Upload
ngonguyet
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar Anemia Dalam Kehamilan
a. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gr% pada
trimester 1 & III atau kadar Hb kurang dari 10,5 gr% pada trimester II
(Saefudin, 2006)
Seorang yang menderita anemia yaitu memiliki sel darah merah yang
lebih sedikit dari pada yang dibutuhkan, tanpa sel darah merah yang cukup
darah tidak akan menggumpal (Sherry, 2000). Pengertian lain menurut
Kasdu (2005), anemia adalah keadaan kadar Hb dalam darah kurang, batasan
anemia dalam ibu hamil jika kadar Hb kurang dari 11 gr %.
b. Etiologi Anemia Dalam Kehamilan
Anemia pada kehamilan disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi,
vit B12 dan asam folat pada jenis makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil,
selain itu anemia juga disebabkan malasorbsi/ gangguan penyerapan zat besi
dalam usus kurang baik. Kehilangan darah yang banyak pada persalinan,
haid dan lain – lain sehingga sel darah merah banyak yang hilang akibatnya
kadar Hb turun. Penyebab kronis, TBC Paru, cacing usus, dan malaria juga
merupakan penyebab terjadinya anemia karena dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya
produksi eritrosit (Wiknjosastro, 2007).
Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil adalah
1040 mg dari jumlah ini 200 mg Fe bertambah oleh tubuh untuk melahirkan
dan 840 sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan
rincian 50 – 75 mg untuk pembentukan placenta, 450 mg untuk menambah
jumlah sel darah merah, 200 mg hilang untuk melahirkan. Kebutuhan Fe
selama kehamilan trimester I relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang
kemudian meningkat tajam selama kehamilan II yaitu 6,3 mg/ hari jumlah
sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan (Arisman,
2004). Apabila masuknya Fe tidak ditambah selama kehamilan, maka
mudah terjadi anemia defisiensi besi (Wiknjosastro, 2007).
c. Tingkat Derajat Anemia
Menurut Manuaba (2001), anemia digolongkan berdasarkan hasil
pemeriksaan Hb dengan menggunakan alat pengukur kadar Hb dalam darah,
anemia digolongkan menjadi :
Sedangkan menurut Depkes RI (2001), anemia dibagi menjadi 2 derajat
yaitu anemia sedang bila kadar Hb antara 8-11 gr% dan berat kurang dari 8
gr%.
d. Pemeriksaan Kadar Hb
Salah satu program Making Pregnancy Safer (MPS) terdapat
program ANC yang didalamnya terdapat pemeriksaan Hb yang diharapkan
dapat mendeteksi secara dini risiko anemia pada ibu hamil ( Depkes, 2001 ).
Metode pengukuran kadar Hb yang sering digunakan adalah metode
yang menggunakan tehnik kimia dengan membandingkan senyawa akhir
secara visual terhadap standar gelas warna.
Cara mengukur kadar Hb
1) bahan dan alat
a) darah
b) Hcl 0.1
c) Aquades
d) Hb set
e) Pipet
f) Batang pengukur
g) Spuit
h) Tabung darah
2) Cara kerja
a) Masukan kira – kira 5 tetes HCl 0,1 N dalam tabung pengencer
hemometer (sampai batas angka 2)
b) Isap darah dengan pipet Hb sampai tanda garis merah
c) Hapus darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet
d) Catat waktunya dan segera alirkan dari pipet ke dalam dasar tabung
pengencer yang berisi HCl (hati – hati jangan sampai terjadi
gelembung udara)
e) Angkat pipet itu sedikit kemudian hisap asam HCl yang jernih ke
dalam pipet 2/3 x waktu membersihkan darah yang masih melekat
pada pipet.
f) Campur isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa warna
campuran berubah menjadi coklat.
g) Tambahkan air, tetes demi tetes sambil diaduk memakai pengaduk,
samakan warna campuran darah dengan warna pada standar dalam
waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl dicampur. Pada saat
menyamakan warna larutan dan standar, tabung diputar menjadi
sedemikian rupa sehingga garis bagi tidak terlibat.
h) Catat kadar Hb.
