25
BAB III GAMBARAN KEADAAN GEOGRAFI, DEMOGRAFI DAN KEGIATAN KEAGAMAAN DI DESA TELOK MANOK A. Keadaan Umum Telok Manok Dalam gambaran umum masyarakat Muslim Telok manok Narathiwat Selatan Thailand penulis memaparkan letak geografis mata pencaharian / pekerjaan dan kehidupan keagamaan. 1. Letak Geografis Telok Manok merupakan nama daerah yang ada di masyarakat Melayu Muslim Narathiwat Selatan Thailand. Telok manok merupakan sebuah wilayah untuk pemeluk agama Islam Narathiwat Selatan Thailand. Pada umumnya masyarakat muslim melayu yang merupakan penduduk asli Selatan Thailand akan memanggil daerah ini dengan muslim Telok manok Selatan Thailand. Begitulah Telok Manok yang artinya berupa sebuah penghormatan terhadap masyarakat muslim Selatan Thailand Letak geografis Telok Manok Narathiwat Selatan Thailand adalah sebagai berikut : Kampung Telok Manok adalah salah satu perkampungan yang terletak dikaki banjaran bukit budor dalam Wilayah Narathiwat, yaitu salah satu banjaran bukit yang besar dan utama yang terletak memanjang dari pohon jerai (thai : ton sai) disebelah utara hingga kejeringa (thai : yingo) disebelah selatan. Arah ketimur terbentang tanah sawah yang luas, manakala dibahagian barat pula, perlahan-lahan meninggi bamjaran bukit budor terma’lum. Ditengah perkampungan mengalir sebuah carak air yang menuruni bukit, langsung kesawah. Tampak Masjid dan rumah-rumah kampung terletak disebelah utara carak, sementara disebelah selatan terdapat kawasan tanah pekuburan yang luas tanpa semak.

BAB III GAMBARAN KEADAAN GEOGRAFI, DEMOGRAFI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · Telok Manok merupakan nama daerah yang ada di masyarakat Melayu

Embed Size (px)

Citation preview

BAB III

GAMBARAN KEADAAN GEOGRAFI, DEMOGRAFI

DAN KEGIATAN KEAGAMAAN DI DESA TELOK

MANOK

A. Keadaan Umum Telok Manok

Dalam gambaran umum masyarakat Muslim Telok manok Narathiwat

Selatan Thailand penulis memaparkan letak geografis mata pencaharian /

pekerjaan dan kehidupan keagamaan.

1. Letak Geografis

Telok Manok merupakan nama daerah yang ada di masyarakat

Melayu Muslim Narathiwat Selatan Thailand. Telok manok merupakan

sebuah wilayah untuk pemeluk agama Islam Narathiwat Selatan Thailand.

Pada umumnya masyarakat muslim melayu yang merupakan penduduk

asli Selatan Thailand akan memanggil daerah ini dengan muslim Telok

manok Selatan Thailand. Begitulah Telok Manok yang artinya berupa

sebuah penghormatan terhadap masyarakat muslim Selatan Thailand

Letak geografis Telok Manok Narathiwat Selatan Thailand adalah sebagai

berikut :

Kampung Telok Manok adalah salah satu perkampungan yang

terletak dikaki banjaran bukit budor dalam Wilayah Narathiwat, yaitu

salah satu banjaran bukit yang besar dan utama yang terletak memanjang

dari pohon jerai (thai : ton sai) disebelah utara hingga kejeringa (thai :

yingo) disebelah selatan. Arah ketimur terbentang tanah sawah yang luas,

manakala dibahagian barat pula, perlahan-lahan meninggi bamjaran bukit

budor terma’lum. Ditengah perkampungan mengalir sebuah carak air yang

menuruni bukit, langsung kesawah. Tampak Masjid dan rumah-rumah

kampung terletak disebelah utara carak, sementara disebelah selatan

terdapat kawasan tanah pekuburan yang luas tanpa semak.

Jarak desa dari kota kabupaten Bachok 4 km, jarak menuju Ibu

Kota Propinsi Narathiwat 28 Km, jarak menuju Ibu Kota Propinsi Patani

32 Km, jarak menuju Ibu kota Propinsi Yala 52 Km, jarak dari Ibu Kota

Negara (Bangkok) 1,000 km.

Adapun jumlah penduduk Malayu Muslim merupakan golongan

minoritas yang paling besar di Narathiwat Selatan Thailand yaitu 75 %

dari jumlah penduduknya.1

2. Keadaan Demografis

Sifat yang paling disenangi di kalangan orang Melayu Muslim

Telok Manok Narathiwat Selatan Thailand adalah kesalehan orang

Muslim. Itulah sebabnya para pemuka agama sangat dihormati oleh

pendukuk. Para Iman dan Haji sangat dihormati dan mereka bertindak

sebagai penasehat rohani bagi penduduk. Walaupun Kamnan (RW) dan

Naiban (RT) dihormati karena kedudukan dan hubungannya dengan para

pejabat pemerintah, namun mereka tidak dapat menandingi Imam dan

rekan-rekannya yang taat kepada agama, dalam hal penghargaan yang

diberikan oleh penduduk. Agama, yakni Islam, mempunyai fungsi yang

sangat penting dalam kehidupan sosial penduduk. Tujuan hidup yang

paling tinggi adalah untuk mencapai semua keutamaan keagamaan yang

dilembanggakan dengan istilah orang baik (baik dari segi moral) atau al-

insan as-shaleh.2

Narathiwat adalah wilayah dibagian Pathani Raya. Keterangan

awal yang berhubungan dengan bumi semenanjung ini banyak ditemui

dari sumber-sumber Cina. Dari dahulu Patani dikenal sebagai

semenanjung perdagangan yang ramai. Banyak muncul bandar-bandar

perdagangan yang ramai. Bandar-bandar kecil inilah yang berkembang

menjadi negara-negara kota. Para ahli sejarah menyebut dengan

“Langkasuka” yang meliputi daerah (yang sekarang propinsi) Narathiwat,

Pathani, Yala, Stun dan Songkhla.

