39
11 BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC) 1. Pengertian Sectio Caesarea Sectio Caesarea menurut (Wikjosastro, 2000) adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sementara menurut (Bobak et al, 2004) Sectio Caesarea merupakan kelahiran bayi melalui insisi trans abdominal. Menurut (Mochtar, 1998) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. 2. Indikasi Sectio Caesarea Menurut Kasdu (2003) Indikasi pemberian tindakan Sectio Caesarea antara lain:

BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

11

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Sectio Caesarea (SC)

1. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea menurut (Wikjosastro, 2000) adalah suatu persalinan

buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan

dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta berat janin di

atas 500 gram. Sementara menurut (Bobak et al, 2004) Sectio Caesarea

merupakan kelahiran bayi melalui insisi trans abdominal. Menurut (Mochtar,

1998) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau

Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam

rahim.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea

merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus.

2. Indikasi Sectio Caesarea

Menurut Kasdu (2003) Indikasi pemberian tindakan Sectio Caesarea

antara lain:

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

12 

 

a. Faktor janin

1) Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby),

menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir, umumnya pertumbuhan

janin yang berlebihan (macrosomia) karena ibu menderita kencing

manis (diabetes mellitus). Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir

dapat membahayakan keselamatan janinnya.

2) Kelainan letak janin

Ada 2 kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan

letak lintang. Letak sungsang yaitu letak memanjang dengan kelainan

dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah. Sedangkan

letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut tegak

lurus dengan sumbu memanjang janin. Oleh karena seringkali bahu

terletak diatas PAP (Pintu Atas Panggul), malposisi ini disebut juga

prensentasi bahu.

3) Ancaman gawat janin (fetal disstres)

Keadaan janin yang gawat pada tahap persalinan,

memungkinkan untuk segera dilakukannya operasi. Apabila ditambah

dengan kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Janin pada saat belum

lahir mendapat oksigen (O2) dari ibunya melalui ari-ari dan tali pusat.

Apabila terjadi gangguan pada ari-ari (akibat ibu menderita tekanan

darah tinggi atau kejang rahim), serta pada tali pusat (akibat tali pusat

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

13 

 

terjepit antara tubuh bayi), maka suplai oksigen (O2) yang disalurkan ke

bayi akan berkurang pula. Akibatnya janin akan tercekik karena

kehabisan nafas. Kondisi ini dapat menyebabkan janin mengalami

kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim. Apabila

proses persalinan sulit dilakukan melalui vagina maka bedah casarea

merupakan jalan keluar satu-satunya.

4) Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, kerusakan genetik, dan hidrosepalus

(kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyababkan

memutuskan dilakukan tindakan operasi.

5) Faktor plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang dapat menyebabkan

keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan

persalinan dengan operasi yaitu Plasenta previa (plasenta menutupi

jalan lahir), Solutio Plasenta (plasenta lepas), Plasenta accrete

(plasenta menempel kuat pada dinding uterus), Vasa previa (kelainan

perkembangan plasenta).

6) Kelainan tali pusat

Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu

prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung), dan terlilit tali pusat.

Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) adalah keadaan

penyembuhan sebagian atau seluruh tali pusat berada di depan atau di

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

14 

 

samping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di jalan lahir

sebelum bayi. Dalam hal ini, persalinan harus segera dilakukan sebelum

terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada bayi, misalnya sesak nafas

karena kekurangan oksigen (O2). Terlilit tali pusat atau terpelintir

menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke janin tidak lancar. Jadi,

posisi janin tidak dapat masuk ke jalan lahir, sehingga mengganggu

persalinan maka kemungkinan dokter akan mengambil keputusan untuk

melahirkan bayi melalui tindakan Sectio Caesaerea.

7) Bayi kembar (multiple pregnancy)

Tidak selamanya bayi kembar dilakukan secara Caesarea.

Kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi

daripada kelahiran satu bayi. Bayi kembar dapat mengalami sungsang

atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan melalui

persalinan alami. Hal ini diakibatkan, janin kembar dan cairan ketuban

yang berlebihan membuat janin mengalami kelainan letak. Oleh karena

itu, pada kelahiran kembar dianjurkan dilahirkan di rumah sakit karena

kemungkinan sewaktu-waktu dapat dilakukan tindakan operasi tanpa

direncanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar

lahir secara alami. Faktor ibu menyebabkan ibu dilakukannya tindaka

operasi, misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi

rahim, riwayat kematian pre-natal, pernah mengalami trauma persalinan

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

15 

 

dan tindakan sterilisasi. Berikut ini, faktor ibu yang menyebabkan janin

harus dilahirkan dengan operasi.

b. Faktor ibu

1) Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya pada usia sekitar 35

tahun memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi perempuan

dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki

penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit

jantung, kencing manis (diabetes melitus) dan pre- eklamsia (kejang).

Eklamsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang

sehingga seringkali menyebabkan dokter memutuskan persalinan

dengan operasi caesarea.

2) Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin dan dapat

menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Kondisi tersebut

membuat bayi susah keluar melalui jalan lahir.

3) Persalinan sebelumnya Caesar

Persalinan melalui bedah Caesarea tidak mempengaruhi

persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak.

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

16 

 

4) Faktor hambatan panggul

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya adanya tumor dan

kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit.

bemafas. Gangguan jalan lahir ini bisa terjadi karena adanya mioma atau

tumor. Keadan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang

biasa disebut distosia.

5) Kelainan kontraksi rahim

Jika kontraksi lahir lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate

uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat

melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak

terdorong atau tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar. Apabila

keadaan tidak memungkinkan, maka dokter biasanya akan melakukan

operasi Caesarea.

6) Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini akan membuat

air ketuban merembes keluar sehingga tinggal sedikit atau habis.

7) Rasa takut kehilangan

Pada umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami

akan mengalami rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di

pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat. Kondisi tersebut sering

menyebabkan seorang perempuan yang akan melahirkan merasa

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

17 

 

ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Sehingga untuk

menghilangkan perasaan tersebut seorang perempuan akan berfikir

melahirkan melalui Caesarea.

3. Jenis Sectio Caesarea

Ada beberapa jenis Sectio Caesarea (SC). Menurut Mochtar (1998),

antara lain :

a. Sectio Caesarea Abdominalis

1) Sectio Caesarea transperitonealis

a) Sectio Caesarea klasik atau kopral dengan insisi memanjang pada

korpus uteri

b) Sectio Caesarea ismika atau profunda dengan insisi pada segmen

bawah rahim

2) Sectio Caesarea Ekstraperitonealis,

yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak

membuka kavum abdominal.

b. Sectio Caesarea Klasik (Kopral)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira sepanjang 10 cm.

Kelebihan :

1) Mengeluarkan janin lebih cepat

2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

3) Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

18 

 

Kekurangan :

1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperinonealisasi yang baik

2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

c. Sectio Caesarea Ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang pada segmen bawah

rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

1) Penjahitan luka lebih mudah

2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi

3) Tumpang tindih dari peritoneal baik sekali untuk menahan penyebaran

isi uterus ke rongga peritoneum

4) Perdarahan kurang

5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan

kurang/lebih kecil

Kekurangan :

1) Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.

Sementara menurut Kasdu (2003), membedakan jenis operasi Caesar

menjadi 2 yaitu sayatan melintang dan vertikal. Adapun jenis sayatannya,

operasi berlangsung sekitar 45-60 menit, tetapi proses melahirkan bayi sendiri

hanya berlangsung 5-10 menit Pemilihan jenis sayatan ini tergantung pada

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

19 

 

perut pada operasi Caesarea sebelumnya, kembar siam, tumor (mioma uteri)

di segmen bawah uterus, hipervaskularisasi (pembuluh darah meningkat) di

segmen bawah uterus pada plasenta previa, kanker serviks, risiko bahaya

perdarahan apabila di lakukan tindakan sayatan melintang berhubung letak

plasenta, misalnya pada plasenta previa, janin letak lintang, atau kembar

dengan letak abnormal dan apabila akan melakukan histerektomi setelah janin

di lahirkan.

Terdapat kerugian dari operasi Caesarea dengan jenis sayatan

melintang, antara lain: lebih berisiko terkena peritonitis (radang selaput

perut), memiliki resiko empat kali lebih besar terkena rupture uteri pada

kehamilan selanjutnya, otot-otot rahimnya lebih tebal dan lebih banyak

pembuluh darahnya sehingga sayatan ini lebih banyak mengeluarkan darah.

Akibatnya, lebih banyak parut di daerah dinding atas rahim. Oleh karena itu,

pasien tidak dianjurkan hamil lagi, jika menggunakan anestesi lokal, sayatan

ini akan memerlukan waktu dan obat lebih banyak.