e. Tanda dan Gejala
Menurut Saefudin (2006), adanya tanda dan gejala anemia adalah :
1) Cepat lelah
2) Pusing
3) Mata berkunang
4) Lunglai
5) Mual, muntah lebih hebat pada hamil muda
6) Jantung berdebar-debar
f. Diagnosis
Penentuan anemia defisiensi zat besi secara klinis sangat dipengaruhi oleh
banyak variabel seperti kekebalan kulit dan pigmentasi. Karena itu
pemeriksaan laboratorium sebaiknya digunakan dalam mendiagnosis serta
menentukan berat atau ringannya anemia. Pemeriksaan tersebut sangat
bermanfaat terutama terhadap kelompok yang berisiko tinggi (Manuaba,
2001).
g. Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Manuaba (2001), upaya untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dilakukan dengan cara :
1) Meningkatkan pendidikan masyarakat tentang :
a) bahaya anemia terhadap ibu hamil
b) pentingnya tambahan zat besi pada ibu hamil
c) meningkatkan kesehatan diri dan lingkungan
2) Menjarangkan kehamilan
3) Meningkatkan ANC sehingga anemia secara dini diketahui dan diatasi
4) Untuk sumber makanan pilih makanan sayuran hijau yang mengandung
bahan yang membuat tubuh cepat menyerap zat besi, maka jangan
hanya tergantung pada 1 sayuran saja (Sherry, 2000).
h. Klasifikasi
1) Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang sering terjadi ialah anemia akibat
kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorbsi,
gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya zat besi keluar
dari badan misalnya pada pendarahan (Sarwono, 2007).
a) Etiologi dan faktor risiko
Menurut Tarwoto (2007), salah satu penyebab terjadinya anemia gizi
besi adalah akibat ketidakseimbangan pola makan dalam
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dengan
kebutuhan dalam tubuh, kehilangan darah dan kebutuhan sel darah
meningkat.
b) Tanda dan gejala
Menurut Tarwoto (2007), anemia defisiensi besi adalah :
(1) Cepat lelah
(2) Nyeri kepala dan pusing
(3) Kesulitan bernafas terkadang sesak nafas
(4) Pucat pada muka
c) Pengobatan
Menurut Tarwoto (2007), pengobatannya antara lain :
(1) Pemberian diet zat besi
(2) Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus (dosis 3 x 200
mg), ferro glukonat 3 x 200 mg/hari atau berikan secara
parenteral jika alergi dengan obat peroral 250 mg fe (dosis : 3
mg/kg BB)
(3) Iron dextran mengandung Fe 50 mg/ml dengan IM, kemudian
100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan.
(4) Pemberian vit C, dosis 3 x 100 mg/ hari
(5) Tranfusi darah jika diperlukan
d) Pencegahan
Setiap wanita hamil diberi sulfas ferosus atau glukonas ferosus
cukup 1 tablet sehari. Selain itu di nasehati agar lebih banyak
mengkonsumsi protein dan sayuran yang mengandung mineral serta
vitamin (Sarwono, 2007).
e) Prognosis
Dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus dan dalam
kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan
postpartum dan infeksi (Sarwono, 2007).
2) Anemia Megaloblastik
a) Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena
defisiensi asam folat. Jarang sekali karena defisiensi vit B12.
Anemia ini biasanya dijumpai pada wanita yang tidak
mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, polong – polongan dan
protein hewani (Sarwono, 2007).
b) Pengobatan
(1) Diet nutrisi dengan tinggi vit B12 dan asam folat
(2) Pemberian Cyanocobalamin IM 200 mg/hari atau 1000 mg
diberikan setiap minggu selama 7 hari.
(3) Berikan asam folat 5 mg/ hari selama 4 bulan (Sarwono, 2007).
c) Pencegahan
Pada umunya asam folat tidak diberikan secara rutin, kecuali di
daerah – daerah dengan frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi.
Apabila pengobatan anemia dengan zat besi saja tidak berhasil, maka
zat besi harus ditambah dengan asam folat.
d) Prognosis
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai
prognosis cukup baik. Pengobatan dan asam folat hampir selalu
berhasil.
Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat atau tanpa
pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul
lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak kemudian asam
folat akan jauh berkurang (Sarwono, 2002).
