23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Pangebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. Alamat sekolah tersebut yaitu di Jalan Raya Pangebatan Rt 01/01 Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2008:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Riduwan (2009:54) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang berkaitan dengan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Pangebatan Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2010/2011. Anggota populasi terdiri dari dua kelas, lebih jelas dilihat dari tabel berikut: Tabel 3.1 Jumlah populasi penelitian Kelas B Jumlah V 35 35 70 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Penelitian B. 1.digilib.ump.ac.id/files/disk1/15/jhptump-a-rahmawatiu-725-3-babiii.pdfTabel 3.1 Jumlah populasi ... kompetensi peserta didik

  • Upload
    dophuc

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Wilayah Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Pangebatan Kecamatan Karanglewas

Kabupaten Banyumas. Alamat sekolah tersebut yaitu di Jalan Raya Pangebatan Rt 01/01

Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Riduwan

(2009:54) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang

menjadi objek penelitian.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan

objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang berkaitan dengan penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Pangebatan

Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2010/2011. Anggota populasi terdiri dari dua kelas,

lebih jelas dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.1 Jumlah populasi penelitian

Kelas A B Jumlah V 35 35 70

54

Sumber : SD Negeri Pengebatan Kab. Banyumas

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representative atau

mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati (Iskandar, 2008:69).

Menurut Sugiyono (2008:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa sampel adalah bagian kecil dari jumlah populasi yang mempunyai karakteristik dalam

penelitian.

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan Cluster

Randon Sampling . Cluster Sampling atau teknik kluster yaitu memilih sampel bukan

didasarkan pada individual tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah atau kelompok

subjek yang secara alami berkumpul bersama (Sukardi, 2009: 61). Kelompok dalam hal ini

adalah siswa kelas VA dan VB SD Negeri Pangebatan. Semua siswa kelas V adalah

homogeny maka pengambilan sampelnya dipilih menggunakan teknik pengambilan sampel

Acak/Random Sederhana (Random Sampling) untuk menentukan kelas ekperiment dan kelas

control . Random Sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak atau

random dari populasi, yang memungkinkan setiap individu berpeluang untuk menjadi sampel

penelitian, dengan cara rendomisasi atau dengan cara melalui undian karena populasi

dianggap seragam (homogen) (Iskandar, 2008:70). Sehingga seluruh siswa kelas V sekolah

dasar memiliki kesempatan untuk menjadi sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa

kelas VA sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperiment.

C. Definisi Operasional

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai dengan adanya

perubahan dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari

pengalaman atau latihan untuk meningkatkan kehidupannya.

2. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar Matematika adalah proses untuk mengukur tingkat pencapaian

kompetensi peserta didik dalam mata pelajaran matematika yang meliputi bilangan,

geometri dan pengukuran, dan pengolahan data melalui kegiatan penilaian yang

dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram sehingga nampak perubahan

dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Hasil Belajar Matematika Aspek Kognitif

Dalam penelitian ini hasil belajar matematika aspek kognitif akan lebih

difokuskan pada pengetahuan, pemahaman dan penerapan dari materi

pecahan.

b. Hasil Belajar Matematika Aspek Afektif

Untuk hasil belajar matematika yang berkaitan dengan Afektif/sikap dari

peserta didik yaitu mengembangkan perilaku berkarakter yang meliputi:

kemandirian, tanggungjawab, kerjasama, jujur, kesabaran, disiplin,

mendengarkan pendapat teman, memanfaatkan waktu, mengakui dan

menghargai usaha serta kemampuan teman. Selain itu juga untuk

mengembangkan keterlampilan sosial yang meliputi: bertanya,

meyumbangkan ide atau pendapat, menjadi pendengar yang baik, berfikir

kreatif dan sistematis, saling peduli antara yang mampu atau pandai dengan

yang tidak mampu atau kurang pandai.

c. Hasil Belajar Matematika Aspek Psikomotor

Hasil belajar matematika yang berkenaan dengan aspek psikomotor yaitu

keterlampilan dalam membuat dan menggunakan alat perga lingkaran pada

materi pecahan yang terlihat pada kegiatan unjuk kerja.

