Upload
haque
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
90
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini mengemukakan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai
hubungan tayangan pemberitaan geng motor dengan tingkat kecemasan perempuan
pengguna sepeda motor. Hasil diperoleh berdasarkan pengolahan data primer yang
didapat dari penyebaran angket kepada responden penelitian dan yang menjadi objek
penelitian adalah WSI Bandung, yakni sebanyak 63 orang. Data yang diperoleh
terdiri dari data responden dan data penelitian. Data ini kemudian dikelompokkan dan
dimasukkan ke dalam tabel.
Hal pertama yang dilakukan peneliti adalah melakukan analisis data
responden untuk melihat karakteristik responden. Kedua, peneliti menganalisis
jawaban responden terhadap pertanyaan seputar data penelitian yang diberikan.
Ketiga, peneliti melakukan analisis inferensial dengan teknik korelasi. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat adakah hubungan antara tayangan pemberitaan geng
motor (variabel X) dengan tingkat kecemasan (variabel Y) perempuan pengguna
sepeda motor. Analisis yang digunakan adalah uji statistik koefisien korelasi Rank
Spearman.
Data yang diperoleh melalui kuisioner dianalisi secara deskriptif. Data lain
yang diperoleh dari studi pustaka dan wawancara akan digunakan sebagai data
sekunder untuk melengkapi dan mendukung data primer. Dalam pembuatan angket
peneliti menggunakan skala ordinal model likert dimana kuantifikasi dilakukan
dengan menghitung respon persetujuan atau ketidaksetujuan, ataupun skala frekuensi
91
dari terbesar hingga terkecil. Pertanyaan pertanyaan dari angket merupakan turunan
dari variabel operasional sesuai dengan tujuan penelitian. Selain angket sebgai
sumber data utama dalam teknik pengumpulan data diperkuat dengan wawancara dan
studi pustaka.
Pada bagian ini penulis menyajikan hasil penelitian berupa data karakteristik
responden serta tanggapan mereka terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan,
kemudian disusun. Sampel penelitian ini adalah anggota club motor Wonderwomen
Scoopy Indonesia Bandung (WSI Bandung). Pertanyaan angket merupakan turunan
dari alat ukur dari indikator-indikator sebagau hasil sub-variabel pun diturunkan
menjadi 6 indikator yaitu : frekuensi, durasi, kejelasan informasi, kelengkapan
informasi, keakuratan informasi media massa, dan tingkat kecemasan.
4.1 Data Responden
Pada bagian ini penulis menyajikan hasil penelitian berupa data karakteristik
responden serta tanggapan mereka terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan,
yang telah disusun dalam bentuk tabulasi silang. Data responden dalam penelitian ini
sangat diperlukan untuk mengetahui latar belakang responden yang dapat menjadi
masukan untuk menjelaskan hal-hal yang diperoleh dalam penelitian. Untuk
memudahkan penulis dalam mengintrepetasikan hasil penelitian dan disertai analisis
akurat dalam tabel maka penulis mengacu penafsiran data, sebagai berikut:
0 % : Tidak seorangpun dari responden
1 % - 25 % : Sangat sedikit dari responden
26 % - 49 % : Sebagian kecil/hampir setengah dari responden
92
50 % : Setengah dari responden
51 % - 76 % : Sebagian besar dari responden
77 % - 99 % : Hampir seluruh dari responden
100 % : Seluruh responden (Arikunto, 2006:246).
Jawaban responden atas sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang diajukan
dalam angket akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi beserta
analisis yang diperkuat dari sumber wawancara dan studi pustaka yang peneliti
dapatkan.
4.1.1 Analisis Deskriptif Data Responden
Analisis data responden dibutuhkan untuk mengetahui informasi mengenai
latar belakang responden, informasi tersebut dapat dijadikan bahan untuk
menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh. Untuk menunjang data peneletian
diambil beberapa data dari audiens adalah usia, pendidikan terakhir, lama
pengendara sepeda motor, kebiasaan saat mengendarai motor, keperluan
mengendarai motor. Kemudian dikelompokan dalam beberapa data dan dianalisis
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Usia Responden
No Usia f %
1 > 17 -20 tahun 24 38,10
2 21-25 tahun 23 36,51
3 >26 tahun 16 25,40
Jumlah 63 100.0
93
Berdasarkan tabel 4.1 menggambarkan frekuensi responden berdasarkan usia.
Dari 63 orang yang diteliti, 24 orang (38.1%) berusia ≤ 17 tahun, 23 orang (36.5%)
berusia antara 21-26 tahun dan 16 orang (25.4%) berusia >26 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia antara 21-26 tahun. Hasil ini
menunjukan bahwa anggota WSI Bandung lebih banyak berusia 17 -20 tahun tahun,
pada tahap ini wanita jika dipandang dari kategori usia, banyak faktor hormonal dari
dalam diri perempuan sendiri dan lebih sering disebut faktor menarche.
Menarche adalah adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang
berlebihan timbul pada pertengahan siklus menarche, dan disusul dengan periode
tanpa gejala. Riset melaporkan Taylor, (1994) bahwa sekitar 10-30 % wanita
produktif rentang umur 15 – 20 tahun mengalami sindrom premenarche. Etiologi
dan Perubahan sikap premenarche dalam tingkat kecemasan sangat sering terjadi
dalam massa ini. Para peneliti beranggapan bahwa perubahan
sikap premenarche adalah akibat dari faktor hormonal, psikologis,lingkungan dan
nutrisi.1
Ditambah lagi selain faktor menarche dalam rentang usia, menurut Levinson
(dalam Turner&Helms,1995) umur 17-22 tahun merupakan tahapan pertama dari era
dewasa muda yang ditandai dengan adanya transisi remaja (masa pra dewasa) ke
kehidupan dewasa. Maka pada masa ini seseorang dituntut beradaptasi. Sehingga
dalam hal ini tayangan pemberitaan geng motor bisa membuat beberapa perubahan
sikap, dan persepsi dalam menyikapi lingkungan sekitar dan cenderung
1 http://bejocommunity.blogspot.com/2010/05/kti-tingkat-kecemasan-siswa-dalam.html diambil pada
tgl 17/10/2012 jam 19.45
94
menimbulkan tingkat kecemasan setelah dipengaruhi tayangan berita geng motor
tersebut, maka dari itu faktor usia mempengaruhi hubungan tingkat kecemasan yang
dipengaruhi oleh tayangan pemberitaan geng motor.
