Upload
vuongxuyen
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. TINJAUAN TEORITIK
A. OLAHRAGA BULUTANGKIS DAN FAKTOR RISIKO CEDERA
A.1. Pengertian Olahraga Bulutangkis
Bulutangkis merupakan salah satu permainan olahraga dengan
menggunakan raket, shuttlecock dan lapangan yang di bagi menjadi
dua bagian yang di batasi oleh net dengan ukuran yang telah di
tentukan. Dalam memainkannya shuttlecock harus dimainkan di
udara tidak boleh di pantulkan dengan menggunakan raket, karena
shuttlecock tidak boleh menyentuh lantai, maka pemain di tuntut
untuk bertindak cepat, sigap dan segera memukul shuttlecock. Oleh
karena itulah maka permainan ini tergolong permainan yang cepat.
Kemudian “Dalam permainan bulutangkis, dituntut untuk berlari
cepat, melangkah, dan berhenti secara mendadak, meloncat,
melambung, berputar, dan berbelok mengubah arah, serta dapat
melakukan berbagai macam variasi pukulan untuk pemain.18
A.2. Faktor Risiko Cedera Olahraga Bulutangkis
A.2.a. Faktor intrinsik
a. Usia
Faktor usia semakin meningkat pengaruhnya dalam olahraga,
misalnya kejadian nyeri bahu pada pemain bisbol adalah 0,7%
pada remaja, 12,7% di pemain perguruan tinggi, dan 13,9% pada
profesional.
Semakin bertambahnya usia semakin memmpengaruhi kondisi
fisik serta lamanya penyembuhan cedera. Adanya proses
degenerasi pada masalah fisiologisnya. Usia lebih dari 30 tahun
kekuatan otot rata-rata menurun, sedangkan elastisitas tendo
6
menurun setelah usia 30 tahun dan kekuatan menurun setelah usia
40 tahun. Kekuatan otot mencapai maksimal usia 25 tahun.14,15
b. Jenis Kelamin
Tidak ditemukan data yang tersedia untuk mengidentifikasi
gender sebagai merupakan faktor risiko independen untuk masalah
bahu.15
c. Kebugaran fisik rendah (misalnya, kekuatan otot/penguasaan)
Pemberian waktu untuk istirahat bagi organ tubuh itu perlu.
Tujuannya untuk mendapatkan kembali fisiologisnya (recovery)
dari organ-organ agar dapat bekerja prima kembali dan ini sangat
penting untuk menghindari risiko terjadinya cedera. Misalnya
padatnya frekuensi latihan menjelang kompetisi tanpa adanya
waktu recovery dengan jarak kompetisi yang terlalu dekat sehingga
mengakibatkan kurangnya waktu bagi organ tubuh untuk
recovery.14,15
d. Teknik keliru
Bila teknik dilakukan dengan cara benar maka risiko cedera
akan berkurang. Pukulan pada permainan bulutangkis harus sesuai
teknik agar dapat tepat mengenai sasaran dan tidak menimbulkan
cedera pada pemain bulutangkis, misalnya:24
1. Teknik memegang raket yang salah seperti : (a) memegang
raket dengan menggenggam, jari-jari rapat dan sejajar, (b)
posisi "V" tangan berada pada bagian grip raket yang lebar.
2. Servis yang Salah : (a) Pada saa memukul bola, kepala
(daun) raket lebih tinggi atau sejajar dengan grip raket. (b)
Titik perkenaan kok, kepala (daun) raket lebih tinggi dari
pinggang. (c) Posisi kaki menginjak garis tengah atau
depan. (d) Kaki kiri melakukan langkah. (e) Kaki kanan
melangkah sebelum kok dipukul. (f) Rangkaian mengayun
raket dan memukul kok tidak boleh terputus. (f) Penerima
servis bergerak sebelum kok servis dipukul.24
7
e. Kurangnya pemanasan
Apabila pelaksanaan warming up/pemanasan ini tidak
dilakukan dengan baik/ kurang memadai akan mengakibatkan
latihan fisik yang harusnya fisiologis menjadi tidak dapat diterima
oleh tubuh karena otot belum siap menerima pembebanan. Jadi
tubuh dapat beradapatasi jika dilakukan terlebih dahulu pemanasan
sehingga mengurangi risiko cedera akibat kurang elastisitas
sendi.14,15
Pemanasan sebelum aktivitas olahraga pada dasarnya
merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk memproduksi energi.
Proses memproduksi energi ini berkaitan erat dengan otot sebagai
transducer (mesin) utama untuk mengubah energi kimiawi menjadi
energy mekanis.
Di dalam otot terdapat ATP (Adenosine Triphosphate) sebagai
sumber cadangan energi kimia utama yang bersifat konstan, serta
cadangan energi lain yaitu phospocreatin, glycogen, trigliserid dan
enzim. Ketika terjadi proses produksi energi, ATP akan dipecah
untuk menghasilkan energi dan ADP (Adenosine Diphosphate),
selanjutnya apabila energi yang dibutuhkan telah tercukupi maka
ADP dapat menerima fosfat untuk kembali membentuk ATP
sehingga siklus ini menyebabkan ATP bersifat konstan.
Namun apabila energi masih terus dibutuhkan dan cadangan
ATP telah habis maka proses produksi energi akan melibatkan
phospocreatin lalu diikuti oleh pemecahan glycogen dan trigliserid.
Bila kebutuhan energi masih belum juga terpenuhi system asam
laktat akan mulai bekerja memecah glycogen menjadi energi, asam
piruvat dan asam laktat. Asam laktat yang tertimbun dalam darah
dan otot kemudian akan menyebabkan kelelahan otot, sehingga
energi yang dihasilkan hanya bertahan 2-3 menit.
Sistem lain yang juga berperan dalam produksi energi adalah
system energy aerobic yang terdiri dari glikolisis aerobic, siklus
8
Krebs dan sistem transport electron. Sistem ini memiliki
keunggulan beerupa resintesis ATP secara besar tanpa
terbentuknya hasil samping yang dapat menyebabkan kelelahan
otot.
Selain berfungsi untuk menghasilkan energi pemanasan juga
berfungsi menghasilkan panas. Panas yang diproduksi berperan
penting dalam aktivitas olahraga karena panas dapat mengurangi
viskositas jaringan (capsula, ligamentum) sehingga dapat
mengurangi resistensi terhadap gerakan. Panas juga dapat
meningkatkan ekstensibilitas fibra otot dan ligamentum sehingga
fleksibilitasnya akan meningkat. Pemanasan pada akhirnya mampu
mengurangi kejadian cedera olahraga bila dilakukan secara
bertahap menyesuaikan kondisi tubuh, pemanasan dianjurkan
dilakukan selama 15-30 menit
f. Keseimbangan nutrisi
Lebih kecil kemungkinan mendapatkan cedera, bila seorang
atlet memiliki keseimbangan nutrisi yang baik dan
penyembuhannya cedera pun akan lebih cepat karena nutrisi yang
dibutuhkan tubuh untuk recovery terpenuhi dengan baik.14,15
Konsumsi makanan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) merupakan penjabaran lebih lanjut dari
pedoman empat sehat lima sempurna (Seven Basic) yang memuat
pesan-pesan berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi
kurang maupun lebih.23
Susunan makanan yang dianjurkan oleh PUGS (Pedoman
Umum Gizi Seimbang) adalah makanan yang mengandung zat-zat
gizi yang seimbang, hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi
makanan beraneka ragam setiap hari. Menurut Depkes RI (2003),
umumnya menu di Indonesia terdiri atas makanan sebagai
berikut:23
9
a. Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang. Diantaranya nasi,
jagung, ubi jalar, singkong, talas, sagu, serta hasil olah seperti
mie, bihun, makroni, dan sebagainya.
b. Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang
pada umumnya mempunyai rasa netral, lebih terasa nikmat.
c. Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses
menelan makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk
berkuah, misalnya sayur daun-daunan, umbi-umbian, kacang-
kacangan dan sebagainya.
d. Buah untuk mencuci mulut, misalnya pepaya, nanas, pisang,
jeruk dan sebagainya.23
A.2.b. Paparan ekstrinsik (faktor – faktor yang berada di luar
individu namun memberikan pengaruh terhadap individu
tersebut)
a. Faktor manusia (misal, tim teman, lawan, penonton, wasit)
Penonton : Penonton yang fanatic biasanya akan melakukan apa
saja jika tim yang disukai kalah, sehingga tidak menutup
kemungkinan akan dapat mencederai pemain lawan tim yang
disukai.14,15
Wasit : Wasit yang kurang memahami peraturan, wasit yang
kurang tegas dalam memimpin pertandingan terutama
pertandingan yang memerlukan kontak fisik akan dapat
mengakibatkan atlet/pemainnya cedera.14,15
b. Peralatan pelindung (misalnya, helm, pelindung tulang kering)
c. Peralatan olahraga (misalnya, ski, racket dll)
Menghindari terjadinya cedera salah satunya peralatan yang
memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga.14,15
d. Lingkungan (missal: cuaca, salju dan kondisi es, kondisi
lapangan, pemeliharaan).15
10
Risiko cedera akan lebih berpotensi jika lapangannya licin dan
tidak rata.14,15
Bila penerangan kurang missal dalam permainan bulutangkis
akan mengakibatkan pukulan pukulan shuttelchok yang keliru/
meleset. Selain itu cuaca yang buruk juga berpotensi
menyebakan cedera.14,15
Sehingga dapat disimpulkan cedera olahraga dapat disebabkan
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut
antara lain umur, faktor pribadi, pengalaman, tingkat latihan, teknik
latihan, warming up, recovery period, kondisi tubuh yang kurang fit,
keseimbangan nutrisi, dan gaya hidup atlet. Sedangkan faktor
eksternal yang berpengaruh adalah kondisi lapangan, peralatan,
kondisi lingkungan, penonton, wasit, dan sifat dari cabang olahraga
tersebut.14,15
A.3. Teknis Dasar Bulutangkis
Jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai adalah servis, lob,
dropshot, smes, netting, underhand, dan drive. Kesemua jenis pukulan
tersebut harus dilakukan dengan menggunakan grip dan footwork
yang benar.27
1. Pegangan Raket (Grip)
Bulutangkis dikenal sebagai olahraga yang banyak
menggunakan pergelangan tangan. Karena itu, benar tidaknya cara
memegang raket akan sangat menentukan kualitas pukulan
seseorang.
Salah satu teknik dasar bulutangkis yang sangat penting
dikuasai secara benar oleh setiap calon pebulutangkis adalah
pegangan raket. Menguasai cara dan teknik pegangan raket yang
11
betul, merupakan modal penting untuk dapat bermain bulutangkis
dengan baik pula. Oleh karena itu, apabila teknik pegangan raket
salah dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan kualitas
permainan. Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk
mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan dalam
permainan bulutangkis.