1 . Wawancara dengan Ahmad Daud bin Nawawi, selaku pimpinan Daerah Telok Manok Narathiwat Selatan Thailand, 17-03-2006

2 . Surin Pitsuwan, Islam Di Muang Thai, Penerbit LP 3 ES, Jakarta, 1989, hlm.19

Kedudukan negara-negara kota tersebut begitu penting sebagai

pelabuhan strategis dalam perdagangan barang-barang India-Cina. Banyak

kapal-kapal berlayar hilir mudik. Para pedagang menganggap kawasan ini

sebagai tumpuan utama ekonomi dan geo-politik dibanding dengan

kawasan lain di Asia Tenggara.

Negara Langkasuka adalah merupakan kerajaan terbesar yang

menguasai daerah utara patani timur semenanjung Melayu. Belakangan ini

banyak dibicarakan oleh para ahli sejarah tentang letak sebenarnya. Dua

pakar sejarah terkemuka, Paul Wheatley dan Rolland Braddell telah

menyatakan berdasarkan penelitian mereka bahwa Langkasuka yang kaya

ini terletak di daerah Jering-Patani.3

Kedatangan Islam di Patani mengganti kepercayaan masyarakatnya

yang menyembah pohon-pohon, hewan maupun tempat-tempat keramat.

Bukti ini ditemukan berapa batu nisan Raja Patani yang pertama beragama

Islam yang bentuknya sama dengan batu nisan Raja Samudra Pasai yang

pertama yaitu Sultan Malik As-salleh pada 1297 M sebagai bukti awal

Islam masuk ke Nusantara.4

Dengan dasar tersebut maka terbukti bahwa kemungkinan

Langkasuka jauh lebih awal masuk ketimbang Islam di Nusantara.

Kedatangan Islam juga telah membawa banyak perubahan atas aqidah,

pimikiran, kebudayaan, bahasa dan sosial politik masyarakat melayu di

Patani. Sifat-sifat umat Islam serta peranan Patani sebagai pusat

pendidikan dan peradaban Islam pada abad berikutnya adalah sebagai

tanda keunggulan Islam di bumi Patani sejak sekian lama. Dengan

demikian jelas bahwa masuknya agama Islam di Patani jauh lebih awal di

bandingkan kenyataan sejarah penyebaran Islam di semenanjung Melayu

sendiri.

Sedangkan Narathiwat adalah termasuk bagian dari wilayah negara

Patani sejak zaman dahulu. Patani dimasa ini dekenal oleh dunia

3 . Moh. Zamberi A Malek, Umat Islam Patani-sejarah dan politik, Hizbi Shah Alam, Malaysia, 1993, hlm. 2

4 .Ibid, hlm. 22

internasional tidak lebih dari hanya sebagai sebuah propinsi dari 76

propinsi di Thailand, terletak di Thailand bagian selatan.

Namun, dalam perspektif historis, Patani yang penulis maksudkan

dalam penelitian ini adalah Patani yang meliputi suatu wilayah yang terdiri

atas daerah-daerah propinsi Narathiwat, Patani, Yala, Stun dan sebagian

Songkhla.

Patani terletak di antara 6 s.d. 10 derajat utara khatulistiwa.

Lokasinya ada di antara Patani Timur Semenanjung Tanah Melayu yang

luasnya kurang lebih 16.000 kilometer. Disebelah Timur dibatasi dengan

laut Cina Selatan, di sebelah Barat dibatasi dengan laut Andaman. Sebelah

selatannya berbatasan dengan Malaysia dan sebelah Utara berbatasan

dengan Thailand.5

Walaupun dalam wilayah tidak luas, propinsi-propinsi yang

didominasi oleh golongan Melayu itu kekayaan alam merupakan

cadangan-cadangan mineral, perairan yang banyak ikannya di sepanjang

pantai laut China Selatan di Timur dan sepanjang pantai laut Andaman di

Barat serta banyak daratan rendah pesisir dan lembah-lembah, kaya

dengan bahan pertambangan terutama Timah, Emas dan Gas alam.

Penduduk Melayu Muslim sekitar 70 % bekerja di bidang

pertanian dan perkebunan karet (getah) dan sawah padi, secara merata

mereka memiliki lahan sendiri yang cukup kecil dan hasilnya pun cukup

untuk sekedar hidup.6

Orang-orang Melayu Muslim di bagian Selatan Muang Thai

merupakan golongan minoritas yang paling besar di negara itu. Jumlah

penduduk mereka meliputi 75 % dari penduduk keempat provinsi

perbatasan; Narathiwat, Patani, Yala, Stun. Yang sisanya dari orang-orang

Thai Buda dan China.7

5 . Wawancara dengan Tuan Mahmud bin Tuanlah, selaku ketua pimpinan Daerah Telok

Manok Narathiwat Selatan Thailand, 18-03-2006 6 .Wawancara dengan Haji Bidi bin Haji Mahmud selaku Pimpinan Daerah Telok Manok

Narathiwat Selatan Thailand, 20-03-2006 7 .Wawancara dengan Nasee bin Damiden, selaku siswa Daerah Telok Manok Narathiwat

Selatan Thailand, 21-03-2006

Orang-orang Melayu Muslim Telok Manok Narathiwat

kebanyakan Sunni dari Mazhab Syafi’i yang merupakan Mazhab yang

paling besar dikalangan umat Melayu Muslim dan ada juga Wahabiyah,

Syi’ah, Arqam.8

Adapun jumlah penduduk di Desa Telok Manok Narathiwat

Selatan Thailand adalah sebagai berikut :

Laki-laki = 1,265 jiwa

Perempuan = 1,554 jiwa

2,819 jiwa

Untuk mengetahui lebih jelas akan di jelaskan dalam Tabel berikut ini

Tabel I

Sarana Pemerintah di Desa Telok Manok

No. Sarana Jumlah

1.

