54
8 BAB II LANDASAN TEORI I. Tinjauan Umum 2.1 Kondisi Kesenian di Jakarta Jakarta sebagai ibukota negara, dengan kondisi masyarakat yang beraneka ragam mempunyai banyak seniman-seniman muda yang berbakat dan mereka sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang cukup tinggi dalam bidangnya. Pendidikan kesenian tersebut diperoleh lewat yayasan-yayasan musik, pendidikan tari, sampai akhirnya terbentuk Dewan Kesenian Jakarta. Dengan adanya fasilitas-fasilitas kesenian tersebut maka Jakarta kini sudah menjadi Pusat Kesenian Nasional. Dengan merancang program yang teratur maka prestasi kesenian serta tingkat apresiasi masyarakat terhadap nilai seni tari akan dapat meningkatkan pendapatan devisa negara secara bertahap. Meningkatnya arus wisatawan baik domestik maupun luar negri, juga adanya program pemerintah di bidang kebudayaan, dapat disajikan modal untuk meningkatkan kegiatan kesenian di Indonesia. Disamping untuk memperkenalkan hasil budaya bangsa kepada wisatawan, kegiatan tersebut juga akan meningkatkan mutu kesenian tari dan para senimannya di Jakarta. 2.2 Sarana Kesenian Yang Ada di Jakarta Sarana kesenian yang ada berfungsi sebagai wadah bagi kegiatan-kegiatan kesenian seniman dan budayawan guna memelihara dan mengembangkan berbagai kesenian baik seni tradisional, modern, maupun kontemporer. 1. Taman Ismail Marzuki Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki yang populer disebut Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan. Di sini terletak Institut Kesenian Jakarta, Planetarium Jakarta, dan Gedung Teater Jakarta. Selain itu, TIM juga memiliki enam teater modern, balai pameran, galeri, gedung arsip, dan bioskop. Taman Ismail Marzuki mempunyai beberapa wadah untuk seni pertunjukan yaitu : a. Teater Besar (Grand Teater)

BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

  • Upload
    buicong

  • View
    232

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

I. Tinjauan Umum

2.1 Kondisi Kesenian di Jakarta

Jakarta sebagai ibukota negara, dengan kondisi masyarakat yang beraneka

ragam mempunyai banyak seniman-seniman muda yang berbakat dan mereka

sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang cukup tinggi dalam

bidangnya. Pendidikan kesenian tersebut diperoleh lewat yayasan-yayasan musik,

pendidikan tari, sampai akhirnya terbentuk Dewan Kesenian Jakarta.

Dengan adanya fasilitas-fasilitas kesenian tersebut maka Jakarta kini sudah

menjadi Pusat Kesenian Nasional. Dengan merancang program yang teratur maka

prestasi kesenian serta tingkat apresiasi masyarakat terhadap nilai seni tari akan dapat

meningkatkan pendapatan devisa negara secara bertahap.

Meningkatnya arus wisatawan baik domestik maupun luar negri, juga adanya

program pemerintah di bidang kebudayaan, dapat disajikan modal untuk

meningkatkan kegiatan kesenian di Indonesia. Disamping untuk memperkenalkan

hasil budaya bangsa kepada wisatawan, kegiatan tersebut juga akan meningkatkan

mutu kesenian tari dan para senimannya di Jakarta.

2.2 Sarana Kesenian Yang Ada di Jakarta

Sarana kesenian yang ada berfungsi sebagai wadah bagi kegiatan-kegiatan

kesenian seniman dan budayawan guna memelihara dan mengembangkan berbagai

kesenian baik seni tradisional, modern, maupun kontemporer.

1. Taman Ismail Marzuki

Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki yang populer disebut Taman

Ismail Marzuki (TIM) merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan. Di sini

terletak Institut Kesenian Jakarta, Planetarium Jakarta, dan Gedung Teater Jakarta.

Selain itu, TIM juga memiliki enam teater modern, balai pameran, galeri, gedung

arsip, dan bioskop. Taman Ismail Marzuki mempunyai beberapa wadah untuk seni

pertunjukan yaitu :

a. Teater Besar (Grand Teater)

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

9

Ruang pertunjukan yang berada di dalam Gedung Teater Jakarta ini

mempunyai kapasitas 1200 penonton. Dilengkapi dengan mesin hidrolik untuk

efek pertunjukan. Efek visual dan sound yang modern melengkapi ruang teater

besar. Selain itu, di belakang panggung dilengkapi dengan 10 ruang ganti artis

dengan toilet, wardrobe, dan make up station.

b. Graha Bhakti Budaya

Graha Bhakti Budaya (GBB) adalah Gedung Pertunjukan yang besar,

mempunyai kapasitas 800 kursi, 600 kursi berada di bawah dan 200 kursi di

balkon. Panggung GBB berukuran 15x10x6m. Gedung ini dapat dipergunakan

untuk gedung pertunjukan konser musik, teater baik tradisional maupun

modern, tari, film, dan dilengkapi dengan tata cahaya, sound sistem akustik,

serta pendingin ruangan.

c. Galeri Cipta II dan Galeri Cipta III

Galeri Cipta II adalah ruang pameran yang lebih besar dari Galeri Cipta III.

Kedua ruang tersebut dapat dipergunakan untuk pameran seni lukis, seni

patung, diskusi dan seminar, dan pemutaran film pendek. Gedung ini dapat

memuat sekitar 80 lukisan dan 20 patung serta dilengkapi dengan pendingin

ruangan, tata cahaya khusus, tata suara serta panel yang dapat dipindah-

pindahkan.

d. Teater Kecil/Teater Studio

Merupakan ruang pertunjukan yang dipersiapkan untuk 200-300 orang. Berada

di dalam Gedung Teater Jakarta satu bangunan dengan Teater Besar. Ruang

pertunjukan ini mempunyai banyak fungsi seperti seni pertunjukan teater,

musik, pembacaan puisi, seminar,dll. Teater Kecil mempunyai ukuran

panggung 10x5x6m. Gedung ini juga dilengkapi sistem akustik, tata cahaya

dan pendingin ruangan.

e. Teater Halaman (Studio Pertunjukan Seni)

Dipersiapkan untuk pertunjukan seni eksperimen bagi seniman muda teater

dan puisi, mempunyai kapasitas penonton yang fleksibel.

f. Plaza dan Halaman

TIM mempunyai areal parkir yang cukup luas yang merupakan lahan serba

guna dan dapat dipergunakan untuk berbagai pertunjukkan kesenian open air.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

10

2. Gedung Kesenian Jakarta

Gedung Kesenian Jakarta hanya mempunyai satu wadah yang dapat menampung

seni pertunjukan yaitu ruang auditorium dengan kapasitas 440 penonton, yang

dapat menampung segala jenis seni pertunjukan (multi purpose). Sebagai sebuah

tempat pertunjukan seni, Gedung Kesenian Jakarta memiliki fasilitas yang bagus

dan memadai, di antaranya ruang pertunjukan berukuran 24x17.5 meter, panggung

berukuran 10,75x14x17 meter, peralatan tata cahaya, kamera (CCTV) di setiap

ruangan, TV monitor, ruang foyer berukuran 5,80 x 24 meter, serta fasilitas

outdoor berupa electric billboard untuk keperluan publikasinya.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Kesenian_Jakarta; internet accessed 8

Maret 2013)

3. Teater Salihara

Teater Salihara adalah satu-satunya teater blackbox yang ada di Indonesia.

Dengan kapasitas ruangan 200 penonton, akustik teater blackbox yang baik,

menjadi membuatnya istimewa. Pengaturan kursi dan panggung lebih fleksibel.

Dengan berbagai formasi, tetap dapat mencapai akustik yang maksimal. Empat

sisi dindingnya berlapis bata yang di cat hitam. Dari bagian tengah ke bawah, bata

ditumpuk biasa, mulai dari tengah ke atas, terlihat susunan bata yang berputar

perlahan hingga mencapai sudut 90 derajat. Susunan bata inilah yang

memaksimalkan akustik ruangan. (Majalah Idea,2012)

2.3 Pagelaran

Pagelaran adalah suatu kegiatan dalam rangka mempertunjukkan karya seni

kepada orang lain (masyarakat umum) agar mendapat tanggapan dan penilaian.

Pergelaran adalah bentuk komunikasi antara pencipta seni (apresian) dan penikmat

seni (apresiator). Dalam arti bahwa, para seniman menciptakan karya seni bertujuan

untuk mengaktualisasi seni yang diciptakan, sedangkan bagi penikmat seni dapat

menjadi bahan apresiasi.

Kegiatan pagelaran merupakan suatu kegiatan dalam rangka membentuk

pengalaman dari kreativitas, kemampuan musikal, tanggung jawab, pengenalan jati

diri terutama dalam hal karya seni. Bentuk pagelaran dapat disajikan secara

bermacam-macam. Penyajian pagelaran tunggal disebut solo, penyajian pagelaran

secara berkelompok dapat disebut ensambel. Dalam ensambel itu sendiri dapat

disesuaikan dari jumlah penyaji. Dua orang penyaji dalam pagelaran disebut duet, tiga

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

11

orang penyaji disebut trio, empat orang penyaji disebut kwartet, lima orang penyaji

disebut kwintet dan seterusnya, sedangkan penyaji yang tampil dalam jumlah besar

bisa disebut group. Pagelaran dapat berhasil dengan baik apabila mendapat persiapan

yang matang. Untuk dapat mencapai keberhasilan yang optimal maka diperlukan

adanya suatu persiapan yang meliputi:

1. Pembentukan panitia.

2. Melakukan audisi untuk pementasan.

3. Mengumpulkan crew dan pemain.

4. Menentukan tema.

5. Latihan intensif para pemain.

6. Menyusun proposal untuk pendanaan.

7. Penjadwalan pagelaran.

8. Menyusun tempat, dekorasi, dan perlengkapan.

9. Penampilan karya seni kelompok maupun individu.

(http://lirikindonesia-lirikku.blogspot.com/2010/06/pengertian-pagelaran-pagelaran-

adalah.html; internet accessed 18 Februari 2013)

2.3.1 Definisi Pagelaran atau Teater

Teater adalah sesuatu yang relatif, suatu “permunculan”, suatu revolusi yang

terus menerus. “Theater is the gathering together of a group of people to witness a

planned performances. It is materially non-productive, its values being entirely

spritual and cultural” Teater adalah pertemuan dari sekelompok orang untuk

menyaksikan pertunjukan yang direncanakan. Ini adalah material non-produktif, nilai-

nilainya seluruhnya untuk spritual dan budaya. (Burris Meyer, H& Cole E.C, Theater

and Auditoriums, Reinhold, New York, 1957)

2.3.2 Fungsi dan Tujuan Pagelaran

Pagelaran mempunyai fungsi dan tujuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Manfaat yang langsung adalah sarana untuk berkreasi diri. Sedangkan

manfaat tidak langsungnya adalah dapat untuk mengembangkan dan menambah

kehalusan budi pekerti. Fungsi dan tujuan pagelaran secara umum adalah sebagai

berikut:

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

12

A. Fungsi Pagelaran

1. Sebagai sarana pengembangan bakat.

2. Sebagai media ekspresi.

3. Sebagai media apresiasi.

4. Sebagai media komunikasi.

B. Tujuan Pagelaran

1. Memberikan hiburan kepada masyarakat.

2. Menumbuhkan motivasi untuk berkarya.

3. Memperingati hari-hari besar

4. Melestarikan budaya.

5. Sebagai sarana apresiasi.

6. Untuk kegiatan amal/sosial.

(http://lirikindonesia-lirikku.blogspot.com/2010/06/pengertian-pagelaran-pagelaran-

adalah.html; internet accessed 18 Februari 2013)

2.3.3 Menyusun Pagelaran

Sebelum menyusun kegiatan pagelaran, terlebih dahulu adalah menentukan

tema. Penentuan tema bisa didasarkan pada jenis peristiwa monumental. Karena tema

adalah ide dasar pokok pagelaran, maka setidaknya sebelum mengadakan pagelaran,

perlu adanya analisa latar belakang terjadinya peristiwa yang dapat diangkat menjadi

tema dengan persyaratan seperti aktual, singkat dan jelas, dan waktunya terbatas.