Cara pegangan raket yang benar adalah raket harus
dipegang dengan menggunakan jari-jari tangan (ruas jari tangan)
dengan luwes, rileks, namun harus tetap bertenaga pada saat
memukul kok. Hindari memegang raket dengan cara menggunakan
telapak tangan (seperti memegang golok).
Jenis Pegangan Raket
Pada dasarnya, dikenal beberapa cara pegangan raket.
Namun, hanya dua bentuk pegangan yang sering digunakan dalam
praktek, yaitu cara memegang raket forehand dan backhand.
Semua jenis pukulan dalam bulutangkis dilakukan dengan kedua
jenis pegangan ini.
Dua macam cara memegang raket di atas, pada
kenyataannya digunakan secara bergantian sesuai situasi dan
kondisi permainan. Untuk tahap awal para pemula biasanya
diajarkan cara memegang forehand terlebih dahulu, kemudian baru
backhand.
Pada akhirnya untuk pemain yang sudah terampil akan
terlihat pegangan raketnya hanya satu grip. Ini terjadi karena
pergeseran pegangan tangan dari forehand ke backhand dan
sebaliknya hanya sedikit dan terjadi secara otomatis.
Pegangan raket yang benar, dan memanfaatkan tenaga
pergelangan tangan pada saat memukul kok, dapat meningkatkan
12
mutu pukulan dan mempercepat laju jalannya kok. ini berarti, telah
menggunakan tenaga secara lebih efisien namun efektif. ltulah
sebabnya, sejak dini peserta latih harus membiasakan memukul
kok dengan menggunakan tenaga pergelangan tangan (tenaga
pecut).
Cara Memegang Raket Forehand
a. Pegang raket dengan tangan kiri, kepala raket menyamping.
Pegang raket dengan cara seperti "jabat tangan". Bentuk
"V" tangan diletakkan pada bagian gagang raket.
b. Tiga jari, yaitu jari tengan, manis dan kelingking
menggenggam raket, sedangkan jari telunjuk agak terpisah.
c. Letakkan ibu jari diantara tiga jari dan telunjuk.
Cara Memegang Raket Backhand
Untuk backhand griop, geser "V" tangan ke arah
dalam. Letaknya di samping dalam. bantalan jempol berada
pada pegangan raket yang lebar.
Cara Latihan
Sebelum praktek melakukan latihan pukulan, perlu
dilakukan latihan untuk adaptasi menggerak-gerakkan
pergelangan tangan dengan tetap memegang raket dengan
benar.
a. Peserta latih dibiasakan selalu memegang raket
dengan jari-jari tangan, luwes, dan tetap rileks,
tetapi tetap mempunyai tenaga.
b. Lakukan gerakan raket ke axah kanan dan kiri,
dengan menggunakan tenaga pergelangan tangan.
13
Begitu juga gerakan ke depan dan ke belakang,
sehingga terasa betul terjadinya tekukan pada
pergelangan tangan.
c. Gerakkan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah.
d. Memukul bola (kok) ke tembok.
e. Bouncing ball.
Kesalahan Yang Terjadi
a. Memegang raket dengan menggenggam, jari-jari rapat dan
sejajar.
b. Posisi "V" tangan berada pada bagian grip raket yang lebar.
2. Footwork
Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan
pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik.
Untuk bisa memukul dengan posisi balk, seorang atlet harus
memiliki kecepatan gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai
kalau footwork-nya tidak teratur.
3. Sikap dan Posisi
a. Sikap dan Posisi Berdiri di Lapangan
Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus
sedemikian rupa, sehingga dengan sikap yang baik dan
sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke segala penjuru
lapangan permainan.
b. Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
a) Harus berdiri sedemikian rupa, sehingga berat
badan tetap berada pada kedua kaki dan tetap
menjaga keseimbangan tubuh.
b) Tekuk kedua lutut, berdiri pada ujung kaki,
sehingga posisi pinggang tetap tegak dan rileks.
Kedua kaki terbuka selebar bahu dengan posisi kaki
14
sejajar atau salah satu kaki diletakkan di depan kaki
lainnya.
c) Kedua lengan dengan siku bengkok pada posisi di
samping badan, sehingga lengan bagian atas yang
memegang raket tetap bebas bergerak.
d) Raket harus dipegang sedemikian rupa, sehingga
kepala (daunnya) raket berada lebih tinggi dari
kepala.
e) Senantiasa waspada dan perhatikan jalannya kok
selama permainan berlangsung.
c. Sikap dan Tahap Kerja Langkah Kaki
Sikap dan langkah kaki yang benar dalam
permainan bulutangkis, sangat penting dikuasai secara
benar oleh setiap pemain. Ini sebagai syarat untuk
meningkatkan kualitas ketrampilan memukul kok.
d. Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
a) Senantiasa berdiri dengan sikap dan posisi yang
tepat di atas Iapangan.
b) Lakukan gerak Iangkah ke depan, ke belakang, ke
samping kanan dan kiri pada saat memukul kok,
sambil tetap memperhatikan keseimbangan tubuh.
c) Gerak Iangkah sambil meluncur cepat, sangat
efektif sebagai upaya untuk memukul kok.
d) Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai
(bertapak) pada saat menunggu datangnya kok, atau
pada saat bergerak untuk memukul kok.
4. Hitting Position
Posisi memukul bola atau kerap disebut preparation.
Waktu sekian detik yang ada pada masa persiapan ini juga dipakai
untuk menentukan pukulan apa yang akan dilakukan. Karena itu
15
posisi persiapan ini sangat penting dilakukan dengan balk dalam
upaya menghasilkan pukulan berkualitas.
Hal yang perlu diperhatikan:
a. Overhead (atas) untuk right handed
a) Posisi badan menyamping dengan arah net. Posisi
kaki kanan berada di belakang kaki kid. Pada saat
memukul bola harus terjadi perpindahan beban berat
badan dari kaki kanan ke kaki kiri.
b) Posisi badan harus selalu berada di belakang bola
yang akan dipukul.
b. Untukpukulan underhand(bawah)/net
a) Posisi memukul adalah kaki kanan selalu berada di
depan dan kaki kid di belakang.
b) Lutut kaki kanan dibengkokkan, sehingga paha
bagian bawah agak turun. Kerendahannya sesuai
dengan ketinggian bola yang akan dipukul.
Sedangkan saat bola dipukul posisi kaki kid harus
tetap berada di belakang dan hanya bergeser ke
depansedikit.
c) Untuk footwork maju-mundur
Cara Latihan
a. Dari tengah ke depan; sebagai langkah dasar hanya dua
langkah dimulai dengan kaki kiri kemudian kanan.
b. Dari tengah ke belakang.
c. Dari depan ke belakang dan sebaliknya.
Kesalahan yang Terjadi
16
a. Pada ready position, tumpuan kaki tidak berada di
bagian depan atas kaki. Akibatnya reaksi menjadi
lambat.
b. Posisi lutut lurus, tidak bengkok.
c. Pada posisi memukul kaki dan badan sejajar dengan
net. Akibatnya pukulan tidak kuat.
d. Pada posisi underhand, kaki kiri berada di depan,
keseimbangan kaki tidak ada dan sulit mengarahakan
bola dengan tepat.
e. Lutut/paha tidak turun, jangkauan kurang, lambat
kembali ke bagian tengah lapangan.
5. Service (Service)
Dalam aturan permainan bulutangkis, servis merupakan
modal awal untuk bisa memenangkan pertandingan. Dengan kata
lain, seorang pemain tidak bisa mendapatkan angka apabila tidak
bisa melakukan servis dengan baik.
Namun, banyak pelatih, juga pemain tidak memberikan
perhatian khusus untuk melatih dan menguasai teknik dasar ini.
Oleh karena itu, sikap tersebut merupakan kekeliruan besar. Kita
mengetahui bahwa angka/poin dalam permainan bulutangkis tidak
akan tercipta, apabila pemain tidak mahir melakukan servis dengan
benar.
Dalam permainan bulutangkis, ada tiga jenis servis, yaitu
servis pendek, servis tinggi, dan flick atau servis setengah tinggi.
Namun, biasanya servis digabungkan ke dalam jenis atau bentuk
yaitu servis forehand dan backhand. Masing-masing jenis ini
bervariasi pelaksanaanya sesuai dengan situasi permainan di
lapangan.
Servis Forehand
a. Servis Forehand Pendek
17
a) Tujuan servis pendek ini untuk memaksa lawan agar
tidak bisa melakukan serangan. Selain itu lawan
dipaksa berada dalam posisi bertahan.
b) Variasi arah dan sasaran servis pendek ini dapat
dilatih secara serius dan sistematis.
c) Kok harus dipukul dengan ayunan raket yang relatif
pendek.
d) Pada saat perkenaan dengan kepala (daun) raket dan
kok, siku dalam keadaan bengkok, untuk
menghindari penggunaan tenaga pergelangan
tangan, dan perhatikan peralihan titik berat badan
Anda.
e) Cara latihannya adalah menggunakan sejumlah kok
dan dilakukan secara berulang-ulang.
b. Servis Forehand Tinggi
a) Jenis servis ini terutama digunakan dalam
permainan tunggal.
b) Kok harus dipukul dengan menggunakan tenaga
penuh agar kok melayang tinggi dan jatuh tegak
lurus di bagian belakang garis lapangan lawan.
c) Saat memukul kok, kedua kaki terbuka selebar
pinggul dan kedua telapak kaki senantiasa kontak
dengan lantai.
d) Perhatikan gerakan ayunan raket. Ke belakang, ke
depan dan setelah melakukan pukulan, harus
dilakukan dengan sempurna serta diikuti gerak
peralihan titik berat badan dari kaki belakang kekaki
depan yang harus be langsung kontinu dan
harmonis.
e) Biasakan selalu berkonsentrasi sebelum memukul
kok.
18
f) Hanya dengan berlatih tekun dan berulang-ulang
tanpa mengenal lelah, dapat mengusai teknik servis
forehand tinggi dengan sebalik-baiknya.
c. Servis Backhand
a) Jenis servis ini pada umumnya, arah dan jatuhnya
kok sedekat mungkin dengan garis serang pemain
lawan. Dan kok sedapat mungkin melayang retatif
dekat di atas jaring (net).
Oleh karena itu, jenis servis ini kerap digunakan
oleh pemain ganda.
- Sikap berdiri adalah kaki kanan di depan
kaki kiri, dengan ujung kaki kanan
mengarah ke sasaran yang diinginkan.
Kedua kaki terbuka selebar pinggul, lutut
dibengkokkan, sehingga dengan sikap
seperti ini, titik berat badan berada di antara
kedua kaki. Jangan lupa, sikap badan tetap
rileks dan penuh konsentrasi.
- Ayunan raket relatif pendek, sehingga kok
hanya didorong dengan bantuan peralihan
berat badan dari belakang ke kaki depan,
dengan irama gerak kontinu dan harmonis.
Hindari menggunakan tenaga pergelangan
tangan yang berlebihan, karena akan
mempengaruhi arah dan akurasi pukulan.
