26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1. Pengertian Balita adalah merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah (Ensiklopedia). Balita adalah kelompok anak usia dibawah lima tahun. Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dasar pada masa balita ini akan mempengaruhi dan menenrukan perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan kemampuan bahasa, kreatifitas, kesadaran social, emosional, dan intelegensinya berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 1995). 2. Ciri khas perkembangan balita 1) Perkembangan fisik Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi karena balita memnggunakan banyak energi untuk bergerak. 2) Perkembangan psikologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita

1. Pengertian

Balita adalah merupakan salah satu periode usia manusia setelah

bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan

lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan.

Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah (Ensiklopedia).

Balita adalah kelompok anak usia dibawah lima tahun. Masa balita

merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Pertumbuhan

dasar pada masa balita ini akan mempengaruhi dan menenrukan

perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan kemampuan bahasa,

kreatifitas, kesadaran social, emosional, dan intelegensinya berjalan sangat

cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Soetjiningsih,

1995).

2. Ciri khas perkembangan balita

1) Perkembangan fisik

Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi

karena balita memnggunakan banyak energi untuk bergerak.

2) Perkembangan psikologis

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

2

a. Psikomotor

Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor

balita yang mulai terampil dalam pergerakannya. Mulai melatih

kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat,

berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk

mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.

Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai

terlatih seperti meronce, menulis, menggambar menggunakan gerakan

pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari

telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta

memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat

tali sepatu.

b. Aturan

Pada masa balita adalah saatnya dilakukan latihan mengendalikan diri

atau biasa disebut sebagai toilet training. Freud mengatakan bahwa

pada usia ini individu mulai berlatih untuk mengikuti aturan melalui

proses penahanan keinginan untuk membuang kotoran.

c. Kognitif

Pada periode usia ini pemahaman terhadap obyek telah lebih ajeg.

Balita memahami bahwa obyek yang diaembunyikan masih tetap ada,

dan akan mengetahui keberadaan obyek tersebut jika proses

penyembunyian terlihat oleh mereka. Akan tetapi jika proses

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

3

penghilangan obyek tidak terlihat, balita mengetahui benda tersebut

masih ada, namun tidak mengetahui dengan tepat letak obyek tersebut.

Balita akan mencari pada tempat terakhir ia melihat obyek tersebut.

Oleh karena itu pada permainan sulap sederhana, balita masih

kesulitan untuk membuat prediksi tempat persembunyian obyek sulap.

Kemampuan bahasa balita bertumbuh dengan pesat. Pada periode awal

balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah 50 kata,

pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia

tiga tahun balita mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga

kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya.

d. Sosial dan individu

Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan

lingkungan social diluar keluarga, pada awal masa balita, bermain

bersama berarti bersama-sama berada pada suatu tempat dengan

sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu permainan interaktif.

Pada akhir masa balita, bermain bersama berarti melakukan kegiatan

bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

peran.

Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang memiliki atribut

tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai merasa berbeda dengan

orang lain dilingkungannya. Mekanisme perkembangan ego yang

drastis untuk membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

4

kepemilikan yang tinggi terhadap barang pribadi maupun orang

signifikannya sehingga pada usia ini balita sulit untuk dapat berbagi

dengan orang lain.

Proses pembedaan diri dengan orang lain atau individuasi juga

menyebabkan anak pada usia tiga atau empat tahun memasuki periode

negativities sebagai salah satu bentuk latihan untuk mandiri.

3) Klasifikasi

Lewer GH (1996) membagi tahap perkembangan untuk anak mulai balita

meliputi usia bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1-3 tahun), dan

usia pra sekolah (3-5 tahun).

1) Usia bayi (0-1 tahun)

Bayi memiliki system kekebalan tubuh yang primitive dengan

kekebalan pasif yang didapat dari ibunya selama dalam kandungan.

Pada saat bayi kontak dengan antigen yang berbeda ia akan

memperoleh antibodynya sendiri. Imunisasi diberikan untuk kekebalan

terhadap penyakityang dapat membahayakan bayi bila berhubungan

secara ilmiah (Lewer, 1996). Bila dikaitkan dengan status gizi bayi

memerlukan jenis makanan ASI, susu formula, dan makanan padat.