Setelah tema terbentuk, kemudian menyusun proposal yang memiliki banyak

fungsi seperti, sumber pencarian dana/sponsor, pemahaman program dan rencana

pelaksanaan. Proposal itu sendiri memiliki arti sebagai rencana yang dituliskan dalam

bentuk rancangan kerja.

Tempat pagelaran dapat dilakukan didalam ruangan (indoor) maupun di luar

ruangan (out door). Kebutuhan tempat dapat disesuaikan dengan bentuk pagelaran.

Jika memang tempat pagelaran direncanakan untuk menampung penonton yang

banyak/ secara massal (bentuk konser), dapat dilakukan di luar ruangan. Sedangkan

jika memang penonton dibatasi dengan tiket maupun dengan undangan (musik

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

13

chamber / musik kamar), pagelaran dapat dilakukan didalam ruangan.

(http://lirikindonesia-lirikku.blogspot.com/2010/06/pengertian-pagelaran-pagelaran-

adalah.html; internet accessed 18 Februari 2013)

2.3.4 Gedung Pagelaran

Gedung pagelaran adalah suatu wadah penampungan dari suatu penyajian seni

pertunjukan kepada sekelompok penonton yang behasrat untuk memenuhi kebutuhan

jiwanya untuk menyaksikan suatu pertunjukan yang terencana dengan cara melihat

dan mendengarkan. Mencakup unsur-unsur pokok yaitu materi yang dipagelarkan,

mayarakat yang melakukan kegiatan penikmatan, dan pemain yang

menyelenggarakan pagelaran. (Gho See Tjhiong,1990:27)

Beberapa definisi tentang gedung pagelaran atau teater :

1. Suatu struktur ruang luar untuk pertunjukan pada masa Yunani, meliputi :

Panggung dengan sebuah bangunan dan biasanya tingkatan-tingkatan tempat

duduk tak beratap berbentuk setengah lingkaran.

2. Sebuah bangunan untuk pertunjukan pada masa modern, terutama berupa :

Sebuah panggung dan flies (sebuah struktur menggantung di langit-langit),

dengan ruang ganti untuk pemain, dan auditorium yang seringkali dilengkapi

balkon dan box-box. (Wisnu Haryono,1997:7)

2.3.5 Jenis Gedung Pagelaran

Bangunan pertunjukan dapat dikelompokan kedalam beberapa kategori

berdasarkan bentuk, menurut kapasitasnya, menurut jenis panggungnya, menurut

fungsinya, dll. Disini akan dijabarkan secara singkat pembagian jenis bangunan

pertunjukan berdasar macam-macam kategori, yaitu :

a. Lokasi

Diuraikan berdasarkan area cakupan, jumlah populasi, dan tingkat aksesbilitas

menjadi :

• Pusat Metropolitan.

• Pusat Regional.

• Town Center.

• Neighbourhood Center.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

14

• Resor, Urban, Luar Kota (Rural), Tepi Laut.

• Pusat Khusus (Specialist Center).

• One-off Event.

b. Kepemilikan

• Pemerintah Lokal.

• Institusi Pendidikan.

• Sektor Komersial.

• Pihak Swasta.

• Sektor Sukarelawan.

• Organisasi Masyarakat.

• Pihak atau Badan Lain.

c. Jenis Pertunjukan

• Satu jenis pertunjukan utama : musik klasik, tari opera, musikal, jazz,

musik pop/rock, drama.

• Kombinasi beberapa jenis pertunjukan atau digabungkan dengan olahraga,

seperti pada auditorium mulitipurpose.

d. Bentuk Auditorium

• Format proscenium.

• Format arena.

• Format open-trust.

• Format gabungan (multiform).

• Format multiuse.

e. Kapasitas Tempat Duduk

• Sangat Besar, kapasitas 1500 tempat duduk atau lebih.

• Besar, kapasitas 900-1500 tempat duduk.

• Sedang, Kapasitas 500-900 tempat duduk.

• Kecil, Kapasitas dibawah 500 tempat duduk.

• Area Terbuka

f. Peran Fasilitas

• Markas suatu organisasi atau perusahaan profesional

• Markas beberapa grup profesional

• Untuk fasilitas lingkungkan sekitarnya

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

15

• Untuk pengajaran

• Untuk festival atau acara tertentu

g. Pilihan Produksi

• Pertunjukan baru

• Pertunjukan yang telah rutin (established work).

• Pertunjukan ekspresimental.

h. Pola Pemakaian

• Repetisi (berulang atau rutin).

• Berulang dalam jangka waktu tertentu.

• Musiman.

• Acara sesekali.

i. Jenis dan Jumlah Penonton

• Bebas untuk semua.

• Terbatas untuk kalangan tertentu, seperti : anak-anak.

• Ditujukan pada kalangan tertentu : klub, organisasi, karyawan perusahaan,

dll.

j. Kebijaksanaan Finansial

• Mencari keuntungan.

• Tidak mencari keuntungan (dengan atau tanpa subsidi).

k. Kebijaksanaan Bangunan

• Permanen atau temporer.

• Indoor atau outdoor.

• Formal atau informal.

• Tingkat adaptasi.

• Standar bangunan umum.

l. Aktivitas Tambahan

• Aktivitas yang dapat didukung auditorium, seperti : konferensi

• Fasilitas umum lainnya : bar, restoran.

• Fasilitas seni lainnya.

• Fasilitas lainnya.

• Fasilitas produksi.

m. Komplek Bangunan

• Lebih dari 1 auditorium dan fasilitas pendukung.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

16

• Kompleks lebih besar, seperti instuisi pendidikan.

(Wisnu Haryono,1997:14-15)

2.3.6 Jenis Auditorium Menurut Fungsi

a. Auditorium Frontal Tetap

• Tipe yang paling banyak digunakan

• Tidak dapat berubah dengan mudah

• Umum dipakai untuk proyek teater

b. Auditorium Frontal Semi Fleksibel

• Dapat dirubah komposisi tempat duduknya,walaupun terbatas

• Berbentuk amphiteater dengan galeri

• Amphiteater terbagi dua : bagian depan dapat naik turun dan berubah

fungsi menjadi orchestra pit atau panggung tambahan.

c. Auditorium Konvertibel

• Memiliki kemampuan berbagai macam konfigurasi auditorium dan

panggung, sesuai dengan pertunjukan

d. Auditorium Bebas

• Tipe ini memberi kebebasan pada pemakai untuk mengatur sendiri

konfigurasi auditoriumnya.

• Ditujukan bagi fasilitas auditorium sekolah.

• Berupa ruang kosong.

e. Auditorium Multi Fungsi

• Hampir sama dengan tipe auditorium semi-fleksibel, namun lebih

ditujukan pada fleksibilitas aktifitas dan fungsi, daripada fleksibilitas

tempat duduk.

f. Teater Outdoor

• Bentuk menyerupai bentuk teater klasik.

• Menyatukan penonton, pemain, dan alam lingkungan sekitar.

(Wisnu Haryono,1997:15-18)

2.3.7 Jenis Auditorium Menurut Susunan Teater

a. Auditorium Amphiteater

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

17

Gambar 2.1 Maison de la Culture – Le Harve, Perancis 1982 (Oscar Niemyer)

Sumber : One Stop Entertainment Center, 1997

b. Auditorium dengan Box-Box

Gambar 2.2 Performing Art Center – Ithaca, New York 1988

(James Stirling & Michael Wilford)

Sumber : One Stop Entertainment Center, 1997

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

18

c. Auditorium dengan Balkon

Gambar 2.3 Stadt Theater – Basel, Switzerland 1975

(Schwartz & Gutman)

Sumber : One Stop Entertainment Center, 1997

d. Auditorium Kembar

Gambar 2.4 Theater de Genevilliers – Genevilliers, Prancis 1986

(Claude Vasconi)

Sumber : One Stop Entertainment Center, 1997

2.3.8 Jenis Auditorium Menurut Hubungan Antara Penonton dan Area Pentas

Berdasar hubungan antara penonton dengan area pentasnya bentuk ruang pertunjukan

dibagi menjadi 7, yaitu :

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

19

a. Tipe Melingkar 360o

Dimana penonton mengelilingi panggung, tidak memerlukan penghanyatan yang

serius. Pentas dan penonton berada di satu ruang.

Sifat-sifatnya :

• Komunikasi penonton dengan penonton dan pemain cukup erat.

• Tidak dapat menggunakan dekor/latar belakang untuk menciptakan

suasana.

• Kharisma pemain kurang baik.

• Faktor akustik kurang merata.

• Dapat memuat penonton dalam jumlah yang relatif banyak.

• Persyaratan jarak pengelihatan baik.

Gambar 2.5 (360o)

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

b. Tipe Melingkar 210o-220o

Merupakan variasi dari tipe melingkar 360o , dimana pemain dapat ke arena pentas

tanpa melalui penonton.

Sifat-sifatnya :

• Komunikasi penonton dengan pemain cukup erat.

• Faktor akustik kurang merata.

• Dapat memuat penonton dalam jumlah yang relatif banyak.

• Persyaratan jarak penglihatan baik.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

20

Gambar 2.6 (210-220o)

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

c. Tipe Melingkar 180o

Suatu pentas yang menjulur ke dalam arena auditorium. Dengan tempat duduk

yang disusun pada ketiga sisi dari bentuk ruang pamerannya. Sedang sisi keempat

digunakan untuk unsur-unsur tata seni rupa yang permanen atau latar belakang

arsitektural. Meskipun dalam perwujudan secara struktural dia dihubungkan

dengan pentas proscenium, tetapi perkembangan kronologisnya berasal dari

pentas arena.

Sifat-sifatnya :

• Penonton dengan pemain berada di dalam suasana tempat yang sama,

sehingga menimbulkan kesan intim.

• Persyaratan jarak penglihatan baik.

• Penonton tidak dapat menikmati ekspresi pemain sepenuhnya, karena tidak

semua berhadapan muka dengan pemain.

• Keluar masuk/naik turun pemain kurang mewujudkan kharisma dari

pemain.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

21

Gambar 2.7 (180o)

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

d. Tipe Melingkar 90o

Di mana penonton menyaksikan pagelaran dalam satu arah di depan pertunjukan.

Luasan pentas kecil, sehingga ada ide untuk membuat yang lebih besar.

Sifat-sifatnya :

• Ekspresi pemain terlihat dengan baik.

• Panggung terlalu kecil sehingga kadang menyulitkan pemain.

Gambar 2.8 (90o)

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

e. Pentas Transverse

Merupakan perkembangan dan variasi dari tipe arena. Pentas membagi ruang

tersebut menjadi 2 bagian dengan penonton berada di kedua ujungnya menghadap

ke tengah ruang atau pentas.

Sifat-sifatnya :

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

22

• Tidak dapat menggunakan latar belakang sebagai dekor.

• Tidak dapat menyaksikan ekspresi pemain sepenuhnya karena pada

kondisi tertentu membelakangi penonton.