Tabel 4.2
Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir f %
1 SMA 25 36,51
2 Diploma 13 20,63
3 Sarjana 24 39,68
4 Lainnya (SMP) 2 3,17
Jumlah 63 100.0
Pada tabel 4.2 di atas menggambarkan frekuensi responden berdasarkan
pendidikan terakhir. Dari 63 orang yang diteliti, 24 orang (39.7%) berpendidikan
sarjana, 23 orang (36.5%) berpendidikan SMA, 25 orang (20.6%) berpendidikan
Diploma dan 2 orang (3,2%) berpendidikan lainnya (SMP).
Responden dari WSI Bandung yang berpendidikan kebanyakan tingkat SMA,
dapat terlihatdi tabel 4.2 mereka memiliki pola pikir yang sudah terarah dan
memiliki keinginan untuk mecari suatu informasi baru yang dapat dipercaya untuk
menambah pengetahuan dan informasi untuk kebutuhannya, perhitungan dalam
menilai sesuatu akan membuat orang tersebut lebih kritis dalam melihat tayangan
pemberitaan. Pendidikan merupakan salah satu frame of reference atau kerangka
rujukan yang akan mempengaruhi bagaimana seseorang memberi makna pada pesan
yang diterimanya (Rakhmat, 2005:58).
95
Tingkat pendidikan juga dapat memberikan gambaran bagaimana seseorang
menunjukkan respon terhadap suatu permasalahan pribadi dan sosial yang menerpa
dirinya. Perbedaan respon ini sangat dipengaruhi oleh frame of reference dan field of
experience seseorang. Seseorang yang menanggapi sesuatu yang terjadi di
lingkungan sosialnya. Dengan latar belakang pendidikan di bangku kuliah, seseorang
dapat mengatur pola hidupnya, dan bahkan permasalahan-permasalahan hidup
dengan cermat sehingga mereka dapat mempertimbangkan segala sesuatunya dengan
matang ketika hendak melakukan suatu tindakan, tingkat pendidikan dapat
memberikan gambaran bagaimana seseorang memberikan respons terhadap sesuatu.
M. Rogers dan F.Floyd Shoemaker juga mengungkapkan bahwa, tingkat pendidikan
merupakan salah satu bagian penting bagi seseorang untuk menerima suatu pesan
dengan baik. (Yusuf,1995:3).
Tabel 4.3 Lama menjadi Pengendara Sepeda Motor
No Lama menjadi Pengendara
Sepeda Motor f %
1 1 tahun 3 4,76
2 2 tahun 14 22,22
3 3 tahun 11 17,46
4 ≥ 4 tahun 35 55,56
Jumlah 63 100.0
Tabel 4.3 menggambarkan “lama menjadi pengendara sepeda motor”. Dari 63
orang yang diteliti, 35 orang (55.6%) selama lebih dari 4 tahun menjadi pengendara
sepeda motor, 14 orang (22.2%) selama 2 tahun menjadi pengendara sepeda motor,
11 orang (17.5%) selama 3 tahun menjadi pengendara sepeda motor dan 3 orang
96
(4.8%) sudah 1 tahun menjadi pengendara sepeda motor. Tabel 4.3 ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden selama lebih dari 4 tahun menjadi pengendara sepeda
motor, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik repsonden dalam
mengetahui lamanya pengalaman menjadi pengendara sepeda motor, karena
manusia mempercayai bahwa tingkah laku mereka dibangun tidak saja atas
perbuatan-perbuatan yang sifatnya emosional, akan tetapi juga dari bekerjanya
faktor-faktor pengalaman intelek yang menyebabkan adanya pengawasan yang
seksama terhadap sambutan-sambutan dari stimuli yang emosional. Benarlah bahwa
banyak sambutan yang dilakukan oleh manusia diarahkan pada pengalaman
berpikir,mengalami dan memutuskan secara obyektif, ini diberikan untuk memberi
alsan lebih kuat dan lebih jauh mengantarkan terpenuhinya hasil baik dari sebuah
kegiatan dan lebih memperbanyak keterampilan dalam mengetahui lingkungan2,
Karena berdasarkan pengalaman digunakan untuk merujuk
pada pengetahuan dan ketrampilan mengendarai sepeda motor, maka semakin
sebentar pengalaman seseorang menjadi pengendara sepeda motor memungkinan
seseorang memliki tingkat kecemasan yang tinggi juga, karena masih kurangnya
dalam berpengalaman di jalan raya, terlebih lagi saat memasuki daerah rawan,
pengalaman mengendarai sepeda motor akan menjadi lebih berguna saat di jalan.
2 http://www.scribd.com/doc/50090289/KONSEP-PSIKOLOGI-TENTANG-EMOSI di unduh pada tgl
: 19/10/2012 jam : 3:09
97
Tabel 4.4
Kebiasaan Saat Mengendarai Sepeda Motor
No Kebiasaan f %
1 Berboncengan 17 26,98
2 Sendiri 46 73,02
Jumlah 63 100.0
Tabel 4.4 menggambarkan “kebiasaan saat mengendarai sepeda motor”. Dari 63
orang yang diteliti, 46 orang (73.0%) menyatakan sendiri dan 17 orang (27.0%)
menyatakan berboncengan. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden sendiri
saat mengendarai motor, kebiasaan saat berboncengan atau sendiri tentunya sangat
berimbas pada efek kecemasan ketika berada di jalan raya.
Kebiasaan berboncengan mengendarai sepeda motor relatif merasa aman
daripada ketika sendiri membawa sepeda motor, karena 43 responden dari 63 sampel
yang diambil responden memiliki kebiasaan mengendarai motor sendiri, maka akan
sangat erat hubungannya dengan tingkat kecemasan karena khususnya saat
memasuki daerah rawan kriminalitas geng motor akan lebih merasakan keadaan
bahaya dalam mengendarai sepeda motor, terlebih gender yang dipilih dikhususkan
wanita pengendara sepeda motor maka jelas akan lebih erat terlihat kecemasan efek
dari tayangan pemberitaan geng motor di televisi.
