21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Menurut Sarwono (2008), remaja atau adolescence adalah tumbuh kearah kematangan fisik, social maupun psikplogis, perioede perkembangan selama individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Sedangkan menurut Hurlock (1999) remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang- orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transportasi yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 14 – 24 tahun.hal ini dikemukakan dalam sensus penduduk 1980. Menurut masyarakat Indonesia, batasan usia remaja adalah 11 – 24 tahun dan belum menikah dengan berbagai pertimbangan (Sarwono, 2008). Dalam bahasa latin, remaja diseebut adolescence yang berasal dari kata adolescere yang menjadi tumbuh menjadi dewasa. Secara Psikologis, masa remaja ialah dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang tua – orang yang lebih tua, melainkan berada 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

  • Upload
    letram

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Definisi

Menurut Sarwono (2008), remaja atau adolescence adalah

tumbuh kearah kematangan fisik, social maupun psikplogis, perioede

perkembangan selama individu mengalami perubahan dari masa

kanak-kanak menuju dewasa. Sedangkan menurut Hurlock (1999)

remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat

dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-

orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama,

sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat,

mempunyai banyak efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa

puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok,

transportasi yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk

mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang

kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode

perkembangan. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan

PBB tentang pemuda adalah kurun usia 14 – 24 tahun.hal ini

dikemukakan dalam sensus penduduk 1980. Menurut masyarakat

Indonesia, batasan usia remaja adalah 11 – 24 tahun dan belum

menikah dengan berbagai pertimbangan (Sarwono, 2008).

Dalam bahasa latin, remaja diseebut adolescence yang

berasal dari kata adolescere yang menjadi tumbuh menjadi dewasa.

Secara Psikologis, masa remaja ialah dimana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa

dibawah tingkat orang tua – orang yang lebih tua, melainkan berada

8

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

9

dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak

(Sofyan, 2007).

Remaja menurut WHO adalah remaja lebih konseptual.

Dalam definisi tentang remaja lebih konseptual, definisi tersebut

dikemukakan 3 kriteria yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi

(Sarwono, 2008).

Remaja menurut Muangman (1980) sebagaimana dikutip

oleh Sarwono (2008), adalah suatu masa dimana:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan

seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relative mandiri.

2. Ciri – ciri remaja

Menurut Hurlock (1980) sebagaimana dikutip oleh Sofyan

(2007), masa – masa remaja memiliki ciri – ciri tertentu yang

membedakannya dengan periode sebelumnya. Ciri – ciri tersebut

antara lain :

a. Masa remaja sebagai masa yang penting.

Hal ini karena perkembangan fisik yang cepat dan juga

perkembangan mental, terutama pada masa awal memasuki usia

remaja. Oleh karena itu, perkembangan tersebut menimbulkan

kebutuhan akan penyesuaian mental dan perlunya membentuk

sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai masa peralihan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

10

Dalam periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat

keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja

bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Status yang

tidak jelas ini menguntungkan karena status memberi waktu

kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan

menentukan pada perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi

dirinya.

c. Masa remaja sebagai masa perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan

sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun,

maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

d. Masa remaja sebagai masa bermasalah

Setiap periode, remaja mempuanyai berbagai macam masalah,

namun masalah pada saat usia remaja mereka sulit mengatasinya.

Terdapat dua alasan bagi kesulitan tersebut, yang pertama pada

masa kanak – kanak setiap masalah selalu dibantu oleh orang tua

dan guru – gurunya sehingga kebanyakan remaja tidak mempunyai

pengalaman dalam mengatasi masalah. Masalah yang kedua karena

para remaj merasa dirinya mandiri sehingga mereka ingin

mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan dari orang

lain.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri

Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak,penyesuian diri

dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang

lebih besar daripada individualitas. Seperti yang telah di tunjukan

dalam hal berpakaian,berbicara,dan perilaku anak yang lebih besar.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

11

Jadi Identitas dirinya yang di cari remaja berupa usaha untuk

menjelaskan siapa diri dan apa perananya dalam masyarakat.

f. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekhawatiran

Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti

yang bernilai dan sayangnya banyak di antaranya yang bersifat

negative. Anggapan stereoatifpbudaya bahwa remaja adalah anak-

anak yang tidak rapih,yang tidak dapat di percaya dan cenderung

merusak. Menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing

dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab

dan bersifat tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai ambang menuju masa dewasa

Semakin mendekati usia kematangan, para remaja menjadi gelisah

untuk meninggalkan stereotip balasan tahhun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh

karena itu remaja memusatkan diri pada status dewasa misalnya

merokok,minum-minuman keras,menggunakan obat-obatan dan

terlibat dalam perbuatan seks.