2.

Balai Desa

Kantor Desa

1 Buah

1 Buah

. Jumlah 2 buah

Tabel II

Jumlah Peduduk di Desa Telok Manok

No. Umur Jumlah

1.

2.

3

4

5

6

7

8

9

0-4 Tahun

8-9 Tahun

10-14 Tahun

15-19 Tahun

20-24 Tahun

25-29 Tahun

30-34 Tahun

35-39 Tahun

40-Keatas

223 Orang

245 Orang

274 Orang

239 Orang

324 Orang

346 Orang

236 Orang

212 Orang

720 Orang

Jumlah 2,819 Orang

8 .Wawancara dengan Ahmad bin Hajimaket, selaku siswa Daerah Telok Manok

Narathiwat Selatan Thailand, 21-03-2006

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Yang dimaksud dengan keadaan sosial ekonomi disini adalah

keadaan penduduk Telok Manok dilihat dari segi sosialnya seperti

pekerjaannya, apa saja yang mereka kerjakan dalam melaksanakan

kehidupan sehari-hari umumnya di kalangan masyarakat dikenal adanya

keadaan sosial.

Maka dalam hal ini kaitannya dengan kehidupan rakyat sendiri.

Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi adalah mata pencahaiannya,

yaitu lapangan atau bidang pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan

dalam mencukupi atau memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Sehubungan dengan keadaan sosial ekonomi maka mata

pencaharian yang menjadi sumber penghidupan desa Telok Manok ada

beberapa lapangan pekerja, sebagian besar penduduknya adalah bertani

kebun karet (getah), sawah padi dan berdagangan dan sebagian kecil

pegawai negeri, guru-guru pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tebel dibawah ini

Tabel III

Jenis Mata Pencaharian di Desa Telok Manok

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Petani

Pedagang

Pensiunan

Pegawai Pemerintah

Tentara

Guru

Pertukangan

1,245 Orang

224 Orang

35 Orang

45 Orang

25 Orang

67 Orang

75 Orang

Jumlah 1,716 Orang

Desa Telok Manok merupakan desa swasembada, karena desa

tersebut memang pantas menyandang gelar tersebut karena terbukti

masyarakat didesa tersebut memanfaatkan potensi alam yang ada,

kehidupan mereka rata-rata menengah keatas, terbukti mereka mampu

membiayai hidupnya dan menyekolahkan anak-anak-nya, pendidikan

masyarakat Telok Manok rata-rata tamat SLTA (Mathayom Pelaey).

Di desa Telok Manok sarana pendidikannya boleh dikatakan

lengkap, karena di desa itu sarana pendidikannya mulai dari TK SD/MI

MTS dan Madrasah Aliyah/SLTP (Mathayom Ton) SLTA (Mathayom

Pelaey) sudah tersedia dengan gedung yang bagus. Disamping pendidikan

yang sifatnya umum tadi masih ada pendidikan yang sifatnya khusus

(agama), yaitu Madrasah Ma’had Muhammadiyah yang masuknya sore

hari dan satu Pondok pesantren yang berdiri disana.

Penduduk desa Telok Manok terdiri 6 RT dan 1 RW, sebagian

besar hasil umatnya adalah pertanian seperti padi. Namun dengan sistim

pertanian yang sangat sederhana, maka kadang-kadang hasilnya kurang

memuaskan, disamping hasil bercocok tanam tersebut mereka juga ada

yang membuka warung atau kios didepan rumah mereka untuk

mendapatkan hasil tambahan.

Permasalahan yang dihadapi oleh penduduk desa Telok Manok ini

mungkin sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh desa-desa yang

lain, yaitu masalah lapangan kerja terutama untuk para remajanya yang

setelah selesai dari sekolah dan mau melanjutkan ke bangku kuliah mereka

tidak mampu lagi, karena faktor keuangan yang kurang menguntungkan.

Meskipun demikian mereka mau bekerja apa adanya walaupun hanya

membantu orang tua, akan tetapi mereka masih mengharapkan pekerjaan

yang relatif lebih baik yang sesuai dengan keahlian dan keilmuan mereka.

4. Keadaan Sosial Budaya

Keadaan sosial budaya suatu daerah, dapat dilihat dari beberapa

segi antara lain : Bagaimana sikap mereka hidup sehari-hari, bagaimana

cara mereka berpakaian, tradisi pergaulan dan sebagainya.

Timbulnya, kebudayaan akan sangat dipengaruhi oleh tradisi

tingkat pendidikan agama, kondisi maupun lingkungan daerah. Sedangkan

wujud dari sosial budaya tersebut antara lain bisa berupa : cara dan gaya

hidup sehari-hari, cara melaksanakan suatu kepercayaan atau agama yang

dianut, tradisi atau adat istiadatnya.