4. Anastesi pada Sectio Caesarea

Menurut Cunningham et al (2006), pembiusan adalah upaya untuk

menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada waktu menjalani operasi. Seperti

pada tindakan pembedahan lainya, bedah Sectio Caesarea juga memerlukan

pembiusan atau anastesi. Ada 2 macam pembiusan yang biasa dilakukan

dalam operasi Sectio Caesarea, yaitu :

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

20 

 

a. Anastesi lokal

Bius lokal merupakan alternative yang aman, namun anastesi ini tidak

dianjurkan pada ibu hamil yang menderita eklamsia, obesitas, atau alergi

terhadap lignokain (obat bius lokal). Pada pemberian obat anastesi, oleh

dokter dilakukan pada bagian lokal sekitar jaringan yang akan dilakukan

sayatan pada Sectio Caesarea, sehingga tidak mempengaruhi keadaan bagi

ibu dan bayi.

b. Anastesi regional/block spinal

Anastesi ini menghilangkan rasa dari bagian tubuh dengan cara

menghalangi transmisi rasa sakit dari serabut saraf. Pembiusan dengan

metode block spinal ini paling banyak dilakukan untuk kasus Sectio

Caesarea, sebab relative aman dan ibu tetap terjaga kesadaranya.

Pembiusan ini dilakukan dengan cara memasukan obat anastesi pada

daerah lumbal dengan jarum functie yang dosisnya telah diatur oleh tim

anastesi.

5. Perawatan Pasca Bedah Caesar

Menurut Mochtar (1998) perawatan pasca bedah meliputi :

a. Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan

sebagainya, lalu ditutup dengan kain penutup luka. Secara periodik

pembalut luka diganti dan luka dibersihkan.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

21 

 

b. Tempat perawatan pasca bedah

Setelah tindakan di kamar operasi selesai, pasien dipindahkan ke

dalam kamar rawat khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar

udara selama beberapa hari. Bila pasca bedah kondisi gawat segera

pindahkan ke unit darurat untuk perawatan bersama-sama dengan unit

anastesi, karena di sini peralatan untuk menyelamatkan pasien lebih

lengkap. Setelah pulih barulah di pindahkan ke tempat pasien semula

dirawat.

c. Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi, maka

pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit

yang diperlukan, agar tidak terjadi dehidrasi.

d. Nyeri

Nyeri pasca opererasi merupakan efek samping yang harus diderita

oleh mereka yang pernah menjalani operasi, termasuk bedah Caesar. Nyeri

tersebut dapat disebabkan oleh perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat

operasi. Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di hilangkan 100%, ibu akan

mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih atau

melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba.

Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan

didaerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan

obat-obat anti nyeri dan penenang seperti suntikan intramuskuler pethidin

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

22 

 

dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara

perinfus.

e. Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu

jalanya penyembuhan pasien. Mobilisasi berguna untuk mencegah

terjadinya thrombosis dan emboli. Miring ke kanan dan kiri sudah dapat

dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar. Latihan pernafasan dapat

dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.

Pada hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan dan diminta

untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk

kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus

menumbuhkan kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih.

Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (semi

fowler).selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari pasien dianjurkan

belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan berjalan sendiri pada hari

ke 3 sampai 5 pasca bedah.

B. Postpartum

1. Pengertian

Manurut Chaplin dalam Kartono (2006), postpartum adalah sesudah

kelahiran, satu istilah yang digunakan untuk mencirikan kondisi normal atau

kondisi patologis, sesudah kelahiran bayi.

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

23 

 

Periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode

ini kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan (Bobak et

al, 2004)

Masa puerperium atau nifas didefinisikan sebagai periode selama dan

tepat setelah kelahiran. Namun secara popular, diketahui istilah tersebut

mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi invulsi kehamilan normal

(Cunningham et al, 2006 )

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masa

postpartum adalah masa 6 minggu tepat setelah kelahiran bayi sampai organ-

organ reproduksi kembali kekeadaan normal sebelum hamil.

2. Perubahan fisik

Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap

normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak

faktor, termasuk tingkat energi tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir,

dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan

profesional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini.

Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya,

seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan

fisiologi ibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik dan perilaku bayi baru

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

24 

 

lahir, dan respons keluarga terhadap kelahiran seorang anak (Bobak et al,

2004)

Menurut Saleha (2009) perubahan fisiologis pada masa nifas, yaitu :

a. Uterus

Proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil setelah

melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta

keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga

persalinan, uterus berada pada garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah

umbilicus dengan fundus bersandar pada promotorium sakralis. Pada

waktu 12 jam tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus.

Dalam beberapa hari kemudian perubahan involusio berlangsung dengan

cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 fundus

berada diantara umbilikus dengan pinggir atas simpisis pubis. Uterus tidak

dapat dipalpasi pada abdomen pada hari ke 9 postpartum. Seminggu

setelah melahirkan uterus sudah berada didalam panggul dan pada minggu

ke 6 beratnya menjadi 50-60 gram.

b. Afterpain

Setelah melahirkan tonus uterus meningkat sehingga fundus tetap

kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara

dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang awal puerperium

yang disebut afterpains. Proses menyusui dan pemberian oksitosin

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

25 

 

tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya dapat

merangsang kontraksi uterus.

c. Lokia

Pengeluaran lokia setelah melahirkan, jumlahnya berkurang secara

perlahan dan disertai perubahan warna. Lokia ini mengalami perubahan,

pada awalnya disebut lokia rubra berwarna merah terutama mengandung

darah dan debris desidua serta debris trofoblastik. Aliran menyembur,

menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4 hari yang disebut lokia

serosa. Lokia serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan debris

jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi

kuning sampai putih disebut lokia alba. Lokia alba biasanya bertahan

selama 2-6 minggu setelah bayi lahir dan berangsur berhenti.

d. Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara

selama hamil (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotoprin,

prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.

Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar

sebelum hamil sebagian ditentukan oleh ibu menyusui atau tidak. Apabila

wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat

antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi dan

ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah

melahirkan. Pada hari kedua atau ketiga ditemukan adanya nyeri seiring

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

26 

 

dimulainya produksi air susu. Pada hari ketiga atau keempat bisa terjadi

pembengkakan (engorgement). Payudara teregang, bengkak, keras dan

nyeri bila ditekan serta hangat jika diraba. Apabila bayi belum mengisap

atau dihentikan, laktasi berhenti dalam beberapa hari atau satu minggu

e. Vagina dan perineum

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera

sewaktu melahirkan. Jaringan penopang dasar panggul yang teregang

memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ketonus semula.

Relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya

topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus,

kandung kemih dan rektum. Walupun relaksasi dapat terjadi pada setiap

wanita, tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul

terlambat akibat melahirkan.

3. Perubahan psikologi

Menurut Saleha (2009) yang mengutip pendapat Reva Rubin (1963)

faktor adaptasi psikologi yang terjadi pada ibu postpartum terdiri dari 3 fase

juga dapat menyebabkan depresi postpartum, yaitu : a) fase taking in disebut

juga periode ketergantungan. Pada fase ini ibu berfokus pada diri sendiri dan

tergantung pada orang lain. Pikiran ibu masih berfokus pada persalinan dan

tenaganya diarahkan untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya, dibandingkan

dengan merawat bayinya. Perilaku yang ditunjukkan pasif dan tergantung, ibu

memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosionalnya.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

27 

 

Fase ini terjadi dalam 1 sampai 2 hari dan dapat diobservasi pada satu jam

setelah persalinan; b) fase taking hold merupakan perpindahan dari periode

ketergantungan menjadi mandiri. Pada fase ini tenaga ibu meningkat. Ibu

merasa lebih nyaman dan lebih berfokus pada bayi daripada dirinya sendiri.

Ibu lebih mandiri untuk memulai perawatan diri dan berfokus pada fungsi

tubuh. Ibu dapat menerima tanggungjawab dalam perawatan bayi seperti

mengontrol tubuhnya sendiri. Menurut Rubin, fase ini sangat ideal untuk

memberikan edukasi tentang perawatan diri dan bayinya. Fase ini berlangsung

mulai hari ketiga sampai sampai hari ketujuh; c) fase ketiga adalah letting go,

yang merupakan periode kemandirian dalam menjalankan peran sebagai ibu

baru. Ibu mulai dapat menjalankan peran barunya sebagai ibu secara penuh

sejalan dengan kemampuan merawat bayi dan semakin percaya diri. Fase ini

mulai sekitar dua minggu postpartum.

C. Nyeri

1. Pengertian

Menurut Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (IASP) dalam

Potter (2006), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-

kejadian di mana terjadi kerusakan.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

28 

 

Menurut Mc Caffery dalam Potter (2006), nyeri adalah segala sesuatu

yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja

seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.

Menurut Carpenito, L J (2005), nyeri adalah keadaan dimana individu

mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau

sensasi yang tidak menyenangkan.

Menurut Smeltzer & Bare (2002), nyeri adalah pengalaman emosional

dan sensori yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang

actual atau potensial

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat didefinisikan nyeri secara

umum sebagai suatu rasa yang tidak menyenangkan baik ringan maupun

berat.

2. Fisiologis nyeri

Menurut Barbara C Long (1996), menjelaskan tentang fisiologis nyeri

sebagai berikut. Reseptor nyeri disebut noiceptor merupakan ujung-ujung

syaraf yang bebas, tidak bermyelin atau sedikit bermyelin dari neuron aferen.

