaknya kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi, rencana-rencanayang dibuat tidak tepat guna dan tidak mampu berperan sebagai senjata ampuhyang dapat mengantarkan kepada tujuan pembangunan nasional.

Pembangunan telah dilakukan dari waktu ke waktu, namun belum mampumengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkualitas, adil, makmur,dan sejahtera, padahal setiap warga negara, sesuai Pasal 27 dan 28 C Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945 hasil amandemen, tahun 2002), telah dijaminbersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak adakecualinya dan berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Namun,walaupun ada jaminan bagi setiap orang untuk mengembangkan diri dan memenuhikebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dariilmu pengetahuan dan tekhnologi, seni budaya, demi meningkatkan kualitashidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia, serta berhak untuk memajukandirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangunmasyarakat, bangsa dan negaranya, kenyataan hal ini masih sulit dibuktikan danpenerapannya masih sangat jauh dari harapan.

Masyarakat sebagian besar tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannyasebagai warga negara, tidak memahami posisi dan keberadaannya di lingkunganyang selalu berubah dan cepat, ketidaktahuan ini merupakan salah satu penyebabketidakberdayaan masyarakat menghadapi pasar bebas dan globalisasi. Kehidupan

154 Wildani Hamzens, Op.Cit, hal. 124.

Page 27: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 87

di era globalisasi semakin kompetitif, jika masyarakat tidak memahami di manaposisinya dan makna keberadaannya, maka masyarakat akan terus-menerusmelakukan kegiatan produksi yang itu-itu saja, tidak berubah dari waktu ke waktu,jauh dari keinginan inovasi apalagi upaya peningkatan mutu produknya. Kemudianjika biaya hidup makin meningkat maka ia akan berupaya juga meningkatkanproduktivitasnya dari sisi kuantitas, namun selalu masih tertinggal jauh dari sisikualitas, dan akhirnya produknya menjadi kalah bersaing walaupun di pasar lokal.Hal ini sering dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan income sesaat, atauincome harian yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok,masyarakat belum termotivasi untuk melakukan berbagai inovasi atau usaha-usahapribadi dan usaha keluarga, juga belum melakukan upaya untuk perbaikan mutuproduknya, baik barang ataupun jasa, sehingga kegiatan produksinya jarang yangdapat bertahan dalam jangka panjang dan berkelanjutan.

Uraian-uraian yang telah disampaikan sebelumnya merupakan potretkondisi kehidupan keseharian yang kian memprihatinkan, baik pola perilaku,produktivitasnya, hingga, budaya kerja. Perencanaan yang dibuat ternyata tidakmampu menghasilkan rencana-rencana pembangunan yang dapat digunakansebagai panduan yang tepat untuk membuat perbaikan-perbaikan yang berarti bagikehidupan seluruh komponen bangsa secara adil dan merata. Perencanaan sumberdaya manusia atau perencanaan sosial bangsa ini sangat tertinggal jauh. Ketikatekhnologi informasi dan produk-produk impor menyerbu dengan gencarnya mengisipasar-pasar dalam negeri, semua menerima dengan terbuka dan siap ‘membeli’nya.

Kecenderungan bangsa ini menjadi distributor atau agen dari produk-produkimpor kian meningkat. Sistem sosial terganggu karena tidak semua subsistem darisistem sosial yang ada memiliki ketahanan hidup, akses, dan kemampuan yangsama untuk tetap eksis dan dapat berperan dengan layak dalam panggung pasarglobal. Jangankan untuk mencapai tujuan kesejahteraan dan keadilan yang meratadi bumi Indonesia, secara sederhana perencanaan yang telah dilaksanakan dapatdisebut gagal menghasilkan rencana-rencana strategis yang tepat dan dapatditerapkan dengan sungguh-sungguh. Siklus perencanaan yang tidak berkelanjutan,dan selalu berhenti setelah rencana disusun merupakan hambatan bagikeberhasilan kemajuan bangsa, hal ini dapat dibuktikan dengan suatu fenomenaumum yang telah lama berselang dan tidak diantisipasi, yaitu sulitnya bangsa inimenyesuaikan diri, ataupun membentengi diri dengan berbagai kondisi lingkungan

Page 28: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 88

yang berubah sangat cepat, dan terus-menerus menyerbu ketahanan nsional,terutama ketahanan ekonomi. Perencanaan telah gagal meminimalkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki, serta gagal memanfaatkan berbagai kekuatan lokalsebagai ‘sumber energi’ yang mampu menggerakkan secara mandiri dinamika yangada di sistem sosial secara harmoni dengan kekuatan sistem sosial itu sendiri.

Menjadi Bangsa yang Bermutu

Mutu merupakan sesuatu yang telah menjadi mutlak diperlukan dalamkehidupan manusia saat ini yang telah menjadi kian kompetitif. Di era pasar bebas,kehidupan sosial, ekonomi makin kompetitif, sehingga tidak ada satu tempatpundi muka bumi yang bebas dari persaingan, baik yang melanda seluruh dunia tidakbegitu saja menggugah setiap orang untuk mau meningkatkan mutu darikehidupannya, globalisasi tidak memberikan pengaruh pada peningkatan kesadaranpentingnya mutu dari produk-produk yang dihasilkan baik barang ataupun jasa.

Tingkat kesadaran akan pentingnya mutu masih sangat rendah, karenanyadalam perencanaan pembangunan, pada outputnya yaitu rencana-rencanapembangunan, diperlukan strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,bahwa mutu itu penting dimiliki oleh setiap orang, dan setiap produk yang dihasilkanolehnya, baik dalam bentuk barang ataupun jasa.

Proses penyadaran pentingnya mutu dapat dilakukan melalui kegiatanpenyuluhan pembangunan yang dilakukan dengan terencana, dan melibatkan parachange agent. Kehadiran dan peran lembaga-lembaga penyuluhan juga terasasangat penting dan telah sangat mendesak. Melalui kegiatan penyuluhan dapatdilakukan berbagai upaya memberikan penyadaran pada semua pihak, bahwaapapun profesinya baik petani, nelayan, dokter, juru rawat, dosen, ataupun supirangkot, semua pekerjaan yang telah dipilih merupakan tanggung jawab dan harusdilakukan dengan baik dan bermutu. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa kitaperlu melakukan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya kesadaran akan mutu.

Para penyuluh dalam kegiatan penyuluhan membangkitkan kesadaranmutu, berfungsi mengajak masyarakat agar mampu mengetahui siapa sajapelanggan-pelanggan dalam profesi bidangnya masing-masing, sehingga setiaporang dibimbing untuk mampu mengetahui profil pelanggan dan kebutuhan

Page 29: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 89

pelanggannya, mampu melakukan perbaikan-perbaikan dalam setiap proseskerjanya untuk mencapai dan meningkatkan mutu, mampu bekerja secaraprofesional dengan komitmen yang tinggi yaitu memenuhi kebutuhan pelanggan-pelanggannya, serta selalu berusaha meningkatkan kompetensinya.

Menjadi bangsa yang bermutu bukanlah merupakan suatu cita-cita mulukdan tak dapat dicapai. Perencanaan strategis dan sistematis akan berfungsimenggiring kondisi demi kondisi dari waktu ke waktu menuju tingkat mutu yangdiharapkan dari suatu bangsa, agar kehidupan keseharian menjadi aman dannyaman, dinamika kehidupan sosial ekonomi yang terkendali, dan semua wargadapat berperan dengan aktif dengan sistem sosialnya. Untuk itulah pentingnyaperencanaan menjadi suatu pekerjaan yang dilakukan secara berkelanjutan dantidak akan berhenti begitu saja ketika rencana-rencana pembangunan selesaidibuat. Apa yang dilakukan selama ini, yaitu menganggap pekerjaan perencanaantelah selesai apabila rencana pembangunan selesai disusun adalah sangat keliru.

Perencanaan yang bermutu agar menjadi bangsa yang bermutu, tentu sajadiperlukan perencana yang juga bermutu.155 Mendefinisikan mutu sebagai paduansifat-sifat barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya memenuhikebutuhan pelanggan, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat.Slamet Margono juga menyebutkan 6 (enam) filosofi mutu kinerja yaitu:

(1) Setiap pekerjaan menghasilkan barang dan/atau jasa,(2) Barang dan jasa itu diproduksi karena ada yang memerlukan (setidaknya

oleh dirinya sendiri),(3) Orang-orang yang memerlukan barang atau jasa disebut pelanggan,(4) Barang dan/atau jasanya itu merupakan sesuatu yang dibutuhkan

pelanggannya,(5) Barang atau jasa tersebut harus dibuat sedemikian rupa agar dapat

memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya, dan(6) Barang atau jasa itu disebut bermutu bila dapat memenuhi atau melebihi

kebutuhan dan harapan pelanggannya.

Melihat uraian di atas, maka suatu perencanaan hanya dapat dikatakanbermutu apabila rencana pembangunan sebagai output dari perencanaan itu padaakhirnya terbukti mampu memenuhi atau bahkan melebihi kebutuhan pelanggan-

155 Slamet Margono, 2004 dalam Wildani Hamzens, Op.Cit, hal. 129.

Page 30: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 90

pelanggannya. Dalam hal muncul pertanyaan siapa saja pelanggan-pelangganpembangunan itu? Dalam konsep good governance domain pembangunan itu terdiridari tiga institusi yaitu: (1) pemerintah, (2) swasta, dan (3) masyarakat. Pembagianberdasarkan 3 (tiga) institusi ini ditinjau dari pola sistem sosial katatanegaraan yangberlaku berdasarkan konsep demokrasi, sebenarnya belumlah merupakanpembagian cukup pas, apalagi sangat nyata dibedakan antara swasta danmasyarakat, bukankah swasta itu juga masyarakat dengan berbagai pekerjaan,profesi, merupakan warga masyarakat yang memiliki kegiatan yang sangatheterogen, baik sebagai pedagang, kontraktor, guru, dosen, dokter, nelayan, dansebagainya. Akan lebih cocok apabila domain pembangunan dibedakan atas:(1) domain internal, yaitu pemerintah, wakil rakyat, dan masyarakat dan (2) domaineksternal adalah seluruh pihak asing dalam berbagai bentuk, pemerintahan,kelembagaan, ataupun personal.

Pemerintah sering mengatakan bahwa pembangunan adalah untukmasyarakat, namun lebih tepat lagi jika disebut pembangunan suatu negara adalahuntuk semua komponen bangsa yang ada di negara itu. Karena itu yang menikmatipembangunan sebenarnya bukan saja masyarakat, tapi semua komponen bangsa.Sebagai salah satu komponen bangsa, institusi pemerintah juga sangat perludibangun, mulai dari sumber daya manusia hingga tatanan kelembagaannya. Tugaspemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah sangat banyak, sangat berat,karenanya agar mampu menjalankan tugas-tugas yang banyak dan berat ini,diperlukan sumber daya manusia aparatur yang berkualitas tinggi sehat jasmani danrohani, yaitu sumber daya yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjungtinggi nilai-nilai moral, cerdas, terampil memiliki sikap dan pribadi yang sehat,sehingga dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, terutama dalammelaksanakan tugas-tugas pelayanan publik.