Kebutuhan kalaori bayi antara 100-200kkal/kg BB. Pada empat bulan

pertama, bayi yang lebih baik hanya mendapat ASI saja tanpa

diberikan susu formula. Usia lebih dari enam bulan baru dapat

diberikan makanan pendamping ASI (Suhardjo, 2007).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

5

2) Usia toddler (1-3 tahun)

Menurut jellife (1987), secara fungsional biologis masa umur enam

bulan hingga dua atau tiga tahun adalah rawan. Masa itu penuh

tantangan karena konsumsi zat makanan yang kurang, disertai

minuman buatan yang encer dan terkontaminasi kuman menyebabkan

diare dan marasmus. Selain itu dapat juga terjadi sindrom kwarsiorkor

karena penghentian ASI yang mendadak dan pemberian makanan

padat yang kurang memadai. Imunitas pasif yang diperoleh melalui

ASI akan menurun dan kontak dengan lingkungan akan makin

meningkat, kejadian dari infeksi akan makin bertambah secara cepat

dan menetap tinggi selama tahun kedua dan ketiga kehidupan. Infeksi

dan diet yang tidak adekuat akan tidak banyak berpengaruh pada status

gizi yang cukup baik (Akre, 1994). Bagi anak dengan gizi kurang,

setiap tahapan infeksi akan berlangsung lama dan mempunyai

pengaruh yang cukup besar pada kesehatan, pertumbuhan dan

perkembangan. Anak usia 1-3 tahun membutuhkan kalori kurang lebih

100 kkal/kg BB dan bahan makanan lain yang mengandung berbagai

zat gizi (Supartini, 2004).

3) Usia pra sekolah (3-5 tahun)

Pertumbuhan anak usia ini semakin lambat. Kebutuhan kalorinya

adalah 85 kkal/kg BB. Karakteristik pemenuhan kebutuhan nutrisi

pada usia pra sekolah yaitu nafsu makan berkurang, anak lebih tertarik

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

6

pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya daripada

makan dan anak mulai sering mencoba jenis makanan yang baru

(Supartini, 2004).

Kenaikan ukuran pertumbuhan fisik selama tahun ke tiga, empat, lima

bersifat tetap, yaitu kenaikan berat badan kurang dari 2,0 kg dan tinggi

badan 6-8 cm per tahun. Dibandingkan dengan bentuk tubuh

sebelumnya kebanyakan anak pra sekolah akan menjadi lebih langsing

(Markum, 1991).

B. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variable tertentu,merupakan indeks yang statis dan agregatif sifatnya

kurang peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam waktu pendek

misalnya bulanan. (Supariasa, dkk,2001)

Menurut Soekirman (2000), status gizi berarti sebagai keadaan fisik

seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau

kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu. Sedangkan Soekidjo (1996)

menyatakan bahwa status gizi adalah konsumsi gizi makanan pada seseorang

yang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

7

Menurut (Nyoman, 2002), status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau perwujudan dari nutrisi

dalam bentuk variable tertentu.

Menurut Rahfiludin, Wulansari, Aruben, Martha,dkk (2005) bahwa

status gizi seorang anak memberikan refleksi tentang keadaan gizinya,

sebagai akibat dari keseimbangan antara konsumsi, penyerapan dan

penggunaan zat gizi pada akhirnya mempengaruhi komposisi tubuh.

Pernyataan ini sesuai dengan pengertian bahwa status gizi adalah keadaan

tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

(Almatzier, 2002)

2. Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi sesuai buku rujukan Standart Deviasi (SD)

menurut WHO (Supariasa, 2001) yaitu :

a. BB / U (berat badan per umur)

1) Gizi buruk : < -3 SD

2) Gizi kurang : -3 SD sampai -2 SD

3) Gizi baik : -2 SD sampai +2 SD

4) Gizi lebih : > +3 SD

b. TB / U (tinggi badan per umur)

a) Normal : > -2 SD

b) Rendah : <-2 SD

c. BB / TB (berat badan per tinggi badan)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

8

a) Kurus sekali :< -3 SD

b) Kurus : <-2 SD sampai -3 SD

c) Normal : -2SD sampai +2 SD

d) Gemuk : > +2 SD

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi antara lain :

a. Penyebab langsung

Menurut Ragil (2007) ada dua penyebab langsung dapat

mempengaruhi status gizi yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi.

Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena asupan makanan yang

negative tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan

tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya akan menderita gizi kurang.

Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan maka

daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

b. Penyebab tidak langsung

Menurut Ragil (2007) menyebutkan bahwa ada tiga penyebab tidak

langsung yang dapat menyebabkan gizi kurang yaitu :

1) Ketahanan pangan keluarga

Ketahanan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah

cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya. Ketahanan pangan terkait

dengan ketersediaan pangan ( baik dari hasil produksi sendiri maupun

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

9

dari pasar / sumber lain ), harga pangan dan daya beli keluarga serta

pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

2) Pola pengasuhan anak

Pola pengasuhan anak adalah kemampuan keluarga dan masyarakat

untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak,

agar dapat tumbuh kembang dengan baik, secara fisik, mental dan

social. Pola pengasuhan anak berupa sikap perilaku ibu atau

pengasuh lain dalam masalah kedekatannya pada anak, memberikan

makan, merawat, menjaga kebersihan dan memberi kasih sayang.

Semuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan

yaitu fisik dan mental, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan

tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga ataupun

masyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat-istiadat keluarga dan

masyarakat dari sisi ibu atau pengasuh lain.

3) Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan

Yaitu tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar

yang dapat dijangkau oleh masyarakat atau keluarga terhadap air

bersih dan pelayanan kesehatan yang baik seperti : Pemeriksaan

kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, pendidikan

kesehatan anak dan gizi, serta sarana kesehatan seperti posyandu,

puskesmas, praktek bidan atau dokter dan Rumah Sakit (RS). Makin

tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga terhadap pelayanan dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

10

sarana kesehatan ditambah dengan pemahaman ibu tentang

kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan

gizi.

4. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi balita dimaksudkan untuk mengetahui

seseorang atau kelompok balita tersebut mempunyai status gizi kurang, baik

atau lebih. Penilaian status gizi anak balita tersebut bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana keseimbangan antara zat gizi yang masuk dalam

tubuh dengan zat gizi yang digunakan oleh tubuh, sehingga tercipta kondisi

fisik yang optimal.

a. Penilaian gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

1) Antropometri

a) Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai pengukuran tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

b) Pengunaan Antropometri

Secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan

asupan protein dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

11

pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,

otot dan jumlah air dalam tubuh.

c) Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

Merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status

gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan

atau kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat

meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat

badan lebih akan meningkatkan resiko penyakit degenerative.

Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup

yang lebih. Pedoman ini bertujuan memberikan cara-cara yang

dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT

dengan penerapan makanan sehari-hari yang lebih

seimbang.Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa

digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.

Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur >18 tahun

dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil,

dan olahragawan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

12

Tabel 2.1

Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :

Kategori Keterangan MT

Kurus

Kurus sekali

Normal

Gemuk

Obesitas

Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat ringan

Normal

Kelebihan berat badan tingkat ringan

Kelebihan berat badan tingkat berat

<>

17,0 – 18,4

18,5 – 25,0

25,1 – 27,0

>27,0

d) Klinis

Pengertian Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Penggunaan metode ini umumnya untuk

survey klinis secara cepat. Survey ini dirancang untuk mendeteksi

secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu

atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui

tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik

yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat riwayat

penyakit.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

13

e) Biokimia

a. Pengertian

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot.

b. Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah

lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan

kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan

kekurangan gizi.yang spesifik.

f) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat

perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan

dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic. Cara

yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

b. Penilaian gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga

yaitu : Survey Konsumsi Makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

14

1) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat

memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada

masyarakat, keluarga dan individu. Survey ini dapat

mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan

menganalisa dan beberapa statistic kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab

tertentu dan data lainnya yang berhubungan. Pengunaannya

dipertimbangkan sebagai bagian dari indicator tidak langsung

pengukuran status gizi.