98
Tabel 4.5
Waktu yang Paling Sering dalam
Mengendarai Sepeda Motor
No Waktu f %
1 06.00 - 11.59 11 17,46
2 12.00 - 17.59 17 26,98
3 18.00 - 23.59 26 41,27
4 00.0 - 05.59 9 14,29
Jumlah 63 100.0
Pada tabel 4.5 di atas menggambarkan “waktu yang paling sering dalam
mengendarai sepeda motor”. Dari 63 orang yang diteliti, 26 orang (41.3%)
menyatakan jam 18.00 - 23.59, 17 orang (27.0%) menyatakan jam 12.00 - 17.59, 11
orang (17.5%) menyatakan jam 06.00 - 11.59 dan 9 orang (14.3%) menyatakan jam
0.00 - 05.59. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa
jam 18.00 - 23.59 adalah waktu yang paling sering dalam mengendarai sepeda
motor, pengkategorisasian waktu berpengaruh dalam hal kondisi kecemasan
perempuan saat berada di jalan, dalam interval jam 18.00 – 23-59 waktu malam hari
cenderung rawan dari serangan geng motor karena itu gambaran tingkat kecemasan
juga sangat berpengaruh dalam hal ini, seperti di kutip dari berita okezone.com
sebagai berikut.
tingkat kejahatan tertinggi di jalan raya terjadi pada jam-jam orang sedang
beristirahat, yaitu pukul 20.00-24.00 WIB dan 24.00-03.00 WIB. Data di Polres
Bandung, tercatat pada Bulan Mei, ada 70 kejahatan pada jam 20.00 - 24.00 WIB.
Kejahatan itu meliputi, penganiayaan berat (anirat), pencurian dengan kekerasan
(curas), pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian kendaraan bermotor
(ranmor), judi dan narkoba. "Ada satu kasus pembunuhan, enam anirat
(penganiayaan berat), 23 curat (pencurian dengan pemberatan), empat curas
(pencurian dengan kekerasan), 12 curanmor (pencurian kendaraan bermotor)." kata
99
Kasubag Humas Polres Bandung, Kompol Rosdinana, di Mapolres Bandung Senin
(18/6/2012).3
Maka waktu mengendarai sepeda motor di jalan, akan berpengaruh dalam
tingkat kecemasan seseorang karena jam rawan 20.00-24.00 dan berdasarkan tabel
4.5 kebanyakan responden mengendarai sepeda motor dengan rentang waktu antara
18.00 - 23.59 yang merupakan jam rawan kejahatan akan mempengaruhi tingkat
kecemasan seseorang akan semakin tinggi karena pengaruh tayangan pemberitaan
geng motor tersebut.
Tabel 4.6
Keperluan Mengendarai Sepeda Motor
No Keperluan f %
1 Bekerja 19 30,16
2 Ke sekolah/kampus 19 30,16
3 Berbelanja/jalan-jalan 25 39,68
Jumlah 63 100.0
Tabel 4.6 di atas menggambarkan “Mengendarai Motor untuk keperluan”. Dari
63 orang yang diteliti, 25 orang (39.7%) untuk keperluan berbelanja/jalan-jalan, 19
orang (30.2%) masing-masing untuk keperluan ke sekolah/kampus dan bekerja.
Table 4.6 ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mengendarai sepeda motor
untuk keperluan berbelanja/jalan-jalan, karena pada dasarnya keperluan berbelanja
yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya membutuhkan waktu yang cukup
lama saat berada di jalan raya, dan seseorang yang sehabis berbelanja khususnya
pada pengguna sepeda motor relatif lebih berbahaya karena akan terlihat mencolok
3 http://isamas54.blogspot.com/2011/03/data-kriminalitas-tahun-2012.html,
http://jakarta.okezone.com/read/2012/06/18/500/649239/pukul-21-00-24-00-waktu-paling-bandung di
unduh pada tgl 17/10/2012 jam 23:33
100
saat membawa barang belanjaan, terlebih lagi barang hasil belanja mencolok saat
ditaruh di sepeda motor, maka menjadikan sasaran dalam kejahatan. Kemudian
dalam hal kebiasaan jalan-jalan yang sering melewati beberapa daerah rawan dan
memungkinkan jalanan sepi akan mempengaruhi juga pengaruh dari tayangan
pemberitaan terhadap tingkat kecemasannya.
4.1.2 Hasil Deskriptif Pertanyaan
Analisis data penelitian yaitu data penelitian yang diperoleh melalui
penyebaran angket yang akan ditampilkan berdasarkan dua variabel yaitu tayangan
pemberitaan geng motor dan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor,
data penelitian ini merupakan hasil jawaban responden dalam mengisi angket
penelitian yang disebarkan. Pada analisa penelitian, peneliti uraikan berdasarkan pada
operasionalisasi variabel penelitian untuk menjawab identifikasi masalah yang ingin
diketahui peneliti. Pemaparan hasil analisis deskriptif diawali dengan melakukan
pengkategorian untuk setiap variabel yang diteliti. Pengkategorian tingkatan
dikonsentrasikan menjadi tinggi (1), sedang (2), rendah (3).
Penentuan rentang kategori dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
c =𝑋𝑛−𝑋1
𝑘,
dimana:
c = Panjang interval kelas
Xn = Nilai Terbesar
X1 = Nilai Terkecil
k = Banyaknya Kelas, dalam hal ini adalah 3 (rendah, sedang, tinggi)
(Supranto, 2001:64).
101
Penentuan kategori :
a. Nilai minimum + Interval = Rendah/Kurang
b. Nilai kategori rendah + Interval = Sedang/Cukup
c. Nilai kategori sedang + Interval = Tinggi/Baik
Setelah dilakukan pengkategorian, penulis melakukan tabel distribusi dari
setiap pendapat responden dari setiap item kuesioner yang diberikan serta berkaitan
dengan variabel yang diteliti. Kemudian dilakukan pemaparan deskriptif dari hasil
tabel distribusi tersebut.
4.1.3 Analisis Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi
Perhitungan variabel tayangan pemberitaan geng motor di TV dibagi menjadi
tiga kategori (C), yaitu rendah, sedang dan tinggi. Jumlah pertanyaan dalam variabel
ini adalah 8 dan masing-masing pertanyaan memiliki bobot nilai maksimal, yaitu 5
dan nilai minimal, yaitu 1. Pembagian kategori variabel tayangan pemberitaan geng
motor di TV dilakukan melalui tahap berikut:
N max = 5 x 8 = 40
N min = 1 X 8 = 8
Interval = N max – N min
C
= 40 – 8
3
= 10.7
102
Range:
8 hingga 18.7 = Kategori Rendah
18.8 hingga 29.3 = Kategori Sedang
29.4 hingga 40 = Kategori Tinggi
Tabel 4.7
Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi
No Pilihan Jawaban f %
1 Tinggi 34 53,97
2 Sedang 28 44,44
3 Rendah 1 1,59
Jumlah 63 100.0
Tabel kategorisasi 4.7 merupakan jawaban dalam menonton tayangan
pemberitaan geng motor menggambarkan mengenai tayangan pemberitaan geng
motor di televisi. Dari 63 orang yang diteliti, 34 orang (54.0%) menilai tayangan
pemberitaan geng motor di televisi dengan kategori tinggi, 28 orang (44.4%) menilai
dengan kategori sedang dan 1 orang (1.6%) menilai dengan kategori rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden menilai bahwa tayangan pemberitaan geng
motor di televisi dengan kategori tinggi (baik).
