45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Laporan Hasil Penelitian Siklus I A. Tahap Perencanaan Upaya memperoleh data awal sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan observasi terhadap guru pada saat memberikan pembelajaran matematika. Dari hasil observasi awal dapat diidentifikasi bahwa dalam proses pembelajaran matematika masih banyak kelemahan, sehingga berakibat pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Secara rinci kelemahan dalam proses pembelajaran matematika yang berakibat pada aktivitas dan hasil belajar yang dimaksud yaitu: 1) Pembelajaran masih didominasi oleh guru. 2) Penggunaan metode konvensional yaitu ceramah dalam proses pembelajaran membuat siswa kurang tertarik dan merasa cepat bosan pada saat menerima pelajaran. 3) Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembagian. 4) Siswa kurang terlibat aktif dalam proses, sehingga aktivitas belajar siswa rendah. 5) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah. Dari temuan observasi awal tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Dalam hal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …digilib.unila.ac.id/588/5/BAB IV.pdf · memimpin doa. Selesai berdoa, siswa yang tadi memimpin doa kemudian memimpin ... Maka tujuan

  • Upload
    lytram

  • View
    221

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Laporan Hasil Penelitian Siklus I

A. Tahap Perencanaan

Upaya memperoleh data awal sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu

dilakukan observasi terhadap guru pada saat memberikan pembelajaran

matematika. Dari hasil observasi awal dapat diidentifikasi bahwa dalam proses

pembelajaran matematika masih banyak kelemahan, sehingga berakibat pada

aktivitas dan hasil belajar siswa. Secara rinci kelemahan dalam proses

pembelajaran matematika yang berakibat pada aktivitas dan hasil belajar yang

dimaksud yaitu:

1) Pembelajaran masih didominasi oleh guru.

2) Penggunaan metode konvensional yaitu ceramah dalam proses

pembelajaran membuat siswa kurang tertarik dan merasa cepat bosan pada

saat menerima pelajaran.

3) Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembagian.

4) Siswa kurang terlibat aktif dalam proses, sehingga aktivitas belajar siswa

rendah.

5) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah.

Dari temuan observasi awal tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan dalam

proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Dalam hal

47

ini, peneliti berusaha mengoptimalkan proses pembelajaran dengan

mempergunakan model cooperative learning tipe STAD dengan langkah-langkah

yang sesuai pada STAD dalam penerapannya.

Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I dan siklus II dengan

menggunakan model cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran

matematika di kelas III C SD Xaverius 3 Bandarlampung, peneliti melakukan

persiapan sebagai berikut:

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Perbaikan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dipelajari

kelompok dan lembar jawaban, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan

kunci jawaban, sumber belajar (buku paket dan buku referensi), dan alat

peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran.

2) Menyiapkan RPP yang mengacu pada KTSP serta sesuai dengan langkah-

langkah pada STAD dan materi yang sudah ditetapkan yaitu pembagian.

3) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi untuk

mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran

berlangsung serta soal pre test dan post test.

4) Alat dokumentasi

B. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

1) Pertemuan 1

48

Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, 1 kali pertemuan untuk

pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes, dengan materi pembagian. Siklus I

dilaksanakan pada hari Senin, 11 Februari 2013 dan Kamis, 14 Februari 2013.

Pertemuan pertama berlangsung selama 6 jam pelajaran (6 x 35 menit) dan

pertemuan kedua berlangsung selama 4 jam pelajaran (4 x 35 menit). Kegiatan

pembelajaran untuk pertemuan 1 dan 2 diikuti oleh 43 orang siswa yang terdiri

dari 22 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

Pelaksanaan tindakan 1 pada hari Senin, 11 Februari 2013 pada pukul 07.00 WIB

sampai dengan pukul 09.20 WIB, diselingi dengan istirahat selama 20 menit,

dilanjutkan pada pukul 09.40 sampai dengan pukul 10.50. Guru mendampingi

siswa berbaris di depan kelas dan menyalami siswa pada saat akan masuk kelas

satu persatu sambil memberi ucapan selamat pagi. Setelah seluruh siswa

memasuki ruang kelas, guru dan observer masuk ke ruang kelas. Untuk mengatasi

keadaan kelas yang agak gaduh guru mengajak siswa berdoa bersama yang

dipimpin oleh salah satu siswa yang pada hari ini mendapat giliran untuk

memimpin doa. Selesai berdoa, siswa yang tadi memimpin doa kemudian

memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru dan observer.

Setelah guru menjawab salam, guru kemudian mengabsen kehadiran siswa dan

menanyakan siapa siswa yang tidak hadir di kelas pada pagi hari ini kepada siswa

yang hadir, kemudian guru mengkondisikan kelas untuk mempersiapkan diri

masuk ke dalam proses pembelajaran.

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan penerapan cooperative

learning tipe STAD, yaitu 9 kelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang setiap

kelompoknya, dengan variasi tingkat kemampuan akademik yaitu tinggi, sedang,

49

dan rendah, serta variasi jenis kelamin dan suku bangsa. Siswa memperhatikan

penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran, serta mengenai materi (penyajian

materi oleh guru), kemudian guru memberikan motivasi- motivasi kepada siswa

untuk belajar berkooperatif.

Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajak siswa bersama-sama

beryanyi, “Anak-anak, marilah kita bersama-sama menyanyikan lagu Satu Nusa

Bangsa.” Guru dan siswa bersama-sama menyanyikan lagu Satu Nusa Satu

Bangsa. “Baiklah, Bu Guru akan menyampaikan tujuan pembelajaran kita pada

pagi hari ini. “Pagi ini kita akan mempelajari peristiwa Sumpah Pemuda dan

menerapkannya dalam kegiatan belajar kelompok bersama teman-teman kalian

satu kelas. Banyak hal yang dapat kita pelajari dan kita contoh dari peristiwa

Sumpah Pemuda. Salah satunya adalah sikap bekerja sama untuk

mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Kita akan mempraktekkannya

dalam kegiatan pembelajaran kita pada hari ini." Guru membacakan isi teks

Sumpah Pemuda dan meminta siswa menirukan ucapan guru, “Anak-anak, ibu

akan membacakan isi teks Sumpah Pemuda, nanti kalian semua menirukannya.”

Siswa menjawab serempak,”Iya, Bu Guru!”. Setelah siswa mengucapkan isi

Sumpah Pemuda, guru mencoba menggali pemahaman siswa tentang isi Sumpah

Pemuda. ” Coba, apa makna yang terkandung dalam Sumpah Pemuda yang kalian

ucapkan tadi!”. Para siswa berami-ramai menjawab pertanyaan guru sambil

mengacungkan jari. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan

guru. “ Coba R, apa jawabanmu!”. R menjawab, “ Satu nusa, satu bangsa, dan

satu bahasa, Bu!” Guru kemudian membenarkan jawaban yang diberikan

siswa tersebut. “Wah, benar, R, jawaban kamu bagus sekali.”

50

“Anak-anak, makna Sumpah Pemuda memiliki arti yang sangat mendalam bagi

bangsa kita. Maka tujuan pembelajaran kita pagi hari ini bukan hanya menghafal

isi Sumpah Pemuda saja tetapi juga mendiskusikan bagaimana menerapkan isi

Sumpah Pemuda dalam tindakan kita sehari-hari.”

“Nah, sekarang kalian coba diskusikan isi Sumpah Pemuda bersama-sama dengan

kelompok kalian masing-masing!”. Kemudian siswa berdiskusi tentang isi

Sumpah Pemuda lalu menuliskan isi teks Sumpah Pemuda dengan lengkap dan

benar. Dengan kelompok masing-masing siswa kemudian mendiskusikan cara

mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara siswa bekerja kelompok, guru berkeliling sambil memberikan motivasi

kepada seluruh siswa agar dapat berkooperatif. Siswa diberi waktu kira-kira 10

menit untuk menyelesaikan tugas dari guru, kemudian salah satu siswa sebagai

perwakilan dari setiap kelompok, maju untuk mempresentasikan hasil kegiatan/

diskusi kelompok mereka. Setelah semua kelompok membacakan hasil diskusi

mereka, guru menyempurnakan jawaban siswa tentang cara mengamalkan nilai-

nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari dengan menambahkan contoh-

contoh lain dari pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda, dan menyimpulkan isi

materi tentang Sumpah Pemuda.

Kemudian guru mengingatkan kembali siswa tentang materi pembagian. “Anak-

anak, tadi kalian sudah menulis isi teks Sumpah Pemuda dan mendiskusikan

pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari. Coba

sekarang ibu akan bertanya tentang pembagian 2 buah bilangan. Siapa yang bisa

menjawab langsung tunjuk jari!”. “Coba berapa hasil pembagian dari 25:5!”.

Siswa beramai-ramai berusaha menjawab pertanyaan guru sambil mengacungkan

51

jari. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab. “ Berapa jawabannya, R?”.

R menjawab, “5, Bu!”. Guru lalu membenarkan jawaban siswa tersebut. “Benar!”.

“Berapa hasil pembagian dari 48 : 6?”. “ Berapa jawabannya, N?”N menjawab,

“8, Bu!”. “Ya benar jawabanmu, N.” Guru memberikan beberapa pertanyaan lagi

seputar hasil pembegian dari 2 bilangan kepada siswa, siswa bergantian

menjawab. Lalu guru menyampaikan tugas yang harus dikerjakan siswa bersama

kelompok masing-masing. “Anak-anak, ibu akan memberikan tugas kelompok

yaitu melengkapi tabel pembagian!”. “Tugas kelompok ini bisa kalian kerjakan

bersama-sama, bantulah temanmu yang belum memahami pembagian!”