3) Anemia Hipoplastik
a) Pengertian anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia pada ibu hamil yang disebabkan
karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel – sel darah
merah baru (Sarwono, 2007).
b) Etiologi dan faktor risiko
Menurut Sarwono (2007), anemia hipoplastik biasanya karena
kehamilan hingga kini belum diketahui pasti kecuali yang
disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun dan obat.
c) Tanda dan gejala
(1) Kelelahan, letih
(2) Nyeri kepala
(3) Nadi cepat, pucat
(4) Mudah infeksi
(5) Perdarahan hidung dan gusi
(6) Demam (Sarwono, 2007).
d) Pengobatan
(1) Memonitor adanya perdarahan
(2) Transfusi darah
(3) Pengobatan infeksi : jamur, bakteri
(4) Tranplantasi sumsum tulang pasien dibawah umur 60 tahun
(5) Diet yang bebas bakteri
(6) Pendidikan kesehatan untuk mencegah infeksi (Sarwono, 2007).
e) Prognosis
Biasanya anemia hipoplastik kehamilan, apabila wanita dengan
selamat mencapai masa nifas, akan sembuh dengan sendirinya.
Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita menderita anemia
hipoplastik lagi (Sarwono, 2007).
4) Anemia Hemolitik
a) Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Wanita dengan
anemia hemolitik biasanya sukar menjadi hamil apabila dia hamil
maka anemianya lebih berat (Sarwono, 2007).
b) Tanda dan gejala
(1) Anemia
(2) Demam
(3) Kelemahan, pucat
(4) Kekuningan (ikterik)
c) Pengobatan
(1) Pencegahan faktor risiko
(2) Transfusi darah
(3) Cairan adekuat
(4) Pemberian asam folat
(5) Pemberian eritropoitin
(6) Pemberian kortikosteroid
(7) Pendidikan kesehatan (Sarwono, 2007)
i. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan dan Janin
Menurut Manuaba (2001), adalah :
1) Bahaya anemia terhadap kehamilan
a) Abortus
b) KPD (Ketuban Pecah Dini)
c) Persalinan prematuritas
d) Mudah terjadi infeksi
e) Hiperemesis gravidarum
f) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
g) Perdarahan antepartum
2) Bahaya saat persalinan
a) Gangguan his
b) Kala I dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
c) Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi
d) Kala uri dapat di ikuti retensio plasenta, perdarahan postpartum
karena atonia uteri
e) Kala IV dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder
3) Bahaya kala nifas
a) Infeksi puerperium
b) Pengeluaran ASI berkurang
c) Mudah terjadi infeksi mamae
d) Anemia masa nifas
4) Bahaya pada janin
a) Berat badan bayi rendah
b) Persalinan prematur
c) Dapat terjadi cacat bawaan
d) Bayi mudah terkena infeksi
2. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir dengan persalinan. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu / 9 bulan 10 hari) di hitung dari hari
pertama haid terakhir (Saifudin,2006).
b. Pembagian Waktu Kehamilan
Menurut Prawiroharjo (2002), kehamilan dibagi dalam 3 triwulan
yaitu triwulan I, ( 0 – 12 minggu), triwulan II (12 -28 minggu) triwulan III
(28 -40 minggu). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal
menghasilkan kelahiran bayi sehat, cukup bulan dan melalui jalan lahir.
Tetapi setiap wanita hamil mempunyai prosentase untuk menghadapi risiko
atau komplikasi. Oleh karena itu pelayanan ANC merupakan cara penting
untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu dengan kehamilan normal
(Saifudin 2006).
Ibu sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan / dokter sedini
mungkin semenjak dia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan
ANC (Sarwono, 2007)
c. Perubahan Fisik Pada Ibu Hamil
Menurut Sarwono (2007), pada kehamilan terdapat perubahan pada
seluruh tubuh wanita, terutama pada daerah genetalia eksterna dan interna
dan pada payudara. Perubahan yang terdapat pada wanita hamil antara lain :
1) Uterus akan membesar pada bulan- bulan pertama dibawah pengaruh
estrogen dan progesterone meningkat.
2) Vagina dan vulva akibat hormone estrogen , adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina tampak lebih merah , agak
kebiru-biruan.
3) Ovarium pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta kira – kira kehamilan 16
minggu.
4) Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormone estrogen, akibatnya servik menjadi lunak.