3) Faktor ekologi

“Bengoa” mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah

ekologi sebagai hasil interaksi beberapa factor fisik, biologis dan

lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung

dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dll.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

15

Penggunaan factor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar

untuk melakukan program intervensi gizi.

5. Macam-macam Status Gizi pada Balita

Status gizi anak balita dibedakan menjadi empat gizi balita

yaitu status gizi lebih, status gizi baik, status gizi kurang dan status gizi

buruk.

1) Status gizi lebih

Penyakit ini bersangkutan dengan energy di dalam hidanganyang

dikonsumsi relative terhadap kebutuhan atau penggunaan semua zat

gizi tersebut. Dan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya

tahan tinggi.

2) Status gizi baik

Anak yang memiliki status gizi baik dapat tumbuh dan berkembang

dengan normal dengan bertambahnya usia. Pertumbuhan berkaitan

dengan masalah perubahan hal-hal besar yaitu jumlah, ukuran,

tingkat sel, organ maupun individu, yang dapat diukur dengan

ukuran berat, panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolic.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur

dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat

digambarkan sebagai hasil dan proses kematangan (Soetjiningsih,

1998).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

16

3) Status gizi kurang dan status gizi buruk

Status gizi kurang, terjadi karena tubuh kekurangan satu atau

beberapa macam zat gizi yang diperlukan. Hal yang menyebabkan

status gizi kurang karena zat gizi yang dikonsumsi atau mutunya

rendah. Gizi kurang pada dasarnya adalah gangguan pada beberapa

segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan

oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari

makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya balita yang

berusia dibawah lima tahun, karena merupakan golongan yang

rentan serta pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat

karena selain untuk tumbuh juga untuk perkembangan sehingga

apabila anak kurang gizi dapat menimbulkan penyakit. Akibat status

gizi kurang adalah sebagai berikut :

a. Kekurangan Energi Protein (KEP)

KEP adalah keadaan kurang gizi yang diakibatkan oleh

rendahnya konsumsi energy protein dalam maknan sehari-hari

sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Orang yang

mengidap KEP nampak kurus, namun gejala klinik secara besar

dapat dibedakan menjadi tiga yaitu marasmus, kwarsiorkor, dan

marasmus-kwarsiorkor (Nyoman, 2002).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

17

b. Anemia Defisiensi Zat Gizi

Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang dari

normal, biasanya dengan tanda : lelah, lesu, letih, bibir tampak

pucat, lidah licin, susah BAB, kadang pusing dan mudah

mengantuk (Nyoman, 2002).

c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Kekurangan gizi yang disebabkan kurangnya konsumsi yodium

dalam bahan makanannya, kekurangan yodium pada anak yaitu

cacat fisik dan mental, seperti bisu tuli, pertumbuhan badan

terganggu, kecerdasan dan perkembangan mental terganggu

(Nyoman, 2002).

d. Kekurangan Vitamin A (KVA)

Penyakit mata yang disebabkan kurangnya vitamin A dan

makanannya. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang

paling sering pada anak-anak di Indonesia yang umumnya terjadi

pada anak usia antara 2-5 tahun.adapun criteria KVA adalah

sebagai berikut : bercak bitot dengan konjungtiva mengering,

kornea mengering atau keratomalasia dan parut kornea (Nyoman,

2002).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

18

C. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang diterapkan

pada anak yang bersifat relative dan konsisten dari waktu ke waktu.

Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negative maupun

positif. ( www.E Psikologi.com). Pada dasarnya pola asuh dapat

diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak.

Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang

tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari

mencukupi kebutuhan makan. Pendampingan orang tua diwujudkan

melalui pendidikan cara-cara orang tua dalam mendidik anaknya.

Cara orang tua mendidik anaknya disebut sebagai pola pengasuhan.

