Upload
vubao
View
230
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Penelitian
1. Sistematikan Penelitian
Lap Pendahuluan
Lap Antara
Gambar 3.1 Pendekatan dan jenis penelitian Lap Akhir
-Pengumpulan peraturan Perundang-undangan -Perumusan Lingkup Kegiatan & Metodoloi
Melakukan Kajian
Pendekatan pengumpulan Data: -Observasi -Hasil wawancara -Dokumenter
Pendekatan kajian: -Komparatif - Peraturan - CSI - Literatur
-Pemetaan SPM bidang perhubungan yang sudah terpenuhi dan belum terpenuh. -Dapat diketahui SPM bidang perhubungan yang sudah terpenuhi dan belum terpe- nuhi
-Klasifikasi, kualifikasi data SPM bidang perhubungan serta
permasalahan yang dihadapi di daerah laut
Editing , coding dan tabulasi data
Data Sekunder:
- Kebijakan bidang perhubungan di daerah - Ketersedian SPM di daerah - Pemetaan SPM bidang perhubungan yang
Sudah ter penuhi di daerah - Profil SPM bidang perhubungan di daerah - Kondisi SPM bidang perhubungan di daerah
Data Primer: - Permasalahan Pemenuhan SPM Bidang
Perhubungan di Daerah - Permasalahan kebijakan bidang perhubungan
di daerah. - Permasalahan kondisi SPM bidang
perhubungan di daerah -Pola pembinaan SDM aparat PEMDA untuk me- Ningkatkan pelayanan transportasi laut
Inventarisasi Data
Perumusan kues- sioner sesuai dengan
lingkup kegiatan
Pembahasan TOR dan pembagian tu- gas di antara para tenaga ahli
Persiapan
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 2
2. Persiapan a. Pembahasan TOR
Ketua Tim melakukan koordinasi terhadap para tenaga ahli termasuk para asisten
tenaga ahli untuk pembahasan TOR/Kerangka Acuan sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan studi. Dalam hal ini, juga dilakukan pembagian tugas kepada masing–
masing tenaga ahli sesuai dengan kompotensi yang dimiliki.
b. Pengumpulan Peraturan Perundang-Undangan dan Perumusan Lingkup Kegiatan
serta Metodologi Peraturan perundang-undangan yang dikumpulkan adalah terkait
dengan Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) bidang Perhubungan di daerah meliputi;
1) SPM angkutan jalan:
a) Jaringan pelayanan angkutan jalan ( Angkutan Umum yang melayani
jaringan jalan propinsi )
b) Jaringan prasarana angkutan jalan ( Terminal Tipe A yang ada di Propinsi
yang melayani angkutan dalam trayek )
c) Fasilitas perlengkapan jalan ( rambu, marka dan guardrill dan penerangan
jalan umum ( PJU ) pada jalan propinsi
d) Keselamatan ( standar keselamatan angkutan umum yang melayani trayek
antar kota dalam propinsi ( AKDP )
e) Sumber Daya Manusia ( SDM ) , yaitu SDM yang memiliki kompotensi
sebagai pengawas kelaikan kendaraan bermotor pada perusahaan angkutan
umum, pengelola terminal, dan perlengkapan jalan. Dengan kata lain
meliputi:
(1) SDM pengawas kelaikan kendaraan umum
(2) SDM pengelola terminal
(3) SDM pengelola perlengkapan jalan
2) Angkutan Sungai dan Danau:
a) Jaringan pelayanan Angkutan Sungai dan Danau (Angkutan Sungai dan
Danau yang melayani jaringan trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi)
b) Jaringan Prasarana Angkutan Sungai dan Danau ( Pelabuhan Sungai dan
Danau yang melayani kapal sungai dan danau pada jaringan trayek antar
kabupaten/kota dalam propinsi
c) Keselamatan (Standar keselamatan kapal sungai dan danau yang beroperasi
yang beroperasi pada trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi )
d) SDM (Sumber Daya Manusia )/ SDM yang memiliki kompotensi sebagai
awak kapal angkutan sungai dan danau
3) Angkutan Penyeberangan :
a) Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan (tersedia kapal
penyeberangan yang beroperasi pada lintas antar kabupaten/kota dalam
propinsi
b) Jaringan prasarana angkutan penyeberangan ( tersedianya pelabuhan pada
setiap ibukota Kab/Kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan
pada jaringan trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 3
c) Keselamatan ( terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan ukuran di
bawah 7 GT yang beroperasi pada lintas penyeberangan antar
kota/kabupaten dalam propinsi )
d) Sumber Daya Manusia ( SDM )/ tersedianya SDM yang memiliki
kompotensi sebagai awak kapal penyeberangan di bawah ukuran 7 GT
c. Kuesioner
Dalam perumusan kuesioner akan dikelompokkan pada dua bagian yaitu kepada
publik/masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi, dan kepada pemerintah daerah
termasuk pengelola pelayanan bidang perhubungn sebagai penyedia jasa
transportasi.Substansi masing-masing kuesioner secara makro adalah:
1) Kuessioner bagi publik
Substansi kuessioner untuk publik pada hakekatnya adalah untuk mengetahui
apakah sudah puas tentang pelayanan bidang perhubungan yang sudah ada
sekarang ini ?. Dengan demimikan, setiap aspek pelayanan di bidang
perhubungan akan ditanyakan responden. Bilamana dari hasil kajian ternyata
belum puas, tentunya perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan bidang
perhubungan. Dalam hal ini, bisa saja perlu adanya pengembangan prasarana
dan sarana pelayanan bidang perhubungan seperti telah dijelaskan sebelumnya.