3. Model Belajar Mandiri

Model belajar mandiri merupakan model belajar yang dibuat oleh Durori seorang

guru SD Negeri 2 Kecila, Kabupaten Banyumas. Kegiatan belajar siswa diarahkan

pada kegiatan belajar mandiri, artinya bagaimana seorang siswa mampu belajar tanpa

adanya tekanan atau tugas yang berlebihan dari guru, bahkan dengan penuh kesadaran

siswa melakukan kegiatan belajar dengan senang yang disebabkan timbulnya rasa

butuh dalam diri siswa. Model belajar mandiri yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu: Buletin Selamat Pagi, Papan Absen Mandiri, Uji Cakap Mandiri, Kantong

Peraga Mandiri, dan Dokter Matematika. Materi mata pelajaran matematika yang

akan dibahas yaitu pokok bahasan pecahan, siswa dituntut mampu menjumlahkan dan

mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Alat Peraga yang akan digunakan untuk

mengajar materi tersebut yaitu dengan menggunakan lingkaran.

D. Desain Penelitian

Menurut Sukardi (2009:183) Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan

dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Secara sempit desain penelitian diartikan

sebagai penggambaran secara jelas tentang hubungan antarvariabel, pengumpulan data, dan

analisis data sehingga peneliti maupun pembaca mempunyai gambaran tentang bagaimana

keterkaitan antara variable yang ada dalam konteks penelitian dan apa yang akan dilakukan

oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian eksperiment ini menurut Sukardi

(2009:185) adalah Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Dalam penelitian ini

subyek penelitian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok satu yang

mendapat perlakuan/ treatmeant (kelas eksperiment/VB) dan kelompok dua yang tidak

mendapat perlakuan (kelas kontrol/VA). Masing-masing kelompok mendapat pretest (Y1)

dan posttest (Y2). Dalam desain ini pengaruh atau effek suatu treatmeant dapat diputuskan

berdasarkan perbedaan antara pretest dengan posttest. Seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Desain Eksperimen (Sukardi, 2009:186)

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperiment Y1 X Y2

Kontrol Y1 - Y2

Keterangan:

Y1 = Pretest

Y2 = Postest

X = Perlakuan/ treatment (menggunakan model belajar mandiri)

E. Metode Penelitian

Metode penelitian memiliki peranan di dalam proses penelitian yang akan

dilaksanakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Menurut Sugiyono (2008:107) metode penelitian eksperiment diartikan sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan.

Sedangkan Sukardi (2009: 178) menyatakan bahwa penelitian eksperiment variable-

variabel yang ada termasuk variable bebas atau independent variable dan variable terikat atau

dependent variable sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian.

Gambar 3.1 Penelitian Eksperiment (Sukardi, 2009:178)

Variable bebas dalam penelitian ini adalah model belajar mandiri sedangkan veriabel

terikatnya adalah hasil belajar matematika baik dalam aspek kognitif, afektif maupun

psikomotor. Menurut Sukardi (2009: 16) dalam penelitian eksperiment hendaknya

melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Peneliti

juga harus membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi dua grup yaitu grup treatment

atau yang memperoleh perlakuan dalam hal ini adalah kelas VB sebagai kelas eksperiment

dan grup kontrol yang tidak memperoleh perlakuan yaitu kelas VA.

Langkah penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Melakukan kajian yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak

dipecahkan.

Variabel Terikat Variabel Bebas

Variabel Bebas

2. Mengidentifikasi masalah.

3. Melakukan studi literature dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan

hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan variable.

4. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan;

a. Memilih desain penelitian

b. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

c. Membagi subjek dalam kelas eksperiment dan kelas kontrol.

d. Membuat instrument yang sesuai, memvalidasi, reabilitasi instrument dan

melakukan pilot study agar memperoleh instrument yang memenuhi

persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.

e. Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.

5. Melakukan kesperimen.

a. Pemberian pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperiment untuk mengukur

pengetahuan awal siswa.

b. Pelaksanaan proses pembelajaran pada kelas eksperiment dengan

menggunakan model belajar mandiri dan kelas kontrol dengan model

konvensional.

c. Pemberian posttest dan angket kepada kedua kelas yaitu kelas eksperiment dan

kelas kontrol.

