25
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa yang bersangkutan (Kiparsky dalamTarigan, 2011: 1). Sementara itu, menurut Kushartati (2005: 24) bahwa pemerolehan bahasa adalah salah satu proses perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak ia lahir. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses perkembangan yang terjadi pada manusia sejak ia lahir untuk menyesuaikan dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik. 2.1.1 Pemerolehan Bahasa pada Anak Pemerolehan bahasa pada anak-anak memang merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan sangat menakjubkan, di mana bisa mengetahui bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit sekali yang diketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk

menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat

memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa

yang bersangkutan (Kiparsky dalamTarigan, 2011: 1). Sementara itu, menurut

Kushartati (2005: 24) bahwa pemerolehan bahasa adalah salah satu proses

perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak ia lahir.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa

adalah suatu proses perkembangan yang terjadi pada manusia sejak ia lahir untuk

menyesuaikan dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa

yang paling baik.

2.1.1 Pemerolehan Bahasa pada Anak

Pemerolehan bahasa pada anak-anak memang merupakan salah satu prestasi

manusia yang paling hebat dan sangat menakjubkan, di mana bisa mengetahui

bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat

sedikit sekali yang diketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak

ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan

sosial.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

8

Pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri khas kesinambungan,

memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana

menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis).

2.1.2 Urutan Perkembangan Pemerolehan Bahasa

Seperti juga halnya dalam bidang perkembangan fisik dan kognitif anak-anak,

dalam perkembangan bahasanya pun mungkin saja memberikan hal-hal umum

yang dapat diramalkan yang sebenarnya diikuti oleh semua anak walaupun

dengan kecepatan yang beraneka ragam. Perkembangan yang bersifat urutan ini

hanyalah merupakan suatu daftar prestasi atau kecakapan dalam masa tertentu

saja.

Urutan perkembangan bahasa dapat dibagi tiga bagian penting, (1) perkembangan

prasekolah (2) perkembangan ujaran kombinatori (3) perkembangan masa

sekolah. Berikut ini akan dibicarakan satu-persatu.

2.1.2.1 Prekembangan Sekolah

Perkembangan pemerolehan bahasa anak-anak prasekolah dapat dibagi lagi atas

dua bagian, (1) perkembangan pralinguistik dan (2) tahap satu kata.

1. Perkembangan Pralinguistik

Ada kecenderungan untuk menanggap bahwa perkembangan bahasa anak-anak

diawali ketika dia mengatakan kata pertamanya yang menjadi tugas para ibu

untuk mencatatnya/merekamnya pada buku bayi anak tersebut. Selama tahun

pertama, sang anak mengembangkan sejumlah konsep dan kemampuan yang

merupakan syarat penting bagi ekspresi linguistik. Sang anak mengembangkan

suatu pengartian mengenai diri sendiri dan orang lain sebagai kesatuan lahir yang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

9

berbeda, pengertian yang harus dimiliki oleh seseorang kalau “dirinya” sedang

berkomunikasi dengan “yang lain”.

Pada akhir tahun pertama, secara khusus, sang anak telah mengembangkan

landasan pengertian-pengertian kognitif yang banyak, konsep diri sendiri dan

orang lain, konsep manusia dan benda, konsep sarana dan tujuan. Baik aspek

koknitif maupun aspek sosial merupakan landasan penting bagi perkembangan

bahasa selanjutnya.

2. Tahap Satu Kata

Tahap satu kata merupakan suatu dugaan umum bahwa sang anak pada tahap satu

kata terus menerus berupaya mengumpulkan nama-nama benda dan orang di

dunia. Akan tetapi, secara khusus, kosakata permulaan sang anak mencakup tipe

kata-kata lain juga. Sebagai tambahan terhadap perbedaan dalam jenis kata-kata

yang dipakai oleh anak-anak pada tahap satu kata ini adalah pembagian

berdasarkan cara mereka memakainya. Dengan sejumlah kata yang relatif

terbatas, seorang anak dapat mengekspresikan berbagai ragam makna dan relasi

dalam berbagai konteks. Sampai akhir tahap satu kata, sang anak dapat

menggunakan nomina untuk memperkenalkan objek (misalnya: buku gambar

“permainan memberi nama” dengan orang dewasa), untuk menarik perhatian

seseorang pada sesuatu, atau menyatakan sesuatu yang diinginnya.