Nociceptor-nociceptor tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pada

struktur-struktur yang lebih dalam seperti pada visera, persendian, dinding

arteri, hati dan kandung empedu. Noiceptor member respon yang terpilih

terhadap stimuli yang membahayakan seperti stimuli kimiawi, thermal, listrik

atau mekanis. Yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri adalah

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

29 

 

histamine, bradikinin, prostaglandin, bermacam macam asam, sebagian bahan

tersebut dilepas oleh jaringan yang rusak. Anoksia yang menimbulkan nyeri

adalah oleh kimia yang dilepas oleh jaringan anoksia yang rusak. Spasmus

otot menimbulkan nyeri kerena menekan pembuluh darah yang menjadi

anoksia. Spasme otot dapat juga berakibat anoksia. Pembengkakan jaringan

menjadi nyeri akibat tekanan (stimuli mekanis) kepada nociceptor yang

menghubungkan jaringan. Nyeri tidak menimbulkan adaptasi adaptasi yang

berulang ulang pada beberapa kejadian bisa menjadi lebih sensitive untuk

beberapa lama. Pada keadaan patologis sensitifitas nyeri meningkat. Contoh,

luka yang terbakar karena matahari menjadi sangat peka terhadap nyeri

walaupun hanya sedikit sentuhan (stimulus mekanis).

3. Proses transmisi nyeri

Impuls-impuls nyeri disalurkan ke sum-sum tulang belakang oleh dua

jenis serabut-serabut yang bermyelin rapat serabut A-delta (cepat), serabut-

serabut lamban serabut C. Nyeri dapat diterangkan sebagai nyeri tajam atau

menusuk dan yang mudah diketahui lokasinya akibat dari impuls-impuls yang

disalurkan oleh serabut-serabut delta-A. Contoh dari nyeri tersebut ialah

seperti tusukan oleh jarum, rasa nyeri “panas” , “tumpul” atau “gatal” dan

yang lebih difus berasal dari impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut

C. Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat

inhibitori yang ditransmisikan ke serabut-serabut C. serabut-serabut syaraf

aferen masuk ke spinal lewat “dorsal noot” dan sinaps pada “dorsal horn”.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

30 

 

Dorsal horn terdiri dari beberapa lapisan yang saling bertautan. Lamina II dan

III membentuk daerah yang disebut subtantia gelatinosa. Subtantia P dilepas

pada sinaps dari SG dan diduga merupakan penyalur syaraf/neuro transmitter

utama dari impuls-impuls nyeri.

Impuls-impuls nyeri menyebrangi sum-sum belakang pada

interneuron-interneuron dan bersambung dengan jalur spinalis asendens.

Paling sedikit terdapat enam jalur sendens untuk impuls-impuls nociptive

terletak pada belahan ventral dari sum-sum belakang yang paling utama

adalah spinothalamus tract (STT) / jalur spinotalamus dan spinoreticular track

(SKRT) / jalur spinoretikkuler. STT merupakan system yang diskriminatif dan

membawa informasi mengenai sifat dan stimulus kepada thalamus kemudian

ke kortek untuk di interpretasi. Impuls-impuls yang ditransmisi lewat SKT

(yang pergi ke batang otak dank e sebagian thalamus)mengaktifkan respon-

respon autonomi dan limbic (motivational affectice / evektif yang dimotivasi).

(Barbara C. Long, 1996)

4. Teori pengontrolan nyeri

Teori Gerbang Kendali Nyeri (Gate Control Theory) proses dimana

terjadi interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut

yang mengirim sensasi tedak nyeri memblok atau menurunkan transmisi

impuls nyeri melalui gerbang penghambat. Substantia Gelatinosa (SG) yaitu

area dari sel-sel khusus pada bagian ujung dorsal spinal cord mempunyai

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

31 

 

peran sebagai mekanisme pintu gerbang yang dapat membuka dan menutup

yang dapat mengijinkan atau menolak lewatnya impuls nyeri. Mekanisme

pintu gerbang ini dapat merubah sensasi nyeri yang datang sebelum sampai ke

korteks dan menimbulkan persepsi nyeri. Jika menutup impuls nyeri tidak

sampai ke korteks dan jika terbuka akan sampai ke korteks dan menimbulkan

persepsi nyeri (Potter & Perry, 2006).

5. klasifikasi nyeri

Smeltzer & Bare (2002), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan

durasinya, yaitu:

a. Nyeri akut

Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan

dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan

atau cedera telah terjadi. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6 bulan

dan biasanya kurang dari 1 bulan. Untuk tujuan definisi nyeri akut dapat

dijelaskan sebagai nyeri berlangsung dari beberapa detik hingga 6 bulan.

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan

penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronik dapat tidak mempunyai

awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

32 

 

biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang

diarahkan pada penyembuhannya. Nyeri kronik sering didefinisikan

sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih, meskipun dapat

berubah antara akut dan kronik.

