38
22 BAB 2 PERKEMBANGAN SEJARAH DAN PERJUANGAN KURDI 2.1 Sejarah Kurdi Sebelum kita membahas tentang asal mula sejarah etnis Kurdi, ada baiknya kita mengetahui asal usul istilah dari Kurdistan dan Kurdi itu sendiri. Secara etimologi, Kurdistan merujuk pada bahasa Sumeria yaitu kurd yang berarti orang-orang pegunungan. Ada juga istilah Qurti dalam bahasa Akkadia yang juga berarti suku atau masyarakat yang mendiami pegunungan Zagros dan Taurus Timur. Orang Arab menyebut orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut dengan nama beled ekrad. Orang Persia pertama kali menggunakan penyebutan Kurdistan (Tanah orang-orang Kurdi). Ada juga yang mengatakan bahwa kata Kurdi sendiri mengandung derivasi yang tidak teratur. Artinya ada penyebutan yang hampir mirip sebagaimana yang dikemukakan oleh Xenophon yaitu Kardyhkoi.Namun, pada dasarnya semua penyebutan tersebut memiliki makna yang sama yaitu wilayah dari orang-orang pegunungan 1 . Adapun secara geografis, wilayah Kurdistan membentang sebesar 200.000 mil persegi yang meliputi pegunungan dan dataran Anatolia selatan, pegunungan Zagros utara dan Taurus timur, Mesopotamia utara, dan wilayah Jazira di barat daya Suriah 2 . 1 Abdullah Ocalan, 2009, War and Peace in Kurdistan: Perspectives for a political solution of the Kurdish question, Cologne : International Initiative. hal 9 2 Carl Dahlman, 2015, The Political Geography of Kurdistan, Columbia: University of South Carolina., hal 271

BAB 2 PERKEMBANGAN SEJARAH DAN PERJUANGAN KURDI 2.1

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

22

BAB 2

PERKEMBANGAN SEJARAH DAN PERJUANGAN KURDI

2.1 Sejarah Kurdi

Sebelum kita membahas tentang asal mula sejarah etnis Kurdi, ada

baiknya kita mengetahui asal usul istilah dari Kurdistan dan Kurdi itu sendiri.

Secara etimologi, Kurdistan merujuk pada bahasa Sumeria yaitu kurd yang berarti

orang-orang pegunungan. Ada juga istilah Qurti dalam bahasa Akkadia yang juga

berarti suku atau masyarakat yang mendiami pegunungan Zagros dan Taurus

Timur. Orang Arab menyebut orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut

dengan nama beled ekrad. Orang Persia pertama kali menggunakan penyebutan

Kurdistan (Tanah orang-orang Kurdi). Ada juga yang mengatakan bahwa kata

Kurdi sendiri mengandung derivasi yang tidak teratur. Artinya ada penyebutan

yang hampir mirip sebagaimana yang dikemukakan oleh Xenophon yaitu

Kardyhkoi.Namun, pada dasarnya semua penyebutan tersebut memiliki makna

yang sama yaitu wilayah dari orang-orang pegunungan1. Adapun secara geografis,

wilayah Kurdistan membentang sebesar 200.000 mil persegi yang meliputi

pegunungan dan dataran Anatolia selatan, pegunungan Zagros utara dan Taurus

timur, Mesopotamia utara, dan wilayah Jazira di barat daya Suriah2.

1Abdullah Ocalan, 2009, War and Peace in Kurdistan: Perspectives for a political solution of the

Kurdish question, Cologne : International Initiative. hal 9 2Carl Dahlman, 2015, The Political Geography of Kurdistan, Columbia: University of South

Carolina., hal 271

23

Gambar 1.1 Peta wilayah Kurdistan (pada bagian terang)

Etnis Kurdi merupakan suku bangsa yang mendiami wilayah Irak utara,

Iran barat laut, Suriah utara, dan Turki Tenggara. Wilayah mereka sering disebut

dengan nama Kurdistan. Namun, secara politik istilah tersebut tidak ada. Hal ini

disebabkan karena sejak Perjanjian Lausanne pada tahun 19233, Wilayah ini telah

diberikan kepada Inggris berdasarkan pada Mandat LBB (Liga Bangsa-bangsa)

1920 yang meliputi Irak, Palestina, Transjordan, dan Kurdistan4. Melalui mandat

ini, Inggris membagi wilayah Kurdistan dan memasukkannya ke dalam wilayah

empat negara yaitu Irak, Iran, Suriah, dan Turki. Kebijakan ini telah memisahkan

masyarakat Kurdi serta membatalkan isi pasal 61 dan 63 Perjanjian Sevres (1920)

yang memberikan jalan bagi pembentukan negara Kurdistan5.

3Perjanjian Lausanne merupakan perjanjian damai yang dilaksanakan di kota Laussane, Swiss

pada tanggal 24 Juli 1923. Perjanjian ini terjadi antara Inggris, Perancis, Italia, Romania, Jepang,

Yunani, dan negara-negara Balkan dengan Republik Turki. Lihat padaThe Treaties of Peace 1919-

1923, Vol. II, Carnegie Endowmentfor International Peace, New York, 1924. 4KamalY. Kolo,2017, Oil, Iraq, and the Creation of Nation-State:The Kurdistan Region at a

Crossroads, Soran University., Chapter 13 hal 164. 5Aram Rafaat, 2017, The 1926 Annexation of SouthernKurdistan to Iraq: the Kurdish Narrative,

American Research Journal of History and CultureVolume 3, Issue 1., hal 2-3.

24

Suku Kurdi digolongkan ke dalam rumpun Indo-Arya yaitu suku bangsa

yang masih satu keturunan dengan Bangsa Aryan namun kemudian mereka

berpisah dan bermigrasi ke wilayah Asia Tengah dan Iran6. Dari mereka,

kemudian melahirkan sebuah suku yang bernama Hurrian, dimana suku ini hidup

dalam konfederasi kerajaan dan sistem kesukuan7. Suku bangsa Hurrian ini hidup

berdampingan dengan suku Nairi, Unartea, dan Medes. Ada juga yang

mengatakan, kalau suku bangsa Medes merupakan nenek moyang bangsa Kurdi

yang pergi ke wilayah Parsi (Iran) antara tahun 614 dan 558 SM8. Mereka

kemudian mendiami wilayah tersebut dan hidup sebagai bangsa nomaden dimana

mereka mengembala ternak dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain itu,

mereka juga mengikuti pola musim sehingga jika musim dingin datang maka

mereka akan pindah dengan membawa hewan ternak dan segala perabotan

rumahnya menuju ke wilayah yang lebih hangat, utamanya pada kawasan

Mesopotamia yaitu daerah sungai Eufrat dan Tigris yang lebih subur dan kaya

akan sumber-sumber air. Suku Kurdi juga dikenal sebagai suku yang sulit untuk

ditaklukkan oleh kerajaan lain. Banyak bangsa yang mencoba untuk menguasai

mereka namun tidak berhasil sepenuhnya. Bahkan, kekaisaran Persia saja harus

menemui hambatan yang sulit untuk dapat mengalahkan mereka. Hal ini juga

didukung oleh kondisi wilayah mereka yang berbukit-bukit serta kemampuan

6Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M. Pd, Bangsa Arya di Indiapart 2 hal 3 7Ibid, 11 8Ahmad Sahide, 2014, Suku Kurdi dan Potensi Konflik di Timur Tengah,Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada. hal 2

25

pasukan berkuda Kurdi yang luar biasa. Namun, tetap ada kerajaan-kerajaan yang

berhasil mendominasi mereka seperti Sumeria, Akkadia, Parthia, dan Armenia9.

Sejarah etnis Kurdi dapat dibagi menjadi empat periode. Periode pertama

disebut sebagai periode Halaf (5900-5300 SM).Wilayah ini terletak di Provinsi

Al-Hasakah, Suriah utara. Periode ini ditandai dengan banyak ditemukannya

keramik, gerabah, dan situs pemukiman kuno sejumlah 7 buah di daerah

tersebut10. Periode kedua dikenal sebagai Periode Al-Ubaid (5300 SM- 4300 SM).

Wilayah ini terletak di daerah Al-Ubaid, Irak utara. Pada wilayah ini ditemukan

berbagai macam tembikar, gerabah, berbagai alat-alat ukir, alat pahat yang ada di

dua gundukan tanah besar Helawa dan Aliawa11. Periode ketiga disebut Periode

Hurri (4000 SM-2000 SM). Hal ini ditandai dengan adanya peradaban Hurri di

pegunungan Zagros dan Taurus Timur. Selain itu, juga terdapat berbagai

peradaban kerajaan kecil seperti Arrap’ha, Melidi, Washukan, dan Aratta di

wilayah itu. Orang-orang Hurri memiliki struktur sosial, budaya, agama, ekonomi,

simbol teknologi yang masih dapat dijumpai pada masyarakat Kurdi sekarang12.

Bersamaan dengan itu, bangsa Hittite mulai menetap di wilayah Kurdistan pada

sekitar tahun 2000 SM. Kemudian, bangsa Indo-Arya melakukan migrasi besar-

besaran ke Kurdistan pada 727 SM. Lalu, terjadilah asimilasi antara bangsa Indo-

Arya dengan Hurri sehingga melahirkan bangsa Medes yang beribukota di

Ecbatana (Hamadan) yang masuk wilayah Iran. Periode keempat disebut sebagai

9Robson, Barbara, 1996, Iraqi Kurds : Their History and Culture, buku. Washington DC : The

Refugee Service Center .hal 7. 10Konstantinos Kopanias and John MacGinnis, 2016, The Archaeology of The Kurdistan Region

of Iraq And Adjacent Regions, Oxford :Holywell Press.,hal 257-258 11Ibid, 309-311 12J.H. Khidir, 2017,TheKurds & Kurdistan and Recent Political Developments of the Iraqi Kurdistan Region,Thesis.

Vienna :Doctor of Philosophy in Political Science of the University of Vienna.,hal 58

26

masa Semitik dan Turkific. Pada masa ini, kerajaan Medes mulai melakukan

interaksi dengan bangsa Arab setelah mereka berhasil mengalahkan Sasanid

Persia pada abad ke 7 M13. Lalu, pada tahun 1057 M, Turki Saljuk dibawah

pimpinan Sultan Tughrul Bek berhasil merebut wilayah Mosul dan Diyarbakir

yang dihuni oleh orang-orang Kurdi14. Hal ini menyebabkan terjadinya asimilasi

antara masyarakat Kurdi dengan orang-orang Turki Saljuk yang melahirkan suku-

suku Kurdi dengan darah keturunan Turki seperti Qalkhan, Alan, Azdinian,

Gavdan, Karachul, Oghaz, Graviran, dan sebagainya15.

