11
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalisme 1. Pemahaman Tentang Nasionalisme di Media Film Nasionalisme merupakan sebuah pemahaman mengenai sebuah aspek tentang menciptakan serta mempertahankan kedaulatan dari sebuah negara dengan cara mewujudkan suatu konsep tentang identity bersama ke sekelompok manusia yang berusaha untuk berjuang. Kata Nasionalisme berawal dari kata nation yang artinya bangsa yang memiliki 2 (dua) arti, yakni: antropologis dan sosiologis, dan pengertian politis. Antropologis dan sosiologis memiliki arti yaitu bangsa ialah suatu kelompok yang terdiri dari masyarakat independen yang memiliki bahasa, agama, kesatuan ras, sejarah dan adat. Sedangkan didalam artian politik dijelaskan bahwa masyarakat yang patuh dan menganggap kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi di luar dan didalam (Yatim, 1999: 57). Dalam konteks ini, sejarah perjuangan rakyat daerah untuk lepas dari kolonialisme dan untuk menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan manifestasi dari sikap politik untuk berada dalam sebuah “nation” yang disebut Indonesia. Pemahaman yang baik terhadap sejarah perjuangan rakyat di daerah untuk lepas dari kolonialisme dan untuk menjadi NKRI selayaknya menjadi pondasi semangat nasionalisme masyarakat pada tiap daerah, dengan demikian nasionalisme yang diliki setiap warga negara merupakan nasionalisme yang mempunyai pijakan yang kokoh sehingga tidak mudah luntur oleh berbagai tantangan yang muncul kemudian dan dituangkan didalam media massa. Dalam hal ini penelitian ini mengkaitkan media film audio visual sebagai media massa dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalisme

1. Pemahaman Tentang Nasionalisme di Media Film

Nasionalisme merupakan sebuah pemahaman mengenai sebuah aspek

tentang menciptakan serta mempertahankan kedaulatan dari sebuah negara dengan

cara mewujudkan suatu konsep tentang identity bersama ke sekelompok manusia

yang berusaha untuk berjuang. Kata Nasionalisme berawal dari kata nation yang

artinya bangsa yang memiliki 2 (dua) arti, yakni: antropologis dan sosiologis, dan

pengertian politis. Antropologis dan sosiologis memiliki arti yaitu bangsa ialah

suatu kelompok yang terdiri dari masyarakat independen yang memiliki bahasa,

agama, kesatuan ras, sejarah dan adat. Sedangkan didalam artian politik dijelaskan

bahwa masyarakat yang patuh dan menganggap kedaulatan negaranya sebagai

suatu kekuasaan tertinggi di luar dan didalam (Yatim, 1999: 57).

Dalam konteks ini, sejarah perjuangan rakyat daerah untuk lepas dari

kolonialisme dan untuk menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

manifestasi dari sikap politik untuk berada dalam sebuah “nation” yang disebut

Indonesia. Pemahaman yang baik terhadap sejarah perjuangan rakyat di daerah

untuk lepas dari kolonialisme dan untuk menjadi NKRI selayaknya menjadi

pondasi semangat nasionalisme masyarakat pada tiap daerah, dengan demikian

nasionalisme yang diliki setiap warga negara merupakan nasionalisme yang

mempunyai pijakan yang kokoh sehingga tidak mudah luntur oleh berbagai

tantangan yang muncul kemudian dan dituangkan didalam media massa. Dalam hal

ini penelitian ini mengkaitkan media film audio visual sebagai media massa dalam

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

6

kaitannya mengikat dan menyampaikan sikap Nasionalisme melalui media.

Terdapat 6 (enam) bentuk nasionalisme menurut Listyanti dan Setiadi (2008:34),

diantaranya yakni:

a. Nasionalisme kewarganegaraan (Nasionalisme Sipil), adalah nasionalisme

yang terbentuk karena negara memperoleh kebenaran politik dari partisipasi

aktif rakyatnya. Keanggotaan suatu bangsa bersifat sukarela. Bentuk

nasionalisme ini mula-mula dibangun oleh Jeanjacques Rousseau dan menjadi

bahan tulisannya. Di antara tulisannya yang terkenal adalah buku berjudul Du

Contract Social (Kontrak Sosial).

b. Nasionalisme etnis atau etnonasionalisme, adalah nasionalisme yang

terbentuk karena negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau

etnis sebuah masyarakat. Keanggotaan suatu bangsa bersifat turun- temurun.

c. Nasionalisme romantik (disebut pula nasionalisme organik, nasionalisme

identitas), adalah nasionalisme etnis yang terbentuk karena negara

memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah (organik) dan

merupakan ekspresi dari bangsa atau ras.

d. Nasionalisme budaya, adalah nasionalisme yang terbentuk karena negara

memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun-

temurun seperti kulit (ras) atau bahasa.

e. Nasionalisme kenegaraan, merupakan variasi nasionalisme

kewarganegaraan, yang sering dikombinasikan dengan nasionalisme etnis.