Setiap kelompok diberi lembar kerja/ kegiatan yang berisi tabel pembagian untuk

diisi dan dilengkapi oleh setiap kelompok. Setelah selesai, salah satu siswa

sebagai perwakilan dari tiap-tiap kelompok maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil kegiatan kelompok mereka dengan cara melengkapi tabel

pembagian yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dari kelompok lain

memberikan tanggapan terhadap jawaban-jawaban dari kelompok penyaji, untuk

melengkapi jawaban kelompok tersebut.

Guru memberikan lembar kegiatan berikutnya berupa soal-soal isian tentang

pembagian. Tes awal yang merupakan langkah pertama dalam kegiatan PTK

berfungsi untuk memperoleh skor yang akan digunakan sebagai skor dasar (skor

awal) untuk menentukan poin peningkatan individu. Tes awal ini dengan alokasi

waktu 10 menit dan diharapkan akan memperoleh hasil belajar siswa yang

mengikuti pembelajaran matematika dan pada tes awal ini masih terdapat siswa

yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Setelah

itu, guru memberikan tugas kelompok. Siswa bersama kelompok masing-masing

52

menyelesaikan soal-soal tersebut.

Setelah selesai belajar kelompok, guru membagikan kunci jawaban kepada setiap

kelompok untuk memeriksa hasil kegiatan kelompok tersebut. Setiap kelompok

memeriksa sendiri hasil pekerjaan mereka dan memperbaiki bersama-sama jika

masih terdapat kesalahan-kesalahan. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya

mengenai materi pelajaran yang kurang dipahami. Siswa diberi permainan “spidol

bergilir” yaitu memegang spidol secara bergiliran atau diberikan kepada teman

berikutnya dengan iringan atau menyanyikan lagu “Balonku Ada Lima” dan

tepukan tangan dari guru sebanyak satu kali sebagai tanda spidol harus berpindah

tangan pada siswa berikutnya. Siswa yang mendapat spidol setelah lagu berhenti,

mendapat giliran maju untuk mengerjakan soal pembagian di papan tulis. Siswa

yang maju sebanyak 4 orang dan mendapat penghargaan berupa pujian untuk

memotivasi siswa. Sebelum mengakhiri proses pembelajaran, siswa bersama guru

menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2) Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Februari 2013 pada pukul 07.00

WIB sampai dengan pukul 09.20. Guru dan observer mendampingi siswa berbaris

di depan kelas dan menyalami siswa pada saat akan masuk ke dalam kelas satu-

persatu sambil memberikan ucapan selamat pagi. Guru dan observer masuk ke

dalam kelas, kemudian salah satu siswa yang mendapat giliran memimpin doa

maju ke depan kelas dan mengajak siswa lainnya untuk berdoa bersama-sama,

siswa dan guru saling mengucapkan salam. Guru mengabsen kehadiran siswa dan

mengkondisikan kelas agar siap melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa

diajak guru menyanyikan lagu “Dari Sabang Sampai Merauke”, kemudian guru

53

menanyakan isi lagu tersebut menurut siswa.

Siswa dibagi menjadi 9 kelompok sesuai dengan penerapan cooperative learning

tipe STAD, pembagian kelompok ini sama seperti pembagian kelompok pada

pertemuan 1. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan

pembelajaran serta materi yang akan diberikan oleh guru. Kemudian guru

memberikan motivasi-motivasi pada siswa untuk belajar berkooperatif.

Setiap kelompok diberi lembar kegiatan yang berisi soal cerita yang berisi tentang

pembagian. Salah satu siswa sebagai perwakilan dari setiap kelompok, maju untuk

mempresentasikan hasil kegiatan kelompok mereka. Siswa dari kelompok lain

memberikan tanggapan atas jawaban-jawaban dari kelompok penyaji, untuk

melengkapi jawaban kelompok tersebut. Setelah selesai belajar kelompok, guru

membagikan kunci jawaban pada setiap kelompok, untuk memeriksa hasil

kegiatan kelompok tersebut. Setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaan

mereka dan memperbaikinya jika masih terdapat kesalahan-kesalahan. Siswa

diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang kurang

dipahami.

Siswa mengerjakan kuis, yaitu soal-soal sebagai tes individu dan tidak

diperkenankan bekerjasama dalam menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru

tersebut. Guru mengingatkan siswa untuk mengerjakan soal dengan tenang , teliti,

dan percaya diri. Tes formatif (kuis) yang diberikan kepada siswa ini untuk

melihat tingkat penguasaan materi pelajaran matematika yang telah

diajarkan.Pemberian penghargaan kelompok sesuai dengan pedoman pada STAD.

Kelompok yang terbaik akan mendapat kertas origami berwarna yang berbentuk

54

bunga untuk semua anggota kelompok. Sebelum mengakhiri pembelajaran, siswa

bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

C. Observasi Tindakan Siklus I

Di dalam pengamatan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan

observer antara lain mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan mulai proses pembelajaran

berlangsung hingga akhir pelaksanaan tindakan siklus I dengan menggunakan

instrumen penelitian berupa catatan lapangan dan kamera digital.

Hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran pertemuan ke-1 dan

pertemuan ke-2 pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang aktif sebanyak 30

orang atau 69,76% dan belum aktif sebanyak 13 siswa atau 30,23%. Nilai rata-

rata 72,05% atau belum mencapai indikator yang ditentukan. Pada siklus ini

masih ada 32,09% siswa yang belum melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Berdasarkan observasi dan catatan lapangan pada pertemuan 1, sebagian siswa

masih ada yang belum berani untuk bertanya, baik kepada teman satu kelompok

maupun kepada guru berkenaan dengan materi pelajaran yang diberikan. Guru

masih mendominasi pembelajaran di kelas dan kurang memperhatikan alokasi

waktu yang diperlukan, sehingga pelaksanaan kegiatan akhir kekurangan waktu.

Siswa juga belum berani tampil ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan guru

dengan inisiatif sendiri. Pada pertemuan ke 2, guru sudah memberikan arahan

kepada siswa tentang pentingnya bekerja sama dan saling memberikan bantuan

kepada teman yang mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran, tetapi

masih ada siswa yang kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Selain

itu, guru belum melakukan pendekatan secara individual. Motivasi yang

55

disampaikan guru belum mampu membuat siswa bersikap sungguh-sungguh.

Hasil observasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Nama Siswa Prt 1 Prt 2 Rata-

rata

Persen

(%)

Kategori

Jml Jml A BA

01 ART 16 18 17,0 56,7 BA

2 AWP 23 24 23,5 78,3 A

3 AL 18 20 19,0 63,3 BA

4 CHTP 18 20 19,0 63,3 BA

5 CVHP 23 24 23,5 78,3 A

6 CDW 21 24 22,5 75,0 A

7 DLP 22 24 23,0 76,7 A

8 EABM 23 24 23,5 78,3 A

9 FADD 18 20 19,0 63,3 BA

10 FL 23 24 23,5 78,3 A

11 GSD 22 24 23,0 76,7 A

12 GVE 23 24 23,5 75,0 A

13 GIS 21 24 22,5 75,0 A

14 IS 23 25 24,0 80,0 A

15 IF 23 24 23,5 78,3 A

16 KD 21 24 22,5 75,0 A

17 KAP 22 24 23,0 76,7 A

18 LPN 22 24 23,0 76,7 A

19 LPP 18 20 19,0 63,3 BA

20 LJDA 21 24 22,5 75,0 A

21 MAY 17 18 17,5 58,3 BA

22 MA 15 18 16,5 55,0 BA

23 MWAR 21 24 22,5 75,0 A

24 MDA 17 18 17,5 58,3 BA

24 NKBSP 22 24 23,0 76,7 A

26 NPLGN 22 23 22,5 75,0 A

27 NVA 23 23 23,0 76,7 A

28 OMPY 18 20 19,0 63,3 BA

29 PAW 18 20 19,0 63,3 BA

30 PIO 22 24 23,0 76,7 A

31 RN 23 25 24,0 80,0 A

32 RPP 18 20 19,0 63,3 BA

33 RM 15 18 16,5 55,0 BA

34 RML 23 25 24,0 80,0 A

No Nama Siswa Prt 1 Prt 2 Rata-

rata

Persen

(%)

Kategori

Jml Jml A BA

35 RAK 22 23 22,5 75,0 A

36 SFSD 24 25 24,5 81,7 A

56

37 SYT 23 24 23,5 78,3 A

38 TIO 21 24 22,5 75,0 A

39 TRS 23 25 24,0 80,0 A

40 YSP 23 25 24,0 80,0 A

41 MV 18 19 18,5 61,7 BA

42 CNR 21 24 22,5 75,0 A

43 NDL 20 23 21,5 71,7 A

JUMLAH 890 971 930,5 3098,2 30 13

PERSENTASE (%) 68,99 75,27 21,64 72,05 69,8 30,2

Dari tabel 1 diketahui bahwa aktivitas siswa pada siklus I mengalami perubahan

dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Pada pertemuan 1, siswa terkategori paling aktif

adalah SFSD dengan tingkat aktivitas mencapai 24 atau 80,0%. Sedangkan siswa

yang belum aktif pada pertemuan 1 adalah MA dan RM dengan tingkat aktivitas

15 atau sekitar 50% saja. Pada pertemuan 2 terjadi peningkatan secara

keseluruhan dengan aktivitas tertinggi mencapai nilai 25 atau sekitar 83,3% atas

nama IS, RN, RML, SFSD, TRS, dan YSP. Sedangkan aktivitas terendah atas

nama ART, MDA, MA, MAY dan RM yaitu 18 atau sekitar 60,0%. Dalam siklus

I siswa yang paling aktif dalam pembelajaran adalah SFSD dengan tingkat

aktivitas 24,5 atau 81,7%Jumlah nilai rata-rata hasil observasi aktivitas siswa

sebesar 3098,2 dengan rata-rata 21,64 atau 72,05% dengan kategori sedang.