Sementara Price & Wilson (2006), mengklasifikasikan nyeri

berdasarkan lokasi atau sumber, antara lain:

a. Nyeri somatik superfisial (kulit)

Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superfisial kulit dan

jaringan subkutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit

dapat berupa rangsang mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila kulit

hanya yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai penyengat, tajam,

meringis atau seperti terbakar, tetapi apabila pembuluh darah ikut

berperan menimbulkan nyeri, sifaf nyeri menjadi berdenyut.

b. Nyeri somatik dalam

Nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot,

tendon, ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini

memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri kulit dan

cenderung menyebar ke daerah sekitarnya.

c. Nyeri visera

Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ

tubuh. Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

33 

 

nyeri somatik dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga.

Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau

distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemiadan peradangan.

d. Nyeri alih

Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri berasal dari salah satu daerah

di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering

dialihkan ke dermatom (daerah kulit) yang dipersarafi oleh segmen

medula spinalis yang sama dengan viksus yang nyeri tersebut berasal dari

masa mudigah, tidak hams di tempat organ tersebut berada pada masa

dewasa.

e. Nyeri neuropati

Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang

merugikan dari sistem saraf tepi (SST) ke sistem saraf pusat (SSP) yang

menimbulkan perasaan nyeri. Dengan demikian, lesi di SST atau SSP

dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya sensasi nyeri. Nyeri

neuropatik sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih atau seperti

tersengat listrik. Pasien dengan nyeri neuropatik menderita akibat

instabilitas sistem saraf otonom (SSO). Dengan deminkian, nyeri sering

bertambah parah oleh stres emosi atau fisik (dingin, kelelahan) dan

mereda oleh relaksasi.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

34 

 

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Menurut Potter & Perry (2006) faktor-faktor yang menyebabkan nyeri,

antara lain :

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang

ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana

anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

b. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam

respon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang

merupakan suatu faktor dalam mengekspresikan nyeri. Toleransi nyeri

sejak lama telah menjadi subyek penelitian yang melibatkan pria dan

wanita, akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor

biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa

memperhatikan jenis kelamin

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang

diterima oleh kebudayaan mereka. Menurut Clancy dan Vicar dalam

(Perry & Potter, 2006), menyatakan bahwa sosialisasi budaya menetukan

perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini dapat

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

35 

 

mempengaruhi pengeluaran fisiologis opiat endogen dan sehingga

terjadilah persepsi nyeri.

d. Makna nyeri

Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu

tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda beda

apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan,

hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang melahirkan akan

mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena pukulan pasangannya.

Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan nyeri klien berhubungan

dengan makna nyeri.

e. Perhatian

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang

meningkat sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri

yang menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien

pada stimulus yang lain, maka perawat menempatkan nyeri pada

kesadaran yang perifer. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri

individu meningkat, khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya

selama waktu pengalihan.

f. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

36 

 

menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah

sama dalam nyeri dan ansietas. Price (Potter & Perry, 2006), melaporkan

suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistim limbik dapat

memproses reaksi emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbic

dapat memproses reaksi emosi seseorang terhadap nyeri, yakni

memperburuk atau menghilangkan nyeri.

g. Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan

koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang

menderita penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai

kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika mengalami

suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri berkurang.

h. Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berati bahwa individu

akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.

Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri

tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul, dan juga sebaliknya.

Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang

diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

37 

 

i. Gaya koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

merasa kesepian, gaya koping mempengaruhi mengatasi nyeri.

j. Dukungan keluarga dan sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah

kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka

terhadap klien. Walaupun nyeri dirasakan, kehadiran orang yang

bermakna bagi pasien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri

membuat klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang yang

memberi dukungan sangatlah berguna karena akan membuat seseorang

merasa lebih nyaman. Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak- anak

yang mengalami nyeri.

7. Proses keperawatan nyeri

a. Pengkajian nyeri

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian nyeri menurut

Smeltzer & Bare (2002) adalah sebagai berikut :

1) Intensitas nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

yang dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat

subyektif dan individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas

yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

38 

 

Pengukuran nyeri dengan pendekatan obyektif yang paling mungkin

adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu

sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak memberikan

gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

Pengukuran subyektif nyeri dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai alat pengukur seperti Verbal Descriptor Scale

(VDS), Numerical Rating Scales (NRS), Visual Analog Scale (VAS).

a) Verbal Descriptor Scale (VDS)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale,VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang

garis. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri tidak tertahankan”. Perawat menunjukan klain skala

tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru

yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri

paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak

menyakitkan. VDS memungkinkan klien memilih sebuah kategori

untuk mendiskripsikan nyeri.

Gambar 2.1 Verbal Descriptor Scale (VDS)

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

39 

 

b) Numerical Rating Scales (NRS)

Skala penilaian numerik (Nemerical Rating scales, NRS)

lebih digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 2.2 Numerical Rating Scales (NRS)

c) Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak

melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili

intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada

setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk

mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan

pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa

memilih satu kata atau satu angka (Potter & perry, 2006).