• Faktor akustik kurang baik, karena sumber menghadap salah satu sisi

penonton.

Gambar 2.9 Transverse Stage

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

f. Pentas Proscenium

Pentas yang umum dalam teater konvensional, bisa dikenal sebagai teater dua

ruang. Penonton tersusun dalam jajaran yang menghadap suatu dinding yang

berongga seterusnya dapat melihat suatu ruang kedua yang berpentas. Kedua

ruang ini umumnya dipisahkan satu sama lain dengan sebuah relung proscenium

dan tirai layar. Dinding proscenium bertindak sebagai penutup bagi peralatan

pentas belakang, lampu dan penimbunan peralatan lain agar tidak terlihat dari

auditorium.

Sifat-sifatnya :

• Meningkatkan pandangan ke panggung sehingga semua penonton dapat

melihat pertunjukan secara merata.

• Melimitkan/membatasi orientasi pandangan (sudut kecil) dari pemain ke

penonton.

• Mudah mengontrol pemain dari samping panggung.

• Mudah dalam penyebaran suara sehubung dengan akustik, karena sumber

bunyi menghadap ke penonton.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

23

Gambar 2.1.0 Proscenium

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

g. Pentas Space Stage

Dimana pentas mengelilingi sebagian bahkan semua penonton.

Sifat-sifatnya :

• Karena luasnya panggung maka penonton tidak dapat menyaksikan

sepenuhnya, karena harus mengalihkan pandangan.

• Sebagian penonton dikelilingi pentas, sehingga dapat menciptakan

keakraban.

• Keluar masuknya pemain kurang mewujudkan kharisma pemain.

• Faktor akustik kurang merata.

• Jarak pandang baik.

(Gho See Tjhiong,1990:28-33)

Gambar 2.1.1 Space Stage

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

24

2.3.9 Menurut Bentuk Auditorium

Berdasar bentuk auditorium ruang pertunjukan dibagi menjadi 5, yaitu :

a. Proscenium Theaters

• Jenis teater ini merupakan jenis teater masa lalu yang hingga saat ini menjadi

dasar bentuk dari teater modern.

• Teater proscenium ialah teater dimana panggung pertunjukan menghadap

penonton pada satu sisinya.

• Jenis teater ini memiliki hubungan yang kurang erat antara penonton dengan

pemainya.

• Pada masa mendatang, jenis teater ini akan tetap menjadi dasar bentuk teater

modern.

• Teater Proscenium merupakan bentuk teater yang fleksibel, karena dapat

mewadahin berbagai jenis pertunjukan.

Gambar 2.1.2 Bentuk Teater Menurut Auditorium (Proscenium Shape)

Sumber : One Stop Entertainment Center, 1997

b. Arena Theaters

• Jenis teater arena adalah teater yang memiliki bentuk dan letak panggung

ditengah auditorium dan dikelilingi penonton.

• Bentuk ini lebih murah dalam pelaksanaannya karena meniadakan bentuk

dekorasi latar belakang panggung.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

25

• Keterbatasan bentuk teater ini adalah : panggung dikelilingi penonton pada 4

sisinya, hal ini menuntut pola pertunjukan yang rumit. Kemudian sulitnya

penempatan dan pengaturan lampu panggung, karena tidak adanya latar

belakang dan orientasi segala arah. Terbatasnya kemampuan dalam variasi tata

letak dekoraasi panggung.

• Keuntungan utama dari bentuk ini adalah keakraban hubungan penonton dan

pemain, hingga kapasitas 1000 tempat duduk jarak penonton terjauh hanya

9,75 meter.

Gambar 2.1.3 Bentuk Teater Menurut Auditortium (Arena Shape)

Sumber : One Stop Entertainment Center, 1997

c. Open-Thrust Theaters

• Teater ini memiliki bentuk dasar panggung proscenium yang diperpanjang

menjorok ke arah penonton

• Tujuannya untuk mengurangi kelemahan bentuk proscenium. Hingga teater ini

dapat lebih mempererat hubungan penonton dan pemain

• Bentuk teater ini lebih fleksibel daripada teater arena.

• Sistem pencahayaan menjadi unsur yang sangat penting disini, karena tidak

ada latar belakang.

• Bentuk teater ini sangat rumit dalam perancangannya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

26

• Untuk jenis

pertunjukan yang

sangat

realistik, tidak

cocok untuk

ditampilkan pada

bentuk teater ini.

Gambar 2.1.4 Bentuk Teater Menurut Auditortium (Open-Trust Shape)

Sumber : One Stop Entertainment Center, 1997

d. Multiform Theaters

• Jenis teater ini memiliki kemampuan untuk merubah bentuk panggung dan

susunan auditoriumnya.

• Teater yang dapat berubah bentuk panggung ini muncul untuk menekan biaya

konstruksi.

• Kelemahan dari teater multiform ini adalah tidak akan tercapainya kualitas

maksimal dari bentuk teater yang dibuat.

• Teater multiform tidak dapat menjadi satu teater proscenium atau teater arena

yang sempurna.

e. Multiuse Theaters

• Teater multiuse sebenarnya adalah suatu bangunan aula atau auditorium yang

kosong tanpa panggung dan tempat duduk permanen.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

27

• Jenis teater ini juga bukan teater yang baik, karena kualitas teater tidak dapat

maksimal.

• Biasa digunakan pada lingkungan sekolah atau akademi.

• Jenis teater ini terkadang disebut Uncommitted Theater Space.

(Wisnu Haryono,1997:19-21)

2.3.10 Sistem Pentas

a. Flying System

Sistem gerakan vertikal (terangkat) yang terdiri dari pipa-pipa panjang sebagai

tempat menggantungkan layar, lampu-lampu pentas dan pembatas lainnya.

Sebagai dekorasi cukup baik karena dapat berubah secacra cepat. Sistem ini tidak

menggunakan banyak tempat. Peralatan ini dapat diangkat dan diturunkan dengan

cara manual maupun otomatis (mekanis).

Gambar 2.1.5 Flying System

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

b. Lift System

Sistem panggung yang dapat dinaik turunkan dengan hidrolik, baik secara

keseluruhan atau beberapa bagian dari panggung. Mempermudah dalam

penggantian dekorasi (setting) efek-efek khusus untuk mewujudkan suatu

pertunjukan yang spektakuler. Biasanya untuk ballet, opera, dan pantomim. Dapat

merupakan multi level stage, special effects, dan moving scenery.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

28

Gambar 2.1.6 Lift System

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

c. Revolving Stage

Sistem penggantian dekorasi / setting panggung dengan cara berputar tanpa perlu

menutup layar. Dapat dilakukan dalam waktu yang tepat (hemat waktu). Terdiri

dari jenis pemutar tunggal dan ganda. Juga dalam bentuk yang bisa dibawa.

(portable).

Gambar 2.1.7 Revolving System

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

d. Wagon Stage

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

29

Persiapan dekorasi / setting panggung pada sayap panggung yang dapat didorong

ke pusat panggung dengan peralatan yang sudah dipersiapkan. Membutuhkan

tempat yang luas dan harus lebih lebar dari pada bukaan pentas.

Gambar 2.1.8 Wagon System

Sumber : Gho See Tjhiong, 1990

2.3.11 Bagian Panggung

Panggung teater modern memiliki bagian-bagian atau ruang-ruang yang secara

mendasar dibagi menjadi tiga, yaitu bagian panggung, auditorium (tempat penonton),

dan ruang depan. Bagian yang paling kompleks dan memiliki fungsi artistik

pendukung pertunjukan adalah bagian panggung. Masing-masing memiliki fungsinya

sendiri. Seorang penata panggung harus mengenal bagian-bagian panggung secara

mendetail.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

30

Gambar 2.1.9 Bagian-bagian Gedung Pertunjukan 1

Sumber gambar: theatresprojectconsultans.com,2013

Gambar 2.2.0 Bagian-bagian Gedung Pertunjukan 2

Sumber gambar: theatreprojects.com,2013

Bagian dari bangunan gedung pertunjukan :

1. Apron

Wilayah tahap proscenium terletak Downstage dari dinding proscenium dan dgn

kasar orkestra pit. Jika lantai orkestra dinaikkan ke level stage (dengan mesin atau

dengan platform) maka dapat membentuk perpanjangan apron, disebut ekstensi

forestage atau tahap.

2. Arbor Pit

slot terbuka di lantai panggung bawah dinding tali-temali yang memungkinkan

arbors penyeimbang untuk melakukan perjalanan lebih rendah

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

31

dari lantai panggung untuk memberikan peningkatan perjalanan reng. Juga ruang

atau ruang bawah slot.

3. auditorium

tempat duduk penonton atau ruang dari ruang kinerja; rumah

4. belakang rumah (BOH) backstage

(Kata benda) bidang teater tidak terbuka untuk umum, di mana kinerja yang

disiapkan

(Kata sifat) dalam atau yang berkaitan dengan bidang teater di mana kinerja yang

disiapkan.

5. balkon, lingkaran, mezzanine, tingkat

(Kata benda) yang pagar pembatas yang membentuk bagian depan balkon; atau

bar untuk pemasangan lampu sorot panggung di depan.

6. balkon rel

(Kata benda) area tempat duduk mengangkat dalam sebuah auditorium yang

membentang di atas area tempat duduk di bawah balkon.

7. boom box

(Kata benda) posisi mounting untuk lampu sorot panggung di sisi depan

auditorium, biasanya pipa vertikal.

8. kotak, kotak opera

(Kata benda) area tempat duduk di auditorium, biasanya (a) duduk antara dua dan

dua belas penonton, (b) dengan longgar bukan kursi tetap, dan (c) dipisahkan dari

daerah yang berdekatan dengan pagar atau setengah dinding

9. Jembatan

(Kata benda) sebuah galeri atau catwalk, kadang-kadang diskors dari kecurangan

overhead memungkinkan untuk naik, turun, atau direposisi juga jembatan

pencahayaan, jembatan pemuatan.

10. ruang kontrol

(Kata benda) ruang, biasanya di bagian belakang auditorium, dari mana

pencahayaan, suara, dan peralatan kontrol lainnya adala dioperasikan selama

kinerja juga pencahayaan ruang kontrol, ruang kontrol suara.

11. Penyeberangan

(Kata benda) suatu bagian, biasanya di belakang panggung, yang digunakan oleh

pemain dan staf untuk berpindah dari satu sisi tahap ke yang lain tanpa masuk ke

pandangan penonton. Crossover juga koridor, Crossover galeri.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

32

12. Dek

(kata benda) lantai panggung

13. terbang, terbang loft, terbang menara, loteng, tower tahap

(kata benda) bagian atas rumah panggung di mana pemandangan, tirai, dan

peralatan dapat ditunda keluar dari view of penonton

14. terbang rel, indeks rel, rel penguncian

(kata benda) pagar di mana rigging panggung, biasanya penyeimbang rigging,

dioperasikan

15. followspot booth

(kata benda) daerah mengangkat, biasanya tertutup, dari mana lampu sorot

intensitas tinggi yang dioperasikan untuk "mengikuti" artis

16. forestage

(kata benda) merupakan perluasan dari tahap Downstage proscenium dari dinding

proscenium dan apron

17. forestage jaringan

(kata sifat) yang berkaitan dengan daerah di atas dan di sekitar forestage yang

18. depan rumah (FOH)

(kata benda) grid di atas bagian depan auditorium yang rigging dapat

dipergunakan (kata benda) area umum teater (kata sifat) 1. di atau berhubungan

dengan area publik teater; 2. berkaitan dengan pencahayaan panggung yang

terletak di dalam auditorium (depan catwalk rumah, slot, booming kotak).

