56
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN TEORITIK A. OLAHRAGA BULUTANGKIS DAN FAKTOR RISIKO CEDERA A.1. Pengertian Olahraga Bulutangkis Bulutangkis merupakan salah satu permainan olahraga dengan menggunakan raket, shuttlecock dan lapangan yang di bagi menjadi dua bagian yang di batasi oleh net dengan ukuran yang telah di tentukan. Dalam memainkannya shuttlecock harus dimainkan di udara tidak boleh di pantulkan dengan menggunakan raket, karena shuttlecock tidak boleh menyentuh lantai, maka pemain di tuntut untuk bertindak cepat, sigap dan segera memukul shuttlecock. Oleh karena itulah maka permainan ini tergolong permainan yang cepat. Kemudian “Dalam permainan bulutangkis, dituntut untuk berlari cepat, melangkah, dan berhenti secara mendadak, meloncat, melambung, berputar, dan berbelok mengubah arah, serta dapat melakukan berbagai macam variasi pukulan untuk pemain. 18 A.2. Faktor Risiko Cedera Olahraga Bulutangkis A.2.a. Faktor intrinsik a. Usia Faktor usia semakin meningkat pengaruhnya dalam olahraga, misalnya kejadian nyeri bahu pada pemain bisbol adalah 0,7% pada remaja, 12,7% di pemain perguruan tinggi, dan 13,9% pada profesional. Semakin bertambahnya usia semakin memmpengaruhi kondisi fisik serta lamanya penyembuhan cedera. Adanya proses degenerasi pada masalah fisiologisnya. Usia lebih dari 30 tahun kekuatan otot rata-rata menurun, sedangkan elastisitas tendo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-indahnurul... · Bulutangkis merupakan salah satu permainan olahraga dengan menggunakan

Embed Size (px)

Citation preview

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN TEORITIK

A. OLAHRAGA BULUTANGKIS DAN FAKTOR RISIKO CEDERA

A.1. Pengertian Olahraga Bulutangkis

Bulutangkis merupakan salah satu permainan olahraga dengan

menggunakan raket, shuttlecock dan lapangan yang di bagi menjadi

dua bagian yang di batasi oleh net dengan ukuran yang telah di

tentukan. Dalam memainkannya shuttlecock harus dimainkan di

udara tidak boleh di pantulkan dengan menggunakan raket, karena

shuttlecock tidak boleh menyentuh lantai, maka pemain di tuntut

untuk bertindak cepat, sigap dan segera memukul shuttlecock. Oleh

karena itulah maka permainan ini tergolong permainan yang cepat.

Kemudian “Dalam permainan bulutangkis, dituntut untuk berlari

cepat, melangkah, dan berhenti secara mendadak, meloncat,

melambung, berputar, dan berbelok mengubah arah, serta dapat

melakukan berbagai macam variasi pukulan untuk pemain.18

A.2. Faktor Risiko Cedera Olahraga Bulutangkis

A.2.a. Faktor intrinsik

a. Usia

Faktor usia semakin meningkat pengaruhnya dalam olahraga,

misalnya kejadian nyeri bahu pada pemain bisbol adalah 0,7%

pada remaja, 12,7% di pemain perguruan tinggi, dan 13,9% pada

profesional.

Semakin bertambahnya usia semakin memmpengaruhi kondisi

fisik serta lamanya penyembuhan cedera. Adanya proses

degenerasi pada masalah fisiologisnya. Usia lebih dari 30 tahun

kekuatan otot rata-rata menurun, sedangkan elastisitas tendo

6

menurun setelah usia 30 tahun dan kekuatan menurun setelah usia

40 tahun. Kekuatan otot mencapai maksimal usia 25 tahun.14,15

b. Jenis Kelamin

Tidak ditemukan data yang tersedia untuk mengidentifikasi

gender sebagai merupakan faktor risiko independen untuk masalah

bahu.15

c. Kebugaran fisik rendah (misalnya, kekuatan otot/penguasaan)

Pemberian waktu untuk istirahat bagi organ tubuh itu perlu.

Tujuannya untuk mendapatkan kembali fisiologisnya (recovery)

dari organ-organ agar dapat bekerja prima kembali dan ini sangat

penting untuk menghindari risiko terjadinya cedera. Misalnya

padatnya frekuensi latihan menjelang kompetisi tanpa adanya

waktu recovery dengan jarak kompetisi yang terlalu dekat sehingga

mengakibatkan kurangnya waktu bagi organ tubuh untuk

recovery.14,15

d. Teknik keliru

Bila teknik dilakukan dengan cara benar maka risiko cedera

akan berkurang. Pukulan pada permainan bulutangkis harus sesuai

teknik agar dapat tepat mengenai sasaran dan tidak menimbulkan

cedera pada pemain bulutangkis, misalnya:24

1. Teknik memegang raket yang salah seperti : (a) memegang

raket dengan menggenggam, jari-jari rapat dan sejajar, (b)

posisi "V" tangan berada pada bagian grip raket yang lebar.

2. Servis yang Salah : (a) Pada saa memukul bola, kepala

(daun) raket lebih tinggi atau sejajar dengan grip raket. (b)

Titik perkenaan kok, kepala (daun) raket lebih tinggi dari

pinggang. (c) Posisi kaki menginjak garis tengah atau

depan. (d) Kaki kiri melakukan langkah. (e) Kaki kanan

melangkah sebelum kok dipukul. (f) Rangkaian mengayun

raket dan memukul kok tidak boleh terputus. (f) Penerima

servis bergerak sebelum kok servis dipukul.24

7

e. Kurangnya pemanasan

Apabila pelaksanaan warming up/pemanasan ini tidak

dilakukan dengan baik/ kurang memadai akan mengakibatkan

latihan fisik yang harusnya fisiologis menjadi tidak dapat diterima

oleh tubuh karena otot belum siap menerima pembebanan. Jadi

tubuh dapat beradapatasi jika dilakukan terlebih dahulu pemanasan

sehingga mengurangi risiko cedera akibat kurang elastisitas

sendi.14,15

Pemanasan sebelum aktivitas olahraga pada dasarnya

merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk memproduksi energi.

Proses memproduksi energi ini berkaitan erat dengan otot sebagai

transducer (mesin) utama untuk mengubah energi kimiawi menjadi

energy mekanis.

Di dalam otot terdapat ATP (Adenosine Triphosphate) sebagai

sumber cadangan energi kimia utama yang bersifat konstan, serta

cadangan energi lain yaitu phospocreatin, glycogen, trigliserid dan

enzim. Ketika terjadi proses produksi energi, ATP akan dipecah

untuk menghasilkan energi dan ADP (Adenosine Diphosphate),

selanjutnya apabila energi yang dibutuhkan telah tercukupi maka

ADP dapat menerima fosfat untuk kembali membentuk ATP

sehingga siklus ini menyebabkan ATP bersifat konstan.

Namun apabila energi masih terus dibutuhkan dan cadangan

ATP telah habis maka proses produksi energi akan melibatkan

phospocreatin lalu diikuti oleh pemecahan glycogen dan trigliserid.

Bila kebutuhan energi masih belum juga terpenuhi system asam

laktat akan mulai bekerja memecah glycogen menjadi energi, asam

piruvat dan asam laktat. Asam laktat yang tertimbun dalam darah

dan otot kemudian akan menyebabkan kelelahan otot, sehingga

energi yang dihasilkan hanya bertahan 2-3 menit.

Sistem lain yang juga berperan dalam produksi energi adalah

system energy aerobic yang terdiri dari glikolisis aerobic, siklus

8

Krebs dan sistem transport electron. Sistem ini memiliki

keunggulan beerupa resintesis ATP secara besar tanpa

terbentuknya hasil samping yang dapat menyebabkan kelelahan

otot.

Selain berfungsi untuk menghasilkan energi pemanasan juga

berfungsi menghasilkan panas. Panas yang diproduksi berperan

penting dalam aktivitas olahraga karena panas dapat mengurangi

viskositas jaringan (capsula, ligamentum) sehingga dapat

mengurangi resistensi terhadap gerakan. Panas juga dapat

meningkatkan ekstensibilitas fibra otot dan ligamentum sehingga

fleksibilitasnya akan meningkat. Pemanasan pada akhirnya mampu

mengurangi kejadian cedera olahraga bila dilakukan secara

bertahap menyesuaikan kondisi tubuh, pemanasan dianjurkan

dilakukan selama 15-30 menit

f. Keseimbangan nutrisi

Lebih kecil kemungkinan mendapatkan cedera, bila seorang

atlet memiliki keseimbangan nutrisi yang baik dan

penyembuhannya cedera pun akan lebih cepat karena nutrisi yang

dibutuhkan tubuh untuk recovery terpenuhi dengan baik.14,15

Konsumsi makanan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi

Seimbang (PUGS) merupakan penjabaran lebih lanjut dari

pedoman empat sehat lima sempurna (Seven Basic) yang memuat

pesan-pesan berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi

kurang maupun lebih.23

Susunan makanan yang dianjurkan oleh PUGS (Pedoman

Umum Gizi Seimbang) adalah makanan yang mengandung zat-zat

gizi yang seimbang, hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi

makanan beraneka ragam setiap hari. Menurut Depkes RI (2003),

umumnya menu di Indonesia terdiri atas makanan sebagai

berikut:23

9

a. Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang. Diantaranya nasi,

jagung, ubi jalar, singkong, talas, sagu, serta hasil olah seperti

mie, bihun, makroni, dan sebagainya.

b. Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang

pada umumnya mempunyai rasa netral, lebih terasa nikmat.

c. Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses

menelan makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk

berkuah, misalnya sayur daun-daunan, umbi-umbian, kacang-

kacangan dan sebagainya.

d. Buah untuk mencuci mulut, misalnya pepaya, nanas, pisang,

jeruk dan sebagainya.23

A.2.b. Paparan ekstrinsik (faktor – faktor yang berada di luar

individu namun memberikan pengaruh terhadap individu

tersebut)

a. Faktor manusia (misal, tim teman, lawan, penonton, wasit)

Penonton : Penonton yang fanatic biasanya akan melakukan apa

saja jika tim yang disukai kalah, sehingga tidak menutup

kemungkinan akan dapat mencederai pemain lawan tim yang

disukai.14,15

Wasit : Wasit yang kurang memahami peraturan, wasit yang

kurang tegas dalam memimpin pertandingan terutama

pertandingan yang memerlukan kontak fisik akan dapat

mengakibatkan atlet/pemainnya cedera.14,15

b. Peralatan pelindung (misalnya, helm, pelindung tulang kering)

c. Peralatan olahraga (misalnya, ski, racket dll)

Menghindari terjadinya cedera salah satunya peralatan yang

memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga.14,15

d. Lingkungan (missal: cuaca, salju dan kondisi es, kondisi

lapangan, pemeliharaan).15

10

Risiko cedera akan lebih berpotensi jika lapangannya licin dan

tidak rata.14,15

Bila penerangan kurang missal dalam permainan bulutangkis

akan mengakibatkan pukulan pukulan shuttelchok yang keliru/

meleset. Selain itu cuaca yang buruk juga berpotensi

menyebakan cedera.14,15

Sehingga dapat disimpulkan cedera olahraga dapat disebabkan

oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut

antara lain umur, faktor pribadi, pengalaman, tingkat latihan, teknik

latihan, warming up, recovery period, kondisi tubuh yang kurang fit,

keseimbangan nutrisi, dan gaya hidup atlet. Sedangkan faktor

eksternal yang berpengaruh adalah kondisi lapangan, peralatan,

kondisi lingkungan, penonton, wasit, dan sifat dari cabang olahraga

tersebut.14,15

A.3. Teknis Dasar Bulutangkis

Jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai adalah servis, lob,

dropshot, smes, netting, underhand, dan drive. Kesemua jenis pukulan

tersebut harus dilakukan dengan menggunakan grip dan footwork

yang benar.27

1. Pegangan Raket (Grip)

Bulutangkis dikenal sebagai olahraga yang banyak

menggunakan pergelangan tangan. Karena itu, benar tidaknya cara

memegang raket akan sangat menentukan kualitas pukulan

seseorang.