2.1.2.2 Perkembangan Ujaran Kombinatori

Pembicaraan mengenai perkembangan ujaran kombinasi anak-anak ini akan kita

bagi menjadi beberapa bagian, yaitu perkembangan negatif (penyangkalan),

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

10

perkembangan interogatif (pertanyaan), perkembangan penggabungan kalimat,

dan perkembangan sistem bunyi.

1. Perkembngan Negatif

Apabila kita menggunakan “negatif”, kalau kita mengatakan “tidak”, jelas kita

ingin mengatakan berbagai hal. Paling tidak pengertian kita mengenai negatif

mencakup “noneksistensi”, “penolakan”, dan “penyangkalan”. Uraian mengenai

urutan perkembangan “negasi” telah dibuat oleh Klima dan Bellugi-Klima (1971)

dan mereka menemui periode pertama yang menambahkan kata “jangan” pada

awal kalimat.

2. Perkembangan Interogatif

Pada umumnya, “pertanyaan” itu menuntut informasi dan menagih keterangan.

Anak-anak harus mempelajari ucapan-ucapan mana yang merupakan pertanyaan,

apa yang dimaksudkan oleh pertanyaan, dan bagaimana cara mengekspresikan

atau mengemukakannya. Seperti juga halnya dengan “negasi”, perkembangan

interogatif anak-anak pun berubah-ubah dalam periode yang terdiri atas beberapa

tahun. Anak-anak memerlukan lingkungan yang baik untuk mempelajari

pertanyaan-pertanyaan, selama proporsi yang tinggi dari ujaran ibu-ibu kepada

anak-anaknya yang masih kecil justru dalam bentuk pertanyaan, seperti yang

sering kita dengar sehari-hari.

3. Perkembangan Penggabungan Kalimat

Aspek penting lain mengenai perkembangan bahasa anak-anak yang mermelukan

rentangan masa selama beberapa tahun adalah penggabungan beberapa proposisi

menjadi satu kalimat tunggal. Dari penelitian para pakar, kita dapat simpulkan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

11

secara singkat bahwa sarana-sarana/cara-cara pengembangan penggabungan

kalimat sang anak memperlihatkan gerakan melalui beberapa dimensi, yaitu dari

penggabungan dua klausa setara menuju penggabungan dua klausa yang tidak

setara, dari klausa-klausa utama yang tidak tersela menuju penggunaan klausa-

klausa yang tersela (penyisipan klausa bawahan di dalam klausa utama), dari

klausa yang memuat kejadian tetap menuju klausa yang berfariasi, dan dari

penggunaan perangkat-perangkat semantik-sintaksis yang kecil (adverbal, verbs

komplemen) menuju perangkat yang lebih diperluas.

4. Perkembangan Sistem Bunyi

Mengenai perkembangan pemerolehan bunyi pada anak-anak jelas terlihat bahwa

anak-anak bergerak dari pembuatan bunyi ke arah pembuatan pengertian. Dalam

perkembangan komponen bunyi bahasa, praktik nyata bunyi-bunyi tertentu dan

kombinasi-kombinasi bunyi seolah-olah sama penting dengan representasi-

repersentasi mental bunyi dalam membimbing anak-anak ke arah ucapan-ucapan

yang mirip orang dewasa. Praktik atau pelatihan yang jelas dan teratur

mengandung manfaat yang lebih besar dalam wilayah pemerolehan ini daripada

dalam wilayah semantik ataupun sintaksis. Keterampilan berucap atau

mengucapkan kata-kata menjadi semakin terkontrol dan diperbaiki dengan

pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan

seperti halnya dalam perkembangan kemampuan-kemampuan fisik lainnya

(berdiri terbalik diatas kepala, berenang), praktik dan pelatihan sungguh

membantu membawa keterampilan itu di bawah pengawasan atau kontrol.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

12

2.1.2.3 Perkembangan Masa Sekolah

Satu hal yang penting mengenai bahasa, yaitu bahwa perkembangan dan

penggunaan bahasa adalah unik dan universal. Anak telah menciptakan sistem

bahasanya berdasarkan seperangkat khusus pengalaman di rumah dan

masyarakatnya sendiri, caranya sendiri mengekpresikan makna dalam berbagai

situasi, dan setiap anak mempunyai ciri-ciri atau sifat-sifat kepribadiannya sendiri

yang menyatakan diri dari cara sang anak menggunakan bahasa (Tarigan, 2011:

16-34).