Selain melakukan observasi tindakan aktivitas siswa, observer juga melakukan

observasi dan penilaian terhadap kinerja guru dan diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 2: Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I

No Aspek Kinerja Guru Pertemuan

Rerata 1 2

57

I Pra Pembelajaran

1. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran 80 80 80

2. Memeriksa kesiapan siswa 75 75 75

II Membuka Pelajaran

3. Melakukan apersepsi 80 80 80

4. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan

rencana kegiatan 75 75 75

III Kegiatan Inti Pembelajaran

5. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 80 80 80

6. Mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan 75 80 77,5

7. Menyampaikan materi sesuai dengan hirarki belajar 70 75 72,5

8. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 70 75 72,5

9. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi

(tujuan) yang akan dicapai 80 80 80

10. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingka

perkembangan dan kebutuhan siswa 75 75 75

11. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 75 75 75

12. Menguasai kelas 75 80 77,5

13. Melaksanakan pembelajara dengan Cooperative Learning

tipe STAD 70 75 72,5

14. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif 75 75 75

15. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang

telah

dialokasikan

70 70 70

16. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media 75 75 75

17. Menghasilkan pesan yang menarik 75 75 75

18. Menggunakan media secara efektif dan efisien 75 80 77,5

19. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 70 75 72,5

20. Memantau kemajuan belajar 75 75 75

21. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

(tujuan) 70 75 72,5

IV Penutup

22. Melakukan refleksi pembelajaran yang melibatkan siswa 70 70 70

23. Menyusun rangkuman dengan melibatkan peserta didik 70 70 70

24. Melaksanakan tindak lanjut 70 70 70

Jumlah Skor 1783 1815 1795

Persentase (%) 74,29 75,62 74,79

Dari hasil penilaian observasi kinerja guru yang disajikan pada tabel 2, dapat

dilihat bahwa terjadi peningkatan kinerja guru dari pertemuan 1 ke pertemuan 2.

Persentase rata-rata kinerja guru pada pertemuan 1 adalah 74,29% meningkat

menjadi 75,62% pada pertemuan 2. Peningkatan terjadi pada beberapa aspek yaitu

pada aspek mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, aspek

menyampaikan materi sesuai dengan hirarki belajar, aspek mengaitkan materi

dengan realitas kehidupan, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran dengan

58

metode cooperative learning tipe STAD, menggunakan media secara efektif dan

efisien, melibatkan siswa dalam pemenfaatan media, dan melakukan penilaian

akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan). Jumlah nilai rata-rata kinerja guru pada

siklus I adalah 1795 dengan rata-rata 74,79 atau 74,79% dengan kategori baik.

Pelaksanaan tindakan siklus I proses pembelajaran sudah berlangsung cukup baik,

hasil tes pada siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3: Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nama Siswa

Nilai Matematika

Nilai

Dasar Ket. Nilai Kuis Ket.

Skor/Poin

Perkembang

an

Individu

1 ART 37 BT 47 BT 20

2 AWP 73 T 83 T 20

3 AL 50 BT 40 BT 10

4 CHTP 40 BT 53 BT 20

5 CVHP 50 BT 63 BT 20

6 CDW 47 BT 63 T 30

7 DLP 53 BT 63 BT 20

8 EABM 53 BT 73 T 30

9 FADD 20 BT 40 BT 30

10 FL 60 BT 70 T 20

11 GSD 70 T 80 T 20

12 GVE 53 BT 63 T 20

13 GIS 53 BT 73 T 30

14 IS 93 T 87 T 10

15 IF 50 BT 40 BT 10

16 KD 20 BT 47 BT 30

17 KAP 73 T 83 T 20

18 LPN 80 T 73 T 10

19 LPP 33 BT 43 T 20

20 LJDA 57 BT 67 T 20

21 MAY 50 BT 40 BT 10

22 MA 43 BT 53 BT 20

23 MWA 40 BT 87 T 30

No Nama Siswa

Nilai Matematika

Nilai

Dasar Ket. Nilai Kuis Ket.

Skor/Poin

Perkembang

an

59

Individu

24 MDA 57 BT 60 BT 20

25 NKBS 73 T 80 T 20

26 NPLG 93 T 93 T 20

27 NVA 70 T 80 T 20

28 OMPY 40 BT 60 BT 30

29 PAW 40 BT 73 T 30

30 PIO 67 T 93 T 30

31 RN 93 T 93 T 20

32 RPP 53 BT 67 T 30

33 RM 20 BT 27 BT 20

34 RML 73 T 93 T 30

35 RAK 40 BT 60 BT 30

36 SFSD 80 T 80 T 20

37 SYT 40 BT 60 BT 30

38 TIO 53 BT 60 BT 20

39 TRS 73 T 80 T 20

40 YSP 60 BT 60 BT 20

41 MV 40 BT 53 BT 30

42 CNR 40 BT 60 BT 30

43 NDL 67 T 73 T 20

Jumlah Skor 2370 2836 960

Rata-rata 55,12 65,95 22,32

Skor Tertinggi 93 93

Skor Terendah 20 27

Hasil belajar siswa tabel 3 di atas, diketahui bahwa hasil skor dasar untuk

pelajaran matematika menunjukkan 28 atau 65,11% 43 siswa memperoleh nilai di

bawah 65 dan 15 atau 34,89% siswa mendapat nilai di atas atau sama dengan 65.

Pada siklus I terjadi peningkatan nilai siswa jika dibandingkan dengan nilai pada

tes pengetahuan awal (skor dasar). Hasil skor kuis menunjukkan sebanyak 19 atau

44,19% siswa dari 43 siswa memperoleh nilai di bawah 65 atau belum mencapai

skor ketuntasan minimal dan sebanyak 24 atau 55,81% siswa memperoleh nilai di

atas atau sama dengan 65 atau telah mencapai skor ketuntasan minimal. Nilai

tertinggi yang dicapai oleh siswa untuk pelajaran matematika adalah 93 dan nilai

terendah 27. ini berarti masih ada 19 siswa yang mengalami kesulitan pada materi

60

pembagian. Dari keterangan tersebut, diperoleh data persentase ketuntasan hasil

belajar siswa sebagai berikut.

Tabel: 4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I

NILAI

(KETUNTASAN)

SIKLUS I

Skor Dasar Skor Kuis

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

< 65 (BT) 28 65,11 19 44,19

65 (T) 15 34,89 24 55,81

Pelaksanaan tindakan siklus I, nilai perkembangan kelompok sudah cukup baik,

nilai kelompok diperoleh dari jumlah skor/poin perkembangan individu dari

masing-masing kelompok. Dari hasil tersebut, diperoleh penghargaan untuk

masing-masing kelompok. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel nilai

perkembangan kelompok pada siklus I berikut ini.

Tabel 5: Hasil Skor dan Penghargaan Kelompok

Kelompok

Nama

Anggota

Kelompok

Skor/Poin

Perkembangan

Individu

Jumlah

Skor

Kelompok

Rata-rata

Kelompok

Penghargaan

Kelompok

I

1. GSD 20

120 24

Tim yang

Istimewa

(Super

Team)

2. EABM 30

3. CHTP 20

4. ART 20

5. PAW 30

II 1. GVE 20

110 22

Tim yang

Istimewa

(Super

Team)

2. AWP 20

3. DLP 20

4. RPP 30

5. RM 20

Kelompok Nama

Anggota

Skor/Poin

Perkembangan

Jumlah

Skor

Rata-rata

Kelompok

Penghargaan

Kelompok

61

Kelompok Individu Kelompok

III

1. NKBSP 20

110 22

Tim yang

Istimewa

(Super

Team)

2. FL 20

3. AL 10

4. KD 30

5. CNR 30

IV

1. NPLG 20

120 24

Tim yang

Istimewa

(Super

Team)

2. SYT 30

3. FADD 30

4. NVA 20

5. TIO 20

V

1. RN 20

100 20

Tim yang

Baik Sekali

(Great

Team)

2. IS 10

3. GIS 30

4. MAY 10

5. PIO 30

VI

1. RML 30

130 26

Tim yang

Istimewa

(Super

Team)

2. IF 10

3. CDW 30

4. MWAP 30

5. RAK 30

VII

1. SFSD 20

100 20

Tim yang

Baik Sekali

(Great

Team)

2. KAP 20

3. LJDA 20

4. LPP 20

5. MA 20

VIII

1. TRS 20

80 20

Tim yang

Baik Sekali

(Great

Team)

2. LPN 10

3. OMPY 30

4. CVHP 20

IX

1. MV 30

90 22,5

Tim yang

Istimewa

(Super

Team)

2. NDL 20

3. MDA 20

4. YSP 20

Tabel 5, data nilai perkembangan skor kelompok siklus I menunjukkan hasil

perkembangan kelompok sudah baik. Kelompok I, II, III, IV, VI dan IX

memperoleh penghargaan Super Team (kelompok yang istimewa) sedangkan

kelompok V, VII, dan VIII memperoleh penghargaan Great Team ( kelompok

yang baik sekali).

D. Tahap Refleksi

62

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, peneliti bersama observer/pengamat

mengadakan refleksi untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II. Refleksi

dilakukan untuk mengidentifikasi masalah- masalah yang menjadi penghambat

dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dari awal hingga akhir pembelajaran

berlangsung. Dari hasil pengamatan ditemukan data-data sebagai berikut:

1) Pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) dengan

mendominasi sebagian besar pembicaraan di kelas. Seharusnya dengan

menggunakan media pembelajaran dan model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD guru tidak terlalu banyak bicara.

2) Penggunaan alokasi waktu pada pelaksanaan pembelajaran belum sesuai

dengan alokasi yang direncanakan pada RPP.

3) Guru belum berhasil memberikan motivasi kepada siswa untuk berani bertanya

dan mengeluarkan pendapat.