19. Galeri

(kata benda) 1. area mengangkat audiens duduk, balkon, sebuah area tempat

duduk dibangkitkan pada sisi dari sebuah auditorium, sering dengan hanya satu

atau dua baris kursi longgar; 2. yang mengangkat platform kerja dalam rumah

panggung, menyediakan trotoar untuk staf dan operasi dan pemasangan posisi

untuk teater peralatan. Crossover juga galeri, lantai terbang, terbang galeri,

pencahayaan galeri, loading galeri, galeri operasi.

20. grid, lapangan hijau

(kata benda) lantai struktural saluran baja atau kisi-kisi yang membentang di atas

bagian atas rumah panggung. Menyediakan pemasangan posisi untuk peralatan

teater dan staf akses ke setiap titik di atas panggung untuk rigging dan

pemeliharaan.

21. rumah

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

33

(kata benda) 1. daerah atau penonton duduk ruang dari ruang pertunjukan,

auditorium, 2. Penonton (kata sifat) dalam atau yang berkaitan dengan ruang

penonton.

22. Jump

(kata benda) platform kerja mengangkat dalam rumah panggung; galeri

juga pencahayaan melompat.

23. pencahayaan catwalk

(kata benda) sebuah trotoar mengangkat, biasanya di atas auditorium, dengan

operasi dan pemasangan posisi untuk lampu sorot panggung

24. posisi campuran

(kata benda) lokasi dalam auditorium, sering sementara, dari mana suara

pencampuran konsol dioperasikan selama

kinerja

25. orkestra

(kata benda) dalam penggunaan Amerika, tempat duduk di lantai utama

auditorium, atau dalam porsi lantai utama

paling dekat dengan panggung, disebut warung dalam penggunaan Inggris

(kata sifat) dalam atau yang berkaitan dengan daerah tempat duduk ini

26. orkestra

(kata benda) daerah tertekan lantai segera Downstage dari (atau sebagian di

bawah) apron, di mana orkestra memainkan selama pertunjukan. Orkestra pit

sering dilengkapi dengan lift atau platform untuk meningkatkan tingkat lantai

untuk membentuk perluasan area tempat duduk penonton atau ekstensi panggung.

(kata sifat) dalam atau yang berkaitan dengan daerah ini.

27. parter, lingkaran parket, orkestra lingkaran

(kata benda) tempat duduk mengelilingi bagian belakang orkestra (atau warung),

biasanya sedikit lebih tinggi dan dipisahkan oleh dinding setengah, (kata sifat)

dalam atau yang berkaitan dengan daerah tempat duduk ini

28. pin rel

(kata benda) pagar di mana spotline rigging dioperasikan.

29. baris plester

(kata benda) dalam penggunaan Amerika, wajah dgn kasar selesai dinding

proscenium, tirai api, atau pilaster yang peralatan dan pemandangan yang

dimensioned. Lihat juga pengaturan line.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

34

30. proyeksi booth

(kata benda) ruang yang tinggi dan tertutup di mana peralatan proyeksi

ditempatkan dan dioperasikan.

31. proscenium, proscenium arch, proscenium pembukaan, pro

(kata benda) pembukaan di dinding proscenium melalui panggung terlihat oleh

penonton, (kata sifat) di bidang atau berkaitan dengan sekali panggung ini.

32. kotak proscenium, kotak panggung

(kata benda) kotak berdekatan dengan dinding proscenium

33. dinding proscenium

(kata benda) dinding yang memisahkan panggung dari auditorium.

34. duduk wagon

(Kata benda) platform bergerak (di roda atau Kastor udara) dengan kursi penonton

tetap. Wagon duduk ditempatkan pada orkestra angkat untuk menyediakan

tambahan tempat duduk penonton, dan pindah ke penyimpanan ketika tidak

diperlukan.

35. pengaturan jalur

(Kata benda) dalam penggunaan Inggris, garis yang sejajar dengan proscenium

dan biasanya dgn kasar dari tirai rumah yang jelas dari setiap

penghalang permanen dan dari mana peralatan dan pemandangan yang

dimensioned. Lihat juga garis plester.

36. suara dan kunci cahaya (SLL)

(Kata benda) ruang depan yang memisahkan auditorium dari lobi atau daerah

sirkulasi, untuk menjaga suara dan cahaya dari auditorium, ruang depan yang

serupa memisahkan panggung dari belakang rumah

37. tahap

(Kata benda) suatu daerah yang digunakan untuk kinerja drama atau hiburan

lainnya. Dalam proscenium teater, daerah ini biasanya dinaikkan di atas baris

pertama dari penonton duduk dan sebagian tertutup oleh rumah panggung.

(Kata sifat) dalam atau yang berkaitan dengan daerah ini

38. rumah panggung

(Kata benda) bagian dari sebuah bangunan teater dgn kasar dari dinding

proscenium yang meliputi panggung, sayap, galeri, gridirons, dan daerah terkait,

(Kata sifat) dalam atau berkaitan dengan ini bagian dari teater

39. kandang

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

35

(Kata benda) dalam penggunaan Inggris, tempat duduk di lantai utama auditorium,

atau dalam porsi lantai utama paling dekat dengan panggung, disebut orkestra

dalam penggunaan Amerika.

40. ruangan berdiri

(Kata benda) suatu daerah, biasanya di bagian belakang auditorium atau sisi

galeri, di mana berdiri penonton mungkin melihat kinerja untuk mengurangi

harga.

41. Ruang perangkap

(Kata benda) ruang di bawah area panggung yang digunakan untuk efek indah.

Perangkap kamar dapat dibuka ke panggung rumah oleh perangkap dilepas di

lantai panggung. (Kata sifat) dalam atau terkait dengan ruangan ini

42. penyimpanan gerobak

(Kata benda) ruang bawah auditorium atau tahap, dan baik secara langsung dgn

kasar atau Downstage dari orkestra, digunakan untuk toko wagon duduk.

43. sayap (s)

(Kata benda) sisi panggung kiri panggung dan di luar panggung tepat digunakan

untuk pemandangan, persiapan pemain dan sirkulasi,

dan pengoperasian peralatan teater.

2.4 Seni Pertunjukan

2.4.1 Unsur-unsur Seni Pertunjukan

a. Seni tari

Seni tari yaitu gerakan mata, kepala, dan anggota badan yang dilakukan secara

ritmis dan dinamis. Setiap daerah dan setiap negara mempunyai ciri-ciri khas

dalam seni tarinya. Sifat pertunjukannya bermacam-macam, dapat dilakukan

dalam kelompok besar, kecil, maupun perorangan.

b. Seni musik dan vokal

Seni musik sebenarnya adalah “SENI MUSA” yang oleh bangsa yunani diartikan

sebagai seni yang merupakan santapan bagi pikiran dan perasaan. Dan sejak

tersiarnya agama kristen yang dimaksud dengan seni musik terutama adalah seni

bunyi. Musik tradisional Indonesia antara lain adalah gamelan yang mempunyai 2

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

36

skala nada yaitu 5 nada atau 7 nada. Musik barat adalah musik diatonis yang

mempunyai 12 nada dengan 2 skala bunyi dalam 1 tangga nadanya.

c. Seni drama/teater, seni pendalangan, dan seni film

Seni drama, pendalangan, dan film melibatkan sebagian besar bidang seni,

menggambarkan kehidupan manusia dengan segala tingkah laku, keinginan, cita-

cita, dan , masalah yang dihadapi. Dalam hal ini penampilan watak dan mimik

sangat penting terutama dalam penghayatan peran yang dilakukan. Seni

pendalangan merupakan salah satu bentuk kesenian di Indonesia. Sebagai nama

atau sebutan untuk pertunjukan seni wayang atau boneka. Pertunjukan seni

drama/teater dan seni pendalangan kadang kala dibutuhkan suasana yang

melibatkan penonton, karena itu dalam seni drama dan seni pendalangan penonton

menjadi unsur yang cukup penting untuk melengkapi suatu pertunjukan.

Sedangkan dalam seni film, pertunjukan ditampilkan dalam sebuah layar lebar,

karena itu peran penonton bersifat pasif.

2.4.2 Pengelompokan Seni Pertunjukan

a. Seni Pertunjukan Tradisional

Adapun yang dimaksudkan seni pertunjukan tradisional adalah yang merupakan

seni pertunjukan tradisional yang berasal dari seluruh daerah di nusantara ini. Seni

pertunjukan ini sangat banyak macam dan ragamnya. Terdapat beberapa macam

kesenian tradisional dari berbagai daerah yang sudah dikenal oleh masyarakat

umum dan menjadi cukup terkenal, dan kesenian inilah yang biasanya

dipertunjukan di kota-kota besar.

Pada dasarnya sifat dari seni pertunjukan tradisional adalah sebagai berikut :

• Mempunyai jalan cerita dan penampilan yang sederhana dan mudah

dimengerti.

• Hubungan antara penonton dan pemain erat, tidak ada batas yang tegas antara

pemain dan penonton merupakan bagian dari pertunjukan, sifat aktif dan

berada di ruang yang sama.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

37

• Tidak memerlukan sistem teknik pentas yang sempurna, karena mereka biasa

memainkan suatu pertunjukan di alam terbuka dengan dekor alamiah

seadanya.

Selanjutnya apabila pertunjukan kesenian tradisional akan dipertunjukan di

suatu pentas, maka suasana penempatan pentas dan penonton harus

disesuaikan dengan keadaan aslinya. Dalam hal ini yang paling tepat adalah

ruang pertunjukan dengan Pentas Arena atau Pentas Terbuka.

b. Seni Pertunjukan Modern

Struktur dan pengolahan banyak didasarkan pada teknik Teater Barat. Susunan

naskah, cara pementasan, gaya penyuguhan, cara pendekatan, dan pola

pemikirannya banyak bersumber dari pola pendekatan dan pemikiran dari

kebudayaan Barat. Seni pertunjukan modern mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut :

• Umumnya antara penonton dan pemain terdapat jaraj dan juga terpisah baik

secara fisik maupun kegiatannya.

• Diperlukan suatu teknik pentas sempurna.

• Dalam pertunjukan opera, alat dan pemain musik berada di ruangan terpisah

dan tidak terlihat. Mereka berada di bagian bawah muka panggung. Seringkali

pula musiknya hanya merupakan rekaman.

Berdasarkan sifat-sifat diatas, maka ruang pertunjukan untuk seni pertunjukan

modern, haruslah mempunyai sistem teknik pentas dan ruangan yang sempurna

baik dalam tata suara, tata lampu, serta sirkulasi udara. Adapun bentuk ruang yang

tepat adalah bentuk Pentas Relung Prosenium.

c. Seni Pertunjukan Kontemporer

Seni pertunjukan kontemporer ini merupakan seni pertunjukan yang

mengkombinasikan seni tradisional dengan seni modern. Biasanya jenis

pertunjukan kontemporer ini dapat dipertunjukan di ruang pertunjukan manapun,

apakah teater arena, tapal kuda ataupun prosenium, hal tersebut akan sangat

tergantung dari keinginan para seniman yang bersangkutan.