Ketika masa kekuasaan Raja Sargod dari Akkadia, mereka pernah

menyeberangi Kurdistan dalam rangka untuk melawan Utratu pada sekitar abad

ke 9-8 SM. Kemudian, pasukan Makedonia dari Yunani yang dipimpin oleh

Alexander Agung juga pernah sampai ke wilayah Kurdistan dimana mereka

menyebut orang-orang yang tinggal disana sebagai Cyrtii, namun penyebutan ini

masih menimbulkan ketidakpastian. Sampai sekarang ada suku-suku Kurdi yang

memiliki darah Yunani seperti Mamakan, Mamikonian, Bagravand, Bagran, dan

Mamasani. Meski begitu, tetap saja masih menimbulkan keraguan tentang

dampak yang terjadi pada etnis Kurdi. Karena, selain daerahnya yang terisolir,

juga kondisi masyarakatnya yang masih tertutup16.Catatan lain juga menyebutkan

bahwa Raja Sargod membuat plakat untuk mengenang kemenangannya atas

13Andina Sari Handayani, 2012, Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi Gerakan Separatisme

Suku Kurdi Tahun 1984-2007, Surakarta : Universitas Sebelas Maret., hal 7

14Mundzirin Yusuf, 2013, Bani Saljuk dan Kebangkitan Peradaban Daulah Abbasiyah, Yogyakarta

: Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaVol. 14, No. 1., hal 19 15Mehrdad R. Izady, 2009, The Kurds : A Concise Handbook, Harvard University : Taylor and

Francis, hal 82 16McDowaLL, David, 2007, A Modern History Of The Kurds, Thirth Edition: I.B.Tauris & Co Ltd,

hal 9

27

Satuni, Raja Lullu di Derbend-i Gewr, yang terletak di pegunungan Zagros pada

2000 SM. Orang-orang Lullu ini diyakini sebagai salah satu leluhur etnis Kurdi

sebagaimana Guti,Medes, dan suku-suku bangsa lainnya yang tinggal di wilayah

tersebut17.

Ketika bangsa Arab berhasil menaklukkan wilayah ini, mereka melakukan

islamisasi terhadap masyarakat Kurdi. Hal ini dilakukan setelah Pasukan Arab

berhasil mengalahkan tentara Persia dalam pertempuran Qadisiyah pada 636 M.

Kemenangan ini memberikan kontrol wilayah atas irak dan daerah-daerah

sekitarnya, termasuk Kurdistan18. Ekspansi Arab ini membuat banyak orang-orang

Kurdi menjadi Muslim Sunni dengan menggunakan Mazhab Syafi’i dimana

orang-orang Arab banyak yang menganut Mazhab Hanafi19. Etnis Kurdi juga

memiliki beberapa dinasti Islam yang memiliki pengaruh besar dan berkuasa di

wilayah Kurdistan dan sekitarnya seperti Shaddadids (951-1075), Marwanids

(984-1083), Hasanwayhids (959-1059), dan Kesultanan Ayubiyyah (1164-

1193)20. Shaddadids menguasai timur Trans-Kaukasia tepatnya di antara wilayah

sungai Kur dan Araxes, Marwanids di selatan Diyarbakir hingga Jazira utara,

Hasanwayhids dari wilayah Khuzistan hingga Shatt Al Arab21,dan Kesultanan

Ayyubiyah yang menguasai Mesir, Hijaz, Suriah, dan Yerusalem. Namun,

diantaranya yang paling terkenal adalah Kesultanan Ayubiah yang didirikan oleh

17Khayats, 1966,The Kurds, buku, Beirut : Khayat Book & Publishing Company S.A.L.90-94 Rue

Bliss.,hal 10 18Abdul Malik Mujahid, 2013, The Battle of Qadisiyyah : The Fall of The Mighty Persian Empire,

Riyadh : Darussalam., hal 9. 19Philiph G. Kreyenbroek and Stefan Sperl, 1992, The Kurds :A Contemporary Overview. Buku.,

London : Routledge ISBN 0-415-07265-4 (Print Edition).,hal 9 20Ahmet Serdar Akturk, 2013, Imagining Kurdish Identity in Mandatory Syria : Finding a Nation

in Exile, Tesis. Fayetteville : University of Arkansas., hal 26. 21Mc Dowall, A Modern History Of The Kurds, hal 23.

28

Salahuddin Al-Ayubi setelah berhasil menumbangkan kekuasaan Daulah Syiah

Fatimiyah di Mesir.

Salahudin Al Ayubi merupakan seorang pemimpin dinasti Ayyubiyah dari

suku Kurdi yang lahir di Tikrit, Irak pada tahun 1137 M. Ayahnya bernama

Najmuddin Ayyub yang menduduki posisi sebagai penguasa wilayah

tersebut22.Pada masanya, Salahudin berhasil membebaskan kota Yerusalem dari

Kerajaan Yerusalem setelah menghancurkan kekuatan pasukan Salib di Lembah

Hattin pada tahun 1187 M23. Namun sebelumnya, ada tokoh-tokoh Kurdi lain

yang juga memiliki peran yang besar dalam dunia Islam khususnya pembebasan

Yerusalem seperti Imaddudin Zanky, seorang perwira militer dan pemimpin

Mosul dimana berhasil menguasai Edessa dari tangan tentara Salib pada tahun

1144 M. Dia kemudian mendirikan sebuah kerajaan baru yang bernama kerajaan

Zengid yang berpusat di Aleppo24. Ditambah lagi, Immadudin Zanky juga berhasil

menguasai Humah dari kekuasaan tentara Salib pada tahun 1129 M25. Imaddudin

Zengky juga memberikan batu loncatan bagi pembebasan kota Yerusalem dengan

berhasil menaklukan Hama dan Homs dari tangan Taj Al-Muluk Buri, penguasa

Damaskus pada tahun 1130 M. Penguasaan kedua kota diatas memberikan

22Syed Alwi Alatas, 1974, Biografi Agung Salahuddin AL – Ayyubi, buku. Selangor : Karya

Bestari., hal 9-10 23S.J.Allen dan Emilie Amt, 2014, The Crusaders : A Reader. Buku, Ontario : The University of

Toronto Press., hal 155-156 24Mohd Roslan Mohd Nor PhD &Nor Shakira Mohd Noor, 2012, Perang Salib dan Kejayaan

Salahuddin Al-Ayubi Mengembalikan Islamic Jerusalem kepada Umat Islam : Crusades and

Saladin’s Achievement in Liberating Islamic Jerusalem to Muslims Ummah, Universiti Malaya:

Kuala Lumpur., hal 67. 25Foni Ismiatuddiniyah, 2014, Peranan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1137-1193 M)dalam

menghadapi Perang Salib III. Skripsi. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel., hal 47.

29

keuntungan militer dan politik dimana memudahkan pelaksanaan invasi militer

kedepannya khususnya pembebasan kota Yerusalem26.

Begitu pula anaknya yaitu Nuruddin Mahmud yang mengantikan ayahnya,

Imaddudin Zengky menjadi Sultan Dinasti Zengi kedua pada tahun 1146 M. Dia

juga memiliki jasa besar dalam upaya pembebasan Jerusalem dengan melakukan

serangan ke Antakiyah, Turki untuk menghalau serangan atas kota Al-Ruha.

Beliau juga berhasil mengalahkan tentara Salib pada pertempuran Damaskus

melawan Pasukan Salib yang dipimpin oleh Louis VII dan Conrad III pada tahun

1147 M27. Kemenangan ini menjadikan pengaruh Nurrudin meningkat di kalangan

kaum muslimin dan mulai melakukan penataan kekuatan barisan kaum Muslimin

dengan menaklukkan Mesir.

Mesir telah dikuasai oleh dinasti Fatimiyah sejak abad ke 9 M. Dinasti

Fatimiyah menganut paham Syi’ah Ismailiyah dimana mereka mengakui Isma’il

bin Ja’far sebagai Imam ke tujuh dan berhak untuk memegang gelar

keimamahan28. Hal ini menyebabkan terjadinya pertentangan yang sengit dengan

Dinasti Abbasiyah yang memakai pemahaman Sunni sehingga mereka

memutuskan untuk memisahkan diri darinya. Konon, Penaklukan Yerusalem oleh

tentara Salib dari Eropa juga dibantu oleh sikap apatis dan konflik internal yang

terjadi di dalam tubuh Fatimiyah29. Tindakan ini merupakan salah satu bentuk

26Nicholas D. Belotto, 2014, Power and Legitimacy in The Medieval Muslim World : The Career

of Imad Al-Din Zengi (1085-1146). Tesis, Florida : Florida Atlantic University.,hal 77 27Foni Ismiatuddiyah, hal 68 28Asmidar, 2014, Peranan Dinasti Fatimiyah Terhadap Perkembangan Peradaban Islam di Mesir,

Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makasar., Hal 26. 29Shobari Imam, Arief, 2008, Perang Salib Pertama 488-539 H/ 1095-1144 M : Deskripsi Ekspansi

Tentara Salib dan Respon Umat Islam, Skripsi. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

hal 4

30

upaya Fatimiyah untuk kepada melemahkan kekuasaan Abbasiyah atas dunia

Islam dan kaum muslimin. Mesir juga diberkahi dengan kesuburan tanahnya

terutama yang berada di sekitar Sungai Nil dengan menghasilkan berbagai jenis

komoditas seperti beras, gandum, jeruk, sayuran, kurma, tebu, dan berbagai

komoditas lainnya sehingga membuat Mesir menjadi daerah yang kaya dan

strategis secara ekonomi30.

Hal inilah yang mendorong Sultan Nuruddin Mahmud mengirim pasukan

militernya ke Mesir dengan dipimpin oleh seorang Jenderal dari suku Kurdi yang

bernama Assadudin Syirkuh. Ekspedisi ini juga didasari atas permintaan Syawar

kepada Nuruddin untuk membantunya merebut kembali posisinya sebagai vizier

Dinasti Fatimiyyah pada tahun 1164 M31. Tak hanya itu, Raja Almaric I juga

mengirim ekspedisi serupa ke Mesir pada tahun yang sama untuk membantu

Dirgham mempertahankan jabatannya dari ancaman pasukan Syirkuh. Dia juga

memiliki pandangan bahwa penguasaan atas Mesir akan memberikan kontrol

yang luas terhadap perdagangan di kawasan Mediterania32. Kedua pasukan

bertemu dalam sebuah pertempuran yang terjadi di Kota Bilbais pada tahun 1164

M. Dalam pertempuran ini, pasukan Nurrudin berhasil mengalahkan tentara

Almaric dan menguasai wilayah tersebut sebagai basis operasi militer33.