Kategorisasi tinggi adalah berati responden dalam kategori ini sangat sering,
dan bisa menyaksikan 4-5 kali tayangan pemberitaan geng motor dalam seminggu,
sedang, rendah merupakan hasil perhitungan pada keseluruhan tabel di atas dapat
dilihat secara keseluruhan dan dalam hal ini anggota club WSI Bandung memiliki
frekuensi dalam melihat tayangan pemberitaan geng motor adalah tinggi, dan dapat
103
diartikan bahwa frekuensi responden rata-rata menyaksikan 5-4 kali tayangan
pemberitaan dalam seminggu. Intensitas terpaan media berupa frekuensi menyaksikan
tayangan televisi sangat berpengaruh kepada penonton. Semakin sering menyaksikan
tayangan kriminal maka pengaruh tingkat kecemasan pada responden akan semakin
meningkat.
Frekuensi penerbitan atau penyebaran atau penyampaian akan menentukan
seberapa seringnya komunikan akan melihat atau mendengar (exposed) suatu pesan.
Selanjutnya frekuensi akan menentukan sebarapa jauh pengaruh dari pesan terhadap
komunikan, khususnya mengingat adanya sifat mudah lupa pada manusia. Disamping
itu frekuensi exprosure juga akan menentukan sebarapa jauh akibat atau psycologival
contact antara komunikator dan komunikan hal mana menentukan cepat lambatnya
komunikan untuk bertindak (Susasonto, 1997:211)
4.1.3.1 Analisis Intensitas Pemberitaan Geng Motor
Perhitungan variabel Intensitas pemberitaan geng motor di TV dibagi menjadi
tiga kategori (C), yaitu rendah, sedang dan tinggi. Jumlah pertanyaan dalam variabel
ini adalah 3 dan masing-masing pertanyaan memiliki bobot nilai maksimal, yaitu 5
dan nilai minimal, yaitu 1. Pembagian kategori variabel tayangan pemberitaan geng
motor di TV dilakukan melalui tahap berikut:
N max = 5 x 3 = 15
N min = 1 X 3 = 3
Interval = N max – N min
C
104
= 15 – 3
3
= 4
Range:
3.0 hingga 7.0 = Kategori Rendah
7.1 hingga 10.9 = Kategori Sedang
11 hingga 15 = Kategori Tinggi
Tabel 4.8
Intensitas Pemberitaan Geng Motor di Televisi
No Pilihan Jawaban f %
1 Tinggi 15 23,81
2 Sedang 37 58,73
3 Rendah 11 17,46
Jumlah 63 100.0
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas Tabel Kategorisasi 4.8 dan
gambar menggambarkan mengenai intensitas pemberitaan geng motor di televisi.
Dari 63 orang yang diteliti, 37 orang (58.7%) menilai intensitas pemberitaan geng
motor di televisi dengan kategori sedang, 15 orang (23.8%) menilai dengan kategori
tinggi dan 11 orang (17.5%) menilai dengan kategori rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden menilai bahwa intensitas pemberitaan geng motor di
televisi sedang.
Kategori sedang ini dapat diartikan responden anggota club WSI Bandung tidak
terlalu sering ataupun jarang melihat tayangan pemberitaan geng motor dalam
seminggu yaitu intensitas menyaksikan tayangan pemberitaan sebanyak 2-3 kali.
105
Dengan Mengetahui lamanya seseorang untuk menonton, kita dapat mengetahui
beberapa lama seseorang untuk mengetahui berapa lama seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya untuk mendapatkan hiburan dengan menonton televisi. Selain itu juga
pertanyaan ini berguna untuk mengetahui seberapa pengaruhnya terpaan televisi
terhadap responden (Severin & Tankard, 2005:15).
Intensitas yang cukup sering dalam rata-rata 2-3 kali seminggu melihat
tayangan pemberitaan geng motor ini mempengaruhi daya ingat responden dan
mempengaruhi faktor dalam menyikapi keadaan khususnya pada saat mengendarai
sepeda motor di jalan.
Khusus untuk medium televisi, Informasi yang diperoleh melalui siaran televisi
dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama jika dibandingkan dengan
perolehan informasi yang sama tapi melalui membaca, oleh karena itu efek televisi
dalam seringnya menonton lebih dapat terendap dalam ingatan manusia, hal tersebut
dikarenakan gambar/visualisasi bergerak yang berfungsi sebagai tambahan dan
dukungan informasi penulisan narasi mempunyai kemampuan untuk memperkuat
daya ingat manusia dan memanggilnya (recall) kembali. Alasan tersebut juga
diperkuat karena informasi yang disampaikan melalui medium televisi, diterima
dengan dua indera sekaligus (mata dan telinga) secara stimultan pada saat yang
bersamaan. Jadi dalam waktu yang bersamaan penonton atau pemirsa televisi
dirangsang oleh kedua indreanya ketika mereka mononton siaran televisi. Karena
ituah daya ingatan mengendap di dalam ingatannya dan akan bertahan lama daripada
melihat, atau membaca dan mendengar saja (Iskandarr:2003:27).
106
4.1.3.1 Analisis Isi Pesan Pemberitaan Geng Motor
Perhitungan variabel isi pesan pemberitaan geng motor di TV dibagi menjadi
dua kategori, yaitu cukup dan baik. Jumlah pertanyaan dalam variabel ini adalah 5
dan masing-masing pertanyaan memiliki bobot nilai maksimal, yaitu 5 dan nilai
minimal, yaitu 1. Pembagian kategori variabel tayangan pemberitaan geng motor di
TV dilakukan melalui tahap berikut:
N max = 5 x 5 = 25
N min = 1 X 5 = 5
Interval = N max – N min
C
= 25 – 5
2
= 10
Range: 5 hingga 14.9 = Kategori cukup
15 hingga 25 = Kategori baik
Tabel 4.9
Isi Pesan Pemberitaan Geng Motor di Televisi
No Pilihan Jawaban f %
1 Baik 41 65,08
2 Cukup 22 34,92
Jumlah 63 100.0
Tabel 4.9 tentang isi pesan menjelaskan bahwa isi pesan termasuk dari salah
satu aspek tayangan media, karena isi pesan menentukan apakah khalayak meyerap
107
informasi yang disampaikan atau tidak. Isi pesan terdiri dari kelengkapan pesan,
kejelasan pesan, keakuratan pesan, gaya tata bahasa (Wahyudi, 1994:15) isi pesan
tayangan pemberitaan ini berkaitan dengan bahan dan materi yang hendak
disampaikan kepada audience. Pesan yang dikomunikasikan tentu mengharapkan
respon, feedback yang positif menunjukan komunikasi berjalan dengan efektif.