3. Perkembangan remaja

Menurut Sarwono (2008), proses penyesuaian diri remaja menuju

kedewasaan ada tiga tahap perkembangan yaitu :

a. Remaja Awal (Early Adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka

mengembangkan pikiran-pikiran baru, tertarik pada lawan jenis,

dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang

bahunyasaja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotic. Kepekaan

yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

12

terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit

mengerti dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia

senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada

kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan

menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama

dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan

karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak

peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau

materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri

dari oedipoes complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa

kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan

dari lain jenis.

c. Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian lima hal di bawah ini.

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

5) Tumbuh “dinding yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan masyarakat umum (The public)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

13

B. Miras

1. Definisi

Miras atau minum – minuman keras yang beralkohol adalah

jenis NAZA dalam bentuk minuman yang mengandunng alcohol tidak

peduli berapa kadar alcohol didalamnya. Majelis Ulama Indonesia

(MUI) sudah mengeluarkan fatwa bahwa setetes alcohol saja dalam

minuman hukumnya haram (Hawari, 2006).

Minum – minuman keras pada peminum alkohol disebut

Alkoholisme adalah keadaan penyalah gunaan serta ketergantungan

alcohol. Sedangkan menurut National Council on Alcoholism tahun

1992 mendefinisikan bahwa alkoholism adalah suatu penyakit kronis

progresip yang ditandai dengan hilangnya control akibat memakai

alcohol dengan konsekuensi timbulnya masalah social, hukum,

psikologik dan juga fisik.gangguan psikriatri acap kali timbul selama

dalam keadaan keracunan alkohol maupun selama dalam keadaan

putus alkohol (Soetjiningsih, 2004).

2. Macam Bentuk Miras

Alkohol di peroleh dari hasil peragian / fermentasi madu, gula,

sari buah atau ubi – ubian. Dari peragian tersebut di peroleh alcohol

sampai 15%, tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat

dihasilkan kadar alcohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%

(Sanita, 2008).

Dikenal tiga golongan minuman berakohol yaitu golongan A

berkadar etanol 1% - 5%, misalnya minuman bir; golongan B berkadar

etanol 5% - 20%, seperti anggur; dan golongan C berkadar etanol 20%

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

14

- 45%, contohnya whiskey, vodka, Mantion House, Jhony Walker, dan

kamput (Sanita, 2008).

Etanol adalah bentuk molekul sederhana dari alcohol yang

sangat mudah diserap dalam saluran pencernakan mulai dari mulut,

esophagus, lambung, sampai usus halus. Daerah saluran pencernaan

yang paling banyak menyerap alcohol adalah bagian proksimal usus

halus, disini juga diserap vitamin B yang larut dalam air, kemudian

dengan cepat beredar dalam darah. Anggur, be, wiski, gin, dan vodka

adalah jenis – jenis minuman dengan kandungan alkohol sekitar 3%

sampai 20% (Soetjiningsih, 2004).

Alkohol merupakan depresan Sistem Syaraf Pusat (SSP),

namun pada dosis rendah dapat bersifat sebagai stimulant. Pada dosis

sedang dapat menyebabkan sedasi, euphoria, mudah terangsang dan

gangguan koordinasi. Apabila dosis di naikan akan terjadi ataksia,

emosi labil, dan bicara yang kacau. Sedangkan pada dosis yang tinggi

dapat menyebabkan penurunan kesadaran, gagal nafas, koma dan

kematian (Soetjiningsih, 2004).