2.4.3 Sifat Kegiatan Seni Pertunjukan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

38

a. Seni Hiburan

Seni hiburan bersifat komersial, bertujuan untuk memuaskan selera populer

masyarakat. Seni hiburan ini berfungsi sebagai pengisi waktu senggang dan untuk

mengalihkan diri dari kesibukan rutin aktifitas sehari-hari.

b. Seni Kreatif

Seni kreatif lebih mengarah kepada penciptaan baru tanpa memperhitungkan

selera kepopuleran masyarakat, akan tetapi lebih kepada selera pencipta itu

sendiri. Keadaan ini akan selalu memberikan jarak antara seni kreatif ini dengan

masyarakat kebanyakan, karena setiap hal yang baru tidak selalu dengan mudah

diterima masyarakat. Oleh karena itu pada umumnya konsumen seni kreatif selalu

merupakan kelompok yang paling kecil. Walaupun demikian jenis kegiatan seni

ini menumbuhkan kekayaan rohani bagi masyarakat.

Kedua jenis kegiatan seni tersebut, baik seni hiburan maupun seni kreatif

merupakan satu sistem yang tidak dapat dipisahkan dan mempunyai arti yang penting

bagi masyarakat.

2.5 Seni Tari

2.5.1 Pengertian Tari

Tari adalah gerak yang ritmis. (Sach, Curt.(1937).World History of The

Dance.New York: V.W.W. Norton Company Inc.) Selain itu, tari adalah gerak

ekspresi jiwa manusia, melalui gerak-gerak ritmis yang indah, yang berarti gerak yang

bukan sembarangan (natural), tapi gerak yang sudah distilir.

(Winotokusumo,Soedarso.(1968).Indonesia Dancer.Yogyakarta: Akademi Seni Tari

Indonesia)

Seni tari adalah keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang

bergerak, berirama, dan berjiwa atau dapat diberi arti bahwa seni tari adalah

keindahan bentuk anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa yang

harmonis. (Bagong Kussudiardja, 2000:11)

Menari berarti melakukan gerakan yang dilakukan seseorang dengan

memanfaatkan keterampilan motorik pada tubuh dan menyerasikannya dengan bunyi.

Arti kata tari sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa” berarti “ambeg” dan “esa”,

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

39

kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari

haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan

pengungkapan wujud gerak yang luluh.

Seni tari bersifat universal, artinya seni tari ini dilakukan dan dimiliki seluruh

manusia di dunia. Mengingat tempat kedudukan manusia satu dengan yang lain

berbeda-beda, maka pengalaman hidup mereka itu beraneka ragam pula. Akhirnya

dasar titik tolak pengetahuan merekapun berbeda-beda. Bagi manusia yang hidup di

daerah tropis tentu akan berbeda dengan mereka yang hidup di daerah kutub. Bagi

yang hidup di daerah pegunungan pasti berbeda dengan yang hidup di padang pasir.

Perjuangan mereka berbeda-beda dalam memecahkan suatu masalah. Maka dari

itulah, biarpun aspek kejiwaannya sama namun dalam penentuan pembatasan atau

dalam memberikan definisi seni tari terdapat keaneka-ragaman.

Untuk membatasai apa yang disebut tari, maka lahirlah bermacam-macam

definisi tari. Definisi tersebut disusun oleh beberapa tokoh seni tari atau tokoh bidang

seni lain yang dalam hidupnya banyak berkecimpung dalam bidang seni tari. Para

tokoh tersebut antara lain mendefinisikan tari sebagai berikut:

1. Ingkang kawastanan beksa inggih punika ebahing sadaya saranduning badan,

kesarengan ungeling gangsa, katata pika tuk wiramaning gending, jumbuhing

pasemon kalihan pikajenging joged (arti: tari adalah gerak seluruh badan yang

diiringi irama lagu musik yang diselaraskan dengan ekspresi tarinya).

Dikemukakan oleh BPH Suryodiningrat, seorang ahli tari dari Daerah Istimewa

Yogyakarta dalam bukunya “Babad lan Mekaring Joged Jawi”.

2. Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah.

Dikemukakan oleh Drs. Sudarsono dalam bukunya “Djawa dan Bali: Pusat

Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia”.

3. Tari adalah ekspresi estetis dalam gerak dengan media tubuh manusia.

Dikemukakan oleh Drs. Wisnoe Wardhana dalam bukunya “Pengajaran Tari”.

4. Tari adalah keteraturan bentuk gerak tubuh di dalam ruang. Dikemukakan oleh

Drs. Sudharso Pringgobroto dalam kuliah-kuliah ASTI Yogyakarta sekitar tahun

1967.

5. Tari adalah gerak yang ritmis. Dikemukakan oleh Curt Sach, seorang ahli tari

Jerman dalam bukunya “World History of the Dance”.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

40

6. Tari adalah gerak-gerak yang berbentuk dan ritmis dari tubuh dalam ruang.

Dikemukakan oleh Corrie Hartong dalam bukunya “Danskunst”.

7. Tari dapat dikatakan sebagai suatu naluri, suatu desakan emosi dalam diri kita

yang mendorong kita untuk mencari ekspresi pada tari, yaitu gerakan-gerakan luar

yang ritmis yang lama kelamaan nampak mengarah kepada bentuk-bentuk

tertentu. Dikemukakan oleh Kamaladevi Chattopadhyaya, seorang ahli seni dari

India.

8. Tari adalah ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif. Dikemukakan oleh La

Meri dalam bukunya “Dance Compotition”.

(Supardjan dan I Gusti Ngurah Supartha, 1982 : 17)

2.5.2 Unsur Tari

Pemahaman tari yang paling mendalam adalah unsur-unsur tari, yang terdiri

atas unsur utama dan unsur penunjang. Yang dimaksud unsur utama adalah unsur

yang menjadi elemen dasar, yang tidak dapat ditinggalkan dalam suatu karya tari.

Sedangkan unsur penunjang tari adalah unsur yang keberadaannya menunjang elemen

dasar tari.

1. Unsur Utama Tari.

a. Gerak

Unsur utama tari adalah gerak. Gerak tari selalu melibatkan unsur

anggota badan manusia. Unsur-unsur anggota badan tersebut di dalam

membentuk gerak tari, dapat berdiri sendiri. Ada gerak realistik stilir dan

simbolik. Ada juga gerak lemah, tegang, lembut, dan kasar. Terdapat 2 macam

gerak, yaitu :

• Gerak murni adalah gerak tari dari hasil pengolahan gerak, yang dalam

pengungkapannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian dari gerak tari

tersebut. Disini yang dipertimbangkan adalah faktor nilai keindahan gerak

tarinya saja. Misalnya gerak-gerak memutar tangan pada pergelangan

tangan, beberapa gerak leher.

• Gerak maknawi adalah gerak yang telah diolah menjadi suatu gerak tari yang

dalam pengungkapannya mengandung suatu pengertian atau maksud

disamping keindahannya. Misalnya dalam tari nelayan, kita dapat melihat

gerak tari yang menggambarkan nelayan yang sedang mendayung. Gerak

mendayung dalam tari nelayan ini disamping sedap dilihat karena

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

41

keindahannya, juga tampak mengandung suatu arti atau maksud yaitu

gambaran seorang nelayan yang sedang mengayunkan dayungnya agar

perahunya dapat laju jalannya.

b. Ritme

Di dalam kehidupan dunia, ritme ini selalu ada dan bersifat tetap.

Contoh yang paling dekat bahwa matahari selalu terbit dari sebelah timur

sampai tenggelam di sebelah barat pada waktu sore hari. Ritme itu sendiri

sebenarnya merupakan jarak yang tetap. Untuk memberikan suatu kehidupan,

maka perjalanan sepanjang jarak ini dilaksanakan dengan adanya daya naik

dan turun.

c. Iringan

Di atas telah disebutkan bahwa tari adalah suatu gerak ritmis. Untuk

memperkuat dan memperjelas gerak ritmis dari suatu bentuk tarian dapat

dilaksanakan dengan iringan. Iringan tersebut pada umumnya berupa suara

atau bunyi-bunyian. Sumber bunyi sebagai iringan tari yang pertama adalah

suara manusia sendiri.

Bangsa-bangsa primitif menari-nari dengan teriakan-teriakan sebagai musik

pengiringnya. Perkembangan selanjutnya, di Indonesia terdapat bermacam-macam

alat bunyi-bunyian yang semuanya sesuai dengan tingkat perkembangan di setiap

daerah. Ensambel instrumen pengiring yang lengkap pada umumnya terdapat di

pulau Jawa dan pulau Bali. Tariannya telah diiringi dengan saru unit alat bunyi-

bunyian yang disebut gamelan. Dalam buhungannya dengan seni tari, pada

umumnya iringan itu berfungsi sebagai penguat ataupun pembentuk suasana.

2. Unsur Penunjang Tari

Selain unsur utama diperlukan unsur penunjang. Unsur penunjang terdiri atas :

a. Make up/Tata Rias

Membuat garis-garis wajah sesuai dengan ide/konsep garapan (misalnya: Rias

kelinci, tata riasnya dengan memakai bedak putih pada seluruh wajah dengan

garis-garis hitam pada mata, alis). Pengaturan make up/tata rias termasuk juga

tata rambut.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

42

b. Tata busana

Yang dimaksud busana adalah semua kebutuhan sandang yang dikenakan pada

tubuh penari di pentas yang sesuai dengan peranan yang dibawakan. Seorang

penata busana juga harus memperhitungkan efek lampu serta komposisi warna

yang disusun, demikian juga kemungkinan keleluasaan gerak penari sesuai

dengan watak dan perannya.

c. Iringan musik dan tata suara

Keduanya saling berhubungan. Iringan tari harus disesuaikan dengan konsep

garapan. Pengertian tata suara pada suatu pergelaran biasanya tidak hanya di-

hubungkan dengan suara-suara yang keluar dari pemain serta suara-suara yang

keluar dari alat-alat musik pengiringnya. Tetapi juga harus memperhitungkan

efek suara yang di hasilkan.

d. Tempat

Arena pertunjukan tari yang dipakai untuk pergelaran dan disesuaikan dengan

ide garapan. Pengaturan tempat pertunjukan/panggung di sini adalah

pengaturan bentuk lantai tari yang akan dipakai untuk pementasan sampai

pada dekorasinya. Beberapa alternatif tempat pertunjukan adalah arena,

lingkaran, pendopo, procenium.

e. Tata lampu

Tata lampu di dalam pergelaran tari, di samping untuk menerangi serta

menyinari juga dipakai untuk membentuk suasana yang diperlukan dalam

adegan-adegan yang ditampilkan. seorang penata lampu harus peka terhadap

efek yang ditimbulkan akibat pengaturan lampunya.

f. Tema tari

Bersumber pada kejadian sehari-hari, binatang, cerita kepahlawanan/epos,

cerita rakyat, dan legenda. Untuk menentukan tema perlu dilakukan lima

penilaian yaitu: Keyakinan koreografi akan tema, dapatkah tema itu ditarikan,

• Efek sesaat dari tema kepada penonton,

• Perlengkapan teknik tari dari koreografer dan penarinya,

• Fasilitas yang diperlukan (musik, tempat, tata busana, tata lampu, dan tata

suara). (La Meri, Dance Composition)

g. Perlengkapan tari-drama (dance property)

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

43

Yang dimaksud dengan perlengkapan tari adalah perlengkapan yang tidak

termasuk kostum, tidak termasuk pula perlengkapan panggung, tetapi

merupakan perlengkapan penari. Misalnya kipas, pedang, tombak, panah.

Property seolah-olah menjadi satu dengan badan penari, maka

penggunaannya harus diperhatikan.

2.5.3 Sifat Tari

Ditinjau dari cara pengungkapannya ada dua bentuk tari, yaitu :

1. Tarian yang bersifat representatif

Gerak tari yang menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu dengan

gerakan tarian jelas. Gerak yang bersifat representatif pasti saja banyak disusun

dari gerak-gerak maknawi atau gesture.