4) Guru kecenderungan menjawab langsung pertanyaan siswa, padahal guru

seharusnya melemparkan dahulu pertanyaan tersebut kepada siswa lain untuk

memberikan jawabannya. Selain itu guru dapat memberikan pujian (reward)

kepada siswa yang bertanya maupun menjawab.

5) Siswa yang berperan aktif dalam kelompok masih sedikit, masih didominasi

oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi sedangkan siswa yang

kemampuannya rendah masih cenderung pasif.

6) Dari hasil tes siklus I siswa kelas III C SD Xaverius 3 Bandarlampung, yang

telah mencapai skor ketuntasan minimal sebanyak 24 siswa atau sekitar

55,81% dan yang belum tuntas sebanyak 19 orang atau 44,19%.

7) Sebagian besar siswa belum optimal mengikuti proses pembelajaran dan

63

mengalami kesulitan khususnya berkaitan dengan pembagian.

Dengan melihat data dan hasil refleksi di atas, dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan siklus I belum berhasil karena belum memenuhi standar Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang

terlibat dalam proses pembelajaran, sebanyak 72,05% (indikator aktivitas

75%). Nilai tes hasil belajar siswa yang sudah mencapai KKM ( 65) sebesar

55,81%. Hasil belajar tersebut masih di bawah standar indiktor keberhasilan.

Indikator keberhasilan hasil belajar siswa sekurang-kurangnya 75% siswa

memperoleh nilai 65. Hal tersebut merupakan masalah yang harus dicari

solusinya sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran.

Pendapat dan saran dari observer merupakan dasar tindakan selanjutnya. Peneliti

merasa perlu melangkah ke siklus ke-2 untuk melakukan perbaikan pelaksanaan

pembelajaran. Dalam hal ini, memutuskan untuk memperbaiki proses

pembelajaran dan memberikan penekanan kembali khususnya berkaitan dengan

materi pembagian di mana beberapa anak mengalami kesulitan. Dengan persiapan

dan perencanaan yang matang, diharapkan pada siklus ke-2 pembelajaran dapat

berjalan dengan lebih baik dan berhasil dalam upaya meningkatkan kualitas hasil

pembelajaran.

4.2 Deskripsi Laporan Hasil Tindakan Siklus II

A. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II

Rencana tindakan siklus II mengacu pada refleksi yang dilakukan pada siklus I.

Perencanaan tindakan dimulai dari tahap perencanaan program pengajaran yang

64

dilakukan oleh peneliti. Peneliti berkonsultasi dengan rekan sejawat dan kepala

sekolah dengan memperbaiki RPP pada siklus II.

Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, 1 kali pertemuan untuk

pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes, dengan materi hitung campuran

antara pembagian dengan perkalian. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 12

Maret 2013 dan Kamis, 14 Maret 2013. Pertemuan 1 berlangsung selama 6 jam

pelajaran (6 x 35 menit) dan pertemuan 2 berlangsung selama 4 jam pelajaran (4 x

35 menit). Kegiatan pembelajaran untuk pertemuan 1 dan 2 diikuti oleh 43 orang

siswa yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus ini meliputi:

1) Guru akan lebih proporsional dalam berinteraksi secara verbal dengan siswa di

kelas, sehingga guru tidak terlalu dominan dan siswa lebih fokus dalam

pembelajaran menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe

STAD.

2) Guru akan memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa dan kelompok

yang terlihat pasif, sehingga seluruh kelompok dapat berpartisipasi secara aktif

dan berani mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang belum iketahui,

untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

3) Guru akan mengurangi menjawab pertanyaan siswa, yang seharusnya

dilemparkan terlebih dahulu pertanyaan tersebut kepada siswa yang lain untuk

memberikan jawabannya.

4) Berdiskusi dan merevisi rencana pembelajaran yang telah dibuat bersama

observer untuk materi pembagian, perkalian, dan hitung campuran serta

penggunaannya dalam pemecahan masalah.

65

5) Berdiskusi dan merevisi skenario pembelajaran matematika menggunakan

metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

6) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

7) Mempersiapkan perangkat tes.

B. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II

1) Pertemuan I

Pelaksanaan tindakan pertemuan 1 pada hari Senin, 12 Maret 2013 pada pukul

07.00 WIB sampai dengan pukul 09.20 WIB, diselingi waktu istirahat selama 20

menit. Dilanjutkan kembali pada pukul 09.40 WIB sampai dengan pukul 10.50

WIB. Guru mendampingi siswa berbaris di depan kelas dan menyalami siswa

pada saat akan masuk kelas satu persatu sambil memberi ucapan selamat pagi.

Setelah seluruh siswa memasuki ruang kelas, guru dan observer masuk ke ruang

kelas. Untuk mengatasi keadaan kelas yang agak gaduh guru mengajak siswa

berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa yang pada hari ini mendapat

giliran untuk memimpin doa. Selesai berdoa, siswa yang tadi memimpin doa

kemudian memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru dan

observer. Setelah guru menjawab salam, guru kemudian mengabsen kehadiran

siswa dan menanyakan siapa siswa yang tidak hadir di kelas pada pagi hari ini

kepada siswa yang hadir, kemudian guru mengkondisikan kelas untuk

mempersiapkan diri masuk ke dalam proses pembelajaran.

Guru lalu membagi siswa menjadi 9 kelompok, masing-masing beranggotakan 4-5

orang siswa berdasarkan kemampuan intelektual tinggi, sedang dan kurang secara

merata, kelompok juga dibagi berdasarkan perbedaan jenis kelamin, suku bangsa,

agama,dan sebagainya.

66

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari ini,

yaitu tentang perubahan sifat benda akibat pembakaran, pemanasan dan

diletakkan di udara terbuka. “Anak-anak, hari ini kita akan mengadakan

percobaan tentang perubahan sifat benda akibat pembakaran, pemanasan, dan

diletakkan di udara terbuka supaya kalian semua tahu bahwa benda padat dapat

berubah sifatnya. Selain itu, kita akan mengulang kembali materi perkalian dan

pembagian supaya kalian lebih memahami materi tersebut.”

Guru mempersiapkan tempat dan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan

mengenai perubahan sifat pada benda akibat pembakaran, pemanasan, dan

diletakkan di tempat terbuka. Meja dan kursi dibentuk huruf U supaya semua

siswa dapat memperhatikan ketika guru melakukan percobaan di tengah kelas.

Sebelum melakukan percobaan, guru terlebih dahulu menanyakan materi

pembelajaran sebelumnya yaitu tentang macam-macam wujud benda. “Anak-

anak, masih ingatkah kalian apa sajakah wujud benda yang ada di sekitar kita?”.

Siswa dengan antusias mengacungkan jari sambil menjawab, “ Benda padat,

benda cair, dan benda gas, Bu!”. “Benar, Anak-anak.”. “Nah, selanjutnya apa

sajakah sifat-sifat dari benda padat, benda cair, dan benda gas?”. Guru kemudian

menunjuk salah seorang siswa yang mengacungkan jari. “Coba S, apa sifat benda

padat yang kamu ketahui?”. Siswa yang bernama S menjawab, “ Sifat benda padat

bentuknya tetap, tidak dapat mengalir, dan isinya tetap.”. Guru membenarkan

jawaban siswa tersebut. “Benar jawaban S.”. Guru lalu melanjutkan pertanyaan

berikutnya, “ Siapa yang dapat menyebutkan sifat-sifat benda cair?”. Guru

menunjuk salah seorang siswa lagi. “Ayo, apa jawabanmu L?”. Siswa yang

bernama L menjawab, “Sifat benda cair bentuknya berubah-ubah menurut

67

tempatnya.”. Guru kemudian bertanya lagi kepada siswa yang lain. “Siapa yang

bisa menambahkan jawaban L?’. Siswa yang bernama T menjawab, “Saya, Bu!”.

Guru mengatakan, “Baiklah, apa jawabanmu, T?”. Siswa yang bernama T

menjawab,”Sifat benda cair dapat mengalir dan isi atau volumenya tetap.”. Guru

memberikan penguatan, “Bagus jawabanmu, Nak!”. Kemudian guru menanyakan

sifat-sifat benda gas kepada siswa. “ Apa saja sifat-sifat benda gas?”. Hampir

semua siswa antusias memberikan jawaban secara serentak, “ Bentuknya berubah-

ubah menurut tempatnya, dapat mengalir, dan mengisi ruangan yang kosong,

Bu!”. Guru menjawab, “Wah, bagus sekali kalian masih ingat semua jawabannya,

sekarang kita akan melanjutkan materi tentang sifat-sifat benda dengan

mempelajari perubahan sifat benda karena pembakaran, pemanasan, dan

diletakkan di tempat terbuka.

Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran

yaitu kertas, korek api, lilin, buah apel/pir, pisau buah, mentega/ margarine, coklat

batangan, es batu, wajan kecil, dan kompor kecil.

Guru mengajak siswa untuk memulai percobaan dengan memperhatikan

demonstrasi yang dilakukan oleh guru. “Anak-anak, ibu akan mulai

mendemonstrasikan perubahan sifat benda akibat pembakaran.”

“Kalian perhatikan dengan baik demonstrasi yang ibu lakukan!”. Guru kemudian

menyalakan sebatang lilin lalu membakar sebuah kertas putih. Sambil melakukan

percobaan, guru mengingatkan siswa agar mengamati dengan sungguh-sungguh

percobaan tersebut. Selain itu guru juga mengajukan beberapa pertanyaan untuk

membantu siswa menarik kesimpulan. “Apa warna kertas sebelum dibakar?”.

