4
BAB V PEMBAHASAN Ester merupakan senyawa-senyawa hasil reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol. Reaksi pembentukan ester disebut esterifikasi atau pengesteran. Nama suatu ester diawali dengan nama alkol yang berasal dari alkohol dan diakhiri dengan nama asalnya. Zat-zat pengharum yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan tidak lain adalah ester-ester. Buah- buahan memiliki keharuman yang khas, tergantung pada jenis ester yang terkandung di dalamnya. Saponifikasi atau penyabunan merupakan salah satu reaksi ester yang dapat dipelajari. Ester yang bereaksi dengan basa menghasilkan garam karboksilat dan alkohol. Apabila ester yang kita reaksikan dengan basa adalah gliserida yang biasanya gliseril tripalmitat dan gliseril tristearat, maka garam karboksilat disebut sabun dan reaksinya ini disebut saponifikasi.Reaksinya sebagai berikut : Yaitu bahan dasar berupa lemak (gliserida atau bisa juga kita pakai minya sayur, emudian kita reaksikan dengan basa kuat (pada umumnya digunakan NaOH dan KOH, dengan penambahan NaCl sebagai katalis untuk menggumpalkan sabun, maka akan didapatkanlah Endapan sabun dan juga endapan gliserol yang terpisah. 18

BAB-V-sapon

Embed Size (px)

DESCRIPTION

otk 2

Citation preview

Page 1: BAB-V-sapon

BAB V

PEMBAHASAN

Ester merupakan senyawa-senyawa hasil reaksi antara asam karboksilat

dengan alkohol. Reaksi pembentukan ester disebut esterifikasi atau pengesteran.

Nama suatu ester diawali dengan nama alkol yang berasal dari alkohol dan

diakhiri dengan nama asalnya. Zat-zat pengharum yang terkandung dalam

tumbuh-tumbuhan tidak lain adalah ester-ester. Buah-buahan memiliki keharuman

yang khas, tergantung pada jenis ester yang terkandung di dalamnya.

Saponifikasi atau penyabunan merupakan salah satu reaksi ester yang

dapat dipelajari. Ester yang bereaksi dengan basa menghasilkan garam karboksilat

dan alkohol. Apabila ester yang kita reaksikan dengan basa adalah gliserida yang

biasanya gliseril tripalmitat dan gliseril tristearat, maka garam karboksilat disebut

sabun dan reaksinya ini disebut saponifikasi.Reaksinya sebagai berikut : Yaitu

bahan dasar berupa lemak (gliserida atau bisa juga kita pakai minya sayur,

emudian kita reaksikan dengan basa kuat (pada umumnya digunakan NaOH dan

KOH, dengan penambahan NaCl sebagai katalis untuk menggumpalkan sabun,

maka akan didapatkanlah Endapan sabun dan juga endapan gliserol yang terpisah.

Gliserida merupakan ester-ester dari asam dan gliserol. Gliserol

mengandung tiga gugus OH-, sehingga akan mengikat dengan tiga molekul asam.

Dalam reaksi penyabunan biasanya digunakan lemak yang merupakan gliserida

yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam yang jenuh. Pada percobaan ini kita

menggunakan minyak nabati ( minyak sayur ) yang merupakan gliserida yang

terbentuk dari gliserol dan asam-asam tak jenuh. Rantai alkil pada minyak -

minyak nabati ( minyak sayur ) mengandung ikatan tak jenuh sehingga mudah

mengalami adisi. Minyak yang teradisi ini disebut minyak tengik. Itulah sebabnya

sabun yang dihasilkan dalam percobaan ini mengandung bau. Sabun yang

dihasilkan berupa natrium karboksilat yang dibuat dari kaustik soda yang disebut

sabun keras yang biasanya dikenal sebagai sabun cuci. Berat sabun yang diperoleh

dalam percobaan ini dalah sebesar 85,65 gram. Pada percobaan ini jika telah

diketahui berapa besar persen yield yang diperoleh dapat diketahui jumlah massa

18

Page 2: BAB-V-sapon

19

zat sebelum bereaksi dan sesudah reaksi. Setelah dilakukan percobaan dan hasil

yang diperoleh ditimbang didapat berat sabun adalah 85,65 gr, yaitu 93,3% dari

hasil perhitungan teoritis (91,8 gram) dan lagi berat sabun yang diperoleh

bukanlah berat sabun murni, karena di dalam sabun tersebut masih terkandung

NaOH dan air. Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam percobaan yang

kelompok kami lakukan, yaitu kemungkinan kesalahan praktikan dalam

menimbang maupun menghitung komposisi bahan.

Pada perhitungan safonifikasi kali ini diperoleh % yield sebesar 93,3 %.

Nilai % yield yang kurang dari 100% ini mungkin saja disebabkan oleh dua

faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor

yang terjadi di dalam reaksi itu sendiri seperti lambatnya pembentukan sabun.

Mungkin saja dalam pembentukannya tidak semua ikatan terikat sempurna

membentuk sabun dan gliserol yang tidak dipisahkan. Untuk mendapatkan sabun

yang murni biasanya dilakukan pemisahan dengan cara penyaringan atau destilasi,

sehingga dapat diketahui berapa besar produk utama yang murni yang dihasilkan.

Agar tidak terjadi kesalahan pada percobaan ini, sebaiknya minyak nabati

(minyak sayur) dan larutan NaOH dididihkan pada temperatur yang sesuai dengan

prosedur percobaan yakni 80oC. Dimana panas berpengaruh pada pembentukan

sabun. Faktor ini penting karena apabila suhu tidak apada keadaan optimal (80 oC)

maka sabun akan susah terbentuk.

Setelah terbentuknya sabun kemudian ditambahkan garam ke dalam

campuran tersebut. Larutan garam ini berfungsi untuk memisahkan sabun dari

hasil sampingannya, yaitu gliserol, biasanya dipisahkan dengan cara destilasi dan

sabun dengan penyaringan. Kemudian sabun yang masih kotor dimurnikan

dengan cara pengendapan dengan berulang-ulang kali. Sehingga didapat sabun

yang lebih murni. Hanya saja, pada saat percobaan hanya dilakukan pencetakkan

langsung dari sabun, sehingga pemisahan dilakukan secara manual dan sabun

yang terbentuk kemungkinan besar tidak murni. Untuk mendapatkan sabun yang

wangi, maka tambahkan parfum yang tidak mengandung alkohol, untuk

memperkecil kemungkinan alkohol tersebut bereaksi dengan gliserida. Karena

Page 3: BAB-V-sapon

20

dengan komposisi dan kondisi yang sesuai dapat dimungkinkan terbentuk produk

yang lain.