- Sebelum melakukan servis, perhatikan posisi
dan sikap berdiri lawan, sehingga dapat
mengarahkan kok ke sasaran yang tepat dan
sesuai perkiraan.
- Biasakan berlatih dengan jumlah kok yang
banyak dan berulang-ulang tanpa mengenal
19
rasa bosan, sampai dapat menguasai gerakan
dan ketrampilan servis ini dengan utuh dan
baik/sempurna.
Selain itu, perlu diperhatikan adanya
peraturan servis. Berikut aturan bagaimana
melakukan servis yang salah dan benar.
d. Servis yang Salah :
a) Pada saat memukul bola, kepala (daun) raket lebih
tinggi atau sejajar dengan grip raket.
b) Titik perkenaan kok, kepala (daun) raket lebih
tinggi dari pinggang.
c) Posisi kaki menginjak garis tengah atau depan.
d) Kaki kiri melakukan langkah.
e) Kaki kanan melangkah sebelum kok dipukul.
f) Rangkaian mengayun raket dan memukul kok tidak
boleh terputus.
g) Penerima servis bergerak sebelum kok servis
dipukul.
e. Servis yang Benar :
a) Pada saat memukul, tigngi kepala (daun) raket harus
berada dibawah pegangan raket.
b) Perkanaan kok harus berada di bawah pinggang.
c) Kaki kiri statis.
d) Kaki hanya bergeser, tetapi tidak lepas dari tanah.
e) Rangkaian mengayun raket, harus dalam satu
rangkaian.
f) Penerima servis bergerak sesaat setelah servis
dipukul.
6. Pengembalian Service
20
Teknik pengembalian servis, sangat penting dikuasai
dengan benar oleh setiap pemain bulutangkis. Arahkan kok ke
daerah sisi kanan dan kiri lapangan lawan atau ke sudut depan atau
belakang lapangan lawan. Prinsipnya, dengan penempatan kok
yang tepat, lawan akan bergerak untuk memukul kok itu, sehingga
is terpaksa meninggalkan posisi strategisnya di titik tengah
lapangannya.
a. Dalam permainan tunggal, sebaiknya servis lob lawan
dikembalikan dengan teknik pukulan keras dan tinggi ke
salah satu sudut bagian belakang lapangan lawan, atau
dengan teknik "pukulan pendek" (drop pendek) ke sudut
depan lapangan lawan.
b. Hindari melakukan "smes keras", tatkala berdiri pada posisi
di bagian belakang lapangan sendiri. Oleh karena, posisi
pada saat itu kurang menguntungkan, apabila smes dapat
dikembalikan dengan penempatan yang akurat atau terarah
oleh pemain lawan.
c. Dalam permainan ganda, seharusnya kok dipukul terarah
cepat, dan arah pukulan senantiasa menukik jatuh ke
lapangan lawan atau ke bagian tubuh lawan.
7. Underhand (Pukulan dari Bawah)
Jenis pukulan ini dominant digunakan dalam permainan
bulutangkis. Seperti halnya teknik dasar "pukulan dari atas
kepala", untuk menguasai teknik dasar ini, pertama-tama, harus
trampil berlari sambil melakukan langkah lebar, dengan kaki kanan
berada di depan kaki kiri untuk menjangkau jatuhnya kok.
Sikap menjangkau ini, hendaknya siku dalam keadaan
bengkok dan pertahankan sikap tubuh tetap tegak, sehingga lutut
kanan dalam keadaan tertekuk.
Pada saat memukul kok, gunakan tenaga kekuatan siku dan
pergelangan tangan, hingga gerakan lanjut dari pukulan ini
21
berakhir di atas bahu kiri. Perhatikan, agar telapak kaki kanan tetap
kontak dengan lantai sambil menjangkau kok. Jangan sampai gerak
langkah terhambat karena kaki kiri tertahan gerakannya.
a. Fungsi pukulan dasar ini antara lain:
a) Untuk mengembalikan pukulan pendek atau
permainan net lawan.
b) Sebagai cara bertahan akibat pukulan serang lawan.
Dalam situasi tertekan dalam permainan, harus
melakukan pukulan penyelamatan dengan cara
mengangkat kok tinggi ke daerah belakang lapangan
lawan.
c) Pukulan dasar ini dapat dilakukan dengan teknik
pukulan forehand dan backhand.
Cara berlatih yang efektif untuk menguasai
teknik dasar ini, adalah menciptakan suasana
berlatih bersama tim dengan memukul kok yang
diarahkan relatif jauh dari jangkauan. Berlatihlah
dengan tekun dan selalu mengevaluasi sendiri
kesalahan yang dilakukan, agar tidak diulangi lagi.
Ada dua jenis pukulan underhand:
a. Clear Underhand, pukulan atau dorongan yang diarah kan
tinggi ke belakang.
b. Flick Underhand, pukulan atau dorongan mendatar ke arah
belakang.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Pegangan raket forehand untuk underhand forehand, dan
pegangan backhand untuk underhand backhand.
22
b. Pergelangan tangan agak bengkok ke belakang, siku juga
agak bengkok.
c. Sambil melangkahkan kaki kanan ke depan, ayunkan raket
ke belakang lalu pukul bola dan pada saat perkenaan bola,
posisi tangan lurus.
d. Bola dipukul kira-kira dekat kaki kanan bagian luar.
e. Posisi akhir raket sesuai arah bola.
Cara Latihan
Untuk tahap pemula, umpan dengan lemparkan banyak
bola. Untuk koordinasi pukul bola sambil melangkah kaki
kanan.
8. Overhead Clear/Lob
Pusatkan perhatian lebih untuk menguasai pukulan
overhead lob ini, karena teknik pukulan lob ini banyak
kesamaannya dengan teknik smes dan dropshort. Pukulan overhead
lob adalah bola yang dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya
dari belakang lapangan dan diarahkan keatas pada bagian belakang
lapangan.
Ada dua jenis overhead lob :
a. Deep lob/Clear, bolanya tinggi ke belakang.
b. Attacking lob/Clear, bolanya tidak terlalu tinggi.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Pergunakan pegangan forehand, pegang raket dan posisinya
di samping bahu.
b. Posisi badan menyamping (vertikal) dengan arah net. Posisi
kaki kanan berada di belakang kaki kiri dan pada saat
memukul bola, harus terjadi perpindahan beban badan dari
kaki kanan ke kaki kiri.
c. Posisi badan harus diupayakan selalu bera di belakang bola.
23
d. Bola dipukul seperti gerakan melempar.
e. Pada saat perkenaan bola, tangan harus lurus. Posisi akhir
raket mengikuti arah bola, Ialu dilepas, sedang raket jatuh
di depan badan.
f. Lecutkan pergelangan (raket) saat kena bola.
Cara Latihan
a. Untuk para pemula yang baru belajar, sebaiknya pertama-
tama latihan dengan cara mengumpan mereka dengan
lemparan bola. Tujuannya supaya timing memukul bisa
diperoleh. Untuk mempermudah, bisa digunakan hitungan
(1. Posisi siap; 2. Ayunkan; 3. Pukul).
b. Untuk alat bantu guna membiasakan gerakan dan
memperoleh timing memukul yang pas, gunakan gantungan
kok yang bisa diatur ketinggiannya.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Posisi preparation sama dengan overhead biasa.
b. Karena, biasanya bola berada jauh di belakang kepala kita, untuk
menjangkaunya, pertama badan diputar yaitu dengan
melangkahkan kaki kanan ke belakang, lalu lompatkan kaki kanan
sambil badan dan raket diputar untuk menjangkau kok yang berada
di belakang kepala, sehingga terjadi perpindahan berat badan.
3. Setelah memukul, kaki kiri mendarat lebih dulu, di bagian depan
kaki (agak berjingkat), badan harus condong ke depan.
9. Round The Head Clear/Lob/Drop/Smash
Adalah bola overhead (di atas) yang dipukul di bagian
belakang kepala (samping telinga sebelah kih). Dibanding dengan
overhead yang biasa, pukulan di belakang kepala ini relatif lebih
sulit. Karena untuk bisa melakukan pukulan (teknik) ini diperlukan
ekstra kekuatan kaki, kelenturan, footwork yang balk, dan
24
koordinasi. Biasanya pukulan ini dilakukan secara terpaksa karena
untuk melakukannya harus dengan pukulan backhand.
10. Smash
Yaitu pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke bawah
dan dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan ini identik sebagai
pukulan menyerang. Karena itu tujuan utamanya untuk mematikan
lawan. Pukulan smes adalah bentuk pukulan keras yang sering
digunakan dalam permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini
adalah; keras, laju jalannya kok cepat menuju Iantai Iapangan,
sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai,
bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi
gerak tubuh yang harmonis.
Dalam praktek permainan, pukulan smes dapat dilakukan
dalam sikap diam/berdiri atau sambil loncat (King Smash).Oleh
karena itu pukulan smes dapat berbentuk:
a. Pukulan smes penuh - Pukulan smes potong - Pukulan sines
backhand - Pukulan smes melingkar atas kepala
b. Teknik pukulan smes tersebut secara bertahap setiap pemain
harus menguasainya dengan sempurna. Manfaatnya sangat
besar untuk meningkatkan kualitas permainan.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Biasakan bergerak cepat untuk mengambil posisi pukul
yang tepat.
b. Perhatikan pegangan raket.
c. Sikap badan harus tetap lentur, kedua lutut dibengkokkan
dan tetap berkonsentrasi pada kok.
d. Perkenaan raket dan kok di atas kepala dengan cara
meluruskan lengan untuk menjangkau kok itu setinggi
25
mungkin dan pergunakan tenaga pergelangan tangan pada
saat memukul kok.
e. Akhiri rangkaian gerakan pukul itu dengan gerak Ian-jut
ayunan raket yang sempurna ke depan badan.
11. Dropshot (Pukulan Potong)
Adalah pukulan yang dilakukan seperti smes. Perbedaannya
pada posisi raket saat perkenaan dengan kok. Bola dipukul dengan
dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan potong)
yang balk adalah apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak
melewati garis ganda.
Karakteristik pukulan potong ini adalah, kok sentiasa jatuh
dekat jaring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu harus
mampu melakukan pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap
dan posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan. Faktor
pegangan raket, gerak kaki yang cepat, posisi badan dan proses
perpindahan berat badan yang harmonis pada saat memukul
merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini.
Sikap persiapan awal dan gerak memukul tidak berbeda
dengan pukulan smes. Dalam pelaksanaan pukulan potong ini,
adalah menempatkan kok pada sudut-sudut lapangan lawan sedekat
mungkin jaring/net, dengan variasi gerak tipu badan dan raket
sebelum perkenaan raket dan kok, yang menyebabkan lawan
terlambat mengatisipasi dan bereaksi atas datangnya kok secara
mendadak.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Pergunakan pegangan forehand. Pegang raket dan posisinya
di samping bahu.