Dalam interaksinya dengan orang tua, anak cenderung menggunakan

cara-cara tertentu yang dianggap paling baik bagi dirinya.

Orang tua harus bisa menentukan pola asuh yang tepat untuk

kebutuhan dan situasi anak, disisi lain sebagai orang tua juga

mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak menjadi

seseorang yang dicita-citakan yang tentunya lebih baik dari orang

tuanya (Jas dan Rahmadiana, 2004).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

19

Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak, mutlak didahului

oleh tampilnya sikap orang tua dalam mengasuh anak meliputi :

1) Perilaku yang patut dicontoh

Perilaku yang patut dicontoh artinya setiap perilakunya tidak

sekedar perilaku yang bersifat mekanik, tetapi harus didasarkan

pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan

dan identifikasi bagi anak-anaknya.

2) Kesadaran diri

Kesadaran diri ini juga harus ditularkan pada anak-anaknya

dengan mendorong mereka agar perilaku kesehatannya taat kepada

nilai-nilai moral. Oleh karena itu orang tua senantiasa membantu

mereka agar mampu melakukan observasi diri melalui komunikasi

dialogis, baik secara verbal maupun non verbal tentang perilaku.

3) Komunikasi

Komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-

anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya membantu

mereka untuk memecahkan masalahnya. Pendidikan dalam

keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian

anak. Semua sikap dan perilaku anak yang telah dipolesi dengan

sifat atau pola asuh dari orang tuanya akan mempengaruhi

perkembangan jiwa anaknya. Pola asuh orang tua berhubungan

dengan masalah tipe kepemimpinan orang tua dalam keluarga.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

20

Tipe kepemimpinan orang tua dalam keluarga itu bermacam-

macam, sehingga pola asuh orang tua itu bersifat demokratis atau

otoriter. Pada sisi lain, bersifat campuran antara demokratis dan

otoriter (Baumrind, 1997).

a. Pola asuh otoriter : (tertib tanpa kebebasan)

Pola asuh otoriter adalah para orang tua cenderung menetapkan

standart yang mutlak harus dituruti, biasanya bersamaan dengan

ancaman-ancaman. Orang tua cenderung memaksa, memerintah

dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang

dikatakan orang tua, maka orang tua tidak segan menghukum

anaknya. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi

dalam komunikasi, biasanya bersifat satu arah dan orang tua

tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti

mengenai anaknya.

Orang tua yang otoriter beranggapan bahwa mereka dapat

merubah perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai yang

mereka anut dengan cara mencongkel perilaku itu lalu

menggantikannya dengan perilaku yang mereka kehendaki

tanpa memperdulikan perasaan anaknya.

b. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang mementingkan

kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu mengendalikan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

21

mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional,

selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-

pemikiran, dan orang tua bersikap realistis terhadap

kemampuan anak, memberikan kebebasan pada anak untuk

memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatan pada

anak bersifat hangat. Pola asuh demokratis akan menghasilkan

karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,

mempunyai hubungan baik dengan temannya dan mempunyai

minat terhadap hal-hal baru.

c. Pola asuh permisif : (bebas tanpa ketertiban)

Pola asuh permisif yaitu orang tua memberikan kesempatan

pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan

yang cukup. Orang tua cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan

sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Namun

orang tua type ini biasanya hangat sehingga disukai anak. Pola

asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak yang

impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau

menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara

sosial.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

22

d. Pola Asuh Dialogis : (tertib dengan kebebasan)

Orang tua akan membiasakan diri berdialog dengan anak dalam

menemani pertumbuh -kembangan anak mereka. Setiap kali ada

persoalan anak dilatih untuk mencari akar persoalan, lalu

diarahkan untuk ikut menyelesaikan secara bersama. Dengan

demikian anak akan merasakan bahwa hidupnya penuh arti

sehingga dengan lapang dada dia akan merujuk kepada orang

tuanya jika dia mempunyai persoalan dalam kehidupannya. Yang

berarti pula orang tua dapat ikut bersama anak untuk

mengantisipasi bahaya yang mengintai kehidupan anak-anak

setiap saat.