2) Kuessioner untuk pengelola pelayanan dan/atau Dinas Perhubungan bidang
perhubungan
Substansi bagi pengelola pelayanan bidang perhubungan akan mencerminkan
beberapa hal yaitu; apakah SPM bidang perhubungan yang ada sekarang ini
sudah cukup, b. di antara SPM tersebut, aspek pelayanan apa saja yang lebih
diutamakan, dan apakah permasalahan yang cukup mendasar dalam pemenuhan
SPM bidang perhubungan di daerah
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan beberapa tahapan yaitu;
a. Tahap pertama meliputi;
Melakukan pengumpulan data dan informasi dari lokasi studi/lapangan terkait
dengan SPM bidang perhubungan meliputi;
1) SPM angkutan jalan:
a) Jaringan pelayanan angkutan jalan ( Angkutan Umum yang melayani
jaringan jalan propinsi )
b) Jaringan prasarana angkutan jalan ( Terminal Tipe A yang ada di
Propinsi yang melayani angkutan dalam trayek )
c) Fasilitas perlengkapan jalan ( rambu, marka dan guardrill dan
penerangan jalan umum ( PJU ) pada jalan propinsi
d) Keselamatan ( standar keselamatan angkutan umum yang melayani
trayek antar kota dalam propinsi ( AKDP )
e) Sumber Daya Manusia ( SDM ) , yaitu SDM yang memiliki
kompotensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan bermotor pada
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 4
perusahaan angkutan umum, pengelola terminal, dan perlengkapan
jalan. Dengan kata lain meliputi:
(1) SDM pengawas kelaikan kendaraan umum
(2) SDM pengelola terminal
(3) SDM pengelola perlengkapan jalan
2) Angkutan Sungai dan Danau:
a) Jaringan pelayanan Angkutan Sungai dan Danau ( Angkutan Sungai
dan Danau yang melayani jaringan trayek antar kabupaten/kota dalam
propinsi)
b) Jaringan Prasarana Angkutan Sungai dan Danau ( Pelabuhan Sungai
dan Danau yang melayani kapal sungai dan danau pada jaringan trayek
antar kabupaten/kota dalam propinsi
c) Keselamatan ( Standar keselamatan kapal sungai dan danau yang
beroperasi yang beroperasi pada trayek antar kabupaten/kota dalam
propinsi )
d) SDM ( Sumber Daya Manusia )/ SDM yang memiliki kompotensi
sebagai awak kapal angkutan sungai dan danau
3) Angkutan Penyeberangan :
a) Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan (tersedia kapal
penyeberangan yang beroperasi pada lintas antar kabupaten/kota dalam
propinsi
b) Jaringan prasarana angkutan penyeberangan (tersedianya pelabuhan
pada setiap ibukota Kab/Kota yang memiliki pelayanan angkutan
penyeberangan pada jaringan trayek antar kabupaten/kota dalam
propinsi
c) Keselamatan ( terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan ukuran
di bawah 7 GT yang beroperasi pada lintas penyeberangan antar
kota/kabupaten dalam propinsi )
d) Sumber Daya Manusia ( SDM )/ tersedianya SDM yang memiliki
kompotensi sebagai awak kapal penyeberangan di bawah ukuran 7 GT
b. Tahap kedua meliputi;
1) Melakukan wawancara kepada responden yang dalam hal ini kepada
publik/pengguna jasa dan kepada pengelola pelayanan bidang perhubungan
serta kepada Dinas Perhubungan di daerah.
2) Mengindentifikasi permasalahan dalam pemenuhan SPM di bidang
perhubungan di daerah.