26
b. Posisi badan menyamping (vertikal) dengan arah net, posisi
kaki kanan berada dibelakang kaki kiri. Pada saat memukul
bola, harus terjadi perpindahan beban badan dari kaki kanan
ke kaki kiri.
c. Posisi badan harus selalu diupayakan berada di belakang
bola.
d. Pada saat perkenaan bola, tangan harus lurus, menjangkau
bola dan dorong dengan sentuhan halus.
e. Untuk arah forehand lawan, pukul bagian Iengkungan bola
sebelah kanan dan lengkung kiri bola untuk tujuan
backhand.
f. Posisi akhir raket mengikuti arah bola.Biasakan bergerak
cepat mengambil posisi pukul yang tepat di belakang kok
g. Perhatikan gerak langkah dan keseimbangan badan pada
saat dan setelah memukul kok.
h. Kok harus dipukul dengan sikap lengan lurus dan hanya
menggunakan tenaga kecil.
i. Pukulan potong ini mengandung aspek kehalusan gerak dan
gerak tipu.
12. Netting
Adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan
sedekat mungkin ke net, dipukul dengan sentuhan tenaga halus
sekali. Pukulan netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul
halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net.
Karakteristik teknik dasar ini adalah kok senantiasa jatuh
bergulir sedekat mungkin dengan jaring/net di daerah lapangan
lawan. Koordinasi gerak kaki, lengan, keseimbangan tubuh, posisi
raket dan kok saat perkenaan, serta daya konsentrasi adalah faktor-
faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pukulan ini.
27
Pegang raket dengan jari-jari tangan (ruas jari tangan),
pergelangan tangan tetap rileks, posisi kepala (daun) raket sejajar
dengan Iantai pada saat perkenaan raket dan kok yang harus
diperhatikan selama proses pukulan jaring berlangsung. Di
samping itu sikap dan posisi kaki tumpu harus tetap kokoh
menapak di Iantai, dengan lutut kanan dibengkokkan, sehingga
tidak terjadi gerakan tambahan yang dapat mempengaruhi
keseimbangan tubuh.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Pegangan raket forehand untuk forehand
net dan backhand untuk backhand samping net.
b. Siku agak bengkok dan pergelangan ditekuk sedikit ke
belakang.
c. Pada saat memukul, kaki kanan berada di depan dan bola
dipukul pada posisi setinggi mungkin.
d. Sesaat sebelum perkenaan bola, buat tarikan kecil dan
pergelangan tangan. Pukul bola pada bagian lengkung
kanan dan kiri sampai pada bagian bawah bola. Akhir
kepala raket menghadap atau sejajar dengan langit-langit.
Cara Latihan
a. Berdiri kira-kira dua langkah dari jaring sambil memegang
raket.
b. Penyaji melemparkan kok berturut-turut ke daerah jaring
dan Anda berusaha memukul kok itu.
c. Lakukan latihan ini di sisi kanan dan kiri secara bergantian.
d. Tingkatkan faktor intensitas dan kesulitan latihan dengan
cara sambil bergerak.
28
e. Arah dan sasaran pukulan dapat berbentuk lurus, silang
atau dengan cara mendorong kok itu ke berbagai arah.
13. Return Smash
Adalah pukulan yang lebih identik dengan pola pertahanan.
Namun demikian pengembalian smash yang baik bisa menjadi
serangan balik.
Jenis-jenis pengembalian smash:
a. Pengembalian pendek, yaitu pengembalian dimana
bolanya jatuh dekat net. Banyak terjadi pada
permainan tunggal. Tujuannya untuk memaksa
lawan berlari jauh.
b. Pengembalian drive (mendatar),lebih banyak
dilakukan pada permainan ganda. Tujuannya untuk
tidak memberi kesempatan lawan melakukan
serangan.
c. Pengembalian panjang, yaitu pengembalian bola ke
arah belakang lagi. Pukulan ini blasanya hanya bisa
dilakukan oleh pemain yang sudah trampil dan
mempunyai pergelangan tangan kuat.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Posisi siap (stand), lihat keterangan dibagian
footwork.
b. Untuk pengembalian dari forehand, apabila
dekat biosa dilakukan dengan satu langkah kaki
kanan, tatapi apabila jauh, mungkin perlu
dilakukan dulu langkah kecil dari kaki kiri.
c. Untuk pengembalian backhand, apabila dekat
bisa dilakukan dulu langkah kecil dari kaki kiri.
29
Tetapi , aapbila jauh mungkin perlu dilakukan
dulu langkah kecil dari kaki kanan.
14. Backhand Overhead
Pukulan ini bisa dlkategorikan paling sulit, terutama bagi
pemain pemula. Karena secara biomekanik teknik pukulan ini
selain menuntut koordinasi anggota badan yang sempurna, juga
penguasaan grip dan timing yang tepat.
Tanpa ketiga hal tersebut, tenaga besar sekalipun tidak bisa
menghasilkan kualitas pukulan yang baik.
Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Lakukan posisi slap dengan posisi raket di tangan.
b. Putar badan, dengan melangkahkan kaki kanan ke belakang
kiri. Lutut dan siku kanan agak bengkok.
c. Rangkaian memukul mulai dari mengayunkan raket (siku
ke dekat ketiak) dorong dengan pinggang dan siku menjadi
lurus. Gerakan diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan.
d. Cara kedua, rangkaian pukulan di atas (No.3) bisa
dilakukan sambil melangkahkan kaki kanan, lalu ayun
raket. Kaki kanan sudah mendarat pada saat bola dipukul.
Cara Latihan
Latih dahulu gerakan tanpa bola . Untuk mempermudah
bisa digunakan alat bantu, yaitu gantuingan kok setinggi timing
seorang atlit
15. Drive
Adalah pukulan cepat dan mendatar banyak digunakan
dalam permaianan ganda. Tujuannya untuk menghindari lawan
30
menyerang atau sebaliknya memaksa lawan mengangkat bola dan
berada pada posisi bertahan. Pukulan ini menuntut ketrampilan
grip, reflek yang sepat dan kekuatan pergelangan tangan. Pukulan
ini akan diajarkan lebih jauh pada tahap selanjutnya.
Sebagai Dasar Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Pegangan raket dengan satu grip/cepat berpindah.
b. Selain kekuatan bahu, gunakan "lecutan" pergelangan pada
saat bola dipukul.
Cara Latihan
a. Gunakan raket yang lebih berat atau botol berisi pasir untuk
melatih kekuatan pergelangan tangan.
b. Latih reflek pukulan drive kiri/kanan ke tembok.27
31
B. CEDERA PADA BAHU (CINGULUM MEMBRI SUPERIORIS)
B.1. ANATOMI BAHU
Bahu adalah bagian badan yang terdapat pada daerah pectoral
yang diperkuat oleh ekstremitas superior dalam hal ini (cingulum
membri superioris).22
Bahu batas antara lengan atas dengan batang tubuh. Gelang bahu
clavikula, scapula, dan bagian proksimal humerus.25
Gelang bahu terdiri dari clavicula dan scapula, yang bersendi
pada articulatio acromioclavicularis. Clavicula berbentuk kurva-ganda
dan memanjang. Terletak diatas tulang rusuk pertama. Pada ujung
medial, clavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada)
pada sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi
dengan acromion dan scapula (tulang belikat) dengan sendi
acromioclavicularis.8
32
B.1.1. Clavicula
Clavicula adalah tulang panjang yang letaknya horizontal pada
daerah ujung leher. Tulang ini bersendi dengan sternum dan cartilago
costalis I di sebelah medial, dan dengan acromion di sebelah lateral.8,9
Clavicula mempunyai peran sebagai sebuah penyangga pada
waktu lengan atas bergerak menjauhi tubuh. Clavicula juga berfungsi
menyalurkan gaya dari lengan atas ke skeleton axiale, dan merupakan
tempat melekatnya otot.
Clavicula terletak subkutan menurut arah panjang nya, dari dua
pertiga medialnya cembung kedepan dan sepertiga lateralnya cekung
ke arah depan.8,9
B.1.2 Scapula
Scapula (tulang belikat) ialah tulang yang menghubungkan
tulang lengan atas (humerus) dan tulang selangka (clavicula). Tulang
pipih yang berbentuk segitiga yang terletak di dinding posterior
thorax di antara coste II hingga VII. Pada permukaan posterior, spina
scapulae menonjol ke belakang. Ujung lateral spina scapulae bebas
dan membentuk acromion, yang bersendi dengan clavicula. Angulus
superolateralis scapulae yang membentuk cavitas atau fossa
glenoidalis yang berbentuk seperti buah pir dan bersendi dengan caput
humeri pada articulatio humeri. Processus coracoideus menonjol
keatas dan depan di atas cavitas glenoidales dan merupakan tempat
melekatnya otot dan ligamentum. Medial terhadap basis processus
coracoideus terdapat incisura suprascapularis.8,9
Permukaan anterior scapula cekung dan membentuk fossa
subscapularis. Permukaan posterior scapula dibagi dua oleh spina
scapulae menjadi fossa supraspinata di atas dan fossa infraspinata di
bawah. Angulus inferior scapulae dapat dipalpasi dengan mudah pada
33
orang hidup dan merupakan petunjuk posisi iga ketujuh dan processus
spinosus vertebrae thoracicae7.9
Yang menggerakkan dan menstabilkan scapula 7 otot :9
1. M. Trapezius
Musculus trapezius adalah otot yang besar, tipis, berbentuk
segitga, terbentang di bagian belakang leher dan thorax.
Origo : dari sepertiga medial linea nuchalis superior os
occipitalis, protuberantia occipitalis externa, dan ligamentum
nuchae; dari processus spinosus vertebra cervicale 7 dan processus
spinosus serta ligamentum supraspinosus semua vertebra thoracica.
Insertio : serabut bagian atas arahnya kebawah dan lateral
menuju sepertiga lateral clavicula; serabut tengah arahnya
horizontal menuju ke acromion dan pinggir atas spina scapulae.
Persarafan : serabut motoris dari pars spinalis nervus
accesorius (sraf otak XI) dan serabut sensoris dari saraf cervicalis 3
dan 4.
Fungsi : musculus trapezius menggantung gelang bahu pada
tengkorak dan columna vertebralis. Serabut atas mengangkat
scapula. Serabut tengah menarik scapula ke medial. Serabut bawah
menarik margo medialis scapulae ke bawah sehingga cavitas
glenoidalis menghadap keatas dan ke depan.
2. M. levator scapulae
Musculus levator scapulae adalah otot yang besar, pipih,
berbentuk segitiga, terbentang dari daerah lumbal dan bagian
bawah thorax.
Origo : dari processus transversus empat vertebra cervicalis
bagian atas.
Insertio : margo medialis scapulae berhadapan dengan fossa
supraspinata.
34
Persarafan : Nervus Cervicalis 3 dan 4 serta nervus dorsalis
scapulae (C5).
Fungsi : mengangkat pinggir medial scapula. Bila otot ini
bekerja sama dengan serabut tengah musculus trapezius dan
musculi rhomboidei, otot ini menarik scapula ke medial dan atas,
sehingga menarik bahu ke belakang.