Pemerintah pusat bertugas menghasilkan berbagai kebijakan makro, sertamembuat sistem dan aturan yang diperlukan di setiap bidang kehidupan di tanah air.Berbagai kebijakan yang dihasilkan akan merupakan panduan yang berlakudi seluruh tanah air, tidak saja untuk setiap sektor, bahkan dalam lingkup sistem,seperti sistem ketatanegaraan, politik, hukum, pengelolaan dan pemanfaatansumber daya alam, ketenagakerjaan, serta berbagai aturan main yang betul-betuldiperlukan bangsa ini harus dihasilkan oleh pemerintah pusat. Karenanya,pemerintah pusat dalam hal ini aparat-aparat harus handal menghadapi situasi-

Page 31: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 91

situasi yang terjadi terutama mensikapi berbagai kebutuhan kebijakan dan selalumenyesuaikannya dengan perubahan lingkungan dan tetap berasaskan keadilan,sehingga kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dapat menjadi panduan operasionalkegiatan sosial kemasyarakatan, membantu terselenggaranya kegiatan publik, tidakmembingungkan dan selalu berpihak kepada terpenuhinya kebutuhan rakyat.

Semua ini membutuhkan perencanaan yang baik, dan tentu saja harusdidukung oleh sumber daya manusia aparatur bermutu, memiliki sikap optimis,motivasi tinggi serta loyal dalam melakukan tugas. Untuk itu perencanaan kariraparatur juga perlu diatur dengan sistem yang jelas, pengaturan penggajian yanglayak, penerapan sistem penghargaan atas prestasi perlu dilakukan, dan berbagaiupaya lainnya yang berakibat pada peningkatan motivasi sehingga aparaturpemerintah tinggal benar-benar berkonsentrasi pada tugas-tugasnya, termasukmampu dan selalu mau mengupayakan kehadiran berbagai inovasi dalam rangkapeningkatan mutu pelayanan publik. Selain itu juga diperlukan upaya yang terus-menerus dari pemerintah untuk selalu menyesuaikan format struktur kelembagaandengan kinerja aparatur agar selalu baik dan efisien.

Di masa depan, yang diperlukan bukan lagi rencana-rencana di atas kertastentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan dasar aparatur, kebutuhan dasar initentunya di masa yang akan datang bukan menjadi masalah lagi, gaji aparat berikuttunjangan hidupnya dan keluarga sudah harus baik dan berkembang sesuaikebutuhan, sistem peningkatan sumber daya manusia aparatur dan karirnyapunsudah harus berlangsung secara otomatis, bukan berdasarkan kolusi, sehinggaaparat benar-benar dapat berkonsentrasi dan bekerja dengan baik. Dengandemikian, apabila terjadi tindakan-tindakan yang tergolong pelanggaran dalambekerja/dalam menduduki jabatan, juga telah otomatis berproses untuk mendapatganjaran.

Suatu perencanaan pembangunan dapat disebut bermutu apabila dalampenyelenggaraannya terbukti kebutuhan-kebutuhan seluruh komponen bangsadapat terpenuhi dengan baik melalui kegiatan pembangunan yang dijalankanberdasarkan rencana pembangunan. Untuk mencapai rencana pembangunan yangbermutu, dibutuhkan sumber daya manusia yang juga bermutu, terutama yangterlibat dalam proses perencanaan pembangunan. Di daerah, aparatur pemerintah,terutama sumber daya manusia yang berada di badan perencanaan pembangunan

Page 32: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 92

daerah merupakan motor penggerak perencanaan di daerah masing-masing,karenanya sumber daya manusia di badan perencanaan pembangunan daerahharus memahami seluk beluk perencanaan dan profesional dalam bekerja.

Pekerjaan perencanaan bukan hanya proyek yang dilakukan di atas kertassemata, dan juga bukan hanya suatu kegiatan menyusun buku perencanaan. Apayang dihasilkan dari perencanaan, yaitu rencana-rencana pembangunan, harusmenjadi tolak ukur pembangunan dan dapat benar-benar diimplementasikan.Pekerjaan monitoring dan evaluasi, serta penyesuaian dan perbaikan rencanasecara terus-menerus perlu dilakukan dan dalam melibatkan konsultan ataupuntenaga-tenaga ahli dalam penyusunan suatu rencana pembangunan, badanperencanaan pembangunan daerah harus selektif, sehingga sumber daya manusiayang bergabung dalam tim perencanaan daerah benar-benar sumber daya manusiayang handal, dan kompeten dalam menyelenggarakan tugas-tugas perencanaan.

Meningkatkan Mutu Kinerja Aparat

Mutu pelayanan publik merupakan satu hal penting yang harus mendapatperhatian untuk terus-menerus ditingkatkan, untuk itu diperlukan perencanaan mutulayanan publik dan untuk mencapai mutu sesuai harapan, maka aparat perlumengetahui dengan pasti siapa saja pelanggannya, apa yang dibutuhkan, dankemudian menyusun secara sistematis agar dapat memberikan layanan sesuaidengan kebutuhan atau kalau bisa melebihi kebutuhan pelanggan-pelanggannya.

Mutu kinerja di bidang pelayanan publik masih rendah, jika ditinjau darifilosofi mutu, maka selama ini telah terjadi suatu kesalahan fatal, pelayanan publikyang dilakukan berorientasi mutu, karena seringkali dilakukan tidak berdasarkankebutuhan pelanggan. Pelanggan dalam hal ini seluruh warga tentu sajamenginginkan untuk mendapatkan pelayanan publik dengan baik dan cepat.Pelayanan publik yang seharusnya cepat dan gratis seperti perpanjangan KTP,ternyata dalam kenyataannya warga masih harus membayar untuk kelancaranpengurusan layanan ini. Pelayanan publik yang dilakukan aparat seperti pembuatanSIM dan perpanjangannya, termasuk pembuatan STNK, dan paspor seringkalimenjadi ‘celah’ mendatangkan penghasilan tambahan bagi beberapa oknum.Karenanya, secara umum mutu layanan publik dapat disebut masih dalam kategorirendah. Pada beberapa kasus walaupun seseorang telah lebih dahulu datang pada

Page 33: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 93

suatu kantor pelayanan publik untuk mendapatkan layanan, seringkali terjadi kasustidak secara otomatis langsung dilayani jika tidak memberikan ‘dana tambahan’dalam bentuk tip pengurusan. Sebaliknya yang datang belakangan, jika telahberhasil memiliki ‘orang dalam’, dapat segera menyelesaikan urusannya dengancepat.

Budaya pelayanan publik yang seperti ini segera harus diubah, layananpublik harus etis dan berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan, untukitu dibutuhkan aparat yang selalu memperhatikan kewajiban-kewajiban yang harusdipenuhinya dalam pekerjaan pelayanan publik sesuai aspek layanan yangditangani, aparat harus mampu mengetahui apa saja kebutuhan pelanggan,terampil dan kompeten dan menjalankan perannya memenuhi kebutuhan berbagaikebutuhan pelanggan. Pelayanan publik perlu terus-menerus ditingkatkan mutunya,untuk itu diperlukan perencanaan mutu layanan publik, di mana perbaikanpelayanan terjamin dilakukan terus-menerus. Kantor-kantor pemerintah dan instansiteknis yang melakukan kegiatan pelayanan publik, wajib melakukan kegiatanperencanaan mutu pelayanan publik bagi kantornya masing-masing, dan ini tentusaja menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari perencanaan di instansitersebut.

Meningkatkan Mutu Kepemimpinan

Mutu kepemimpinan di kalangan birokrat bagi masyarakat masih terasakurang memuaskan banyak orang, karenanya hal ini perlu segera diperbaiki.Kepemimpinan di kalangan birokrat, seringkali berpihak pada apa yang diharapkanoleh pemerintah semata, akibatnya program-program pembangunan banyak yangtidak berpihak pada masyarakat. Kepemimpinan seperti ini kini mengalami titik jenuhdan cenderung tidak dipedulikan lagi oleh masyarakat, bukan merupakan contohyang baik, karena kurang mampu menggalang partisipasi masyarakat, otoriter, danbiasanya berlangsung dalam suasana yang tidak demokratis.

Karena itu masyarakat tidak menganggap kepemimpinan yang dimiliki parabirokrat baik. Bahkan penilaian yang ada cenderung buruk, hal ini dapat diamatilangsung oleh publik dapat dengan melihat perilaku yang ditampilkan para birokrat,maraknya dan terungkapnya berbagai kasus korupsi sebagai contoh, telah berbuahketidakpercayaan serta menghilangkan respek masyarakat kepada para birokrat,

Page 34: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 94

dan mencoreng kepemimpinan di kalangan birokrat. Terkait dengan mutuperencanaan dan rencana-rencana yang dihasilkan, baik di pusat yang dilakukanpemerintah pusat maupun di daerah yang dimotori oleh badan perencanapembangunan daerah, baik buruknya suatu kegiatan perencanaan berikut hasil-hasilnya juga akan sangat tergantung kepemimpinan yang dimiliki oleh parabirokratnya di tempat tersebut.

Masyarakat Indonesia, telah mengalami berbagai macam cobaan, sebagianbesar telah kehilangan kepercayaan pada para pemimpin. Kalangan yang kurangberuntung masih lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kalangan yangberuntung, dan saat ini yang terjadi di masyarakat adalah krisis kepemimpinan.Banyaknya partai politik pada saat kampanye menjadikan tatanan kehidupan yanglebih baik apabila memenangkan pemilihan umum, namun setelah pemilihan umumusai kondisi yang dialami masyarakat tidak berubah banyak bahkan menjadi jauhlebih buruk. Partai politik tidak mampu memberi perubahan yang lebih baik bagibangsa ini, walaupun telah memiliki kesempatan, dengan memenangkan pemilihandan duduk di kursi wakil rakyat. Untuk mencapai kepemimpinan yang bermutudi masa depan, harus dimulai dari saat ini. Strategi meningkatkan mutukepemimpinan baik bagi kalangan birokrat, wakil rakyat, maupun masyarakat,seharusnya merupakan salah satu prioritas dari pembangunan sumber dayamanusia Indonesia.

Menghadapi globalisasi, dan cepatnya perubahan lingkungan, baikeksternal maupun internal, maka metode perencanaan strategis masih merupakansuatu model yang berada di depan metode perencanaan lainnya, dan sangat tepatditerapkan untuk saat ini dan dipastikan masih relevan hingga 25 tahun mendatang,sehingga di masa mendatang, metode ini masih dapat digunakan. Namun dalampenyelenggaraannya, metode perencanaan strategis menuntut komitmen yangtinggi dari pelaku-pelakunya, karena dalam model perencanaan strategis,perencanaan dipandang sebagai suatu kegiatan yang terus-menerus dan tiadahenti. Pada prinsipnya suatu perencanaan strategis yang bermutu dapat segeradilihat dari gejala-gejala yang ditunjukkan melalui aktivitas yang berlangsungdi kantor-kantor pemerintah atau organisasi layanan publik.

Dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas di kantor-kantorpemerintah atau kantor pelayanan publik, melihat kinerja wakil rakyat, dan melihat

Page 35: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 95

tatanan kehidupan sosial ekonomi yang berlangsung di masyarakat, segera dapatdiketahui apakah kegiatan-kegiatan pembangunan yang diselenggarakan sehari-hari merupakan bagian yang dari rencana pembangunan yang telah disusun? atau,apakah rencana pembangunan yang telah disusun sepenuhnya dijalankan?, danapakah ada suatu sistem kontrol yang memperlihatkan terjadinya prosespenyesuaian rencana-rencana dan adanya suatu upaya perbaikan yang terus-menerus atas rencana yang telah disusun untuk mencapai tujuan pembangunan?.Ternyata apa yang disebut dengan rencana strategis pembangunan, saat ini hanyadiberi ‘label’ strategis saja, penyelenggaraannya sudah sangat jauh melenceng darikonsep perencanaan strategis yang benar, dan rencana-rencana yang hadir tidakmenjamin terjadinya pemenuhan kebutuhan para pelanggan pembangunan, inisemua perlu diluruskan kembali.

Sistem Perencanaan

Suatu perencanaan strategis harus tanggap dan dapat menjaminterpenuhinya kebutuhan pelanggan-pelanggan pembangunan, untuk itu modelperencanaan strategis membutuhkan sistem perencanaan yang jelas dapatmenggambarkan beberapa hal, antara lain: memperlihatkan bagaimana proses dansiklus perencanaan berlangsung, sejak dari pemahaman situasi, analisis, penetapankebutuhan pelanggan, penyusunan program, monitoring dan evaluasi, sertaperulangan siklus perencanaan. Sistem perencanaan juga menggambarkanbagaimana komponen-komponen dalam perencanaan itu saling tergantung danmempengaruhi, dan bagaimana pola ketergantungan antar komponen ituseharusnya terjadi, sistem perencanaan menggambarkan keterkaitan antarmanusiaperencana dengan pihak-pihak lain, misalnya masyarakat, serta pihak-pihak danlembaga-lembaga yang terkait dalam proses perencanaan, serta berkepentinganterhadap hasil perencanaan itu.

Macam Perencanaan

Untuk mencapai suatu tatanan sistem sosial yang kuat dan agar seluruhkomponen bangsa berhasil melakukan pertukaran untuk memenuhi berbagaikebutuhan di dalam sistemnya sosial itu sendiri dengan baik, tanpa terlalutergantung dari sistem sosial lainnya, maka pada tingkat nasional perlu hadirberbagai panduan nilai-nilai yang akan dianut bersama dalam lingkup negara yang

Page 36: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 96

posisinya berada di bawah dasar negara undang-undang dasar, panduan ini dapathadir dalam bentuk peraturan perundang-undangan, dan kebijakan publik yangtentu saja harus disusun berazaskan keadilan. Kemudian dalam lingkup daerahyang diperlukan rancangan norma-norma yang berlaku masing-masing daerahdi luar rencana-rencana pembangunan daerah itu.

Aktor dan Perannya dalam Perencanaan

Suatu proses perencanaan strategis melibatkan team work dengankonfigurasi yang cukup kompleks, interdisipliner, yang mencakup berbagai keahlian,kemampuan setiap anggota untuk bekerja secara team work merupakanketerampilan yang sangat penting dan harus dikuasai anggota tim perencana.Dalam realitanya, saat ini dan di waktu-waktu mendatang planner harus dapatmenjalankan perannya dengan tepat, yaitu sebagai agen perubahan, fasilitator,trainer, widyaswara, atau organisatoris.

Perencanaan berawal dari kritik sosial tentang keadaan disaat ini, dantujuan akan dirumuskan bersama-bersama masyarakat. Karenanya, perencanaanmempunyai sesuatu kekuatan yang sangat kuat bersumber dari arus bawah,gagasan-gagasan harus datang dari masyarakat, planner hanya berperan sebagaipendidik, membuka kesadaran, melatih keterampilan, dan meningkatkankepercayaan diri masyarakat. Dengan bimbingan planner, masyarakat dapatmerumuskan kebijakan, program, strategi, desain, lokasi proyek dan anggaran biayapembangunannya sendiri.

Untuk itu jangkauan perencanaan pembangunan yang menghasilkanrencana-rencana pembangunan tidak bisa lagi hanya sampai di tingkatkabupaten/kota, apalagi hanya dibuat di belakang meja oleh satu tim atau beberapaorang saja. Perencanaan pembangunan yang strategis dan bermutu harusmenyentuh ‘wilayah’ setiap rumah tangga atau setiap keluarga Indonesia, yangjelas-jelas memiliki potensi sumber daya manusia, peran setiap rumah tangga,rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW), juga para pemimpin adat, sangatpenting untuk melakukan berbagai koordinasi dalam perencanaan baik untukmenghasilkan rencana-rencana pengembangan kapasitas sumber daya manusia,rencana peningkatan ekonomi, pembangunan fisik, sarana prasarana, hinggapelaksanaan dan kontrol jalannya pembangunan.

Page 37: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 97

Badan perencanaan pembangunan daerah merupakan koordinatorperencanaan pembangunan di daerah, badan ini berperan mengkoordinir jalannyaperencanaan pembangunan di daerah, tugas utamanya adalah menyeleksi danmembentuk tim perencana yang memenuhi persyaratan, anggota tim berasal dariunsur-unsur badan perencanaan, serta pihak-pihak yang berkompeten dandianggap memenuhi persyaratan untuk bergabung dalam tim perencana. Badanperencanaan pembangunan daerah selanjutnya mengkoordinir jalannya pekerjaanperencanaan pembangunan, setelah itu wajib menyelenggarakan kegiatanmanajemen pengendalian rencana pembangunan yang disebut dengan manajemenkontrol pembangunan, badan perencanaan pembangunan dalam hal ini timperencana pembangunan melakukan pekerjaan pengendalian dan kontrolpelaksanaan rencana-rencana pembangunan, perencanaan strategis merupakansuatu pekerjaan yang berkelanjutan dan tidak berhenti begitu saja setelah suaturencana dihasilkan.

Tenaga-tenaga ahli yang bergabung dalam tim perencana, dipimpinlangsung oleh ketua badan perencanaan pembangunan daerah, anggota-angotanyaterdiri dari orang-orang yang profesional di bidangnya masing-masing, dan yangdibutuhkan daerah. Untuk itu badan perencanaan pembangunan daerah harusmelakukan analisis spesifikasi kebutuhan tenaga ahli atau pakar dalam bidang apasaja yang dibutuhkan dan yang akan dilibatkan dalam tim perencanaandi daerahnya, juga membuat kerangka kerja dan alur pelaksanaan perencanaanyang bersifat buttom up dan berkelanjutan.

Anggota tim perencana, para ahli, bertugas turun langsung ke lapangan,melihat kondisi empiris serta melakukan analisis sesuai bidangnya masing-masing,didampingi oleh ahli perubahan sosial. Karena pekerjaan perencanaan merupakanpekerjaan yang berkelanjutan, dan harus mengalami perbaikan terus-menerus,maka tidak ada batasan waktu bagi anggota tim untuk melakukan observasilapangan, walaupun rencana yang ditargetkan telah selesai disusun. Karena itumasa kerja suatu tim perencanaan adalah sepanjang waktu operasional suaturencana, minimal lima tahun sesuai dengan limit waktu suatu rencana jangkamenengah.

Sebelum mensahkan usulan rencana pembangunan sebagai peraturandaerah, wakil rakyat berperan menilai hasil kerja tim perencana, menelusuri

Page 38: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 98

bagaimana rencana tersebut disusun, tahapan-tahapan yang dilalui, analisislingkungan yang dilakukan hingga menjadi dokumen perencanaan. Wakil rakyatjuga memberikan penilaian terhadap visi yang ditetapkan, dan misi atau upaya-upaya pilihan yang akan dijalani, memberikan penilaian apakah upaya-upaya yangdipilih itu benar-benar akan mendorong tercapainya visi. Wakil rakyat juga perlumengadakan kunjungan-kunjungan ke masyarakat, sehingga penilaian terhadapusulan suatu rencana pembangunan akan obyektif.

Untuk mewujudkan tatanan sosial yang kuat dan terjadi interaksi yangpositif antar anggota di suatu sistem sosial, maka partisipasi masyarakat dalamsuatu kegiatan perencanaan pembangunan sangat penting, dengan berpartisipasisecara aktif, masyarakat sendiri yang akan menentukan bentuk masa depannya.Tentang kekuatan partisipasi masyarakat ini partisipasi masyarakat sangat mutlakdemi berhasilnya pembangunan. Pada umumnya dapat dikatakan, tanpa partisipasimasyarakat maka setiap kegiatan pembangunan akan kurang berhasil. Syarat-syarat yang diperlukan adalah: (1) adanya kesempatan, (2) adanya kemampuan,dan (3) adanya kemauan.

Pemerintah harus memberikan kesempatan partisipasi secara merata padaseluruh anggota masyarakat dalam pembangunan, sejak dari perencanaan,pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi, serta dalam berkelanjutan seluruhproses perencanaan yang dilakukan secara terus-menerus. Kesempatan inipunhanya akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat apabila masyarakat mampu danmau melakukannya. Karena itu diperlukan upaya-upaya khusus, seperti upayamembangkitkan suatu penyadaran kritis pada masyarakat, memotivasi masyarakat,dengan upaya memberikan pengertian bahwa partisipasi masyarakat dalampembangunan merupakan penentu masa depannya sendiri.

Garis Besar Rencana

Dalam suatu rencana pembangunan, visi pembangunan daerah merupakanpernyataan kondisi yang ingin dicapai di waktu yang akan datang, sesuai denganusia rencana. Visi pembangunan daerah wajib diperjuangkan hingga benar-benarterwujud. Oleh karena itu semua kegiatan pembangunan yang dilakukan adalahbagian dari upaya mewujudkan visi.

Page 39: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 99

Semua pihak harus mampu memberikan kontribusi yang nyata untukmewujudkan visi, tentu saja sesuai dengan bidang yang digeluti masing-masing,dan semua pihak harus terus-menerus menempa diri dan meningkatkan mutusumber daya manusia masing-masing, berikut mutu produk yang dihasilkan baikbarang ataupun jasa, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi sistemsosialnya dan dapat mendorong terwujudnya visi pembangunan daerahnya.Berdasarkan kondisi yang ingin dicapai dan yang diungkapkan dalam visi, akandiperoleh indikator makro rencana pembangunan.

Untuk mencapai visi, disusun misi sebagai upaya-upaya atau langkahpilihan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, misi harus dapat diungkapkandengan lugas, apa saja yang akan dilakukan sebagai upaya mencapai visi, misiharus dijabarkan menjadi gambaran yang jelas tindakan-tindakan yang akandilakukan, dan dapat dipahami dengan mudah karena dioperasionalkan. Setelahmenetapkan misi, selanjutnya disusun program-program strategis, agar rencanadapat diklarifikasikan dan lebih fokus. Program-program strategis ini juga disertaiindikator program, dan satu program bisa terdiri dari beberapa kegiatan. Kemudian,siapa saja aktor-aktor yang akan terlibat dalam penyelenggaraan pembangunan,sumber daya pembiayaan, berapa jumlahnya, dan tata cara pengelolaan harus jelasdalam dokumen rencana.

Monitoring dan evaluasi dilakukan selama pelaksanaan rencana yaitumonitoring selama kegiatan berlangsung atas laporan-laporan yang dibuat, meliputicek silang keakuratan pelaksanaan kegiatan dan laporannya, yang dilakukan untukmenghindarkan terjadinya manipulasi laporan. Evaluasi dilakukan pada setiapkegiatan selesai, dan pada saat seluruh laporan kegiatan dibuat, dilakukan secaraberkala, misalnya evaluasi mingguan, bulanan, tahunan, dan lima tahunan.