30Kementrian Luar Negeri RI, 2014, Potensi Pasar Bisnis Di Mesir (ed 2015), Qairo:KBRI,

hal 29. 31Ebru Altan, 2014, Nur Al-Din Mahmud B. Zangi (1146-1174): One of The Prominent Leaders of

The Struggle Against The Crusaders, İstanbul: İstanbul University., hal 66 32Alan V. Muray, 2015, The Grand Design of Gilbert of Assailly : The Order of the Hospital in

The Projected Conquest of Egypt by King Almaric of Jerusalem (1168-1169), United Kingdom :

University of Leeds.,hal 9 33Stanley Lane-Pool, 2007, Saladin and The Fall of The Kingdom of Jerusalem, buku. Selangor :

The Other Press and Islamic Book Trust., hal 74

31

Kemenangan ini nantinya akan mengantarkan pada penguasaan Mesir oleh

Salahuddin Al-Ayyubi. Selama masa pemerintahannya, Salahuddin banyak

melakukan reformasi di kalangan masyarakat Mesir. Dia menghapus pajak cukai

terhadap semua komoditas perdagangan baik ekspor maupun impor dan

menggantinya dengan Zakat, mengamankan jalur kafilah dagang antara Suriah

dan Mesir, membangun jembatan dan waduk serta membersihkan endapan

sampah dari sungai Nil untuk memperlancar jaringan irigasi. Selain itu, Sultan

juga membangun banyak madrasah dan masjid khususnya sekolah-sekolah Sunni

bermahzab Syafi’i di Kairo dan Al-Qarafah tahun 1171 M dan sekolah Sunni

bermahzab Maliki di kota Alexandria seperti madrasah Nasriyah, Qamhiyah,

Suyufiyah, dan Salahiyah34. Bahkan, Salahuddin telah membangun 430 Masjid di

Damaskus dan daerah sekitarnya sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama35.

Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Salahudin ini terbukti berhasil dalam

menyatukan kaum muslimin di Suriah, Arab, dan Mesir dalam satu komando

kepemimpinan untuk membebaskan Yerusalem.

Rakyat Kurdi sangat menghormati jasa-jasa Salahudin Al Ayubi. Bukan

hanya sebagai pembebas Yerusalem, namun juga sebagai kebanggaan nasional.

Kemampuan Salahuddin dalam memimpin pembebasan Yerusalem telah

mengakhiri konflik berkepanjangan antara Sunni dan Syiah. Selain itu,

kemenangan ini juga menimbulkan kekaguman yang mendalam terutama atas

sikap mulianya ketika dia membiarkan orang-orang Kristen pergi dari Yerusalem

34Isa Mahmoud Alazzam, 2014, The Economic and Social Life in Egypt during the Reign of

Ayyubid Sultan Saladin (567 AH-1171 AD)-589 AH/1193 AD) :a Vision through the Journey

(Rihlat) of Ibn Jubair, Jordan : Jordan University of Science and Technology., hal 66-69. 35Stephanie Mulder, 2014, Mosques Under The Ayyubids., Cambridge : Cambridge University

Press.,hal 1

32

tanpa disakiti sedikitpun. Hal inilah yang kemudian menambah semangat jihad

kaum muslim dalam menegakkan agama Islam36. Bahkan, hal lain yang membuat

orang-orang Kurdi bangga dengan Salahuddin adalah sikap toleransi dan

kemurahan hatinya yang ditunjukkan kepada para musuh-musuhnya dimana dia

menjamin keselamatan jiwa dan harta mereka dari pengrusakan atau penjarahan37.

Pada masa daulah Abbasiyah, Kurdi memainkan peranan penting dalam

menjaga keberadaan entitas kekhalifahan Abbasiyah dari invasi kerajaan lain.

Salah satunya adalah keterlibatan Kurdi dalam perang Mandzikert pada tanggal 26

Agustus 1071 M. Perang ini terjadi antara Turki Saljuk melawan pasukan

Byzantium yang melakukan penyerangan ke wilayah Maladzkirt, Turki. Awalnya,

perang ini disebabkan oleh adanya penaklukan terhadap kota Ani di Turki timur

pada 1064 M. Kaisar Romanus Diogenes IV mengerahkan pasukan besar untuk

menghadang pergerakan Seljuk di wilayah Jazira dan Armenia sebagai jalan

masuk menuju ke Konstantinopel atau Istanbul38. Pasukan ini bergerak keluar dari

Konstantinopel 31 Maret 1071 menuju ke Isfahan, Iran untuk menaklukkan

Seljuk. Tindakan ini tentu saja sangat mengancam daulah Abbasiyah karena Turki

Seljuk yang menguasai kekhalifahan. Jika Seljuk jatuh, maka daulah Abbasiyah

juga akan ikut jatuh dan wilayah Islam akan dikuasai oleh Byzantium. Maka,

Sultan Alp Arsalan memimpin pasukan Turki Seljuk menuju ke Anatolia, Turki

untuk menghadang laju pasukan Romanus. Di tengah perjalanan, pasukan Alp

36Asti Latika Sofi, 2009, Peran Salahuddin Al-Ayubi dalam Perang Salib ke III ( 1187-1192M),

Skripsi. Depok : Universitas Indonesia., hal 42. 37Aiman Sanad Al-Garrallah. 2010, Saladin’s Chivary in Arabic 12th Century Poetry, Jordan : Al-

Hussein Bin Talal University., hal 15 38 Kamaruzaman Yusoff dkk, 2014, Preparation The Battle of Manzikert in 1071 A.D. and Its

Consequences to the Byzantine Empire, Universiti Teknologi Malaysia : UTM Press., hal 2.

33

Arsalan mendapatkan bala bantuan sebesar 10000 pasukan berkuda dari negara

Kurdi Mervani, yang terletak di Diyarbakir,Turki39. Kedua pasukan bertemu di

dataran Manzikert dan terjadi pertempuran sengit diantara kedua belah pihak.

Dalam pertempuran tersebut, Pasukan Byzantium berhasil dikalahkan dan Kaisar

Romanus ditawan oleh Sultan Alp Arsalan. Kemenangan ini telah membuka

wilayah Byzantium di Anatolia jatuh ke tangan Turki Seljuk40.

Berlanjut di masa Turki Usmani, bangsa Kurdi dikenal sebagai salah satu

pasukan penyerang yang cukup disegani dalam militer Usmani. Kemampuan

pasukan ini juga dapat disamakan dengan pasukan kavaleri Sipahi41 yang sangat

disegani oleh negara Eropa di abad ke 15 dan 16 sebagai salah satu unit penyerang

yang mematikan. Jauh sebelum itu, Pasukan Kurdi telah ikut ambil bagian sebagai

pasukan pemanah berkuda pada perang Kosovo pada tanggal 15 juni 1389 dimana

Sultan Murad I menempatkannya di garis terdepan dalam menghadapi serbuan

tentara Serbia di bawah pimpinan Lazar. Pasukan Usmani berhasil keluar sebagai

pemenangnya.

Pasukan Kurdi juga terbukti mampu menangkal invasi Safawi Persia ke

wilayah Mesopotamia. dari tahun 1596-1598, Abbas 1 menyerang wilayah

Usmani di Irak namun berhasil dipukul mundur oleh pasukan gabungan Kurdi,

39Lihat pada Harp Tarihi, Malazgirt Muharebesi (1071) : Haritada tarih dan dipublish pada 24

agustus 2017 40M. IQBAL HASBY A, 2017, Perang Salib III : Faktor Penyebab, Peran dan Perjuangan

Shalahuddin Al Ayyubi, Skripsi. Cirebon: IAIN Syech Nurjati Cirebon., hal 7. 41Pasukan ini memainkan peran penting dalam segala ekspedisi Usmani. Mereka direkrut dari

tentara Azab atau Janisari yang tidak masuk dalam pasukan infanteri. Pasukan ini menggunakan

armor yang lebih berat dan difungsikan untuk mendobrak garis pertahanan musuh. Selain itu,

Sipahi juga difungsikan sebagai pengawal sayap dalam berbagai peperangan. Biasanya mereka

juga terdiri para bangsawan atau golongan aristokrat dari negara-negara vasalnya. Lihat pada karya

Mesut Uyar dan Edward J, Erickson,2009,A Military History of The Ottoman , California: Praeger

Security International.

34

Arab, dan Turki. Bahkan, pasukan ini mampu melakukan serangan balik jauh ke

dalam wilayah Safawi 42. Hal ini juga terjadi bersamaan dengan terjadinya perang

Keresztes pada 24-26 Oktober 1596 M. Peperangan ini terjadi antara pasukan

Sultan Muhammad III melawan pasukan koalisi Eropa di bawah komando

Archiduke Maximiliam III dari Austria di daerah Keresztes yang masuk ke dalam

wilayah Hungaria sekarang. Dalam peperangan ini, pasukan Eropa berkekuatan

300.000 tentara lengkap dengan 300 meriam buatan Jerman. Sedangkan, di pihak

Usmani hanya memiliki 100.000 pasukan. Peperangan ini berlangsung amat

sengit dan diwarnai dengan serangan gencar dari kedua belah pihak. Akhirnya,

pasukan Turki Usmani berhasil memenangkan peperangan ini.

Lebih dari itu, peranan Kurdi juga terlihat pada pertempuran Caldiran

antara Turki Usmani melawan Kerajaan Safawi pada tahun 1514 M. Wilayah

Caldiran sekarang terletak di barat laut Iran. Dalam perang ini, Turki Usmani

berhasil mengalahkan tentara Safawi yang dipimpin oleh Shah Ismail 1 sehingga

memaksanya untuk menandatangani perjanjian Qasr-e Shirin yang berisi tentang

pemecahan wilayah Kurdistan dan gencatan senjata antara Turki Usmani dan

Safawi43. Turki Usmani memberikan hibah wilayah kepada Kurdi di daerah

Diyarbakir yang berlokasi di sebelah tenggara Turki, sebagai imbalan atas

bantuan mereka dalam peperangan tersebut 44. Selain itu, orang-orang Kurdi juga

diberikan kekuasaan otonom oleh Sultan Selim 1 dengan 16 daerah kepangeranan

42Alauddin, 2012, Pendidikan Islam Masa Tiga Kerajaan Islam : Syafawi, Turki Usmani Dan

Mughal, Skripsi. Ulul Albab., hal 97 43Ibid, 14 44Ela Hikmah Hayati, 2017, Kebijakan Politik Mustafa Kemal Ataturk terhadap Suku Kurdi di

Turki 1923-1938 M, Jakarta:UIN Syahid Jakarta., hal 235

35

sebagai struktur politik Usmani dalam menghadapi ancaman militer Safawi

kedepannya45. Maka, adanya pemberian wilayah dan kekuasaan otonom ini

memberikan hubungan yang baik antara Kekhalifahan Turki Usmani dengan etnis

Kurdi yang bertahan hingga tahun 1800-an.