Salah satu teknik dasar bulutangkis yang sangat penting

dikuasai secara benar oleh setiap calon pebulutangkis adalah

pegangan raket. Menguasai cara dan teknik pegangan raket yang

11

betul, merupakan modal penting untuk dapat bermain bulutangkis

dengan baik pula. Oleh karena itu, apabila teknik pegangan raket

salah dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan kualitas

permainan. Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk

mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan dalam

permainan bulutangkis.

Cara pegangan raket yang benar adalah raket harus

dipegang dengan menggunakan jari-jari tangan (ruas jari tangan)

dengan luwes, rileks, namun harus tetap bertenaga pada saat

memukul kok. Hindari memegang raket dengan cara menggunakan

telapak tangan (seperti memegang golok).

Jenis Pegangan Raket

Pada dasarnya, dikenal beberapa cara pegangan raket.

Namun, hanya dua bentuk pegangan yang sering digunakan dalam

praktek, yaitu cara memegang raket forehand dan backhand.

Semua jenis pukulan dalam bulutangkis dilakukan dengan kedua

jenis pegangan ini.

Dua macam cara memegang raket di atas, pada

kenyataannya digunakan secara bergantian sesuai situasi dan

kondisi permainan. Untuk tahap awal para pemula biasanya

diajarkan cara memegang forehand terlebih dahulu, kemudian baru

backhand.

Pada akhirnya untuk pemain yang sudah terampil akan

terlihat pegangan raketnya hanya satu grip. Ini terjadi karena

pergeseran pegangan tangan dari forehand ke backhand dan

sebaliknya hanya sedikit dan terjadi secara otomatis.

Pegangan raket yang benar, dan memanfaatkan tenaga

pergelangan tangan pada saat memukul kok, dapat meningkatkan

12

mutu pukulan dan mempercepat laju jalannya kok. ini berarti, telah

menggunakan tenaga secara lebih efisien namun efektif. ltulah

sebabnya, sejak dini peserta latih harus membiasakan memukul

kok dengan menggunakan tenaga pergelangan tangan (tenaga

pecut).

Cara Memegang Raket Forehand

a. Pegang raket dengan tangan kiri, kepala raket menyamping.

Pegang raket dengan cara seperti "jabat tangan". Bentuk

"V" tangan diletakkan pada bagian gagang raket.

b. Tiga jari, yaitu jari tengan, manis dan kelingking

menggenggam raket, sedangkan jari telunjuk agak terpisah.

c. Letakkan ibu jari diantara tiga jari dan telunjuk.

Cara Memegang Raket Backhand

Untuk backhand griop, geser "V" tangan ke arah

dalam. Letaknya di samping dalam. bantalan jempol berada

pada pegangan raket yang lebar.

Cara Latihan

Sebelum praktek melakukan latihan pukulan, perlu

dilakukan latihan untuk adaptasi menggerak-gerakkan

pergelangan tangan dengan tetap memegang raket dengan

benar.

a. Peserta latih dibiasakan selalu memegang raket

dengan jari-jari tangan, luwes, dan tetap rileks,

tetapi tetap mempunyai tenaga.

b. Lakukan gerakan raket ke axah kanan dan kiri,

dengan menggunakan tenaga pergelangan tangan.

13

Begitu juga gerakan ke depan dan ke belakang,

sehingga terasa betul terjadinya tekukan pada

pergelangan tangan.

c. Gerakkan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah.

d. Memukul bola (kok) ke tembok.

e. Bouncing ball.

Kesalahan Yang Terjadi

a. Memegang raket dengan menggenggam, jari-jari rapat dan

sejajar.

b. Posisi "V" tangan berada pada bagian grip raket yang lebar.

2. Footwork

Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan

pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik.

Untuk bisa memukul dengan posisi balk, seorang atlet harus

memiliki kecepatan gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai

kalau footwork-nya tidak teratur.

3. Sikap dan Posisi

a. Sikap dan Posisi Berdiri di Lapangan

Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus

sedemikian rupa, sehingga dengan sikap yang baik dan

sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke segala penjuru

lapangan permainan.

b. Beberapa faktor yang harus diperhatikan:

a) Harus berdiri sedemikian rupa, sehingga berat

badan tetap berada pada kedua kaki dan tetap

menjaga keseimbangan tubuh.

b) Tekuk kedua lutut, berdiri pada ujung kaki,

sehingga posisi pinggang tetap tegak dan rileks.

Kedua kaki terbuka selebar bahu dengan posisi kaki

14

sejajar atau salah satu kaki diletakkan di depan kaki

lainnya.

c) Kedua lengan dengan siku bengkok pada posisi di

samping badan, sehingga lengan bagian atas yang

memegang raket tetap bebas bergerak.

d) Raket harus dipegang sedemikian rupa, sehingga

kepala (daunnya) raket berada lebih tinggi dari

kepala.

e) Senantiasa waspada dan perhatikan jalannya kok

selama permainan berlangsung.

c. Sikap dan Tahap Kerja Langkah Kaki

Sikap dan langkah kaki yang benar dalam

permainan bulutangkis, sangat penting dikuasai secara

benar oleh setiap pemain. Ini sebagai syarat untuk

meningkatkan kualitas ketrampilan memukul kok.

d. Beberapa faktor yang harus diperhatikan:

a) Senantiasa berdiri dengan sikap dan posisi yang

tepat di atas Iapangan.

b) Lakukan gerak Iangkah ke depan, ke belakang, ke

samping kanan dan kiri pada saat memukul kok,

sambil tetap memperhatikan keseimbangan tubuh.

c) Gerak Iangkah sambil meluncur cepat, sangat

efektif sebagai upaya untuk memukul kok.

d) Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai

(bertapak) pada saat menunggu datangnya kok, atau

pada saat bergerak untuk memukul kok.

4. Hitting Position

Posisi memukul bola atau kerap disebut preparation.

Waktu sekian detik yang ada pada masa persiapan ini juga dipakai

untuk menentukan pukulan apa yang akan dilakukan. Karena itu

15

posisi persiapan ini sangat penting dilakukan dengan balk dalam

upaya menghasilkan pukulan berkualitas.

Hal yang perlu diperhatikan:

a. Overhead (atas) untuk right handed

a) Posisi badan menyamping dengan arah net. Posisi

kaki kanan berada di belakang kaki kid. Pada saat

memukul bola harus terjadi perpindahan beban berat

badan dari kaki kanan ke kaki kiri.

b) Posisi badan harus selalu berada di belakang bola

yang akan dipukul.

b. Untukpukulan underhand(bawah)/net

a) Posisi memukul adalah kaki kanan selalu berada di

depan dan kaki kid di belakang.

b) Lutut kaki kanan dibengkokkan, sehingga paha

bagian bawah agak turun. Kerendahannya sesuai

dengan ketinggian bola yang akan dipukul.

Sedangkan saat bola dipukul posisi kaki kid harus

tetap berada di belakang dan hanya bergeser ke

depansedikit.

c) Untuk footwork maju-mundur

Cara Latihan

a. Dari tengah ke depan; sebagai langkah dasar hanya dua

langkah dimulai dengan kaki kiri kemudian kanan.

b. Dari tengah ke belakang.

c. Dari depan ke belakang dan sebaliknya.

Kesalahan yang Terjadi

16

a. Pada ready position, tumpuan kaki tidak berada di

bagian depan atas kaki. Akibatnya reaksi menjadi

lambat.

b. Posisi lutut lurus, tidak bengkok.

c. Pada posisi memukul kaki dan badan sejajar dengan

net. Akibatnya pukulan tidak kuat.

d. Pada posisi underhand, kaki kiri berada di depan,

keseimbangan kaki tidak ada dan sulit mengarahakan

bola dengan tepat.

e. Lutut/paha tidak turun, jangkauan kurang, lambat

kembali ke bagian tengah lapangan.

5. Service (Service)

Dalam aturan permainan bulutangkis, servis merupakan

modal awal untuk bisa memenangkan pertandingan. Dengan kata

lain, seorang pemain tidak bisa mendapatkan angka apabila tidak

bisa melakukan servis dengan baik.

Namun, banyak pelatih, juga pemain tidak memberikan

perhatian khusus untuk melatih dan menguasai teknik dasar ini.

Oleh karena itu, sikap tersebut merupakan kekeliruan besar. Kita

mengetahui bahwa angka/poin dalam permainan bulutangkis tidak

akan tercipta, apabila pemain tidak mahir melakukan servis dengan

benar.

Dalam permainan bulutangkis, ada tiga jenis servis, yaitu

servis pendek, servis tinggi, dan flick atau servis setengah tinggi.

Namun, biasanya servis digabungkan ke dalam jenis atau bentuk

yaitu servis forehand dan backhand. Masing-masing jenis ini

bervariasi pelaksanaanya sesuai dengan situasi permainan di

lapangan.

Servis Forehand

a. Servis Forehand Pendek

17

a) Tujuan servis pendek ini untuk memaksa lawan agar

tidak bisa melakukan serangan. Selain itu lawan

dipaksa berada dalam posisi bertahan.

b) Variasi arah dan sasaran servis pendek ini dapat

dilatih secara serius dan sistematis.

c) Kok harus dipukul dengan ayunan raket yang relatif

pendek.

d) Pada saat perkenaan dengan kepala (daun) raket dan

kok, siku dalam keadaan bengkok, untuk

menghindari penggunaan tenaga pergelangan

tangan, dan perhatikan peralihan titik berat badan

Anda.

e) Cara latihannya adalah menggunakan sejumlah kok

dan dilakukan secara berulang-ulang.

b. Servis Forehand Tinggi

a) Jenis servis ini terutama digunakan dalam

permainan tunggal.

b) Kok harus dipukul dengan menggunakan tenaga

penuh agar kok melayang tinggi dan jatuh tegak

lurus di bagian belakang garis lapangan lawan.

c) Saat memukul kok, kedua kaki terbuka selebar

pinggul dan kedua telapak kaki senantiasa kontak

dengan lantai.

d) Perhatikan gerakan ayunan raket. Ke belakang, ke

depan dan setelah melakukan pukulan, harus

dilakukan dengan sempurna serta diikuti gerak

peralihan titik berat badan dari kaki belakang kekaki

depan yang harus be langsung kontinu dan

harmonis.

e) Biasakan selalu berkonsentrasi sebelum memukul

kok.

