Upload
antonio-gomes
View
1.054
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB VIII
ENERGI AKTIVASI DAN PERSAMAAN TETAPAN
ARRHENIUS
8.1. Tujuan Percobaan
1. Menentukan bagaimana ketergantungan laju reaksi terhadap suhu.
2. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan
Arrhenius.
8.2. Tinjauan Pustaka
Dalam kimia, Energi aktivasi juga dinamakan energi permulaan, dalam
bentuk ini diperkenalkan pada tahun 1889 oleh Svante Arrhenius yang
didefinisikan bahwa energi bisa menanggulangi untuk reaksi kimia yang terjadi.
Energi aktivasi sebaliknya bisa dinotasikan sebagai energi minimum yang
dibuthkan untuk reaksi kimia spesifik yang terjadi. Reaksi energi aktivasi
biasanya dinotasikan dalam Ea, dan diberikan dalam satuan kilojoule per mole.
Biasanya dapat menganggap salah satunya energi aktivasi sebagai ketinggian
rintangan potensial (kadang-kadang dinamakan energi rintangan) memisahkan
dua energi potensial (reaktan dan reaksi produk). Untuk reaksi kimia mempunyai
laju nyata, sebaiknya sejumlah molekul nyata dengan energi sama atau lebih besar
daripada energi aktivasi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Energi aktivasi, 31 Mei 2009, 19:26)
Tetapan laju bergantung pada suhu dan energi aktivasi seperti yang
ditunjukkan oleh persamaan Arrhenius. Persamaan laju dari suatu reaksi antara
dua senyawa A dan B ditulis seperti dibawah ini:
Dimana, k = rate constant
A, B = concentrations (mol dm-3)
a = order of reaction with respect to A
b = order of reaction with respect to B
Persamaan laju menunjukkan pengaruh dari perubahan konsentrasi reaktan
terhadap laju reaksi. Seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi seperti
suhu dan katalis termasuk didalamnya tetapan laju, dimana sebenarnya tetap bila
kita hanya mengubah konsentrasi dari reaktan. Ketika kita mengubah suhu
maupun katalis, sebagai contoh, tetapan laju akan berubah. Perubahan
ini
digambarkan secara matematis oleh persamaan Arrhenius :
Keterangan:
- Temperatur atau suhu (T)
Agar berlaku dalam persamaan, suhu harus diukur dalam kelvin (K).
- Konstanta atau tetapan gas (R)
Tetapan ini terbentuk dari persamaan P V = n R T, yang berhubungan
dengan tekanan, volume dan suhu dalam jumlah tertentu dari mol gas.
- Energi aktivasi (Ea)
Merupakan energi minimum yang diperlukan bagi reaksi untuk berlangsung.
Agar berlangsung dalam persamaan, kita harus mengubahnya menjadi satuan
Joule per mol, bukan kJ mol-1.
- Eksponen (e)
Harga dari satuan ini adalah 2,71828 dan ini merupakan satuan matematis
seperti layaknya phi (π).
- Ekspresi (e )
Ekspresi ini menghitung fraksi dari molekul yang berada dalam keadaan gas
dimana memiliki energi yang sama atau lebih dari energi aktivasi pada suhu
tertentu.
- Faktor frekuensi (A)
Kita juga dapat menyebut ini sebagai faktor pre-eksponensial atau faktor
sterik. Merupakan istilah yang meliputi faktor seperti frekuensi tumbukan dan
orientasinya. A sangat bervariasi bergantung pada suhu walau hanya sedikit.
A sering diangap sebagai konstanta pada jarak perbedaan suhu yang kecil.
Persamaan Arrhenius dapat dikalikan kedua sisinya dengan “ln” sehingga
menjadi persamaan:
Ln k = ln A -
Faktor-faktor yang mempengaruhi Energi aktivasi (Ea):
1. Suhu
Kita dapat menggunakan persamaan Arrhenius untuk menggambarkan
pengaruh dari perubahan suhu pada tetapan reaksi dan tentunya laju reaksi.
Jika misalkan tetapan laju berlipat ganda, maka juga laju reaksi akan berlipat
ganda juga. Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat
dengan peningkatan suhu sebesar 10ºC. Hal ini menyebabkan laju reaksi
hampir menjadi berlipat ganda.
2. Faktor frekuensi (A)
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil.
Kita perlu melihat bagaimana perubahan e atau energi dari fraksi
molekul sama atau lebih dengan aktivasi energi.
3. Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi
aktivasi yang lebih rendah.