6. Mengumpulkan data kasar dari proses pembelajaran.

7. Mengorganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan variable yang telah

ditentukan.

8. Melakukan analisis data dengan uji t.

9. Membahas data yang telah dianalisis dan menarik kesimpulan.

10. Membuat laporan penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulanm data menurut Riduwan (2009: 69) adalah teknik atau cara-cara

yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Sedangkan menurut Arikunto

(2005: 100) teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data diperlukan agar data yang terkumpul

sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Dokumentasi

Riduwan (2009: 77) mengatakan bahwa dokumentasi ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,

peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan

penelitian.

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mencari data sebagai berikut:

a. Jumlah siswa kelas V SD Negeri Pangebatan Tahun Ajaran 2010/2011 untuk

menentukan populasi dan sampel penelitan.

b. Nilai Hasil Ujian Nasional SD Negeri Pangebatan Tahun Ajaran 2009/2010.

c. Nilai Ulangan Harian Pokok Bahasan Pecahan V SD Negeri Pangebatan Tahun

Ajaran 2009/2010.

2. Teknik Pengumpulan Data Untuk Hasil Belajar Matematika

a. Instrumen Untuk Hasil Belajar Kognitif

Tes menurut Riduwan (2009:76) adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sudjana (2009: 114) menyebutkan bahwa tes

terdiri dari tiga bentuk yakni tes lisan, tes tulisan, dan tes tindakan. Tetapi dalam

penelitian ini peneliti menggunakan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar matematika

aspek kognitif.

Dalam model penilaian kelas penilaian tes tertulis digunakan untuk mengukur

kemampuan peserta didik berkaitan dengan konsep, prosedur, dan aturan-aturan atau

dalam aspek kognitif dan afektif. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban

yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis ini dapat pula

diartikan sebagai tes prestasi. Menurut Sukardi (2009: 139) tes prestasi pada umumnya

mengukur penguasaan dan kemampuan para peserta didik setelah mereka selama waktu

tertentu menerima proses belajar-mengajar dari guru. Tes tersebut untuk mengukur

tingkat penguasaan dan kemampuan peserta didik secara individual dalam cakupan dan

ilmu pengetahuan yang telah ditentukan oleh para pendidik. Biasanya tes digunakan

untuk menilai isi pendidikan misalnya aspek pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan

pemahaman pelajaran yang telah diberikan guru. Peneliti membatasi penilaian dalam hal

pengetahuan atau ingatan (knowledge), pemahaman (comprehension), dan

penerapan/aplikasi (application) sesuai dengan kemampuan siswa sekolah dasar.

Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis

jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,

menggambar dan lain sebagainya.

Dari berbagai alat penilaian tertulis, penulis akan memakai soal dengan mensuplai

jawaban dalam bentuk uraian untuk menilai aspek kognitif. Tes tertulis bentuk uraian

adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan

mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik

mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis

dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Data penilaian tertulis (kognitif) adalah skor yang diperoleh peserta didik dari

hasil berbagai tes tertulis yang diikuti peserta didik. Soal bentuk uraian dibedakan dalam

dua kategori, uraian objektif dan uraian non-objektif. Penulis menggunakan soal uraian

objektif yaitu diskor secara objektif berdasarkan konsep atau kata kunci yang sudah pasti

sebagai jawaban yang benar. Setiap konsep atau kata kunci yang benar yang dapat

dijawab peserta didik diberi skor Skor maksimal butir soal adalah sama dengan jumlah

konsep kunci yang dituntut untuk dijawab oleh peserta didik. Skor capaian peserta didik

untuk satu butir soal kategori ini adalah jumlah konsep kunci yang dapat dijawab benar,

dibagi skor maksimal, dikali dengan 100.

Agar diperoleh instrument penelitian aspek kognitif yang standar, terlebih dahulu

instrument diuji cobakan dan hasil uji coba kemudian dianalisis tingkat validitas,

reabilitas, taraf kesukaran dan daya beda. Berikut dijelaskan mengenai validitas,

reabilitas, taraf kesukaran dan daya beda.