3) Pengumpulan data sekunder meliputi:
a) Kebijakan SPM angkutan jalan:
(1) Jaringan pelayanan angkutan jalan (Angkutan Umum yang
melayani jaringan jalan propinsi )
(2) Jaringan prasarana angkutan jalan (Terminal Tipe A yang ada di
Propinsi yang melayani angkutan dalam trayek )
(3) Fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka dan guardrill dan
penerangan jalan umum (PJU) pada jalan propinsi
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 5
(4) Keselamatan ( standar keselamatan angkutan umum yang melayani
trayek antar kota dalam propinsi ( AKDP )
(5) Sumber Daya Manusia (SDM) , yaitu SDM yang memiliki
kompotensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan bermotor pada
perusahaan angkutan umum, pengelola terminal, dan perlengkapan
jalan. Dengan kata lain meliputi:
(a) SDM pengawas kelaikan kendaraan umum
(b) SDM pengelola terminal
(c) SDM pengelola perlengkapan jalan
b) Kebijakan Angkutan Sungai dan Danau:
(1) Jaringan pelayanan Angkutan Sungai dan Danau ( Angkutan
Sungai dan Danau yang melayani jaringan trayek antar
kabupaten/kota dalam propinsi)
(2) Jaringan Prasarana Angkutan Sungai dan Danau ( Pelabuhan
Sungai dan Danau yang melayani kapal sungai dan danau pada
jaringan trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi
(3) Keselamatan ( Standar keselamatan kapal sungai dan danau yang
beroperasi yang beroperasi pada trayek antar kabupaten/kota dalam
propinsi )
(4) SDM ( Sumber Daya Manusia )/ SDM yang memiliki kompotensi
sebagai awak kapal angkutan sungai dan danau
c) Angkutan Penyeberangan :
(1) Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan ( tersedia kapal
penyeberangan yang beroperasi pada lintas antar kabupaten/kota
dalam propinsi
(2) Jaringan prasarana angkutan penyeberangan ( tersedianya
pelabuhan pada setiap ibukota Kab/Kota yang memiliki pelayanan
angkutan penyeberangan pada jaringan trayek antar kabupaten/kota
dalam propinsi
(3) Keselamatan ( terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan
ukuran di bawah 7 GT yang beroperasi pada lintas penyeberangan
antar kota/kabupaten dalam propinsi )
(4) Sumber Daya Manusia ( SDM )/ tersedianya SDM yang memiliki
kompotensi sebagai awak kapal penyeberangan di bawah ukuran 7
GT
4) Melakukan editing, coding, klasifikasi data dan permasalahan SPM Bidang
perhubungan di daerah.
5) Menelaah Rencana Tata Ruang Wilayah yang berkaitan dengan rencana
pengembangan SPM bidang perhubungan meliputi;
a) Angkutan Jalan
b) Angkutan Sungai dan Danau
c) Angkutan Penyeberangan
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 6
6) Melakukan kajian meliputi;
a) Komparatif SPM bidang perhubungan yang direncanakan dan yang
sudah ternyata ada ada di daerah meliputi;
(1) Angkutan Jalan
(2) Angkutan Sungai dan Danau
(3) Angkutan Penyeberangan
b) Tingkat kepuasan publik/ pengguna (user) jasa pelayanan bidang
perhubungan di daerah
c) Tingkat kepentingan aspek pelayanan bidang perhubungan di daerah
bagi user/pengguna jasa pelayanan
d) Tingkat pembobotan aspek pelayanan bidang perhubungan di daerah,
yang respondennya adalah para stakeholder dan/atau pengelola fasilitas
pelayanan bidang perhubungan di daerah. Dalam hal ini termasuk
Dinas Perhubungan di daerah
7) Berdasarkan kajian tersebut pada point di atas, selanjutnya akan dapat
diketahui “ Sejauh Mana Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal ( SPM )
Perhubungan di daerah
B. Lokasi Studi
Lokasi studi di fokuskan kepada;
1. Bengkulu
2. NTT
3. Kalimantan Tengah
4. Sulawesi Tenggara
5. Papua Barat
Gambar 4.2. Lokasi Studi Dalam Peta Indonesia
Gambar 3.2. Lokasi Studi Dalam Peta Indonesia
BENGKULU
KUPANG
PALANG KARAYA
KENDARI
SORONG
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 7
C. Sumber dan Jenis data Yang Dibutuhkan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, data yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan dan
merumuskan maksud dan tujuan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh secara langsung dari beberapa responden di instansi terkait serta publik/penguna
jasa pelayanan bidang perhubungan di lokasi studi. Rincian kebutuhan data yang dibutuhkan
serta responden yang dijadikan sebagai sumber data primer adalah berbeda pada setiap
pelayanan bidang perhubungan. Lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut.