18

f) Hanya dengan berlatih tekun dan berulang-ulang

tanpa mengenal lelah, dapat mengusai teknik servis

forehand tinggi dengan sebalik-baiknya.

c. Servis Backhand

a) Jenis servis ini pada umumnya, arah dan jatuhnya

kok sedekat mungkin dengan garis serang pemain

lawan. Dan kok sedapat mungkin melayang retatif

dekat di atas jaring (net).

Oleh karena itu, jenis servis ini kerap digunakan

oleh pemain ganda.

- Sikap berdiri adalah kaki kanan di depan

kaki kiri, dengan ujung kaki kanan

mengarah ke sasaran yang diinginkan.

Kedua kaki terbuka selebar pinggul, lutut

dibengkokkan, sehingga dengan sikap

seperti ini, titik berat badan berada di antara

kedua kaki. Jangan lupa, sikap badan tetap

rileks dan penuh konsentrasi.

- Ayunan raket relatif pendek, sehingga kok

hanya didorong dengan bantuan peralihan

berat badan dari belakang ke kaki depan,

dengan irama gerak kontinu dan harmonis.

Hindari menggunakan tenaga pergelangan

tangan yang berlebihan, karena akan

mempengaruhi arah dan akurasi pukulan.

- Sebelum melakukan servis, perhatikan posisi

dan sikap berdiri lawan, sehingga dapat

mengarahkan kok ke sasaran yang tepat dan

sesuai perkiraan.

- Biasakan berlatih dengan jumlah kok yang

banyak dan berulang-ulang tanpa mengenal

19

rasa bosan, sampai dapat menguasai gerakan

dan ketrampilan servis ini dengan utuh dan

baik/sempurna.

Selain itu, perlu diperhatikan adanya

peraturan servis. Berikut aturan bagaimana

melakukan servis yang salah dan benar.

d. Servis yang Salah :

a) Pada saat memukul bola, kepala (daun) raket lebih

tinggi atau sejajar dengan grip raket.

b) Titik perkenaan kok, kepala (daun) raket lebih

tinggi dari pinggang.

c) Posisi kaki menginjak garis tengah atau depan.

d) Kaki kiri melakukan langkah.

e) Kaki kanan melangkah sebelum kok dipukul.

f) Rangkaian mengayun raket dan memukul kok tidak

boleh terputus.

g) Penerima servis bergerak sebelum kok servis

dipukul.

e. Servis yang Benar :

a) Pada saat memukul, tigngi kepala (daun) raket harus

berada dibawah pegangan raket.

b) Perkanaan kok harus berada di bawah pinggang.

c) Kaki kiri statis.

d) Kaki hanya bergeser, tetapi tidak lepas dari tanah.

e) Rangkaian mengayun raket, harus dalam satu

rangkaian.

f) Penerima servis bergerak sesaat setelah servis

dipukul.

6. Pengembalian Service

20

Teknik pengembalian servis, sangat penting dikuasai

dengan benar oleh setiap pemain bulutangkis. Arahkan kok ke

daerah sisi kanan dan kiri lapangan lawan atau ke sudut depan atau

belakang lapangan lawan. Prinsipnya, dengan penempatan kok

yang tepat, lawan akan bergerak untuk memukul kok itu, sehingga

is terpaksa meninggalkan posisi strategisnya di titik tengah

lapangannya.

a. Dalam permainan tunggal, sebaiknya servis lob lawan

dikembalikan dengan teknik pukulan keras dan tinggi ke

salah satu sudut bagian belakang lapangan lawan, atau

dengan teknik "pukulan pendek" (drop pendek) ke sudut

depan lapangan lawan.

b. Hindari melakukan "smes keras", tatkala berdiri pada posisi

di bagian belakang lapangan sendiri. Oleh karena, posisi

pada saat itu kurang menguntungkan, apabila smes dapat

dikembalikan dengan penempatan yang akurat atau terarah

oleh pemain lawan.

c. Dalam permainan ganda, seharusnya kok dipukul terarah

cepat, dan arah pukulan senantiasa menukik jatuh ke

lapangan lawan atau ke bagian tubuh lawan.

7. Underhand (Pukulan dari Bawah)

Jenis pukulan ini dominant digunakan dalam permainan

bulutangkis. Seperti halnya teknik dasar "pukulan dari atas

kepala", untuk menguasai teknik dasar ini, pertama-tama, harus

trampil berlari sambil melakukan langkah lebar, dengan kaki kanan

berada di depan kaki kiri untuk menjangkau jatuhnya kok.

Sikap menjangkau ini, hendaknya siku dalam keadaan

bengkok dan pertahankan sikap tubuh tetap tegak, sehingga lutut

kanan dalam keadaan tertekuk.

Pada saat memukul kok, gunakan tenaga kekuatan siku dan

pergelangan tangan, hingga gerakan lanjut dari pukulan ini

21

berakhir di atas bahu kiri. Perhatikan, agar telapak kaki kanan tetap

kontak dengan lantai sambil menjangkau kok. Jangan sampai gerak

langkah terhambat karena kaki kiri tertahan gerakannya.

a. Fungsi pukulan dasar ini antara lain:

a) Untuk mengembalikan pukulan pendek atau

permainan net lawan.

b) Sebagai cara bertahan akibat pukulan serang lawan.

Dalam situasi tertekan dalam permainan, harus

melakukan pukulan penyelamatan dengan cara

mengangkat kok tinggi ke daerah belakang lapangan

lawan.

c) Pukulan dasar ini dapat dilakukan dengan teknik

pukulan forehand dan backhand.

Cara berlatih yang efektif untuk menguasai

teknik dasar ini, adalah menciptakan suasana

berlatih bersama tim dengan memukul kok yang

diarahkan relatif jauh dari jangkauan. Berlatihlah

dengan tekun dan selalu mengevaluasi sendiri

kesalahan yang dilakukan, agar tidak diulangi lagi.

Ada dua jenis pukulan underhand:

a. Clear Underhand, pukulan atau dorongan yang diarah kan

tinggi ke belakang.

b. Flick Underhand, pukulan atau dorongan mendatar ke arah

belakang.

Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Pegangan raket forehand untuk underhand forehand, dan

pegangan backhand untuk underhand backhand.

22

b. Pergelangan tangan agak bengkok ke belakang, siku juga

agak bengkok.

c. Sambil melangkahkan kaki kanan ke depan, ayunkan raket

ke belakang lalu pukul bola dan pada saat perkenaan bola,

posisi tangan lurus.

d. Bola dipukul kira-kira dekat kaki kanan bagian luar.

e. Posisi akhir raket sesuai arah bola.

Cara Latihan

Untuk tahap pemula, umpan dengan lemparkan banyak

bola. Untuk koordinasi pukul bola sambil melangkah kaki

kanan.

8. Overhead Clear/Lob

Pusatkan perhatian lebih untuk menguasai pukulan

overhead lob ini, karena teknik pukulan lob ini banyak

kesamaannya dengan teknik smes dan dropshort. Pukulan overhead

lob adalah bola yang dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya

dari belakang lapangan dan diarahkan keatas pada bagian belakang

lapangan.

Ada dua jenis overhead lob :

a. Deep lob/Clear, bolanya tinggi ke belakang.

b. Attacking lob/Clear, bolanya tidak terlalu tinggi.

Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Pergunakan pegangan forehand, pegang raket dan posisinya

di samping bahu.

b. Posisi badan menyamping (vertikal) dengan arah net. Posisi

kaki kanan berada di belakang kaki kiri dan pada saat

memukul bola, harus terjadi perpindahan beban badan dari

kaki kanan ke kaki kiri.

c. Posisi badan harus diupayakan selalu bera di belakang bola.

23

d. Bola dipukul seperti gerakan melempar.

e. Pada saat perkenaan bola, tangan harus lurus. Posisi akhir

raket mengikuti arah bola, Ialu dilepas, sedang raket jatuh

di depan badan.

f. Lecutkan pergelangan (raket) saat kena bola.

Cara Latihan

a. Untuk para pemula yang baru belajar, sebaiknya pertama-

tama latihan dengan cara mengumpan mereka dengan

lemparan bola. Tujuannya supaya timing memukul bisa

diperoleh. Untuk mempermudah, bisa digunakan hitungan

(1. Posisi siap; 2. Ayunkan; 3. Pukul).

b. Untuk alat bantu guna membiasakan gerakan dan

memperoleh timing memukul yang pas, gunakan gantungan

kok yang bisa diatur ketinggiannya.

Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Posisi preparation sama dengan overhead biasa.

b. Karena, biasanya bola berada jauh di belakang kepala kita, untuk

menjangkaunya, pertama badan diputar yaitu dengan

melangkahkan kaki kanan ke belakang, lalu lompatkan kaki kanan

sambil badan dan raket diputar untuk menjangkau kok yang berada

di belakang kepala, sehingga terjadi perpindahan berat badan.

3. Setelah memukul, kaki kiri mendarat lebih dulu, di bagian depan

kaki (agak berjingkat), badan harus condong ke depan.

9. Round The Head Clear/Lob/Drop/Smash

Adalah bola overhead (di atas) yang dipukul di bagian

belakang kepala (samping telinga sebelah kih). Dibanding dengan

overhead yang biasa, pukulan di belakang kepala ini relatif lebih

sulit. Karena untuk bisa melakukan pukulan (teknik) ini diperlukan

ekstra kekuatan kaki, kelenturan, footwork yang balk, dan

24

koordinasi. Biasanya pukulan ini dilakukan secara terpaksa karena

untuk melakukannya harus dengan pukulan backhand.

10. Smash

Yaitu pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke bawah

dan dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan ini identik sebagai

pukulan menyerang. Karena itu tujuan utamanya untuk mematikan

lawan. Pukulan smes adalah bentuk pukulan keras yang sering

digunakan dalam permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini

adalah; keras, laju jalannya kok cepat menuju Iantai Iapangan,

sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai,

bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi

gerak tubuh yang harmonis.

Dalam praktek permainan, pukulan smes dapat dilakukan

dalam sikap diam/berdiri atau sambil loncat (King Smash).Oleh

karena itu pukulan smes dapat berbentuk:

a. Pukulan smes penuh - Pukulan smes potong - Pukulan sines

backhand - Pukulan smes melingkar atas kepala

b. Teknik pukulan smes tersebut secara bertahap setiap pemain

harus menguasainya dengan sempurna. Manfaatnya sangat

besar untuk meningkatkan kualitas permainan.

Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Biasakan bergerak cepat untuk mengambil posisi pukul

yang tepat.

b. Perhatikan pegangan raket.

c. Sikap badan harus tetap lentur, kedua lutut dibengkokkan

dan tetap berkonsentrasi pada kok.

d. Perkenaan raket dan kok di atas kepala dengan cara

meluruskan lengan untuk menjangkau kok itu setinggi

25

mungkin dan pergunakan tenaga pergelangan tangan pada

saat memukul kok.

e. Akhiri rangkaian gerakan pukul itu dengan gerak Ian-jut

ayunan raket yang sempurna ke depan badan.