1) Validitas

Menurut Alias Baba dalam Iskandar (2007) validitas adalah sejauhmana

instrument penelitian mengukur dengan tepat kontruk variabel yang teliti. Sugiyono

(2005) menyatakan, instrument yang valid adalah instrument tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Untuk mengetahui validitas instrument dalam penelitian ini digunakan teknik

korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson yaitu sebagai berikut :

∑ (∑ ) (∑ ){ ∑ –(∑ ) } { ∑ (∑ ) }

Keterangan :

푟 = validitas butir soal

푋 = Jumlah skor item

푌 = jumlah skor total (seluruh item)

N = jumlah responden uji coba

Kriteria acuan untuk indeks korelasi (r) butir soal menurut Arikunto (2009 : 75)

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Acuan Validitas Soal

Nilai Kriteria

0,800 – 1,00 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat rendah

Dari perhitungan hasil uji coba soal yang termasuk dalam kategori valid adalah

soal nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 27, 28, 29,

30 dengan rekapitulasi sebagai berikut:

Tabel 3.4 Rekapitulasi Indeks Validitas Soal

Kategori Jumlah Item

Valid 23

Tidak Valid 7

Jumlah Soal 30

Soal tes yang mempunyai validitas sangat rendah di buang dan tidak

dipergunakan. Sedangkan soal yang mempunyai validitas cukup dan tinggi digunakan.

Tetapi agar indikator materi tetap ada maka diadakan perbaikan soal pada item nomor

2 dan 25.

2) Reliabilitas

Instrument yang reabilitas adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk

mengetahui reliabilitas seluruh tes harus menggunakan rumus Spearman Brown.

푟 .

(Riduwan, 2009 : 102)

Keterangan:

푟 = koefisien reliabitas internal seluruh item

푟 = koefisien product moment antara belahan (ganjil-genap).

Tabel 3.5 Kriteria Acuan Nilai Realibilitas Soal

Nilai Kriteria

0,800 – 1,00 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan reabilitas item soal tes sebesar 0,85 yang

termasuk ke dalam kategori sangat tinggi.

3) Taraf Kesukaran

Arikunto (2005:230) taraf kesukaran adalah kemampuan tes dalam menjaring

banyaknya subjek peserta test yang dapat mengerjakan dengan betul. Untuk

menghitung tingkat kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut:

푃 = 퐵퐽푆

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria acuan indeks kesukaran menurut Arikunto (2009:210) sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran

Nilai Kriteria

1,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

Hasil perhitungan Tingkat kesukaran soal sebagai berikut:

Tabel 3.7

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Soal Kategori Jumlah item

Mudah 7

Sedang 16

Jumlah 23

Dengan penjelasan:

a) Soal mudah : 5, 10, 16, 20, 21, 23, 28

b) Soal sedang : 1, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 27, 29, 30

4) Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2009:211) daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal

untuk membedakan antara siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang

bodoh (berkemampuan rendah).

Untuk menghitung daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan rumus

sebagai berikut:

퐷 = 퐵퐽 −

퐵퐽 = 푃 − 푃

Keterangan :

D = daya pembeda

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = banyaknya pesertas kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Kriteria klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2009:218) sebagai

berikut:

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai Klasifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Negatif Tidak baik

Berdasarkan hasil perhitungan, daya pembeda soal tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9 Rekapitulasi Daya Pembeda Soal

Kategori Jumlah item

Baik 3

Baik Sekali 20

Jumlah 23

Dengan penjabaran:

a) Soal baik : 5, 10, 12

b) Soal baik sekali : 1, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 27,

29, 30

b. Instrumen Untuk Hasil Belajar Afektif

Data penilaian sikap (afektif) bersumber dari catatan harian guru berdasarkan

pengamatan/observasi terhadap sikap/perilaku peserta didik. Data hasil pengamatan

pendidik dapat dilengkapi dengan hasil penilaian berdasarkan pertanyaan langsung dan

laporan pribadi yang dilakukan melalui angket. Angket inilah yang akan digunakan

peneliti untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dalam bidang afektif. Menurut

Arikunto (2005:101) Angket (Questionaire) adalah kumpulan dari pertanyaan yang

diajukan secara tertulis kepada seseorang (responden) dan cara menjawab juga dilakukan

dengan tertulis. Riduwan (2009:71) berpendapat angket adalah daftar pertanyaan yang

diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan

permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap

mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden

memberikan jawaban tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika

aspek afektif yaitu Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: kemandirian,

tanggungjawab, kerjasama, jujur, kesabaran, dan mendengarkan pendapat teman. Selain

itu juga Mengembangkan keterlampilan sosial, meliputi: bertanya, menyumbangkan ide

atau pendapat, menjadi pendengar yang baik, berfikir kreatif dan sistematis. Selain itu

dalam pembuatan angket ini menggunakan penilaian afektif pada model belajar mandiri

(Durori, 2002:52).