3. M. Rhomboideus minor
Origo : dari bagian bawah ligamentum nuchae dan processus
spinosus vertebra cervicalis 7 dan thoracica 1
Insertio : pinggir medial scapula berhadapan dengan pangkal
spina scapulae.
Persarafan : Nervus dorsalis scapulae (C5)
Fungsi : bersama musculus rhomboideus major dan musculus
levator scapulae mengangkat pinggir medial scapulae dan
menariknya ke medial.
4. M. Rhomboideus mayor
Origo : dari processus spinosus vertebra thoracicae ke dua
sampai lima dan ligamentum supraspinale yang sesuai.
Insertio : pinggir medial scapula berhadapan dengan fossa
infraspinata.
Persarafan : Nervus dorsalis scapulae (C5)
Fungsi : bersama musculus rhomboideus minor dan musculus
levator scapulae mengangkat pinggir medial scapula dan
menariknya ke medial.
5. M. seratus anterior
Otot-otot deltoideus dan rotator cuff tergolong “prime mover”
dan fungsinya adalah sebagai abduktor lengan.9
Gerakan abduksi lengan ini adalah gerakan yang memutari satu
fulerum yang terletak di pusat caput humeri, gerakan abduksi ini
hanya akan berjalan dengan lancar apabila kedua kelompok otot
35
ini (deltoideus dan rotator cuff) normal bila salah satu saja
mengalami kelemahan maka otomatis gerakan abduksi tidak bisa
berjalan dengan baik. Hal ini bisa di terangkan dengan cara
menganalisa gaya-gaya yang di timbulkan oleh otot-otot tersebut.
“Rotator cuff” atau manset rotator atau “otot pelindung” dibentuk
oleh m. subscapularis, m. supra spinatus, m. infra spinatus, dan m.
teres minor otot-otot ini merupakan manset dan sebagai pelinung
diri.22
Pada keadaan lengan menggantung disisi tubuh, arah gaya
yang di timbulkan oleh kontraksi M. Deltoideus adalah vertikal ke
atas dan karena terlalu dekatnya gaya ini dengan fulorumnya maka
hasil akhir gaya ini adalah akan menarik humerus keatas sehingga
caputnya akan menekan acromion, sedangkan gerakan abduksi
lengan minim sekali sebaliknya bila otot rotator cuff bekerja
sendiri akan menghasilkan gaya ke arah bawah medial dengan
hasil mendepresi caput humeri kebawah yang bahkan bisa
menyebabkan subluksasi sendi.
Tetapi bila kedua otot ini bekerja bersama-sama akan
menghasilkan perputaran (force couple) yang menyebabkan
terjadinya abduksi lengan secara “smooth”. Agar lengan dapat di
elevasi ke atas kepala maka di perlukan juga gerakan scapula,
gerakan ini terjadi terhadap dinding thorax dan secara garis besar
dibagi menjadi dua gerakan yaitu :9
1. Gerakan bergeser
Kemedial - lateral : total gerakan adalah 15cm. Keatas - bawah :
total gerakan adalah 10-12 cm
2. Gerakan rotasi
Keatas - bawah : total ROM (Range Of Motion) adalah 60°
Gerakan rotasi scapula keatas yang merupakan gerakan
terpenting terjadi akibat gaya putar yang di timbulkan oleh
36
interaksi gaya-gaya di timbulkan oleh kontraksi M. seratus
anterior dan trapezius pada observasi klinik untuk gerakan rotasi
ke atas ini tampaknya peranan M. seratus anterior lebih penting
dari pada M. trapezius. Ini terbukti bahwa bila ada kelemahan
M. serattus anterior maka seseorang akan tidak mampu
mengangkat lengannya keatas kepala. Sebaliknya bila ada
kelemahan M. trapezius dia masih bisa melakukan gerakan
tersebut.9
6. M. subclavius
7. M. pectoralis minor
B.1.2.1 Scapulo humeral rhythm (Gerakan-gerakan
scapulohumeral)
Gerakan elevasi lengan keatas pada keadaan sesungguhnya
tidak bisa di pisah-pisahkan menjadi fase-fase yang berbeda ( yaitu
gerakan humerus terhadap scapula di susul gerakan scapula
terhadap dinding thorax dan akhirnya kembali ke gerakan humerus
terhadap scapula lagi) oleh karena semua gerakan itu terjadi
bersama-sama secara simultan hal ini di sebut “ scapulohmeral
rhythm”. Khususnya pada gerakan abduksi glenohumeral di
pengaruhi oleh rotasi humerus pada sumbu panjangnya dari posisi
lengan menggantung kebawah dan telapak tangan menghadapi
tubuh, gerakan abduksi lengan secara aktif hanya mungkin sampai
sudut 90° saja ( bila dilakukan secara pasif sampai 120°) dan
gerakan elevasi selanjutnya hanya mungkin apabila disertai rotasi
keluar dari humerus pada sumbu panjangnya, hal ini dilakukan agar
tuberculum majus humeri berputar kebelakang acromion sehingga
gerakan selanjutnya keatas tidak terhalang lagi, sebaliknya bila
lengan berada dalam rotasi kedalam, maka gerakan abduksi
mungkin sampai sudut 60°saja.9
B.1.2.2 Articulatio suprahumeralis (Sendi suprahumeralis)
37
Syndesmosis adalah pertautan tulang yang dihubungkan oleh
jaringan ikat. Sendi ini merupakan artikulasi protektif antara caput
humeri dengan suatu arcus yang dibentuk oleh ligamentum coraco
acromialis yang lebar, ligament ini berfungsi untuk melindungi
sendi glenohumeral terhadap trauma dari atas dan sebaliknya
mencegah dislokasi keatas dari caput humeri, ligament ini juga
menjadi hambatan pada wakru abduksi lengan seperti telah di
sebutkan di depan .9
Didalam sendi yang sempit ini terdapat struktru-struktur yang
sensitif, yaitu bursae sub acromialis dan subcoracoideus, tendon M.
supraspinatus, bagian atas kapsul sendi glenohumeral, tendon M.
biceps serta jaringan ikat, struktur ini semuanya penting terutama
hubungannya dengan kondisi-kondisi patologis.9
B.1.2.3 Articulatio acromioclavicularis dan sternoclavicularis
Sendi acromioclavicularis adalah ke 2 bagian tulang ini di
dalam ruang sendi dihubungkan melalui suatu cakram yang terdiri
dari jaringan fibrocartilago, sendi ini diperkuat oleh ligamentum
acromioclavicularis superior dan inferior, pada waktu scapula rotasi
keatas (saat lengan elevasi diatas kepala) maka terjadi rotasi
clavicula mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini akan
menyebabkan elevasi clavicula, elevasi ini pada sudut 30°pertama
terjadi pada sendi sternoclavicularis kemudian 30°kemudian terjadi
akibat terjadi rotasi clavicula ini.9
Sendi sternoclavicularis adalah sendi yang di bentuk antara
clavicula dengan manubrium sterni. Didalam rongga sendinya juga
terdapat suatu cakram dan sendi ini gerakannya adalah cukup bebas
seperti tipe bola dan mangkok, disamping oleh kapsul sendi serta
ligamentum interclavicularis dia diperkuat juga oleh ligamentum
38
costoclavicularis yang amat kuat, adanya ligament ini maka sendi
costovertebral (dari costa I )secara tidak langsung juga
mempengaruhi gerakan sendi lengan bahu secara keseluruhan.9
1. Pada sendi glenohumeralis
a. Gerakan fleksi dan ekstensi pada bidang sagital
b. Gerakan abduksi dan adduksi pada bidang frontal dan
horizontal
c. Gerakan endorotasi dan eksorotasi pada bidang horizontal
dan sagital.
2. Pada gelang bahu
Gerakan fleksi dan ektensi (muka-belakang) dan gerakan
elevasi dan depresi (atas-bawah).9
B.1.3 Manset Rotator
Penguatan capsula articularis humeri terutama diperoleh dari otot-
otot m. subscapularis, m. supra spinatus, m. infra spinatus, dan m.
teres minor. Otot-otot ini merupakan manset dan sebagai pelindung
sendi. Otot ini dikenal sebagai otot-otot “manset rotatot” atau
“rotator cuff” atau “otot pelindung”. Capsula articularis bagian depan
merupakan bagian yang lemah, sehingga memudahkan luxatio
humeri.22
Empat otot : musculus supraspinatus, musculus infraspinatus,
musculus teres minor, dan musculus subscapularis – membentuk apa
yang disebut manset rotator (rotator cuff). Tonus otot-otot ini
membantu memfiksasi caput humeri di dalam cavitas glenoidalis
scapulae selama gerakan articulatio humeri. Manset terletak di sisi
anterior, superior, dan posterior sendi. Manset tidak ada bagian
inferior, sehingga bagian inferior merupakan tempat yang lemah.9
39
B.1.4 Articulatio
B.1.4.1 Articulatio Sternoclavicularis
a. Articulatio : Terbentuk di antara ujung sternal clavicula,
manubrium sterni, dan. cartilago costa I
b. Tipe : Sendi sinovial dua sumbu.
c. Capsula articularis : Mengelilingi sendi dan melekat pada facies
articularis
d. Ligamentum : Simpai sendi di perkuat di depan dan di belakang
oleh ligamentum sternoclavicularis yang kuat.
e. Discus articularis : Discus fibrocartilagineus yang pipih terletak di
dalam sendi dan membagi bagian dalam sendi atas menjadi dua
ruangan. Lingkar sendi melekat pada bagian dalam capsula
articularis claviculae dan di bawah dengan cartilago costa I.
f. Ligamnetum tambahan : ligamentum costoclaviculare adalah
sebuah ligamentum kuat yang berjalan dari perbatasan costa I
dengan cartilago costa I ke permukaan bawah pars sternalis
claviculae.
g. Persarafan : Nervus supraclavicularis dan saraf yang menyarafi
musculus subclavius.
h. Gerakan : Gerakan clavicula ke depan dan belakang terjadi pada
bagian medial. Elevasi dan depresi clavicula terjadi pada bagian
lateral.9
i. Axis sendi : gerak keatas dan kebawah terhadap axis sagital.
Gerak rotasio terjadi pada axis rotasionis (axis longitudinalis) dan
gerak ke depan dan ke belakang terjadi pada axis vertical.