Siswa menjawab serempak, “Putih, Bu!”. “Bagaimana bentuk kertas sebelum

68

dibakar?”. Siswa menjawab serempak, “Persegi panjang, Bu!”. “Bagaimana sifat

kertas sebelum dibakar?”. Siswa menjawab serempak, “Padat, Bu!”. Dilanjutkan

dengan pertanyaan berikutnya, “Apakah warna kertas setelah dibakar?”. Jawaban

peserta dididk, “Hitam, Bu!”. Ada seorang siswa yang memberikan jawaban

berbeda. “Bu, ada juga kertas yang setelah dibakar warnanya berubah menjadi

abu-abu. Betul tidak jawaban saya,Bu?”. Guru lalu memberikan jawaban kepada

siswa tersebut. “Jawabanmu itu benar, R”. Guru lalu memberikan penguatan atas

jawaban siswa tersebut. “Anak-anak, kertas yang dibakar bisa mengalami

perubahan warna menjadi abu-abu atau hitam.” Siswa menjawab serentak, “Iya,

Bu!”.

Guru melanjutkan pertanyaan berikutnya. “Ayo, bagaimana bentuk kertas setelah

dibakar?”. Semua siswa menjawab, “Bentuknya tidak beraturan, Bu!”. “Bagus,

Anak-anak!”. Kemudian, “Bagaimana sifat kertas setelah dibakar?”. Semua siswa

menjawab bersama-sama,” Setelah dibakar sifat kertas menjadi rapuh!”.

Guru mengajak semua siswa untuk membuat kesimpulan dari percobaan yang

baru saja dilakukan. “Anak-anak, marilah kita menyimpulkan perubahan sifat

benda akibat pembakaran berdasarkan percobaan yang baru saja kita laksanakan.”.

Siswa kemudian membuat kesimpulan bersama dengan kelompok masing-masing.

Kemudian siswa menyampaikan hasil kesimpulan mengenai perubahan sifat

benda akibat pembakaran secara bergantian. Guru

meminta perwakilan tiap-tiap kelompok untuk menyampikan kesimpulannya.

“Coba, kelompok I apa kesimpulan kalian?”. Perwakilan dari kelompok I

menjawab, “ Warna kertas sebelum dibakar berwarna putih dan setelah dibakar

berubah warna menjadi hitam/abu-abu.”. “Bagus!”. Guru memberikan pujian.

69

Lalu dilanjutkan, “Coba kelompok IV, apa kesimpulan kalian.”. Wakil dari

kelompok IV menjawab, “ Bentuk kertas sebelum dibakar berbentuk persegi

panjang setelah dibakar bentuknya menjadi tidak beraturan.”. Guru kembali

memberikan pujian kepada kelompok yang sudah menjawab pertanyaan guru

dengan benar. “Yang terakhir, coba kelompok IX, apa kesimpulan dari kelompok

kalian!”. Salah satu wakil dari kelompok IX memberikan jawaban, “ Sifat kertas

sebelum dibakar padat. Setelah dibakar menjadi rapuh atau mudah hancur!”. Guru

kemudian memberikan penguatan terhadap jawaban-jawaban siswa tersebut.

“Anak-anak, jawaban yang telah diberikan oleh teman-teman kalian itu betul

semua.”. “Kalian ingat jawaban tadi baik-baik supaya nanti bisa menyelesaikan

soal latihan yang ibu berikan!”.

Guru mempersiapkan percobaan berikutnya yaitu perubahan sifat benda akibat

pemanasan. Guru menunjukkan bentuk mentega/margarine sebelum dipanaskan.

Beberapa siswa diminta untuk memegang mentega/margarine tersebut.

“Bagaimana bentuk mentega/margarine ini sebelum dipanaskan?”. Beberapa

siswa menjawab, “Padat, Bu!”. Kemudian guru menyalakan kompor kecil dan

meletakkan wajan di atasnya, lalu memasukkan mentega/margarine ke dalam

wajan dan mendiamkannya sejenak. Sementara guru melakukan percobaan

tersebut, siswa mengamati. Setelah beberapa saat, guru bertanya kepada siswa,

“Anak-anak, bagaimanakah bentuk mentega tadi setelah ibu panaskan di atas

kompor selama beberapa saat?”. Siswa menjawab serempak, “ Cair, Bu!”.

“Sekarang ibu akan melanjutkannya dengan memanaskan coklat. Sementara itu,

kalian coba potong menjadi 2 apel/pir yang kalian bawa kemudian kalian letakkan

di meja di depan kalian!”. Guru mengingatkan siswa agar berhati-hati dalam

70

menggunakan pisau. Lalu memanaskan coklat dan meletakkan sebuah bungkusan

berisi es batu di meja. Guru meminta seluruh siswa mengamati percobaan

tersebut. Setelah beberapa saat kemudian mengajukan pertanyaan, “Anak-anak,

bagaimana bentuk coklat batangan sebelum dan sesudah dipanaskan?”. Siswa

memberikan jawabannya. “Sebelum dipanaskan bentuknya padat. Sesudah

dipanaskan menjadi cair.”

Guru melanjutkan pertanyaan berikutnya. “Nah, setelah kita letakkan di udara

terbuka selama beberapa saat, perubahan apa yang terjadi pada apel/pir yang

kalian potong menjadi 2 dan es batu yang bu guru letakkan di meja ini?”.

Beberapa siswa menjawab pertanyaan guru. Guru lalu menunjuk salah satu siswa.

“Coba O, apa jawabanmu?”. Siswa yang bernama O menjawab, “ Ketika baru saja

dibelah, bagian dalam buah apel berwarna putih, setelah beberapa saat diletakkan

di udara terbuka warnanya berubah menjadi kecoklatan, Bu.” Guru membenarkan

jawaban siswa tersebut. “Benar jawabanmu, O.”

Guru melanjutkannya, “Lalu bagaimana dengan es batu ini?”. “Apa perubahan

yang terjadi?”. Serempak siswa menjawab, “ Sebelum diletakkan di udara terbuka

bentuknya padat, setelah didiamkan beberapa saat di udara terbuka, berubah

menjadi cair!”. Guru bertepuk tangan sambil memuji semua siswa. “Bagus sekali,

Anak-anak, jawaban kalian benar sekali!”

Guru memberikan penguatan dan mengajak siswa menarik kesimpulan dari

percobaan yang baru saja dilakukan. “Anak-anak, apa kesimpulan yang bisa kita

ambil dari percobaan yang tadi kita lakukan?”. Siswa menjawab, “Benda dapat

berubah bentuk akibat pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara

terbuka.”

71

Setelah memberikan penguatan dan menarik kesimpulan bersama siswa, guru

kemudian memberikan lembar kerja individual yang berisi pertanyaan tentang

perubahan sifat benda akibat pembakaran, pemanasan, atau diletakkan di udara

terbuka. Siswa mengerjakan lembar kerja tersebut sendiri-sendiri. Setelah hasilnya

dikumpulkan, guru mulai mengajak siswa masuk ke pembelajaran berikutnya

yaitu matematika dengan memancing ingatan siswa. “Coba, berapa kali percobaan

yang kita lakukan tadi, Anak-anak?”. Siswa dengan antusias menjawab, “Lima

kali, Bu!”. “Bagus, berapa 5 x 3 A?”. Siswa yang bernama A menjawab, “Lima

belas, Bu?”. Guru melanjutkannya dengan menanyakan beberapa pertanyaan

tentang hasil kali 2 bilangan 1 angka kepada siswa untuk mengingatkan siswa

tentang materi perkalian. Guru kemudian menjelaskan kembali cara menghitung

perkalian 2 bilangan di papan tulis. Guru mengingatkan kembali siswa bahwa

pembagian adalah lawan dari perkalian, jadi supaya bisa menguasai pembagian,

siswa harus menguasai terlebih dahulu perkalian. Setelah dijelaskan kembali

tentang perkalian, guru memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan oleh

siswa. Soal latihan dikerjakan bersama-sama oleh siswa di buku masing-masing

dengan bimbingan guru sampai siswa menguasainya.

Setelah itu, guru kembali mengingatkan paserta didik tentang materi pembagian.

“Anak-anak, minggu yang lalu kita sudah mempelajari materi tentang pembagian.

Dari hasil tes yang kalian kerjakan, sudah ada beberapa di antara kalian yang

menguasai pembagian, namun masih ada beberapa yang belum menguasainya.

Sekarang ibu akan mengulang kembali materi pembagian tersebut dengan

menggunakan pembagian cara panjang.”. Siswa lalu menyimak kembali

penjelasan guru tentang cara mencari hasil pembagian dari 2 buah bilangan.

72

Sekali-sekali guru menyelingi dengan pertanyaan seputar hasil pembagian dari 2

buah bilangan. Setelah siswa lebih menguasai materi pembagian guru mengajak

siswa untuk mengerjakan beberapa soal latihan tentang pembagian 2 buah

bilangan.

Selanjutnya guru memberikan lembar kerja yang berisi soal-soal hitung campuran

perkalian dan pembagian untuk dikerjakan siswa bersama kelompok masing-

masing. Guru tidak lupa menjelaskan kepada siswa tentang bagaimana

mengerjakan soal hitung campuran perkalian dan pembagian. “Anak-anak,

ingatlah baik-baik pada saat mengerjakan soal hitung campuran antara perkalian

dan pembagian kalian bisa mengerjakan dari depan ke belakang, jika yang di

depan soal perkalian, maka kalian mengerjakan perkaliannya dulu baru

pembagian. Jika soal yang di depan pembagian, maka kalian kerjakan pembagian

dulu baru perkalian.”

Selama siswa bekerja dengan kelompok masing-masing, guru berkeliling sambil

memberikan bantuan jika ada kelompok yang menanyakan materi perkalian dan

pembagian, serta terus memberikan motivasi kepada seluruh siswa agar bekerja

sama dengan baik bersama kelompok masing-masing. Siswa yang memiliki

kemampuan tinggi supaya membantu siswa yang kemampuannya rendah. Siswa

yang memiliki kemampuan rendah supaya tidak malu bertanya kepada temannya

yang memiliki kemampuan tinggi.