Selain itu orang tua yang dialogis akan berusaha mengajak anak

agar terbiasa menerima konsekuensi secara logis dalam setiap

tindakannya. sehingga anak akan menghindari keburukan karena

dia sendiri merasakan akibat perbuatan buruk itu, bukan karena

desakan dari orang tuanya.

2. Factor-faktor yang mempengaruhi pola asuh

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah :

a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman

sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

23

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak

mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola

pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

c. Budaya

Seringkali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh

masyarakat dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut

dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang

tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat

dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat

dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam

memberikan pola asuh pada anaknya (Anwar, 2000).

D. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Status Gizi Pada

Balita

Peranan keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak sangat

menentukan tumbuh kembang anak. Pengasuhan anak didefinisikan

sebagai perilaku yang dipraktikan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek,

atau orang lain) dalam memberikan makanan dan pemeliharaan

kesehatan. Juga termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan

tanggung-jawab orang-tua.

Ibu yang dapat membimbing anak tentang cara makan yang

sehat dan makanan yang bergizi akan meningkatkan gizi anak.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

24

Banyaknya porsi yang dapat dihabiskan anak tergantung pada bagaiman

ibu atau pengasuhan memberi makan kepada anak.Budaya juga

mempengaruhi bagaimana cara kita memberi makan kepada anak. Ada

budaya yang mengharuskan ibu mengontrol anak makan atau sering

memaksa anak makan. Cara ini kurang baik, karena dapat membuat anak

takut makan atau sebaliknya makan rakus sehingga kegemukan. Ekstrem

lainnya dapat terjadi bila ibu tidak acuh terhadap makanan anaknya.

Sikap pasif dari ibu ini dapat berakibat anak tidak senang makan, atau

tidak cukup makanan yang dimakan, atau anak menolak makan. Situasi

makan dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makan.

Penelitian (Endang Suwidji, 2006) tentang “Hubungan Pola Asuh Gizi

dengan Status Gizi Pada Balita Usia 4-12 Bulan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Medang Kabupaten Blora” menyatakan bahwa :Konsumsi

makanan yang diperoleh bayi umur 0-12 bulan berasal

dari pola asuh gizi yang salah satunya adalah praktek pemberian ASI.

ASI merupakan makanan yang bersih, praktis dengan suhu yang sesuai

dengan bayi/anak serta dapat meningkatkan hubungan psikologis serta

kasih sayang antara ibu dan anak. Dengan demikian jelas bahwa ASI

mempunyai hubungan terhadap status gizi, semakin baik praktek

pemberian ASI maka semakin baik pula status gizi pada bayi (Depkes

RI, 1998).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

25

E. Kerangka Teori

Penyebab Langsung :

1. Asupan makanan

2. infeksi

Kemiskinan, kurang

pendidikan, kurang keterampilan

Penyebab Tidak Langsung :

1. Ketahanan pangan

keluarga

2. Pola pengasuhan anak

3. Pelayanan kesehatan dan

kesehatan lingkungan

Status gizi balita

Skema 21 : (menurut Supariasa, 2002)

Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu asupan makanan

yang kurang dan adanya penyakit infeksi. Secara tidak langsung, pola

pengasuhan anak akan berpengaruh terhadap status gizinya. Pola

pengasuhan anak yang diberikan orang tua secara baik diharapkan dapat

meningkatkan pula status gizi anak balitanya.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian

26

F. Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu pola asuh orang tua

terhadap status gizi pada balita.

Variable dependent

Status gizi balita

Variable independent

Pola asuh orang tua

Skema 2 :

Kerangka konsep penelitian

G. Hipotesis

Adapun hipotesis yang dapat peneliti rumuskan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut : Ada Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Rowosari RW 7

Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

H. Variabel Penelitian

Variable penelitian merupakan obyek penelitian atau apa saja yang

menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Adapun yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Variable bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua.

2. Variable terikat dalam penelitian ini adalah status gizi balita.