2. Tarian yang bersifat non-representatif

Gerakan tari yang tidak menggambarkan suatu pengertian tertentu. Pada garapan-

garapan tari non representatif banyak digunakan gerak murni atau pure

movement.

Namun demikian dalam keseluruhan penggarapan sebuah tari pasti tidak

meninggalkan salah satu sifat tersebut di atas. Keduanya saling bertautan dan isi

mengisi. Hanya mana yang lebih ditekankan.

2.5.4 Komposisi dalam Tarian

Suatu karya tari dapat dinikmati dengan baik apabila sudah dikomposisikan

menjadi satu kesatuan garapan yang utuh. Artinya garapan karya tari tersebut

mengandung unsur utama, unsur penunjang dan elemen-elemen komposisi tari.

Sedang yang termasuk ke dalam elemen-elemen komposisi tari antara lain:

1. Desain Lantai

Yang dimaksud dengan desain lantai atau floor design ialah garis-garis di

lantai yang dibentuk oleh seorang penari atau garis-garis di lantai yang terbentuk

oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar ada dua pola garis dasar pada

lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung.

2. Desain Atas

Desain atas atau air design adalah desain yang berada di atas lantai yang

dilihat oleh penonton dan tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai.

Ada 19 desain atas yang masing-masing memiliki sentuhan emosional tertentu

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

44

terhadap penonton, yaitu : Datar, Dalam, Vertikal, Horizontal, Kontras, Murni,

Statis, Lurus. Lengkung, Bersudut, Spiral, Tinggi, Medium, Rendah, Terlukis,

Lanjutan, Tertunda, Simetris, Asimetris.

3. Dinamika

Dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan gerak menjadi hidup dan

menarik. Dengan perkataan lain, dinamika dapat diibaratkan sebagai jiwa

emosional dari gerak. Elemen tari yang paling enak dirasakan adalah dinamika.

Dinamika bisa diwujudkan dengan berbagai teknik. Pergantian level yang diatur

tinggi, rendah dapat melahirkan dinamika. Pergantian tempo dari lambat ke cepat

dan sebaliknya, pergantian tekanan gerak dari lemah ke kuat dan sebaliknya,

pergantian cara menggerakkan badan atau anggota badan dengan gerak yang

patah-patah dan mengalun bergantian dan sebaliknya, semua itu dapat

menimbulkan dinamika.

Gerak mata yang penuh kekuatan dapat menimbulkan dinamika. Bahkan pose

diam yang dilakukan dengan ekspresi memiliki dinamika pula. Untuk dinamika

ini sering meminjam istilah-istilah musik untuk memudahkan pengertian.

Accelerando adalah dinamika atau lebih tepat teknik dinamika yang dicapai

dengan mempercepat tempo.

4. Komposisi Kelompok

Komposisi tari solo atau duet, berbeda cara penggarapannya dengan komposisi

tari kelompok. Apabila tari solo elemen-elemen koreografi seperti desain lantai,

desain atas, desain musik, desain dramatik, dinamika merupakan elemen-elemen

yang harus ada, maka untuk koreografi kelompok masih memerlukan satu desain

lagi yaitu desain kelompok.

Ada lima bentuk desain kelompok, yaitu :

a. Unison atau serempak, akan memberikan kesan teratur.

b. Balanced atau berimbang

Desain yang membagi sejumlah penari menjadi dua kelompok yang sama,

masing-masing ditempatkan pada dua desain lantai yang sama di atas stage

bagian kanan dan bagian kiri.

c. Broken atau terpecah

Setiap penari memiliki desain lantai dan desain atas sendiri. Dengan broken

ini memberikan kesan isolasi dari tiap-tiap penari.

d. Alternate atau selang seling

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

45

Desain yang menggunakan pola selang-seling pada desain lantai, desain atas

atau desain musik.

e. Canon atau bergantian

Setiap penari menari bergantian dengan yang lain secara susul menyusul.

Untuk koreografi kelompok desain canon ini sangat baik dipergunakan untuk

masuk dan keluar stage.

Perpaduan antara bentuk yang satu dengan bentuk yang lain akan lebih

memaniskan koreografi. Selain itu bentuk-bentuk desain kelompok tersebut

masing-masing memiliki kekuatan menyentuh perasaan penonton yang khas.

2.5.5 Jenis dan Karakteristik Tari

1. Berdasar Susunan Gerak Tariannya

Ditinjau dari susunan gerak tarinya dapat dibedakan atas :

a. Seni Tari Tradisional

• Seni Tari Rakyat

Adalah seni tari rakyat dari daerah-daerah setempat yang merupakan ciri

khas bagi daerah tersebut sebagai akibat pengaruh dari faktor-faktor

geografis dan sosial yang ada.

Ciri-cirinya :

� Pada umumnya tidak dikenal penciptanya.

� Hubungan antara pemain dan penonton erat, seringkali penonton

merupakan bagian dari pertunjukan (aktif), di mana penonton

mengelilingi pemain seperti pada teater arena.

� Jumlah penari tidak terikat, karena penonton dapat ikut serta.

� Masih sangat sederhana dimana belum dikenal peralatan elektronik.

Suasana alam dan musik gamelan berfungsi sebagai dekor, sehingga

teater terbuka adalah tempat yang sangat sesuai.

• Seni Tari Klasik

Adalah seni tari dimana didalamnya telah terdapat aturan-aturan/pola-pola

yang mengikat yang harus diikuti baik bagi pemain maupun pengiringnya.

Pada umumnya timbul dari kalangan kerajaan atau keraton.

Ciri-cirinya :

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

46

� Penciptaanya biasanya telah diketahui (dari kalangan

kerajaan/keraton).

� Mempunyai pola-pola atau aturan-aturan yang mengikat dengan tujuan

lebih kearah seni tontonan/performance art.

� Terdapat batas antara penari dan penonton, dimana penonton hanya

melihat saja (pasif). Karena itu ruang pertunjukan dengan panggung

satu arah lebih sering digunakan

� Jumlah penari berkisar antara 1 sampai 25 orang.

b. Tari Kreasi Baru

Adalah seni tari hasil gabungan antara tradisional (tari rakyat/tari klasik)

dengan yang modern (yang bersumber pada tari-tarian barat). Dimana

penggabungan tersebut tidak lepas dari keinginan dan selera dari penciptanya.

Tari kreasi baru adalah tari-tari klasik yang dikembangkan sesuai dengan

perkembangan jaman dan diberi nafas Indonesia baru.

Ciri-cirinya :

� Umumnya tidak mempunyai ciri-ciri tertentu.

� Adanya unsur-unsur seni tradisional didalamnya yang dikembangkan

sesuai dengan selera penciptanya.

� Berkembang sesuai dengan kemajuan jaman dan sktuktur masyarakat

pada masa tersebut.

� Jumlah penari disesuaikan dengan keadaan.

� Wadah pementasan yang digunakan berkisar dari teater terbuka

berbentuk arena, teater tertutup, maupun prosenium.

c. Tari Modern

Adalah seni tari yang berasal dari luar. Sebuah tari yang mengungkapkan

emosi manusia secara bebas. Setiap penari bebas dalam mewujudkan ekspresi

emosionalnya yang tidak terikat oleh sebuah bentuk yang berstandar.

Ciri-cirinya :

� Pencipta telah dikenal.

� Hubungan antara pemain dan penonton umumnya kurang erat.

� Pengunaan alat-alat elektronik sangat menonjol (lighting dan sound

system, permainan lantai pentas, dan sebagainya)

� Jumlah penari tidak tetap, tergantung sutradara.

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

47

� Wadah pementasan yang ideal adalah teater tertutup, baik berbentuk

arena maupun proscenium.

2. Berdasar Fungsinya

Ditinjau dari sudut fungsinya, maka dapat dibedakan atas :

a. Tari Ceremonial / Upacara

Jenis tari ini masih terpelihara pada masyarakat pedalaman yang masih agak

primitif. Tari-tarian ini antara lain, tari magis yang dapat dipergunakan untuk

mempengaruhi alam, tari ritual yang berhubungan dengan adat, dll. Tarian ini

banyak terdapat dipedalaman Irian Jaya,Sulaweswi,Kalimantan,Nusa

Tenggara dan Bali. Contohnya adalah tari Rejang, tari Pendhet, Debus dan

lain-lain.

b. Tari Hiburan

Tari hiburan adalah tari yang menitik beratkan pada segi hiburan yang

umumnya merupakan tarian pergaulan atau social dance. Contoh : Joged

(Bali), Ronggeng atau Tarub (Blora), Kethuk Tilu (Jawa Barat), Orek-Orek

(Surakarta), dan Lengger (Banyumas).

c. Tari Pertunjukan

Tari pertunjukan adalah sebuah tari yang menitikberatkan pada segi

keindahannya bukan pada segi hiburannya. Didalam tari pertunjukan, nilai

artistik atau nilai seni amat diperhatikan/diutamakan, sehingga dapat dikatakan

bahwa tari-tarian di Indonesia yang betul-betul mempunyai nilai seni adalah

tari-tarian pertunjukan.

3. Berdasar Jumlah Penarinya

Ditinjau dari jumlah penarinya dapat dibedakan atas :

a. Tari tunggal

Yang dimainkan oleh satu orang.

b. Tari duet

Yang dimainkan oleh dua orang (umumnya berupa tari pergaulan).

c. Tari massal/kelompok

Yang dimainkan oleh banyak orang tergantung dari ceritanya, dan jumlahnya

dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

4. Berdasarkan Tema atau Isinya

Ditinjau dari tema atau isinya dapat dibedakan atas :

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

48

a. Tari Pantomim

Tari yang isi atau temanya mencoba untuk menirukan sesuatu. Yang ditirukan

dapat berupa kejala-gejala alam, misalnya hujan, angin, benda-benda alam,

kegiatan sehari-hari, dan sebagainya.

b. Tari Erotik

Tari yang mengambil tema percintaan pria dan wanita. Tarian hiburan pada

jaman feodal banyak yang mengambil tema erotik yang memang

mengasyikkan.

c. Tari Heroik atau Kepahlawanan

Tarian yang mengambil tema kepahlawanan. Biasanya berupa tarian perang.

Perang antara yang jahat melawan yang baik/benar. Juga menggambarkan

kecintaan seorang pahlawan terhadap tanah airnya.

d. Drama Tari

Rangkaian tari yang disusun sedemikian rupa hingga melukiskan suatu kisah

atau cerita drama tari berdialog, baik prosa maupun puisi dan juga ada yang

berupa dialog (percakapan). Jika tanpa dialog, maka menggunakan tanda-

tanda gerakan ekspresi muka atau mimik sebagai alat untuk berbicara. Adapun

cerita yang sangat digemari oleh masyarakat misalnya: Ramayana,

Mahabarata, Panji atau juga Babad.

(Gho See Tjhiong, 1990:23-27)

2.5.6 Tahapan dalam Membuat Tarian

Beberapa tahapan di dalam membuat tari antara lain:

1. Eksplorasi

Eksplorasi dalam tari adalah pengamatan terhadap sesuatu objek yang akan

dijadikan sumber ide gerak dalam tari. Pengamatan dapat dilakukan terhadap alam

lingkungan, kehidupan sehari-hari, binatang, buku cerita dan lain-lain. Dalam

dunia seni, pengamatan dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Pengamatan secara internal yaitu pengamatan yang dilakukan di dalam diri si

pencipta dengan tidak melalui objek di luar dirinya.

b. Pengamatan secara eksternal yaitu pengamatan yang dilakukan oleh seorang

pencipta tari dengan cara langsung menggunakan objek-objek di luar dirinya.