Setelah semua kelompok dapat menyelesaikan tugas kelompok, maka salah satu

wakil dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil/

jawaban yang sudah dikerjakan dalam kelompok. Guru memberikan kesempatan

73

kepada kelompok lain untuk mengoreksi jawaban dari kelompok yang maju ke

depan kelas. Jika ada kesalahan, maka kelompok lainnya dipersilahkan untuk

membetulkan jawaban yang salah.

Setelah semua kelompok maju, guru kemudian memberikan lembar jawaban

kepada setiap kelompok. Setiap kelompok mencocokkan lembar kerja mereka

dengan lembar kerja yang dibagikan oleh guru. Jika ada jawaban yang masih

salah, siswa dapat membetulkannya dengan cara melihat lembar jawaban yang

dibagikan oleh guru.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum memahami materi

perkalian dan pembagian untuk bertanya. Kemudian guru menutup pelajaran hari

ini dengan memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari oleh siswa

pada hari ini.

2) Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Maret 2013 pada pukul 07.00 –

09.20. Sebelum memasuki ruang kelas, siswa berbaris di depan kelas. Guru dan

observer memperhatikan siswa. Setelah semua siswa terlihat berpakaian rapi dan

tertib berbaris, guru mempersilahkan siswa untuk masuk ke ruang kelas sambil

menyalami mereka satu persatu. Guru bersama observer mengikuti siswa masuk

ke dalam kelas, observer langsung mengambil tempat duduk di bangku paling

belakang. Guru meminta siswa yang mendapat giliran memimpin doa untuk maju

ke depan kelas dan memimpin doa dan dilanjutkan dengan memberi salam kepada

guru dan observer. Setelah menjawab salam, guru melanjutkan dengan mengabsen

siswa satu persatu.

74

Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mencoba mengingatkan siswa

akan materi pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu

hitung campuran permbagian dan perkalian dan penggunaannya dalam pemecahan

masalah. “Anak-anak, apakah kalian yang masih ingat materi pelajaran

matematika yang kita pelajari pada hari Senin yang lalu?”. Sebagian siswa

menjawab serempak, “Ingat, Bu, kita mempelajari perkalian dan pembagian!”.

Ada juga yang menjawab, “Hitung campuran, Bu!”. Guru melanjutkan apersepsi

dengan merangsang ingatan siswa akan pelajaran yang lalu dengan cara

mencongak. “Anak-anak, Ibu akan mengajak kalian untuk menghitung hasil

perkalian dan pembagian dengan cara mencongak. Jawablah pertanyaan Bu Guru

dengan cepat dengan cara menghitung di kertas atau buku coretanmu. Simaklah

baik-baik pertanyaan Bu Guru, berapakah hasil kali dari 15 x 5?” Guru memberi

kesempatan kepada semua siswa untuk menghitung hasil perkalian tersebut di

buku masing-masing, kemudian siswa yang bernama R menjawab, “ 75, Bu!”.

“Ya, benar jawabanmu!”. “Berapakah hasil kali 57 x 8?”. Kembali guru

memmberi kesempatan kepada semua siswa untuk menghitung hasil perkalian

tersebut. Lalu siswa yang bernama L menjawab, “ 456, Bu!”. “ Ya, benar, L!”.

“Nah, sekarang soal pembagian, berapakah hasil pembagian 248 : 8?”. Siswa yang

bernama T menjawab, “31, Bu!”. “ Benar jawaban, T!” dst. “Berikutnya,

berapakah hasil pembagian dari 430 : 5?”. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menghitungnya. Siswa yang bernama I menjawab, “ 86, Bu!”.

“Bagus, I, jawabanmu tepat!”. Kegiatan itu berlangsung kurang lebih 10 menit.

Guru kemudian menyampaikan kembali materi tentang hitung campuran antara

pembagian dan perkalian. Siswa menyimak penjelasan tersebut, kemudian guru

75

memberikan lembar kerja kelompok untuk dikerjakan oleh siswa bersama dengan

anggota kelompok masing-masing. Pada siklus kedua ini sudah mulai tampak

perubahan pada siswa saat melakukan kerja kelompok. Siswa yang memiliki

kemampuan tinggi tidak segan-segan lagi mengajari teman satu kelompoknya

yang belum bisa. Sebaliknya, siswa yang belum menguasai materi perkalian dan

pembagian tidak malu-malu lagi untuk bertanya kepada temannya yang sudah

bisa. Kerjasama dan komunikasi dalam kelompokpun juga sudah mengalami

perubahan yang lebih baik. Siswa dalam satu kelompok menjadi komunikatif dan

berkurang sikap pasifnya. Tidak terlihat siswa yang hanya duduk diam, semua

siswa sangat antusias mengerjakan tugas kelompok bersama-sama.

Saat para siswa melakukan kegiatan dikusi kelompok, guru berkeliling sambil

memberikan motivasi kepada anggota kelompok yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif supaya lebih proaktif dan dapat memiliki kemampuan untuk

menyelesaiakan tugas. Guru juga membantu menjawab pertanyaan dan

menyelesaikan soal bagi kelompok belajar yang kurang mengerti atau mengalami

kebingungan.

Setelah semua kelompok dapat menyelesaikan lembar kerja kelompok tersebut,

maka guru meminta salah satu wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil

pekerjaan mereka. Kelompok yang lain memberikan penilaian terhadap hasil kerja

kelompok yang maju. Jika ada kesalahan, guru memberi kesempatan kepada

kelompok lain untuk membetulkan jawaban kelompok yang salah tersebut.

Pada akhir pelajaran, guru bersama siswa materi pembelajaran yang telah

disampaikan guru yaitu hitung campuran pembagian dan perkalian. Kegiatan

76

akhir, guru membagikan lembar kerja individual (lembar tes) yang harus

dikerjakan oleh siswa. Guru mengingatkan siswa agar mengerjakan tes dengan

tenang, teliti, dan percaya diri.

Setelah semua siswa mendapatkan lembar tes, guru mempersilahkan siswa

mengerjakan tes berisi materi tentang hitung campuran pembagian dan perkalian

dan pembagian. Semua siswa mengerjakan tes dengan tenang sehingga

pelaksanaan tes berjalan dengan tertib dan lancar. Setelah semua siswa

menyelesaikan tes pada hari itu, guru kemudian melakukan refleksi atas

pembelajaran mengenai pembagian. Setelah bel tanda pelajaran selesai, guru

menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan keluar kelas diiringi oleh

observer.

C. Hasil Observasi Tindakan Siklus II

Pada tahap pengamatan pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti dan observer

melakukan penilaian proses dengan cara mengamati aktivitas belajar siswa selama

pembelajaran berlangsung. Tidak banyak kendala yang ditemui oleh observer dan

guru. Hal ini dikarenakan siswa sebelumnya sudah mengikuti metode

pembelajaran cooperative learning tipe STAD seperti yang telah dilaksanakan

pada siklus I. Ketika siswa mengerjakan tugas kelompok, siswa tampak aktif

saling membantu satu sama lain. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi

membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah, demikian sebaliknya siswa

dengan kemampuan rendah mulai berani bertanya, mengeluarkan pendapat dan

menjawab pertanyaan dari teman maupun guru.

Pada pembelajaran siklus II, aktivitas siswa sudah tampak baik. Siswa mulai aktif

dan mulai merasakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini dapat

77

terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No Nama Siswa Prt 1 Prt 2

Rata-rata Persen (%) Kategori

Jml Jml A BA

01 ART 18 20 19,0 63,3 BA

2 AWP 27 28 27,5 91,7 A

3 AL 22 24 23,0 76,7 A

4 CHTP 23 24 23,5 78,3 A

5 CVHP 24 24 24,0 80,0 A

6 CDW 24 26 25,0 83,3 A

7 DLP 25 27 26,0 86,7 A

8 EABM 26 27 26,5 88,3 A

9 FADD 22 24 23,0 76,7 A

10 FL 25 27 26,0 86,7 A

11 GSD 25 27 26,0 86,7 A

12 GVE 26 28 27,0 90,0 A

13 GIS 22 24 23,0 76,7 A

14 IS 27 28 27,5 91,7 A

15 IF 22 25 23,5 78,3 A

16 KD 22 24 23,0 76,7 A

17 KAP 24 26 25,0 83,3 A

18 LPN 26 27 26,5 88,3 A

19 LPP 22 24 23,0 76,7 A

20 LJDA 22 24 23,0 76,7 A

21 MAY 18 20 19,0 63,3 BA

22 MA 18 19 18,5 61,7 BA

23 MWAR 24 24 24,0 80,0 A

24 MDA 18 19 18,5 61,7 BA

24 NKBSP 26 28 27,0 90,0 A

26 NPLGN 24 25 24,5 81,7 A

27 NVA 25 27 26,0 86,7 A

28 OMPY 23 25 24,0 80,0 A

29 PAW 21 24 22,5 75,0 A

30 PIO 24 25 24,5 81,7 A

31 RN 27 28 27,5 91,7 A

32 RPP 22 24 23,0 76,7 A

33 RM 18 20 19,0 63,3 BA

34 RML 27 28 27,5 91,7 A

35 RAK 25 25 25,0 83,3 A

36 SFSD 26 28 27,0 90,0 A

37 SYT 24 26 25,0 83,3 A

38 TIO 23 26 24,5 81,7 A

39 TRS 27 28 27,5 91,7 A

40 YSP 27 27 27,0 90,0 A

41 MV 22 24 23,0 76,7 A

78

No Nama Siswa Prt 1 Prt 2

Rata-rata Persen (%) Kategori

Jml Jml A BA

42 CNR 23 26 24,5 81,7 A

43 NDL 23 24 23,5 78,3 A

JUMLAH 1009 1078 1043,5 3478,7 38 5

PERSENTASE (%) 78,22 83,56 24,27 80,9 88,4 11,6

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan dari

siklus I ke siklus II dengan signifikan. Dilihat dari pertemuan 1 dan pertemuan 2

dengan rata-rata peningkatan aktivitas mencapai 1,59%, pada pertemuan 1

aktivitas tertinggi mencapai angka 27 atau 90,0% atas nama AWP, IS, RN, RML,

TRS, dan YSP. Sedangkan aktivitas terendah mencapai angka18 atau 60% atas

nama ART, MAY, MA, MDA, dan RM. Pada pertemuan 2 aktivitas tertinggi

mencapai angka 28 atau 93,3% atas nama AWP, GVE, IS, NKBSP, RN, RML,

SFSD, dan TRS. Aktivitas terendah adalah 19 atau 63,3% atas nama MA dan

MDA. Dari data di atas terlihat bahwa sebanyak 38 siswa atau 88,4% sudah aktif

dalam mengikuti pembelajaran dan siswa yang belum aktif ada 5 atau 11,6%.