Dalam nasionalisme kenegaraan, bangsa adalah suatu komunitas yang

memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan dan kekuatan negara.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

7

f. Nasionalisme agama, adalah nasionalisme yang terbentuk karena negara

memperoleh legimitasi politik dari persamaan agama.

2. Media Film sebagai Nilai Sebuah Perjuangan serta Nasionalisme

Nilai nasionalisme adalah sebuah inti, ilmu atau sebuah substansi yang ada

dalam kenyataan yang melekat secara intrinsik pada yang dinilai sebagai sebuah

sejarah yang kaitannya dengan kepahlawanan. Namun jika di tinjau kembali banyak

yang tidak memahami dan berupaya untuk memupuk sikap nasionalisme, sebagai

contoh seperti sejarah pada suatu daerah yg acapkali dipercaya kurang menarik

perhatian. Atas penjelasan tersebut Bambang Purwanto (2006) menyampaikan,

apabila prinsip-prinsip sejarah diadopsi, maka dapat diungkapkan jika semua

sejarah sesungguhnya adalah sejarah lokal.

Pada saat yang sama, disaat berkembangnya nasionalisme hal tersebut

berhasil membangun identitas baru didalam kerangka senagara-bangsa, sejarah

nasional hanyalah ekspresi politik dari sejarah lokal dalam dimensi spasial baru.

Sejarah nasional pada dasarnya adalah merupakan lokal yang dikumpulkan dalam

ruang yang lebih luas, sehingga paham dengan sejarah local yang menjadi upaya

untuk memupuk sikap nasionalis yang kepentingannya bisa disandingkan dengan

paham tentang sejarah nasional serta kepahlawanan.

Selain kepahlawanan, adapula peran budaya dalam era reformasi & pada era

digital mulai sadar atas fungsinya “sense of belonging dan nasionalisme”

(Wiriatmadja, 2012 :8). Diharapkan bahwa dalam kerangka republik Indonesia

yang bersatu, nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah akan dapat

membentuk karakter warga masing-masing daerah, menjadikannya lebih kuat dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

8

lebih maju, daripada hanya digunakan sebagai sarana pembagian di antara rekan-

rekan senegaranya. . Untuk mencapai hal ini, diharapkan dapat meningkatkan

kesadaran secara sistematis melalui pendidikan.Diharapkan bahwa dalam kerangka

republik Indonesia yang bersatu, nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah

akan dapat membentuk karakter warga masing-masing daerah, menjadikannya

lebih kuat dan lebih maju, daripada hanya digunakan sebagai sarana pembagian di

antara rekan-rekan senegaranya. . Untuk mencapai hal ini, diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran secara sistematis melalui pendidikan.

2.2. Film

2.2.1. Pengertian Film

Film atau yang bisa disebut dengan gambar bergerak merupakan

komunikasi massa yang dominan dalam bidang visual . Menurut UU no 23 tahun

2009 film ialah seni budaya dan sarana komunikasi massa yang diolah atas kaidah

sinematografi menggunakan ataupun tidak menggunakan suara dan bisa

ditampilkan. Selain itu menurut Sobur dalam Oktavianus (2015:3) menjelaskan

bahwa film adalah bentuk komunikasi modern yang kedua yang ada di dunia

perfilman. Jika ditelaah melalui sisi ilmu komunikasi, film merupakan komunikasi

massa elektronik yang menampilkan audio visual diantaranya terdapat bunyi, kata,

ucapan, citra dan kombinasi dari semuanya.

Film memiliki fungsi yang sama menggunakan fungsi Komunikasi Massa,

lantaran film merupakan media komunikasi massa. Dampak film kepada jiwa

manusia, bukan hanya sesaat atau selama duduk dibioskop, namun terus sampai

ketika yang cukup lama. Misalnya peniruan terhadapa gaya berbaju atau gaya

potongan rambut. Hal itu disebut proses imitation. Kategori penikmat film yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

9

terpengaruh umumnya anak – anak muda, meski kadang - kadang orang dewasa

juga.