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

49

2. Improvisasi

Di atas telah diuraikan tentang produksi seni melalui eksplorasi. Pada tahap

berikutnya, setelah melakukan eksplorasi atau pengamatan pada objek yang akan

dijadikan sumber ide garapan gerak tari, maka tahap berikutnya melakukan

improvisasi atau eksperimentasi sesuai dengan hasil pengamatan yang telah Anda

peroleh.

Setelah melakukan eksplorasi dan improvisasi, mulai dengan memilih gerak yang

dapat dijadikan suatu tata susunan tari. Setelah melakukan pemilihan gerak dan

berimprovisasi, maka tahap terakhir adalah menyusun gerak-gerak tersebut, dan

menjadi susunan tari.

2.5.7 Kabaret

Kabaret adalah sebuah pertunjukan atau pementasan seni yang berasal

dari Dunia Barat dimana biasanya ada hiburan berupa musik, komedi dan

seringkali sandiwara atau tari-tarian. Perbedaan utama antara kabaret dengan

pertunjukan lainnya adalah tempat pertunjukannya (restoran atau kelab malam)

dengan sebuah panggung pertunjukan dan penontonnya yang duduk mengelilingi

meja-meja (seringkali sambil makan atau minum) dan menyaksikan pertunjukannya.

Tempatnya sendiri seringkali juga disebut "kabaret".

Pada peralihan abad ke-20, terjadi perubahan besar dalam budaya kabaret.

Para penarinya termasuk Josephine Baker dan penari waria Brasil João Francisco dos

Santos (alias Madame Satã). Pertunjukan-pertunjukan kabaret dapat beraneka ragam

dari satire politik hingga hiburan ringan, masing-masing diperkenalkan oleh

seorang master of ceremonies (MC), atau pembawa acara.

Istilah "cabaret" berasal dari sebuah kata Perancis untuk ruangan bar atau

café, tempat lahirnya bentuk hiburan ini, sebagai suatu bentuk yang lebih artistik

daripada café-chantant. Kata ini berasal dari kata dalam bahasa Belanda

Tengah cabret, melalui bahas Perancis Utara Kuno camberette, dari kata bahasa Latin

akhir camera. Pada intinya kata ini berarti "ruangan kecil.”

Kabaret juga merujuk ke bordil gaya Mediterania (bar dengan meja-meja dan

wanita-wanita yang berbaur serta mengibur para kliennya). Secara tradisional, tempat-

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

50

tempat ini juga dapat menampilkan beberapa bentuk hiburan, seringkali dengan

penyanyi dan penari (tergantung tempatnya masing-masing). Sifatnya dapat liar dan

kasar. Kabaret yang lebih canggih dan berkelaslah yang akhirnya melahirkan bentuk

tempat hiburan dan seni pertunjukan.

Sejarah

a. Kabaret Perancis

Gambar 2.2.1 Iklan untuk tur pertunjukan Kabaret Perancis, Le Chat Noir, 1896.

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Cabaret

Kabaret pertama dibuka pada 1881 di Montmartre, Paris; ”Rodolphe Salís” (cabaret

artistique). Tak lama kemudian setelah tempat itu dibuka, namanya diganti menjadi Le

Chat Noir (Kucing Hitam). Kabaret ini menjadi tempat di mana para seniman kabaret

pendatang baru dapat mencoba pertunjukan-pertunjukan mereka di depan teman-teman

mereka sebelum dibawakan di depan penonton. Tempat ini mengalami sukses besar,

dikunjungi oleh orang-orang penting pada masa itu, seperti Alphonse Allais, Jean

Richepin, Aristide Bruant, dan orang-orang dari berbagai bidang kehidupan (kaum

perempuan dari kelas atas, para wisatawan, bankir, dokter, wartawan, dll). Chat Noir

adalah tempat di mana mereka dapat melupakan pekerjaan mereka. Pada 1887, kabaret

ditutup karena situasi ekonomi yang buruk yang membuat pertunjukan-pertunjukan

seperti ini menjadi vulgar.

Moulin Rouge, yang dibangun pada 1889 di daerah lampu merah Pigalle dekat

Montmartre, terkenal karena adanya sebuah kincir angin tiruan yang besar dan merah di

atapnya. Para artis terkenal di Moulin Rouge termasuk La Goulue, Yvette Guilbert, Jane

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

51

Avril, Mistinguett, dan Le Pétomane. Henri de Toulouse-Lautrec membuat sejumlah

lukisan dan adegan kehidupan malam di sana.

Folies-Bergère terus menarik sejumlah besar penonton hingga awal abad ke-20,

meskipun tempat ini lebih mahal daripada kabaret-kabaret yang lainnya. Orang merasa

nyaman berada di kabaret: mereka tidak perlu melepaskan topi, dapat mengobrol, makan

dan merokok kapan saja mereka mau, dll. Mereka tidak harus mengikuti aturan-aturan

yang biasa berlaku di masyarakat.

Di Folies-Bergère, seperti di banyak cafés-concerts, ada banyak jenis pertunjukan:

penyanyi, penari, pemain akrobat (juggler), badut, dan sensasi-sensasi seperti keluarga

Birmane, yang semuanya berjanggut. Para penontonnya tertarik oleh bahaya pertunjukan-

pertunjukan sirkus (kadang-kadang sang penjinak binatangnya dibunuh oleh singa-singa

mereka), tetapi apa yang terjadi di panggung bukan hanya hiburan. Seringkali penonton

mengamati sesamanya, jalan-jalan, menemui teman-teman atau pelacur. Pada awal abad

ke-20, ketika perang hampir meletus, harga-harga melonjak dan kabaret menjadi tempat

untuk orang-orang kaya.

Gambar 2.2.2 Toulouse-Lautrec, di Moulin Rouge 1892

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabaret

b. Kabaret berbahasa Jerman

Dua puluh tahun kemudian, Ernst von Wolzogen mendirikan kabaret Jerman yang

pertama, yang belakangan dikenal sebagai Buntes Theater (teater warna-warni). Namun

segala bentuk kritik masyarakat dilarang oleh sensor terhadap teater di Kekaisaran

Jerman. Sensor ini dihapuskan pada akhir Perang Dunia I, yang memungkinkan para

seniman kabaret membahas tema-tema social dan perkembangan-perkembangan politik

pada waktu itu. Ini berarti bahwa kabaret Jerman baru benar-benar berkembang pada

tahun 1920-an dan 1930-an, melahirkan segala jenis seniman kabaret yang baru, seperti

misalnya Werner Finck di Katakombe, Karl Valentin di Wien-München, dan Cläre

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

52

Waldorf. Sebagian dari teks-teks mereka ditulis oleh tokoh-tokoh sastra besar seperti

misalnya Kurt Tucholsky, Erich Kästner, dan Klaus Mann.

Ketika Partai Nazi merebut kekuasaan pada 1933, mereka mulai menindas kritik

intelektual ini. Kabaret di Jerman terpukul hebat. Pada 1935 Werner Finck dipenjarakan

sebentar dan dikirim ke sebuah kamp konsentrasi, pada akhir tahun itu Kurt Tucholsky

bunuh diri, dan hampir semua seniman kabaret berbahasa Jerman melarikan diri

ke Swiss, Perancis, Skandinavia, atau Amerika Serikat. Yang tersisa di Jerman adalah

kabaret yang dikontrol pemerintah, di mana lelucon-lelucon disampaikan atau orang-

orang didorong untuk tetap berpura-pura gembira. Ketika perang berakhir, pasukan-

pasukan pendudukan memastikan bahwa kabaret-kabaret menampilkan kengerian

rezim Nazi.

Tak lama sesudahnya, berbagai kabaret juga berurusan dengan pemerintah, perang

dingin dan Wirtschaftswunder: Tol(l)leranten di Mainz, Kom(m)ödchen di Düsseldorf dan

Münchner Lach- und Schießgesellschaft di München. Semuanya ini diikuti pada oleh

kabaret televisi pada 1950-an.

Di Jerman Timur, kabaret negara yang pertama dibuka pada 1953, yaitu Die

Distel di Berlin. Kabaret ini disensor dan tidak mengkritik negara (1954: Die

Pfeffermühle di Leipzig).

c. Kabaret terkenal

• Moulin Rouge dan Lapin Agile di Paris, Perancis

• Cabaret Voltaire di Zürich.

• Els Quatre Gats di Barcelona, Spanyol

• Tropicana di Havana, Kuba

• Shadowbox Cabaret di Columbus, Ohio

• The Café Carlyle di New York City

• Feinstein's di New York City

• 54 Below di New York City

• The Metropolitan Room di New York City

• Don't Tell Mama di New York City

• Wildflower Cabaret di Loveland, Colorado

• Cabaret Red Light di Philadelphia, Pennsylvania

• El Mocambo di Toronto, Ontario, Canada

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

53

• Metro Chicago di Chicago, Illinois

• The Butterfly Club di Melbourne, Australia

• Slide Lounge di Sydney, Australia

• Adelaide Cabaret Festival di Adelaide, Australia

• Playhouse Theater di Bangkok, Thailand (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabaret)

II. Tinjuan Khusus

2.6 Tinjauan Terhadap Yayasan Swara Maharddhika

2.6.1 Sejarah

Swara Maharddhika sebagai suatu organisasi pemuda yang dibentuk oleh

Guruh Soekarno Putra pada tahun 27 Maret 1977 merupakan sebuah organisasi tari

yang cukup terkenal di kota Jakarta pada jaman Orde Baru di Indonesia.

Swara Maharddhika dalam bahasa Sansekerta berarti “suara yang perkasa”.

(http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3051; internet accesed 7 Maret

2013) Berdirinya Swara Maharddhika berawal dari keinginan sekelompok anak muda

agar bisa tampil mengisi acara di TVRI Jakarta. Terbentuk dari sebuah vokal grup

SMA 4 Jakarta yang pada jaman itu memang banyak terdapat beberapa vokal grup

dari sekolah-sekolah menengah atas. Pelatih vokal grup dari SMA 4 Johny Lantang

mengenalkan vokal grup tersebut dengan Guruh Soekarno Putra dan mengajak serta

Guruh ikut andil dalam kegiatan vokal grup tersebut.. Tercetuslah ide dari Guruh

untuk dibuat gerakan dan koreografi di dalam iringan nyanyian dari vokal grup dan

dibuatlah sebuah tari-tarian untuk dapat lebih maksimal dalam mengekspresikan

kesenian tersebut.

Darisanalah Guruh memberikan beberapa alternatif nama, yang pada akhirnya

menetapkan nama Swara Maharddhika sebagai nama dari vokal grup tersebut. Dari

berbagai kegiatan seni timbul niat untuk mewadahkannya menjadi organisasi, dan

pada 27 Maret 1977 berdirilah secara resmi Swara Maharddhika. Sebagai organisasi,

Swara Maharddhika merupakan wadah bagi para pemuda untuk belajar

mengembangkan diri dalam berorganisasi dan sekaligus berkesenian. Dari sisi

seni, Guruh bereksperimen dan menemukan bentuk seni yang merupakan paduan

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

54

antara kebudayaan Barat dan kebudayaan tradisional. Dalam pandangannya, seni

tradisional harus diangkat agar lebih dihargai dan seni ini tidak harus dipentaskan

secara biasa-biasa saja melainkan bisa juga diramu secara mewah, penuh cahaya,

gemerlap, dan kolosal, sesuai tradisi pakaian daerah di seluruh Nusantara yang

gemerlapan penuh hiasan.