(www.chem-is-try-org, 31 Mei 2009, 19:56)
Suatu reaksi yang terjadi pada molekul-molekul akan mengalami perubahan
kimia dimana perubahan tersebut molekul akan bertabrakan atau bertumbukan
secara acak. Tetapi untuk banyak reaksi eksoterm pada temperatur kamar
kebanyakan molekul sekedar terpental setelah bertabrakan tanpa reaksi. Dalam
suatu sistem kimia molekul-molekul tidak dapat bereaksi kecuali jika mereka
cukup memiliki energi untuk membentuk keadaan transisi. Energi yang
ditambahkan yang harus dipunyai oleh zat-zat yang bereaksi untuk membentuk
kompleks teraktifkan disebut energi pengaktifan (Ea).
(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal. 519)
Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbukan adalah temperatur, dengan
naiknya temperatur, maka laju reaksi kimia semakin bertambah. Biasanya
kenaikan sebesar 10ºC akan melipatkan dua atau laju suatu reaksi antara molekul-
molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan sebagian sebagai lebih
cepatnya molekul-molekul bergerak pada temperatur yang lebih tinggi dan makin
seringnya molekul-molekul tersebut bertabrakan satu sama lain. Pada temperatur
yang dinaikkan maka presentase tabrakan yang mengakibatkan reaksi kimia akan
lebih besar karena memiliki banyak molekul yang memiliki kecepatan lebih besar
dan karena memiliki energi yang cukup untuk bereaksi.
(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal. 521)
Umumnya reaksi menjadi lebih cepat bila dipanaskan, jadi harga k semakin
besar. Hanya reaksi:
2 NO + O2 2 NO2
Yang mempunyai koefisien temperatur negatif.
Menurut Arrhenius, pengaruh temperatur terhadap k dapat dinyatakan
sebagai berikut:
=
(persamaan Arrhenius)
= tenaga aktivasi
( Soekarjo, Kimia Fisika, hal : 342-343)
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun
produk dalam satu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi
suatu produk.
(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal. 516)
Konstanta laju reaksi didefinisikan sebagai laju reaksi bila konsentrasi dai
masing-masing jenis adalah satu. Satuannya tergantung pada orde reaksi.
(Dogra. Kimia Fisika dan Soal-soal. Hal. 623)
Faktor - faktor yang mempengaruhi laju reaksi:
1. Sifat dasar pereaksi.
Zat-zat berbeda secara nyata, dalam lajunya mereka mengalami perubahan
kimia. Molekul hidrogen dan flour bereaksi secara meledak, bahkan pada
temperatur kamar, dengan menghasilkan molekul hidrogen flourida.
H2 + F2 2HF (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat,
sehinga ttidak nampak suatu perubahan kimia:
2H2 + O2 2H2O (sangat lambat pada temperatur kamar).
2. Temperatur
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya
kenaikan sebesar 10 C akan melipatkan dua atau tiga laju suatu reaksi antara
molekul-molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan sebagian
sebagai lebih cepatnya molekul-molekul bergerak kian-kemari pada
temperature yang lebih tinggi dan karenanya bertabrakan satu sama lain lebih
sering.
3. Katalis
Sebuah katalis adalah suatu zat yang meningkatkan kecepatan suatu reaksi
kimia tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen. Proses ini
disebut katalisis.
Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan:
a. dengan pembentukkan senyawa antara (katalis homogen)
b. dengan adsorpsi (katalis heterogen).
4. Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk.
(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal: 518-524)
Kalau molekul bereaksi, mula-mula molekul ini bertumbukan terlebih
dahulu. Jadi, kecepatan reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan molekul. Dari
hitungan ternyata jumlah tumbukan molekul yang diperoleh dari percobaan lebih
kecil daripada teori. Ini berarti bahwa setiap tumbukan molekul menghasilkan
molekul baru untuk dapat bereaksi, molekul-molekul harus mempunyai tenaga
tertentu. Kalau A = tenaga rata-rata pereaksi, dan C = tenaga rata-rata hasil reaksi,
maka agar A dapat menjadi C, molekul-molekulnya harus melewati tenaga
penghalang ΔE1°. Tenaga ini disebut tenaga aktivasi untuk reaksi ke kanan.
Untuk reaksi ke kiri dibutuhkan tenaga aktivasi ΔE2°.
Selisih keduanya merupakan selisih tenaga dalam atau panas reaksi pada V
tetap.
ΔE = ΔE1° – ΔE2°
= (EB – EA) – (EB – EC)
= EC – EA
(Prof. Dr. Sukardjo, Kimia Fisika, Hal. 343)
Aktivasi energi adalah energi minimum yang diperlukan untuk
melangsungkan terjadinya suatu reaksi. Contoh yang sederhana reaksi eksotermal
yang di gambarkan dibawah ini :
8. 2.1 Gambar Kurva EA (Energi Aktivasi)
Jika partikel-partikel bertumbukkan dengan energi yang lebih rendah dari
energi aktivasi, maka tidak akan terjadi reaksi. Mereka akan kembali dalam
keadaan semula, dapat dibayangkan energi aktivasi sebagai tembok dari reaksi.