Faktor Kunci Keberhasilan

Lingkungan yang berubah terus-menerus menyebabkan tidak bisadihindarinya hadirnya ide-ide baru pada saat pelaksanaan rencana. Sebagai suatuperencanaan yang bernilai strategis, rencanapun bersifat fleksibel dan tanggapterhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Berbagai masalah dapat munculsebagai akibat dari mendadaknya suatu perubahan pada lingkungan,permasalahan-permasalahan harus dapat dicarikan jalan keluarnya, untuk itu

Page 40: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 100

dituntut tim perencana yang inovatif, dan kreatif, agar semua permasalahan danperubahan yang muncul dalam penyelenggaraan rencana pembangunan dapatditangani.

Faktor kunci keberhasilan suatau rencana pembangunan, misalnya rencanapembangunan daerah, terletak pada mutu perencanaannya, yang juga sangattergantung pada kualitas badan perencana pembangunan daerah sebagaikoordinator penggerak perencanaan pembangunan di daerah, tergantung padaketepatan pemilihan anggota tim perencana, yaitu hanya memilih orang-orang yangmemiliki kompetensi yang diperlukan juga, tergantung pada kinerja wakil rakyatdalam pengawasan, serta partisipasi dan dukungan masyarakat. Keberhasilannyadibuktikan dengan rencana tersebut mampu memenuhi kebutuhan pelanggan-pelanggannya.

Hal-hal yang Penting Diketahui dalam Suatu Perencanaan Strategis

Perencanaan adalah Pilihan

Semua adalah pilihan-pilihan. Ketika dijajah, maka yang dikehendakibangsa Indonesia sebagai bangsa yang terjajah adalah negara yang merdeka.Kemudian, bangsa inipun mengambil keputusan untuk merdeka, maka bebaslahdari penjajahan. Ketika merdeka yang diinginkan adalah kondisi kehidupanmasyarakat yang adil dan makmur, namun kemudian dalam penjajahanmenentukan cara mencapai tujuan ini, mengapa yang menjadi pilihan parapemimpin adalah pembangunan fisik dan ekonomi yang tidak diseimbangkandengan pembangunan sosial, dalam hal ini pembangunan sumber daya manusia?.

Filosofi Perencanaan

Perencanaan merupakan upaya mencegah berbagai kecenderungan yangakan terus-menerus berlangsung, dan menimbulkan dampak negatif tanpa dapatdikendalikan. Pekerjaan perencanaan pembangunan merupakan suatu kegiatanyang berorientasi kedepan, merupakan pekerjaan yang dilakukan secara team work,melibatkan orang-orang yang ahli dalam bidangnya masing-masing, dan orang-orang ini diharapkan mampu menggerakkan peran serta seluruh domainpembangunan, termasuk masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan perencanaan,

Page 41: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 101

karena pada akhirnya rencana pembangunan akan menghasilkan rekomendasiyang harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh seluruh domainpembangunan.

Cara kerja suatu kegiatan perencanaan yang bernilai strategis danmengutamakan mutu akan berlangsung dalam suatu siklus terus-menerus,berkelanjutan, karenanya proses perencanaan harus harmoni, penyelenggaraanperencanaan merupakan suatu gerak sinergi dan dinamis, yang dilakukan tahapdemi tahap, serta dilakukan tidak keluar dari apa yang telah digariskan. Produkperencanaan, baik rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, rencanajangka pendek, bukan merupakan hasil akhir pekerjaan perencanaan, namunmerupakan bagian dari proses perencanaan yang secara priodik dilakukan, danbersifat saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Perencanaan pembangunan menganut filosofi kerjasama. Ini berarti seluruhdomain pembangunan harus dapat bekerja sama dan memberikan partisipasinya,dalam menyusun rencana-rencana pembangunan yang nyata, aplikatif, bukansekedar rencana di atas kertas, setiap domain harus mampu mengungkapkankebutuhan-kebutuhannya baik kebutuhan sebagai individu maupun sebagaikelompok, di mana kebutuhan-kebutuhan inilah yang harus dapat dipenuhi melaluikegiatan pembangunan.

Perencanaan juga menganut filosofi pentingnya kehidupan setiap individu,karena itu perencanaan pembangunan harus dapat ‘menyentuh’ level terkecil darisuatu sistem sosial, yaitu keluarga. Dengan demikian apa yang dibutuhkan akanlebih nyata, dan program-program yang dihasilkan dari suatu proses perencanaantidak lagi diselenggarakan hanya sampai lingkup kabupaten/kota. Kelurahan, dandesa, bahkan tingkat rukun wilayah (RW) dan rukun tetangga (RT), bahkan setiaprumah tangga merupakan ‘area’ penting dari suatu proses pembangunan, karenadi sinilah sebenarnya rakyat itu ‘ada’ dan ‘hidup’. Pada lingkup inilahpenyelenggaraan pembangunan benar-benar diperlukan.

Perencanaan pembangunan yang selalu dimulai dengan penetapan visi danmisi calon kepala daerah, telah terbukti hanya rencana di atas kertas, yang sebagaiupaya pemenuhan formalitas pada saat pencalonan dan penetapan kepala daerah.Pada akhirnya dalam implementasinya tidak mampu menyentuh apalagi memenuhi

Page 42: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 102

kebutuhan dasar masyarakat secara merata, kurangnya kegiatan sosialisasirencana pembangunan yang telah disusun telah menyebabkan sedikit sekalimasyarakat mengetahui dengan jelas kegiatan pembangunan apa saja yang akandilangsungkan di daerahnya. Bahkan tidak setiap orang mengetahui apa yang akandituju dari pembangunan. Informasi penyelenggaraan pembangunan hanya menjadi‘milik’ segelintir orang atau kelompok yang terlibat dalam proyek-proyekpembangunan.

Visi bangsa telah sangat nyata, yaitu mewujudkan kesejahteraan dankeadilan sosial, di samping itu kondisi keamanan yang kondusif bagi masyarakatmerupakan syarat mutlak untuk dapat melakukan pembangunan dengan baik,karenanya sebenarnya yang sangat diperlukan dalam proses perencanaanpembangunan adalah menentukan langkah-langkah atau strategi apa saja yangditempuh untuk mencapai kondisi yang sejahtera, dan adil secara berkelanjutan itu.Akan lebih baik apabila visi daerah merupakan suatu kondisi masa depan yangdirancang bersama-sama, sehingga tidak ada satupun komponen bangsa yangmerasa ditinggalkan atau diabaikan keberadaan dan perannya oleh negara.156

2.2.2. Proses Perencanaan Pembangunan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan usaha yang terus-menerus danmenyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan,pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaannya. Hal yang terakhir inisering juga sebagai pengendalian.157

Tahap-tahap dalam suatu proses perencanaan sebagai berikut:a. Penyusun rencana.

Penyusun rencana ini terdiri dari unsur-unsur:(1) Tinjauan keadaan atau review ini dapat berupa tinjauan sebelum memulai

sesuatu rencana (review before take off) atau suatu tinjauan tentangpelaksanaan rencana sebelumnya (review of performance). Dengankegiatan ini diusahakan dapat dilakukan dan diidentifikasi masalah-masalah

156 Wildani Hamzens, Op.Cit, hal. 149.157 Susunan ini lebih mengikuti pandangan suatu rencana sebagai alat untuk pencapaian

tujuan, a.1. dikemukakan dalam Saul M. Katz, 1965, Op.Cit, dalam Bintoro Tjokroamidjojo, Op.Cit,hal. 57.

Page 43: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 103

pokok yang (masih) dihadapi, seberapa jauh kemajuan telah dicapai untukmenjamin kontinuitas kegiatan-kegiatan usaha, hambatan-hambatan yangmasih ada, dan potensi-potensi serta prospek yang masih bisadikembangkan.

(2) Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana. Sering juga disebutsebagai forecasting. Dalam hal ini diperlukan data-data statistik, berbagaihasil penelitian dan teknik-teknik proyeksi. Mekanisme informasi untukmengetahui kecenderungan-kecenderungan perspektif masa depan.

(3) Penetapan tujuan rencana (plan objectives) dan pemilihan cara-carapencapaian tujuan rencana tersebut. Dalam hal ini seringkali nilai-nilaipolitik, sosial masyarakat, memainkan peranan yang cukup penting. Secarateknis hal ini didasarkan kepada tinjauan keadaan dan perkiraan tentangmasa yang akan dilalui rencana. Dilihat dalam suatu kerangka yang lebihluas berdasar asas konsistensi dan prioritas.

(4) Identifikasi kebijaksanaan dan/atau kegiatan usaha yang perlu dilakukandalam rencana. Suatu kebijaksanaan atau policy mungkin perlu didukungoleh program-program pembangunan. Untuk bisa lebih operasionalnyarencana kegiatan-kegiatan usaha ini perlu dilakukan berdasar pemilihanalternatifnya yang terbaik. Hal ini dilakukan berdasar opportunity cost danskala prioritas. Bagi proyek-proyek pembangunan identifikasinya didukungoleh feasibility studies dan survei-survei pendahuluan. Penyusunankebijaksanaan dan program-program pembangunan tersebut padaumumnya dilakukan secara sektoral. Dengan demikian juga dilakukanpenentuan sasaran-sasaran sektoral.

(5) Tahap terakhir daripada penyusun rencana ini adalah tahap persetujuanrencana. Proses pengambilan keputusan di sini mungkin bertingkat-tingkat,dari putusan di bidang teknis kemudian memasuki wilayah proses politik.

b. Penyusunan program rencana.Dalam tahap ini dilakukan perumusan yang lebih terperinci mengenai tujuan

atau sasaran dalam jangka waktu tertentu, suatu perincian jadwal kegiatan, jumlahdan jadwal pembiayaan serta penentuan lembaga atau kerjasama antar lembagamana yang akan melakukan program-program pembangunan. Bahkan daripadamasing-masing proyek-proyek pembangunan sebagai bagian ataupun tidakdaripada program-program tersebut terdahulu. Seringkali dipakai di sini suatuprogram kegiatan dan pembiayaan yang konkrit daripada program-program atau

Page 44: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 104

proyek-proyek pembangunan tersebut dalam project plan yang dituangkan dalamproject form. Bahkan ini menjadi alat rencana, alat pembiayaan, alat pelaksanaandan alat evaluasi rencana yang penting.158

Perlu disebutkan bahwa seringkali pengesahan rencana dilakukan sebagaipenutup tahap ini. Dengan demikian rencana mempunyai kedudukan legal untukpelaksanaannya.

Seringkali tahap ini perlu dibantu dengan penyusunan suatu flow-chart,operation-plan atau network-plan.

c. Pelaksanaan rencana.Dalam hal ini seringkali perlu dibedakan antara tahap eksplorasi, tahap

konstruksi dan tahap operasi. Hal ini perlu dipertimbangkan karena sifat kegiatanusahanya berbeda. Dalam tahap pelaksanaan operasi perlu dipertimbangkankegiatan-kegiatan pemeliharaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaanpun perlu diikutiimplikasi pelaksanaannya, bahkan secara terus-menerus memerlukan penyesuaian-penyesuaian.159

d. Pengawasan atas pelaksanaan rencana.Tujuan daripada pengawasan adalah:

(1) Mengusahakan supaya pelaksanaan rencana berjalan sesuai denganrencananya;

(2) Apabila terdapat penyimpangan maka perlu diketahui seberapa jauhpenyimpangan tersebut dan apa sebabnya;

(3) Dilakukannya tindakan korektif terhadap adanya penyimpangan-penyimpangan.