Alkohol termasuk zat adiktif, yaitu zat tersebut dapat

menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi

(ketegantungan). Penyalahgunaan NAZA jenis alcohol ini dapat

menimbulkan gangguan mental organic yaitu gangguan dalm fungsi

berfikir, berperasaan dan berperilaku. Gangguan mental organic ini

disebabkan reaksi langsung alcohol pada neuro tranmiter sel – sel saraf

pusat (Hawari, 2006).

3. Toleransi peningkatan alkoholik

Mengkonsumsi alkohol setiap hari dan dalam jumlah yang

makin meningkat maka akan terjadi toleransi, yang dibagi dalam 3

bentuk yaitu behavioral tolerance yaitu refleksi kemampuan seseorang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

15

unntuk belajar dalam tugas afektifoleh alcohol, Tolerans

farmakokinetik yaitu produksi dehidrogenese alcohol dan mikrosom

system reticulum endoplasmikk meningkat. Tolerans seluler yaitu

adaptasi system neuron akibat peningkatan jumlah konsumsi alcohol

(Soetjiningsih, 2004).

Penelitian membuktikan bahwa penyalahgunaan NAZA jenis

alcohol ini tidak hanya menimbulkan gangguan mental dan perilaku,

tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan pada organ

otak, liver, alat pencernaan, pancreas, otot, janin, endokrin, nutrisi,

metabolism dan resiko kanker (Hawari, 2006).

4. Efek dari alkohol

a. Menghilangkan perasaan yang menghambat atau mengurangi

b. Merasa lebih tegar berhubungan secara social

c. Merasa senang dan banyak tertawa

d. Menimbulkan kebingungan

e. Tidak mampu berjalan

C. Perilaku

1. Definisi

Menurut pakar – pakar psikolog mengatakan bahwa perilaku

manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia dan

dorongan itu merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan

yang ada dalam diri manusia. Dengan adanya dorongan tersebut,

menimbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku

khusus yang mengarah pada tujuan (Sudarman, 2008)

Menurut Kurt Lewin (1970) sebagaimana dikutip oleh

Notoatmodjo (2003), perilaku manusia adalah suatu keadaan yang

seimbang antara kekuatan – kekuatan pendorong (driving forces)

kekuatan – kekuatan penahan (restining forces). Perilaku ini dapat

berubah apabila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

16

tersebut didalam diri seseorang. Sementara itu menurut Skiner (1938)

sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku didefinisikan

sebagai respon atau reaksi seorang terhadap stimulus rangsangan yang

datang dari luar.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati dari

luar, yang berasal dari dorongan respon seseorang yang beraktifitas

guna untuk memenuhi kebutuhan.

2. Pembentukan perilaku

Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat

dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan

perilaku terbuka (overt behavior) Notoatmodjo (2003). Perilaku

tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain. Sementara perilaku terbuka merupakan respon seseorang

terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons.

Karena itu, untuk membentuk jenis respon atau perilaku ini perlu

diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant

conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant

conditioning ini menurut Skinner (1938) sebagaimana dikutip oleh

Notoatmodjo (2003), adalah melalui tahap sebagai berikut :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

17

a. Melakukan identifikasi tentang hal – hal yang merupakan penguat

atau reinforce berupa hadiah – hadiah atau rewords bagi perilaku

yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen – komponen

kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian

komponen – komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat

untuk menunjuk kepada terbentuknya periilaku yang dimaksud.

c. Dengan menggunakan secara urut komponen – komponen itu

sebagai tujuan – tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau

hadiah untuk masing – masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan

komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama

telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini akan

mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut

cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah

terbentuk, kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua

yang diberi hadiah (komponen utama tidak memerlukan hadiah

lagi), demikian berulang – ulang, sampai komponen kedua

terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga,

keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan

terbentuk.

3. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku umumnya terjadi melalui tiga cara yaitu

karena terpaksa (compliance) mengharapkan memperoleh imbalan

baik materi maupun non materi, memperoleh pengakuan dari

kelompok, terhindar dari hukuman, dan tetap terpelihara hubungan

baik dengan orang lain, karena ingin meniru atau ingin dipersamakan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

18

(identification), dan karena menyadari manfaatnya (Notoatmodjo,

2003).

4. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang menurut

Green dalam Notoatmodjo (2003) dibedakan atas:

1). Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi.

2). Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air

bersih, tempat pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi,

kamar mandi yang bersih dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek suasta

(BPS), dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung yang berupa fasilitas

yang pada hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan.

Hal yang termasuk dalam faktor pemungkin (enabling

factors) adalah keterampilan, sumber pelayanan kesehatan,

lingkungan, dan sebagainya. Seseorang atau masyarakat perlu

mengupayakan sejumlah ketrampilan untuk menyelesaikan semua hal

yang berhubungan dengan perilaku. Ketrampilan yang dimaksud di

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

19

sini adalah keterampilan yang perlu dikembangkan, bukan

keterampilan yang sudah dikuasai. Karena ketrampilan yang dikuasai

dapat dimasukkan dalam faktor predisposisi (predisposing factors).

Perubahan perilaku akan lebih mudah jika ada aspek

lingkungan yang mendukung. Sumber daya masyarakat, meliputi

ketersediaan jasa pelayanan kesehatan masyarakat, sarana transportasi,

dan sebagainya termasuk aspek lingkungan yang mempengaruhi

perilaku seseorang atau masyarakat.

3). Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat ini terwujud dalam sikap dan

perilaku orang lain misalnya orang tua, tokoh masyarakat, petugas

kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai contoh, seseorang akan

mau melakukan suatu hal tertentu apabila ada pihak lain yang

mencontohkan, menganjurkan, memberikan motivasi sehingga orang

tersebut mau untuk melaksanakannya.

D. Perilaku Miras pada Remaja

1. Definisi

Penyalahgunaan alkohol untuk minum – minuman keras pada

remaja adalah suatu bentuk tindakan remaja yang mengkonsumsi

alkohol yang mempunyai dampak terhadap sistem syaraf yang

menimbulkan berbagai perasaan bisa meningkatkan gairah keberanian,

sebagian juga bisa menyebabkan ngantuk, tenang, nikmat sehingga

bisa melupakan segala kesulitan sesaat. Pada keadaan ini timbulnya

masalah social, hukum, psikologik dan juga fisik.gangguan psikriatri

acap kali timbul selama dalam keadaan keracunan alkohol maupun

selama dalam keadaan putus alkohol (Soetjiningsih, 2004).

2. Gejala gangguaan mental organik alkoholik

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

20

Menurut Dadang Hawari (2006) Gangguan mental organic

yang terjadi pada diri seorang peminum ditandai dengan gejala – gajala

sebagai berikut :

a. Terdapat dampak berupa perubahan perilaku, misalnya

perkelahian, dan tindakan kekerasan lainnya, ketidak mampuan

menilai realitas dan gangguan dalam fungsi sosialdan pekerjaan

(perilaku maladaktif). Terdapat gejala fisiologik sebgai berikut :

1) Pembicaraan cadel (slurred speck)

2) Gangguan koordinasi

3) Cara jalan yang tidak mantap

4) Mata jereng (nistakmus)

5) Muka merah

b. Tampak gejala – gejala pesikologik sebagai berikut :

1) Perubahan alam perasan (afek / mood), misalnya euphoria atau

disforia.

2) Mudah marah dan tersinggung (iritabi litas).

3) Banyak bicara (melantur).

4) Hendaya atau gangguan perhatian/konsentrasi. Hendaya ini

sangat besar pengaruhnya terhadap kecelakan lalulintas.

3. Kriteria diagnostik kracunan minum alkohol

Menurut Soetjiningsih (2004), gejala akibat minum alkohol antara

lain yaitu :

1. Gejala terjadi setelah minum alcohol

2. Perubahan dalam tingkah laku dan psikologis berupa tingkah laku

agresif, emosi labil, ganggguan dalam pertimbangan, gangguan

fungsi social dan pekerjaan.

3. Gejala tingkahlaku bicara kacau / cadel, nistagmus, jalan terhuyung

– huyung, gangguan koordinasi, gangguan pemusatan dan memori,

stupor atau koma.