Hanya tumbukan yang memiliki energi sama atau lebih besar dari energi aktivasi
yang dapat menghasilkan terjadinya reaksi.
(www.chem-is-try-org. materi_kimia/kimia fisika.htm, 27/05/2009, 18.16)
Hubungan konstanta kecepatan reaksi dengan temperatur dalam Kelvin dan
energi aktivasi adalah sebagai berikut :
ln k = ln A -
dimana A adalah factor pre-eksponensial atau faktor frekwensi. Jadi, semakin
besar temperatur T maka konstanta kecepatan reaksi K juga akan semakin besar,
artinya reaksinya juga semakin cepat.
EnergiEnergi Aktivasi : EA
Laju Reaksi
Produk
PanasReaksi
(www.xyzbloggers.blogspot.com. 04/2009, 18.34)
Bentuk lain persamaan Arrhenius :
ln k = (-Ea/R) (1/T) + ln A
Jika ln k diplot terhadap 1/T maka akan didapat garis lurus dengan nilai
tangensial –Ea/R.
Bila temperatur meningkat, fraksi molekul yang memiliki energi kinetik pun
meningkat sehingga meningkatkan energi aktivasinya.
8.2.2. Grafik laju pada dua suhu
Keterangan :
(http://chem.-is-try.org, 27 April 2009, 18:29)
Konsentrasi A pada waktu t1 dinyatakan sebagai [A1] dan konsentrasi pada
pada t1 sebagai [A2], dengan tanda kurung siku berarti konsentrasi dalam mol/liter.
Laju rata-rata berkurangnya konsentrasi A dinyatakan sebagai :
Fra
ksi m
ol
Energi Kinetik
T1
T2
Ea
T3
Fraksi mol saat T1
Fraksi mol saat T2
Fraksi mol saat T3
T1 > T2 > T3
Laju rata-rata berkurangnya [A] =
Laju rata-rata bertambahnya konsentrasi B dan C dinyatakan sebagai :
Laju rata-rata bertambahnya konsentrasi [B] dan [C]
Dalam pernyataan untuk laju rata-rata berkurangnya [A], kuantitas (Δ[A]/Δt)
adalah negatif karena [A2] lebih besar daripada [A2]. Karena laju dinyatakan
sebagai berharga positif menurut perjanjian, maka ditaruh tanda minus didepam
kuantitas ini sehingga –(–) = +.
Hubungan satu sama lain ketiga rumus itu adalah :
(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal : 524-525)
8.3. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan :
- batang pengaduk
- beakerglass
- botol aquadest
- botol gelap
- corong kaca
- Erlenmeyer
- karet penghisap
- neraca analitik
- neraca digital
- pipet tetes
- pipet volume
- rak tabung reaksi
- stopwatch
- tabung reaksi
- thermometer
B. Bahan-bahan yang digunakan :
- Kaliumperokdisulfat (K2S2O8)
- Larutan kanji 3 %
- Kaliumiodida (KI)
- Natriumtiosulfat pentahydrat (Na2S2O3. 5H2O)
- Aquadest (H2O)
- Es batu
8.4. Prosedur percobaan
1. Menyediakan 2 buah tabung reaksi yang berisi
Tabung I Tabung II
S2O82-
(0,04 M)
H2O I-
(0,1 M)
H2O S2O32-
(0,001 M)
Kanji
(3 %)
5 mL 5 mL 10 mL - 1 mL 1 mL
2. Mendinginkan kedua tabung reaksi tersebut dalam beakergelas
yang berisi air dan es (tinggi cairan dalam tabung harus lebih rendah dari
cairan dalam beakergelas) sampai suhu kedua larutan sama,mencatat
suhunya (T1)
3. Mencampurkan larutan dalam tabung II ke dalam tabung I dan
pada saat bersamaan menyalakan stopwatch sampai timbul warna biru.
4. Mematikan stopwatch pada saat timbul warna biru dan mencatat
waktunya (t) dan suhu larutan (T2).
5. Mengulangi langkah 1-4 di atas sebanyak 5 kali dengan suhu
awal (T1) yang berbeda.
8.5. Data Pengamatan
Tabel 8.5.1. Data Pengamatan Hasil Percobaan Energi Aktivasi pada T (oC).
No. T1 (oC) T2 (oC) Trata-rata
(oC)
Waktu
(s)
ln = ln k
1.
2.
3.
4.
5.