Isi pesan dalam tayangan pemberitaan geng motor menurut data tabel
kategorisasi 4.9 di atas menggambarkan mengenai isi pesan pemberitaan geng motor
di televisi. Dari 63 orang yang diteliti, 41 orang (65.1%) menilai isi pesan
pemberitaan geng motor di televisi dengan kategori baik dan 22 orang (34.9%)
menilai isi pesan dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menilai bahwa isi pesan pemberitaan geng motor di televisi baik yang
artinya isi pesan dari tayangan pemberitaan geng motor sangat jelas, dan membantu
dalam informasi saat ditampilkannya tayangan tersebut karena berdasar tabel 4.9
kebanyakan responden sangat setuju dan menyetujui isi pesan tayangan tersbut dapat
memberi kebutuhan informasi dan kejelasan saat disampaikan pesan tersebut, dalam
aspek isi pesan dalam hal kejelasan informasi, kelengkapan informasi, dan keakuratan
informasi yang ditayangkan sehingga penonton menangkap apa yang diberitakan
pada penayangan pemberitaan tersebut. Karena dalam data yang disebutkan 41 orang
dari 63 responden menilai pemberitaan geng motor dengan kategori baik.
Dalam isi pesan tayangan pemberitaan geng motor pada tabel 4.9 yang akan
berpengaruh pada pesan yang disampaikan kepada penonton dan membentuk ingatan
selektif. Ingatan selektif mengasumsikan bahwa orang tidak akan mudah lupa atau
sangat mengingat pesan-pesan dari isi tayangan televisi dengan sikap atau
108
kepercayaan yang telah dimiliki sebelumnya, penonton televisi akan lebih mengingat
lebih detail isi pesan yang ditayangkan lebih lagi isi berita tersebut disukainya
(Morrisan:2010:71).
Hal lain yang membuat tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor
tinggi karena isi pesan tayangan pemberitaan bisa disebabkan oleh gambar atau juga
video yang biasanya ditayangkan tanpa sensor serta beberapa teknik pengambilan
gambar, editing video dan editing suara, gambar dan suara yang ditayangkan
ditelevisi menjadi lebih dramatis. Karena televisi seringkali menjual sisi-sisi
kekejaman untuk menarik perhatian khalayak yang menonton tayangan tersebut, dan
pada akhirnya akan timbul beberapa ingatan yang tidak menyenangkan yang muncul
pada saat-saat tertentu, didukung adanya stimuli dari penyerapan isi pesan oleh kedua
indra penglihatan dan pendengaran, sehingga otak menjadi lebih mudah mengingat
adegan atau tayangan pemberitaan geng motor yang pernah dilihat oleh responden.
Recall terjadi ketika responden berada pada suatu kondisi yang ditayangkan pada
berita kriminal di televisi (Iskandar,2003:153)
“program berita kriminal di televisi biasanya menayangkan adegan berita kriminal
dengan tehnik pengambilan gambar dengan angle close up hingga extreme close up,
jenis atau tipe-tipe senja atau alat yang digunakan pelaku kriminal untuk melakukan
tindakan kriminal”(Osterberg dan Ward, 1997:54).
4.1.3.1 Analisis Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Perhitungan variabel tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Tinggi, Sedang, Rendah. Jumlah pertanyaan dalam
variabel ini adalah 8 dan masing-masing pertanyaan memiliki bobot nilai maksimal,
yaitu 4 dan nilai minimal melalui tahap berikut:
109
N max = 3 x 8 = 24
N min = 0 X 8 = 0
Interval = N max – N min
C
= 24 – 0
3
= 8
Range: 0 hingga 8 = Kategori Rendah
8.1 hingga 16.1 = Kategori Sedang
16.2 hingga 24 = Kategori Tinggi
Tabel 4.10
Tingkat Kecemasan Perempuan
Pengguna Sepeda Motor
No Pilihan Jawaban f %
1 Tinggi 11 17,46
2 Sedang 36 57,14
3 Rendah 16 25,40
Jumlah 63 100.0
Pada tabel kategorisasi 4.10 yang membahas tentang tingkat kecemasan yang
rata-rata dimiliki oleh para responden WSI Bandung, Sebelumnnya kecemasan
merupakan suatu reaksi terhadap pengalam tertentu. Kecemasan sendiri biasanya
disebabkan oleh kondisi stimulus yang khusus (Lazarus,1969). Stimulus yang
dimaksud adalah stimulus dari luar seperti apa yang dilihat dan dirasakan. Tayangan
program berita geng motor dapat menjadi stimulus yang cukup kuat untuk
menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang dirasakan oleh penonton dapat
110
berkembang menjadi kecemasan patologis, kecemasan patologis memliki bentuk
yang lebih berat dari kecemasan normal. Perasaan cemas akan lebih hebat, sering atau
berlangsung lebih lama dan dapat menjadi sebuah kebiasaan yang sulit dihilangkan.
Kemudian analisis dari tabel menggambarkan mengenai tingkat kecemasan
perempuan pengguna sepeda motor. Dari 63 orang yang diteliti, 36 orang (57.1%)
menilai tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor dengan kategori
sedang, 16 orang (25.4%) menilai dengan kategori rendah dan 11 orang (17.5%)
menilai dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
menilai tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor dengan kategori
sedang.
Tingkat Kecemasan Manusia dapat digolongkan pada empat tingkatan kecemasan,
yaitu ringan, sedang, berat dan panik :
1. Kecemasan ringan, Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini
adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk
belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Kecemasan sedang, Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah
yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi
yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan
pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan
yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah
dan menangis.