2.1.3 Pemerolehan Bahasa dalam Bidang Sintaksis

Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata

(atau bagian kata). Kata ini bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi

karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil

satu kata dari seluruh kalimat itu. Dalam pola pikir yang masih sederhana

tampaknya anak sudah mempunyai pengetahuan tentang informasi lama versus

inforrmasi baru. Kalimat diucapkan untuk memberikan informasi baru kepada

pendengarnya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran yang

dinamakan ujaran satu kata, USK, (one word utterance) anak tidak sembarangan

memilih kata itu; dia akan memilih kata yang memberikan informasi baru. Dari

segi sintaktiknya, USK sangatlah sederhana karena memang hanya terdiri dari

satu kata saja, bahkan untuk bahasa seperti bahasa Indonesia hanya sebagian saja

dari kata itu. Namun dari segi semantiknya, USK adalah kompleks karena satu

kata ini bisa memiliki lebih dari satu makna.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

13

Sekitar umur 2;0 anak mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata, UDK (two word

utterance). Anak mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah

dua kata itu terpisah. Dengan adanya dua kata dalam UDK maka orang dewasa

dapat lebih bisa menerka apa yang dimaksud oleh anak karena cakupan makna

menjadi lebih terbatas.

Cara lain dari UDK adalah bahwa kedua kata ini adalah kata-kata dari kategori

utama: nomina, verba, adjektiva, atau bahkan adverbia. Belum ada kata fungsi

seperti di, yang, dan, dsb. Pada UDK juga belum ditemukan afiks macam apa pun.

Pada tahap ini anak juga sudah dapat menyatakan bentuk negatif. Pada anak

Indonesia, proses mentalnya mungkin agak lebih rumit karena dalam bahasa kita

terdapat beberapa macam bentuk negatif: bukan, belum, dan tidak. Pemerolehan

bentuk negatif bukan secara dini mungkin dipengaruhi oleh konsep sini dan kini

yang membuat nomina lebih dominan daripada kategori yang lain sehingga kata

bukan merupakan negasi antara dua nomina. Munculnya bentuk negasi ini mula-

mula sebagai respon terhadap pertanyaan.

Kemudian muncul negasi belum yang tampaknya juga berkaitan dengan konsep

sini dan kini karena verba adalah kategori kedua setelah nomina. Kata negatif

ndak atau nggak juga muncul hampir bersamaan dengan belum karena alasan yang

sama. Setelah UDK tidak ada ujaran tiga kata yang merupakan tahap khusus. Pada

umumnya, pada saat anak mulai memakai UDK, dia juga masih memakai USK.

Setelah beberapa lama memakai UDK dia juga mulai mengeluarkan ujaran yang

tiga kata atau bahkan lebih. Jadi, antara satu jumlah kata dengan jumlah kata yang

lain bukan merupakan tahap yang terputus (Dardjowidjojo, 2008: 246-250).

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

14

2.2 Kalimat

Finoza (2009: 149) berpendapat bahwa kalimat adalah bagian ujaran atau tulisan

yang mempunyai stuktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi

finalnya menunjukkan bagian ujaran atau tulisan itu sudah lengkap dengan makna

(bernada berita, tanya, atau perintah). Sementara itu, Ramlan (2001: 21) kalimat

adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai

nada akhir turun atau naik. Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif

dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook

dkk dalam Putrayasa, 2009: 1).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan

gramatikal yang berupa ujaran atau tulisan, terdiri atas klausa, dan mempunyai

pola intonasi akhir.

2.2.1 Unsur-unsur Kalimat

Finoza (2009: 150-155) terdapat lima unsur yang terdapat dalam kalimat, yaitu

subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.

2.2.1.1 Subjek

Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok, sesuatu

hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar S diisi

oleh frasa benda atau nominal, klausa, atau frasa verbal.

2.2.1.2 Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan

(action) apa S, yaitu pelaku atau tokoh atau sosok dalam suatu kalimat. Selain itu,

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

15

P juga menyatakan sifat atau keadaan S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat

adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. Verba atau

ajektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomania, atau frasa nominal.

2.2.1.3 Objek

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi

oleh nomina, frasa, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba

transitif, yaitu verba yang wajib hadirnya O.

2.2.1.4 Pelengkap

Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak

Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati

oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu nomina dan frasa

nominal.

2.2.1.5 Keterangan

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan P dalam sebuah

kalimat. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.

Pengisi Ket dapat berupa adverbia, frasa preposional, atau klausa.