Kondisi sosial budaya desa Telok Manok tidak berbeda jauh

dengan desa-desa yang lain pada umumnya, yaitu mempunyai sifat

tradisional religius. Hal ini karena masyarakat Melayu Muslim pada masa

dahulu adalah masyarakat yang mengakui adanya kekuatan dibalik alam

yang biasanya disebut dengan dinamisme.

Kondisi yang demikian masih sering dijumpai di desa Telok

Manok terutama dalam hal : gotong-royong, upacara-upacara selamatan,

kelahiran dan kematian, syawalan, mendak (peringatan si mati) dan

sebagainya.

Masyarakat desa Telok Manok sangat menjunjung tinggi gotong-

royong itu merupakan ciri khas masyarakat desa pada umumnya yang

mempunyai rasa sosial lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat kota.

Di desa Telok Manok gotong-royong antara yang satu dengan yang lain

baik untuk kepentingan bersama maupun untuk kepentingan pribadi.

Seperti mendirikan rumah (sambatan), setiap ada yang meninggal dunia,

melahirkan dan sebagainya. Bentuk gotong-royong ini tidak sampai di situ

saja, apabila ada tetangga yang mempunyai hajad mereka memberikan

berapa materi, seperti beras, gula dan sebagainya sesuai dengan

kemampuan mereka masing-masing dan sesuai dengan adat kebiasaan

mereka.

Sosial budaya di desa Telok Manok adalah hidup kebersamaan

dalam segala hal, sehingga rapat atau musyawarah warga desa untuk

menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi, hal itu berlaku dari tingkat

RT, RW sampai tingkat desa (musyawarah bersama).

5. Keadaan Sosial Keagamaan

Penduduk desa Telok Manok secara keseluruhan (100 %)

beragama Islam, dimana jumlah penduduknya yaitu 2,819 Orang. Dan

sesuai dengan data yang ada di Kantor Kepala Desa bahwa tidak ada

agama lain yang hidup disana. Namun dengan demikian walau mereka

diantara warganya tidak ada yang memeluk agama selain agama Islam,

mereka tetap menghargai dan menghormati terhadap pemeluk agama lain.

Dari kenyataan mereka dalam beragama dipengaruhi oleh faktor

keturunan.

Secara kuantitas, jumlah umat Islam didesa Telok Manok memang

sangat membanggakan, akan tetapi kalau dilihat dari kualitas pengalaman

dan kesadaran beragama sangat kurang, terutama pada generasi mudanya,

segingga masih perlu pembinaan yang intensif dari para tokoh agama atau

Kyai yang ada disana.

Keadaan kehidupan keagamaan baik yang bersifat individu atau

kemasyarakatan masih sangat kuat, seperti :

-Jamaah shalat lima waktu / Jum’at

-Jamaah pengajian

-Jamaah tahlil dan yasinan

-Jamaah berjanji ( sholawatan ), dan lain-lain.

Adapun sarana penunjang pelaksanaan ibadah didesa Telok Manok

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel IV

Sarana Pelaksanaan Ibadatan di Desa Telok Manok

No. Sarana Jumlah

1.

2.

3.

4.

Masjid

Musholla

Madrasah

Pondok Pesantren

1 Buah

4 Buah

1 Buah

1 Buah

Jumlah 7 Buah

Tabel V

Sarana Pendidikan Umum dan Khusus di Desa Telok Manok

No. Pendidik Umum/Khusus Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

TK

SD (Pra’Thum)

SLTP (Mathayom Ton)

SLTA (Mathayom Pelaey)

Pondok Pesantren

Madrasah

2 Gedung

1 Gedung

1 Gedung

1 Gedung

1 Gedung

1 Gedung

Jumlah 7 Gedung

B. Remaja dan Pelaksanaan Pembinaan Mental Keagamaan Remaja dalam

Aktifitasnya

1. Pengertian Remaja

Banyak sekali para ahli yang menjelaskan tentang pengertian

remaja. Kadang juga ada sedikit perbedaan sudut pandang. Masalahnya

seperti dibawah ini.

a. Batasan remaja menurut WHO

Ada tiga kriteria untuk membatasinya, yakni meliputi : biologis,

psikologis dan sosial ekonomi. Secara lengkap yang dimaksud remaja

adalah suatu masa dimana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-

tanda sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

WHO menetapkan batasan usia remaja-remaja pada usia 10-20 tahun.9

9 . Sarlito Wiwawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta, Rajawali Pers, 2004, hlm. 9

b. Remaja menurut hukum

Hukum perdata memberikan batasan usia 21 tahun (atau kurang dari

itu asalkan sudah menikah).hukum pidana memberi batasan usia 18

tahun (atau kurang dari itu tetapi sudah menikah).

c. Menurut. Zakiah Dr Daradjat, memberi batasan pengertian tentang

remaja sebagai berikut :

“Remaja adalah suatu tingkat umur, dimana anak tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa.”10

Ditilik dari pendapat-pendapat di atas penulis mencoba

menyimpulkan bahwa yang dikatakan remaja yakni masa peralihan dari

anak menjelang dewasa dengan dipengaruhi oleh perkembangan

psikologis, biologis dan sosial ekonomi, tergantung pada manusia-manusia

individu dalam lingkungan damai ia tinggal.

Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono ada tiga tahap

perkembangan remaja yaitu seperti berikut :

a. Remaja awal ( early adolesence )

Pada tahap ini seorang remaja masih terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendidri dan dorongan-dorongan

yang menyertai perubahan itu.

b. Remaja madya ( middle adolescence )

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang

kalau banyak teman yang menyukainya. Ia ada kecenderungan

“narcistik” yaitu mencintai diri sendiri.

c. Remaja akhir ( late adolescence )

Tahap ini adalah masa konsoltasi menuju periode dewasa dan ditandai

dengan pencapaian lima hal, yaitu :

1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek,

2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan

dalam pengalaman-pengalaman baru.