Untuk ini diperlukan suatu sistem monitoring dengan mengusahakanpelaporan dan feedback yang baik daripada pelaksanaan rencana. 160

158 Bintoro Tjokroamidjojo, Op.Cit, hal. 58.159 Ibid, hal. 59.160 Ibid.

Page 45: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 105

e. Evaluasi.Evaluasi ini membantu kegiatan pengawasan. Dalam hal ini dilakukan suatu

evaluasi atau tinjauan yang berjalan secara terus-menerus, seringkali disebutsebagai concurrent review.

Evaluasi juga dilakukan sebagai pendukung tahap penyusunan rencanayaitu evaluasi tentang situasi sebelum rencana dimulai dan evaluasi tentangpelaksanaan rencana sebelumnya.

Dari hasil-hasil evaluasi ini dapat dilakukan perbaikan terhadapperencanaan selanjutnya atau penyesuaian yang diperlukan dalam (pelaksanaan)perencanaan itu sendiri.161

2.2.3. Unsur-unsur Pokok dalam Perencanaan Pembangunan

Secara umum unsur-unsur pokok yang terdapat dalam perencanaanpembangunan adalah sebagai berikut:162

a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Sering jugadisebut sebagai tujuan, arah dan prioritas-prioritas pembangunan. Meliputi pulaberbagai sasaran pembangunan.

Unsur ini merupakan dasar daripada seluruh rencana yang kemudiandituangkan dalam unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan lainnya.

Salah satu hal yang penting dalam hal ini adalah penetapan tujuan-tujuanrencana (development objectives atau plan objectives). Mengenai perumusantujuan perencanaan ini dapat dikemukakan hal-hal berikut:(1) Perumusan tujuan perencanaan/pembangunan merupakan komponen

pertama daripada suatu rencana pembangunan. Hal ini merupakanprasyarat bagi penentuan strategi yang baik untuk menggunakan sumber-sumber pembangunan kepada alokasi keperluan investasi yangmenunjang pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.

(2) Perumusan atau penetapan tujuan perencanaan/pembangunantergantung dari:

161 Ibid, hal. 60.162 Bintoro Tjokroamidjojo, Op.Cit, hal. 62.

Page 46: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 106

(a) preferensi-preferensi nasional atau pilihan-pilihan nasional yangdidasarkan pada kondisi serta nilai-nilai yang dianut di bidangpolitik, sosial dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan;

(b) tingkat perkembangan pembangunan (stage of development).Negara-negara sosialis akan memilih tujuan-tujuan rencana/

pembangunan yang mungkin berbeda dengan negara-negara demokrasiliberal. Negara-negara yang sedang berkembang mungkin memilih tujuanrencana/pembangunan yang berbeda dengan negara-negara yang relatifmaju.

(3) Dalam pemilihan dan penentuan tujuan-tujuan rencana/pembangunanseringkali terdapat kelemahan yaitu dengan adanya tujuan-tujuan yangsaling bersaing. Misalnya tujuan menaikkan pendapatan nasional dengantujuan pembagian pendapatan nasional dengan tujuan pembagianpendapatan yang lebih merata. Misal yang lain adalah tujuanpembangunan sektor industri dengan teknologi tinggi bersaing dengantujuan untuk meningkatkan atau memperluas kesempatan kerja.Demikian pula sering terjadi kelemahan mencampurkan antara tujuan-tujuan yang bersifat lebih kualitatif dengan sasaran-sasaran rencana yanglebih bersifat kuantitatif.

(4) Penetapan tujuan rencana/pembangunan pada umumnya perlumerupakan suatu putusan politik. Karena tujuan perencanaan/pembangunan nasional hendaknya merupakan hasil pendapat ataupenyatuan pendapat politik, ekonomi dan sosial dalam masyarakat.Walaupun perumusannya harus melalui perhitungan berbagai alternatiftentang prioritas-prioritas, sumber-sumber, kemungkinan dapatdicapainya yang semuanya itu direncanakan oleh para perencana.

(5) Perkembangan akhir-akhir ini terdapat suatu kecenderungan untukmemperluas tujuan-tujuan rencana/pembangunan, tidak hanyamenyangkut bidang ekonomi saja, melainkan juga bidang politik, sosial,budaya dan pertahanan/keamanan.Bahkan pada akhir-akhir ini terdapat kecenderungan bahwa tujuan-tujuanpembangunan itu adalah pembangunan manusia itu sendiri. Artinyapeningkatan kualitas hidup manusia material maupun spiritual.Kecenderungan ini masih belum begitu tampak pencerminannya dalampendekatan-pendekatan yang lebih operasional.

Page 47: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 107

b. Unsur pokok yang kedua adalah adanya kerangka rencana. Seringkali hal inidisebut juga sebagai kerangka makro rencana. Dalam kerangka inidihubungkan berbagai variabel-variabel pembangunan (ekonomi) serta implikasihubungan tersebut. Tentang hal ini akan diuraikan secara lebih terperinci dalambagian yang kemudian.

c. Perkiraan sumber-sumber pembangunan merupakan unsur pokok dalampenyusunan rencana pembangunan. Khususnya adalah sumber-sumberpembiayaan pembangunan. Seringkali hal ini merupakan bahagian daripenelaahan kerangka makro rencana. Sumber-sumber pembiayaanpembangunan merupakan keterbatasan yang strategis dalam usahapembangunan dan dengan demikian perlu diperkirakan secara seksama.

d. Unsur pokok yang lain dalam perencanaan pembangunan adalah uraiantentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten. Berbagai kebijaksanaan perludirumuskan dan kemudian dilaksanakan. Satu sama lain kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan tersebut perlu serasi dan konsisten.Kebijaksanaan-kebijaksanaan perencanaan pembangunan itu adalah antaralain kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan penganggaran, kebijaksanaanmoneter, kebijaksanaan harga serta berbagai kebijaksanaan sektoral lainnya.Kecuali itu juga penting kebijaksanaan pembangunan daerah-daerah.

e. Unsur pokok kelima daripada perencanaan pembangunan adalah programinvestasi. Program investasi ini dilakukan secara sektoral, misalnya di bidangpertanian, industri, pertambangan, pendidikan, perumahan, dan lain-lain.Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan bersamaan denganpenyusunan sasaran-sasaran rencana (plan targets atau development targets).Penyusunannya perlu dilakukan secara lebih seksama, dan dewasa inidilakukan berdasar suatu perencanaan yang lebih operasional. Caranya ialahdengan merencanakan program-program investasi tersebut sampai dengankomponen unit kegiatan usaha yang terkecil yaitu proyek-proyek pembangunan.

Dalam penyusunan program investasi dan sasaran-sasaran rencanapertimbangan ekonomi dan pembangunan diserasikan dengan kemungkinanpembiayaannya secara wajar.

3 (tiga) pertimbangan penting perlu diperhatikan, yaitu:(1) Konsistensi dan saling mendukung antara program-program dan proyek-

proyek investasi;

Page 48: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 108

(2) Penetapan skala prioritas secara tajam;(3) Lebih menjamin proses pertumbuhan.

f. Unsur pokok yang terakhir dalam perencanaan pembangunan adalahadministrasi pembangunan.Salah satu segi penting dalam proses perencanaan adalah pelaksanaannya danuntuk ini diperlukan suatu administrasi negara yang mendukung usahaperencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut. Perencanaanpenyempurnaan administrasi negara dan pembinaan sistem administrasi untukmendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perlu direncanakansebagai bagian integral dari rencana pembangunan itu sendiri.Dalam usaha tersebut termasuk pula penelaahan terhadap mekanisme dankelembagaan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (planningmachinery).

2.3. Perencanaan Pembangunan Nasional

Problematika pembangunan di negara berkembang memang sangatkompleks. Kompleksitas masalah yang muncul di permukaan dan yang dapatdiketahui tersebut diyakini berasal dari banyaknya kesenjangan yang bersifatmultidimensi di antara warga negara. Kesenjangan tersebut secara sederhanadapat dikelompokkan berdasarkan 2 (dua) dimensi, yaitu (1) dimensi sektoral; dan(2) dimensi spatial.163

Kesenjangan berdasarkan dimensi sektoral dapat dikelompokkan menjadiempat subdimensi, yaitu (1) subdimensi ekonomi yaitu kesenjangan yangdiindikasikan oleh perbedaan tingkat pendapatan dan kesejahteraan ekonomiseorang warga negara dengan warga negara yang lain; (2) subdimensi sosial, yaitukesenjangan yang diindikasikan oleh perbedaan stratifikasi sosial; (3) subdimensibudaya, yaitu kesenjangan yang diindikasikan oleh perbedaan etnik, bahasa,agama, adat, dan kebiasaan; dan (4) subdimensi politik, yaitu kesenjangan yangdiindikasikan oleh perbedaan kemampuan menyuarakan pendapat.164

163 Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho D, 2006, Manajemen Pembangunan Indonesia:Sebuah Pengantar dan Panduan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 62.

164 Ibid.

Page 49: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 109

Kesenjangan berdasarkan dimensi spatialnya dapat dikelompokkan menjadi2 (dua) subdimensi, yaitu (1) subdimensi wilayah, yaitu kesenjangan yangdiindikasikan oleh perbedaan penguasaan luas wilayah tanah dan perairan yangberada dalam batas administratif; (2) subdimensi kependudukan, yaitu kesenjanganyang diindikasikan oleh perbedaan jumlah penduduk yang berdomisili di suatuwilayah.165

Permasalahan pembangunan di negara berkembang selalu bermula darikesenjangan-kesenjangan tersebut. Kesenjangan yang bersifat multidimensitersebut harus dikelola oleh pemerintahan nasional. Pandangan ini memunculkanpaham perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah perencanaan yangmemberikan penawaran atas penyelesaian masalah yang bersifat multidimensi.Perencanaan strategis dapat diselenggarakan apabila data dan informasi tentangpermasalahan yang ada dapat diinventarisasikan secara sistematis. Pelaksanaanperencanaan strategis hanya dapat diimplementasikan oleh pemerintahan nasionalkarena jangkauan kewenangan pemerintahan nasional lebih luas daripada jikaimplementasi perencanaan strategis itu dilakukan oleh pemerintahan lokal(pemerintahan daerah).166

Langkah pemerintahan nasional pun akan segera terbatas ketika suatunegara-misalnya mempunyai jumlah penduduk yang sangat pasif. Permasalahanpun akan segera muncul pada masalah kelembagaan. Efektivitas langkahpemerintahan nasional dalam perencanaan pembangunan pun menjadi terbatas.Oleh karena itu, muncul gagasan untuk melimpahkan kewenangan perencanaanpembangunan pada tingkat pemerintahan di bawahnya, dalam hal ini pemerintahanlokal (pemerintahan provinsi, pemerintahan kabupaten/kota, pemerintahankecamatan, pemerintahan desa/kelurahan).167