Rata-rata persentase siswa siklus II mencapai 80,9% dengan kategori aktif.

Untuk hasil observasi kinerja guru pada siklus II juga mengalami peningkatan dari

rata-rata 76,87% meningkat mencapai skor 81,87% dan ini termasuk dalam

kategori tinggi, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7: Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

No Aspek Kinerja Guru Pertemuan

Rerata 1 2

I

Pra Pembelajaran

1. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran 85 85 85

2. Memeriksa kesiapan siswa 80 85 82,5

II

Membuka Pelajaran

3. Melakukan apersepsi 80 80 80

4. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan

rencana kegiatan 75 80 77,5

79

No Aspek Kinerja Guru Pertemuan

Rerata 1 2

III

Kegiatan Inti Pembelajaran

5. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 85 85 85

6. Mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan 75 85 80

7. Menyampaikan materi sesuai dengan hirarki belajar 80 80 80

8. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 75 80 77,5

9. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi

(tujuan) yang akan dicapai 75 85 80

10. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan siswa 85 85 85

11. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 75 80 77,5

12. Menguasai kelas 80 80 80

III

13. Melaksanakan pembelajaran dengan Cooperative

Learning tipe STAD 75 80 77,5

14. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif 75 85 80

15. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang

telah dialokasikan 70 75 72,5

16. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media 75 80 77,5

17. Menghasilkan pesan yang menarik 80 85 82,5

18. Menggunakan media secara efektif dan efisien 80 80 80

19. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 75 85 80

20. Memantau kemajuan belajar 75 85 80

21. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

(tujuan) 75 85 80

IV

Penutup

22. Melakukan refleksi pembelajaran yang melibatkan siswa 70 75 72,5

23. Menyusun rangkuman dengan melibatkan peserta didik 70 80 75

24. Melaksanakan tindak lanjut 75 80 77,5

Jumlah Skor 1845 1965 1905

Persentase (%) 76,87 81,87 79,37

Pada tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa peningkatan kinerja

guru yaitu pada aspek mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan,

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan dengan tingkat perkembangan dan

kebutuhan siswa, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

kebiasaan positif, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, memantau

kemajuan belajar, melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi, dan

menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa. Rata-rata aktivitas guru siklus II

mencapai 79,37 atau 79,37%.

80

Untuk peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dapat

terlihat pada saat tes akhir siklus II dibandingkan dengan akhir siklus I, dengan

nilai rata-rata seluruh siswa pada tes akhir siklus I mencapai 65,95 namun terjadi

peningkatan pada tes akhir siklus II yaitu dengan rata-rata nilai mencapai 76,93.

Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8: Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Nama Siswa

Nilai Matematika

Nilai

Dasar Ket.

Nilai

Kuis Ket.

Skor/Poin

Perkembangan

Individu

1 ART 40 BT 60 BT 30

2 AWP 77 T 90 T 30

3 AL 67 T 77 T 20

4 CHTP 67 T 80 T 30

5 CVHP 70 T 67 T 10

6 CDW 70 T 83 T 30

7 DLP 70 T 83 T 30

8 EABM 80 T 93 T 30

9 FADD 67 T 70 T 20

10 FL 73 T 80 T 20

11 GSD 67 T 70 T 20

12 GVE 87 T 90 T 20

13 GIS 63 BT 77 T 30

14 IS 87 T 100 T 30

15 IF 67 T 80 T 30

16 KD 67 T 70 T 20

17 KAP 67 T 80 T 30

18 LPN 70 T 83 T 30

19 LPP 53 BT 67 T 30

20 LJDA 70 T 70 T 10

21 MAY 40 BT 57 BT 30

22 MA 47 BT 50 BT 20

23 MWA 60 BT 73 T 30

24 MDA 67 T 73 T 20

25 NKBS 73 T 87 T 30

26 NPLG 63 BT 77 T 30

27 NVA 77 T 90 T 30

28 OMPY 53 BT 67 T 30

29 PAW 57 BT 60 BT 20

30 PIO 67 T 80 T 30

81

No Nama Siswa

Nilai Matematika

Nilai

Dasar Ket.

Nilai

Kuis Ket.

Skor/Poin

Perkembangan

Individu

31 RN 87 T 97 T 20

32 RPP 53 BT 67 T 30

33 RM 30 BT 40 BT 20

34 RML 87 T 100 T 30

35 RAK 67 T 80 T 30

36 SFSD 73 T 90 T 30

37 SYT 77 T 77 T 20

38 TIO 73 T 87 T 30

39 TRS 80 T 100 T 30

40 YSP 67 T 73 T 20

41 MV 73 T 63 BT 10

42 CNR 70 T 77 T 20

43 NDL 70 T 73 T 20

Jumlah Skor 2890 3308 1040

Rata-rata 67,21 76,93 24,19

Skor Tertinggi 87 100

Skor Terendah 30 40

Pada tabel 8 di atas hasil belajar siswa pada siklus II mengalami kenaikan yang

cukup signifikan dimana diketahui bahwa hasil skor dasar untuk pelajaran

matematika menunjukkan 11 atau 25,58% 43 siswa memperoleh nilai di bawah

65 dan 32 atau 74,42% siswa mendapat nilai di atas atau sama dengan 65. Terjadi

peningkatan nilai siswa jika dibandingkan dengan nilai pada tes pengetahuan awal

(skor dasar). Hasil skor kuis menunjukkan sebanyak 6 atau 13,95% dari 43 siswa

memperoleh nilai di bawah 65 atau belum mencapai skor ketuntasan minimal dan

sebanyak 37 atau 86,05% siswa memperoleh nilai di atas atau sama dengan 65

atau telah mencapai skor ketuntasan minimal. Nilai tertinggi yang dicapai oleh

siswa untuk pelajaran matematika adalah 100 dan nilai terendah 40. Rata-rata

hasil belajar siswa pada siklus II mencapai 76,93% dengan kategori tinggi. Dari

keterangan tersebut, diperoleh data persentase ketuntasan hasil belajar siswa

sebagai berikut.

82

Tabel 9: Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

NILAI

(KETUNTASAN)

SIKLUS II

Skor Dasar Skor Kuis

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

< 65 (BT) 11 25,58 6 13,95

65 (T) 32 74,42 37 86,05

Pada pelaksanaan tindakan siklus II, nilai perkembangan kelompok sudah baik,

nilai kelompok diperoleh dari jumlah skor/poin perkembangan individu dari

masing-masing kelompok. Dari hasil tersebut, diperoleh penghargaan untuk

masing-masing kelompok. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel nilai

perkembangan kelompok pada siklus II berikut ini.

Tabel 10: Hasil Skor dan Penghargaan Kelompok Siklus II

Kelompok

Nama

Anggota

Kelompok

Skor/Poin

Perkembangan

Individu

Jumlah

Skor

Kelompok

Rata-rata

Kelompok

Penghargaan

Kelompok

I

1. GSD 20

130 26

Tim yang

Istimewa

(Super Team)

2. EABM 30

3. CHTP 30

4. ART 30

5. PAW 20

II

1. GVE 20

130 26

Tim yang

Istimewa

(Super Team)

2. AWP 30

3. DLP 30

4. RPP 30

5. RM 20

III

1. NKBSP 30

110 22

Tim yang

Istimewa

(Super Team)

2. FL 20

3. AL 20

4. KD 20

5. CNR 20

83

Kelompok

Nama

Anggota

Kelompok

Skor/Poin

Perkembangan

Individu

Jumlah

Skor

Kelompok

Rata-rata

Kelompok

Penghargaan

Kelompok

IV

1. NPLG 30

130 26

Tim yang

Istimewa

(Super Team)

2. SYT 20

3. FADD 20

4. NVA 30

5. TIO 30

V

1. RN 20

140 28

Tim yang

Istimewa

(Super Team)

2. IS 30

3. GIS 30

4. MAY 30

5. PIO 30

VI

1. RML 30

150 30

Tim yang

Istimewa

(Super Team)

2. IF 30

3. CDW 30

4. MWAP 30

5. RAK 30

VII

1. SFSD 30

120 24

Tim yang

Istimewa

(Super Team)

2. KAP 30

3. LJDA 10

4. LPP 30

5. MA 20

VIII

1. TRS 30

100 25

Tim yang

Istimewa

(Super Team)

2. LPN 30

3. OMPY 30

4. CVHP 10

IX

1. MV 10

70 17,5

Tim yang

Baik (Good

Team)

2. NDL 20

3. MDA 20

4. YSP 20

Tabel data nilai perkembangan skor kelompok siklus I menunjukkan hasil

perkembangan kelompok sudah baik. Kelompok I sampai dengan VIII

memperoleh penghargaan Super Team (kelompok yang istimewa) sedangkan

kelompok IX memperoleh penghargaan GoodTeam ( kelompok yang baik ).