5
10
15
20
25
12
16
19
24
27
8,5
13
17
22
26
0,1176
0,0769
0,0588
0,0454
0,0384
156
134
106
81
61
0,0064
0,0074
0,0094
0,0123
0,0163
-5,0514
-4,9063
-4,6670
-4,3981
-4,1165
Tabel 8.5.2. Data Pengamatan Hasil Percobaan Energi Aktivasi pada T (K).
No T1
(K)
T2
(K)
T rata-rata
(K)
Waktu
(s)
ln = ln k
1.
2.
3.
4.
5.
278,15
283,15
288,15
293,15
298,15
285,15
289,15
292,15
297,15
300,15
281,15
286,65
290,65
295,65
299,15
0,0035
0,0034
0,0034
0,00338
0,00334
156
134
106
81
61
0,0064
0,0074
0,0094
0,0123
0,0163
-5,0514
-4,9063
-4,6670
-4,3981
-4,1165
8.6. Hasil Perhitungan
1. Membuat larutan KI 0,1 M sebanyak 100 mL
M =
0,1 =
W = 1,659 gram
Jadi untuk membuat larutan KI 0,1 M sebanyak 100 mL dengan menimbang
KI sebanyak 1,659 gram dan melarutkannya dengan aquadest, pada labu
ukur 100 mL sampai tanda batas.
2. Membuat larutan K2S2O8 0,004 M sebanyak 50 mL
M =
0,04 =
W = 0,5406 gram
Jadi untuk membuat larutan K2S2O8 0,004 M sebanyak 50 mL dengan
menimbang S2O82- sebanyak 0,5406 gram dan melarutkannya dengan
aquadest, pada labu ukur 50 mL sampai tanda batas.
3. Membuat larutan Na2S2O3.5H2O sebanyak 50 mL
M =
0,001 =
W = 0,0124 gram
Jadi untuk membuat larutan Na2S2O3.5H2O sebanyak 50 mL dengan
menimbang S2O32- sebanyak 0,0124 gram dan melarutkannya dengan
aquadest, pada labu ukur 50 mL sampai tanda batas.
Tabel 8.6.1. Persamaan Linear.
No. 1/Trata-rata (x) ln k (y) x.y x2
1.
2.
3.
4.
5.
0,0035
0,0034
0,0034
0,00338
0,00334
-5,0514
-4,9063
-4,6670
-4,3981
-4,1165
-0,0177
-0,0167
-0,0159
-0,0149
-0,0137
0,00001225
0,00001156
0,00001156
1,14244.10-5
1,11556.10-5
∑ 0,01702 -23,1392 -0,07884 0,00005795
Rumus : y = a + bx
a =
=
= 14,35611
b =
=
= -5576,954
Jadi, persamaan garisnya adalah :
y = a + bx
y = 14,35611 - 5576,954x
Persamaan Arrhenius dari perhitungan :
Rumus : ln k =
b = slope = =
-5576,954 =
Ea = -11.082,52 kal/mol
Ea = -11,08252 kkal/mol
a = intersep = ln A = 14,35611
A = 1717035,817
8.7. Grafik
y = -5576,9x + 14,356
-5,5
-5
-4,5
-4
-3,5
3,30E-03 3,35E-03 3,40E-03 3,45E-03 3,50E-03 3,55E-03
ln K
1/T
rat
a-ra
ta
Grafik 8.7.1. Hubungan antara 1/T rata-rata (0C) dengan ln k
8.8. Pembahasan
A. Memperlihatkan ketergantungan laju reaksi pada suhu
Secara teoritis jika suhu dinaikkan akan mempercepat laju reaksi. Dari data
hasil percobaan suhu dinaikkan dari 5-25 oC dan waktu yang diperlukan
adalah 156-61 detik. Jadi, laju reaksi semakin cepat apabila suhu dinaika,
hal ini sesuai dengan teori yang ada.
B. Menentukan energi aktivasi
Pada percobaan ini, makin tinggi suhunya maka makin kecil energi
aktivasinya, sehinga harga aktivasinya tergantung pada temperatur. Grafik
8.7.1 menunjukan bahwa harga ln k berbanding terbalik dengan harga 1/T
rata-rata. Semakin kecil ln k maka haga 1/T rata-rata semakin besar. Ini
membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka energi aktivasinya
akan semakin kecil, semakin sedikit waktu yang diperlukan sehingga akan
memperbesar harga laju reaksi. Hal ini sesuai dengan teori dimana energi
aktivasi berbanding terbalik dengan laju reaksi.
8.9. Kesimpulan
1. Semakin tinggi suhu maka laju reaksi akan semakin cepat.
2. Dari perhitungan diperoleh harga Ea sebesar -11,08252 kkal/mol
dan
A sebesar 1717035,817.