1. SPM angkutan jalan:
a. Jaringan pelayanan angkutan jalan (Angkutan Umum yang melayani jaringan jalan
propinsi ). Data primer dalam hal ini diperoleh dari:
1) Publik sebagai pengguna angkutan umum tentang kepusan
2) Pengelola angkutan umum tentang permasalahan SPM dan pembobotan
3) Dinas perhubungan tentang permasalahan SPM bidang angkutan umum
pada jaringan jalan dalam propinsi
b. Jaringan prasarana angkutan jalan ( Terminal Tipe A yang ada di Propinsi yang
melayani angkutan dalam trayek ). Data primer diperoleh dari:
1) Publik sebagai pengguna angkutan terminal tentang kepuasan
2) Operator angkutan sebagai pengguna jasa terminal Tipe A tentang kepuasan
3) Pengelola Terminal Tipe A tentang permasalahan dan pembobotan aspek
pelayanan
4) Dinas perhubungan tentang permasalahan dan pembobotan aspek pelayanan
terminal Tipe A
c. Fasilitas perlengkapan jalan ( rambu, marka dan guardrill dan penerangan jalan umum
( PJU ) pada jalan propinsi. Dalam hal ini data primer diperoleh dari:
1) Sopir angkutan umum sebagai pengguna jalan tentang kepuasan
2) Dinas perhubungan tentang permasalahan
d. Keselamatan ( standar keselamatan angkutan umum yang melayani trayek antar kota
dalam propinsi ( AKDP ). Data primer diperoleh dari:
1) Publik/Penumpang sebagai pengguna jasa AKDP tentang kepuasan
2) Operator AKDP tentang permasalahan Standar Pelayanan Minimal
3) Operator tentang pembobotan SPM bidang AKDP
e. Sumber Daya Manusia ( SDM) , yaitu SDM yang memiliki kompotensi sebagai
pengawas kelaikan kendaraan bermotor pada perusahaan angkutan umum, pengelola
terminal, dan perlengkapan jalan. Dengan kata lain meliputi:
1) SDM pengawas kelaikan kendaraan umum, data yang diperlukan adalah tentang
permasalahan kompotensi
2) SDM pengelola terminal, data yang diperlukan adalah permaslaahan tentang
komptensi
3) SDM pengelola perlengkapan jalan, data yang dibutuhkan adalah permasalahan
tentang kompotensi
2. Angkutan Sungai dan Danau:
a. Jaringan pelayanan Angkutan Sungai dan Danau ( Angkutan Sungai dan Danau
yang melayani jaringan trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi). Dalam hal
ini sumber data primer diperoleh dari:
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 8
1) Publik/penumpang sebagai pengguna jasa angkutan sungai dan danau
tentang kepuasan
2) Operator Angkutan Sungai dan Danau tentang pembobotan aspek pelayanan
dan permasalahan standar pelayanan angkutan sungai dan danau
3) Dinas Perhubungan , tentang pembobotan aspek pelayanan dan
permasalahan standar pelayanan angkutan sungai dan danau
b. Jaringan Prasarana Angkutan Sungai dan Danau ( Pelabuhan Sungai dan Danau
yang melayani kapal sungai dan danau pada jaringan trayek antar kabupaten/kota
dalam propinsi. Dalam hal ini data primer diperoleh dari:
1) Operator angkutan sungai dan danau sebagai pengguna jasa pelabuhan tentang
kepuasan
2) Publik/penumpang sebagai pengguna jasa pelabuhan tentang kepuasan
3) Penglola pelabuhan tentang pemobobotan aspek pelayanan pelabuhan
4) Dinas Perhubungan tentang pembobotan aspek pelayanan pelabuhan
c. Keselamatan ( standar keselamatan kapal sungai dan danau yang beroperasi pada
trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi ). Sumber data primer diperoleh dari:
1) Kapten dan/atau ABK kapal sungai dan danau, tentang standar keselamatan
operasional
2) Kapten dan/atau ABK kapal sungai dan danau pembobotan aspek keselamatan
kapal sungai dan danau
3) Publik/penumpang sebagai pengguna jasa kapal angkutan sungai dan danau
d. SDM ( Sumber Daya Manusia )/ SDM yang memiliki kompotensi sebagai awak
kapal angkutan sungai dan danau. Sumber data primer diperoleh dari:
1) Awak kapal angkutan sungai dan danau tentang permasalahan kompotensi
2) Awak kapal angkutan sungai dan danau tentang pembobotan kompotensi
3. Angkutan Penyeberangan :
a. Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan ( tersedia kapal penyeberangan yang
beroperasi pada lintas antar kabupaten/kota dalam propinsi. Sumber data primer
diperoleh dari:
1) Publik/Penumpang tentang kepuasan penggunaan kapal penyeberangan