165 Ibid, hal. 62-63.166 Ibid, hal. 63.167 Ibid, hal. 63-64.

Page 50: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 110

2.4. Perencanaan Pembangunan Daerah

Munculnya gagasan tentang perencanaan pembangunan daerah berawaldari pandangan (1) yang menganggap bahwa perencanaan pembangunan nasionaltidak cukup efektif memahami kebutuhan warga negara yang berdomisili dalamsuatu wilayah administratif dalam rangka pembangunan daerah. Menurutpandangan ini, pembangunan daerah hanya bersifat pembangunan ("olehPemerintah Pusat") di daerah168 sehingga masyarakat daerah tidak mampumengakses pada proses pengambilan keputusan publik untuk menentukan nasibsendiri; dan (2) munculnya kebijakan pemerintah nasional yang memberikankewenangan lebih luas kepada penyelenggara pemerintahan daerah dalam rangkapenerapan kebijakan desentralisasi.169

Secara umum perencanaan pembangunan daerah didefinisikan sebagaiproses dan mekanisme untuk merumuskan rencana jangka panjang, menengah,dan pendek di daerah yang dikaitkan pada kondisi, aspirasi, dan potensi daerahdengan melibatkan peran serta masyarakat dalam rangka menunjangpembangunan nasional.170 Secara praktis perencanaan pembangunan daerahdidefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dari pelbagai pelaku (aktor), baikumum (publik) atau pemerintah, swasta maupun kelompok masyarakat lain pada

168 Istilah "pembangunan daerah" merujuk pada penyelenggaraan proses pembangunan,sejak dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasinya dilakukan secara partisipatoris dari rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat. Istilah ini berbeda dengan makna dari "pembangunan di daerah" yangmengandung maksud pembangunan yang bukan diselenggarakan sendiri secara partisipatoris darirakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. "Pembangunan di daerah" merujuk pada penyelenggaraanpembangunan menurut paradigma pembangunan sentralistis. Pembangunan di daerah lebihmerupakan pembangunan oleh Pemerintah Pusat (yang dilakukan) di daerah.

169 Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah,Pemerintah Pusat melimpahkan kewenangan pemerintahan (kewenangan administratif kepadapemerintah daerah, termasuk memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untukmenyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah. Lihat Soemitro (editor), 1989, Desentralisasidalam Pelaksanaan Manajemen Pembangunan, Pustaka Sinar, Jakarta, hal. 59. Kemudianberdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusatmelimpahkan kewenangan administratif dan kewenangan pengelolaan keuangan daerah. BacaDeddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solihin, 2001, Otonomi Penyelenggaraan PemerintahanDaerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 3-4.

170 Gunawan Sumodiningrat, 1998, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat,Bina Rena Pariwara, Jakarta.

Page 51: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 111

tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling kebergantungan dan keterkaitanaspek-aspek fisik, sosial-ekonomi, dan aspek-aspek lingkungan lainnya dengancara: (1) secara terus-menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaanpembangunan daerah; (2) merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakanpembangunan daerah; (3) menyusun konsep strategi-strategi bagi pemecahanmasalah (solusi); (4) melaksanakannya dengan menggunakan sumber-sumber dayayang tersedia sehingga peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan.171

Argumen tentang pentingnya pembangunan daerah dan perencanaanpembangunan daerah adalah berdasarkan alasan politik, bukan murni alasanekonomi. Dalam dimensi alasan politik, perencanaan pembangunan daerah dapatdilihat sebagai wahana untuk menciptakan hubungan yang lebih baik antarapemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan.Sementara dalam dimensi alasan ekonomi, perencanaan pembangunan dapatdilihat sebagai wahana mencapai sasaran pengentasan kemiskinan dan sasaranpembangunan sosial secara lebih nyata di daerah-daerah.172

Dalam pembangunan daerah, pemerintah daerah diharapkan mampumelakukan manajemen pembangunan daerah dengan fokus pengembangankawasan. Potensi wilayah diharapkan dapat dioptimalkan sehingga masyarakatmenjadi tuan di atas wilayahnya sendiri dalam satu entitas kawasan pembangunantanpa meninggalkan prinsip-prinsip pembangunan. Tantangan pembangunan yangsemakin luas menyebabkan perlunya pembangunan daerah dan semakinpentingnya perencanaan pembangunan daerah agar pemerintah daerah danmasyarakat daerah dapat melakukan pendayagunaan sumber daya yang merekamiliki secara efisien. Dengan demikian, melalui wahana perencanaan pembangunandaerah, semua elemen masyarakat daerah (warga negara Indonesia yang

171 Syahroni, Pengertian Dasar dan Landasan Hukum Perencanaan PembangunanDaerah, dalam Jurnal llmiah Visi Perencana (VIP) Volume 1 Nomor 1, Oktober 2001, LembagaPemberdayaan Ekonomi Kerakyatan (Institute for Small and Medium Enterprise Empowerment,ISMEE), Jakarta, hal. 17.

172 Iyanatul Islam, 1999, Regional Decentralization in Indonesia, United Nations SupportFacility for Indonesian Recovery (UNSFIR), Jakarta.

Page 52: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 112

berdomisili di suatu daerah) dapat membina hubungan kerja sama (aliansi) di antarapemerintah dan masyarakat.173

Perencanaan pembangunan daerah dilakukan dengan syarat-syarat:(1) Kejelasan data kependudukan, karena penduduk merupakan sasaran

pemanfaatan dari perencanaan pembangunan. Ketidakjelasan datakependudukan menyebabkan perencanaan pembangunan akan menemuikesulitan dalam menentukan penyusunan alokasi pembangunan;

(2) Kejelasan batas wilayah administratif yang menjadi jangkauanperencanaan. Kadang-kadang perencanaan pembangunan daerahdilakukan pada suatu wilayah yang batas-batasnya tidak jelas.Ketidakjelasan itu disebabkan oleh kondisi geografis yang kompleks,misalnya berupa wilayah perairan, wilayah pegunungan, wilayah kepulauanterpencil, dan seterusnya. Dalam kondisi demikian, perencanaanpembangunan daerah tidak dapat dilakukan secara murni berdasarkanwilayah administratif daerah;

(3) Kejelasan pembiayaan. Ketidakjelasan pembiayaan akan menimbulkankesulitan dalam menentukan pengendalian dan evaluasi terhadappelaksanaan perencanaan pembangunan. Ketidakjelasan tujuan inidiakibatkan oleh kesulitan untuk menentukan sumber daya pembangunanyang hendak dipakai untuk membiayai perencanaan pembangunan;

(4) Kejelasan permasalahan yang dihadapi. Jika permasalahan yang dihadapisulit diidentifikasi, perencana pembangunan akan mengalami kesulitanuntuk menentukan pilihan kebijakan. Ketidakjelasan permasalahan yangdihadapi ini diakibatkan oleh gesekan kepentingan di antara para pengusulatau karena gesekan kepentingan di antara para pengambil keputusanpolitik; dan

(5) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai. Ketidakjelasan tujuan yang hendakdicapai akan menimbulkan kesulitan untuk menentukan siapa yang akanbertanggung jawab pada pelaksanaan perencanaan pernbangunan.Ketidakjelasan tujuan ini diakibatkan oleh kesulitan untuk menentukansektor pembangunan yang menjadi pilihan pembangunan.174

173 Gunawan Sumodiningrat, 2002, Perencanaan Pembangunan Daerah, Penerbit Perpod,Jakarta.

174 Rainer Rohdewold, 2000, Local Development Planning, GTZ-USAID, Jakarta.

Page 53: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 113

Ketika persyaratan tersebut belum dapat dipenuhi, muncul konsepperencanaan pembangunan regional. Perencanaan pembangunan regionalmengatasi hambatan wilayah administratif, domisili penduduk, dan pembiayaanpembangunan. Sementara itu, terdapat pula konsep perencanaan pembangunankawasan yang mengatasi hambatan ketidakjelasan permasalahan yang dihadapidan mengatasi pula ketidakjelasan tujuan yang hendak dicapai, serta mengatasihambatan pembiayaan pembangunan.175

Secara umum, perencanaan pembangunan regional adalah langkah-langkah perencanaan yang dilakukan dalam rangka pembangunan regional.Pembangunan regional adalah pembangunan yang dilakukan secara komprehensifpada beberapa daerah melampaui batas-batas wilayah administratifnya yangbersasaran pada masyarakat yang berdomisili di daerah-daerah tersebut.Perencanaan pembangunan kawasan adalah langkah-langkah perencanaan yangdilakukan dalam rangka pembangunan kawasan. Pembangunan kawasan adalahpembangunan yang dilakukan untuk suatu sektor tertentu di satu daerah atau lebihdengan sasaran pada masyarakat yang berdomisili di satu daerah atau lebih.Berdasarkan cakupan wilayah administratifnya, perbedaan antara pembangunandaerah, pembangunan regional, dan pembangunan kawasan dapat dilihat dalamgambar berikut.176

175 Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho D, Op.Cit, hal. 68-69.176 Wrihatnolo, 2004, Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Daerah, Bappenas,

Jakarta.

Page 54: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 114

PembangunanKawasan: apabilasuatu pembangunandirencanakan,diorganisasikan,dilaksanakan,dikendalikan, diawasidan dimanfaatkan olehsebagian masyarakatdi daerah pada sektortertentu di suatu bagiandari satu daerah ataulebih. Penyelenggarapembangunan kawasanadalah seluruh unsurPemerintah Daerahyang terlibat ataudikoordinasikan olehunsur PemerintahPusat. Misalnya:pembangunan sektortertentu di suatu bagiandi daerah A, B, D, danE.

DAERAHA

DAERAHB

DAERAHC

PembangunanRegional: apabilasuatu pembangunandirencanakan,diorganisasikan,dilaksanakan,dikendalikan, diawasi,dan dimanfaatkan olehpemerintah danmasyarakatantardaerah secarakomprehensif (lintassektor) melampauibatas-batasadministratif suatudaerah. Misalnya:pembangunan dalamwilayah administratifDaerah C dan F.

DAERAHD

DAERAHE

DAERAHF

DAERAHG

DAERAHH

DAERAHI

Pembangunan daerah: apabila suatupembangunan direncanakan,diorganisasikan, dilaksanakan,dikendalikan, diawasi dandimanfaatkan oleh pemerintah danmasyarakat yang berdomisili di satudaerah di dalam satu wilayahadministratif. Misalnya: pembangunandalam wilayah administratif Daerah.

Gambar 2.3. Perbedaan Pembangunan Daerah, Pembangunan Kawasan danPembangunan Nasional

Page 55: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 115

Berdasarkan kerangka teoritis yang dibangun dari teori perencanaanpembangunan nasional dan teori perencanaan pembangunan daerah, perencanaanpembangunan berdasarkan cakupan wilayahnya secara umum dapat didefinisikansebagai berikut:177

(1) Perencanaan pembangunan nasional, yaitu perencanaan yang mencakuppembangunan semua sektor secara komprehensif dalam wilayah suatunegara untuk kepentingan seluruh warga negara di seluruh negara yangdiselenggarakan oleh pemerintah nasional.

(2) Perencanaan pembangunan daerah, yaitu perencanaan yang mencakuppembangunan semua sektor secara komprehensif dalam wilayah satudaerah (provinsi atau kabupaten/kota) untuk kepentingan seluruh warganegara di suatu daerah tertentu yang diselenggarakan oleh pemerintahdaerah tertentu saja.