11. Dropshot (Pukulan Potong)

Adalah pukulan yang dilakukan seperti smes. Perbedaannya

pada posisi raket saat perkenaan dengan kok. Bola dipukul dengan

dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan potong)

yang balk adalah apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak

melewati garis ganda.

Karakteristik pukulan potong ini adalah, kok sentiasa jatuh

dekat jaring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu harus

mampu melakukan pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap

dan posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan. Faktor

pegangan raket, gerak kaki yang cepat, posisi badan dan proses

perpindahan berat badan yang harmonis pada saat memukul

merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini.

Sikap persiapan awal dan gerak memukul tidak berbeda

dengan pukulan smes. Dalam pelaksanaan pukulan potong ini,

adalah menempatkan kok pada sudut-sudut lapangan lawan sedekat

mungkin jaring/net, dengan variasi gerak tipu badan dan raket

sebelum perkenaan raket dan kok, yang menyebabkan lawan

terlambat mengatisipasi dan bereaksi atas datangnya kok secara

mendadak.

Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Pergunakan pegangan forehand. Pegang raket dan posisinya

di samping bahu.

26

b. Posisi badan menyamping (vertikal) dengan arah net, posisi

kaki kanan berada dibelakang kaki kiri. Pada saat memukul

bola, harus terjadi perpindahan beban badan dari kaki kanan

ke kaki kiri.

c. Posisi badan harus selalu diupayakan berada di belakang

bola.

d. Pada saat perkenaan bola, tangan harus lurus, menjangkau

bola dan dorong dengan sentuhan halus.

e. Untuk arah forehand lawan, pukul bagian Iengkungan bola

sebelah kanan dan lengkung kiri bola untuk tujuan

backhand.

f. Posisi akhir raket mengikuti arah bola.Biasakan bergerak

cepat mengambil posisi pukul yang tepat di belakang kok

g. Perhatikan gerak langkah dan keseimbangan badan pada

saat dan setelah memukul kok.

h. Kok harus dipukul dengan sikap lengan lurus dan hanya

menggunakan tenaga kecil.

i. Pukulan potong ini mengandung aspek kehalusan gerak dan

gerak tipu.

12. Netting

Adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan

sedekat mungkin ke net, dipukul dengan sentuhan tenaga halus

sekali. Pukulan netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul

halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net.

Karakteristik teknik dasar ini adalah kok senantiasa jatuh

bergulir sedekat mungkin dengan jaring/net di daerah lapangan

lawan. Koordinasi gerak kaki, lengan, keseimbangan tubuh, posisi

raket dan kok saat perkenaan, serta daya konsentrasi adalah faktor-

faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pukulan ini.

27

Pegang raket dengan jari-jari tangan (ruas jari tangan),

pergelangan tangan tetap rileks, posisi kepala (daun) raket sejajar

dengan Iantai pada saat perkenaan raket dan kok yang harus

diperhatikan selama proses pukulan jaring berlangsung. Di

samping itu sikap dan posisi kaki tumpu harus tetap kokoh

menapak di Iantai, dengan lutut kanan dibengkokkan, sehingga

tidak terjadi gerakan tambahan yang dapat mempengaruhi

keseimbangan tubuh.

Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Pegangan raket forehand untuk forehand

net dan backhand untuk backhand samping net.

b. Siku agak bengkok dan pergelangan ditekuk sedikit ke

belakang.

c. Pada saat memukul, kaki kanan berada di depan dan bola

dipukul pada posisi setinggi mungkin.

d. Sesaat sebelum perkenaan bola, buat tarikan kecil dan

pergelangan tangan. Pukul bola pada bagian lengkung

kanan dan kiri sampai pada bagian bawah bola. Akhir

kepala raket menghadap atau sejajar dengan langit-langit.

Cara Latihan

a. Berdiri kira-kira dua langkah dari jaring sambil memegang

raket.

b. Penyaji melemparkan kok berturut-turut ke daerah jaring

dan Anda berusaha memukul kok itu.

c. Lakukan latihan ini di sisi kanan dan kiri secara bergantian.

d. Tingkatkan faktor intensitas dan kesulitan latihan dengan

cara sambil bergerak.

28

e. Arah dan sasaran pukulan dapat berbentuk lurus, silang

atau dengan cara mendorong kok itu ke berbagai arah.

13. Return Smash

Adalah pukulan yang lebih identik dengan pola pertahanan.

Namun demikian pengembalian smash yang baik bisa menjadi

serangan balik.

Jenis-jenis pengembalian smash:

a. Pengembalian pendek, yaitu pengembalian dimana

bolanya jatuh dekat net. Banyak terjadi pada

permainan tunggal. Tujuannya untuk memaksa

lawan berlari jauh.

b. Pengembalian drive (mendatar),lebih banyak

dilakukan pada permainan ganda. Tujuannya untuk

tidak memberi kesempatan lawan melakukan

serangan.

c. Pengembalian panjang, yaitu pengembalian bola ke

arah belakang lagi. Pukulan ini blasanya hanya bisa

dilakukan oleh pemain yang sudah trampil dan

mempunyai pergelangan tangan kuat.

Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Posisi siap (stand), lihat keterangan dibagian

footwork.

b. Untuk pengembalian dari forehand, apabila

dekat biosa dilakukan dengan satu langkah kaki

kanan, tatapi apabila jauh, mungkin perlu

dilakukan dulu langkah kecil dari kaki kiri.

c. Untuk pengembalian backhand, apabila dekat

bisa dilakukan dulu langkah kecil dari kaki kiri.

29

Tetapi , aapbila jauh mungkin perlu dilakukan

dulu langkah kecil dari kaki kanan.

14. Backhand Overhead

Pukulan ini bisa dlkategorikan paling sulit, terutama bagi

pemain pemula. Karena secara biomekanik teknik pukulan ini

selain menuntut koordinasi anggota badan yang sempurna, juga

penguasaan grip dan timing yang tepat.

Tanpa ketiga hal tersebut, tenaga besar sekalipun tidak bisa

menghasilkan kualitas pukulan yang baik.

Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Lakukan posisi slap dengan posisi raket di tangan.

b. Putar badan, dengan melangkahkan kaki kanan ke belakang

kiri. Lutut dan siku kanan agak bengkok.

c. Rangkaian memukul mulai dari mengayunkan raket (siku

ke dekat ketiak) dorong dengan pinggang dan siku menjadi

lurus. Gerakan diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan.

d. Cara kedua, rangkaian pukulan di atas (No.3) bisa

dilakukan sambil melangkahkan kaki kanan, lalu ayun

raket. Kaki kanan sudah mendarat pada saat bola dipukul.

Cara Latihan

Latih dahulu gerakan tanpa bola . Untuk mempermudah

bisa digunakan alat bantu, yaitu gantuingan kok setinggi timing

seorang atlit

15. Drive

Adalah pukulan cepat dan mendatar banyak digunakan

dalam permaianan ganda. Tujuannya untuk menghindari lawan

30

menyerang atau sebaliknya memaksa lawan mengangkat bola dan

berada pada posisi bertahan. Pukulan ini menuntut ketrampilan

grip, reflek yang sepat dan kekuatan pergelangan tangan. Pukulan

ini akan diajarkan lebih jauh pada tahap selanjutnya.

Sebagai Dasar Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Pegangan raket dengan satu grip/cepat berpindah.

b. Selain kekuatan bahu, gunakan "lecutan" pergelangan pada

saat bola dipukul.

Cara Latihan

a. Gunakan raket yang lebih berat atau botol berisi pasir untuk

melatih kekuatan pergelangan tangan.

b. Latih reflek pukulan drive kiri/kanan ke tembok.27

31

B. CEDERA PADA BAHU (CINGULUM MEMBRI SUPERIORIS)

B.1. ANATOMI BAHU

Bahu adalah bagian badan yang terdapat pada daerah pectoral

yang diperkuat oleh ekstremitas superior dalam hal ini (cingulum

membri superioris).22

Bahu batas antara lengan atas dengan batang tubuh. Gelang bahu

clavikula, scapula, dan bagian proksimal humerus.25

Gelang bahu terdiri dari clavicula dan scapula, yang bersendi

pada articulatio acromioclavicularis. Clavicula berbentuk kurva-ganda

dan memanjang. Terletak diatas tulang rusuk pertama. Pada ujung

medial, clavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada)

pada sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi

dengan acromion dan scapula (tulang belikat) dengan sendi

acromioclavicularis.8

32

B.1.1. Clavicula

Clavicula adalah tulang panjang yang letaknya horizontal pada

daerah ujung leher. Tulang ini bersendi dengan sternum dan cartilago

costalis I di sebelah medial, dan dengan acromion di sebelah lateral.8,9

Clavicula mempunyai peran sebagai sebuah penyangga pada

waktu lengan atas bergerak menjauhi tubuh. Clavicula juga berfungsi

menyalurkan gaya dari lengan atas ke skeleton axiale, dan merupakan

tempat melekatnya otot.

Clavicula terletak subkutan menurut arah panjang nya, dari dua

pertiga medialnya cembung kedepan dan sepertiga lateralnya cekung

ke arah depan.8,9

B.1.2 Scapula

Scapula (tulang belikat) ialah tulang yang menghubungkan

tulang lengan atas (humerus) dan tulang selangka (clavicula). Tulang

pipih yang berbentuk segitiga yang terletak di dinding posterior

thorax di antara coste II hingga VII. Pada permukaan posterior, spina

scapulae menonjol ke belakang. Ujung lateral spina scapulae bebas

dan membentuk acromion, yang bersendi dengan clavicula. Angulus

superolateralis scapulae yang membentuk cavitas atau fossa

glenoidalis yang berbentuk seperti buah pir dan bersendi dengan caput

humeri pada articulatio humeri. Processus coracoideus menonjol

keatas dan depan di atas cavitas glenoidales dan merupakan tempat

melekatnya otot dan ligamentum. Medial terhadap basis processus

coracoideus terdapat incisura suprascapularis.8,9

Permukaan anterior scapula cekung dan membentuk fossa

subscapularis. Permukaan posterior scapula dibagi dua oleh spina

scapulae menjadi fossa supraspinata di atas dan fossa infraspinata di

bawah. Angulus inferior scapulae dapat dipalpasi dengan mudah pada

33

orang hidup dan merupakan petunjuk posisi iga ketujuh dan processus

spinosus vertebrae thoracicae7.9

Yang menggerakkan dan menstabilkan scapula 7 otot :9

1. M. Trapezius

Musculus trapezius adalah otot yang besar, tipis, berbentuk

segitga, terbentang di bagian belakang leher dan thorax.

Origo : dari sepertiga medial linea nuchalis superior os

occipitalis, protuberantia occipitalis externa, dan ligamentum

nuchae; dari processus spinosus vertebra cervicale 7 dan processus

spinosus serta ligamentum supraspinosus semua vertebra thoracica.

Insertio : serabut bagian atas arahnya kebawah dan lateral

menuju sepertiga lateral clavicula; serabut tengah arahnya

horizontal menuju ke acromion dan pinggir atas spina scapulae.

Persarafan : serabut motoris dari pars spinalis nervus

accesorius (sraf otak XI) dan serabut sensoris dari saraf cervicalis 3

dan 4.