2.2.2 Struktur Kalimat Dasar

Kalimat dasar adalah kalimat yang (1) terdiri atas dua klausa, (2) unsur-unsurnya

lengkap, (3) susunan unsur-unsurnya berdasarkan urutan yang paling umum, dan

(4) tidak mengnadung pertanyaan atau pengingkaran. Dengan kata lain, kalimat

dasar di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan

unsur-unsurnya paling lazim.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

16

Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan

peran semantis unsur-unsur kalimat. Setiap bentuk kata, atau frasa, yang menjadi

konstituen kalimat termasuk dalam kategori kata atau frasa tertentu dan masing-

masing mempunyai fungsi sintaksis serta peran semantis tertentu pula.

Sejalan dengan kategori kata itu, terdapat kategori frasa yang dibedakan

berdasarkan unsur utamanya seperti pada (1a, 1b). Perlu dicatat bahwa istilah

“frasa konjungtor” atau “frasa partikel” tidak dikenal dengan kombinasi

konjungtor atau partikel dengan kategori lain, kalau ada, dan sangat terbatas.

(1) a. Frasa Nominal (FN) b. Frasa Preposional (FPrep)

Frasa Verbal (FV)

Frasa Adjektival (FAdj)

Frasa Adverbial (FAdv)

Kata seperti meja, pergi, sakit, sering, dan kepada masing-masing termasuk dalam

kategori N, V, Adj, Adv, dan Prep; dan frasa meja itu, sudah pergi, agak sakit,

sering sekali, dan kepada saya masing-masing tergolong FN, FV, FAdj, FAdv,

dan FPrep.

Sementara itu, kategori perlu pula dibedakan dari bentuk kata. Suatu bentuk kata

dapat mempunyai keanggotaan rangkap dalam arti kata tersebut termasuk dalam

dua kategori atau lebih. Dari uraian singkat di atas tampak bahwa antara bentuk,

kategori, fungsi, dan peran tidak ada hubungannya satu lawan satu. Fungsi

merupakan suatu “tempat” dalam struktur kalimat dengan unsur pengisi berupa

bentuk (bahasa) yang tergolong dalam kategori tertentu dan mempunyai peran

semantis tertentu pula.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

17

Tabel 2.1

Struktur Kalimat Dasar

Bentuk Ibu Saya Tidak Membeli Baju Baru Untuk Kami Minggu lalu

Kate

gori

Kata N Pron Adv V N Adj Pren N N V

Frasa FN FV FN FPrep FN

Fung

si

Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan

Pe

ran

Pelaku Perbuatan Sasaran Peruntung waktu

2.2.2.1 Pola Kalimat Dasar

Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis ini terisi, tapi paling

tidak harus ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Kehadiran kontstituen

lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat. Contoh:

1. Dia [S] tidur [P] di kamar depan [Ket].

2. Mereka [S] sedang belajar [P] bahasa Inggris [Pel] sekarang [Ket].

3. Mahasiswa [S] mengadakan [P] seminar [O] di kampus [Ket].

4. Buku itu [S] terletak [P] di meja [Ket] kemarin [Ket].

Pada contoh di atas, konstituen yang dicetak miring dapat dihilangkan tanpa

mengakibatkan kejanggalan kalimat dalam arti bahwa makna kalimat tetap dapat

dipahami tanpa harus diketahui konteks situasi pemakainya.

Tabel 2.2

Pola Kalimat Dasar

Fungsi

Tipe

Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan

1. S-P

Orang itu sedang tidur - - -

Saya Mahasiswa - - -

2. S-P-O

Ayahnya Membeli mobil baru - -

Rani Mendapat Hadiah - -

Beliau Menjadi - ketua koperasi -

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

18

3. S-P-Pel

Pancasila Merupakan - dasar negara

kita

-

4. S-P-Ket

Kami Tinggal - - di jakarta

Kecelakaan

itu

Terjadi - - minggu lalu

5. S-P-O-

Pel

Dia Mengirim Ibunya Uang -

Dian Mengmbilkan Adiknya air minum -

6. S-P-O-

Ket

Pak Raden Memasukkan uang - ke bank

Beliau Memperlakukan Kami - dengan baik

2.2.3 Jenis-jenis Kalimat

Jenis kalimat dapat dibagi menjadi (1) kalimat berdasarkan jumlah klausa, (2)

kalimat menurut fungsinya, (3) kalimat tak lengkap, dan (4) kalimat inversi.

2.2.3.1 Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa

Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat

majemuk.

1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa (satuan gramatik

yang terdiri S, P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak). Hal itu berarti bahwa

konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu

atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua

unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pula unsur

manasuka sepeti keterangan tempat, waktu, dan alat. Dengan demikian, kalimat

tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang seperti

pada contoh berikut.