Gerakan pada articulatio sterno clavicularis pada dasarnya adalah
imbas dari gerakan pada articulatio humeri dan articulatio
acromio clavicularis. Gerakan tersebut merupakan gerak
sirkumduksio.22
B.1.4.2 Articulatio Acromio clavicularis
40
a. Articulatio : Di antara acromion dan ujung lateral clavicula.
b. Tipe : sendi sinovial.
c. Capsula articularis : Mengelilingi dan melekat pada pinggir facies
articularis.
d. Ligamentum : ligamentum acromioclavicularis superior dan
inferior memperkuat capsula articularis; dari capsula, dar sisi atas
sebuah discus fibrocartilagineus berbentuk baji menonjol ke
dalam rongga.
e. Ligamentum tambahan : ligamentum coracoclaviculare yang
sangat kuat berjalan dari processus coracoideus menuju
permukaan bawah clavicula. Ligamentum ini terutama
bertanggung jawab menggantungkan berat scapula dan
ekstremitas superior pada clavicula.
f. Membrana sinovial : melapisi capsula articularis dan melekat
pada pinggir rawan yang meliputi permukaan sendi.
g. Persarafan : Nervus suprascapularis
h. Gerakan : Terjadi gerakan yang luwes waktu scapula memutar,
atau waktu clavicula diangkat atau ditekan ke bawah. 9
i. Axis sendi : kemungkinan geerak yang ada adalah gerakan
terhadap axis sagital, axis transversal, dan axis yang berjalan
dari articulatio tersebut ke angulus inferior scapulae.22
B.1.4.3 Articulatio Humeri
a. Articulatio : persendian yang terjadi di antara caput humeri yang
bulat dengan cavitas glenoidalis scapulae yang dangkal dan
berbentuk seperti buah pir. Facies articularis diliputi oleh rawan
sendi hialin, dan cavitas glenoidales diperdalam oleh adanya bibir
fibrocartilago yang dinamakan labrum glenoidale.
b. Tipe : sendi sinovial “ball and socket”.
c. Capsula articularis : Meliputi sendi dan di medial melekat pada
pinggir cavitas glenoidalis di luar labrum; di lateral capsula
41
melekat pada collum anatomicum humeri. Capsula articularis ini
tipis dan lemas, memungkinkan gerakan yang luas. Capsula
articularis diperkuat oleh lembaran fibrosa yang berasal dari tendo
musculi subscapularis, supraspinatus, infraspinatus, dan teres
minor (oto-otot manset rotator)
d. Ligamentum : ligmentum glenohumerale adalah tiga buah pita
jaringan fibrosa yang memperkuat bagian depan capsula
articularis. Ligamentum humerale transversum memperkuat
capsula articularis dan menjembatani celah antara kedua
tuberculum. Ligamentum coracohumerale memperkuat capsula
articularis dari sebelah atas dan terbentang dari pangkal processus
coracoideus sampai ke tuberculum majus humeri.
e. Ligamnetum tambahan : ligamentum coracoacromiale terbentang
antara processus coracoideus dan acromion. Fungsinya adalah
untuk melindungi bagian atas sendi.
f. Membrana sinovial : melapisi capsula articularis dan melekat
pada pinggir cartilago yang meliputi facies articularis. Membrana
ini memebetuk sarung di sekitar tendo musculi biceps brachii
caput longum. Membrana ini menonjol keluar dari dinding
anterior capsula untuk membentuk bursa subscapularis yang
terletak di bawah musculus subscapularis.
g. Persarafan : Nervus axillaris dan nervus suprascapularis.9
h. Axis sendi : gerak transversal, axis sagital, dan axis cranio caudal
(longitudinal).22
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada articulatio humeri adalah :
a. Bidang sendi (bidang scapula) membentuk sudut 45° dengan
bidang sagital, sehingga gerak flexio lengan arahnya kedepan
dan medial; sebaliknya gerak retroflexi (extensi) arahnya ke
dorsal dan lateral.
42
b. Axis rotasionis adalah garis longitudinal yang melewati caput
humeri ke capitulum humeri.
c. Gerak articulation humeri selalu disertai gerak pada cingulum
membri superioris. Abduksi lengan dapat berlangsung sampai
180° dan bila dicermati ternyata sepertiga bagian dari jumlah
geerak tersebut adalah gerak rotasi scapula.
d. Pada posisi berdiri fundamental, bila pada lengan di lakukan
abduksi maksimal, maka abduksi ini pada posisi tertentu akan
tertahan oleh tertumbuknya tuberculum majus humeri pada
lengkung coraco acromiale. gerak ini dapat dilanjutkan bila
pada lengan dilakukan exorotasi sampai telapak tangan
menghadap ke ventral.22
B.1.5 Mekanisme Scapulo-humerale
Scapula dan extremitas superior yang digantungkan pada
clavicula oleh ligamentum coracoclaviculare yang kuat dan dibantu
oleh tonus otot-otot. Bila scapula melakukan gerakan rotasio pada
dinding thorax, maka posisi dari cavitas glenoidalis scapulae akan
berubah. Sumbu dari gerakan ini diduga melalui ligamentum
coracoclaviculare.9
Abductio lengan atas berhubungan dengan rotasio dari scapula
dan articulatio humeri. Setiap 3 derajat abductio lengan atas, terjadi
abductio 2 derajat pada articulatio humeri dan pada abductio 1
derajat oleh karena rotasio dari scapula. Pada abductio sekitar 120
derajat lengan atas, tuberculum majus humeri terbentuk pada ujung
lateral acromion. Gerakan mengangkat lengan atas lebih tinggi dari
kepala membutuhkan gerakan rotasio scapula.9
B.1.6 Analisis Anatomik Cingulum Membri Superioris
43
Cingulum membri superioris terdiri atas clavicula dan scapula.
Clavicula merupakan tulang panjang berbentuk huruf S yang terdiri
atas dua pertiga bagian medial yang berbentuk silindris (exstremitas
sternalis claviculae) dan sepertiga bagian lateral (extremitas
acromialis claviculae) yang pipih. Bentuk silindris pada bagian
medial sesuai dengan struktur mekaniknya yaitu mengemban tugas
meneruskan desakan (tekanan) yang berasal dari arah lengan menuju
ke sternum. Extremitas lateralis yang pipih dan konkaf ke arah depan
yang bersendi acromion akan meneruskan desakan dari arah scapula
ke clavicula dengan perantaraan ligamentum coracoclaviculare.
Bagian clavicula yang terletak di antara kedua bagian tadi
merupakan bagian yang lemah dan mudah mengalami keretakan
(fractura). Dengan demikian clavicula mempunyai dua bagian yang
berbeda secara structural dan fungsioal.22
Scapula merupakan tulang pipih berbentuk segitiga dengan
facies costalis yang menghadap ke costa dan facies posterior yang
menghadap ke dorsal. Pada facies costalis dijumpai fossa sub-
costalis, pada facies posterior dijumpai fossa supraspinata dan fossa
infraspinata yang saling dipisahkan oleh spina scapulae. Tiga buah
tepi (margo) yang membatasi segitiga adalah margo medialis, margo
lateralis, dan margo superior. Tiga buah sudut yang terbentuk oleh
ketiga sisi scapula adalah angulus inferior, angulus superior, dan
angulus lateralis. Angulus lateralis ditempati oleh cavitas gleinodalis
dengan collum scapulae.22
Sendi yang dibentuk oleh cingulum membri superioris adalah:22
1. Articulatio sterno clavicularis
2. Articulatio acromio clavicularis
3. Syndesmosis coraco clavicularis
44
Otot penggerak cingulum membri superioris mengadakan pf
(punctum fixum/origo) pada skeleton axiale dan pm (punctum
mobile/insertio) pada scapula atau clavicula. Dibedakan adanya
kelompok anterior dan posterior. Fungsi utama otot adalah sebagai
stabilisator scapula, sehingga dalam aktivitas scapula menajadi bias
menjadi fulcrum yang tetap dan menjadi pf otot-otot penggerak
humerus.22
B.1.6.1. Sendi pada pars libera membri superior
1. Articulatio Cubiti (sendi siku). Dibentuk oleh tiga buah tulang
yaitu humerus, ulna dan radius. Karena dibentuk oleh lebih dari
dua buah tulang maka sendi ini merupakan articulation
kompositus. Gerakan yang mungkin terjadi yaitu flexi, extensi,
pronasi, supinasi. Umumnya otot-otot sebagai flexor dan
extensor. Otot-otot yang lain sebagai pronator dan supinator.
Terdiri atas :
Articulatio humero ulnaris yang dibentuk oleh trochlea
humeri dan incisura semiulnaris ulnae.
Articulatio humero radialis dibentuk oleh capitulum humeri
dan fovea capituli radii.
Articulatio radio ulnaris proximalis dibentuk oleh
circumferentia articularis radii dan incisura radialis ulnae.
2. Junctura Radio-ulnaris
Hubungan ini bersifat diarthrosis dan synarthrosis. Hubungan
diarthrosis terdiri atas articulatio radio ulnaris proximalis, dan
articulatio radio ulnaris distalis. Hubungan synarthrosis yaitu
dengan adanya hubungan syndesmosis fibrosa dalam bentuk
membrane interossea yang berada di antara radius dan ulna.
Otot-otot lengan bawah (antebrachium) membungkus radius
dan ulna baik di sebelah depan, belakang, lateral, maupun medial.
Dengan adanya septum intermusculare transversum, otot-otot
45
pada antebrachium terbagi atas otot-otot yang letaknya superficial
dan profundal.
B.1.7. Analisis Mekanik Cingulum Membri Superioris
Gerak pada sendi
Ada tiga macam gerak pada sendi, yang ketiganya dapat
dijumpai pada sendi triaxial. Macam gerakan yang dapat dilakukan
pada sendi ialah sebagai berikut:22
a. Pengetulan (flexio) dan pengedangan (extensio). Flexio
memperkecil dan extensio memperbesar sudut di antara dua
bagian tulang yang membentuk sendi dan gerakannya terjadi
pada bidang sagital. Sumbu gerak adalah sumbu transversal.
Otot-otot yang bekerja disebut otot-otot ketul (m.m. flexores)
dan otot-otot kedang (m.m. extensores). Pada articulatio humeri
dan articulatio coxae istilah flexio diganti anteflexio dan
retroflexio. Istilah anteflexio dan retroflexio juga dipakai pada
columna vertebralis untuk gerak membungkuk ke depan dan
membengkok ke belakang.22
b. Gerak ke tengah (adduction, adduksi) dan gerak ke samping
(abduction, abduksi). Gerak ini menedekatkan atau menjauhkan
bagian tulang yang bergerak terhadap bidang tengah badan
(bidang median). gerakan terjadi pada bidang vertical, dan
sumbu gerak adalah sagital. Otot-otot yang bekerja disebut m.m.
adductores dan m.m. abductores.22
c. Gerak putar/kisar (rotatio-rotasio) adalah gerak sekeliling sumbu
panjang suatu bagian tulang/rangka atau sekeliling sumbu yang
hamper berimpit dengan sumbu panjang. Otot-otot yang
melakukan gerak ini dianamakan otot pemutar (m.m rotatores).