10 . Zakiah Darajdat, Pembinaan Remaja, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hal.28

3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi,

4. Egosentrisme ( terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri )

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan

orang lain,

5. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya ( private self ) dan

masyarakat umum ( the public ).11

2. Pelaksanaan Pembinaan Mental Keagamaan Remaja dalam Aktifitas

Sehari-hari di desa Telok Manok

Masyarakat desa Telok Manok adalah masyarakat santri. Sebutan

ini agaknya tidaklah berlebihan, mengingat gerak dan denyut nadi ke

Islaman memang sangatlah terasa. Hal ini padat dilihat pada gelora yang

terpancar dari ruh atau semangat pencarian ilmu yang berterusan.

Sebagai masyarakat sendiri, sudah barang tentu mereka tidak asing

terhadap dunia pesantren, sesuai dengan jenjangnya, berturut-turut mereka

hampir semua dapat dikatakan pernah mencicipi dunia pesantren seperti di

madrasah Ma’had Muhammadiyah.

Lebih dari itu, mereka juga sangat karib dan akrab dengan pondok

pesantren, lebih-lebih lagi para remaja. Pada usia-usia tersebutlah mereka

mulai masuk secara intens kedalam kehidupan pondok pesantren.

Bersamaan itu pulalah kemudian mereka mendapat julukan santri kalong

atau santri kampung, yakni santri yang tidak menetap di pondok pesantren,

akan tetapi tetap di rumah.

Kendatipun hanya sekedar santri kalong atau santri kampong, akan

tetapi mereka sangat aktif dalam mengikuti menu-menu yang disajikan

dalam pengajian atau pengajian di pondok pesantren. Menu-menu itu,

sebagaimana lazimnya pondok-pondok pesantren, mengaji dan mengkaji

kitab-kitab salaf seperti Jawahirul Kalamiah, Khusnul Hamadiyah ( tauhid ),

Al—Jalalain, Al-Ibriz ( tafsir ), Al-Arbian Nawawi, Bulughul Maram,

Jawahirul Bukhari, Al- Bukhari ( hadits ), Ghoyah Wat-Takrip, Fathul

Qorib, Fathul Wahab, Fathul Mu’min ( fiqih ), At-Tashrif, Amtsilatul

11 . Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit., hlm, 24

Tashrif, Qawa’idul I’lai ( sharaf ), dan Al- Jurumiyah, Mutammimah, Al-

Umrithi, Alfian Ibnu Malik ( nahwu ).12

Dengan keterlibatannya secara langsung kedalam atmosfer pondok

pesantren, sudah barang tentu hal ini akan memberi imbas positif dalam

kerangka pikir dan sikap mental bagi remaja itu sendiri, yang pada

gilirannya akan muncul ke permukaan melalui refleksi aktivitas amaliah

ubudiyah sehari-hari.

Adapun beberapa kegiatan keagamaan remaja di desa Telok

Manok adalah sebagai berikut :

a. Sosial Keagamaan

1. Shalat Jama’ah

Dalam masyarakat agamis, nafas-nafas keagamaan senantiasa

mewarnai gerak amaliah ubudiah dalam kehidupan sehari-harinya.

Begitu pula halnya dengan pelaksanaan shalat jama’ah. Shalat jama’ah

dipahami betul sebagai kesunnah-muakkadan, sehingga memberi

motivasi tersendiri bagi terselenggaranya. Shalat jama’ah baik oleh

kalangan tua pada umumnya dan remaja pada khususnya.

Di desa Telok Manok, hal itu dapat terlihat pada keberadaan

musholla-musholla yang hampir meliputi setiap gang.

2. Tahlil dan Yasinan

Paham ke-Islaman masyarakat Telok Manok adalah ahlusunnah

wal jama’ah ( baca : Nahdlatul Ulama ). Sehingga pengamalan tahlil

dan yasin, yang nota benar berkaitan dengan arwah orang yang telah

meninggal, yang oleh sementara kalangan dianggap bid’ah, merupakan

hal yang halal, sah dan banyak dilakukan di hampir setiap kesempatan

termasuk para remaja.

Biasanya tahlil dan yasin tetap dikumadangkan pada hari kamis

sore, kamis malam, atau di berbagai jam’iyah yang mengambil hari

berbeda-beda, seperti senin, selasa, rabu, dan kamis.

12 . Wawancara, dengan Ahmad Daud bin Nawawi, selaku pimpinan Daerah Telok

Manok Narathiwat Selatan Thailand, 22-03-2006

3. Dziba’an dan Barzanjian

Pembacaan Dziba’ atau Barzanji merupakan budaya yang tumbuh

dan subur di kalangan masyarakat Telok Manok. Dengan bacaan Dziba’

atau Barzanji diharapkan dapat menumbuhkan rasa mahabbah terhadap

Rasulullah SAW, serta untuk memperoleh syafa’atnya di hari

pembalasan kelak.

Kegiatan Dziba’an atau Barzanjian dilaksanakan di mushalla-

mushalla dan masjid, setiap malam jum’at, serta pada bulan Rabi’ul awal

( tanggal 1-12 ). Kesempatan lain yang tak pernah lepas dari pembacaan

Dziba’an atau Barzanji adalah pada saat walimatul tasmiyah ( penebalan

nama ).