Setelah tahun 1800, hubungan Turki Usmani dengan etnis Kurdi

memburuk. Hal ini dipicu oleh adanya gerakan reformasi yang dilakukan oleh

Sultan Selim III (1789-1808 M) dengan melakukan pemusatan kekuasaan ke

pemerintah pusat dan pembentukan unit tentara baru yang bernama Nizam-i Cedid

Ordusu atau pasukan order baru. Kekuasaan otonom yang dimiliki oleh Etnis

Kurdi sejak masa Sultan Selim I mulai terancam dengan intervensi Usmani

terhadap penunjukan Khalid Pasha sebagai Gubernur Suleymaniyah di Irak utara

pada tahun 1805. Hal ini memicu terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh

Abdurahman Pasha pada tahun 1806 karena merasa penunjukkan Khalid Pasha

melanggar kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Kesepakatan tersebut

menyatakan bahwa jika seorang kepala suku Kurdi meninggal, maka kekuasaan

diteruskan kepada anaknya yang berasal dari keluarga yang sama46.

Kemudian, di masa Sultan Mahmud II (1808-1839 M), Kekhalifahan

Turki Usmani menolak untuk berhubungan dengan para penguasa lokal Kurdi

sebagai upaya pembatasan pengaruhnya. Selain itu, penerapan prinsip

desentralisasi dan kemerosotan ekonomi yang parah sebagai akibat dari

ketidakmampuan Usmani dalam mengelola wilayahnya yang luas juga menjadi

45Vicken Cheterian, 2017, Kurdish Military Formations in Middle Eastern Battlefields, Report.

Geneva Academy : Academy of International Humanitarian Law and Human Rights., hal 2 46Rahman DAG, 2014, Ottoman Reforms and Kurdish Reactions in the 19th Century, Turkey :

Science-Literature Faculty Nubihar Academy., hal 52-53.

36

salah satu bentuk kekecewaaan rakyat Kurdi terhadap Khilafah. Apalagi,

kekalahan Turki di banyak medan peperangan juga semakin membebani keuangan

negara sehingga menimbulkan krisis47. Ditambah lagi, kondisi ini diperparah

dengan pengiriman pasukan Usmani ke wilayah Kurdistan untuk menghapus

kekuasaan semi-otonom yang dimiliki Etnis Kurdi dan mengembalikannya kepada

pemeritah pusat48. Hal inilah yang kemudian menimbulkan pemberontakan Kurdi

yang dipimpin oleh Mir Muhammad pada tahun 1833 M.

Pemberontakan ini dilakukan oleh suku Kurdi di Rawanduz dimana

ditandai dengan penyerangan pada suku-suku di sekitarnya seperti Shirwan,

Baradust, Surchi, Khushnaw and Mamash. Dia juga menyerang emirat Bahdinan

yang dipimpin oleh Mir Said di Mosul, Irak dan menyebabkan jatuhnya kota Aqra

pada tahun 1833 M. Pasukan Usmani kemudian dikerahkan dibawa pimpinan

Rashid Muhammad Pasha untuk menumpas gerakan Mir Muhammad pada tahun

1834 M49. Sayangnya, pasukan Rashid Pasha berhasil dikalahkan dan memaksa

mereka untuk mundur. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Mir Muhammad

dengan melakukan penaklukan Barat daya Iran hingga Azerbaijan Selatan pada

tahun 1835 M. Turki Usmani mengirimkan ekspedisi militer kedua untuk

menguasai Rawanduz pada tahun 1836 M. Kedatangan pasukan baru ini membuat

Mir Muhammad dan pasukannya terpaksa mundur ke Rawanduz dengan

menempatkan 40.000 pasukan. Mir Muhammad juga mengirim utusan kepada

Shah Iran untuk meminta bantuan militer namun ditolak. Pasukan Usmani

47M. Bisri Djalil, 2017, Kemunduran Dan Perkembangan Politik Turki Uthmani, Jurnal Lentera :

STAIN Kediri dan DPK STAIM Kertosono Nganjuk., hal 189 48 Maya Arakon, 2014, Kurds At The Transition from The Ottoman Empire to The Turkish

Republic, Istanbul : Süleyman Şah University., Hal 140 49David Mc Dowald, A Modern History of The Kurds, hal 42-43

37

mengepung Rawanduz dan berhasil membuat Mir Muhammad menyerah. Dia

kemudian diasingkan ke Istanbul selama 6 bulan. Setelah itu, Sultan mengijinkan

dia untuk kembali ke Kurdistan. Namun, Mir Muhammad terbunuh oleh orang

suruhan Sultan di Trebizond pada tahun 1837 M ketika sedang dalam perjalanan

kembali ke negeri asalnya50.

Namun, kondisi di Kurdistan belum sepenuhnya stabil. Ada seorang tokoh

Kurdi lainnya yang melakukan pemberontakan kepada Turki Usmani yaitu

penguasa wilayah Buhtan yang bernama Badr Khan. Pemberontakan ini awalnya

didasari oleh adanya penentangan terhadap kebijakan sentralisasi Usmani dan

pembentukan kembali wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaannya

seperti daerah Cizre, Turki Tenggara dimasukkan ke dalam kegurbenuran

Mosul51. Ditambah lagi, persaingan antara orang-orang Asyiria dan Kurdi yaitu

Nurullah dan Sulaiman Beg untuk memperebutkan jabatan sebagai pemimpin

keemiran Hakkari, Turki Tenggara telah membuat konflik ini semakin memanas.

Lebih dari itu, pengkhianatan yang dilakukan oleh pasukan Assyiria ketika

mereka tiba-tiba mundur dari wilayah Dawoodiyah sehingga membuat pasukan

Usmani yang dipimpin oleh Beikrakdar dapat merebut kota Amadiya dari tangan

Kurdi pada tahun 1842 telah mendorong orang-orang Kurdi untuk melakukan

pembalasan kepada etnis Asyiria52. Pada tahun 1843, Badr Khan beserta 70.000

pasukan melakukan invasi ke wilayah Nestorian dan membunuh puluhan ribu

orang-orang kristen Asyiria disana. Kemudian, pada tahun 1845, Badr Khan dan

50 Gerard Chaliand, 1993, A People Without the Country: The Kurds and Kurdistan, buku.

London: Zed Books Ltd., hal 18-20. 51 Rahman DAG, Ottoman Reforms and Kurdish Reactions in the19th Century, hal 62 52 Hirmis Aboona, 2008, Assyrians, Kurds, and The Ottomans : Intercommunal relations on the

periphery of the Ottoman empire, buku. New York : Cambria Press., hal 185

38

pasukannya kembali melakukan serangan ke wilayah yang sama. Hal ini

kemudian menimbulkan protes dari Inggris dan Perancis terhadap invasi

tersebut53.Turki Usmani mengirimkan ekspedisi pasukan untuk Badr Khan pada

tahun 1847. Ekspedisi ini berhasil mengalahkan pasukan Badr Khan sehingga

memaksanya untuk mundur dan melakukan taktik gerilya. Namun, hal ini tidak

bertahan lama setelah Badr Khan dan Nurullah terkepung di wilayah Urukh, Irak

selama 8 bulan. Mereka beserta keluarganya tertangkap dan dibuang dibuang ke

Pulau Crete, Yunani pada tahun 185054.

Pada tahun 1880, muncullah pemberontakan Kurdi yang dipimpin oleh

Syaikh Ubaidullah di kota Shamdinan, Provinsi Hakari, Turki Tenggara terhadap

Kekhilafahan Turki Usmani55. Pemberontakan ini didukung oleh 220 pemimpin

suku dan ulama Kurdi serta perwakilan dari beberapa wilayah seperti

Sulaymaniyah, Amedy, Horaman, Botan, Sason, Sirt, Diyarbakir, Moush, Van

dan daerah-daerah disekitarnya melalui Kurdistan National Congress di

Shamdinan pada tahun yang sama. Syaikh Ubaidullah mengirimkan surat utusan

ke pemimpin Persia untuk kota Urmia, barat daya Iran untuk menegaskan

pemberontakaanya sebagai perlawanan terhadap penindasan kepada etnis Kurdi

oleh otoritas Persia. Selain itu, Syaikh Ubaidullah juga meminta dukungan

internasional melalui British General Consule di Tabriz dengan menjamin

keselamatan dan hak orang-orang Kristen di Kurdistan. Pasukan Ubaidillah

berhasil menguasai daerah Urmia dengan kekuatan 50.000 tentara. Namun,

53David Mc Dowall, 45-47 54 John Joseph, 2000, The Modern Assyirians of the Middle East : Encounters with Western

Christian Missions, archeologists, and colonial powers. Buku, Leiden : Koninklijke Brill NV., hal

85 55Ahmad Sahide, Suku Kurdi dan Potensi Konflik di Timur Tengah, 141

39

pemberontakan ini segera dipadamkan oleh pasukan gabungan Iran, Turki

Usmani, dan Rusia sehingga memaksanya menyerah pada tahun 1883. Setelah

tertangkap, dia diasingkan ke Hijaz dan meninggal di kota Madinah56.

Pada masa Sultan Abdul Hamid II (1876-1909), hubungan antara Etnis

Kurdi dan Turki Usmani mulai membaik. Hal ini ditunjukkan dengan kebijakan

yang dikeluarkan Sultan untuk membuat pemukiman permanen bagi masyarakat

nomaden Kurdi di wilayah Anatolia Timur, serta pembentukan pasukan baru

Kurdi yang bernama Kavaleri Hamidiyah pada tahun 189257. Kavaleri Hamidiyah

merupakan pasukan kavaleri khusus dalam struktur kemiliteran Turki Usmani

yang bertugas mencegah pemberontakan Kurdi serta mempertahankan wilayah

Mesopotamia (Irak dan sekitarnya) dari ancaman Rusia dan Armenia58. Prestasi

lainnya adalah Sultan mampu melunasi sebagian besar hutang Turki Usmani yang

mencapai 252 juta lira emas59 dengan melakukan audit dan pembatasan keuangan

negara.