Fungsi : musculus trapezius menggantung gelang bahu pada

tengkorak dan columna vertebralis. Serabut atas mengangkat

scapula. Serabut tengah menarik scapula ke medial. Serabut bawah

menarik margo medialis scapulae ke bawah sehingga cavitas

glenoidalis menghadap keatas dan ke depan.

2. M. levator scapulae

Musculus levator scapulae adalah otot yang besar, pipih,

berbentuk segitiga, terbentang dari daerah lumbal dan bagian

bawah thorax.

Origo : dari processus transversus empat vertebra cervicalis

bagian atas.

Insertio : margo medialis scapulae berhadapan dengan fossa

supraspinata.

34

Persarafan : Nervus Cervicalis 3 dan 4 serta nervus dorsalis

scapulae (C5).

Fungsi : mengangkat pinggir medial scapula. Bila otot ini

bekerja sama dengan serabut tengah musculus trapezius dan

musculi rhomboidei, otot ini menarik scapula ke medial dan atas,

sehingga menarik bahu ke belakang.

3. M. Rhomboideus minor

Origo : dari bagian bawah ligamentum nuchae dan processus

spinosus vertebra cervicalis 7 dan thoracica 1

Insertio : pinggir medial scapula berhadapan dengan pangkal

spina scapulae.

Persarafan : Nervus dorsalis scapulae (C5)

Fungsi : bersama musculus rhomboideus major dan musculus

levator scapulae mengangkat pinggir medial scapulae dan

menariknya ke medial.

4. M. Rhomboideus mayor

Origo : dari processus spinosus vertebra thoracicae ke dua

sampai lima dan ligamentum supraspinale yang sesuai.

Insertio : pinggir medial scapula berhadapan dengan fossa

infraspinata.

Persarafan : Nervus dorsalis scapulae (C5)

Fungsi : bersama musculus rhomboideus minor dan musculus

levator scapulae mengangkat pinggir medial scapula dan

menariknya ke medial.

5. M. seratus anterior

Otot-otot deltoideus dan rotator cuff tergolong “prime mover”

dan fungsinya adalah sebagai abduktor lengan.9

Gerakan abduksi lengan ini adalah gerakan yang memutari satu

fulerum yang terletak di pusat caput humeri, gerakan abduksi ini

hanya akan berjalan dengan lancar apabila kedua kelompok otot

35

ini (deltoideus dan rotator cuff) normal bila salah satu saja

mengalami kelemahan maka otomatis gerakan abduksi tidak bisa

berjalan dengan baik. Hal ini bisa di terangkan dengan cara

menganalisa gaya-gaya yang di timbulkan oleh otot-otot tersebut.

“Rotator cuff” atau manset rotator atau “otot pelindung” dibentuk

oleh m. subscapularis, m. supra spinatus, m. infra spinatus, dan m.

teres minor otot-otot ini merupakan manset dan sebagai pelinung

diri.22

Pada keadaan lengan menggantung disisi tubuh, arah gaya

yang di timbulkan oleh kontraksi M. Deltoideus adalah vertikal ke

atas dan karena terlalu dekatnya gaya ini dengan fulorumnya maka

hasil akhir gaya ini adalah akan menarik humerus keatas sehingga

caputnya akan menekan acromion, sedangkan gerakan abduksi

lengan minim sekali sebaliknya bila otot rotator cuff bekerja

sendiri akan menghasilkan gaya ke arah bawah medial dengan

hasil mendepresi caput humeri kebawah yang bahkan bisa

menyebabkan subluksasi sendi.

Tetapi bila kedua otot ini bekerja bersama-sama akan

menghasilkan perputaran (force couple) yang menyebabkan

terjadinya abduksi lengan secara “smooth”. Agar lengan dapat di

elevasi ke atas kepala maka di perlukan juga gerakan scapula,

gerakan ini terjadi terhadap dinding thorax dan secara garis besar

dibagi menjadi dua gerakan yaitu :9

1. Gerakan bergeser

Kemedial - lateral : total gerakan adalah 15cm. Keatas - bawah :

total gerakan adalah 10-12 cm

2. Gerakan rotasi

Keatas - bawah : total ROM (Range Of Motion) adalah 60°

Gerakan rotasi scapula keatas yang merupakan gerakan

terpenting terjadi akibat gaya putar yang di timbulkan oleh

36

interaksi gaya-gaya di timbulkan oleh kontraksi M. seratus

anterior dan trapezius pada observasi klinik untuk gerakan rotasi

ke atas ini tampaknya peranan M. seratus anterior lebih penting

dari pada M. trapezius. Ini terbukti bahwa bila ada kelemahan

M. serattus anterior maka seseorang akan tidak mampu

mengangkat lengannya keatas kepala. Sebaliknya bila ada

kelemahan M. trapezius dia masih bisa melakukan gerakan

tersebut.9

6. M. subclavius

7. M. pectoralis minor

B.1.2.1 Scapulo humeral rhythm (Gerakan-gerakan

scapulohumeral)

Gerakan elevasi lengan keatas pada keadaan sesungguhnya

tidak bisa di pisah-pisahkan menjadi fase-fase yang berbeda ( yaitu

gerakan humerus terhadap scapula di susul gerakan scapula

terhadap dinding thorax dan akhirnya kembali ke gerakan humerus

terhadap scapula lagi) oleh karena semua gerakan itu terjadi

bersama-sama secara simultan hal ini di sebut “ scapulohmeral

rhythm”. Khususnya pada gerakan abduksi glenohumeral di

pengaruhi oleh rotasi humerus pada sumbu panjangnya dari posisi

lengan menggantung kebawah dan telapak tangan menghadapi

tubuh, gerakan abduksi lengan secara aktif hanya mungkin sampai

sudut 90° saja ( bila dilakukan secara pasif sampai 120°) dan

gerakan elevasi selanjutnya hanya mungkin apabila disertai rotasi

keluar dari humerus pada sumbu panjangnya, hal ini dilakukan agar

tuberculum majus humeri berputar kebelakang acromion sehingga

gerakan selanjutnya keatas tidak terhalang lagi, sebaliknya bila

lengan berada dalam rotasi kedalam, maka gerakan abduksi

mungkin sampai sudut 60°saja.9

B.1.2.2 Articulatio suprahumeralis (Sendi suprahumeralis)

37

Syndesmosis adalah pertautan tulang yang dihubungkan oleh

jaringan ikat. Sendi ini merupakan artikulasi protektif antara caput

humeri dengan suatu arcus yang dibentuk oleh ligamentum coraco

acromialis yang lebar, ligament ini berfungsi untuk melindungi

sendi glenohumeral terhadap trauma dari atas dan sebaliknya

mencegah dislokasi keatas dari caput humeri, ligament ini juga

menjadi hambatan pada wakru abduksi lengan seperti telah di

sebutkan di depan .9

Didalam sendi yang sempit ini terdapat struktru-struktur yang

sensitif, yaitu bursae sub acromialis dan subcoracoideus, tendon M.

supraspinatus, bagian atas kapsul sendi glenohumeral, tendon M.

biceps serta jaringan ikat, struktur ini semuanya penting terutama

hubungannya dengan kondisi-kondisi patologis.9

B.1.2.3 Articulatio acromioclavicularis dan sternoclavicularis

Sendi acromioclavicularis adalah ke 2 bagian tulang ini di

dalam ruang sendi dihubungkan melalui suatu cakram yang terdiri

dari jaringan fibrocartilago, sendi ini diperkuat oleh ligamentum

acromioclavicularis superior dan inferior, pada waktu scapula rotasi

keatas (saat lengan elevasi diatas kepala) maka terjadi rotasi

clavicula mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini akan

menyebabkan elevasi clavicula, elevasi ini pada sudut 30°pertama

terjadi pada sendi sternoclavicularis kemudian 30°kemudian terjadi

akibat terjadi rotasi clavicula ini.9

Sendi sternoclavicularis adalah sendi yang di bentuk antara

clavicula dengan manubrium sterni. Didalam rongga sendinya juga

terdapat suatu cakram dan sendi ini gerakannya adalah cukup bebas

seperti tipe bola dan mangkok, disamping oleh kapsul sendi serta

ligamentum interclavicularis dia diperkuat juga oleh ligamentum

38

costoclavicularis yang amat kuat, adanya ligament ini maka sendi

costovertebral (dari costa I )secara tidak langsung juga

mempengaruhi gerakan sendi lengan bahu secara keseluruhan.9

1. Pada sendi glenohumeralis

a. Gerakan fleksi dan ekstensi pada bidang sagital

b. Gerakan abduksi dan adduksi pada bidang frontal dan

horizontal

c. Gerakan endorotasi dan eksorotasi pada bidang horizontal

dan sagital.

2. Pada gelang bahu

Gerakan fleksi dan ektensi (muka-belakang) dan gerakan

elevasi dan depresi (atas-bawah).9

B.1.3 Manset Rotator

Penguatan capsula articularis humeri terutama diperoleh dari otot-

otot m. subscapularis, m. supra spinatus, m. infra spinatus, dan m.

teres minor. Otot-otot ini merupakan manset dan sebagai pelindung

sendi. Otot ini dikenal sebagai otot-otot “manset rotatot” atau

“rotator cuff” atau “otot pelindung”. Capsula articularis bagian depan

merupakan bagian yang lemah, sehingga memudahkan luxatio

humeri.22

Empat otot : musculus supraspinatus, musculus infraspinatus,

musculus teres minor, dan musculus subscapularis – membentuk apa

yang disebut manset rotator (rotator cuff). Tonus otot-otot ini

membantu memfiksasi caput humeri di dalam cavitas glenoidalis

scapulae selama gerakan articulatio humeri. Manset terletak di sisi

anterior, superior, dan posterior sendi. Manset tidak ada bagian

inferior, sehingga bagian inferior merupakan tempat yang lemah.9

39

B.1.4 Articulatio

B.1.4.1 Articulatio Sternoclavicularis

a. Articulatio : Terbentuk di antara ujung sternal clavicula,

manubrium sterni, dan. cartilago costa I

b. Tipe : Sendi sinovial dua sumbu.

c. Capsula articularis : Mengelilingi sendi dan melekat pada facies

articularis

d. Ligamentum : Simpai sendi di perkuat di depan dan di belakang

oleh ligamentum sternoclavicularis yang kuat.

e. Discus articularis : Discus fibrocartilagineus yang pipih terletak di

dalam sendi dan membagi bagian dalam sendi atas menjadi dua

ruangan. Lingkar sendi melekat pada bagian dalam capsula

articularis claviculae dan di bawah dengan cartilago costa I.

f. Ligamnetum tambahan : ligamentum costoclaviculare adalah

sebuah ligamentum kuat yang berjalan dari perbatasan costa I

dengan cartilago costa I ke permukaan bawah pars sternalis

claviculae.

g. Persarafan : Nervus supraclavicularis dan saraf yang menyarafi

musculus subclavius.

h. Gerakan : Gerakan clavicula ke depan dan belakang terjadi pada

bagian medial. Elevasi dan depresi clavicula terjadi pada bagian

lateral.9

i. Axis sendi : gerak keatas dan kebawah terhadap axis sagital.

Gerak rotasio terjadi pada axis rotasionis (axis longitudinalis) dan

gerak ke depan dan ke belakang terjadi pada axis vertical.