2.2.2. Pengertian dari Animasi

Dari arti kata, animasi merupakan program televisi atau movie yang

berrbentuk rangkaian gambar yg diigerakan secara mekanik elektronis, sebagai

akibatnya tampak dilayar sebagai bergerak. Animasi merupakan suatu bentuk

visualisasi dari sebuah desain yg bergerak dan elemen yg penting pada abad ke 20

ini. Lantaran animasi memberikan suatu suguhan baru bagi rakyat yang melihatnya.

Animation art is concerned with movement of the 20th century. It took till

this century to finally discover the art of movement (Ernest Pintoff, 1998:57).

A. Film Animasi

Dengan animasi dalam sebuah film, maka manusia bisa membuat benda yang

tidak hidup seakan hidup. Warna adalah unsur design yg bisa membuat munculnya

rasa haru, bahsgia, sediih, semangat, & lainnya. Warna jua sebagai karakteristik

spesial sebuah produk atau jasa. Didalam animasi warna merupakan penunjang

atau pendukung teks dan gambar. Bentuk teks yang dipakai dalam animasi harus

tampil utama dan proporsional dari desain animasi keseluruhan, tidak layak

diganggu oleh warna yang kontras serta gambar animasi yang menghalangi teks

tersebut, sehingga pesan dapat tersampaikan dengan jelas.

B. Konsep Dalam Film Animasi

Dalam pembuatan sebuah animasi memerlukan sebuah konsep animasi

kemudian pembuatan storyline. Pembuatan konsep dan storyline juga memerlukan

persiapan yang matang dalam proses pembuatan animasi. Selain itu perlunya

konsep dalam penggunaan warna yang cocok mempunyai daya tarik tersendiri

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

10

untuk sebuah design yang dibuat, diantaranya teknik keyframe, yaitu dengan cara

membuat frame diawal dan diakhirnya saja, selanjutnya personal komputer pada

hal ini pelaksanaan program (software) yang akan membuat frame - frame

diantaranya yg disebut inbetween, sehingga terbuatnya animasi yang lebih banyak.

Animasi personal komputer yaitu mampu berupa animasi 2 dimensi & animasi 3

dimensi, bedanya hanya animasi 2 dimensi masih memakai gambar manual, namun

animasi 3 dimensi pengerjaannya sebagian besar telah dilakukan di komputer.

2.2.3. Film sebagai Media Propaganda Kemerdekaan

Dalam sejarahnya film sejak pertama kali diperkenalkan di Indonesia, film

dianggap dapat mengubah pandangan dan perilaku orang. Film yang lahir di

perancis pada tahun 1895 masuk ke negeri Sakura pada tahun 1897. Tiga tahun

kemudian, barang ajaib yang bernama “gambar idoep” itu masuk ke Indonesia.

Lama kelamaan film yang didatangkan dari Barat dianggap mempertontonkan hal-

hal yang berpengaruh negatif bagi kaum pribumi dan dapat mengubah pandangan

dan perilaku mereka terhadap bangsa Barat. Guna mengantisipasi hal ini,

pemerintah kolonial untuk pertama kalinya mengeluarkan undang-undang

pengaturan film dan bioskop melalui “Bioscoop Ordonantie (Ordonansi Bioskop)”

pada tahun 1916. Dan terbentuklah Komisi Film yang “memiliki gunting besar dan

menggunting (film) dengan seenaknya saja (Jauhari, 1992: 21).

Usmar Ismail (2002) berpendapat bahwa pada masa pendudukan Jepang

rakyat Indonesia baru pertama kali menaruh perhatian pada fungsi film sebagai

sarana komunikasi sosial. Dengan memanfaatkan fasilitas Multifilm tersebut,

Sendenhan serta Jawa Eiga Kosha mulai membuat film berita yang berjudul “Djawa

Baharoe” setiap bulan. Kemudian, Nichiei melanjutkannya dengan “Berita Film di

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

11

Djawa” setiap dua mingguan. Pada awal tahun 1944, judul film itu diubah menjadi

“Nanpo Hodo Nyusu (Warta Berita Selatan)”. Film berita ini dibuat setiap dua

mingguan dalam dua versi, yaitu versi bahasa Indonesia dan bahasa Jepang, dan

menjadi salah satu alat propaganda andalan Sendenhan. Film-film berita yang rata-

rata berdurasi sepuluh menit itu dikirim juga ke pulau-pulau lain seperti Sumatra,

Celebes (Sulawesi), Bali, Borneo (Kalimantan), dan Nugini. Selain film berita,

Nichiei juga membuat film budaya (bunka eiga), film dokumenter, film cerita, dan

mengindonesiakan fim Jepang yang diimpor oleh Eihai.