2) Operator kapal angkutan penyeberangan tentang permasalahan standar
pelayanan
3) Operator kapal angkutan penyeberangan tentang pembobotan aspek pelayanan
b. Jaringan prasarana angkutan penyeberangan ( tersedianya pelabuhan pada setiap
ibukota Kab/Kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan pada jaringan
trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi. Data primer diperoleh dari:
1) Operator kapal angkutan penyeberangan sebagai pengguna tentang kepuasan
2) Publik/penumpang sebagai pengguna jasa pelabuhan penyeberangan
3) Operator kapal angkutan penyeberangan tentang pembobotan aspek
pelayanan
4) Dinas Perhubungan tentang pembobotan aspek pelayanan serta permasalahan
standar pelayanan
c. Keselamatan (terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan ukuran di bawah 7
GT yang beroperasi pada lintas penyeberangan antar kota/kabupaten dalam
propinsi ). Dalam hal ini sumber data primer diperoleh dari:
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 9
1) Publik/penumpang sebagai pengguna jasa angkutan kapal di bawah 7 GT
yang beroperasi pada lintas penyeberangan
2) Pengelola kapal dibawah ukuran 7 GT tentang permasalahan keselamatan dan
pembobotan aspek keselamatan
d. Sumber Daya Manusia ( SDM )/ tersedianya SDM yang memiliki kompotensi
sebagai awak kapal penyeberangan di bawah ukuran 7 GT. Dalam hal ini, sumber
data primer diperoleh dari:
1) Awak kapal di bawah ukuran 7 GT tentang permasalahan kompotensi
2) Awak kapal di bawah ukiuran 7 GT tentang pembobotan aspek kompotensi
yang harus dimiliki
Sementara data sekunder diperoleh dari:
1) Dinas Perhubungan
Data yang dibutuhkan meliputi:
a) Kebijakan SPM bidang perhubungan di daerah
b) Rencana pemenuhan SPM bidang perhubungan
2) BAPEDA
Data yang dibutuhkan adalah:
a) Tata Ruang Wilayah tentang bidang perhubungan
b) Jaringan jalan antar Kab/Kota dalam Propinsi
c) Jaringan trayek angkutan sungai dan danau antar Kab/Kota dalam
Propinsi
d) Jaringan trayek angkutan penyeberangan antar Kab/Kota dalam Propinsi
e) Jaringan jalan antar Kab/Kota dalam Propinsi yang sudah dilayani dan
belum terlayani angkutan jalan
f) Jaringan trayek angkutan sungai dan danau antar Kab/Kota dalam
Propinsi yang sudah dilayani dan yang belum terlayani angkutan sungai
dan danau
g) Jaringan trayek angkutan penyeberangan antar Kab/Kota dalam Propinsi
yang sudah dilayani dan yang belum terlayani angkutan penyeberangan
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dan informasi berkaitan dengan SPM Bidang perhubungan di
daerah diperlukan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut;
1. Wawancara
Ada dua teknik yang perlu dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu yaitu wawancara
tersrtruktur dan wawancara tidak terstruktur (Subagiyo, 2011: 138 ). Di dalam
menggunakan wawancara terstruktur, sebelumnya telah dirumuskan kuessioner sebagai
pedoman bagi responden dalam memberikan jawaban. Tentunya bentuk pertanyaannya
ada yang bersifat tertutup dan ada yang terbuka. Dalam bentuk pertanyaan yang sifatnya
tertutup, respondent diperkenankan hanya memilih salah satu bentuk jawaban yang telah
tersedia. Sementara dalam wawancara tidak terstruktur, surveyor bebas mengajukan
pertanyaan, namun sebelumnya surveyor sudah memiliki garis-garis besar menjadi dasar
diskusi dan /atau pertanyaan menyangkut permasalahan SPM bidang perhubungan di
daerah. Dua teknik wawancara (wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur)
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 10
akan diterapkan untuk mengetahui sejauh mana daerah menerapkan SPM bidang
perhubungan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
2. Kuessioner
Sebelum melakukan pengumpulan data dan informasi ke beberapa respoden, langkah
pertama yang perlu dirumuskan adalah merumuskan kuessioner. Di dalam kuessioner
akan diformulasikan beberapa pertanyaan yang sifatnya tertutup maupun terbuka yang
ada kaitannya untuk mengetahui SPM bidang perhubungan yang telah dicapai di daerah.
Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah responden dan surveyor dalam berdiskusi
secara tatap muka ( face to face ) maupun di dalam membahas suatu permasalahan
pelaksanaan SPM bidang perhubungan di daerah. Tentunya, dalam hal ini surveyor
sudah mengetahui sasaran SPM angkutan jalan, SPM angkutan sungai dan danau, dan
SPM angkutan penyeberangan. Di lain pihak, dengan salah satu pendekatan semacam ini
akan lebih mempermudah melakukan evaluasi dan/atau penilaian pelaksanaan dan
realisasi SPM di daerah melalui comparative SPM bidang perhubungan yang telah
direncanakan dengan SPM bidang perhubungan yang sudah terlaksana. Perbandingan
SPM bidang perhubungan yang telah direncanakan dengan SPM bidang perhubungan
yang sudah terlaksana/dicapai, akan dapat diketahui berapa persen yang belum tercapai
dan/atau sudah tercapai.
Dari hasil perbandingan tersebut, selanjutnya dipertanyakan bagaimana kondisi
keberadaan SPM bidang perhubungan yang sudah dicapai, apakah belum memedai atau
perlu dikembangkan, dalam artian diperbaiki. Hal ini semacam inilah yang perlu
dilakukan sehingga perkembangan pelaksanaan SPM di daerah dapat dievaluasi. Tetapi
perlu diperhatikan, sebelum merumuskan kuessioner atau angket maka harus ditetapkan
terlebih dahulu beberapa hal ( Suharsimi Arikunto, 2010: 268 ) meliputi;
a. Tujuan yang akan dicapai dengan kuessioner
b. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuessioner
c. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik
d. Berdasarkan sub variabel, selanjutnya dususunlah instrument atau kuesioner
sebagai perangkat pengumpulan data di lapangan
Dengan penetapan 4 (empat) faktor tersebut di atas, maka kuesioner yang telah disusun
akan lebih baik mengakomodir data-data yang diperlukan dalam evaluasi SPM bidang
perhubungan di daerah yang terdiri dari;
a. SPM angkutan jalan:
1) Jaringan pelayanan angkutan jalan ( Angkutan Umum yang melayani jaringan
jalan propinsi )
2) Jaringan prasarana angkutan jalan ( Terminal Tipe A yang ada di Propinsi yang
melayani angkutan dalam trayek )
3) Fasilitas perlengkapan jalan ( rambu, marka dan guardrill dan penerangan jalan
umum ( PJU ) pada jalan propinsi
4) Keselamatan ( standar keselamatan angkutan umum yang melayani trayek antar
kota dalam propinsi ( AKDP )
5) Sumber Daya Manusia (SDM ) , yaitu SDM yang memiliki kompotensi
sebagai pengawas kelaikan kendaraan bermotor pada perusahaan angkutan
umum, pengelola terminal, dan perlengkapan jalan. Dengan kata lain meliputi:
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 11
a) SDM pengawas kelaikan kendaraan umum
b) SDM pengelola terminal
c) SDM pengelola perlengkapan jalan
b. Kebijakan Angkutan Sungai dan Danau:
1) Jaringan pelayanan Angkutan Sungai dan Danau ( Angkutan Sungai dan
Danau yang melayani jaringan trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi)
2) Jaringan Prasarana Angkutan Sungai dan Danau ( Pelabuhan Sungai dan
Danau yang melayani kapal sungai dan danau pada jaringan trayek antar
kabupaten/kota dalam propinsi
3) Keselamatan ( Standar keselamatan kapal sungai dan danau yang beroperasi
yang beroperasi pada trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi )
4) SDM ( Sumber Daya Manusia )/ SDM yang memiliki kompotensi sebagai awak
kapal angkutan sungai dan danau
c. Angkutan Penyeberangan :
1) Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan ( tersedia kapal penyeberangan
yang beroperasi pada lintas antar kabupaten/kota dalam propinsi
2) Jaringan prasarana angkutan penyeberangan ( tersedianya pelabuhan pada
setiap ibukota Kab/Kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan
pada jaringan trayek antar kabupaten/kota dalam propinsi
3) Keselamatan ( terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan ukuran di bawah
7 GT yang beroperasi pada lintas penyeberangan antar kota/kabupaten dalam
propinsi )
4) Sumber Daya Manusia ( SDM )/ tersedianya SDM yang memiliki kompotensi
sebagai awak kapal penyeberangan di bawah ukuran 7 GT
3. Observasi
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua
yaitu; participant observation ( observasi berperan serta ) dan observasi nonpertisipan
( non participant observation). Dari segi instrumentasi , observasi yang digunakan adalah
observasi terstruktur dan tidak tersetruktur ( Subagiyo, 2011 : 145 ). Di antara jenis
observasi tersebut, yang akan digunakan adalah observasi nonpartisipan, dimana dalam
hal ini surveyor hanya sebagai pengamat independen. Surveyor mengamati dan
mencatat data fenomena, serta kemajuan SPM ( Standar pelayanan Minimal ) bidang
perhubungan di daerah yang meliputi:
a. SPM Angkutan Jalan
b. SPM Angkutan Sungai dan Danau
c. SPM Angkutan Penyeberangan
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data dan informasi dari catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat agenda , buku laporan dan sebagainya
yang berkaitan dengan SPM bidang perhubungan yang dilasanakan di daerah. Data
tersebut dapat diperoleh dari beberapa literatur berupa arsip, buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil/hukum, makalah, laporan dll yang berhubungan topik kegiatan
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 12
yang menjadi penyelidikan 1 Dalam konteks kegiatan ini, tentunya yang menjadi
penyelidikan adalah bagaimana pelaksanaan dan/atau perkembangan SPM bidang
perhubungan di daerah berikut kondisi yang ada sekarang.