Gerakan pada articulatio sterno clavicularis pada dasarnya adalah

imbas dari gerakan pada articulatio humeri dan articulatio

acromio clavicularis. Gerakan tersebut merupakan gerak

sirkumduksio.22

B.1.4.2 Articulatio Acromio clavicularis

40

a. Articulatio : Di antara acromion dan ujung lateral clavicula.

b. Tipe : sendi sinovial.

c. Capsula articularis : Mengelilingi dan melekat pada pinggir facies

articularis.

d. Ligamentum : ligamentum acromioclavicularis superior dan

inferior memperkuat capsula articularis; dari capsula, dar sisi atas

sebuah discus fibrocartilagineus berbentuk baji menonjol ke

dalam rongga.

e. Ligamentum tambahan : ligamentum coracoclaviculare yang

sangat kuat berjalan dari processus coracoideus menuju

permukaan bawah clavicula. Ligamentum ini terutama

bertanggung jawab menggantungkan berat scapula dan

ekstremitas superior pada clavicula.

f. Membrana sinovial : melapisi capsula articularis dan melekat

pada pinggir rawan yang meliputi permukaan sendi.

g. Persarafan : Nervus suprascapularis

h. Gerakan : Terjadi gerakan yang luwes waktu scapula memutar,

atau waktu clavicula diangkat atau ditekan ke bawah. 9

i. Axis sendi : kemungkinan geerak yang ada adalah gerakan

terhadap axis sagital, axis transversal, dan axis yang berjalan

dari articulatio tersebut ke angulus inferior scapulae.22

B.1.4.3 Articulatio Humeri

a. Articulatio : persendian yang terjadi di antara caput humeri yang

bulat dengan cavitas glenoidalis scapulae yang dangkal dan

berbentuk seperti buah pir. Facies articularis diliputi oleh rawan

sendi hialin, dan cavitas glenoidales diperdalam oleh adanya bibir

fibrocartilago yang dinamakan labrum glenoidale.

b. Tipe : sendi sinovial “ball and socket”.

c. Capsula articularis : Meliputi sendi dan di medial melekat pada

pinggir cavitas glenoidalis di luar labrum; di lateral capsula

41

melekat pada collum anatomicum humeri. Capsula articularis ini

tipis dan lemas, memungkinkan gerakan yang luas. Capsula

articularis diperkuat oleh lembaran fibrosa yang berasal dari tendo

musculi subscapularis, supraspinatus, infraspinatus, dan teres

minor (oto-otot manset rotator)

d. Ligamentum : ligmentum glenohumerale adalah tiga buah pita

jaringan fibrosa yang memperkuat bagian depan capsula

articularis. Ligamentum humerale transversum memperkuat

capsula articularis dan menjembatani celah antara kedua

tuberculum. Ligamentum coracohumerale memperkuat capsula

articularis dari sebelah atas dan terbentang dari pangkal processus

coracoideus sampai ke tuberculum majus humeri.

e. Ligamnetum tambahan : ligamentum coracoacromiale terbentang

antara processus coracoideus dan acromion. Fungsinya adalah

untuk melindungi bagian atas sendi.

f. Membrana sinovial : melapisi capsula articularis dan melekat

pada pinggir cartilago yang meliputi facies articularis. Membrana

ini memebetuk sarung di sekitar tendo musculi biceps brachii

caput longum. Membrana ini menonjol keluar dari dinding

anterior capsula untuk membentuk bursa subscapularis yang

terletak di bawah musculus subscapularis.

g. Persarafan : Nervus axillaris dan nervus suprascapularis.9

h. Axis sendi : gerak transversal, axis sagital, dan axis cranio caudal

(longitudinal).22

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada articulatio humeri adalah :

a. Bidang sendi (bidang scapula) membentuk sudut 45° dengan

bidang sagital, sehingga gerak flexio lengan arahnya kedepan

dan medial; sebaliknya gerak retroflexi (extensi) arahnya ke

dorsal dan lateral.

42

b. Axis rotasionis adalah garis longitudinal yang melewati caput

humeri ke capitulum humeri.

c. Gerak articulation humeri selalu disertai gerak pada cingulum

membri superioris. Abduksi lengan dapat berlangsung sampai

180° dan bila dicermati ternyata sepertiga bagian dari jumlah

geerak tersebut adalah gerak rotasi scapula.

d. Pada posisi berdiri fundamental, bila pada lengan di lakukan

abduksi maksimal, maka abduksi ini pada posisi tertentu akan

tertahan oleh tertumbuknya tuberculum majus humeri pada

lengkung coraco acromiale. gerak ini dapat dilanjutkan bila

pada lengan dilakukan exorotasi sampai telapak tangan

menghadap ke ventral.22

B.1.5 Mekanisme Scapulo-humerale

Scapula dan extremitas superior yang digantungkan pada

clavicula oleh ligamentum coracoclaviculare yang kuat dan dibantu

oleh tonus otot-otot. Bila scapula melakukan gerakan rotasio pada

dinding thorax, maka posisi dari cavitas glenoidalis scapulae akan

berubah. Sumbu dari gerakan ini diduga melalui ligamentum

coracoclaviculare.9

Abductio lengan atas berhubungan dengan rotasio dari scapula

dan articulatio humeri. Setiap 3 derajat abductio lengan atas, terjadi

abductio 2 derajat pada articulatio humeri dan pada abductio 1

derajat oleh karena rotasio dari scapula. Pada abductio sekitar 120

derajat lengan atas, tuberculum majus humeri terbentuk pada ujung

lateral acromion. Gerakan mengangkat lengan atas lebih tinggi dari

kepala membutuhkan gerakan rotasio scapula.9

B.1.6 Analisis Anatomik Cingulum Membri Superioris

43

Cingulum membri superioris terdiri atas clavicula dan scapula.

Clavicula merupakan tulang panjang berbentuk huruf S yang terdiri

atas dua pertiga bagian medial yang berbentuk silindris (exstremitas

sternalis claviculae) dan sepertiga bagian lateral (extremitas

acromialis claviculae) yang pipih. Bentuk silindris pada bagian

medial sesuai dengan struktur mekaniknya yaitu mengemban tugas

meneruskan desakan (tekanan) yang berasal dari arah lengan menuju

ke sternum. Extremitas lateralis yang pipih dan konkaf ke arah depan

yang bersendi acromion akan meneruskan desakan dari arah scapula

ke clavicula dengan perantaraan ligamentum coracoclaviculare.

Bagian clavicula yang terletak di antara kedua bagian tadi

merupakan bagian yang lemah dan mudah mengalami keretakan

(fractura). Dengan demikian clavicula mempunyai dua bagian yang

berbeda secara structural dan fungsioal.22

Scapula merupakan tulang pipih berbentuk segitiga dengan

facies costalis yang menghadap ke costa dan facies posterior yang

menghadap ke dorsal. Pada facies costalis dijumpai fossa sub-

costalis, pada facies posterior dijumpai fossa supraspinata dan fossa

infraspinata yang saling dipisahkan oleh spina scapulae. Tiga buah

tepi (margo) yang membatasi segitiga adalah margo medialis, margo

lateralis, dan margo superior. Tiga buah sudut yang terbentuk oleh

ketiga sisi scapula adalah angulus inferior, angulus superior, dan

angulus lateralis. Angulus lateralis ditempati oleh cavitas gleinodalis

dengan collum scapulae.22

Sendi yang dibentuk oleh cingulum membri superioris adalah:22

1. Articulatio sterno clavicularis

2. Articulatio acromio clavicularis

3. Syndesmosis coraco clavicularis

44

Otot penggerak cingulum membri superioris mengadakan pf

(punctum fixum/origo) pada skeleton axiale dan pm (punctum

mobile/insertio) pada scapula atau clavicula. Dibedakan adanya

kelompok anterior dan posterior. Fungsi utama otot adalah sebagai

stabilisator scapula, sehingga dalam aktivitas scapula menajadi bias

menjadi fulcrum yang tetap dan menjadi pf otot-otot penggerak

humerus.22

B.1.6.1. Sendi pada pars libera membri superior

1. Articulatio Cubiti (sendi siku). Dibentuk oleh tiga buah tulang

yaitu humerus, ulna dan radius. Karena dibentuk oleh lebih dari

dua buah tulang maka sendi ini merupakan articulation

kompositus. Gerakan yang mungkin terjadi yaitu flexi, extensi,

pronasi, supinasi. Umumnya otot-otot sebagai flexor dan

extensor. Otot-otot yang lain sebagai pronator dan supinator.

Terdiri atas :

Articulatio humero ulnaris yang dibentuk oleh trochlea

humeri dan incisura semiulnaris ulnae.

Articulatio humero radialis dibentuk oleh capitulum humeri

dan fovea capituli radii.

Articulatio radio ulnaris proximalis dibentuk oleh

circumferentia articularis radii dan incisura radialis ulnae.

2. Junctura Radio-ulnaris

Hubungan ini bersifat diarthrosis dan synarthrosis. Hubungan

diarthrosis terdiri atas articulatio radio ulnaris proximalis, dan

articulatio radio ulnaris distalis. Hubungan synarthrosis yaitu

dengan adanya hubungan syndesmosis fibrosa dalam bentuk

membrane interossea yang berada di antara radius dan ulna.

Otot-otot lengan bawah (antebrachium) membungkus radius

dan ulna baik di sebelah depan, belakang, lateral, maupun medial.

Dengan adanya septum intermusculare transversum, otot-otot

45

pada antebrachium terbagi atas otot-otot yang letaknya superficial

dan profundal.

B.1.7. Analisis Mekanik Cingulum Membri Superioris

Gerak pada sendi

Ada tiga macam gerak pada sendi, yang ketiganya dapat

dijumpai pada sendi triaxial. Macam gerakan yang dapat dilakukan

pada sendi ialah sebagai berikut:22

a. Pengetulan (flexio) dan pengedangan (extensio). Flexio

memperkecil dan extensio memperbesar sudut di antara dua

bagian tulang yang membentuk sendi dan gerakannya terjadi

pada bidang sagital. Sumbu gerak adalah sumbu transversal.

Otot-otot yang bekerja disebut otot-otot ketul (m.m. flexores)

dan otot-otot kedang (m.m. extensores). Pada articulatio humeri

dan articulatio coxae istilah flexio diganti anteflexio dan

retroflexio. Istilah anteflexio dan retroflexio juga dipakai pada

columna vertebralis untuk gerak membungkuk ke depan dan

membengkok ke belakang.22

b. Gerak ke tengah (adduction, adduksi) dan gerak ke samping

(abduction, abduksi). Gerak ini menedekatkan atau menjauhkan

bagian tulang yang bergerak terhadap bidang tengah badan

(bidang median). gerakan terjadi pada bidang vertical, dan

sumbu gerak adalah sagital. Otot-otot yang bekerja disebut m.m.

adductores dan m.m. abductores.22

c. Gerak putar/kisar (rotatio-rotasio) adalah gerak sekeliling sumbu

panjang suatu bagian tulang/rangka atau sekeliling sumbu yang

hamper berimpit dengan sumbu panjang. Otot-otot yang

melakukan gerak ini dianamakan otot pemutar (m.m rotatores).