Pada tahun 1916, dibuatlah perjanjian rahasia Sykest-Pycot yang

dilakukan oleh Inggris dan Perancis dimana mereka membagi wilayah-wilayah

Arab di sekitarnya serta menjadikan Jerusalem di Palestina sebagai wilayah

56 Jawad Mella, 2005, Kurdistan and The Kurds : A Divided Homeland and a Nation without State,

Buku. London : Western Kurdistan Associations., hal 77-78 57 Sekine Özten, 2009, Early Awakening of The Kurdish National Sentiments in The Ottoman

Empire (1880- 1914), Thesis. Ankara: Middle East Technical University., hal 63 dan 65 58 M. Arfan Mu’ammar, 2016, Kritik Terhadap Sekularisasi Turki : Telaah Historis Transformasi

Turki Usmani, Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya, Epistemé, Vol. 11, No. 1, hal

127 59Rizka Kusuma Rahmawati, 2017, Studi Historis Kebijakan Luar Negeri Sultan Abdul Hamid II

di Daulah ‘Utsmaniyah (1876-1909 M), Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Vol. I No. 1

hal 198

40

Internasional60. Dalam perjanjian ini, wilayah Kurdistan dibagi dan dikuasai oleh

Inggris dan Prancis tanpa memberikan janji kemerdekaan bagi terbentuknya

negara Kurdi61. Setelah kekalahan Turki Usmani dalam Perang dunia 1, dibuatlah

perjanjian Sevres pada tanggal 10 Agustus 1920. Isinya adalah wilayah Kurdistan

diberikan hak kemerdekaan. Hal ini yang kemudian mendorong terjadinya

pemberontakan Kurdi yang dipimpin oleh Mahmud Barzanji di Irak utara dimana

mereka menuntut kepada Inggris agar pelaksanannya diberikan sepenuhnya

kepada masyarakat Kurdi.

Akan tetapi, hasil dari perjanjian Sevres dibatalkan setelah adanya

penandatanganan perjanjian Laussane pada tahun 1923. Perjanjian ini berisi

bahwa wilayah Kurdistan dibagi dan dimasukkan ke dalam wilayah beberapa

negara Timur Tengah seperti Irak, Iran, Turki, dan Suriah. Hal ini menghancurkan

persatuan Kurdi dan membuat mereka sering dijadikan sebagai sasaran

penindasan. Salah satunya adalah perlakuan rezim Mustafa Kemal Pasha terhadap

etnis Kurdi yang tinggal di Turki dimana pemerintah menerapkan kebijakan

sekuler seperti melarang pemakaian bahasa Kurdi dan diganti dengan bahasa

Turki, penggantian model pakaian adat Kurdi ke pakaian ala Eropa, memaksa

rakyat Kurdi untuk belajar di sekolah-sekolah umum, serta memaksa para

perempuan Kurdi untuk menjadi istri dari para pejabat Turki62.

Dari sini, rakyat Kurdi menyadari bahwa perjuangan kemerdekaannya

tidak bisa dilakukan jika mengandalkan pada perjanjian diplomatik dengan

60Sikap Politik Pers Dalam Konflik Israel-Palestina Pasca Serangan di Jalur Gaza, 2008, hal 2

dan diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id/3244/2/1KOM02815.pdf 61 David Pollock, 2016, The Line That Bind : 100 years of Sykot-Pycot, Wshington DC : The

Washington Institute for Near East Policy., hal 32 62Rizka Kusuma Rahmawati, hal, 233

41

negara-negara timur tengah. Mereka melihat cara yang lebih utama adalah dengan

melalui gerakan bersenjata. Maka, pada abad ke-20, perjuangan Kurdi banyak

diwarnai dengan perlawanan fisik terutama yang terjadi di Irak utara. Berbagai

peristiwa penting telah terjadi seperti pemberontakan Kurdi Irak di tahun

1961,1974,1983, Tragedi Halabja tentang genosida Kurdi di Irak Utara tahun

1988, hingga pembentukan daerah otonom Kurdi pada 1991. Semua itu

merupakan bentuk upaya rakyat Kurdi untuk dapat memerintah di tanah mereka

sendiri. Perjuangan tersebut masih tetap berlanjut hingga sekarang.

2.2 Bentuk-bentuk gerakan perjuangan Kurdi

Niat tanpa usaha tentunya tidak akan menghasilkan apa-apa melainkan

hanya imajinasi semata. Perjuangan dan pengorbanan amatlah penting demi

tercapainya sebuah tujuan. Begitu pula, dengan apa yang dialami oleh rakyat

Kurdi, khususnya yang tinggal di Irak. Keinginan untuk mendirikan negara

Kurdistan tidak akan pernah terwujud tanpa adanya pengorbanan dan upaya dari

rakyat Kurdi itu sendiri. Maka dari itu, etnis Kurdi amat menyadari pentingnya

sebuah organisasi atau badan yang dapat menjembatani kepentingan mereka.

Di dalam sub bab II ini, penulis akan memaparkan tentang bentuk-bentuk

perjuangan rakyat Kurdi dalam upayanya untuk mendirikan negara Kurdistan

yaitu melalui PKK (Partai Pekerja Kurdistan) dan KRG (Kurdistan Regional

Government). Kedua bentuk perjuangan ini amat memiliki keterkaitan dengan

perjuangan masyarakat Kurdi Irak dimana kedua-duanya mencerminkan tentang

aspirasi mereka untuk memiliki negara sendiri. Pembahasan dari keduanya

42

dititikberatkan pada sejarah serta pengaruhnya terhadap perjuangan yang sudah

dilakukan

2.2.1 PKK

PKK (Partiya Karkêren Kurdistan atau the Kurdistan Workers’ Party)

merupakan kelompok bersenjata Kurdi yang dibentuk pada tahun 1974 oleh

Abdullah Ocalan di Turki. Kelompok ini beroperasi di hampir seluruh wilayah

Kurdistan. Mereka memiliki tujuan untuk melakukan penyatuan terhadap semua

etnis Kurdi yang tinggal di negara-negara Timur Tengah serta pendirian negara

Kurdistan yang berdaulat63. Alasannya adalah karena negara-negara tersebut telah

melakukan serangkaian penindasan terhadap rakyat Kurdi. Maka dari itu, PKK

menggunakan taktik gerilya untuk menjalankan aktivitasnya64.

Latar belakang gerakan PKK juga dilihat pada kondisi etnis Kurdi sendiri.

Pada masa Saddam Hussein, etnis Kurdi mengalami genosida melalui operasi

Halabja 1988 dengan menggunakan gas kimia sehingga membunuh ribuan orang

Kurdi disana. Bahkan, serangan itu juga menyebabkan 20 kota Kurdi Irak

mengalami kerusakan parah.65 Tak hanya itu, Etnis Kurdi di Turki juga

mengalami penindasan akibat kebijakan Mustafa Kemal Pasha yang melakukan

“Turkifikasi” pada tahun 1925. Kebijakan ini berisi pelarangan terhadap

pemakaian bahasa Kurdi di tempat-tempat umum. Sekolah-sekolah tradisional

63Joost Jongerden & Ahmet Hamdi Akkaya, 2016, Kurds and the PKK, Netherlands : John Wiley

& Sons, Ltd., hal 3. 64 Marlies Casier, 2016, Designated terrorists : The Kurdistan Workers’ Party and its Struggle to

(Re)Gain Political Legitimacy, Flanders : Ghent University., hal 3 65 European Union, 2013, The Kurdish Genocide : Achieving Justice through EU Recognition,

Report., hal 3

43

Kurdi ditutup dan semua publikasi harus menggunakan bahasa Turki66. Maka dari

itu, PKK menilai bahwa upaya-upaya diplomatis tidak lagi efektif dan kekuatan

bersenjata digunakan untuk melawan penindasan diatas.

Pergerakan masif PKK dimulai pada tahun 1978 dengan melancarkan

serangkaian pemboman di wilayah Turki Tenggara. Pada tahun 1980, PKK keluar

dari Turki dan mengungsi ke Syria setelah terjadinya kudeta militer yang

mengambil alih pemerintahan negara sebagai akibat dari ketidakstabilan politik

pasca kudeta militer 197067. Selain itu, pihak militer juga menganggap bahwa

meningkatnya gerakan Islamis akan mengancam keberadaan Sekulerisme Kemal

dan menghancurkan persatuan bangsa68. Selama tahun 1979-1984, PKK

melakukan serangkaian konsolidasi dan pembangunan basis ideologis bagi para

anggotanya agar dapat mendukung perjuangan mereka selanjutnya.

Dalam perkembangannya, PKK mengalami penambahan personil yang

sangat signifikan yaitu sebesar 10.000 unit pasukan gerilya ditambah dengan

50.000 anggota milisi rakyat. Pada tahun 1984, PKK melakukan serangan ke

perbatasan Irak-Turki namun segera didesak mundur oleh pasukan Irak. Hal itu

segera diikuti dengan penyerangan pasukan Turki ke wilayah pertahanan PKK di

Provinsi Hakkari dan berhasil mengusir PKK keluar dari Turki pada tahun 199369.

Kemudian, PKK memindahkan basis operasinya di wilayah pegunungan Qandil,

66Ceng Sagnic, 2010, Mountain Turks : State ideology and the Kurds in Turkey, Israel : Ben-

Gurion University., hal 130 67 Francis O’Connor, 2017, The Kurdish Movement in Turkey : Between Political Differentiation

and Violent Confrontation, Frankfurt : Peace Research Institute., hal 6 68Akhmad Rizqon Khamami, 2016, ERDOĞAN VERSUS GÜLEN: Perebutan Pengaruh antara

Islam Politik Post-Islamis dengan Islam Kultural Apolitis, Al-Tahrir: IAIN Tulungagung Vol. 16,

No. 2., hal 252 69 Aliza Marcus, 2007, Blood and Belief: The PKK and the Kurdish Fight for Independence, buku.

New York and London : New York University Press., hal 1

44

Irak utara. Hal ini dipandang strategis karena rakyat Kurdi di Irak merupakan

yang paling aktif dalam menyuarakan kemerdekaan Kurdistan sehingga memiliki

kesamaan tujuan. Selain itu, kondisi pemerintahan Irak yang tidak stabil pasca

embargo ekonomi yang diberlakukan oleh AS telah memberikan peluang besar

bagi PKK untuk mengembangkan organisasinya menjadi lebih besar70.