(3) Perencanaan pembangunan regional, yaitu perencanaan yang mencakuppembangunan semua sektor secara komprehensif dalam wilayah lebih darisatu daerah (beberapa provinsi atau beberapa kabupaten/kota) untukkepentingan seluruh warga negara di daerah-daerah yang menjadi cakupanperencanaan yang diselenggarakan oleh beberapa pemerintah daerahtertentu saja, atau dikoordinasikan oleh pemerintah nasional.

(4) Perencanaan pembangunan kawasan, yaitu perencanaan yang mencakuppembangunan sektor tertentu saja dalam wilayah satu daerah atau lebih(beberapa provinsi atau beberapa kabupaten/kota) untuk sebagian warganegara di daerah-daerah yang menjadi cakupan perencanaan yangdiselenggarakan oleh beberapa pemerintah daerah tertentu saja ataudikoordinasikan oleh pemerintah nasional.

2.5. Perencanaan Wilayah Pendekatan Pertumbuhan Potensi Daerah

Dalam menghadapi fenomena terpusatnya pembangunan yang diawalidengan pesatnya pertumbuhan dan perkembangan sentra-sentra pengendalianpemerintahan di ibukota negara maupun provinsi maupun daerah, sebagai contohNegara Republik Indonesia dengan ibukotanya Jakarta yang secara empirismemberikan peluang kepada segenap lapisan baik penggerak ekonomi maupun

177 Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho D, Op.Cit, hal. 70-71.

Page 56: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 116

keterkaitan dengan bidang usaha melakukan aktivitas dan kegiatan yang lebihmenghasilkan produktivitas yang tinggi di Jakarta.

Pemda DKI Jakarta dengan kekuatan dan kemampuan fiskalnya dandengan adanya feedback (umpan balik) memberikan berupa peluang untukdijadikan lahan untuk melakukan aktivitas perekonomian, namun disatu sisiterbebani dengan beberapa permasalahan antara lain: mengenai pemukiman,kependudukan, urbanisasi, ketenagakerjaan, pengangguran, ketertiban masyarakat,penyakit sosial masyarakat, kesehatan, pendidikan, transportasi dan hal-hal lainyang senantiasa kurang memberi kenyamanan sebagaimana layaknya sebagaiibukota yang menjadi pusat pemerintahan negara.

Pusat pemerintahan yang diawali dengan berkantornya badan organisasiPemerintah Pusat baik lembaga kementerian dan non kementerian yang diikutidengan perangkatnya atau satuan kerja (satker) maupun kantor-kantor badan usahamilik negara (BUMN) maupun sejenisnya yang kesemuanya berada di Jakarta.Kondisi ini sudah barang tentu di samping memberikan dampak positif jugamemberikan dampak negatif dalam hal keberadaannya terpusat di Jakarta.

Hal ini juga dapat dilihat bahwa badan dan organisasi Pemda DKI Jakartakesemuanya juga berada juga di Jakarta dalam aktivitasnya menyelenggarakanpemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan tugas-tugas pelayanan publikkepada masyarakat. Tentu tidak saja lokasi yang menjadi wilayah tata ruang DKIJakarta yang terbebani akan tetapi mengingat terbatasnya wilayah lokasi ProvinsiJakarta yang berbatasan oleh wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten.

Salah satu upaya yang dilakukan Pemda DKI Jakarta adalah memperluaswilayahnya dengan memperoleh sebagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat danProvinsi Banten, namun kebijakan ini seharusnya difasilitasi oleh Pemerintah Pusatyang dikaitkan dengan ketentuan perundang-undangan tentang wilayah daerahprovinsi sebagai ibukota negara. Walaupun adanya peluang untuk memperluaswilayah DKI Jakarta belum tentu dapat dijadikan sebagai penyelesaian masalah,karena belum ditemukan akar permasalahan yang menjadi pemicu mengapaJakarta menjadi tumpuan harapan dari semua sektor pertumbuhan di negaratercinta ini.

Page 57: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 117

Untuk menemukan akar permasalahan tersebut sudah waktunya diperlukanpenelitian independen untuk memperoleh penyebab faktor-faktor dan indikator yangsangat berpengaruh Jakarta menjadi tumpuan harapan dari semua sektorpertumbuhan di Negara Republik Indonesia. Apabila melakukan suatu penelitianakan memperoleh hasil yang maksimal dan menemukan akar permasalahan yangnormatif jika dilakukan secara akademik tanpa mengabaikan domein hukum danpolitik, karena berdasarkan pengalaman apabila hasil penelitian terlalu didominasioleh hukum dan politik secara kualitatif hasilnya tidak maksimal untuk menghasilkanpemecahan masalah atau problem solving secara ilmiah.

Hal tersebut akan dapat dijadikan panutan bagi berbagai lapisandi masyarakat untuk menemukan win-win solution sebelum menetapkan adanyakebijakan yang akan diambil yang kesemuanya itu akan ditetapkan denganperaturan perundang-undangan yang berlaku karena pada prinsipnya bahwa setiapmenetapkan kebijakan hukum sebagai instrumen.

Dengan mencermati Jakarta menjadi tumpuan harapan tersebut bahwapelaksanaan pembangunan yang terbaik adalah didasarkan kepada perencanaanpembangunan dengan mempertimbangkan aspek pemerataan pembangunan danpotensi wilayah, di mana sesuai ketentuan bahwa Jakarta sebagai ibukota negaraadalah juga sebagai alat pemersatu yang dijadikan ikon bangsa Indonesia. Denganbegitu besarnya peran Jakarta tersebut, sudah barang tentu keberadaan Jakartayang difasilitasi oleh Pemda DKI Jakarta yang terbebani terhadap segala aktivitasbaik di bidang sarana dan prasarana, pengaturan ketertiban pemerintahannya yangkesemuanya itu termasuk beban sosial dan beban kerja yang setiap tahuncenderung menghadapi berbagai permasalahan yang tidak kunjung selesai karenadengan adanya berbagai alternatif pemecahan ternyata timbul lagi permasalahanbaru. Kondisi seperti ini sudah waktunya Pemerintah Pusat dalam hal inikementerian terkait dan Pemda DKI duduk bersama, sehingga dapat menemukankebijakan terhadap masalah yang ditemukan sehingga tidak memberikan penilaiankurang baik keberadaan Jakarta sebagai ibukota dari daerah-daerah provinsi laindi negara ini seperti wilayah barat Sumatera, Kalimantan dan wilayah timurSulawesi, Maluku, NTB, NTT dan Papua.

Dalam buku ini penulis mencermati dari aspek perencanaan wilayah melaluipendekatan pertumbuhan potensi daerah yang didasari terhadap potensi daerah

Page 58: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 118

yang memiliki nilai-nilai historis dan karakteristiknya di Indonesia. Oleh karenanyadalam mengkaitkan kegiatan perencanaan wilayah yang dalam implementasinyadilaksanakan pembangunan dan pengembangan wilayah di setiap daerah denganmemprioritaskan perhatian dari aspek pertumbuhan potensi dengan mencermatidari pilar-pilar penopang pembangunan seperti geografi, ekonomi, perencanaankota dan lokasi. Bahkan untuk melengkapi pilar-pilar tersebut diperlukan enam pilarpenopang tambahan seperti: Analisis Biogeofisik, Analisis Kelembagaan, AnalisisEkonomi, Analisis Sosial, Analisis Lingkungan dan Analisis Lokasi.

Dalam hubungan dengan pilar-pilar penopang tersebut maka wilayahIndonesia yang telah memiliki karakter atau potensi-potensi pertumbuhan, makadengan tidak mengurangi kewenangan Pemerintah Pusat yang tidak diserahkankepada daerah Pasal 10 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (politik luar negeri; pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskalnasional; dan agama) bahwa keberadaannya tetap di Jakarta. Namun, untuk pusatpengendalian pemerintahan di luar urusan pemerintahan pusat di atas masihdimungkinkan untuk didistribusikan kantor pengendaliannya, sebagai contohkementeriannya berkedudukan di daerah sesuai dengan pertumbuhan dan potensidaerah tersebut. Sebagai contoh: untuk sektor pertambangan migas berkedudukandi Kota Pekanbaru Provinsi Riau, sektor pertambangan umumdi Jayapura Provinsi Papua, sektor perikanan dan kelautan berkedudukandi Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, sektor budaya dan pariwisata berkedudukandi Denpasar (Bali), sektor pendidikan berkedudukan di Yogyakarta Provinsi DIYogyakarta, sektor perindustrian berkedudukan di Surabaya Provinsi Jawa Timur,sektor perdagangan di Batam Provinsi Riau Kepulauan, sektor kehutanandi Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, sektor pertanian dan hortikulturadi Gorontalo dan sektor perkebunan di Medan Provinsi Sumatera Utara. Hal ini jugadapat diikuti oleh daerah otonom baik provinsi maupun kabupaten/kota denganmelihat karakteristik dan potensinya masing-masing daerah.

Page 59: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 119

2.6. Hambatan-hambatan dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Beberapa hal yang selama ini sering menjadi kendala dalam prosesperencanaan pembangunan daerah secara umum dapat dibagi menjadi tigamacam, yaitu kendala politis, kendala sosio-ekonomi dan kendala budaya/kultur.178

Kendala politis merupakan kendala yang disebabkan oleh adanyakepentingan-kepentingan politik yang mendompleng pada substansi perencanaanpembangunan. Ini merupakan kendala yang cukup sulit untuk dihindari, karenabiasanya datang dari adanya tarik menarik kepentingan di antara elite politik danelite penguasa (birokrasi) yang memiliki kekuatan (power) dalam mempengaruhikebijaksanaan pemerintah. Di negara-negara berkembang, kendala ini bolehdikatakan cukup dominan, sehingga cara mengatasinya pun tidak mudah. Carayang efektif untuk mengatasi kendala ini tergantung pada tingkat integritas moralyang dimiliki oleh kelompok elite tersebut. Kemudian adanya sistem yang lebihterbuka dan mendorong bagi terciptanya masyarakat yang kritis, terbuka,berkemampuan, sehingga mampu melakukan kontrol terhadap pemerintah dan elitepolitiknya. Di samping itu tingkat partisipasi masyarakat pun dapat menjadi alternatifyang diperlukan untuk meminimalisir kendala tersebut.179

Kondisi sosio-ekonomi masyarakat juga menjadi kendala yang dapatmempengaruhi perencanaan pembangunan daerah. Kondisi sosio-ekonomibiasanya mencerminkan kemampuan finansial daerah. Padahal kemampuanfinansial memiliki peran penting untuk dapat merumuskan perencanaan yang baik.Hasil perencanaan harus dilaksanakan/diimplementasikan dan pada tahappelaksanaan inilah dukungan dana yang memadai sangat dibutuhkan. Olehkarenanya wajar bila kekuatan ekonomi masyarakat daerah juga menjadi faktorpenting bagi terlaksananya pembangunan. Riant Nugroho180 menjadikan kekuatanekonomi daerah ini sebagai syarat bagi terlaksananya otonomi daerah.

178 Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusumah, 2004, Perencanaan Pembangunan Daerah:Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, hal. 349.

179 Ibid.180 Riant D Nugroho, 2000, Otonomi Daerah Desentralisasi Tanpa Revolusi: Kajian dan

Kritik atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia, PT. Elex Media Kompetindo, Jakarta.