Keadaan VAS ini telah dibuktikan oleh incractas korelasi

koefisien (ICCs) dengan 95% confidence internal (95% CIS) dan

Bland Altman analisis yang digunakan untuk menilai keandalan

diperoleh pasangan pengukuran VAS 1 menit terpisah 30 menit

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

40 

 

selama 2 jam. Hasil yang diperoleh dari ringkasan ICC untuk

semua pasangan VAS skor adalah 0,97 [95% CI = 0,96-0,98] (Bijur,

2001). Hal tersebut menunjukan bahwa VAS cukup handal digunakan

untuk menilai nyeri.

Tidak Ada Nyeri Nyeri Berat

Gambar 2.3 Visual Analog Scale (VAS)

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah

digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien

melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami

skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif

bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan

nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat

dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih

memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau

peningkatan (Potter & perry, 2006).

2) Karakteristik nyeri

Karakteristik nyeri meliputi lokasi nyeri, penyebaran nyeri, dan

kemungkinan penyebaran, durasi (menit, jam, hari, bulan) serat irama

(terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

41 

 

intenstias nyeri) dan kulitas nyeri (misalnya seperti ditusuk, seperti

terbakar, sakit, seperti digencet dan sebagainya).

3) Faktor-faktor yang meredakan nyeri

Berbagai perilaku sering diidentifikasikan klien sebagai faktor

yang mengubah intensitas nyeri (misal aktivitas, istirahat, pengerahan

tenaga, positi tubuh, penggunaan obat bebas, dan sebagainya) dan apa

yang diyakini klien dapat membantu dirinya. Perilaku ini sering

didasarkan pada upaya try and error.

4) Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari

Misalnya, terhadap pola tidur, nafsu makan, konsentrasi,

interaksi dan aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan dengan

ansietas dan nyeri kronis yang berhubungan dengan depresi

5) Kekhawatiran individu tentang nyeri

Dapat meliputi masalah yang luas seperti beban ekonomi,

prognosis serta berpengaruh terhadap peran dan citra diri.

8. Metode mengatasi nyeri

Menurut Barbara C. L (1996) menjelaskan metode mengatasi nyeri ada

dua yaitu, tindakan peredaan nyeri secara farmakologis dan non farmakologis.

a. Tindakan peredaan nyeri secara farmakologis

Obat-obatan dapat mengurangi nyeri dengan berbagai cara. Tiap obat

yang diberikan dapat mengurangi nyeri. Nyeri dapat dikurangi dengan

mengganggu/memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

42 

 

dan dengan mengurangi respon cortical terhadap nyeri. Sebagian obat-

obatan seperti narkotika dapat mempengaruhi keduanya baik perspsi

maupun respon.

1) Analgesik narkotik

Opiate merupakan yang terkenal untuk mengendalikan nyeri

sedang sampai yang berat.

2) Analgesik nonnarkotik

a) Aspirin

Aspirin merupakan analgesik yang dipakai secara luas untuk

nyeri yang ringan sampai sedang. Aspirin berkhasiat setelah 15

menit sampai 20 menit, memuncak 1 jam sampai 2 jam dan

berkhasiat selama 3 jam sampai 4 jam.

b) Acetaminophen

Acetaminophen sama seperti aspirin untuk analgesic, tapi

tidak anti inflamatori. Kurang menimbulkan perubahan dan efek

samping lebih sedikit tapi dapat menimbulkan kerusakan hati yang

parah. Dipakai oleh pasien yang alergi terhadap aspirin.

c) Obat-obatan nonsteroidal antiinflamatori

Butazolidin merupakan NSAIDs yang berkhasiat anti

inflamatori yang kuatyang diberikan dalam jangka waktu yang

pendek sampai sedang atau gawat. Disamping obat ini mempunyai

khasiat analgesic, namun tidak dipakai secara umum untuk

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

43 

 

analgesikterhadap nyeri sedang karena kurang bisa ditolelir oleh

semua orang dan mempunyai banyak efek samping termasuk

perubahan hematologi, iritasi gastric, dan gangguan cairan dan

elektrolit.

b. Tindakan pereda nyeri secara nonfarmakologis

1) Distraksi

Merupakan suatu metode untuk menghilangkan atau

menurunkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal

lain sehingga akan lupa terhadap nyeri yang dialaminya. Antara lain,

membaca, mendengar musik yang disuka, menonton TV,

membayangkan hal-hal yang menyenangkan dengan menutup mata

(imajinasi terbimbing).

2) Relaksasi

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari

ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberikankan individu

control diri ketika rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik, dan emosi

pada nyeri. Contoh relaksasi adalah nafas dalam.