4.Perayaan hari Besar Islam

-Tahan Baru Hijriah

Gaung peralihan tahun baru hijriah acap kali tak sesanter

tahun baru masehi. Namun, hal itu tidak berlaku bagi masyarakat

Telok Manok. Kehadiran tahun baru hijiriah disambut berbagai

aktivitas Islamiah. Puasa pada 10 hari pertama, ditekankan lagi pada

hari kesembilan ( tasua ) dan hari kesepuluh ( asura ) merupakan

aktivitas yang relatif membudaya. Suasana tahun baru jelas terasa.

Lebih-lebih ditunjang dengan aktivitas remaja yang dengan suka cita

mengadakan berbagai perlombaan yang bernafaskan agama

dikalangan anak usia sekolah. Perlombaan itu antara lain meliputi

adzan, baca terjemah al-Qur’an, cerdas tangkap agama, baca Dziba’ (

berzanji ).

-Maulid Nabi Muhammad SAW

Perayaan hari maulid Nabi Muhammad SAW. Bukanlah

monopoli komunitas-komunitas kota. Bagi masyarakat Telok

Manok, datangnya bulan Rabi’ul awal pertama-tama

pembacaandziba’ ( barzanji ) selama 12 hari disetiap musholla. Dan

klimaksnya ( tanggal 12 ), puncak peringatan dilakukan di masjid, ini

lengkap dengan ceramah agama, serta diikuti seluruh masyarakat.

Dalam serangkaian penyambutan dan peringatan tersebut, peran

remaja tidak bisa dinafikan begitu saja. Mengingat pembacaan dziba’

biasanya merekalah pembawanya.

-Isra’ Mi’ raj

Sebagaimana layaknya masyarakat Islam di seluruh pelosok

tanah air, peringatan Isra’ Mi’raj sudah merupakan upacara ritual

yang membudaya. Begitu pula hanya dengan masyarakat Telok

Manok. Dengan pemusatan di masjid, peringatan Isra’ dan Mi’raj

telah di agenda rutinkan setiap 27 rajab, yang kemudian lazim

disebut Rajaban. Dengan acara ceramah agama. Peran remaja

terhadap terselenggaranya Rajaban sangatlah dominan.

-Idul Fitri

Setelah sebulan utuh melaksanakan puasa, datangnya Idul

Fitri wajar jika mendatangkan kesukacitaan tersendiri. Bukan karena

terbebasnya diri dari kekangan makan minum, melainkan lebih

dikarenakan syukur atas kemenangan mencapai fitrah. Bagi

masyarakat Telok Manok, kesyukuran itu segera terwujud melalui

refleksi pengumandangan takbir mursal. Takbir mursal tidak saja

dikumandangkan di musholla-musholla atau di masjid, akan tetapi

turun ke jalan-jalan mengelilingi desa. Arak-arakan ini didominasi

oleh remaja. Bahkan lebih semarak. Kesemarakan ini tidak lepas dari

peran para musyayikh ( kyai ) sebagai motifator serta inspirator. Para

masyayikh tidak hanya berpangku tangan atau cukup puas

memandang dari kejauhan terhadap pelaksanaan arak-arakan takbir

mursal, melainkan mereka tak segan mengambil bagian turun-turun

ke jalan berbaur dengan masyarakat banyak. Sikap yang demikian ini

tidak saja memberikan keteladanan, tetapi juga akan munumbuhkan

rasa sungkan atau segan bagi anggota masyarakat untuk tidak ikut

melibatkan diri di dalamnya.

Akan tetapi, keberhasilan remaja dalam mendominasi arak-

arakan takbir mursal tidak diikuti keberhasilan lain dalam upaya

pengumpulan zakat fitrah dari para muzki. Di sini remaja mengalami

kegagalan. Hal ini karena berbenturan dengan pandangan kalangan

elit agama ( kyai ). Dikatakan, konon zakat fitrah itu bersifat nafsiah,

sehingga tidak diutamakan dibentuk badan semacam keamilan.13

-Idul Adha

Penyambutan dan perayaan Idul Adha, di Telok Manok,

tidaklah segegap gempita penyambutan dan perayaan dalam Idul

Fitri. Tidak ada pelaksanaan takbir mursal berkeliling desa. Akan

tetapi hal bukan berarti penyambutan dan perayaan Idul Adha.

Mengingat, peringatan tersebut, peran remaja tidak bisa dinafikan

begitu saja. Mengingat pembacaan dziba’ biasaanya merekalah

pembawanya.

b. Pembinaan Moral Remaja

Secara umum, keadaan moral remaja Telok Manok dapat dikatakan

relatif baik. Apalagi bila dihadapkan pada gambaran umum moral

remaja dewasa ini, yang menurut sinyalemen sementara kalangan

terkena dekadensi moral.

Namun, keadaan demikian tidak lantas dan tak perlu mendapat

perhatian. Apabila di tengah era globalisasi semacam ini. Transformasi

budaya dari barat atau kota, melalui sarana telekomunikasi yang semakin

canggih, begitu mudah menjangkau berbagai segi kehidupan masyarakat

desa, termasuk budayanya. Hal ini tentu sangat riskan bagi

perkembangan mental dan moral remaja desa.

Melihat gelagat kurang menguntungkan tersebut, kalangan umara

bersama-sama ulamat (kyai) segera mengadakan langkah antisipasif-

preventif. Umara dipegang oleh aparatur desa, khususnya kepala desa,

sedangkan kyai disosoki oleh mereka yang tua atau dituakan, yang

memiliki kharisma atau kewibawaan, dan yang lebih penting lagi adalah

yang memiliki kelebihan dalam penguasaan ilmu-ilmu agama. Pada

13 .Wawancara, dengan Tuan Mahmud bin Tuanlah, selaku ketua pimpinan Daerah Telok Manok Narathiwat Selatan Thailand, 22-03-2006

umumnya mereka menduduki posisi penting di tengah kalangan

masyarakat, seperti pemangku atau pengasuh pondok pesantren, atau

setidak-tidaknya sebagai imam ratib musholla.