Page 60: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 120

Selanjutnya budaya/kultur yang dianut oleh masyarakat juga bisa menjadifaktor penghambat bagi proses perencanaan pembangunan. Apabila kultur ini tidakdiberdayakan dan diarahkan ke arah yang positif secara optimal akan sangatmempengaruhi hasil-hasil perencanaan, bahkan bisa sampai pada tahapimplementasinya. Nilai-nilai budaya primordialisme, parokhialisme, etnosentrisme,patron-client yang cenderung masih melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia,harus dikendalikan dengan baik dan diarahkan menjadi faktor pendukungpembangunan, sehingga pembangunan dilaksanakan dengan nilai-nilai positif yangreligius, tenggang rasa, gotong royong, dan sebagainya. Janganlah pembangunandimanfaatkan sebagai alat politik atau alat kekuasaan untuk meraih kepentingan-kepentingan tertentu dan kelompok tertentu, melainkan harus diarahkan pada nilai-nilai kebangsaan yang lebih luas dengan menumbuhkan rasa memiliki yangdiimbangi dengan sifat dan rasa tanggung jawab yang berskala nasional(nasionalisme).181

Mewujudkan hal-hal positif dalam proses pembangunan daerah yangdimulai sejak dari proses perencanaannya dapat menjadi tantangan tersendiri bagibangsa Indonesia atau bahkan bagi negara-negara berkembang pada umumnya.Di Indonesia, kita memiliki konsep, teknik, dan strategi yang relatif baik, tetapi padatahapan implementasinya selalu gagal. Dan bila hal ini terus dibiarkan, dapatdipastikan bahwa bangsa dan negara ini tidak akan pernah bisa melepaskan dirinyadari kegagalan demi kegagalan, yang timbul dari lingkaran gelap (black cycle) suatusistem. Keberhasilan yang diperoleh terkesan menjadi keberhasilan semu ibaratfatamorgana. Oleh karena itu dalam konteks ini diperlukan komitmen dankonsistensi terhadap apa yang sudah direncanakan dan menerapkannya denganpenuh rasa tanggung jawab.182

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan beberapa alternatifdalam upaya menuju masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana dituangkandalam mukaddimah UUD 1945. Beberapa alternatif tersebut antara lain meliputi:183

1. Pelaksanaan proses pembangunan bangsa dan negara hendaknya dimulaidari lingkungan pembangunan daerah yang didasari oleh nilai-nilai budayamasyarakat daerah dalam konteks; masyarakat negara. Sistem

181 Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusumah, Op.Cit, hal. 350.182 Ibid.183 Ibid, hal. 350-353.

Page 61: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 121

desentralisasi harus benar-benar diterapkan dengan filosofi demokratis,partisipatif, dan proporsional di mana pembangunan di daerah harusdisesuaikan dengan kemampuan daerah itu sendiri. Jangan dipaksakanuntuk meraih suatu keberhasilan sekaligus; tanpa mempertimbangkankemampuan dan potensi serta kondisi lingkungan yang dimiliki. Hal iniharus mulai dipertimbangkan sejak dari proses perencanaan yang matang.

2. Dalam proses desentralisasi yang demokratis dan partisipatif, diperlukandukungan yang kuat dari sumber daya daerah terutama dari sisikualitasnya, terutama kualitas sumber daya manusianya. Kualitas di sinitidak sekadar kemampuan dan keahlian dari segi konseptual maupunpraktis saja, melainkan juga kualitas dalam integritas, moral, dan komitmen;terlebih lagi kualitas dari para pemimpinnya. Tanpa hal ini, sebaik apa punsistem yang ada hanya akan menjadi hiasan dokumen pembangunan dansimbol-simbol keteraturan yang demokratis partisipatif tapi tidak pernahterimplementasikan dengan baik. Sinkronisasi antara konsep dan praktekserta integritas moral harus berjalan sebagai satu kesatuan yang utuh.

3. Konsistensi terhadap hasil-hasil perencanaan yang sudah disepakatibersama harus dijaga dan dipelihara oleh semua pihak. Diperlukan adanyalaw enforcement (penegakan hukum) terhadap bentuk-bentuk pelanggaransekecil apa pun tanpa pandang bulu. Peran aparat hukum, elite politik danelite birokrasi menjadi faktor utama dalam penegakan ini. Masyarakat padaprinsipnya akan mengikuti meskipun kecenderungan untuk mencaricelah/peluang pelanggaran selalu ada. Tapi bila ketegasan dan konsistensitetap dipelihara, maka kecenderungan itu akan dapat diatasi.

4. Memberikan peluang dan kesempatan yang sama kepada seluruhkomponen masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam prosespembangunan, menjadi faktor lain yang dapat mempengaruhi derajatkeberhasilan pembangunan. Rasa keadilan masyarakat harus benar-benardijaga dan ditumbuhkan secara optimal, karena timbulnya hal-hal yang akanmenjadi kendala dalam pembangunan biasanya terjadi karena adanyaketidakseimbangan atas rasa keadilan yang berkembang di dalammasyarakat.

Page 62: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 122

Adanya filosofi yang dikembangkan dalam pembangunan, yaitu bahwamembangun daerah adalah membangun masyarakat, oleh karena itu fokuspembangunan ditetapkan pada pemberdayaan masyarakat secara optimal danproporsional.

Salah satu indikator utama melihat/mengukur berhasil tidaknya suatuproses pembangunan adalah sampai sejauhmana atau seberapa besar tingkatkebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, baik secara langsung maupun tidaklangsung. Secara langsung dapat dilihat dari bagaimana masyarakat dapatmenikmati hasil-hasil pembangunan dengan mudah, seperti listrik, air bersih, BBM,sarana dan prasarana perhubungan/transportasi, dan sebagainya.

Pemenuhan kebutuhan tersebut akan mengarah pada tingkat kepuasanmasyarakat, yang dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yangdiberikan oleh pemerintah. Untuk dapat mencapai hal itu, konsep pembangunansejak dari perencanaan harus diarahkan pada perwujudan pusat-pusat pelayanansecara adil dan merata.

1. Analisis Fungsi WilayahAnalisis fungsi wilayah, atau sering disebut juga dengan analisis fungsi,

adalah analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di daerahperencanaan, dalam kaitannya dengan berbagai aktivitas penduduk/masyarakat,untuk memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas pelayanan tersebut. Melaluianalisis fungsi akan diketahui tingkat keseimbangan antara pusat-pusat pelayananyang ada dengan distribusi penduduk di suatu daerah. Apakah ada penumpukanfasilitas pelayanan di wilayah-wilayah tertentu atau sudah tersebar secara merata.Apakah fasilitas yang ada sudah sesuai dengan fungsinya atau belum. Fungsi di siniadalah berupa pelayanan yang dapat diberikan oleh fasilitas-fasilitas umum, baikmilik pemerintahan maupun milik swasta kepada masyarakat luas selaku pelanggan(customer).

Karena itu dalam melakukan analisis fungsi, perencanaan hendaknya tidakterfokus keadaan suatu objek secara fisik saja, melainkan harus benar-benar dilihatdan dianalisis pemanfaatannya, apakah dapat berfungsi atau tidak. Jika masihberfungsi, apakah sesuai dengan peruntukkannya atau telah berubah fungsi. Hal-hal inilah yang perlu diperhatikan dalam analisis fungsi, sehingga dapat tergambar

Page 63: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 123

kekuatan-kekuatan mendasar yang dimiliki oleh suatu wilayah pemukiman, yaknikekuatan yang menyangkut fasilitas pelayanan yang dimilikinya.

Berbeda dengan analisis demografis (kependudukan), yang memberikantambahan wawasan kepada perencana mengenai kecenderungan pembangunanpola-pola pemukiman yang dilihat berdasarkan data-data penduduk (yang sangatsedikit bahkan kurang memberikan informasi tentang kondisi sosial ekonomi)analisis fungsi memberikan pandangan yang lebih terfokus pada masalah-masalahfasilitas pelayanan yang ada, sebagai suatu keadaan mendasar yang terkait denganmasalah sosial ekonomi, khususnya ekonomi anglomerasi (penumpukan).

Ekonomi anglomerasi, menurut Jessen, memiliki peran penting dalampembangunan seperti yang diungkapkannya sebagai berikut:

“Anglomeration economies play an important role in dedelopment. Theextensive range of services and the concentration of economic activitiesstimulates information and exchange. The economic specialisationincreases efficiency and income. A good access to market outlets, to thefinancial system and to a broader labour market reduces productions costsand increases income and finally the welfare”. (Ekonomi penumpukanberperan penting dalam pembangunan. Banyaknya pelayanan dankonsentrasi kegiatan ekonomi merangsang informasi dan pertukaran.Spesialisasi ekonomi meningkatkan efisiensi dan pendapatan. Akses yangbaik terhadap pasar, sistem keuangan dan pasar tenaga kerja yang lebihluas, mengurangi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan danakhirnya kesejahteraan).184

Dalam proses PPD, analisis fungsi merupakan suatu alat yang efektif untukmelihat kerangka-kerangka umum seperti tersebut di atas; dan secara efektif dapatdigunakan untuk melihat kegiatan ekonomi masyarakat yang dikonsentrasikandalam suatu area tertentu pada lingkungan wilayah pembangunan, sehinggamemudahkan para perencana untuk menentukan prioritas-prioritas yang mendorongmasyarakat untuk memperoleh fasilitas pelayanan secara mudah.

184 Jenssen, 1998, hal. 125, dalam Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusumah, Op.Cit, hal.111.

Page 64: BAB II KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kebijakan Perencanaan Pembangunan….. 124

2. Analisis Indeks SentralitasMelakukan analisis fungsi dengan menggunakan Analisis Indeks Sentralitas

(Centrality Index Analysis), pada dasarnya dimaksudkan untuk memperolehinformasi yang hampir sama dengan alat analisis fungsi lainnya. Analisis IndeksSentralitas juga dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hierarkhi pusat-pusatpelayanan yang ada dalam suatu wilayah perencanaan pembangunan, seberapabanyak jumlah fungsi yang ada, berapa jenis fungsi dan berapa jumlah pendudukyang dilayani serta seberapa besar frekwensi keberadaan fungsi menunjukkanjumlah fungsi sejenis yang ada dan tersebar di wilayah tertentu, sedangkanfrekuensi kegiatan menunjukkan tingkat pelayanan yang kemungkinan dapatdilakukan oleh suatu fungsi tertentu di wilayah tertentu.

Pembuatan analisis ini hampir sama dengan pembuatan analisis polapemukiman dan skalogram. Yang membedakan ialah bahwa pada alat ini dilakukanpenilaian berdasarkan bobot dari setiap jenis fungsi yang ada, sehingga disebutjuga dengan indeks sentralitas terbobot.

3. SkalogramMetode ketiga yang dapat digunakan untuk melakukan analisis fungsi

adalah metode skalogram, yang merupakan metode paling sederhana karena hanyamenunjukkan daftar dari komponen-komponen pendukungnya. Komponen-komponen yang dibutuhkan meliputi:

1. Data pemukiman wilayah yang ditinjau;2. Jumlah penduduk/populasi masing-masing pemukiman;3. Data fungsi/fasilitas pelayanan yang terdapat pada setiap pemukiman.