1. Dia akan pergi.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

19

2. Kami mahasiswa Atma Jaya.

3. Mereka akan membentuk kelompok belajar.

4. Guru matematika kami akan dikirim ke luar negeri.

5. Pekerjaan dia mengawasi semua narapidana di sini.

2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih

kalimat tunggal. Hal itu berarti dalam kalimat majemuk terdapat lebih dari satu

klausa. Kalimat majemuk dibagi dua bagian yaitu kalimat majemuk setara dan

bertingkat.

1. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara mempunyai ciri (1) dibentuk dari dua atau lebih kalimat

tunggal, dan (2) kedudukan tiap kalimat sederajat. Konjungtor yang

menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup banyak.

Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa

fungsi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dibuatkan tabel penghubung klausa

dalam kalimat majemuk setara.

Tabel 2.3

Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Setara

Jenis Hubungan Fungsi Kata penghubung

penjumlahan

pertentangan

pemilihan

menyatakan penjumlahan atau

gabungan kegiatan, keadaan,

peristiwa, dan proses

menyatakan bahwa hal yang

dinyatakan dalam klausa pertama

bertentangan dengan klausa

kedua

menyatakan pilihan di antara dua

kemungkinan

dan, serta, baik, maupun

tetapi, sedangkan,

bukannya, melainkan

atau

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

20

urutan menyatakan kejadian yang

berurutan

lalu, kemudian

2. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara.

Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentukannya yang tidak setara

karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Konjungtor yang

menghubungkan klausa kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan konjungtor

pada kalimat majemuk setara. Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat jenis

hubungan antarklausa dan konjungtor dalam kalimat majemuk bertingkat.

Tabel 2.4

Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat

No Jenis Hubungan Kata Penghubung

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Waktu

syarat

tujuan

konsesif

pembandingan

sebab/alasan

akibat/hasil

cara/alat

kemiripan

kenyataan

sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah,

sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga,

sampai

jika(lau), seandainya, andaikata, andaikan,

asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala

agar, supaya, untuk, biar

walau(pun), meski(pun), sekali(pun), biar(pun),

kendati(pun), sungguh(pun)

seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana,

daripada, alih-alaih, ibarat

sebab, karena

sehingga, sampai-sampai, maka

dengan, tanpa

seolah-olah, seakan-akan

padahal, nyatanya

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

21

11.

penjelas/kelengkapan

bahwa

2.2.3.2 Kalimat Menurut Fungsinya

Kalimat menurut fungsinya dibagi menjadi empat kalimat yaitu kalimat deklaratif,

imperatif, interogatif, dan ekslamatif.

1. Kalimat Berita

Kalimat berita (deklaratif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur atau penulis

untuk memberitakan sesuatu. Dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat berita

umumnya digunakan oleh pembicara/penulis jika pada suatu saat kita mengetahui

ada kecelakaan lalu lintas dan kemudian kita menyampaikan peristiwa itu kepada

orang lain, maka kita dapat memberitahukan kejadian itu dengan menggunakan

bermacam-macam bentuk kalimat berita. Contoh kalimat deklaratif adalah sebagi

berikut.

1. Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas.

2. Saya lihat ada bus masuk Ciliwung tadi pagi.

3. Waktu ke kantor, saya lihat ada jip menabrak becak sampai hancur.

4. Saya ngeri lihat tabrakan antara bus PPD dan sedan Fiat tadi pagi.

5. Tadi pagi ada sedan Fiat mulus yang ditabrak bus PPD.

Dari segi bentuknya, kalimat di atas bermacam-macam. Ada yang

memperlihatkan inversi, ada yang berbentuk aktif, ada yang pasif, dan sebagainya.

Akan tetapi, jika dilihat fungsi komunikasinya, maka kalimat di atas adalah sama,

yakni semuanya merupakan kalimat berita.

Dengan demikian, kalimat berita dapat bearupa bentuk apa saja, asalkan isinya

merupakan pemberitaan. Dalam bentuk tulisnya, kalimat berita diakhirkan dengan

tanda titik. Dalam bentuk lisan, suara berakhir dengan nada turun.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

22

2. Kalimat Perintah

Kalimat perintah (imperatif) dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang

orang berbuat sesuatu. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir menurun

dan pada bahasa tulis kalimat ini diakhiri dengan tanda seru atau tanda titik.

Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat diperinci

menjadi enam golongan:

1. Perintah atau suruhan biasa jika pembicara menyuruh lawan bicaranya

berbuat sesuatu.

2. Perintah halus jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi

menyuruh mencoba atau mempersilahkan lawan bicara sudi berbuat

sesuatu.