Pada gerak kisar dapat dibedakan antara endorotasio (gerak
kisar ke dalam) dan exorotasio (gerak kisar keluar). Untuk
46
menyatakan apakah endorotasio atau exorotasio, kesepakatan
yang digunakan adalah: titik yang berada di bagian ventral
tulang yang bergerak. Bila titik tersebut mendekat ke arah garis
median disebut endorotasio, sebaliknya bila titik menjauhi garis
median disebut exorotasio. Untuk rotasio badan dipakai istilah
torsio. Endorotasio lengan bawah disebut pronasio, sedang
exorotasio lengan bawah disebut supinasio.22
d. Gerak lingkar (circumductio, sirkumduksi), merupakan
gabungan antara tiga gerak tersebut diatas. Bidang gerak yang
dijalani merupakan suatu bidang kerucut dengan puncaknya
berada pada sendi.22
Rincian Gerak Antebrachium (lengan bawah)
Gerak yang terjadi pada antebrachium adalah flexi dan extensi
serta pronasi dan supinasi. Flexi dan extensi terjadi pada
articulation humero ulnaris dan articulation humero radialis
sekeliling axis transversal yang berjalan melewati pusat capitulum
humeri.22
Otot-otot penggerak flexi (flexor) adalah m.brachialis,
m.biceps brachii, m.brachio radialis, m. pronator teres, m. flexor
carpi radialis, dan m. Palmaris longus.22
Otot-otot penggerak extensi (extensor) adalah: m.triceps
brachii dan m.anconeus. Pronasi dan supinasi teerjadi pada
articulatio humero radialis, articulatio radio ulnaris proximalis dan
articulatio radio ulnaris distalis, sekililing axis longitudinal yang
berjalan melalui capitulum humeri, fovea capituli radii,
menyeberangi spatium interosseum terus ke capitulum ulnae. Axis
ini memotong axis transversal articulatio cubiti secara tegak
lurus.22
47
Otot-otot penggerak pronasi (pronator) adalah: m. pronator
teres, m. flexor carpi radialis, m. brachio radialis, m. extensor carpi
radialis longus, m. pronator quadratus, m. Palmaris longus.22
Otot-otot penggerak supinasi (supinator) adalah: m. biceps
brachii, m. supinator, m. brachio radialis, dan m. extensor carpi
radialis longus.22
Rincian Gerak Tangan (manus)
Gerak tangan terjadi pada articulatio radio carpea dan
articulatio manus (yang terdiri atas articulatio inter-carpea dan
articulatio medio-carpea). Articulatio radio carpea merupakan
articulatio ellipsoidea dengan axis transversal yang melewati os
lunatum untuk gerak flexi volar (flexi) dan flexi dorsal (extensi),
sedang terhadap axis sagital yang melewati os capitatum terjadi
gerak flexi radial (abduksi atau deviasi radial) dan flexi ulnar
(adduksi atau deviasi ulnar). Kecuali itu karena gerakan pada
pergelangan tangan umumnya terjadi bersama-sama dengan
articulatio radio ulnaris proximalis maupun articulatio radio ulnaris
distalis sehingga dapat menghasilkan gerak circumductio. Otot-otot
penggerak flexi volaris (flexor) ialah m. flexor digitorum
superficialis, m.flexor digitorum profundus, m. flexor policis
longus, m. abductor pollicis longus, m. flexor capi ulnaris, m.
flexor carpi radialis, dan sedikit oleh m.palmaris longus. Otot-otot
penggerak flexi dorsalis (extensor) ialah: m. extensor digitorum
communis, m. extensor indicis proprius, m. extensor digiti. v.
propius, m. extensor carpi ulnaris, m. extensor carpi radialis longus,
m. extensor policis longus, dan m. extensor carpi radialis brevis.
otot penggerak deviasi radial (abduksi atau flexi radial) ialah : m.
extensor carpi radialis longis, m. extensor carpi radialis brevis, m.
flexor carpi radialis, m. abductor policis longus, m. extensor policis
48
longus , m. extensor policis brevis dan m. flexor policis longus.
Otot-otot penggerak deviasi ulnar (abduksi atau flexi ulnar) ialah
m. extensor carpi ulnaris, m. flexor carpi ulnaris, m. flexor
digitorum sublimis, dan m. flexor digitorum profundus.22
B.2. CEDERA PADA BAHU (CINGULUM MEMBRI SUPERIORIS)
B.2.1. Pengertian Cedera dalam Dunia Olahraga
Dalam dunia olah raga ada banyak kemungkinan terjadinya
kecelakaan di luar dugaan yang terkait dengan aktivitas anggota badan
saat melakukan gerakan tertentu sesuai cabang olah raga. Kecelakaan
tersebut biasa disebut dengan cedera olah raga. Setiap cabang olah
raga memiliki risiko terjadinya cedera, sesuai dengan gerakan yang
dilakukan pada masing-masing cabang olah raga. Ilmu tentang cedera
sedini mungkin mendeteksi kemungkinan cedera pada setiap Cabor
(cabang olahraga) dan bagaimana cara cepat mengatasinya, supaya
tidak menimbulkan akibat fatal dan cacat permanen.12
Cedera adalah suatu memar atau luka, atau dislokasi (pergeseran)
dari otot, sendi atau tulang yang disebabkan oleh kecelakaan, benturan
(body contact) atau gerakan yang berlebihan (over use) sehingga otot,
tulang, atau sendi tidak dapat menahan beban atau menjalankan
tugasnya. Cedera dalam dunia olahraga yaitu rusaknya jaringan (lunak
atau keras) baik otot, tulang, atau persendian yang disebabkan oleh
kesalahan teknis, benturan, atau aktivitas yang melebihi batas beban
latihan (overtraining) yang dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri
dan atau akibat dari kelebihan latihan dalam memberikan pembebanan
yang terlalu berat (overload) sehingga otot, tulang, atau persendian
tidak lagi dalam keadaan atau posisi anatomis (dislokasi). Cedera
dalam olahraga adalah segala macam cedera yang timbul pada waktu
latihan ataupun pada waktu pertandingan olahraga.3,11
49
B.2.2. Patofisiologi Cedera Olahraga
Terdapat dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu
trauma akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih).
Trauma akut adalah suatu cedera berat yang terjadi secara tiba-tiba/
mendadak, seperti robekan ligamentum, otot, tendo, atau terkilir, atau
bahkan patah tulang (fraktur).
Cedera olahraga seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda
radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor (bengkak), kalor
(panas), dolor (nyeri), dan functiolaesi (penurunan fungsi). Pembuluh
darah di lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud
untukmengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka
mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah ini lah yang
mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih merah (rubor). Cairan
darah yang banyak dikirim di lokasi cedera akan merembes keluar dari
kapiler menuju ruang antar sel, dan menyebabkan bengkak (tumor).
Dengan dukungan banyak nutrisi dan oksigen,metabolisme di lokasi
cedera akan meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas.
Kondisi inilah yang menyebabkan lokasi cedera akan lebih panas
(kalor) dibanding dengan lokasi lain.Tumpukan sisa metabolisme dan
zat kimia lain akan merangsang ujung saraf di lokasi cedera dan
menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh tertekannya
ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera. Baik
rubor, tumor, kalor, maupun dolor akan menurunkan fungsi organ atau
sendi di lokasi cedera yang dikenal dengan istilah functio laesa.3,13
B.2.3. Derajat cedera olahraga
Cedera dalam dunia olahraga dapat dikategorikan menjadi tiga
tingkatan, yaitu: cedera ringan/ cedera tingkat pertama, cedera sedang/
cedera tingkat kedua, dan cedera berat/ cedera tingkat ketiga.3,14
a. Cedera Ringan/ Cedera Tingkat Pertama
50
Cedera ringan/ cedera tingkat pertama ini ditandai dengan
adanya robekan atau hanya dapat dilihat dengan mikroskop, dengan
keluhan minimal, dan hanya sedikit saja atau tidak terlalu
menggangu penampilan atlet yang bersangkutan baik pada saat
berlatih ataupun bertanding
b. Cedera Sedang/ Cedera Tingkat Kedua
Cedera sedang/ cedera tingkat kedua ini ditandai dengan
kerusakan jaringan yang nyata, nyeri, bengkak, memar, berwarna
kemerah-merahan (suhu agak panas), dengan gangguan fungsi yang
nyata dan berpengaruh pada penampilan atlet yang bersangkutan
baik pada saat berlatih maupun bertanding.
c. Cedera Berat/ Cedera Tingkat Ketiga
Cedera berat/ cedera tingkat ketiga ini ditandai dengan
kerusakan jaringan atau terjadi robekan lengkap atau hampir
lengkap pada otot, ligamentum, dan fraktur pada tulang yang
memerlukan waktu istirahat lebih lama atau total, dan
membutuhkan terapi, pengobatan secara intensif, dan bahkan
dimungkinkan untuk dioperasi.3,14
B.2.4. Macam - Macam Cedera Olahraga
Macam- macam cedera antara lain:3
1) Kontusio: memar, hematom, adanya gumpalan darah pada
jaringan.
2) Sprain: robekan sebagian atau total dari ligamentum karena
peregangan yang berlebihan, biasanya mempengaruhi
kestabilan sendi.
3) Subluxatio: sebagian kedua facies articularis / permukaan
sendi bergeser.
4) Dislokasi: pemisahan total antara facies articularis yang satu
dengan yang lainnya.
51
5) Strain: kerusakan yang terjadi karena peregangan yang
berlebihan pada jaringan otot, tendo.
6) Tendinitis: terjadi peradangan tendo akibat penggunaan yang
berlebihan.
7) Avulsion fracture: kerusakan tulang pada tempat perlekatan
tendo oleh karena kontraksi tiba-tiba, tercabutnya origo
hamstring pada pelari gawang.
8) Fraktur bagian tulang yang membentuk per-sendian: bila
terjadi perpatahan di daerah ini akan mengakibatkan
hemarthrosis (perdarahan dalam persendian).
9) Fraktur dekat persendian: perpatahan dekat persendian bisa
mengakibatkan kekakuan sendi.3
Secara umum cedera yang mungkin dapat terjadi pada saat latihan
atau pertandingan olahraga, antara lain: cedera memar, cedera
ligamentum, cedera pada otot atau tendo, perdarahan pada kulit, dan
pingsan.14
a. Cedera Memar
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan
(body contact) atau pukulan langsung pada permukaan kulit.