2.3.Teori-Teori

2.3.1. Teori Representasi

Seperti yang dikemukakan oleh Stuart Hall bahwa teori representasi bisa

disebut juga sebagai teori primer yang menjadi dasar penelitian, yang terdiri dari

pemahaman bahasa untuk menjabarkan suatu yang penting kepada orang lain. .

Representasi merupakan hal penting dari proses yang makna

dibuat dan ditukarkan antar kelompok didalam suatu budaya (culture).

Representasi merupakan kegiatan menafsirkan pemikiran menjadi sebuah bahasa.

Stuart Hall dengan tegas mendefinisikan representasi menjadi proses produksi

makna yang memakai language sebagai representasi utama.

Representasi mempertemukan konsep yang berada di pikiran dan bahasa

sehingga dapat menemukan makna benda, suatu keadaan realita,dan sebuah

khayalan objek, dan juga keadaan dimana terdapat peristiwa yang tidak real

(fuctional). Ada dua metode untuk system representasi, diantaranya sebagai berikut:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

12

1. Mental Respresentation yang mana seluruh objek, manusia dan keadaan

atau peristiwa dihubungkan oleh beberapa konsep yang dibawa kemanapun oleh

otak dan fikiran para khalayak.

Dengan tidak adanya concept, kita tidak dapat memaknai apa pun yang ada

di dunia ini. Maka, sanggup dijabarkan bahwa kita mampu merepresentasikan

apapun yang ada baik didalam benak ataupun diluar benak tergantung kepada

system konsep yang ada pada benak masing masing individu.

2. Bahasa (language), yang mengaitkan seluruh proses konstruksi

berdasarkan makna. Konsep-konsep dalam pikiran kita harus dijelaskan ke bahasa

universal, hal tersebut mampu menyambungkan konsep & wangsit kita

menggunakan bahasa tertulis, bahasa tubuh, bahasa berkaitan dengan mulut. Tanda

(Signs) itu yang merepresentasikann persepsi yang akan dibawa kemanapun pada

fikiran kita dan dengan bersamaan membangun sistem arti (meaning sistem) dalam

kebudayaan (culture) menurut sebuah bangsa dan negara.

Teori representasi dibagi jadi tiga teori antara lain (1) reflective approach

yaitu mengartikan bahwasanya bahasa yang digunakan layaknya cermin yang

memantulkan arti sesungguhnya. Pada abad 4 SM, bangsa Yunani mengartikannya

menjadi mimetic. Sebagai contoh mawar yang memiliki arti mawar, tidak terdapat

arti llain. (2) International approach, disini Bahasa dipakai untuk mengekpresikan

arti diri dari seorang pelukis, penulis, dan lain -lain. Ada kekurangan pada

pendekatan ini yaitu menganggap bahasa adalah permainan private, (3)

Constructionist approach ialah pendekatan pemanfaatan penggunaan bahasa atau

sistem apa saja agar merepresntasikan konsep.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

13

2.3.2 Teori Retorika (Public Speaking)

Istilah Public speaking berawal dari istilah “retorika”. sebutan retorika dapat

ditemui dalam pebendaharaan Inggris dengan kata rhetoric yang mempunya arti

kepintaran dalam berbicara atau berpidato (Suhandang,2009: 25). Menurut Hornby

dan parnwell (1961:364) menjabarkan dalam seni, retorika harus menggunakan

bahasa yang mengesankan, tulisan ataupun lisan yang baik (Suhandang, 2009:25).

Istilah “retorika” mulai bergeser menjadi Speech communication, oral

commonuication, dan selanjutnya lebih dikenal dengan public speaking.