Ada belasan kyai yang dikyaikan di Telok Manok, seperti Kyai H.

Haji Pakda bin Doromee, K.H. Haji Mukhtar, K.H. Ibrahum, Ustad Haji

Abdurrahman bin Abdushamad, Ustad Syafi’I bin Cekloh, Ustad Haji

Samat bin Do Samat, Ustad Haji Ibrahim bin Likhat, Ustad Ramli bin

Haji Ahmad (Imam ratib masjid Telok Manok), Ustad Ahmad bin Haji

Seaming, Ustad Ramli bin Haji Isma’il Tokoh Ulama Daerah Telok

Manok Narathiwat). Tuan Mahmud bin Tuanlah, Haji Zaibidin bin Haji

Mahmud, Abdul Rasyid bin Halus, Mahmud bin Belok, Wanhasan bin

Samee, Haji Abdullatif, Haji Mahamad, Haji Abdullah, Haji Zakariya,

Ustad Qasim (kegiatan pengasuh pondok pesantren), Haji Abdullah bin

Ibrahin, Haji Zakariya, Ustad Yusuf, Ustad Abdul Wahab, Ustad

Razalee Ustad Abdurrahman bin Deramee, Ustad Abdul Muthalib bin

Likad, Ustad Ahmad bin Ramli Ustad Abdurrahman bin Haji Abdullah,

Wanhusain bin Samee, Haji Shalih bin Yasee-ngo, Haji Ya’qob bin

Isma’il, Haji Harun bin sama’il, Haji Wan Hasaein, Isma’il bin Ahmad,

Pa’dik, Paksu Ali, Cheknah bin abdullatif, Sanang bin Ishaq, Mansur bin

Hawan (kesemuanya imam ratib mushalla dan sekaligus seabagai

pimpinan pembinaan mental remaja Telok Manok).

Sementara itu, dalam kerangka pembinaan moral terhadap remaja,

melalui forum-forum non formal seperti dalam acara selamatan,

kendurian, walimatul maulid, walimatul khitan, para masyakin tidak

henti-hentinya menyisihkan pesan-pesan moral yang selaras dengan

norma-norma agama. Sedangkan melalui forum formal, secara rutin, tiap

Jum’at dan Selasa pagi, oleh K.H. H. Haji Pakda bin Doromee digelar

pengajian umum (pembacaan kitab yang terbuka untuk semua kalangan)

yang mengkaji Al-Qur’an (tafsir Nur-ihsyan) dan (hadits al-

Bukhari&Muslim).

Melalui beberapa forum inilah fatwa demi fatwa, sedikit demi

sedikit dapat diterima dan tersosialisasi secara positif. Tradisi pentas

wayang kulit yang diganti dengan tahtiman Al-qur’an dalam acara

“Sedekah Bumi” merupakan contoh kongkrit. Tahtiman Al-Qur’an

dipandang sangat lebih Islami dari pada pentas wayang kulit. Sedangkan

sedekah bumi tidak lagi dimikian sebagai ungkapan terima kasih

terhadap yang mahu rekso bumi, tetapi ungkapan rasa syukur terhadap

Tuhan rabbul alamin atas rahmat yang telah disebarkan di atas bumi.

Begitu juga mengenai pandangan masyarakat yang selalu menghalalkan

kemudian memabukan hal-hal yang banyak mengundang madlarat,

seperti pementasan dangdut (Chonsed), karaoke, pemutaran video/vcd.

