Upload
ngomien
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
16 i Warta drpm i vol. 05 No. 02 april 12
Belajar dan Berbagi: Review Usulan Program Pengmas DRPM UI
Berita Pengmas
Kejutan yang menyenangkan
ketika diundang berbagi
dengan sejawat di UI
berkenaan dengan Program
Pengabdian Masyarakat (PPM). Seperti
halnya kebanyakan perguruan tinggi di
Indonesia apalagi perguruan tinggi besar
seperti halnya UI, ITB, UGM dan masih
banyak lagi, kegiatan PPM tidaklah terlalu
populer. Kemungkinan yang mendasar
sebagai penyebab dari rendahnya
minat perguruan tinggi dalam menekuni
Program Pengabdian Masyarakat
adalah ‘nilai kesukaran yang cukup
tinggi’, ‘nilai insentif yang relatif rendah’
serta ‘nilai pengakuan akademik yang
belum memadai’. Jika cermat membaca
pengantar yang tertulis dalam pedoman
usulan kegiatan PPM yang dikeluarkan
oleh Ditlitabmas Dikti maka akan terbaca
deskripsi yang sangat jelas mengenai
kondisi kegiatan PPM yang dilakukan
masyarakat dosen.
PPM yang merupakan salah satu Tridarma
perguruan tinggi (PT) yang semestinya
merupakan satu kesatuan dengan dua
darma yang lain, dalam kondisi eksisting
saat ini belum memperoleh apresiasi
sepantasnya. Kondisi semacam ini dapat
dideteksi berdasarkan data dan fakta yang
dimiliki Ditlitabmas Dikti bahwa sampai
dengan Tahun 2010 hanya kurang 5%
populasi dosen dan hanya kurang dari
1% Guru Besar yang aktif melaksanakan
kegiatan PPM. Demikian pula besarnya
alokasi dana PPM di Ditlitabmas Dikti
masih berkisar sekitar 15% saja dari
alokasi dana riset bagi dosen. Kendati
berbagai upaya memperbaiki kondisi
tersebut telah dilakukan alokasi dana yang
dimaksudkan belum mampu ditingkatkan
sampai mencapai 20-25%. Sangat
disadari pula adanya kemungkinan faktor
penyebab lainnya dari berkembangnya
kondisi seperti ini, yaitu apresiasi terhadap
karya PPM dalam sistem skor kenaikan
pangkat dosen sangat rendah sehingga
dengan demikian, kontribusinya pada
penilaian kinerja dosen menjadi tidak
signifikan.
Tim evaluator di Ditlitabmas secara
empirik telah menemukan bahwa
menyusun usulan PPM jauh lebih
sulit dibandingkan menulis proposal
riset. Kesulitan pertama yang dihadapi
kelompok dosen adalah tidak tersedianya
data atau informasi di kampus-kampus
tentang siapa membutuhkan apa atau
permasalahan apa sedang dihadapi
masyarakat mana? Kondisi ini memaksa
dosen-dosen untuk mendatangi
vol. 05 No. 02 april 12 i Warta drpm i 17
masyarakat, mengidentifikasi dan membahas permasalahan atau tantangan atau kebutuhan
mereka, jika ingin menyelesaikan usulan PPM yang disusunnya.
Kesulitan kedua, seringkali masyarakat tidak memahami permasalahan apa yang seharusnya
diselesaikan segera. Hal ini diduga karena terlalu banyak dan masif persoalan yang dihadapi
masyarakat dalam kesehariannya, sehingga semua permasalahan dianggap setara.
Kesulitan ketiga adalah pada saat menemukan kesepakatan atas permasalahan yang ditangani
sesuai dengan alokasi dana dan waktu pelaksanaan program PPM. Kondisi ini diakibatkan
karena masyarakat telah banyak mengalami kekecewaan atau bahkan sudah dininabobokkan
pemerintah melalui proyek kemasyarakatan yang cenderung memanjakan. Kendala keempat
yang akan segera menghampiri dan menghadang adalah saat mengajak serta masyarakat
untuk melaksanakan program bersama -sama. Kelima, belum tersedianya perangkat untuk
menilai kinerja PPM dan keenam, PPM seringkali tidak dapat dilaksanakan sendiri-sendiri,
tetapi harus bekerjasama dengan bidang keilmuan lain.
Hal ini sesuai dengan jenis permasalahan di masyarakat yang cenderung majemuk, tergantung
dari banyak faktor. Ketika kriteria program PPM mewajibkan dosen bekerjasama dengan
Pemerintah Kabupaten atau Kota (yang dimaksud adalah IbW), maka kesulitan ketujuh adalah
menemukan saat Bupati atau Walikota berkenan membahas program bersama-sama PT.
Kedelapan, meyakinkan pihak Pemkab/ Pemkot tentang komitmen kontribusi dana program.
Kesulitan-kesulitan yang disebutkan di atas rasanya mungkin belum cukup mengungkap
jumlah kesulitan yang sebenarnya dihadapi para pengusul dan pelaksana PPM. Oleh
karenanya, jika dibandingkan dengan riset, maka kesulitan pada PPM sudah dimulai sejak
penyusunan usulan, disusul kemudian saat pelaksanaannya di lapangan. Menata mind-set dan
juga perilaku masyarakat terhadap peradaban baru yang dibawa dosen sejatinya memerlukan
strategi dan taktik khusus tersendiri. Kendati biasanya dirasakan berat bagi masyarakat dosen
pada mulanya, jika masyarakat merasakan benar manfaat yang dibawa PPM, maka reputasi
tim bahkan PTnya akan segera mengemuka. Dalam kondisi semacam ini, masyarakat dengan
segera akan memberikan apresiasi dengan caranya sendiri dalamm bentuk yang boleh jadi
tidak terduga.