Pada gerak kisar dapat dibedakan antara endorotasio (gerak

kisar ke dalam) dan exorotasio (gerak kisar keluar). Untuk

46

menyatakan apakah endorotasio atau exorotasio, kesepakatan

yang digunakan adalah: titik yang berada di bagian ventral

tulang yang bergerak. Bila titik tersebut mendekat ke arah garis

median disebut endorotasio, sebaliknya bila titik menjauhi garis

median disebut exorotasio. Untuk rotasio badan dipakai istilah

torsio. Endorotasio lengan bawah disebut pronasio, sedang

exorotasio lengan bawah disebut supinasio.22

d. Gerak lingkar (circumductio, sirkumduksi), merupakan

gabungan antara tiga gerak tersebut diatas. Bidang gerak yang

dijalani merupakan suatu bidang kerucut dengan puncaknya

berada pada sendi.22

Rincian Gerak Antebrachium (lengan bawah)

Gerak yang terjadi pada antebrachium adalah flexi dan extensi

serta pronasi dan supinasi. Flexi dan extensi terjadi pada

articulation humero ulnaris dan articulation humero radialis

sekeliling axis transversal yang berjalan melewati pusat capitulum

humeri.22

Otot-otot penggerak flexi (flexor) adalah m.brachialis,

m.biceps brachii, m.brachio radialis, m. pronator teres, m. flexor

carpi radialis, dan m. Palmaris longus.22

Otot-otot penggerak extensi (extensor) adalah: m.triceps

brachii dan m.anconeus. Pronasi dan supinasi teerjadi pada

articulatio humero radialis, articulatio radio ulnaris proximalis dan

articulatio radio ulnaris distalis, sekililing axis longitudinal yang

berjalan melalui capitulum humeri, fovea capituli radii,

menyeberangi spatium interosseum terus ke capitulum ulnae. Axis

ini memotong axis transversal articulatio cubiti secara tegak

lurus.22

47

Otot-otot penggerak pronasi (pronator) adalah: m. pronator

teres, m. flexor carpi radialis, m. brachio radialis, m. extensor carpi

radialis longus, m. pronator quadratus, m. Palmaris longus.22

Otot-otot penggerak supinasi (supinator) adalah: m. biceps

brachii, m. supinator, m. brachio radialis, dan m. extensor carpi

radialis longus.22

Rincian Gerak Tangan (manus)

Gerak tangan terjadi pada articulatio radio carpea dan

articulatio manus (yang terdiri atas articulatio inter-carpea dan

articulatio medio-carpea). Articulatio radio carpea merupakan

articulatio ellipsoidea dengan axis transversal yang melewati os

lunatum untuk gerak flexi volar (flexi) dan flexi dorsal (extensi),

sedang terhadap axis sagital yang melewati os capitatum terjadi

gerak flexi radial (abduksi atau deviasi radial) dan flexi ulnar

(adduksi atau deviasi ulnar). Kecuali itu karena gerakan pada

pergelangan tangan umumnya terjadi bersama-sama dengan

articulatio radio ulnaris proximalis maupun articulatio radio ulnaris

distalis sehingga dapat menghasilkan gerak circumductio. Otot-otot

penggerak flexi volaris (flexor) ialah m. flexor digitorum

superficialis, m.flexor digitorum profundus, m. flexor policis

longus, m. abductor pollicis longus, m. flexor capi ulnaris, m.

flexor carpi radialis, dan sedikit oleh m.palmaris longus. Otot-otot

penggerak flexi dorsalis (extensor) ialah: m. extensor digitorum

communis, m. extensor indicis proprius, m. extensor digiti. v.

propius, m. extensor carpi ulnaris, m. extensor carpi radialis longus,

m. extensor policis longus, dan m. extensor carpi radialis brevis.

otot penggerak deviasi radial (abduksi atau flexi radial) ialah : m.

extensor carpi radialis longis, m. extensor carpi radialis brevis, m.

flexor carpi radialis, m. abductor policis longus, m. extensor policis

48

longus , m. extensor policis brevis dan m. flexor policis longus.

Otot-otot penggerak deviasi ulnar (abduksi atau flexi ulnar) ialah

m. extensor carpi ulnaris, m. flexor carpi ulnaris, m. flexor

digitorum sublimis, dan m. flexor digitorum profundus.22

B.2. CEDERA PADA BAHU (CINGULUM MEMBRI SUPERIORIS)

B.2.1. Pengertian Cedera dalam Dunia Olahraga

Dalam dunia olah raga ada banyak kemungkinan terjadinya

kecelakaan di luar dugaan yang terkait dengan aktivitas anggota badan

saat melakukan gerakan tertentu sesuai cabang olah raga. Kecelakaan

tersebut biasa disebut dengan cedera olah raga. Setiap cabang olah

raga memiliki risiko terjadinya cedera, sesuai dengan gerakan yang

dilakukan pada masing-masing cabang olah raga. Ilmu tentang cedera

sedini mungkin mendeteksi kemungkinan cedera pada setiap Cabor

(cabang olahraga) dan bagaimana cara cepat mengatasinya, supaya

tidak menimbulkan akibat fatal dan cacat permanen.12

Cedera adalah suatu memar atau luka, atau dislokasi (pergeseran)

dari otot, sendi atau tulang yang disebabkan oleh kecelakaan, benturan

(body contact) atau gerakan yang berlebihan (over use) sehingga otot,

tulang, atau sendi tidak dapat menahan beban atau menjalankan

tugasnya. Cedera dalam dunia olahraga yaitu rusaknya jaringan (lunak

atau keras) baik otot, tulang, atau persendian yang disebabkan oleh

kesalahan teknis, benturan, atau aktivitas yang melebihi batas beban

latihan (overtraining) yang dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri

dan atau akibat dari kelebihan latihan dalam memberikan pembebanan

yang terlalu berat (overload) sehingga otot, tulang, atau persendian

tidak lagi dalam keadaan atau posisi anatomis (dislokasi). Cedera

dalam olahraga adalah segala macam cedera yang timbul pada waktu

latihan ataupun pada waktu pertandingan olahraga.3,11

49

B.2.2. Patofisiologi Cedera Olahraga

Terdapat dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu

trauma akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih).

Trauma akut adalah suatu cedera berat yang terjadi secara tiba-tiba/

mendadak, seperti robekan ligamentum, otot, tendo, atau terkilir, atau

bahkan patah tulang (fraktur).

Cedera olahraga seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda

radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor (bengkak), kalor

(panas), dolor (nyeri), dan functiolaesi (penurunan fungsi). Pembuluh

darah di lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud

untukmengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka

mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah ini lah yang

mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih merah (rubor). Cairan

darah yang banyak dikirim di lokasi cedera akan merembes keluar dari

kapiler menuju ruang antar sel, dan menyebabkan bengkak (tumor).

Dengan dukungan banyak nutrisi dan oksigen,metabolisme di lokasi

cedera akan meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas.

Kondisi inilah yang menyebabkan lokasi cedera akan lebih panas

(kalor) dibanding dengan lokasi lain.Tumpukan sisa metabolisme dan

zat kimia lain akan merangsang ujung saraf di lokasi cedera dan

menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh tertekannya

ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera. Baik

rubor, tumor, kalor, maupun dolor akan menurunkan fungsi organ atau

sendi di lokasi cedera yang dikenal dengan istilah functio laesa.3,13

B.2.3. Derajat cedera olahraga

Cedera dalam dunia olahraga dapat dikategorikan menjadi tiga

tingkatan, yaitu: cedera ringan/ cedera tingkat pertama, cedera sedang/

cedera tingkat kedua, dan cedera berat/ cedera tingkat ketiga.3,14

a. Cedera Ringan/ Cedera Tingkat Pertama

50

Cedera ringan/ cedera tingkat pertama ini ditandai dengan

adanya robekan atau hanya dapat dilihat dengan mikroskop, dengan

keluhan minimal, dan hanya sedikit saja atau tidak terlalu

menggangu penampilan atlet yang bersangkutan baik pada saat

berlatih ataupun bertanding

b. Cedera Sedang/ Cedera Tingkat Kedua

Cedera sedang/ cedera tingkat kedua ini ditandai dengan

kerusakan jaringan yang nyata, nyeri, bengkak, memar, berwarna

kemerah-merahan (suhu agak panas), dengan gangguan fungsi yang

nyata dan berpengaruh pada penampilan atlet yang bersangkutan

baik pada saat berlatih maupun bertanding.

c. Cedera Berat/ Cedera Tingkat Ketiga

Cedera berat/ cedera tingkat ketiga ini ditandai dengan

kerusakan jaringan atau terjadi robekan lengkap atau hampir

lengkap pada otot, ligamentum, dan fraktur pada tulang yang

memerlukan waktu istirahat lebih lama atau total, dan

membutuhkan terapi, pengobatan secara intensif, dan bahkan

dimungkinkan untuk dioperasi.3,14

B.2.4. Macam - Macam Cedera Olahraga

Macam- macam cedera antara lain:3

1) Kontusio: memar, hematom, adanya gumpalan darah pada

jaringan.

2) Sprain: robekan sebagian atau total dari ligamentum karena

peregangan yang berlebihan, biasanya mempengaruhi

kestabilan sendi.

3) Subluxatio: sebagian kedua facies articularis / permukaan

sendi bergeser.

4) Dislokasi: pemisahan total antara facies articularis yang satu

dengan yang lainnya.

51

5) Strain: kerusakan yang terjadi karena peregangan yang

berlebihan pada jaringan otot, tendo.

6) Tendinitis: terjadi peradangan tendo akibat penggunaan yang

berlebihan.

7) Avulsion fracture: kerusakan tulang pada tempat perlekatan

tendo oleh karena kontraksi tiba-tiba, tercabutnya origo

hamstring pada pelari gawang.

8) Fraktur bagian tulang yang membentuk per-sendian: bila

terjadi perpatahan di daerah ini akan mengakibatkan

hemarthrosis (perdarahan dalam persendian).

9) Fraktur dekat persendian: perpatahan dekat persendian bisa

mengakibatkan kekakuan sendi.3

Secara umum cedera yang mungkin dapat terjadi pada saat latihan

atau pertandingan olahraga, antara lain: cedera memar, cedera

ligamentum, cedera pada otot atau tendo, perdarahan pada kulit, dan

pingsan.14

a. Cedera Memar

Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan

(body contact) atau pukulan langsung pada permukaan kulit.