PKK melakukan aksi-aksi pemboman di berbagai wilayah di Turki

tenggara yang menyebabkan lebih dari 40.000 orang tewas. Aksi-aksi yang

mereka lakukan ini membuat Turki dan negara-negara barat seperti Australia,

Inggris, Kanada, Jerman, Belanda, dan AS mengklasifikasikan PKK sebagai

organisasi teroris71. Turki telah melakukan berbagai upaya untuk melemahkan

pergerakan PKK seperti menggelar operasi militer besar-besaran di wilayah

Diyarbakir, Mardin, Şırnak, dan Hakkari untuk menghancurkan basis-basis

pertahanan PKK selama tahun 2015-201672, pengiriman 10.000 tentara Turki

beserta dengan serangan udara untuk melakukan pengeboman ke wilayah-wilayah

yang dikuasai PKK di kawasan pegunungan Irak utara pada tahun 200773, serta

menjalin rekonsiliasi dengan etnis Kurdi dimana larangan memakai bahasa Kurdi

di tempat publik dicabut dan pembangunan ekonomi secara masif untuk

mendapatkan simpati masyarakat di tahun 200974. Namun, upaya ini tidak

70Henri J. Barkey, 2010, Turkey’s New Engagement in Iraq : Embracing Iraqi Kurdistan, Report.

Washington DC : United States Institute of Peace., hal 2 71Stefano M. Torelli and Paolo Magri, 2016, Kurdistan : An Invisible Nation, ISPI: Milano., hal 32 72 ISDP, 2016, Turkey's Kurdish Confict: 2015-Present, Stockholm : Institute for Security and

Development policy., hal 2 73 Inga Rogg dan Hans Rimscha, 2007, The Kurds as parties to and victims of conflicts in Iraq,

buku., Red Cross., hal 825 74Halil M. Karaveli, 2010, Reconciling Statism with Freedom :Turkey’s Kurdish Opening,

Washington : Central Asia-Caucasus Institute & Silk Road Studies Program., Hal 9

45

membatasi pergerakan PKK bahkan mampu menyebar hingga ke Suriah, Irak, dan

Iran.

Di Suriah, PKK menjalin kontak dengan para pejuang Palestina yang

mengungsi akibat dari pendudukan Israel. Disini, para pejuang PKK melakukan

pelatihan bersama dengan mereka untuk meningkatkan kemampuan militernya.

Selain itu, mereka juga mendapatkan bantuan dana dari orang-orang Kurdi yang

mengungsi di Eropa. Selain itu, Suriah juga memanfaatkan PKK sebagai alat

untuk meraih simpati masyarakat Kurdi Suriah namun tidak berhasil karena

kurangnya dukungan dari masyarakat itu sendiri75. PKK telah membentuk sebuah

partai politik Kurdi Suriah yang bernama Democratic Union Party (PYD) pada

tahun 2003. Bukan hanya itu, PKK juga membangun paramiliter baru yaitu The

People Proctection Unit (YPG) setelah terjadi kerusuhan anti-pemerintah di

Qamisli, Suriah utara pada tahun 2004. Kelompok ini bergerak secara rahasia dan

mulai menunjukkan eksisitensinya ketika konflik Suriah mulai berjalan pada

tahun 201276. Pada tahun 2012, demonstrasi masyarakat di Suriah berubah

menjadi perang sipil sehingga PYD berhasil menguasai sebagian besar wilayah

Kurdi di Suriah utara.

75Ross Dayton, 2013, Identity and Conflict: PKK vs. Turkey (1984-Present), Jack D. Gordon

Institute for Public Policy : Florida International University., hal 4-5 76 Kyle Orton, 2017, The Forgotten Foreign Fighters : The PKK in Syria, London : The Henry

Jackson Society., hal 25

46

Di Irak, PKK mendirikan sebuah partai politik yang bernama Kurdistan

Democratic Solution Party (PCDK) pada tahun 2002. PCDK sendiri adalah partai

politik yang memiliki kandidat tertinggi dari kalangan wanita yaitu sebanyak 366

orang menurut Iraqi High Electoral Commissions (IHEC)77. Selama terjadinya

perang sipil antara KDP dan PUK (1994-1998), PKK bersikap netral dan

melakukan serangkaian kegiatan pemboman di wilayah Irak utara. Hal ini

menyebabkan konflik yang ada menjadi semakin kompleks. Selain itu, aktivitas

PKK juga membuat AS tidak bisa mendapatkan pengaruh yang kuat di kawasan

tersebut. Setelah KDP dan PUK sepakat berdamai melalui Washington Agreement

1998, PKK menjadi sasaran target operasi militer gabungan antara tentara Turki

dan pejuang KDP78. Hal sebagai salah satu janji Kurdi Irak untuk menentang

segala aktivitas PKK di wilayah Kurdistan Irak serta mencegah konflik bersenjata

yang lebih parah di kalangan orang-orang Kurdi79.

Ketika terjadi Perang Teluk pada tahun 1980-1988, PKK memanfaatkan

kondisi tersebut dengan menjadikan wilayah Irak utara sebagai daerah pelarian.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama yang baik antara PKK dengan KDP

(Kurdistan Democratic Party) yang saat itu juga sedang berperang melawan

pemerintahan Saddam Hussein80. Kerjasama ini dilakukan dengan harapan dapat

membantu KDP dalam menghadapi tentara Irak yang melakukan serangan ke

77 Nawzad Mahmoud dalam Despite Uneven Playing Field, Women Hope for Greater Wins in

Kurdistan Polls dan diakses dari https://www.rudaw.net/english/kurdistan/04092013 tanggal 04-

09-2013 78 Piotr Sosnowski, 2016, Characteristics of selected security threats in the Kurdistan Region in

Iraq, Warsaw : National Defence University., hal 62 79 Anush Arakelyan, 2013, Emerging Paradigms of Kurdish Nationhood in the Middle East, Tesis.

Yerevan : American University of Armenia., hal 44 80 Funda Keskin , 2008, Turkey’s Trans-Border Operations in Northern Iraq: Before and after the

Invasion of Iraq, Ankara: University of Ankara., hal 61

47

wilayahnya. Selain itu, juga karena didorong oleh kesamaan etnis dan tujuan yaitu

sama-sama orang Kurdi sehingga dapat menjalin persatuan diantara mereka.

Namun, kehadiran PKK di Irak utara justru menimbulkan masalah bagi kekuasaan

politik KDP dan PUK ( Patriotic Union of Kurdistan). Pasalnya, PKK berhasil

mendapatkan dukungan yang besar dari masyarakat Kurdi di Irak. Ditambah lagi,

konflik internal antara KDP dan PUK sebagai akibat dari ketidakmampuan

mereka dalam membangun pemerintahan yang solid telah menimbulkan

kekecewaan di kalangan masyarakat Kurdi Irak81. Masyarakat melihat bahwa

perjuangan PKK benar-benar murni untuk kepentingan Kurdi sehingga mereka

memilih untuk mendukungnya.

Maka, untuk mengurangi kekuasaan politik PKK di Irak utara, kedua

partai tersebut melakukan kerjasama dengan Turki dimana mereka mengizinkan

Turki untuk memasuki wilayah Irak seluas lima kilometer persegi untuk

memberangus keberadaan PKK yang bersembunyi disana. Tindakan ini sangat

membantu Turki dalam melakukan penyerangan ke basis militan PKK setelah

sebelumnya sebanyak 500 anggota PKK menyerang wilayah Turki di daerah

Şemdinli-Derecik, Provinsi Hakkari pada tahun 199282. PKK melakukan serangan

balasan ke Turki pada 1998, namun berhasil dipatahkan oleh militer Turki.

Di Iran, PKK membentuk suatu organisasi politik yang bernama Kurdistan

Free Life Party (PJAK) pada tahun 2004. Organisasi ini merupakan kelompok

sayap kiri yang menggunakan kekuatan bersenjata melawan pemerintah Iran.

mereka beroperasi di barat daya Iran yaitu Provinsi Azerbaijan barat, Provinsi

81 Gallia M Lindenstrauss, 2007, Turkey vs. the Kurds in Northern Iraq: Approaching Military

Intervention?, Institute for National Security Studies Volume 10, No. 2., hal 93 82 Ibid, 61

48

Kurdistan, dan Provinsi Kermanshah83. Pemerintah Iran menganggap PJAK

sebagai agen AS dan Israel untuk menciptakan instabilitas keamanan di wilayah

tersebut. Meski begitu, kemampuan PJAK dalam menjalankan aktivitas sosial dan

budaya sambil melakukan serangan-serangan gerilya ke pos-pos militer dekat

perbatasan Irak-Iran begitu mengesankan. Hal inilah yang membuat banyak

partai-partai politik Kurdi yang memisahkan PJAK dari agenda politik Kurdi84.

Berdasarkan pembahasan diatas, semua partai-partai politik Kurdi yang berafiliasi

dengan PKK yaitu PYD/YPG, PCDK, dan PJAK berada di bawah satu organisasi

utama yaitu Kurdistan Communities Union (KCK) dengan Abdulah Ocalan

sebagai pemimpin tertinggi. Adanya KCK ini merupakan bentuk dari pemusatan

terstruktur terhadap semua organisasi atau badan-badan yang terafiliasi dengan

PKK dimana bergerak di bidang sosial dan kemasyarakatan.

Pada tahun 1999, Abdullah Ocalan tertangkap oleh agen khusus Turki di

bandara Nairobi setelah kabur dari Yunani. Ocalan kemudian dibawa ke Turki dan

dijatuhi hukuman penjara seumur hidup85. Hal ini menimbulkan perubahan besar

terhadap arah dan tujuan dari pergerakan kelompok ini. Pada tahun 2002,

diadakanlah kongres ke-8 PKK dimana mereka mengubah nama organisasinya

menjadi The Kurdistan Freedom and Democracy Congress (KADEK). Perubahan

nama ini sebagai bentuk implementasi dari ideologi demokrasi federalisme yang

83 LANDINFO, 2017, Iran: Increased Kurdish military activity in Iran. Artikel., hal 3 84Hashem Ahmadzadeh and Gareth Stansfield, 2010, The Political, Cultural, and Military Re-

Awakening of the Kurdish Nationalist Movement in Iran, Ankara : Middle East Institute., hal 25 85Miron Varouhakis, 2009, Greek Intelligence and the Capture of PKK Leader Abdullah Ocalan in

1999, Studies in Intelligence Vol. 53, No. 1., hal 4

49

digagas oleh Abdullah Ocalan86. Organisasi baru ini memiliki tujuan untuk

mengedepankan cara-cara non kekerasan dalam rangka memperjuangkan hak-hak

rakyat Kurdi. Dalam hal ini, PKK tidak lagi melihat cara kekerasan sebagai jalan

efektif dalam merealisasikan tujuannya meskipun mereka tidak meninggalkan

sepenuhnya.