Dari pendapat Littlejohn (2008: 50), “These were the elements involved in

preparing a speech; the rhetor is concerned with the discovery of ideas, their

organization, choices about how to frame those ideas in languange, and finally,

issues of delivery and memory.” Retorika diartikan menjadi seni yang dapat

membangun obrolan dan pembicaraan (the art of constrcting arguments and

speechmsking). Saat ini, retorika juga melingkupi proses kepada “menyesuaikan ide

dengan orang dan menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan”.

Teori retorika memiliki konsep yakni salah satu cara atau teknik bujuk rayu

dengan cara persuasi untuk membuat bujukan menggunakan karakter obrolan,

emosioanal atua pembahasan. Didaalam aktivitas berucap manusia dalam

kehidupan bermasyarakat selalu melibatkan kasus permasalahan retorika. Asumsi

Teori Retorika pembicaraan yang efisien harus melihat kadaan audiens. Asumsi ini

menuju pada konsep analisis khalayak (sasaran audience analysis). Inductive

reasoning merupakan proses menyampaikan pesan dari historis & hipotesis, maka

dari itu, hal tersebut membuat khalayak menarik konklusi umum.. Penalaran

deduktif adalah keinginan orang untuk mengungkapkan informasi dalam bentuk

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

14

proposisi umum, sehingga menciptakan audiensi dapat menarik kesimpulan

khusus.

2.4. Analisis Isi Kualitatif

Analisis isi digunakan sebagai alat identifikasi sistematis konten

komunikasi yang tampak atau terlihat (manifest), secara objektif, tepat, reliable,

dan dapat disalin. Analisis Isi (Eriyanto, 2015: 15). Analisis isi adalah proses uji

sistematis namun juga bisa direplikasi dari symbol-simbiol komunikasi, yang mana

symbol ini diberikan nilai angka dari penguukuran yang cocok dan analisis

memakai metode statisik yang bertujuan untuk memaparkan isi komunikasi,

mengambil kesimpulan dan menrauh konteks produksi atau konsumsi Riffie,

Lacy & Fico (1998: 20)

Metode Kualitatif merupakan penelitian berdasar pada filsafat positivisme,

dan dipakai saat kondisi objek alamiah, yang mana disini peneliti merupakan

instrumen kunci, cara mengumpulkan data akan dilaksanakan secara triangulasi,

lalu analisis data menggunakan metode induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatf memfokuskan arti dari pada generalisasi. (Prof. Dr. Sugiono, 2016:06).

Peneliti menganalisis mamakai beberapa kategori dan data-data tersebut

diklasifikasikan dengan karakteristik khusus dan memprediksi menggunakan teknis

analisis tertentu juga. Lambang/simbol merupakan simbol-simbol yang muncul

dalam kejadian. Klasifikasi data melalui lambang/simbol guna mengetahui makna

satuan yang berkaitan oleh tujuan dan menyusun kategori dari setiap kategori

analisis dan mencari hubungan satu dengan yang lain untuk menemukan makna,

arti dan tujuan. Prediksi atau menganalisis data adalah menganalisa guna

mengetahui arti dari data yang dikumpul, yakni mendapatkan pola tema, koneksi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan dan Nasionalismeeprints.umm.ac.id/64920/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 19. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Perjuangan

15

persamaan, hipotesis dan setelah itu diimplementasikan ke kesimpulan yang masih

memiliki sifat tentatif.

berikut penjelasan teknik content Analysis pada gambar dibawah ini:

Analisa Konten (Content Analysis) secara induktif dalam penelitian

kualitatif adalah mekanisme dengan tujuan menemukan konsep, tema, ataupun

contoh menurut interpretasi analisis. Berbeda menggunakan analisis secara

deduktif yang mana buat menguji sebuah hipotesis, perkiraan maupun teori yanng

sebelummya telah dikonstruksi. Analisa menggunakan induktif mempunyai

beberapa kelebihan, yakni:

a. Memandatkan data ementah dan majemuk ke format ringkasan

b. Berguna membangun koneksi yang kentara antara tujuan penelitian dan

kompendium buat menetapkan transparansi dan menjustifikasikan interaksi

ini menggunakan tujuan padapenelitian.

c. Menguraikan bentuk/teori masalah struktur,prosedur dan pengalaman

yangg mendassari temuan menurut analisa data teks

Peneliti yang memakai analisis konten dari Lambang/symbol, Klasifikasi

dan Prediksi/menganlisa data dan dijabarkan mengenai Nasionaolisme dari

Berkowitz (2003)

Gambar 2.1 Teknik Analisis Isi

Sumber : Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2015: 85)