3. Permohonan jika pembicara, demi kepentingannya, minta lawan bicara

berbuat sesuatu.

4. Ajakan dan harapan jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara

berbuat sesuatu.

5. Larangan atau perintah negatif, jika pembicara menyuruh agar jangan

dilakukan suatu.

6. Pembiaran jika pembicara minta agar jangan dilarang.

Kalimat imperatif memiliki ciri formal seperti berikut.

1. Intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan,

2. Pemakaian partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan,

permohonan, dan larangan,

3. Susunan inversi sehingga urutannya menjadi tidak selalu terungkap

predikat-subjek jika diperlukan, dan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

23

4. Pelaku tindakan selalu terungkap.

Kalimat imperatif dapat diwujudkan sebagai berikut.

1. Kalimat yang terdiri atas predikat verbal dasar atau adjektiva, ataupun

frasa preposional saja yang sifatnya taktransitif.

2. Kalimat lengkap yang berpredikat verbal taktransitif atau transitif.

3. Kalimat yang dimarkahi oleh berbagai kata tugas modalitas kalimat.

3. Kalimat Tanya

Kalimat tanya (interogatif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur atau penulis

untuk memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan dari

mitra komunikasinya. Kalimat tanya secara formal ditandai oleh kehadiran kata

tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana dengan atau tanpa

partikel –kah sebagai penegas. Dalam kalimat tanya sering hadir pula kata di

mana, kapan, dan yang mana. Kalimat tanya digunakan untuk meminta (1)

jawaban “ya” atau “tidak” dan (2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari

lawan bicara atau pembaca. Pada bahasa lisan kalimat ini diakhiri dengan intonasi

naik dan pada bahasa tulis, kalimat diakhiri dengan tanda tanya (?). Berikut

contoh kalimat tanya.

1. Dia isteri Pak Bambang.

Apa dia isteri Pak Bambang?

2. Pemerintah akan memungut pajak deposito.

Apa pemerintah akan memungut pajak deposito?

3. Suaminya ditangkap minggu lalu.

Apakah suaminya ditangkap minggu lalu?

4. Perbuatannya ketahuan isterinya.

Apakah perbuatannya ketahuan isterinya?

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

24

4. Kalimat Seru

Kalimat seru (ekslamatif) dipakai penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi

yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan.

Kalimat seru secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main

pada kalimat berpredikat adjektival. Kalimat seru ini juga dinamakan kalimat

interjeksi biasa digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran.

Cara pembentukan kalimat ekslamatif dari kalimat deklaratif mengikuti langkah

berikut.

1. Balikkan urutan unsur kalimat dari S-P menjadi P-S.

2. Tambahkan partikel –nya pada (adjektiva) P.

3. Tambahkan kata (seru) alangkah, bukan main, atau betapa di muka P jika

dianggap perlu.

Dengan menerapkan kaidah di atas, kita dapat membuat kalimat ekslamatif dari

kalimat deklaratif seperti pada contoh berikut.

1. Pergaulan mereka bebas.

2. Bebas pergaulan mereka. (kaidah 1)

Bebasnya pergaulan mereka! (kaidah 2)

Alangkah bebasnya pergaulan mereka! (kaidah 3)

Bukan main bebasnya pergaulan mereka!

Betapa bebasnya pergaulan mereka!

2.2.3.3 Kalimat Tak Lengkap

Pada umumnya kalimat yang dibicarakan terdahulu merupakan kalimat tak

lengkap. Pembicaraan ini terbatas pada kalimat tak lengkap yang juga disebut

kalimat minor. Kalimat tak lengkap pada dasarnya adalah kalimat yang tidak ada

subjek dan/atau predikatnya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

25

Perhatikan penggalan percakapan berikut.

Amir : Kamu tinggal di mana Min?

Amin : Di Kampung Melayu.

Bentuk Di Kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk kalimat

lengkap Saya tinggal di Kampung Melayu. Di luar konteks wacana, Kalimat tak

lengkap dapat digunakan dalam kalimat petunjuk, slogan, ucapan atau sapaan, dan

grafiti.

Perhatikan contoh berikut.

1. Menerima pegawai baru untuk di tempatkan di luar Jakarta.

2. Belok kiri boleh langsung.

3. Merdeka atau mati.

4. Ibu.

Bentuk kalimat di atas itu tampaknya, secara berurutan, berasal dari contoh

berikut.

1. Kami menerima pegawai baru untuk ditempatkan di luar Jakarta.

2. Yang akan berbelok kiri, boleh langsung berbelok.

3. Kita merdeka atau kita mati.

Selain bentuk kalimat tak lengkap di atas, kita temukan pula ungkapan formula

yang berdiri sendiri seperti kalimat. Perhatikan contoh berikut.