Perubahan lain yang terjadi di dalam struktur organisasi PKK adalah

penggunaan ideologi demokrasi federal. Demokrasi federalism adalah suatu

bentuk demokrasi yang lebih flexibel, multikultural, dan dipengaruhi oleh sejarah

dan warisan kolektif dari suatu bangsa87. Menurut Ocalan, etnis Kurdi sudah

berupaya keras untuk mendirikan negara Kurdistan bersatu. Namun, hal ini hanya

akan menguntungkan para elit politik dan merugikan rakyat Kurdi. Sistem yang

dijalankan adalah kapitalisme yang bisa membawa kediktatoran. Orang-orang

Kurdi yang terdiri dari berbagai suku dan tinggal di wilayah-wilayah tertentu,

tidak perlu untuk menyatukan diri ke dalam sebuah negara Kurdistan bersatu.

Masing-masing suku atau komunitas Kurdi berhak untuk membentuk

pemerintahan sendiri berdasarkan pada demokrasi.

Ocalan juga menyatakan bahwa selama PKK masih berupaya untuk

mendirikan negara Kurdistan Raya, maka hal itu dianggap sebagai penghalang

dalam proses pembentukan Demokrasi pada masyarakat Kurdi karena terjebak

pada pertentangan politik dan ideologi dari masing-masing kelompok

86Bayram Ali Soner dkk, 2017, PKK’S REGIONAL FRANCHISE OF TERROR, Ankara :

International Center for Terrorism and Security Studies.,hal 12 87 Abdullah Ocalan, 2011, Democratic Confederalism, London : International Initiative.,hal 23

50

masyarakat88. Artinya perjuangan PKK untuk mendirikan negara Kurdistan dapat

merusak identitas dan budaya dari masyarakat Kurdi karena akan memaksa semua

elemen masyarakat Kurdi untuk melakukan merger atau penyatuan ke dalam satu

badan institusi tanpa melalui demokrasi.

PKK sendiri juga memperbolehkan wanita untuk berperan aktif di

beberapa organisasi untuk mendukung gerakan perjuangannya. Pada tahun 1995,

dibentuklah sebuah milisi wanita yang bernama YJA-STAR (The Free Women

Units) dimana bertugas untuk membantu operasi PKK89. Pembentukan ini

dikarenakan wanita-wanita Kurdi terkenal akan keberanian dan sikap pantang

menyerah dalam pertempuran. Mereka juga memiliki kesetiaan yang tinggi

terhadap partai dan cenderung mudah untuk diindoktrinasi. Ditambah lagi, adanya

sebuah anggapan umum bahwa laki-laki dianggap sebagai seorang pengecut

apabila dia terbunuh di tangan seorang wanita. Ketika mereka berpapasan dengan

para pejuang wanita Kurdi, pihak musuh bisa saja melarikan diri untuk

menyelamatkan hidup dan kehormatannya. Hal ini akan memudahkan mereka

menguasai wilayah tanpa harus mengalami resiko tinggi. Pada tahun 1999,

dibentuklah sebuah partai wanita yang bernama PAJK ( Partiya Azadiya Jin A

Kurdistan atau Party of Free Women in Kurdistan)90.

Pada tahun 2004, terjadilah gencatan senjata yang terjadi antara Turki

dengan PKK. Gencatan senjata ini diprakarsai oleh kelompok militan garis keras

88 Akkaya dan Jongerden, 2012, Reassembling the Political: The PKK and the project of Radical

Democracy, European Journal of Turkish Studies page 5-6 89Can Acun dan Bünyamin Keskin, 2017, THE PKK’S BRANCH IN NORTHERN SYRIA PYD-

YPG, Istanbul : SETA Hal 28 90Mohammed M.A. dkk, 2013, The Kurdish Springs: Geopolitical Changes and The Kurds, Mazda

Publisher : California., hal 165

51

lainnya yang dipimpin oleh tiga tokoh penting PKK yaitu Cemil Bayık, Duran

Kalkan, dan Mustafa Karasu atau lebih dikenal sebagai People’s Defense Force

(HPG). Tindakan ini kemudian melahirkan sebuah istilah “Hawkish Wing”.

Penyebutan ini memiliki arti bahwasannya pasca kematian Abdullah Ocalan, PKK

telah dipengaruhi oleh para petinggi militer Turki yang menginginkan konflik ini

tetap berlanjut. Artinya keterlibatan Turki dalam tubuh PKK sudah dilakukan

sejak lama dan diduga ditujukan untuk melemahkan organisasi tersebut melalui

tokoh-tokoh boneka mereka. Gerakan “Hawkish Wing” berpusat di daerah

pegunungan di Irak utara yang berbatasan dengan Turki dan Iran, yang mana

wilayah tersebut menjadi basis pertahanan utama PKK91. Bisa dikatakan, bahwa

PKK sudah mulai menunjukkan kemunduran dalam melakukan gerakannya.

2.2.2 KRG

KRG atau Kurdistan Regional Government merupakan sebuah

pemerintahan federal yang berstatus otonom dan dibentuk pada tahun 1991

melalui Resolusi PBB 688. Di dalamnya terdapat beberapa partai politik yang

membentuk pemerintahan yaitu The Kurdistan Democratic Party (KDP),

Patriotic Union of Kurdistan (PUK), Kurdistan Islamic Movement (KIM), The

Chaldean Assyrian Syrian Council, Perwakilan orang-orang Turkmen, para

komunisdan sosialis. Dari kesemuanya, KDP dan PUK yang memiliki pengaruh

91Cengiz Çandar, 2012, Leaving The Mountain : How May the PKK Lay Down Arms?Freeing the

Kurdish Question from violence, TESEV PUBLICATIONS: Istanbul., hal 38

52

besar di dalam parlemen92. Pusat kekuasaan dari KRG berada di kota Irbil, Irak

utara. Daerah kekuasaannya meliputi wilayah Irbil, Suleymaniyah, dan Dohuk.

Dalam hal struktur kelembagaan, KRG memiliki dua tingkatan lainnya

yaitu Kurdistan Region Presidency dan Kurdistan National Assembly93. Kurdistan

Region Presidency merupakan bentuk dari lembaga eksekutif dimana dijabat oleh

seorang Presiden yang berkuasa selama empat tahun dan dapat menjabat sampai 2

kali. Sedangkan, Kurdistan Parliament merupakan bentuk dari lembaga legislatif

KRG dimana anggotanya terdiri dari 111 orang dari berbagai partai politik yang

dipilih setiap empat tahun sekali. Lembaga ini bertugas untuk menangani

permasalahan-permasalahan umum yang dihadapi oleh masyarakat Kurdi di Irak.

mereka memiliki tiga fungsi utama yaitu mengajukan proposal undang-undang,

memeriksa kebijakan dan administrasi pemerintahan, serta membahas isu-isu

yang berkaitan dengan permasalahan masyarakat. Dalam hal ini, KRG

menerapkan sistem liberalisme, pluralitas, dan keterbukaan dalam sistem

pemerintahannya. Hal ini ditujukan supaya seluruh masyarakat dapat memperoleh

keadilan secara merata94.

Keberadaan KRG tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan rakyat

Kurdi itu sendiri. pada awalnya, Rakyat Kurdi menginginkan kemerdekaan

dengan dibuktikan melalui berbagai macam pemberontakan yang dilakukan sejak

tahun 1880-an sampai 1991. Namun, semua gerakan pemberontakan tersebut

mengalami kegagalan bahkan wilayah Kurdistan menjadi terpecah belah sebagai

92About the Kurdistan Regional Government, 2012, hal 1 dan diakses dari

http://cabinet.gov.krd/uploads/documents/About_Kurdistan_Regional_Government__2012_04_10

_h13m19s26.pdf 93 UK Border Agency, 2009, Kurdistan Regional Government Area of Iraq, artikel. hal 25 94 Ibid, 26-27

53

akibat dari adanya perjanjian Laussanne tahun 1923. Kemudian, Mustafa Barzani

mendirikan KDP di Uni Soviet pada tahun 1946 yang secara praktis memberikan

warna baru bagi perjuangan Kurdi. Mustafa cenderung menggunakan kekuatan

politik karena dinilai lebih efektif dalam menyampaikan aspirasi Kurdi ke seluruh

dunia. Dia ingin agar masyarakat internasional memandang Kurdi bukan sebagai

pemberontak, melainkan sebagai bangsa yang memperjuangkan HAM95.

Ternyata, hal ini berjalan dengan baik ketika PBB mengeluarkan resolusi 688

yang menetapkan penghentian kontak senjata dan penerapan no fly-zone atas

wilayah Kurdistan selama Perang Teluk kedua sebagaimana disebutkan dalam

poin 2 dan 4 :

2. “Demands that Iraq, as a contribution to removing the threat to

international peace and security in the region, immediately end the

repressions, and in the same context expresses the hope that an open

dialogue will take place to ensure that human and political rights of

all Iraqi citizen.”

4. “Request the Secretary-General to pursue his humanitarian efforts

in Iraq and to report forthwith, if appropriate on the basis of a

further mission to the region, on the plight Iraqi civilian

population, and in particular the Kurdish population, suffering

from repressions in all its forms inflicted by the Iraqi

authorities.”96

95Ahmed Omar Bali, 2016, The Political Development of Iraqi Kurdistan, Irak : University of

Human Development., hal 210 96 Diakses dari http://www.casi.org.uk/info/undocs/scres/1991/688e.pdf.