E. Teknik Penentuan Jumlah Sampel/Responden
Menjadi alternatif penentuan sampel/respondet adalah sebagai berikut.
Menurut pendapat Roscoe ( 1982; 253 ) dalam bukunya Sugiyono ( 2008:129 ) bahwa ukuran
sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 responden. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini akan menggunakan sampel 50 responden, sesuai dengan
pendapat Frankel dan Wallen ( Lerbin R. Aritonang R, 2005:132 ) yang mengatakan bahwa
untuk penelitian deskreptif, sampel sebanyak 50 subjek tergolong esensial.
Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Bernaulli, yaitu dengan menyebarkan
kuesioner sebanyak 60 buah. Apabila dalam kuesioner yang disebarkan terdapat 2 buah
kuesioner gagal (contoh) dan hanya 58 buah kuesioner yang layak untuk diuji dengan
menggunakan tingkat keyakinan 95 % dan tingkat ketelitian 5 %, maka dapat ditentukan
ukuran sampelnya sebagai berikut :
α = 5 %
α/2 = 2,5 % = 0,025, maka (Zα/2) = 1,96 (tabel z), sehingga:
n =( 𝑍 𝛼/ 2 )² 𝑝𝑞
𝑒 ²=
( 1,96 )258
60 𝑥
2
60
(0,05) ²= 49,51 = 50
Setelah dilakukan perhitungan, ternyata jumlah sampel minimum yang dibutuhkan berjumlah
50 buah, sehingga ukuran sampel tersebut sudah mencukupi. Sedangkan pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan seperti dijelaskan sebelumnya dengan teknik
purposive sampling. Jumlah sampel yang telah ditetapkan akan digunakan pada setiap aspek
pelayanan yang terdapat di bidang perhubungan.
F. Metode Penetapan Jumlah Sampel Berdasarkan Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Kep/25/M.Pan/2/2004 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan
Instansi Pemerintah
Jumlah responden yang dipilih dilakukan secara acak dan ditentukan sesuai dengan cakupan
wilayah masing-masing unit pelayanan. Teknis penetapan jumlah respondent ditentukan
terlebih dahulu berdasarkan jumlah unsur pertanyaan. Misalnya jumlah unsur pertanyan
adalah 10, maka jumlah respenden pada pada pelayanan angkutan AKDP misalnya, adalah
jumlah unsure pertanyaan ditambah 1 dikali 10, sehingga menghasilkan jumlah responden
110 orang. Atau secara singkat adalah sebagai berikut;
(Jumlah unsur pertanyaan + 1) x 10 =
Jadi jumlah responden = (10 + 1) x 10 = 110 responden. Artinya, semakin banyak jumlah
pertanyaan, maka jumlah respenden akan semakin banyak
1 H.Hadari Nawawi. Prof.Dr, Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press 1990 hal 133
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 13
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Data
1. Uji Validitas (Kesahihan)
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur. Apabila pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner, maka kuesioner yang disusunnya harus
mengukur apayang ingin diukurnya dengan melakukan uji validitas.
Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment.
222 yxxN
yxxyNr
Dimana : r = angka korelasi
N = jumlah responden
x = responden untuk pernyataan
y = total nilai responden
Selanjutnya hasil perhitungan r dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika r hitung >r tabel
(angka kritik r) maka validitas diterima. Jika sebaliknya maka validitas ditolak (data
yang dihasilkan tidak valid). Dalam pengujian instrumen pengumpulan data, pengujian
validitas ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 19.0 untuk mengetahui keandalan alat
ukur yang dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar atau sama
dengan 0.3.