1. Selamat malam.

2. Selamat hari ulang tahun.

3. Apa kabar?

4. Merdeka!

5. Selamat jalan.

6. Sampai jumpa lagi.

Bentuk kalimat di atas tidak mempunyai padanan bentuk lengkap.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

26

2.2.3.4 Kalimat Inversi

Kalimat inversi adalah kalimat yang Predikatnya mendahului Subjek sehingga

terbentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari S-P, ternyata kalimat inversi

dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu.

Perhatikan kalimat yang berikut.

1. Ada tamu, Pak.

2. Ada kabar bahwa dia telah meninggal.

3. Ada seseorang yang mencari anda.

Dari contoh di atas kita lihat bahwa verba ada terletak di muka nomina. Dengan

kata lain, urutan fungsinya adalah predikat dulu, baru kemudian subjeknya. Tentu

saja dua unsur wajib itu dapat pula diikuti oleh unsur lain seperti terlihat pada dua

contoh terakhir di atas. Kalimat inversi, yakni kalimat yang urutannya terbalik,

umumnya mensyaratkan subjek yang tak definit.

1. Ada tamu.

Ada seorang tamu.

2. Ada pencuri di halaman.

Ada seorang pencuri di halaman.

3. Ada tamu itu.

Ada tamu tersebut.

4. Ada pencuri itu di halaman.

Ada pencuri ini.

Perlu diperhatikan bahwa ada juga dapat ditempatkan sesuai dengan urutan yang

bisa, yakni sesudah subjek. Akan tetapi, urutan seperti itu mengandung makna

yang berbeda. Dibandingkan kalimat yang berikut.

1. Ada buku di meja.

2. Buku itu ada di meja.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

27

Pada kalimat (1) kita berbicara tentang adanya benda yang dinamakan buku dan

benda itu terletak di meja. Jadi,buku yang dimaksud tidak bersifat difinit. Pada (2)

kita mengacu ke benda yang telah diidentifikasi sebelumnya sebagai buku; dan

buku itu ada di meja. Perbedaan kedua kalimat itu tampak pula pada wajib

tidaknya verba. Pada kalimat (1) verbanya wajib hadir, sedangkan pada kalimat

(2) verba itu dapat dihilangkan. Kalimat (1) kita terima, tetapi kalimat (2) kita

tolak kecuali buku dipertetangkan dengan frasa nominal lain, seperti dalam

konteks.

1. Buku itu di meja.

2. Koran di tempat tidur, buku di meja

2.2.4 Intonasi Kalimat

Intonasi merupakan salah satu alat sintaksis yang sangat penting. Dalam bahasa

Indonesia tampaknya intonasi ini (yang berupa tekanan, nada, atau tempo) tidak

berlaku pada tataran fonologi dan morfologi; melainkan hanya berlaku pada

tataran sintaksis. Sebuah klausa yang sama, artinya terdiri dari unsur segmental

yang sama, dapat menjadi kalimat deklaratif atau kalimat interogatif hanya dengan

mengubah intonasinya. Intonasi merupakan hal yang sangat penting di dalam

sintaksis. Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah

klausa, sebab bisa dikatakan, klausa ditambah intonasi sama dengan kalimat. Jadi,

kalimat intonasi dari sebuah kalimat ditanggalkan maka sisanya yang tinggal

adalah klausa.

Kalau konsituen dasar kalimat dapat diuraikan atas segmen-segmennya

berdasarkan ciri morfologi dan sintaksis, maka intonasi juga dapat diuraikan atas

ciri-cirinya yang berupa tekanan, tempo, dan nada. Tekanan adalah ciri-ciri

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

28

suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Tempo adalah waktu yang

dibutuhkan untuk melafalkan suatu arus ujaran. Nada adalah unsur

suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu

arus ujaran. Kenyaringan ini terjadi karena getaran selaput suara (Chaer, 2012:

253-255).

2.3 Perkembangan Bahasa pada Anak

Pada aspek perkembangan bahasa, kompetensi dan hasil yang diharapkan adalah

anak mampu menggunakan bahasa sebagai pemahaman bahasa pasif dan dapat

berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar dengan

baik. Perkembangan bahasa anak tidak saja dipengaruhi oleh perkembangan

neurologis tetapi juga oleh perkembangan biologisnya.

Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak mulai meninggalkan tahapan dua kata,

mereka bergerak cepat menuju kombinasi tiga-empat-lima-kata. Peralihan dari

kalimat-kalimat sederhana (yang mengekspresikan preposisi tunggal) menjadi

kalimat-kalimat kompleks diawali antara usia dua hingga tiga tahun dan berlanjut

hingga sekolah dasar (Bloom dalam Santrock, 2007: 360).

Anak-anak prasekolah mempelajari dan mengaplikasikan aturan-aturan sintaksis.

Setelah melampaui masa pengucapan dua kata, anak menunjukan penguasaan

aturan-aturan kompleks terkait bagaimana kata-kata harus disusun. Anak-anak

sekitar usia empat hingga lima tahun belajar mengubah pola percakapan mereka

sesuai situasi. (Santrock, 2007: 361-362).

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

29

2.3.1 Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini

Pada aspek pengembangan bahasa, kompetensi dan hasil yang diharapkan adalah

anak mampu menggunakan bahasa sebagai pemahaman bahasa pasif dan dapat

berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar dengan

baik. Perkembangan bahasa anak tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan

neurologis tetapi juga oleh perkembangan biologisnya. (Lennerberg dalam Yamin

dkk, 2013: 104) mengatakan bahwa perkembangan bahasa seorang anak itu

mengikuti dan sesui dengan jadwal perkembangan biologisnya yang tidak dapat

ditawar-tawar. Seorang anak tidak dipaksa ataupun dipicu sekuat apapun untuk

dapat mengujarkan atau mengucapkan sesuatu, bila saja kemampuan biologisnya

belum memungkinkan untuk mengujarkan suatu kata. Sebaliknya, bila saja

seorang anak secara biologis telah dapat mengucapkan atau mengujarkan sesuatu,

maka dia tidak akan dapat dicegah atau ditahan untuk tidak mengujarkan atau

mengucapkan.

Pemerolehan bahasa pada anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang

paling hebat dan menakjubkan, dimana kita bisa mengetahui bagaimana anak-

anak dapat berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit

sekali yang kita ketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan

oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial.

Pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri khas kesinambungan,

memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari satu kata sederhana menuju

gabungan kata lebih rumit (sintaksis).

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

30

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak

Bahasa anak dapat berkembang cepat jika anak memiliki kemampuan dan

didukung oleh lingkungan yang baik. Berikut ini ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia dini.

1) Anak berada dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan.

2) Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak.

3) Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan nonverbal.

4) Dalam bercakap-cakap dengan anak, orang dewasa perlu menunjukkan

ekspresi yang sesuai dengan ucapannya. Perlu diikuti gerakan, mimik muka,

dan intonasi yang sesuai.

5) Melibatkan anak dalam komunikasi.

2.3.3 Tahap-tahap Perkembangan Bahasa

Menurut Vygosky ada tiga tahap perkembangan bahasa anak yang menentukan

tingkat perkembangan berpikir.

1) Tahap eksternal yaitu tahap berpikir dengan sumber berpikir anak berasal dari

luar dirinya. Sumber eksternal tersebut berasal dari orang dewasa yang

memberikan pengarahan kepada anak dengan cara tertentu.

2) Tahap egosentris yaitu suatu tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi

menjadi persyaratan. Dengan suara khas, anak berbicara ssesuai dengan jalan

pikirannya.

3) Tahap internal yaitu tahap ketika anak dapat menghayati proses berpikir,

misalnya, seorang anak sedang menggambar seekor kucing. Pada tahap ini,

anak memproses pikirannya sendiri, “apa yang harus dia gambar?”.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasadigilib.unila.ac.id/1468/8/BAB II.pdf · pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan ... anak memulai berbahasa

31

2.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di PAUD

Pendidikan usia dini (PAUD) adalah merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian stimulus pendidikan untuk membantu perkembangan, pertumbuhan,

baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki

pendidikan yang lebih lanjut (UU No. 20 tahun 2003).

Dalam pembelajaran di PAUD terdapat kurikulum yang dijabarkan ke dalam

silabus. Kurikulum digunakan guru untuk mengetahui kegiatan-kegiatan siswa

sesuai dengan perkembangan anak yang meliputi kognitif, sosial, emosional dan

fisik yang memfokuskan pada pencapaian setiap langkah dalam pembelajaran.

Kurikulum juga digunakan guru sebagai panduan mengenai kemampuan yang

harus dicapai oleh anak yang sifatnya umum pada umur-umur tertentu. Kurikulum

disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan para ahli pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidikan. Dalam kurikulum PAUD berisi tentang standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.