Akibat dari benturan atau pukulan tersebut dapat menyebabkan
jaringan di bawah kulit akan rusak dan pembuluh darah kecil
akan robek atau pecah sehingga darah dan cairan seluler akan
keluar atau merembes ke jaringan di sekitarnya.
b. Cedera pada Otot atau Tendo dan Cedera Ligamentum
Ada dua jenis cedera yang dapat terjadi pada otot atau
tendo dan ligamentum, yaitu strain dan sprain. Strain adalah
kerusakan pada suatu bagian jaringan otot atau tendo karena
penggunaan yang berlebihan. Sprain adalah cedera pada
bagian persendian dengan diikuti terjadi robekan pada
ligamentum, hal ini disebabkan oleh peregangan yang
52
berlebihan yang mendadak atau penggunaan yang berlebihan
secara berulang-ulang dari persendian.3,14
Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu
cedera pada sendi yang mengakibatkan robekan pada
ligamentum. Sprain terjadi karena adanya tekanan yang
berlebihan dan mendadak pada sendi, atau karena penggunaan
berlebihan yang berulang-ulang. Sprain ringan biasanya
disertai hematom dengan sebagian serabut ligament putus,
sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi cairan yang
menyebabkan bengkak. Pada sprain berat, seluruh serabut
ligamentum putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti
biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan, dan adanya
darah dalam sendi.14
c. Dislokasi (Pergeseran Tulang)
Dislokasi atau pergeseran tulang adalah suatu keadaan
persendian tidak dalam keadaan anatomis (bergeser), dalam hal
ini karena terjadi robekan yang mengakibatkan pergeseran
tulang dari tempatnya. Gejala dislokasi antara lain dapat dilihat
dengan ciri-ciri sebagai berikut: pembengkakan terjadi dengan
cepat, terasa nyeri yang sedang sampai berat, terdapat
perbedaan yang jelas pada bagian tubuh yang terluka.3,14
Dislokasi sendi sering terjadi pada olahragawan yaitu
terpelesetnya bonggol sendi dari tempatnya. Apabila sebuah
sendi pernah mengalami dislokasi, maka ligament pada sendi
tersebut akan kendor, sehingga sendi tersebut mudah
mengalami dislokasi kembali (dislokasi habitualis).
Penanganan yang dapat dilakukan pada saat terjadi dislokasi
adalah segera menarik persendian tersebut dengan arah sumbu
memanjang.14
d. Patah Tulang (Fraktur)
53
Patah tulang (fraktur) adalah suatu keadaan tulang yang
mengalami keretakan, pecah, atau patah. Patah tulang dibagi
menjadi dua macam yaitu: fraktur sederhana (simple fracture)
dan fraktur kompleks (compound fracture).14
Patah tulang (fraktur) adalah diskontinuitas dari jaringan
tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya
kekerasan yang timbul secara mendadak. Berdasarkan
hubungan antara ujung tulang yang mengalami fraktur dengan
jaringan-jaringan di sekitarnya.3
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami
keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang
rawan. Fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang
dapat digolongkan menjadi dua yaitu:15,16
1) Patah tulang komplek; tulang terputus sama sakali.
2) Patah tulang stress; tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari
bagian luar tubuh, patah tulang dibagi manjadi:
1) Patah tulang terbuka; fragmen (pecahan) tulang melukai
kulit diatasnya dan tulang keluar.
2) Patah tulang tertutup; fragmen (pecahan) tulang tidak
menembus permukaan kulit.
e. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi secara terus menerus yang
dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan
rasa nyeri. Kram otot biasanya terjadi karena seseorang
mengalami kelelahan yang berlebihan latihan (overtraining),
kekurangan garam dan mineral, kurang pemanasan atau
penguluran, atau gangguan (terhambatnya) sirkulasi darah
yang menuju ke otot-otot.3,14
f. Perdarahan
54
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah
sebagai akibat dari terjadinya trauma pukulan, tendangan, atau
terjatuh. Perdarahan ini ada dua macam, yaitu pendarahan
dalam (darah berada di dalam rongga badan) dan perdarahan
luar (darah keluar dari kulit).3,14
g. Kejang (Shock)
Kejang (shock) adalah suatu keadaan yang timbul karena
disebabkan gangguan pada otak, karena suplai darah ke otak
berkurang, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan
(terlalu kenyang, terlalu lapar, atau kehausan).3,14
h. Pingsan (Collaps)
Pingsan (collaps) adalah keadaan di mana seseorang
mengalami kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan
singkat. Pingsan biasanya disebabkan oleh berkurangnya aliran
darah atau oksigen (O2) dan glukosa dalam tubuh menuju ke
otak, kepanasan, atau keracunan.14
B.3. Aspek Klinis Bahu
Cedera pada bahu sering disebabkan karena lelah, tetapi sering
juga terjadi pada pemain tennis, badminton, olahraga lempar dan
berenang (internal violence/sebab-sebab yang berasal dari dalam).
Cedera ini biasa juga disebabkan oleh external violence (sebab-sebab
yang berasal dari luar), akibat body contact sports, misalnya : sepak
bola, rugby dan lain-lain.17
B.3.1. Luksasio / subluksasio dari artikulatio humeri
Pada sendi bahu sering terjadi luksasio / subluksasio karena
sifatnya globoidea (kepala sendi yang masuk ke dalam mangkok
sendi kurang dari separuhya). Cedera pada sendi bahu ini sering
terjadi karena pemakaian sendi bahu yang berlebihan atau body
contact sport, kita harus memperhatikan bahwa sendi bahu sangat
55
lemah, karena sifatnya globoidea dimana hanya diperkuat oleh
ligamentum dan otot-otot bahu saja.17
Tanda-tanda luksasio / dislokasi :17
• lengkung bahu hilang
• tidak dapat digerak-gerakkan
• lengan atas sedikit abduksi
• lengan bawah sedikit supinasi
B.3.2. Luksasio / subluksasio dari articulatio akromioclavikularis
Sendi akromio klavikularis sering kali mengalami cedera
karena jatuh atau dipukul pada ujung bahu. Cedera ini sering terjadi
pada penunggang kuda, pemain rugby, atau sepak bola. Jika cedera
ini terbatas pada robeknya ligamentum akromio klavikularis, maka
terjadi subluksasio/ dislokasi sebagian. Jika ligamentum akromio
klavikularis dan ligamentum korako klavikularis terputus, maka
terjadilah luksasio atau dislokasi total. Pada keadaan luksasio /
subluksasio dari sendi ini, maka dapat kita raba terangkatnya ujung
clavicula bagian akromion lebih tinggi. Bila cedera sudah
berlangsung lama, pembengkakan sudah terjadi, maka ujung
clavicula sukar teraba.17
B.3.3. Bursitis Subdeltoidea
Di sini sendi bahu dapat berfungsi dengan gerakkannya
yang halus karena adanya bursa subdeltoid dan bursa ini dapat
meradang. Bursa mukosa subdeltoid ini memberi pelicin pada
tendo yang berjalan pada atap bahu.
Kalau bursa ini cedera, maka akan sedikit membengkak dengan
bertambahnya cairan sinovia dan pada gerakan terasa nyeri,
biasanya cedera ini terjadi karena pukulan langsung pada bahu,
misalnya pada body contact sport (frozen shoulder).17
B.3.4. Strain dari otot-otot atap bahu(rotator cuff)
56
Istilah rotator cuff dipergunakan untuk jaringan ikat fibrosa
yang mengelilingi bagian atas tulang humerus. Ini dibentuk dengan
bersatunya tendon-tendon atap bahu.17
Keempat tendon tersebut adalah :17
• Tendo musculus supraspinatus
• Tendo musculus infraspinatus
• Tendo musculus teres minor
• Tendo musculus subscapularis
Yang paling sering terkena adalah tendon supraspinatus.
Biasanya terjadi karena tarikan yang tiba-tiba, misalnya, jatuh
dengan tangan lurus atau abduksi yang tiba-tiba melawan beban
berat yang dipegang dengan tangan.17
Gambar 2. harrys-frozenshoulder
C. HUBUNGAN CEDERA PADA BAHU DENGAN FAKTOR RISIKO
CEDERA OLAHRAGA BULUTANGKIS
Pada saat seorang berolahraga bulutangkis dapat mengalami
berbagai cedera diantaranya cedera pada bahu. Cedera bahu dapat terjadi
dipengaruhi dari berbagai faktor risiko. Faktor risiko yang berhubungan
erat dengan terjadinya cedera bahu pada pemain bulutangkis meliputi;
usia, jenis kelamin, kurangnya pemanasan, tekhnik keliru, tingkat
57
kebugaran rendah. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya
cedera bahu pada pemain bulutangkis seperti;15
Umur: pada usia 30 – 40 tahun kekuatan otot relatif menurun,
sedangkan elastisitas tendo telah menurun setelah usia 30 tahun
sementara kekuatan otot menurun setelah usia 40 tahun. Kekuatan otot
mencapai maksimal pada usia 25 tahun. Sehingga semakin bertambah
usia seorang atlet maka semakin berpengaruh terhadap kondisi fisik atlet
dan lamanya proses penyembuhan akibat cedera semakin lama.
Jenis kelamin: jenis kelamin bisa menjadi salah satu faktor risiko
suatu kejadian olahraga
Kurangnya pemanasan: Pemanasan ini membantu tubuh agar lebih
enak melakukan aktivitas gerak yang cukup keras dan untuk mengurangi
kemungkinan mendapatkan cedera.
Kurangnya pemanasan
mengakibatkan otot belum teratur sehingga tidak siap menerima
pembebanan, yang akhirnya mudah terjadi cedera.19
Teknik keliru: pukulan pada permainan bulutangkis harus sesuai
teknik agar dapat tepat mengenai sasaran dan tidak menimbulkan cedera
pada pemain bulutangkis.
Kebugaran rendah: Kondisi fisik akan mempengaruhi performa
pemain dan dapat memicu terjadinya cedera olahraga. Kondisi fisik yang
kurang fit dan mudah lelah, bila berbenturan dengan pemain yang
fisiknya bagus mudah timbul cedera.15
Keseimbangan nutrisi : lebih kecil kemungkinan mendapatkan
cedera, bila seorang atlet memiliki keseimbangan nutrisi yang baik dan
penyembuhannya cedera pun akan lebih cepat karena nutrisi yang
dibutuhkan tubuh untuk recovery terpenuhi dengan baik.14,15
Konsumsi makanan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS) merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman empat sehat
lima sempurna (Seven Basic) yang memuat pesan-pesan berkaitan dengan
pencegahan baik masalah gizi kurang maupun lebih.23
58
II. Kerangka Teori
Cedera Olahraga
Bulutangkis
Patofisiologi
1. Trauma Akut
2. Overuse
Syndrome
Faktor Risiko
Intrinsik
1. Kurangnya
pemanasan
2. Teknik
keliru
3. Kebugaran
rendah
4. Kese-
Cedera
Bahu
59
III. Kerangka Konsep
Faktor Risiko
Cedera Bahu
Olahraga Bulutangkis
Faktor Risiko
Ekstrinsik
1. Faktor
manusia : tim,
lawan,
penonton,
wasit
2. Peralatan
pelindung :
helm,
Pelindung
tulang kering
3. Peralatan
olahraga : sky,
racket, dll.
60
IV. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan kurangnya pemanasan dengan kejadian cedera pada
bahu akibat aktivitas olahraga bulutangkis
2. Ada hubungan tekhnik keliru dengan kejadian cedera pada bahu akibat
aktivits olahraga bulutangkis
3. Ada hubungan tingkat kebugaran dengan kejadian cedera pada bahu
akibat aktivitas olahraga bulutangkis
4. Ada hubungan keseimbangan nutrisi yang kurang baik dengan
kejadian cedera pada bahu akibat aktivitas olahraga bulutangkis