PPM boleh diartikan sebagai respons akademik masyarakat kampus atas kebutuhan,
tantangan atau persoalan yang dihadapi masyarakat , baik secara langsung maupun tidak
langsung. Jika demikian halnya, maka PPM tidak harus diartikan sempit dengan fokus pada
kegiatan yang mengarah kepada masyarakat miskin semata. Oleh karena itu, arti dan makna
PPM menjadi lebih luas dengan meliputi seluruh strata sosial masyarakat.
Misi PPM sendiri adalah menciptakan peradaban dan nilai-nilai kehidupan baru bagi
masyarakat luas dan juga masyarakat kampus. Diharapkan dengan demikian, prinsip transfer
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya dapat terpenuhi, situasi ketika ada solusi
mengalir dari kampus-kampus maka sebagai timbal baliknya, tantangan akan segera mengalir
masuk dari masyarakat.
Tendy Y. Ramadin tengah mereview salah seorang pengabdi masyarakat UI.
18 i Warta drpm i vol. 05 No. 02 april 12
PPM umumnya diwadahi dalam satu atau
beberapa program. Tindakan tersebut
akan memberikan hasil dalam wujud
luaran program. Karena jenis tindakan
sudah diketahui sejak awal, maka
target luaranpun dapat dirancang dan
diantisipasi apakah berwujud jasa ataupun
barang.
Seluruhnya diproyeksikan berada
dalam kondisi yang siap dimanfaatkan
masyarakat. Menilik paparan di atas yang
jelas merupakan kutipan langsung dalam
pedoman usulan kegiatan PPM yang
dikeluarkan oleh Ditlitabmas Dikti, sejawat
di UI boleh mulai berbesar hati karena
kepedulian terhadap kegiatan PPM mulai
menggejala positif, terlepas dari ‘besaran
insentif’ yang mulai ditingkatkan dengan
sendirinya. Besarnya animo ini perlu
disikapi secara strategis oleh teman-
teman di DRPM UI untuk membangun
Mengacu kepada misi PPM tersebut
ditetapkan aliran kerja bagi masyarakat
dosen yang berniat melakukan PPM.
Aliran kerja tersebut diawali dengan
kunjungan ke masyarakat sasaran
sesuai dengan jenis program PPM yang
akan diusulkan. Pada saat kunjungan,
pengusul sebaiknya tidak mengidentifikasi
sekaligus menetapkan persoalan,
kebutuhan atau tantangan yang dihadapi
masyarakat secara sepihak. Akan tetapi,
hasil identifikasi PT harus dibicarakan
terlebih dahulu bersama masyarakat
dan mendengarkan serta mencernakan
masukan-masukan yang diberikan
berkenaan dengan hal tersebut. Masukan
yang berasal dari masyarakat menjadi
pekerjaan utama atau kegiatan yang
diprioritaskan pada usulan PPM. Hal inilah
yang selanjutnya menjadi pemikiran dosen
untuk dicarikan solusinya. Tindakan-
tindakan yang dilakukan dalam kegiatan
sistem yang memungkinkan para
pengusul PPM ini memperoleh hasil yang
optimal. Dimudahkan memperoleh akses
‘pencerahan’ secara metodologis seperti
halnya ketika mengundang ‘berbagi’
dengan tim evaluator Ditlitabmas Dikti
lantas didorong motivasinya dengan
bimbingan penulisan, pelaksanaan
hingga evaluasi kegiatan PPM secara
berkelanjutan yang melibatkan kelompok
masyarakat dosen yang guyub. Meski
pun agak ‘sensitif’ dapat disampaikan
bahwa secara umum tim evaluator PPM
(dibandingkan dengan tim evaluator
kegiatan riset) memiliki karakter egaliter
sebagai fasilitator yang menginginkan
keberhasilan program PPM dirasakan
bersama antara pengusul, pelaksana,
fasilitator dan masyarakat. Kondisi
tersebut mengungkapkan bahwa sebagai
fasilitator, tim evaluator PPM sangat
membuka diri untuk berbagi, memberikan
Tendy Y. Ramadin adalah staf pengajar di Departemen Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Gelar sarjana Desain Interior, diperoleh di Institut Teknologi Bandung (ITB), 1994. Magister Teknik Arsitektur pada Departemen Desain ITB diselesaikan pada tahun 1999. Beliau adalah pendiri dan pemimpin Yayasan Binekas (Bina Desain, Kria, Arsitektur dan Seni). Saat ini beliau aktif sebagai reviewer DIKTI untuk program kreativitas mahasiswa dan juga program pengabdian masyarakat multi tahun. Kontak:
[email protected] [email protected]
vol. 05 No. 02 april 12 i Warta drpm i 19
kritik dan saran yang langsung namun
membangun. Tim eavaluator PPM
mendorong dan mengedepankan
sifat ‘guyub’ antara masyarakat dosen
pengusul/pelaksana PPM untuk kemudian
mengembangkan jaringan kemitraan
strategis lintas batas keilmuan, lintas
geografis, lintas budaya secara menerus
antar PT.
Mengingat perubahan-perubahan yang
terjadi pada aspek kebutuhan dasar
masyarakat berlangsung terus menerus
sebagai akibat dari dinamika kehidupan
manusia, mudah-mudahan pandangan
sepintas ini dapat mendorong sejawat
di UI untuk terus maju mengembangkan
PPM. Kelak kontribusinya di masyarakat
tercatat dan terasa sehingga dikenang
sebagai amal shalih yang tidak ternilai
secara duniawi semata.n
~Sejawat di UI boleh mulai berbesar hati karena kepedulian terhadap kegiatan PPM mulai menggejala
positif, terlepas dari ‘besaran insentif’ yang mulai ditingkatkan dengan sendirinya~