Akibat dari benturan atau pukulan tersebut dapat menyebabkan

jaringan di bawah kulit akan rusak dan pembuluh darah kecil

akan robek atau pecah sehingga darah dan cairan seluler akan

keluar atau merembes ke jaringan di sekitarnya.

b. Cedera pada Otot atau Tendo dan Cedera Ligamentum

Ada dua jenis cedera yang dapat terjadi pada otot atau

tendo dan ligamentum, yaitu strain dan sprain. Strain adalah

kerusakan pada suatu bagian jaringan otot atau tendo karena

penggunaan yang berlebihan. Sprain adalah cedera pada

bagian persendian dengan diikuti terjadi robekan pada

ligamentum, hal ini disebabkan oleh peregangan yang

52

berlebihan yang mendadak atau penggunaan yang berlebihan

secara berulang-ulang dari persendian.3,14

Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu

cedera pada sendi yang mengakibatkan robekan pada

ligamentum. Sprain terjadi karena adanya tekanan yang

berlebihan dan mendadak pada sendi, atau karena penggunaan

berlebihan yang berulang-ulang. Sprain ringan biasanya

disertai hematom dengan sebagian serabut ligament putus,

sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi cairan yang

menyebabkan bengkak. Pada sprain berat, seluruh serabut

ligamentum putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti

biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan, dan adanya

darah dalam sendi.14

c. Dislokasi (Pergeseran Tulang)

Dislokasi atau pergeseran tulang adalah suatu keadaan

persendian tidak dalam keadaan anatomis (bergeser), dalam hal

ini karena terjadi robekan yang mengakibatkan pergeseran

tulang dari tempatnya. Gejala dislokasi antara lain dapat dilihat

dengan ciri-ciri sebagai berikut: pembengkakan terjadi dengan

cepat, terasa nyeri yang sedang sampai berat, terdapat

perbedaan yang jelas pada bagian tubuh yang terluka.3,14

Dislokasi sendi sering terjadi pada olahragawan yaitu

terpelesetnya bonggol sendi dari tempatnya. Apabila sebuah

sendi pernah mengalami dislokasi, maka ligament pada sendi

tersebut akan kendor, sehingga sendi tersebut mudah

mengalami dislokasi kembali (dislokasi habitualis).

Penanganan yang dapat dilakukan pada saat terjadi dislokasi

adalah segera menarik persendian tersebut dengan arah sumbu

memanjang.14

d. Patah Tulang (Fraktur)

53

Patah tulang (fraktur) adalah suatu keadaan tulang yang

mengalami keretakan, pecah, atau patah. Patah tulang dibagi

menjadi dua macam yaitu: fraktur sederhana (simple fracture)

dan fraktur kompleks (compound fracture).14

Patah tulang (fraktur) adalah diskontinuitas dari jaringan

tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya

kekerasan yang timbul secara mendadak. Berdasarkan

hubungan antara ujung tulang yang mengalami fraktur dengan

jaringan-jaringan di sekitarnya.3

Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami

keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang

rawan. Fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang

dapat digolongkan menjadi dua yaitu:15,16

1) Patah tulang komplek; tulang terputus sama sakali.

2) Patah tulang stress; tulang retak, tetapi tidak terpisah.

Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari

bagian luar tubuh, patah tulang dibagi manjadi:

1) Patah tulang terbuka; fragmen (pecahan) tulang melukai

kulit diatasnya dan tulang keluar.

2) Patah tulang tertutup; fragmen (pecahan) tulang tidak

menembus permukaan kulit.

e. Kram Otot

Kram otot adalah kontraksi secara terus menerus yang

dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan

rasa nyeri. Kram otot biasanya terjadi karena seseorang

mengalami kelelahan yang berlebihan latihan (overtraining),

kekurangan garam dan mineral, kurang pemanasan atau

penguluran, atau gangguan (terhambatnya) sirkulasi darah

yang menuju ke otot-otot.3,14

f. Perdarahan

54

Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah

sebagai akibat dari terjadinya trauma pukulan, tendangan, atau

terjatuh. Perdarahan ini ada dua macam, yaitu pendarahan

dalam (darah berada di dalam rongga badan) dan perdarahan

luar (darah keluar dari kulit).3,14

g. Kejang (Shock)

Kejang (shock) adalah suatu keadaan yang timbul karena

disebabkan gangguan pada otak, karena suplai darah ke otak

berkurang, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan

(terlalu kenyang, terlalu lapar, atau kehausan).3,14

h. Pingsan (Collaps)

Pingsan (collaps) adalah keadaan di mana seseorang

mengalami kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan

singkat. Pingsan biasanya disebabkan oleh berkurangnya aliran

darah atau oksigen (O2) dan glukosa dalam tubuh menuju ke

otak, kepanasan, atau keracunan.14

B.3. Aspek Klinis Bahu

Cedera pada bahu sering disebabkan karena lelah, tetapi sering

juga terjadi pada pemain tennis, badminton, olahraga lempar dan

berenang (internal violence/sebab-sebab yang berasal dari dalam).

Cedera ini biasa juga disebabkan oleh external violence (sebab-sebab

yang berasal dari luar), akibat body contact sports, misalnya : sepak

bola, rugby dan lain-lain.17

B.3.1. Luksasio / subluksasio dari artikulatio humeri

Pada sendi bahu sering terjadi luksasio / subluksasio karena

sifatnya globoidea (kepala sendi yang masuk ke dalam mangkok

sendi kurang dari separuhya). Cedera pada sendi bahu ini sering

terjadi karena pemakaian sendi bahu yang berlebihan atau body

contact sport, kita harus memperhatikan bahwa sendi bahu sangat

55

lemah, karena sifatnya globoidea dimana hanya diperkuat oleh

ligamentum dan otot-otot bahu saja.17

Tanda-tanda luksasio / dislokasi :17

• lengkung bahu hilang

• tidak dapat digerak-gerakkan

• lengan atas sedikit abduksi

• lengan bawah sedikit supinasi

B.3.2. Luksasio / subluksasio dari articulatio akromioclavikularis

Sendi akromio klavikularis sering kali mengalami cedera

karena jatuh atau dipukul pada ujung bahu. Cedera ini sering terjadi

pada penunggang kuda, pemain rugby, atau sepak bola. Jika cedera

ini terbatas pada robeknya ligamentum akromio klavikularis, maka

terjadi subluksasio/ dislokasi sebagian. Jika ligamentum akromio

klavikularis dan ligamentum korako klavikularis terputus, maka

terjadilah luksasio atau dislokasi total. Pada keadaan luksasio /

subluksasio dari sendi ini, maka dapat kita raba terangkatnya ujung

clavicula bagian akromion lebih tinggi. Bila cedera sudah

berlangsung lama, pembengkakan sudah terjadi, maka ujung

clavicula sukar teraba.17

B.3.3. Bursitis Subdeltoidea

Di sini sendi bahu dapat berfungsi dengan gerakkannya

yang halus karena adanya bursa subdeltoid dan bursa ini dapat

meradang. Bursa mukosa subdeltoid ini memberi pelicin pada

tendo yang berjalan pada atap bahu.

Kalau bursa ini cedera, maka akan sedikit membengkak dengan

bertambahnya cairan sinovia dan pada gerakan terasa nyeri,

biasanya cedera ini terjadi karena pukulan langsung pada bahu,

misalnya pada body contact sport (frozen shoulder).17

B.3.4. Strain dari otot-otot atap bahu(rotator cuff)

56

Istilah rotator cuff dipergunakan untuk jaringan ikat fibrosa

yang mengelilingi bagian atas tulang humerus. Ini dibentuk dengan

bersatunya tendon-tendon atap bahu.17

Keempat tendon tersebut adalah :17

• Tendo musculus supraspinatus

• Tendo musculus infraspinatus

• Tendo musculus teres minor

• Tendo musculus subscapularis

Yang paling sering terkena adalah tendon supraspinatus.

Biasanya terjadi karena tarikan yang tiba-tiba, misalnya, jatuh

dengan tangan lurus atau abduksi yang tiba-tiba melawan beban

berat yang dipegang dengan tangan.17

Gambar 2. harrys-frozenshoulder

C. HUBUNGAN CEDERA PADA BAHU DENGAN FAKTOR RISIKO

CEDERA OLAHRAGA BULUTANGKIS

Pada saat seorang berolahraga bulutangkis dapat mengalami

berbagai cedera diantaranya cedera pada bahu. Cedera bahu dapat terjadi

dipengaruhi dari berbagai faktor risiko. Faktor risiko yang berhubungan

erat dengan terjadinya cedera bahu pada pemain bulutangkis meliputi;

usia, jenis kelamin, kurangnya pemanasan, tekhnik keliru, tingkat

57

kebugaran rendah. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya

cedera bahu pada pemain bulutangkis seperti;15

Umur: pada usia 30 – 40 tahun kekuatan otot relatif menurun,

sedangkan elastisitas tendo telah menurun setelah usia 30 tahun

sementara kekuatan otot menurun setelah usia 40 tahun. Kekuatan otot

mencapai maksimal pada usia 25 tahun. Sehingga semakin bertambah

usia seorang atlet maka semakin berpengaruh terhadap kondisi fisik atlet

dan lamanya proses penyembuhan akibat cedera semakin lama.

Jenis kelamin: jenis kelamin bisa menjadi salah satu faktor risiko

suatu kejadian olahraga

Kurangnya pemanasan: Pemanasan ini membantu tubuh agar lebih

enak melakukan aktivitas gerak yang cukup keras dan untuk mengurangi

kemungkinan mendapatkan cedera.

Kurangnya pemanasan

mengakibatkan otot belum teratur sehingga tidak siap menerima

pembebanan, yang akhirnya mudah terjadi cedera.19

Teknik keliru: pukulan pada permainan bulutangkis harus sesuai

teknik agar dapat tepat mengenai sasaran dan tidak menimbulkan cedera

pada pemain bulutangkis.

Kebugaran rendah: Kondisi fisik akan mempengaruhi performa

pemain dan dapat memicu terjadinya cedera olahraga. Kondisi fisik yang

kurang fit dan mudah lelah, bila berbenturan dengan pemain yang

fisiknya bagus mudah timbul cedera.15

Keseimbangan nutrisi : lebih kecil kemungkinan mendapatkan

cedera, bila seorang atlet memiliki keseimbangan nutrisi yang baik dan

penyembuhannya cedera pun akan lebih cepat karena nutrisi yang

dibutuhkan tubuh untuk recovery terpenuhi dengan baik.14,15

Konsumsi makanan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang

(PUGS) merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman empat sehat

lima sempurna (Seven Basic) yang memuat pesan-pesan berkaitan dengan

pencegahan baik masalah gizi kurang maupun lebih.23

58

II. Kerangka Teori

Cedera Olahraga

Bulutangkis

Patofisiologi

1. Trauma Akut

2. Overuse

Syndrome

Faktor Risiko

Intrinsik

1. Kurangnya

pemanasan

2. Teknik

keliru

3. Kebugaran

rendah

4. Kese-

Cedera

Bahu

59

III. Kerangka Konsep

Faktor Risiko

Cedera Bahu

Olahraga Bulutangkis

Faktor Risiko

Ekstrinsik

1. Faktor

manusia : tim,

lawan,

penonton,

wasit

2. Peralatan

pelindung :

helm,

Pelindung

tulang kering

3. Peralatan

olahraga : sky,

racket, dll.

60

IV. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan kurangnya pemanasan dengan kejadian cedera pada

bahu akibat aktivitas olahraga bulutangkis

2. Ada hubungan tekhnik keliru dengan kejadian cedera pada bahu akibat

aktivits olahraga bulutangkis

3. Ada hubungan tingkat kebugaran dengan kejadian cedera pada bahu

akibat aktivitas olahraga bulutangkis

4. Ada hubungan keseimbangan nutrisi yang kurang baik dengan

kejadian cedera pada bahu akibat aktivitas olahraga bulutangkis