D.Tahap Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II merupakan hasil refleksi peneliti

bersama observer terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, sehingga

secara keseluruhan pelaksanaan siklus II berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan

84

antara lain:

1) Guru sudah menggunakan model cooperative learning tipe STAD sesuai

dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan.

2) Guru sudah menggunakan waktu yang direncanakan dalam rencana perbaikan

pembelajaran sesuai alokasi yang tersedia.

3) Perhatian guru terhadap kelompok belajar yang kurang aktif ditingkatkan.

4) Guru semakin memberikan motivasi kepada siswa agar berani bertanya

atau mengemukakan pendapat.

5) Jumlah siswa yang aktif belajar pada akhir siklus II sebanyak 38 peserta

didik atau 88,4% untuk pencapaian secara klasikal. Pertemuan 1 pada siklus II

nilai rata-rata aktivitas siswa mencapai 77,29% dan pertemuan 2 mencapai

82,48%. Pada siklus II diperoleh rata-rata nilai aktivitas siswa 79,89%.

6) Guru sudah memberikan reward kepada setiap kelompok belajar sesuai dengan

hasil yang dicapai oleh masing-masing kelompok dan juga kepada siswa

yang berani maju ke depan kelas menjawab soal yang diberikan oleh guru.

7) Siswa sudah memperlihatkan motivasi dan aktivitas belajar dengan baik.

Berdasarkan hasil refleksi siklus II yang didasarkan pada pelaksanaan tindakan

siklus I, terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Kendala-kendala

yang dihadapi guru dan siswa secara bertahap dapat diatasi dengan baik. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe

STAD pada pelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa, dengan demikian peneliti mengambil kesimpulan tidak perlu lagi

mengadakan siklus lebih lanjut.

85

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

1) Aktivitas Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan analisis pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, dari siklus I

hingga siklus II, beberapa analisis yang dilakukan peneliti berdasarkan pada

peningkatan aktivitas belajar matematika melalui penggunaan model

pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada siswa kelas III SD Xaverius 3

Bandarlampung tahun pelajaran 2012-2013 dari tiap siklus terdapat peningkatan

aktivitas siswa dilihat dari hasil perbandingan pengamatan dari siklus I dan II. Hal

ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 11. Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I dan II

Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II Pening-

katan

Persentase keaktifan siswa dalam pembelajaran 72,05 % 80,9% 8,85 %

Berdasarkan tabel 11, siswa yang aktif belajar pada akhir siklus I sebanyak 30

orang atau sekitar 69,8% dan pada akhir siklus II sebanyak 38 orang atau sekitar

88,4% untuk pencapaian klasikal sesuai dengan pembelajaran aktivitas belajar

pada siklus I mencapai 70, 63% dengan kategori “belum aktif” dan pada siklus II

meningkat menjadi 79,89% dengan kategori “aktif”. Dari hasil observasi aktivitas

siswa pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan aktivitas 8,85%.

Berdasarkan analisis hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran, ternyata

penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD mendapat

tanggapan yang sangat positif dari siswa. Proses pembelajaran berlangsung aktif,

86

menarik, dan menyenangkan, guru dan siswa kelihatan lebih bersemangat

melaksanakan setiap proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.

Persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan peningkatan

di setiap siklus, seperti yang tergambar pada grafik berikut ini.

Gambar 3. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus

2) Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran

Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat berjalan dengan baik.

Untuk hasil observasi kinerja guru peningkatan dari siklus I ke siklus II dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12: Peningkatan Kinerja Guru Siklus I dan II

Kinerja Guru Siklus I Siklus II Pening-

katan

Persentase kinerja guru dalam pembelajaran 74,79 % 79,37 4,58 %

Pada tabel 12 dari hasil observasi kinerja guru diperoleh data bahwa terjadi

peningkatan yang cukup signifikan pada kinerja guru dari siklus I ke siklus II

sebanyak 4,58 % dengan perolehan nilai rata-rata pada siklus I mencapai 74,79%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

Aktivitas Siswa Siklus I

Aktivitas Siswa Siklus I

Peningkatan

72,05%80,90%

9,25%

Persentase Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

aktif

87

dengan kategori “sedang” dan siklus II mencapai 79,37% dengan kategori

“tinggi”. Persentase kinerja guru dalam proses pembelajaran juga menunjukkan

peningkatan di setiap siklus, seperti yang tergambar pada grafik berikut ini.

Gambar 4. Grafik Rekapitulasi Kinerja Guru Per-Siklus

3) Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran

Dari setiap siklus yang dilaksanakan, diketahui siswa mengalami kemajuan yang

signifikan terhadap proses dan hasil belajar baik secara individu maupun

kelompok dengan membandingkan dengan hasil sebelum menggunakan model

pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Ternyata menunjukkan adanya

kemajuan perbaikan hasil tes yaitu meningkatnya perolehan skor peserta dididk

dan hasil belajar siswa setiap tes dilakukan. Dari nilai siswa pada siklus I dan II

dapat dibandingkan dan hasilnya tersaji pada tabel berikut.

Tabel 13. Perbandingan Nilai Matematika Siswa Antara Siklus I dan Siklus II

No. Nama

Siswa L/P

Siklus

I

Ketuntasan Siklus

II

Ketuntasan Pening

ktn T BT T BT

1 ART L 47 BT 60 BT 13

2 AWP L 83 T 90 T 7

3 AL L 40 BT 77 T 37

4 CHTP P 53 BT 80 T 27

5 CVHP P 63 BT 67 T 5

74,79%79,37%

4,58%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

Siklus I Siklus II Peningkatan

Persentase Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Persentase Kinerja Guru

dalam Pembelajaran

88

No. Nama

Siswa L/P

Siklus

I

Ketuntasan Siklus

II

Ketuntasan Pening

ktn T BT T BT

6 CDW L 63 BT 83 T 20

7 DLP L 63 BT 83 T 20

8 EABM P 73 T 93 T 20

9 FADD P 40 BT 70 T 30

10 FL L 70 T 80 T 10

11 GSD L 80 T 70 T -10

12 GVE P 63 T 90 T 17

13 GIS P 73 T 77 T 4

14 IS P 87 T 100 T 13

15 IF P 40 BT 80 T 40

16 KD P 47 BT 70 T 23

17 KAP L 83 T 80 T 3

18 LPN P 73 T 83 T 10

19 LPP L 43 T 67 T 24

20 LJDA P 67 T 70 T 3

21 MAY L 40 BT 57 BT 17

22 MA L 53 BT 50 BT -3

23 MWA L 87 T 73 T -14

24 MDA L 60 BT 73 T 13

25 NKBS P 80 T 87 T 7

26 NPLG P 93 T 77 T -16

27 NVA L 80 T 90 T 10

28 OMPY L 60 BT 67 T 7

29 PAW P 73 T 60 BT -13

30 PIO L 93 T 80 T -13

31 RN L 93 T 97 T 4

32 RPP P 67 T 67 T 0

33 RM L 27 BT 40 BT 13

34 RML L 93 T 100 T 7

35 RAK P 60 BT 80 T 20

36 SFSD P 80 T 90 T 10

37 SYT L 60 BT 77 T 17

38 TIO P 60 BT 87 T 27

39 TRS L 80 T 100 T 20

40 YSP P 60 BT 73 T 13

41 MV P 53 BT 63 BT 10

42 CNR P 60 BT 77 T 17

43 NDL L 73 T 73 T 0

Jumlah 2836 24 19 3308 37 6 469

Rata-rata 65,95 76,93 10,91

Nilai Tertinggi 93 100

Nilai Terendah 27 40

Stand. Deviasi 16,83 13,10

Persentase (%) 55,81 44,19 86,05 13,95

89

Pada tabel 13 di atas, dari hasil tes akhir siklus I nilai matematika yang diperoleh

siswa kelas III SD Xaverius 3 Bandarlampung hanya 24 orang atau sekitar

55,81% dengan nilai rata-rata 65,95 yang telah mencapai skor ketuntasan

minimal. Pada siklus II terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata 76,93. Dari 43

orang siswa 37 orang telah mencapai skor ketuntasan minimal atau sekitar 86,05%

dengan rata-rata peningkatan mencapai 10,91%. Selain itu yang lebih berarti

adalah meningkatnya proses belajar siswa yang mendorong aktivitas belajar, lebih

berani menjawab soal-soal yang diberikan guru, kerjasama dengan teman,

mengeluarkan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan interaksi sosial dengan

teman. Perbandingan ketuntasan belajar siswa dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang digunakan di SD Xaverius 3 Bandarlampung yaitu sebesar

65 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II

No Kategori Siklus I Siklus II

Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %

1 Tuntas 24 55,81 37 86.05

2 Belum Tuntas 19 44,19 6 13,95

Dari tabel di atas 14, diketahui bahwa pada siklus I sebanyak 24 siswa telah

mencapai telah berhasil mencapai skor ketuntasan minimal dan pada siklus II

meningkat menjadi 37 orang siswa yang berhasil mencapai skor ketuntasan

minimal, sehingga total keseluruhan jumlah siswa kelas III SD Xaverius 3

90

Bandarlampung dari 43 orang siswa yang belum tuntas untuk mata pelajaran

matematika sebanyak 7 orang siswa.

Penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD ternyata

mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, hal ini

dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II

yang digambarkan pada grafik berikut ini.

Gambar 5. Grafik Rekapitulasi Persentase Hasil Belajar Siswa Per-Siklus

Secara umum berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan mempergunakan model

pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat: (1) meningkatkan aktivitas

belajar matematika siswa kelas III SD Xaverius 3 Bandarlampung dan (2)

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Xaverius 3

Bandarlampung.

24

19

55,81

44,19

37

6

0

13,95

0

10

20

30

40

50

60

Jumlah

Siswa

% Jumlah

Siswa

%

Siklus I Siklus II

Persentase Hasil Belajar Siswa Per-Siklus

Tuntas

Belum Tuntas