Tabel VI

Pembianaan Mental Remaja Telok Manok dalam Aktivitas keagamaan

sehari-hari

No Variabel Indikator Frekwensi %

1. Keaktifan (rajin)shalat

Fardlu

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

11

8

6

-

36,7 %

26,7 %

20 %

-

2. Tujuan shalat Fardlu a. mendapatkan

pahala

b. Menghapus

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

21

2

2

-

70 %

6,7 %

6,7 %

-

3. Keaktifan (rajin)

shalat Sunnah

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

-

6

16

-

20 %

53,3 %

d. Tidak aktif 3 10 %

4. Tujuan shalat Sunnah a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

17

4

4

-

56,7 %

13,3 %

13,3 %

-

5. Keaktifan (rajin)

shalat berjamaah

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

4

10

11

-

13,3 %

33,3 %

36,7 %

-

6. Tujuan shalat

berjamaah

a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

18

2

5

-

60 %

6,7 %

16,7 %

-

7. Keaktifan (rajin)

shalat Jum’at

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

11

4

3

7

36,7 %

13,3 %

10 %

23,3 %

8. Tujuan shalat Jum’at a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

12

5

3

-

40 %

16,7 %

10 %

-

9. Keaktifan (rajin)

berpuasa Ramadlan

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

17

6

2

-

56,7 %

20 %

6,7 %

-

10. Tujuan berpuasa

Ramadlan

a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

20

3

2

-

66,7 %

10 %

6,7 %

-

11. Keaktifan (rajin)

Puasa Sunnah

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

2

3

20

-

6,7 %

10 %

66,7 %

-

12. Tujuan Puasa Sunnah a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

14

7

4

-

46,7 %

23,3 %

13,3 %

-

13. Keatifan (rajin) Zakat

Fitrah

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

17

7

1

-

56,7 %

23,3 %

3,3 %

-

14. Tujuan Zakat Fitrah a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

13

7

43,3 %

23,3 %

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

5

-

16,7 %

-

15. Keaktifan (rajin)

membaca al-Qur’an

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

5

14

6

-

16,7 %

46,7 %

20 %

-

16. Tujuan membaca Al-

Qur’an

a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

10

3

12

-

33,3 %

10 %

40 %

-

17. Keaktifan (rajin)

berdo’a

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

8

10

7

-

26,7 %

33,3 %

23,3 %

-

18. Tujuan berdo’a a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

4

20

1

-

13,3 %

66,7 %

3,3 %

-

19. Keaktifan (rajin)

Tahlil & Yasinan

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

-

11

14

-

-

36,7 %

46,7 %

-

20. Tujuan Tahlil & a. Mendapatkan 16 53,3 %

Yasinan pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

4

5

-

13,3 %

16,7 %

-

21. Keaktifan (rajin)

melaksanakan Ratiban

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

5

12

8

-

16,7 %

40 %

26,7 %

-

22. Tujuan melaksanakan

Ratiban

a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

12

10

3

-

40 %

13,3 %

10 %

-

23. Keaktifan

Pelaksanakan hari

besar Islam

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

4

5

16

-

13,3 %

16,7 %

53,3 %

-

24. Tujuan Pelaksanakan

hari besar Islam

a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

14

1

10

-

46,7 %

3,3 %

13,3 %

-

25. Keaktifan (rajin)

mengikuti pengajian

a. Sangat aktif

b. Aktif

2

11

6,7 %

36,7 %

Kitab c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

12

-

40 %

-

26. Tujuan mengikuti

pengajian Kitab

a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

16

1

8

-

53,3 %

3,3 %

26,7 %

-

27. Keaktifan (rajin)

mengajian di Masjid

atau di Mushalla

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

14

9

2

-

46,7 %

30 %

6,7 %

-

28. Tujuan mengikuti

pengajian di Masjid

atau di Mushalla

a. Mendapatkan

pahala

b. Menghapuskan

dosa

c. Menenteramkan

jiwa

d. Ikut-ikutan

16

-

9

-

53,3 %

-

30 %

-

29. Keaktifan (rajin)

Dziba’an atau

Barzanjian

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

12

12

1

-

40 %

40 %

3,3 %

-

30. Tujuan Dziba’an atau

Barzanjian

d. Mendapatkan

pahala

e. Menghapuskan

dosa

f. Menenteramkan

jiwa

10

4

11

13,3 %

13,3 %

36,7 %

d. Ikut-ikutan - -

Berdasarkan dari matrik tersebut di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa remaja Telok Manok Amphoe Bachok Cangwat

Narathiwat Selatan Thailand cukup aktif dalam melaksanakan

keagamaan dengan motifasi untuk mendapatkan pahala. Kondisi yang

cukup agamis ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan orang

tuanya, pengarahan orang tua serta lingkungan yang mendukung bagi

terciptanya kondisi yang cukup agamis tersebut.

C. Motivasi Kegiatan Keagamaan Remaja Di Desa Telok Manok

Yang dimaksud motivasi di sini adalah, dorongan yang

menyebabkan para remaja Telok Manok untuk ikut serta dalam

melaksanakan aktivitas keagamaan. Adapun yang mendorong kegiatan

keagamaan ini meliputi :

1. Dorongan Intern

a. Orang tua

Seorang remaja yang taat beragama biasanya selalu taat dan

patuh terhadap kedua orang tuanya. Pada waktu masih kanak-

kanak kita telah dididik untuk selalu bersikap sopan santun,

menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih tua serta

menghargai terhadap sesamanya.

Setiap orang tua menginginkan agar anak-anaknya menjadi

orang yang baik dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang

terpuji, orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam

hidup seorang anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup

mereka baik langsung maupun tidak langsung akan ditiru oleh

anak sedang tumbuh menjadi dewasa.

Pada umumnya para orang tua di desa Telok Manok sangat

senang melihat anak-anaknya aktif melakukan kegiatan

keagamaan yang ada di desanya. Para remaja merasa lebih

bersemangat ketika aktivitas mereka tidak ditentang dan dilarang

oleh orang tuanya.

b. Peran Guru, Alim Ulama’ serta Penguasa setempat

Untuk keberhasilan bagi remaja maka seorang pendidik

harus mempunyai karakteristik-kerakteristik tertentu, diantaranya

seorang pendidik harus cerdas, kritis dalam menanggapi

permasalahan bagi anak didiknya, sabar dan ikhlas serta mampu

melayani hak-hak setiap anak didiknya secara merata. Remaja

Telok Manok sebagian besar nendapatkan apa yang selayaknya

mereka dapatkan. Kondisi keluarga yang tenang dan tenteram

jauh dari pergunjingan, pendidikan serta pengajar yang cukup

memadai pula walaupun mereka mendapatkan pendidikan yang

sangat sederhana.

2. Dorongan Extern

Dorongan extern yang mendorong bagi terciptanya

kehidupan kegiatan keagamaan di Telok Manok antara lain :

a. Rata-rata masyarakat Telok Manok mempunyai radio atau televisi.

Melalui media tersebut mereka mendapatkan tembahan

pengetahuan tentang agama dari siaran-siaran media tersebut.

b. Didatangkannya pencaramah dalam acara-acara hari besar Islam

dan sebagainya.

c. Remaja Telok Manok yang meneriama ilmu keagamaan ke

pondok-pondok pesantren dan ditempat pengajian di Masjid,

Mushalla.