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup (angket

berstruktur). Menurut Riduwan (2009: 72) angket tertutup adalah angket yang disajikan

dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban

yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara mamberikan tanda silang (x) atau

tanda checklist (√).

Dalam penelitian ini angket menggunakan skala likert. Skala likert menurut

Sugiono (2008: 134) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Sejalan dengan Sugiyono, Riduwan

(2009:87) mengatakan skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan

menggunakan skala likert maka peneliti menggunakannya dan bobot jawaban dari angket

tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.10 Skala Likert

Pernyataan Pernyataan

Positif Nilai Negatif Nilai

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

4

3

2

1

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

1

2

3

4

Dalam angket ini dimunculkan beberapa pertanyaan berdasarkan indikator yang

ada dengan jumlah pertanyaan sebanyak 44 butir soal. Sebelum digunakan angket

diujicobakan pada kelompok yang bukan merupakan subjek penelitian.

Agar diperoleh instrument penelitian yang standar, terlebih dahulu instrument diuji

cobakan dan hasil uji coba kemudian dianalisis tingkat validitas, reabilitas, taraf kesukaran

dan daya beda. Khusus untuk instrument aspek afektif yang berupa angket maka cukup di

analisis tingkat validitas dan reabilitas. Uji coba telah dilakukan terhadap siswa yang telah

mendapatkan materi tersebut. Tujuannya untuk mengetahui apakah item-item tes tersebut

sudah memenuhi syarat tes yang baik atau tidak. Uji coba dalam penelitian ini dilakukan

terhadap siswa kelas VI SD Negeri 2 Kecila yang dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2011

dan di SD Negeri Pasir Wetan pada tanggal 24 Januari 2011. SD Negeri 2 Kecila dijadikan

tempat uji coba dikarenakan SD 2 Kecila telah melaksanakan model belajar mandiri.

Sedangkan untuk SD Negeri Pasir Wetan adalah Sekolah yang dapat dikatakan setara dengan

SD Negeri Pangebatan. Berikut dijelaskan mengenai validitas dan reabilitas angket:

1) Validitas

Sedangkan perhitungan hasil uji coba angket yang termasuk dalam kategori valid

adalah soal nomor 2, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 17, 18, 19, 22, 23, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,

34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 43, dengan rekapitulasi sebagai berikut:

Tabel 3.11 Rekapitulasi Indeks Validitas Angket

Kategori Jumlah Item

Valid 31

Tidak Valid 13

Jumlah Soal 44

Soal tes yang mempunyai validitas sangat rendah di buang dan tidak

dipergunakan. Sedangkan soal dan angket yang mempunyai validitas cukup dan tinggi

digunakan. Tetapi untuk item angket nomor 30 tidak digunakan karena sudah ada yang

mewakili.

2) Reliabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan reabilitas item angket sebesar 0,73 yang termasuk

dalam kategori tinggi.

c. Instrumen Untuk Hasil Belajar Psikomotor

Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dalam bidang psikomotor yaitu

dengan menggunakan unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang

dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian

ini cocok digunakan untuk menilai kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan

tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain

peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dan lain-lain. Cara

penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih

mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Sehingga peneliti

menggunakan unjuk kerja untuk mengukur aspek psikomotor.

Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk

menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Gambaran kemampuan peserta

didik akan lebih utuh. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian (Rating

Scale) memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi

tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari

dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Yaitu: 1 =

tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.

Data penilaian unjuk kerja adalah skor yang diperoleh dari pengamatan yang

dilakukan terhadap penampilan peserta didik dari suatu kompetensi. Skor diperoleh

dengan cara mengisi format penilaian unjuk kerja yang dapat berupa skala penilaian.

Nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu kegiatan unjuk kerja adalah skor

pencapaian dibagi skor maksimum dikali 10 (untuk skala 0-10) atau dikali 100 (untuk

skala 0 -100). (Model Penilaian Kelas, 2007:11-16)

G. Analisis Data

Setelah dilakukan analisis dari setiap instrument, sebelum dilakukan uji hipotesis,

data diolah dengan menggunakan uji berikut ini:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebagai prasyarat dilakukannya uji-t. Uji normalitas data dapat

dilakukan dengan menggunakan chi-kuadrat ( 2) dengan langkah-langkah sebagai

berikut (Riduwan, 2009:121)

a. Mencari skor terbesar dan terkecil

b. Mencari rentang nilai (R)

c. Mencari banyaknya kelas (BK) = 1 + 3,3 log n

d. Mencari nilai panjang kelas i =

e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong

f. Mencari rata-rata (푥̅)

g. Mencari simpangan baku (standard deviasi)

h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan

i. Menentukan batas kelas

j. Menentukan nilai Z = ̅

k. Mencari chi-kuadrat hitung ( 2)

= (푓 − 푓 )

l. Membandingkan 2hitung dengan 2

tabel

m. Kriteria pengujian : membandingkan 2hitung dengan 2

tabel untuk α = 0,05 dan

derajat kebebasan (dk) = k -1, dengan kriteria :

Jika 2hitung ≥ 2

tabel artinya distribusi data tidak normal dan

Jika 2hitung ≤ 2

tabel artinya distribusi data normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan varians terbesar disbanding

varians terkecil dengan langkah-langkah sebagai berikut (Riduwan, 2009:120)

a. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus

퐹 = 푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푏푒푠푎푟푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푘푒푐푖푙

b. Membandingkan nilai F dengan F dengan rumus dk pembilang = n-1

(varians terbesar) dan dk penyebut = n-1 (varians terkecil), dengan kriteria:

Jika F ≥ F , berarti tidak homogen dan

Jika F ≤ F , berarti homogen.

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji normalitas diperoleh data yang berdistribusi normal, maka

dilakukan dengan uji t dua pihak yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:239)

sebagai berikut:

a. Untuk pengaruh model belajar mandiri terhadap hasil belajar matematika

(aspek afektif):

1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat, yaitu:

Ho: Tidak adanya pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil

belajar matematika (aspek afektif) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan

Kabupaten Banyumas.

Ha: Ada pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil belajar

matematika (aspek afektif) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan Kabupaten

Banyumas.

2) Membuat Ha dan Ho model statistik

3) Mencari rata-rata (x), varians (S)

4) Mencari t hitung dengan rumus:

푡 =

1) Menentukan kaidah pengujian

2) Membandingkan ttabel dengan thitung

3) Kesimpulan

b. Untuk pengaruh model belajar mandiri terhadap hasil belajar matematika

(aspek kognitif):

1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat, yaitu:

Ho: Tidak adanya pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil

belajar matematika (aspek kognitif) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan

Kabupaten Banyumas.

Ha: Ada pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil belajar

matematika (aspek kognitif) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan Kabupaten

Banyumas.

2) Membuat Ha dan Ho model statistik

3) Mencari rata-rata (푥̅), varians (S)

4) Mencari t hitung dengan rumus:

푡 =

5) Menentukan kaidah pengujian

6) Membandingkan ttabel dengan thitung

7) Kesimpulan

c. Untuk pengaruh model belajar mandiri terhadap hasil belajar matematika

(aspek psikomotor):

1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat, yaitu:

Ho: Tidak adanya pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil

belajar matematika (aspek psikomotor) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan

Kabupaten Banyumas.

Ha: Ada pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil belajar

matematika (aspek psikomotor) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan

Kabupaten Banyumas.

2) Membuat Ha dan Ho model statistik

3) Mencari rata-rata (푥̅), varians (S) Mencari thitung dengan rumus:

푡 = 푥 − 푥

푠 1푛 + 1

4) Menentukan kaidah pengujian

5) Membandingkan ttabel dengan thitung

6) Kesimpulan