3) Stimulasi kulit

Dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin dan

hangat.

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

44 

 

4) Massase/pemijatan

Masasse kulit memberikan efek penurunan kecemaan dan

ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan

merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok

atau menurunkan inpuls nyeri. Beberapa strategi stimulasi kulit

lainnya juga menggunakan mekanisme ini. Masase adalah stimuasli

kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau

dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan

sekitar 10 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai

hasil relaksasi yang maksimal.

D. Teknik relaksasi nafas dalam

1. Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dimana dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, napas lambat (menahan inspirasi

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,

selain dapan menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga

bias meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah (Smeltzer

& Bare, 2002).

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

45 

 

2. Tujuan

Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi

nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara

pertukaran gas, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu

menurunkan nyeri dan menurunkan kecemasan.

3. Efek relaksasi

Perry & Potter (2006), menyatakan bahwa ada 9 efek relaksasi, yaitu

a. Relaksasi dapat menurunkan nadi, tekanan darah dan pernafasan,

b. Relaksasi dapat menurunkan konsumsi oksigen,

c. Penurunan ketegangan otot

d. Relaksasi dapat menurunkan kecepatan metabolisme,

e. Relaksasi dapat meningkatkan kesadaran global,

f. Relaksasi dapat mengurangi perhatian terhadap stimulus lingkungan,

g. Relaksasi dapat membuat tidak adanya perubahan posisi volunter,

h. Relaksasi dapat meningkatkan perasaan damai dan sejahtera, dan

i. Relaksasi dapat mengubah kewaspadaan menjadi santai dan dalam

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi nafas dalam terhadap

penurunan nyeri, antara lain :

a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang

disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi

pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang

mengalami spasme.

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

46 

 

b. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk

melepaskan opoid endogen yaitu endoprin dan enkefain (Smeltzer & Bare,

2002)

c. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat .

Relaksasi melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain

sehingga mudah dilakukan kapan saja dan sewaktu-waktu.

5. Komponen teknik relaksasi

a. Lingkungan yang tenang, menghindarkan sebanyak mungkin kebisingan

dan gangguan-gangguan

b. Posisi yang nyaman

c. Sikap yang dapat dirubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari alam

sadar

d. Keadaan mental (yang baik: memusatkan perhatian pada suara, kata-kata,

ungkapan, imaginasi, abjek atau pola nafas, untuk merubah fikiran2 secara

internal menjadi pikiran yang lebih dapat diterima)

6. Prosedur relaksasi

Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003) adalah

bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan

diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diafragma selama inspirasi

yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan

desakan udara masuk selama inspirasi. Langkah-langkah teknik relaksasi

nafas dalam adalah sebagai berikut :

a. Ciptakan lingkungan yang tenang

b. Usahakan tetap rileks dan tenang

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

47 

 

c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1,2,3

d. Perlahan-lahan udara dihembuskan lewat mulut sambil merasakan

ekstremitas atas dan bawah rileks

e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan lewat mulut

perlahan-lahan

g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

h. Usahakan tetap konsentrasi mata sambil terpejam

i. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

k. Ulangi sampai 15 kali, dengan diselingi istirahat setiap 5 kali

l. Bila nyeri menjadi hebat, anjurkan pasien untuk bernafas secara dangkal

dan cepat.

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

48 

 

E. Kerangka teori

Gambar 2.4. Kerangka teori

Keterangan : yang dicetak tebal yang diteliti. Sumber : Teori Reva Rubin (1963), Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas,

2009

Post Operasi Sectio Caesarea

Adaptasi Fisiologi :

1. Uterus mengalami involusi. 2. Afterpain

Nyeri uterus pada awal masa nifas.

3. Lokia 4. Payudara

Terdapat nyeri karena terjadi penurunan hormon setelah melahirkan.

5. Vagina dan Perinium

Nyeri

Adaptasi psikologi :

1. Taking in period Hari 1-2 postpartum -mobilisasi -pola istirahat -pola makan

2. Talking hold period Hari ke 2-4 postpartum

3. Letting go period Masa pulang ke rumah

Manajemen nyeri teknik

relaksasi nafas dalam

Perubahan nyeri

Page 39: BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea (SC)digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2-babii.pdf · dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta

49 

 

F. Kerangka Konsep

 

 

 

 

 

Gambar 2.5. Kerangka konsep pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap perubahan skala nyeri ibu primigravida post operasi Sectio Caesarea.

G. Hipotesis

Ada pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam yang signifikan

terhadap perubahan intensitas nyeri ibu primigravida post operasi Sectio

Caesarea.

 

Intensitas nyeri sebelum nafas

dalam

Relaksasi nafas dalam

Intensitas nyeri setelah nafas dalam

Dibandingkan