4. Gejala diatas bukan oleh karena tindaakan medis lain.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

21

E. Faktor dampak yang Berhubungan dengan Perilaku Miras

Masalah yang berhubungan dengan perilaku penggunaan miras

adalah kecelakaan lalu lintas pada remaja yang mengendarai mobil atau

motor dalam keadaan mabuk. Masalah lainnya berkaitan dengan

penggunaan alcohol adalah sering bolos di sekolah, percobaan bunuh diri,

perkelahiaan dan penyakit menular seksual (Soetjiningsih, 2004).

Perilaku alkoholik pada remaja bisa menimbulkan gangguan

tidur, cepat tertidur tapi tidur tidak nyenyak. Neuropati perifer yang sering

terjadi pada penderita minum alcohol karena penurunan fungsi syaraf di

lengan dan kaki, dan keadaan ini di perberat dengan keadaan kekurangan

Vitamin B1 dengan gejala kesemutan. Degenerasi Serebelum (otak kecil)

sehingga menimbulkan gaya berjalan seperti ataksia, gangguan

keseimbangan, dan nistagmus ringan. Keadaan lainnya berupa keracunan

alcohol dan keadaan putus alcohol yang menyebabkan gangguan psikiatri

seperti depresi, kecemasan berat, dan sewaktu – waktu dapat terjadi

psikosis (Soetjiningsih, 2004).

Adapun penyebab seseorang menjadi alkoholik banyak factor

yang terlibat. Dari faktor psikologis bahwa alkohol dalam jumlah sedikit

dapat mengatasi keadaan cemas, gelish, ketegangan, merasa kuat, dan

percaya diri, dan bisa juga mengurangi rasa nyeri dan mampu mengatasi

rasa stres sewaktu hari (Soetjiningsih, 2004). Menurut Hermawan (1986)

sebagaimana dikutip oleh Afiatin (2008), menerangkan bahwa alasan

remaja menggunakan narkoba termasuk di dalamnya yaitu alcohol antara

lain untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan berbahaya

atau riskan seperti berkelahi dan ngebut motor, untuk menantang atau

melawa otoritas, misalnya dari orang tua, guru maupun hokum, untuk

mempermudah penyaluran dan perbuatan seks, untuk melepaskan diri dari

kesepian dan memperoleh pengalaman – pengalaman emosional, berusaha

menemukan arti hidup, untuk mengisi kekosongan perasaan bosan karena

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

22

kurang kesibukan, untuk menghilangkan rasa fustasi dan kegelisahan yang

di sebabkan karena problem, dan akibat adanya dorongan dari teman

sebaya, serta rasa ingin tahu.

F. Dukungan Keluarga

1. Definisi

Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya

menjadi bagian dari jaringan sosial yang didalamnya tiap anggotanya

saling mendukung (Kuncoro, 2002). Dukungan keluarga didefinisikan

oleh Gottlieb dalam Zaenuddin (2002), yaitu informasi verbal atau non

verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan

oleh orang-orang yang akrab dengan subyek didalam lingkungan

sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat

memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah

laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh

dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan,

mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

Menurut Saurasan dalam Zaenuddin (2002), dukungan

keluarga adalah keberadaan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat

diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama

juga dikemukakan oleh Cabb dalam Zaenuddin (2002), mendefinisikan

dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian,

penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya,

dukungan keluarga tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa dukungan keluarga adalah suatu bentuk kepedulian

dari keluarganya yaitu orang tua, saudara, kerabat, bahkan teman dekat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

23

yang saling menghargai, menyayangi, dan menerima kondisinya dalam

bentuk penghargaan, materi, informasi, dan secara emosional.

2. Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Kuncoro (2002), bentuk dukungan keluarga terdiri dari

empat macam dukungan yaitu:

a. Dukungan penghargaan (Appraisal Support)

Merupakan suatu dukungan sosial yang berasal dari keluarga atau

lembaga atau instansi terkait dimana pernah berjasa atas

kemampuannya dan keahliannya maka mendapatkan suatu

perhatian yang khusus.

b. Dukungan materi (Tangible Assistance)

Adalah dapat berupa servis (pelayanan), bantuan keuangan dan

pemberian barang-barang. Pemberian dukungan materi dapat

dicontohkan dalam sebuah keluarga atau persahabatan.

c. Dukungan informasi (Information Support)

Merupakan dukungan yang berupa pemberian informasi, saran dan

umpan balik tentang bagaimana seseorang untuk mengenal dan

mengatasi masalahnya dengan lebih mudah.

d. Dukungan emosional (Emosional Support)

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.merupakan

dukungan emosional yang mencakup ungkapan empati, kepedulian

dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan misalnya

penegasan, reward, pujian, dan sebagainya.

3. Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Rook & Dooley dalam Kuncoro (2002), ada dua

sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artifisial.

Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi

sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang

berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

24

kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non

formal sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah dukungan

sosial yang di rancang kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya

dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan

sosial.

Sehingga sumber dukungan keluarga natural memiliki

berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga

artificial. Perbedaan tersebut terletak pada:

a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya

tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat

spontan.

b. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian

dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c. Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan

yang telah berakar lama.

d. Sumber dukungan keluarga yang natural memiki keragaman dalam

penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyata

hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.

e. Sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari bebas dan

label psikologis.

G. Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Miras

Dukungan keluarga adalah informasi atau nasihat verbal,

bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban keluarga atau

didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau

efek perilaku bagi pihak dan penerima. Dukungan sosial yang diberikan

kepada para penyalahguna NAPZA yang termasuk didalamnya miras

akan dapat mempengaruhi penyalahgunaan alkohol. Dukungan keluarga

tersebut berasal dari orang-orang disekitar remaja tersebut yaitu orang tua,

saudara, teman, kerabat dan lain-lain (Zaenuddin, 2002).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

25

Di dalam keadaan yang normal, lingkungan pertama yang

berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudaranya, serta mungkin

kerabat dekatnya yang tinggal satu rumah. Melalui lingkungan seperti

itulah remaja akan mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup

serta pola berperilaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah remaja

mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua, saudara, maupun kerabat

terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak,

supanya anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar

dan baik, melalui penanaman serta penyaringan (Soekanto, 1990).

Menurrut Siregar (1995) dan Hawari (1996) sebagaimana dikutip

oleh Afiatin (2008), keluarga yang mempunyai masalah penyalahgunaan

narkoba jenis alcohol ditandai oleh karakteristik seperti ayah tidak mau

terlibat dalam kehidupan keluarga, ibu yang dominan overprotektif, sering

terjadi konflik di keluarganya, orang tua terlalu menuntut keberhasilan

anak sehingga mendorong anak melarikan diri kealam impian melalui

minum alcohol. Keluarga yang mempunyai keterikatan keluarga nilai

tradisional yang kuat dan ada hubungan kasih sayang yang kuat antara

orang tua dan anak, maka dalam keluarga ini memiliki resiko rendah

terhadap penyalahgunaan narkoba termasuk miras pada remaja.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

26

H. Kerangka Teori

Skema 1. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Green dalam Notoatmodjo (2008) yang dimodifikasi

I. Kerangka Konsep

Dukungan Keluarga Meliputi :- Dukungan Penghargaan- Dukungan Materi- Dukungan Informasi- Dukungan Emosional

Faktor pemungkin (enabling factors)

Ketersediaan sarana atau fasilitas

Faktor penguat (reinforcing factors)Dukungan sosial:Dukungan keluargaDukungan tokoh masyarakatDukungan petugas kesehatan

Faktor predisposisi (predisposing factors)Pengetahuan Sikap Tingkat pendidikanpsikologiNilai-nilai Kepercayaan

Perilaku Miras

(Minum alkohol)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

27

Skema 2. Kerangka Konsep Penelitian

J. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang diteliti meliputi :

1. Variabel Independen (bebas)

Merupakan suatu variabel yang menjadi sebab atau timbulnya variabel

dependent/terikat, atau variabel yang nilainya menentukan variabel

lain (Hidayat, 2007). Variabel Independen dalam penelitian ini adalah

dukungan keluarga.

2. Variabel Dependen (terikat)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat variabel

independent/bebas (Hidayat, 2007). Variabel dalam penelitian ini

adalah perilaku miras di kalangan remaja di desa Sambirejo,

kecamatan Plupuh, Sragen.

K. Hipotisis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku miras

dikalangan remaja Desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Sragen.

Perilaku Miras (Minum alkohol) pada remaja

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nanadtriyu... · sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

28