Swara Maharddhika banyak diundang untuk mengisi acara besar. Setiap

pementasannya melibatkan puluhan bahkan kadang lebih dari seratus pendukung.

Anggota aktifnya dibatasi 100 sampai 150 orang. Swara Maharddhika berpentas

pertama kali di Museum Fatahillah, Jakarta dalam acara dasawarsa Yayasan Mitra

Budaya sekaligus perpisahan Ali Sadikin pada akhir masa jabatannya sebagai

Gubernur DKI Jakarta. (http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3051;

internet accesed 7 Maret 2013) dan beberapa kali mengisi acara lainnya antara lain

dalam Dies Natalis Fakultas Psikologi VI. Organisasi Swara Maharddhika juga

menyanyikan lagu-lagu ciptaan Guruh Soekarno Putra yang menjadikan kelompok

vokal grup SMA 4 menjadi kelompok yang berbeda pada jaman itu. Dan jarang pada

saat itu ada kelompok tarian seperti Swara Maharddhika yang memiliki konsep

tersediri dalam menampilkan sebuah koreografi. Menjadikan Swara Maharddhika

sebuah role model untuk seni pertunjukan pada jaman itu. Tahun 1979 menjadi

tonggak awal Swara Maharddhika dikenal orang banyak karena pada tahun tersebut

menjadi tahun pertama Swara Maharddhika mengadakan pagelaran kolosal di Balai

Sidang.

Kepiawaian Guruh dalam mengekspresikan seni dalam kelompok Swara

Maharddhika ditunjukkan dalam Pagelaran Karya Cipta Guruh Soekarno Putra I pada

tahun 1979. Pagelaran tersebut berlangsung sukses dan menjadi modal utama untuk

kembali mengadakan Pagelaran Karya Cipta Guruh Soekarno II dengan tajuk

Untukmu Indonesiaku yang kemudian difilmkan dalam bentuk semi dokumenter

(1980) dan disusul kemudian dengan Pagelaran Karya Cipta Guruh Soekarno Putra III

hingga ke Singapura dengan mengusung tema Cinta Indonesia Pagelaran Jakarta

Week (1984) serta Pagelaran Karya Cipta Guruh Soekarno IV : Gilang Indonesia

Gemilang (1986). Selain itu, Guruh juga pernah menggelar pertunjukan kolosal

“JakJakJakJak Jakarta” dalam rangka ulang tahun Jakarta ke 462 tahun (1989) dan

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

55

dalam rangka 10 tahun Swara Maharddhika dengan judul pagelaran Gempita Swara

Maharddhika (1987).

Namun pada tahun 1987 kegiatan organisasi Swara Maharddhika dihentikan

karena terdapat perbedaan pendapat tentang visi dan misi di dalam anggota internal

Swara Maharddhika dan diganti menjadi sebuah yayasan kesenian dimana dari sebuah

yayasan tersebut dapat mengobarkan semangat nasionalisme dan cinta Tanah Air

kepada generasi muda lewat kesenian khususnya seni tari.

Dengan tujuan komersial untuk membiayai segala kegiatannya dalam jalur

bisnis pertunjukan profesional, Swara Maharddhika mendirikan sebuah badan usaha

bernama Gencar Semarak Perkasa. Perusahaan ini memproduksi antara lain

pertunjukan tari, menyediakan model iklan, peragawan-peragawati, memberikan

layanan jasa seperti barisan pagar ayu, penerima tamu, penata musik, dan koreografer,

serta membuka kursus tari Bali. Tujuan kelompok seni ini adalah mendirikan sebuah

sekolah seni. (http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3051; internet

accesed 7 Maret 2013)

2.6.2 Tokoh

1. Guruh Soekarno Putra

Guruh Soekarnoputra atau lengkapnya Muhammad Guruh Irianto

Soekarnoputra (lahir di Jakarta, 13 Januari 1953; umur 60 tahun) adalah anak

bungsu dari pasangan presiden pertama RI, Soekarno dan Fatmawati serta adik

kandung dari presiden kelima RI. Sejak kecil, Guruh telah terlatih

sebagai penari yang terampil di samping mengasah bakatnya di dunia musik,

Ia mendirikan grup kesenian Indonesia yang bernama GSP

Production (Gencar Semarak Perkasa) dan juga sebelumnya Swara

Mahardhika. Selain itu ia juga pernah mendirikan grup musik Guruh

Gipsy dan Gank Pengangsaan bersama Keenan Nasution, Abadi Soesman,

dan Chrisye.

Guruh Soekarnoputra menikah dengan Gusyenova Sabina Padmavati yang

berasal dari Uzbekistan. Sebagai bagian dari keluarga besar Bung Karno,

Guruh Soekarnoputra juga aktif dalam dunia politik Indonesia dan tercatat

sebagai anggota DPR dari PDIP. Tanggal 23 Maret 2011, bertepatan dengan

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

56

Perayaan Hari Musik Nasional, Guruh menerima Penghargaan Nugraha

Bhakti Musik Indonesia (NBMI) dari Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta

Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI).

(http://id.wikipedia.org/wiki/Guruh_Soekarnoputra; internet accessed 07

Maret 2013)

2. Denny Malik

Denny Malik (lahir 18 Februari 1963; umur 50 tahun) adalah

seorang koreografer, pemeran dan penyanyi Indonesia. Denny terlahir sebagai

bangsawanKerajaan Inderapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dikarenakan

ia merupakan keturunan Raja Inderapura yang ke-37. Ia memulai karirnya

sebagai penari, kemudian merambah dengan menjadi aktor dan penyanyi.

Denny terjun ke dangdut dengan merilis album Asap Asmara di penghujung

tahun 2002. Ini bukan pertama kalinya Denny terlibat di dunia dangdut.

Sebelum itu, ia berperan sebagai Rangga di sinetron Melody Cinta. Dalam

sinteron itu dia berakting menyanyikan beberapa lagu dangdut populer. Tahun

2003, Denny mendapat penghargaan AMI Awards 2003 untuk kategori Artis

Pria Dangdut. Satu dekade sebelum Denny merilis album dangdut, ia telah

dikenal di jalur musik pop setelah merilis single Jalan-Jalan Sore di album Jak

Jak Jak Jakarta milik Guruh Soekarnoputra. Kiprahnya di jalur musik pop

ditegaskan dengan merilis album Puteri Impian. Sekarang ia aktif mengajar

mata pelajaran event organizer di SMA Negeri 28 Jakarta dan SMA Negeri 6

Jakarta. (http://id.wikipedia.org/wiki/Denny_Malik; internet accessed 07

Maret 2013)

2.6.3 Jenis dan Macam Kegiatan Organisasi Swara Maharddhika

a. Kegiatan Latihan

Berupa kegiatan latihan menari yang dilakukan secara rutin guna memperoleh

kemahiran sesuai dengan kelas / tingkat yang dimilikinya. Dalam kegiatan latihan

anggota diselipkan kegiatan kreatifitas seperti membuat kostum dan properti

pentas.

b. Kegiatan Pagelaran

Kegiatan ini berupa suatu pagelaran seni tari kreasi modern. Pagelaran tesebut

dapat berlangsung di kota Jakarta, di luar daerah maupun di luar negri, dimana

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

57

keterlibatan berbagai pihak dan simpatisan, terutama sponsor sangat membantu

kelancaran kegiatan.

c. Kegiatan Seminar / Ceramah & Diskusi

Kegiatan seminar / ceramah & diskusi ini diadakan guna menambah pengetahuan

para siswa mengenai teori-teori kesenian dan budaya khususnya seni tari, dengan

mengundang orang-orang yang berkompeten dalam bidang tari.

2.6.4 Frekuensi Kegiatan Organisasi Swara Maharddhika

a. Kegiatan Latihan :

• 1 minggu, 4 kali latihan (Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat)

• 1 hari, 1 kali latihan.

• 1 kali latihan, 2 jam (pk. 18.00-20.00 wib)

b. Kegiatan Pagelaran

• +/- 1 tahun sekali, untuk pagelaran besar.

• +/- 2 minggu sekali, untuk pagelaran yang berskala lebih kecil (dihotel bintang

lima, pengiring pada acara-acara tertentu)

• Kegiatan seminar : +/- 1 bulan sekali

c. Sarana yang dimiliki

• Ruang latihan dan perlengkapannya (ruang ganti, gudang, dan

perlengkapannya)

• Kantor

• Perpustakaan

2.6.5 Visi , Misi, dan Semboyan Swara Maharddhika

a. Visi : Menyanyi, Menari, Belajar, Bekerja, Berjuang. Wadah anak muda

berprestasi.

b. Misi :

• Menciptakan identitas nasional yang tangguh menghadapi pergaulan antar

budaya.

• Membina sifat jujur dan terbuka, memupuk rasa disiplin yang bertanggung

jawab.

• Membulatkan tekad untuk bersatu padu mendobrak adat istiadat yang sudah

tidak sesuai dengan jaman, menuntut kemajuan dan meninggalkan kebodohan.

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

58

• Menempuh pribadi menjadi “Pancasilais” yang penuh pengabdian kepada

tanah air.

• Menampilkan sosok citra Indonesia dari keanekawarnaan unsur Barat-Timur.

c. Semboyan : Kesatuan dan Persatuan adalah Kekuatan.

2.6.6 Lambang Swara Maharddhika

Gambar 2.2.3 Lambang Swara Maharddhika

Sumber : Buku Acara 10 tahun Swara Maharddhika, 1987

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

59

Gambar 2.2.4 Slogan dan Janji Swara Maharddhika

Sumber : Buku Acara 10 tahun Swara Maharddhika, 1987

2.6.7 Data Survey

Tempat latihan GSP Production berlokasi di Jl. Wijaya I, no. 381 A, Jakarta

12170, Indonesia. Memiliki fasilitas lobi beserta area latihan, ruang meeting, dan

ruang kantor pengelola. Seperti yang dibahas dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Analisa data survey tempat latihan GSP Production

GAMBAR ANALISA

Lobi dalam GSP Production menyatu dalam

area latihan. Dari pintu masuk langsung

terdapat meja resepsionis dan logo dari GSP

Production.

Lantai : diaplikasikan dengan lantai keramik

dan lantai plesteran (screeeding).

Dinding : dicet tembok berwarna putih.

Ceiling : gypsum dicet berwarna putih

dengan lampu general light.

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

60

Gambar di samping merupakan ruang tunggu

untuk tamu sekaligus untuk beristirahat

apabila sedang diadakannya latihan. Material

sama dengan lobi karena menyatu menjadi

satu area.

Gambar disamping merupakan area latihan

yang sering digunakan untuk latihan harian

GSP Production. Area latihan menyatu

dengan area lobi, area duduk, dan ruang

meeting. Tidak ada ruang khusus untuk

latihan.

Lantai : sama seperti di area lobi, terdiri dari

lantai keramik dan lantai plesteran

(screeeding).

Dinding : Sisi sebelah kanan dinding di

pasang cermin menerus di seluruh dinding.

Seluruh dinding dicet berwarna putih. Kaca

berfungsi hanya untuk dipakai untuk latihan.

Ceiling : gypsum dicet berwarna putih

dengan lampu general light.

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00024-DI Bab2001.pdf · sebagian besar ditunjang oleh latar belakang pendidikan

61

Gambar disamping merupakan kantor

pengelola dari GSP Production. Gambar yang

diambil hanya sebagian sudut-sudut tertentu

karena faktor privasi dari pengelola.