2. Uji Reliabilias (Keandalan)
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat
pengukuran yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran
tersebut diulang. Untuk menguji reliabilitas pengukuran digunakan Cronbach Alpha
yang tujuannya untuk melihat internal consistency, yaitu sejauhmana homogenitas item-
item yang menjadi indikator untuk mengukur variabel tersebut. Koefisien reliabilitas
dianggap cukup memadai dan baik bila memiliki nilai koefisien lebih besar dari 0,5.
Rumus yang digunakan adalah Cronbach Alpha sebagai berikut :
rk
rk
11
.
Dimana : α = koefisien keandalan alat ukur
r = koefisien rata-rata korelasi antar variabel
k = jumlah variabel dari setiap faktor yang terbentuk
Nilai koefisien keandalan ini terletak antara 0 sampai 1. Nilai yang mendekati 1
menunjukkan keandalan yang makin baik
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 14
Pola Pikir dan Pendekatan
Dalam rangka melakukan evaluasi SPM bidang perhubungan di Propinsi dan
Kabupaten/Kota, diperlukan adanya pendekatan dengan menggunakan berbagai
instrumen. Instrumen yang akan dijadikan sebagai alat ukur penilaian adalah Standar
Pelayanan Minimal ( SPM ) sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Di samping
peraturan tersebut, juga digunakan dari beberapa literatur dan hasil studi terdahulu
(studi yang sudah pernah dilakukan). Lebih jelasnya Pola pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan lihat gambar berikut.
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 15
Gambar 3.3
Pola Pendekatan Pelaksanaan kegiatan” Studi Evaluasi SPM Bidang
Perhubungan di Beberapa Daerah Propinsi
Inventarisasi Data SPM Bidang Perhubungan di Lokasi Studi
Identifikasi & Klasifikasi
Data SPM Bidang Perhu-
bungan di Lokasi Studi
Profil SPM Bidang
Perhubungan di
Lokasi Studi
Rencana Pengembangan SPM Bidang Perhubungan di Lokasi Studi
Bandingkan
Kinerja SPM Bidang
Perhubungan di
Lokasi Studi Dari
Segi Output
Penilaian Kualitas SPM Bidang
Perhubungan di Lokasi Studi
a.SPM kapal angkutan
penyeberangan b.SPM pelabuhan pe- nyeberangan c. SPM kapal angkutan sungai & danau d.SPM pelabuahan sungai & danau e. SPM kapal angkutan sungai & danau
a.SPM Terminal Tipe A b. SPM AKAP d. SPM Perambuan, Marka, Guardil e.SPM SDM
dalam mengelola pelabuhan
-Tingkat Kepuasan Publik - Bobot aspek pelayanan
Penyusunan SPM Bidang Perhubungan
/Transportasi di Daerah Propinsi
-Literatur -Data dari lokasi studi -SPM yang sudah ada -Hasil kajian terdahulu
Membandingkan indicator dan Nilai bidang perhubungan yang ditetapkan dengan PERMENHUB 81/2011 TTG SPM Bidang Perhubungan di Propinsi
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Laporan Akhir III- 16
Tahap Pertama:
Langkah awal/pertama yang perlu dilakukan adalah menginventarisasi dan identifikasi
kondisi Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) angkutan jalan, angkutan penyeberangan dan
SPM angkutan Sungai dan Danau di lokasi studi
Tahap Kedua:
Mengidentifikasi rencana/program pengembangan SPM di daerah propinsi yang meliputi;
SPM angkutan jalan, SPM angkutan Sungai dan Danau, dan SPM Angkutan penyeberangan
Tahap Ketiga:
Membandingkan capaian/realisasi SPM angkutan jalan, SPM angkutan penyeberangan dan
SPM angkutan Sungai dan Danau terhadap rencana/program pengembangan SPM
transportasi. Hasil perbandingan akan menghasilakn kinerja SPM bidang
perhubungan/transportasi di daerah propinsi/lokasi studi.
Tahap Keempat:
Membandingkan capaian kinerja SPM angkutan jalan, SPM angkutan Sungai dan Danau
dan SPM Angkutan Penyeberangan terhadap indikator sesuai dengan Peraturan Menteri
Perhubungan No.81 Tahun 2011 tentang SPM Bidang Perhubungan di Daerah Propinsi.
Dari perbandingan tersebut akan menghasilkan capaian indikator dan/atau selisih indikator
sesuai dengan peraturan seperti dijelaskan sebelumnya. Bilamana belum mencapai indikator
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Permenhub No.81/2011, selanjutnya harus
diperhatikan tahun yang telah ditetapkan sebagai batas capaian indicator. Jika capaian
indicator ditetapkan dalam tahun 2014, maka masih ada peluang satu(1) tahun lagi untuk
mengejar ketertinggalan. Lebih jelasnya indikator dan nilai yang harus diperhatikan dapat
dilihat pada tabel berikut.