3. Kecemasan berat, Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi
yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak
dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit,
tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk
menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
111
4. Panik, Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini
adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan
inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,
menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.4
Dalam hal ini responden anggota WSI Bandung memiliki tingkap kecemasan
sedang yaitu memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang
penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif, lahan persepsi menyempit, fokus pikiran tidak optimal, kemampuan
konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak
menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan
menangis ketika berada di jalan dalam situasi jalan raya sepi, ataupun daerah rawan
kriminalitas geng motor.
4 Diambil dari : http://dmarco.mywapblog.com/empat-tingkat-kecemasan.xhtml tgl 16/10/2012 jam :
15:13
112
4.1.4 Pembahasan Hubungan Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi
dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Di bawah ini dibahas bagaimana setiap variabel yang telah di teliti
akan menghasilkan gambaran baik setiap variabel Intensitas, dan isi pesan kemudian
bagaimana hubungan tayangan pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat
kecemasan perempuan pengguna sepeda motor dan dengan hipotesis sebagai berikut :
4.1.4.1 Hubungan Antara Intensitas Tayangan Pemberitaan Geng Motor di
Televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Tabel 4.11
Hubungan Tayangan Intensitas Pemberitaan Geng Motor di Televisi
dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Intensitas Tingkat Kecemasan
Total Tinggi Sedang Rendah
Tinggi f 6 7 2 15
% 9,52 11,11 3,17 23,81
Sedang f 4 24 9 37
% 6,35 38,10 14,29 58,73
Rendah f 1 5 5 11
% 1,59 7,94 7,94 17,46
Total f 11 36 16 63
% 17,46 57,14 25,40 100,00
H1: Ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng motor di
televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor
H0: Tidak ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng motor
di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor
113
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 15 orang yang menilai
intensitas pemberitaan geng motor di televisi dengan kategori tinggi, ternyata 6 orang
diantaranya memiliki tingkat kecemasan tinggi, 7 orang memiliki tingkat kecemasan
sedang dan 2 orang memiliki tingkat kecemasan rendah. Dari 37 orang yang menilai
intensitas pemberitaan geng motor di televisi dengan kategori sedang, ternyata 4
orang diantaranya memiliki tingkat kecemasan tinggi, 24 orang memiliki tingkat
kecemasan sedang dan 9 orang memiliki tingkat kecemasan rendah. Dari 11 orang
yang menilai intensitas pemberitaan geng motor di televisi dengan kategori rendah,
ternyata 1 orang diantaranya memiliki tingkat kecemasan tinggi, 5 orang memiliki
tingkat kecemasan sedang dan 5 orang memiliki tingkat kecemasan rendah.
Maka efek perubahan sikap seseorang dalam menanggapi tayangan
pemberitaan geng motor terlihat jelas dari tabel 4.11 dari 15 orang yang menilai
intensitas pemberitaan geng motor di televisi dengan kategori tinggi, ternyata 6 orang
diantaranya memiliki tingkat kecemasan tinggi serta 7 orang memiliki tingkat
kecemasan sedang, maka intensitas seringnya melihat tayangan berhubungan dengan
tingkat kecemasan.
Karena inilah yang disebut, asumsi efek langsung (direct-effects assumption)
dan telah menjadi perdebatan karena ketika pemikiran seseorang telah
ditransformasikan oleh media, maka semua bentuk konsekuensi buruk dalam jangka
panjang mungkin terjadi tidak hanya dapat menghancurkan kehidupan seseorang,
namun juga menciptakan masalah dalam skala sosial yang luas (Stanley:2009:71).
114
4.1.4.2 Hubungan Antara Isi Pesan Tayangan Pemberitaan Geng Motor di
Televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Tabel 4.12
Hubungan Isi Pesan Tayangan PemberitaanGeng Motor di Televisi dengan
Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Isi Pesan Tingkat Kecemasan
Total Tinggi Sedang Rendah
Baik f 9 24 8 41
% 14,29 38,10 12,70 65,08
Cukup f 2 12 8 22
% 3,17 19,05 12,70 34,92
Total f 11 36 16 63
% 17,46 57,14 25,40 100,00
H1: Ada hubungan signifikan antara isi pesan dalam pemberitaan geng motor di
televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
H0 : Tidak ada hubungan signifikan antara isi pesan dalam pemberitaan geng motor
di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
Dalam Tabel 4.12 mengenai hubungan isi pesan tayangan pemberitaan geng
motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor,
menunjukan bahwa televisi dapat mengancam nilai–nilai sosial yang ada di dalam
masyarakat dan mengubah cara pandang masyarakat terhadap suatu lingkungan
sekitarnya (Kuswandi, 1996:99). Hal ini sesuai dengan penjelasan tabel 4.12 di atas
dapat dilihat bahwa dari 41 orang yang menilai isi pesan pemberitaan geng motor di
televisi dengan kategori tinggi, ternyata 9 orang diantaranya memiliki tingkat
kecemasan tinggi, 24 orang memiliki tingkat kecemasan sedang dan 8 orang memiliki
tingkat kecemasan rendah. Dari 22 orang yang menilai isi pesan pemberitaan geng
115
motor di televisi dengan kategori sedang, ternyata 2 orang diantaranya memiliki
tingkat kecemasan tinggi, 12 orang memiliki tingkat kecemasan sedang dan 8 orang
memiliki tingkat kecemasan rendah.
Isi pesan yang terkandung dalam tayangan ikut mempengaruhi karena sesuai
interpretasi data di atas dalam isi pesan 41 orang yang menilai isi pesan pemberitaan
geng motor di televisi dengan kategori tinggi, ternyata 9 orang diantaranya memiliki
tingkat kecemasan tinggi, 24 orang memiliki tingkat kecemasan sedang, cukup
menjelaskan bahwa televisi yang merupakan media audio visual mempengaruhi
masyarakat dalam mempersepsikan lingkungan sekitar khususnya pada tingkat
kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
4.1.4.3 Hubungan antara Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan
Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Tabel 4.13
Hubungan antara Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi
dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Tayangan Pemberitaan
Geng Motor di Televisi
Tingkat Kecemasan Total
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi f 9 19 6 34
% 14,29 30,16 9,52 53,97
Sedang f 2 17 9 28
% 3,17 26,98 14,29 44,44
Rendah f 0 0 1 1
% 0 0 1,59 1,59
Total f 11 36 16 63
% 17,46 57,14 25,40 100,00
116
H1: Ada hubungan signifikan antara tayangan pemberitaan geng motor di televisi
dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
H0: Tidak ada hubungan signifikan tayangan pemberitaan geng motor di televisi
dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
Hasil dari tabel 34 orang yang menilai tayangan pemberitaan geng motor di
televisi dengan kategori tinggi, ternyata 9 orang diantaranya memiliki tingkat
kecemasan tinggi, 19 orang memiliki tingkat kecemasan sedang dan 6 orang memiliki
tingkat kecemasan rendah. Dari 28 orang yang menilai tayangan pemberitaan geng
motor di televisi dengan kategori sedang, ternyata 2 orang diantaranya memiliki
tingkat kecemasan tinggi, 17 orang memiliki tingkat kecemasan sedang dan 6 orang
memiliki tingkat kecemasan rendah. Dari 1 orang yang menilai tayangan pemberitaan
geng motor di televisi dengan kategori rendah, ternyata memiliki tingkat kecemasan
rendah juga.