5) Mamma akan membesar dan tegang akibat hormone estrogen dan
progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan ASI.
3. Konsep Dasar ANC
a. Pengertian ANC ( Antenatal Care)
ANC adalah perawatan yang diberikan pada ibu selama masa
kehamilan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 40 minggu di hitung dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan 1 dimulai dari 0
sampai 12 minggu, triwulan II dimulai dari 12–28 minggu dan triwulan ke III
dimulai dari 28-40 minggu (Sarwono, 2007).
Dalam penerapan praktis pelayanan ANC, menurut Badan
Litbangkes Depkes RI (2001), standar minimal pelayanan ANC adalah “14
T” yaitu:
1) Tanyakan dan menyapa ibu dengan ramah
2) Tinggi badan dan berat badan ditimbang
3) Temukan kelainan / periksa daerah muka dan leher (gondok, vena
jugularis externa), jari dan tungkai (edema), lingkaran lengan atas,
punggung (perkusi ginjal) dan reflek lutut
4) Tekanan darah diukur
5) Tekan / palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara, senam
payudara, tekan titik (Accu Pressure) peningkatan ASI,
6) Tinggi fundus uteri diukur
7) Tentukan posisi janin (Leopold I-IV) dan detak jantung janin
8) Tentukan keadaan (palpasi) liver dan limpa
9) Tentukan kadar Hb dan periksa lab (protein dan glukose urin), sedian
vagina dan VDRL(PMS) sesuai indikasi
10) Terapi dan pencegahan anemia (tablet Fe) dan penyakit lainnya sesuai
indikasi (gondok, malaria,)
11) Tetanus toxoid imunisasi
12) Tingkatkan kesegaran jasmani (Accu Pressure) dan senam hamil
13) Tingkatkan pengetahuan ibu hamil (penyuluhan)
14) Temu wicara konseling
b. Tujuan ANC
1) Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal
2) Menentukan diagnosis ada atau tidaknya kehamilan
3) Menentukan status kesehatan ibu dan janin
4) Menentukan rencana persalinan
5) Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi
6) Memantau kemungkinan risiko kehamilan (Sarwono, 2007)
Sedangkan menurut Saifudin (2006), tujuan ANC adalah
memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
bayi, mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental dan sosial ibu dan bayi.
c. Frekuensi ANC
Menurut Saefudin (2006), seorang ibu hamil minimal melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali selama kehamilan yaitu trimester 1
dan trimester II sebanyak 2 kali dan trimester III sebanyak 2 kali. Namun
menurut Sarwono (2007), jadwal pemeriksaan ANC yang ideal adalah
sekali dalam sebulan saat mulai terlambat haid sampai kehamilan 28
minggu, sekali dalam 2 minggu pada kehamilan 28 sampai 36 minggu,
sekali dalam minggu pada kehamilan di atas 36 minggu.
d. Standart Pelayanan ANC
1) Kunjungan pertama
a) identitas
b) riwayat kehamilan
c) riwayat KB
d) pemeriksaan fisik dan lab
e) pemeriksaan obstetri
f) pemberian imunisasi TT
g) pemberian obat
h) penyuluhan
2) Kunjungan ulang
a) anamnesa, keluhan utama
b) pemeriksaan umum
c) pemeriksaan khusus obstetri
d) laboratorium, Hb dan urin atas indikasi
e) pemberian TT kalau perlu
f) pemberian obat kalau perlu
g) penyuluhan
Pemeriksaan Hb bagi ibu hamil saat kunjungan ANC bermanfaat
guna mengetahui kadar Hb.
e. Fungsi ANC
1) Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan baik secara individu maupun kelompok.
2) Melakukan screening, identifikasi, perempuan dengan kehamilan risiko
tinggi dan merujuknya jika perlu.
3) Memantau kesehatan selama kehamilan dalam usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1.Kerangka teori
KONSUMSI
TABLET Fe
ANC
KONSELING
ASUPAN Fe
KEJADIAN ANEMIA
PENYAKIT INFEKSI Fe DALAM
MAKANAN
POLA MAKAN
B. Kerangka Konsep
FREKUENSI ANC Anemia pada ibu hamil
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
Ada hubungan frekuensi ANC selama kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil trimester III di Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2009.