54

Dengan resolusi ini, Pemerintah Irak melakukan negosiasi dengan tokoh-

tokoh elit Kurdi dan setuju untuk memberikan pemerintahan otonom atas wilayah

Irak utara. Hal inilah yang menandai terbentuknya KRG ( Kurdistan Regional

Government). Pemerintah Irak kemudian membuat Transnational Administrative

Law (TAL) pada tahun 2005 dimana mengakui KRG sebagai pemerintahan

federal Kurdi Irak. Legalitas otonomi Kurdi TAL diatur dalam pasal 54 yang

berbunyi sebagai berikut

The Kurdistan Regional Government shall continue to perform its current

functions throughout the transitional period, except with regard to those

issues which fall within the exclusive competence of the federal

government as specified within this Law. Financing for these functions

shall come from the federal government, consistent with its current

practice and in accordance with Article 25 (E) of this Law. The Kurdistan

Regional Government shall retain regional control over police forces and

internal security, and it will have the right to impose taxes and fees within

the Kurdistan region. With regard to the application of federal laws in the

Kurdistan region, the Kurdistan National Assembly shall be permitted to

amend the application of any such law within the Kurdistan region, but

only to the extent that this relates to matters that are not within the

exclusive competence of the federal government.97

Namun, perjalanan KRG tidak selalu berjalan mulus. Setelah pemilu tahun

1992 digelar, maka muncullah dua partai yang memperoleh suara terbanyak yaitu

97Yaniv Voller, 2012, From Rebellion to De Facto Statehood: International and Transnational

Sources of the Transformation of the Kurdish National Liberation Movement in Iraq into the

Kurdish Regional Government, Thesis. London : London School of Economics., hal 192

55

KDP dan PUK. Kedua-duanya memiliki perbedaan ideologi dan kepentingan

sehingga sering saling bertentangan. Pertentangan ini kemudian menjurus kepada

terjadinya perang saudara antara KDP dan PUK pada tahun 1994-1998. Perang ini

dipicu karena masalah ekonomi dimana wilayah selatan Kurdistan yang

berbatasan langsung dengan Iran sama sekali tidak memiliki kemampuan ekonomi

yang pesat layaknya wilayah utara Kurdistan yang berbatasan langsung dengan

Turki. Masing-masing pihak mendapat dukungan oleh pihak luar yaitu KDP

didukung militer Turki dan PUK didukung oleh PKK. Akhirnya, konflik meletus

diantara kedua partai tersebut dalam rangka memperebutkan wilayah dan

kekuasaan. Konflik ini baru berakhir setelah ditandatanganinya Washington

Agreement pada tahun 199898. Penandatangan perjanjian tersebut kemudian

membagi Kurdistan menjadi dua yaitu wilayah utara yang berpusat di kota Irbil

dikuasai oleh KDP sedangkan wilayah selatan yang berpusat di daerah

Sulaymaniyah dikuasai oleh PUK99. Selain itu, masing-masing partai membentuk

administrasi dan pemerintahannya sendiri. Peshmerga sebagai pasukan militer

federal KRG dikuasai oleh KDP dan PUK ketimbang berada dibawah kendali

Kementerian Peshmerga100.

Pada tahun 2003, AS melakukan invasi ke Irak dalam rangka menjatuhkan

pemerintahan Saddam Hussein yang dituduh mempunyai senjata pemusnah

massal. KRG yang masih mengalami perpecahan internal juga ikut terdampak

98 Andrew Kane, 2017, The Reality of Intra-Kurdish Rivalry Undermines the Notion of Pan-

Kurdish Nationalism, The Kuwait Program at Sciences Po., hal 4 99Wladimir Van Wilgenburg and Mario Furmerton, Kurdistan’s Political Armies: The Challenge

of Unifying The Peshmerga Forces., hal 2 100 Johannes Jude, 2017, Contesting borders :The formation of Iraqi Kurdistan’s de facto state, The

Royal Institute of International Affairs : Oxford University Press., hal 854

56

dengan meningkatnya instabilitas keamanan dan kekerasan di sebagian wilayah

Irak. Namun, KRG masih dapat mengatasinya dan menjadikan kawasan Irak utara

sebagai daerah yang stabil. Bahkan, KRG berhasil membuat kesepakatan dengan

Baghdad. Kesepakatan tersebut berisi bahwa Irak memberikan 17% dari

persediaan minyaknya kepada otoritas Kurdi untuk dikelola101.

Tak hanya itu, KRG juga membuat hubungan perdagangan dengan Turki

dalam bidang ekspor-impor minyak. Wilayah Irak utara terutama Kirkuk sangat

kaya akan persediaan gas dan minyak bumi dimana mampu menghasilkan 400

miliar barrel per tahun. Selain itu, KRG sendiri menguasai 45 miliar barrel

minyak sebagai bagian dari kesepakatan dengan Baghdad. Potensi ini menarik

para perusahaan minyak asing seperti Exxon Mobile,Total of France, the English

Gulf Keystone, Gazzprom Rusia, dan Turkish Genel Energy untuk berinvestasi di

Kurdistan Irak sehingga membuat hubungan Ankara-Erbil semakin dekat102.

Selain itu, KRG juga telah membangun jaringan pipa minyak dari wilayah Taq, di

sebelah timur Irak menuju ke Fayshhabur, yang berlokasi di dekat perbatasan

barat daya Irak-Suriah. Jaringan pipa ini mampu membawa minyak sebanyak

300,000 barrel per hari. Kemudian, pemerintah Turki memberikan bantuan

investasi untuk pembangunan jaringan pipa minyak sehingga memanjang hingga

menuju ke kota Ceyhan yang berlokasi di Turki Tenggara. Hasilnya adalah

sebanyak 120.000-400.000 barrel minyak per hari berhasil disalurkan ke Turki.

Hal ini kemudian memberikan pemasukan yang besar bagi KRG yaitu

101Henri J. Barkey, 2015, On the KRG : The Turkish-Kurdish Peace Process, and the Future of

The Kurds, Woodrow Wilson Center : Washington., hal 3 102 Marianna Charountaki, 2012, Turkish Foreign Policy and the Kurdistan Regional Government,

United Kingdom : University of Lincoln., Hal 193

57

sebesar$93-$97 juta dolar AS103. Tentu saja, pemasukan tersebut memberikan

keuntungan yang besar bagi KRG untuk membangun wilayahnya.

Pada tahun 2006, KDP dan PUK menandatangani kesepakatan penyatuan

KRG dengan Massoud Barzani terpilih sebagai presiden KRG. Kesepakatan ini

mengakhiri konflik internal antara keduanya yang berlangsung sejak tahun 1994.

Dalam kesepakatan ini, kedua partai sepakat untuk melakukan de-politisasi

terhadap Angkatan Bersenjata Peshmerga. Peshmerga tidak lagi diperbolehkan

untuk menduduki jabatan politik dan lebih difungsikan untuk urusan keamanan

negara. Selain itu, kekuatan pasukan Peshmerga yang sebelumnya menjadi milik

dari kedua partai sejak pemisahan tahun 1998, mulai digabung untuk dijadikan

sebagai tentara tunggal Kurdi. Hanya saja, upaya ini tidak berhasil karena para

personil dari Pehmerga yang berasal dari KDP dan PUK menolak untuk dijadikan

satu dan cenderung mempertahankan identitas lama mereka. Maka, penyatuan ini

menandakan era baru bagi pemerintahan otonom Kurdi dimana terjadi penyatuan

politik dan ekonomi yang memberikan kestabilan kekuasaan dimanamasing-

masing pihak memperoleh pembagian kekuasaan sebesar 50-50 persen dalam

pemerintahan KRG.

Tahun 2007, hubungan KRG dengan negara Timur Tengah khususnya

Turki kian membaik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya ekspor barang

Turki ke Irak utara sebesar $1.4 Miliar Dolar AS. Kemudian, nilai ekspor ini

meningkat menjadi $ 5.1 Miliar Dollar AS pada tahun 2011104. Tahun 2013, nilai

103Süleyman Elik, 2014, Turkey-KRG Energy Relations: The Dispute Over Kurdistan’s Oil Sale

To Turkey, BILGESAM: Istanbul., hal 2-3 104Soner Cagaptai dkk, 2015, Turkey and the KRG: An Undeclared Economic Commonwealth,

PolicyWatch., hal 1

58

ekspor ini telah mencapai lebih dari $10 Miliar Dolar AS105. Kemudian, jumlah

perusahaan Turki yang beroperasi di Irak utara mencapai 485 buah yang

kebanyakan beroperasi di bidang transportasi, konstruksi, produksi makanan, dan

lain-lain di tahun 2009 saja. Pada tahun 2016, angka ini meningkat menjadi lebih

dari 1000 perusahaan Turki yang beroperasi dari keseluruhan investasi asing yang

ada disana106. Pada tahun 2014, Islamic State Iraq and Syria (ISIS) melakukan

serangan ke arah Mosul dan berhasil merebutnya dari tangan pasukan Pemerintah

Irak. pasukan Irak lari ke arah wilayah Irak utara untuk mencari perlindungan.

Sementara itu, ISIS terus bergerak ke wilayah Kurdistan Irak dengan menguasai

Sinjar, Kocho, dan Mosul Dam bahkan mendekati wilayah Erbil serta Kirkuk. Hal

ini menimbulkan ancaman bagi KRG sehingga mereka mengirim Peshmerga

untuk menduduki Kirkuk guna menghadang laju gerak pasukan ISIS107. Setelah

ISIS mulai kalah dengan direbutnya Mosul oleh pasukan Irak pada tahun 2017,

etnis Kurdi menyadari bahwa Irak tidak bisa memberikan jaminan keamanan di

wilayah Irak utara. Apalagi, kondisi masih sangat genting karena milisi-milisi

ISIS masih berkeliaran di sekitar penduduk. Hal inilah yang mendorong etnis

Kurdi Irak melakukan Referendum Kemerdekaan tahun 2017.

Disini, kita bisa melihat bagaimana peran KRG sebagai representatif dari

bentuk dari pemerintahan rakyat Kurdi. Meskipun, statusnya masih menjadi

daerah otonomi Irak, tetapi keberadaan KRG dapat dijadikan sebagai pivot/batu

105Ibid, 14 106Kadir Ustun and Lesley Dudden, 2017, Turkey-KRG Relationship Mutual Interests, Geopolitical

Challenges, SETA: Ankara., hal 10 107Fernando Burgés, 2017, Crossroads: The future of Iraq’s minorities after ISIS, Report. Brussels:

the Institute for International Law and Human Rights (IILHR), Minority Rights Group

International (MRG), No Peace Without Justice (NPWJ) and the Unrepresented Nations and

Peoples Organization (UNPO)., hal 11

59

loncatan bagi gerakan perjuangan Kurdi. Dalam hal ini, KRG bertindak sebagai

penyambung lidah dari aspirasi Kurdi di Irak yang menginginkan kemerdekaan

dengan menunjukkan kesiapan mereka un untuk memiliki negara sendiri.