Hal ini sesuai dengan sesuai dengan teori kultivasi yaitu TV menyebabkan
khalayak menciptakan realitas sosial mereka sendiri yang berbeda dengan realitas
sebenarnya (Morrisan:2010:107). Karena televisi khususnya memainkan peranan
yang teramat penting dalam bagaimana orang memandang dunia mereka. Dalam
masyarakat kini kebanyakan orang mendapatkan informasi mereka dari sumber-
sumber yang bermediasi dibandingkan dari pengalamannya langsung. Karenanya,
sumber-sumber yang bermediasi dapat membentuk kenyataan seseorang dari apa
yang tertangkap oleh fitur otak karena isi dari sebuah pesan tayangan televisi,
kegiatan menonton kelas berat mengultivasi suatu anggapan behwa dunia adalah
tempat yang penuh dengan kekerasan, dan para penonton televisi kelas berat merasa
117
terdapat lebih banyak kekerasan di dunia dibandingkan dengan kenyataan atau
daripada yang dirasakan oleh penonton kelas ringan (West&Turner, 2008:84).
Dapat disimpulkan semakin tinggi melihat tayangan televisi khususnya
tayangan pemberitaan geng motor, semakin tinggi pula tingkat kecemasan perempuan
pengguna sepeda motor saat berada di jalan raya karena dari 34 orang berdasar tabel
4.13 yang menilai tayangan pemberitaan geng motor di televisi dengan kategori
tinggi, ternyata 9 orang diantaranya memiliki tingkat kecemasan tinggi, 19 orang
memiliki tingkat kecemasan sedang. Maka ada hubungan yang signifikan antara
tayangan pemberitaan geng motor dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna
sepeda motor.
4.2. Hubungan antara Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan
Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Berikut ini adalah hasil pengolahan melalui komputerisasi untuk koefisien
korelasi mengenai hubungan antara tayangan pemberitaan geng motor di televisi
dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
Tabel 4.14
Analisis Korelasi Sederhana
Variabel rs t hitung t tabel Keputusan Keterangan
X dan Y 0.496 4.456 2.00 Ho ditolak Signifikan
Berdasarkan tabel 4.14 di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,496. Sebelum mengambil kesimpulan, kita harus melakukan pengujian terhadap
118
koefisien korelasinya untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara
variabel X dengan variabel Y.
Ho : = 0 Artinya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
tayangan pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat
kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
H1 : ≠ 0 Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel tayangan
pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan
perempuan pengguna sepeda motor.
5%
Statistik Uji :
2
2
1
r nt
r
, derajat bebas = n-2
Kriteria Uji : 1. Terima Ho jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
2. Tolak Ho jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel 4.14 di atas diperoleh nilai t hitung sebesar 4.456. Karena
nilai t hitung (4.456) > t tabel (2,00), maka Ho ditolak. Artinya, terdapat hubungan
yang signifikan antara variabel tayangan pemberitaan geng motor di televisi dengan
tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
Koefisien korelasi tersebut bernilai positif 0.496 yang berarti terdapat
hubungan positif antara variabel X dengan Y. Artinya, semakin tinggi melihat
119
tayangan pemberitaan geng motor di televisi, maka semakin tinggi pula tingkat
kecemasan perempuan pengguna sepeda motor hal ini berkaitan dengan asumsi teori
Kultivasi yang mengasumsikan terpaan media yang terus menerus dalam hal
intensitas penayangan pemberitaan, jadi teori ini juga menjelaskan bahwa penonton
yang sering melihat tayangan televisi akan terdoktrin secara bawah sadar dan
membentuk persepsi sosial. Dan orang yang lebih lama „hidup‟ di dunia televisi
“heavy viewers” cenderung akan cenderung melihat dunia nyata seperti gambaran,
nilai-nilai, potret, dan ideologi yang muncul pada layar televisi (Zillman:14:2002).5
Sesuai dengan hasil perhitungan dari hipotesis tabel 4.14 dapat dijelaskan efek
langsung dari terpaan media atau media exposure yaitu dapat menghasilkan
perubahan pada sikap (attitude change) manusia dan perubahan pikiran (cognitive
change) yang diawali dengan keterlibatan emosi saat terpaan media itu terjadi
(Sparks:2002:136). Maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel tayangan
pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna
sepeda motor.
4.2.1 Hubungan antara Intensitas Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan
Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Berikut ini adalah hasil pengolahan data melalui komputerisasi untuk
koefisien korelasi mengenai hubungan antara intensitas pemberitaan geng motor di
televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
5 Diambil dari artikel : http://www.dsieducitain.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-
mempengaruhi/ tgl 10 sept.2012
120
Tabel 4.15
Analisis Korelasi Sederhana
Variabel rs t hitung t tabel Keputusan Keterangan
X1 dan Y 0.478 4.248 2.00 Ho ditolak Signifikan
Berdasarkan tabel 4.15 di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,478. Sebelum mengambil kesimpulan, kita harus melakukan pengujian terhadap
koefisien korelasinya untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara
variabel X1 dengan variabel Y.
Ho : = 0 Artinya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
intensitas pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat
kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
H1 : ≠ 0 Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel intensitas
pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan
perempuan pengguna sepeda motor.
5%
Statistik Uji :
2
2
1
r nt
r
, derajat bebas = n-2
Kriteria Uji : 1. Terima Ho jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
2. Tolak Ho jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Kesimpulan :
121
Berdasarkan tabel 4.15 di atas diperoleh nilai t hitung sebesar 4.248. Karena
nilai t hitung (4.248) > t tabel (2,00), maka Ho ditolak. Artinya, terdapat hubungan
yang signifikan antara variabel intensitas pemberitaan geng motor di televisi dengan
tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
Koefisien korelasi tersebut bernilai signifikan 0.478 yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan variabel X1 dengan Y. Artinya, semakin tinggi intensitas
pemberitaan geng motor di televisi, maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan
perempuan pengguna sepeda motor.
Hal ini sesuai dengan prinsip intensitas dari asumsi teori kultivasi yaitu
intensitas penayangan media massa televisi berulang-ulang dan disaksikan secara
sering oleh penonton telah membawa opini masyarakat dan menanamkan
pendefinisian. Atau setidaknya dekat dengan hal itu. Dalam pandangan kultivasi ini,
media massa televisi seringkali melakukan generalisasi sehingga perempuan yang
menonton tayangan tersebut memiliki tingkat kecemasan yang tinggi ketika berada di
jalan, karena terdoktrin tayangan pemberitaan tayangan geng motor tersebut, karena
sebuah penelitian menunjukkan adanya kaitan yang cukup tinggi antara perilaku
dalam mengatur waktu tayangan menonton dan peningkatan gejala-gejala kecemasan
psikologis.6
Lebih jauh lagi efek intensitas yaitu disebut resonansi (Resonance)
menjelaskan efek intensitas yang kemudian akan diterima oleh audiens (dalam hal ini
pengguna sepeda motor perempuan) tentang apa yang mereka lihat di televisi adalah
merupakan apa yang telah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Resonance
6 (Black and Vandiver, 1988 dalam Misra & McKean, 121: 2000).
122
terjadi ketika pemirsa melihat sesuatu di televisi yang sama dengan realitas kehidupan
mereka sendiri. Televisi tidak sekadar memberikan pengetahuan, atau melaporkan
realitas peristiwa. Lebih dari itu, televisi berhasil menanamkan realitas bentukannya
ke benak pemirsa. Sehingga menurut Perse (2001:215) efek dominan kultivasi
kekerasan televisi pada individu adalah pada kognitif (meyakini tentang realitas
sosial) dan afektif (takut akan kejahatan)7. Dalam hal ini afek kognitif dan afektif
merupakan tingkat kecemasan yang tinggi ketika berada di jalan saat perempuan
mengendarai sepeda motor dalam situasi tertentu.
4.2.2 Hubungan antara Isi Pesan Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan
Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Berikut ini adalah hasil pengolahan melalui komputerisasi untuk koefisien
korelasi mengenai hubungan antara isi pesan pemberitaan geng motor di televisi
dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
Tabel 4.16
Analisis Korelasi Sederhana
Variabel rs t hitung t tabel Keputusan Keterangan
X2 dan Y 0.326 2.689 2.00 Ho ditolak Signifikan
Berdasarkan tabel 4.16 diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.326.
Sebelum mengambil kesimpulan, kita harus melakukan pengujian terhadap koefisien
7 Diambil dari : http://tanriantomedias.blogspot.com/2010/03/cultivation-theory.html tgl 08/10/2012
jam 9:24
123
korelasinya untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel
X2 dengan variabel Y.
Ho : = 0 Artinya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel isi
pesan pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan
perempuan pengguna sepeda motor.
H1 : ≠ 0 Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel isi pesan
pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan
perempuan pengguna sepeda motor.
5%
Statistik Uji :
2
2
1
r nt
r
, derajat bebas = n-2
Kriteria Uji : 1. Terima Ho jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
2. Tolak Ho jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel 4.16 di atas diperoleh nilai t hitung sebesar 2.689. Karena
nilai t hitung (2.689) > t tabel (2,00), maka Ho ditolak. Artinya, terdapat hubungan
yang signifikan antara variabel isi pesan pemberitaan geng motor di televisi dengan
tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
Koefisien korelasi tersebut bernilai signifikan 0.326 yang berarti terdapat
hubungan signifikan antara variabel X2 dengan Y. Artinya, semakin tinggi konsumsi
124
isi pesan tayangan pemberitaan geng motor di televisi, maka semakin tinggi pula
tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor. Maka responden yang dalam
hal ini anggota WSI Bandung Dalam hubungan isi pesan tayangan pemberitaan geng
motor pada tabel 4.16 yang akan berpengaruh pada pesan yang disampaikan kepada
penonton dan membentuk ingatan selektif. Ingatan selektif mengasumsikan bahwa
orang tidak akan mudah lupa atau sangat mengingat pesan-pesan dari isi tayangan
televisi dengan sikap atau kepercayaan yang telah dimiliki sebelumnya, penonton
televisi akan lebih mengingat lebih detail isi pesan yang ditayangkan lebih lagi isi
berita tersebut disukainya (Morrisan:2010:71).
Hubungan lain yang membuat tingkat kecemasan perempuan pengguna
sepeda motor tinggi karena isi pesan tayangan yang signifikan dalam pemberitaan
bisa disebabkan oleh gambar atau juga video yang biasanya ditayangkan tanpa sensor
serta beberapa teknik pengambilan gambar, editing video dan editing suara, gambar
dan suara yang ditayangkan ditelevisi menjadi lebih dramatis. Karena televisi
seringkali menjual sisi-sisi kekejaman untuk menarik perhatian khalayak yang
menonton tayangan tersebut, dan pada akhirnya akan timbul beberapa ingatan yang
tidak menyenangkan yang muncul pada saat-saat tertentu, didukung adanya stimuli
dari penyerapan isi pesan oleh kedua indra penglihatan dan pendengaran, sehingga
otak menjadi lebih mudah mengingat adegan atau tayangan pemberitaan geng motor
yang pernah dilihat oleh responden. Recall terjadi ketika responden berada pada suatu
kondisi yang ditayangkan pada berita kriminal di televisi (Iskandar,2003:153)
125
4.3 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 4.17
Hasil Pengujian Hipotesis Kerja
Hipotesis
Penelitian
rs t
Hitung
Kriteria Kesimpulan
Tayangan
pemberitaan Geng
motor di televisi
(X) dengan
Tingkat
Kecemasan (Y)
0.496 4.456 Ho di tolak
H1 Diterima
terdapat
hubungan yang
signifikan
Intensitas
Tayangan
Pemberitaan Geng
Motor (X1) dengan
Tingkat
Kecemasan (Y)
0.478 4.248 Ho di tolak
H1 Diterima
terdapat
hubungan yang
signifikan
Isi Pesan Tayangan
Pemberitaan Geng
motor (X2) dengan
tingkat kecemasan
(Y)
0.326 2.689 Ho di tolak
H1 Diterima
terdapat
hubungan yang
signifikan