18
BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA OLEH : KELOMPOK 8

BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA

OLEH :KELOMPOK 8

Page 2: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Faktor-Faktor Farmasetik yang Mempengaruhi Pemberian Obat Secara Parenteral

Beberapa karakteristik farmasetik mempengaruhi metoda,rute pemberian, kecepatan dan ketercapaian ketersediaan hayati obat-obat yang diberikan secara parenteral. Faktor-faktor itu antara lain :kelarutan obat dan volume injeksi; karakteristik pembawa; pH dan osmolalitas larutan injeksi, bentuk sediaan injeksi dan komponen formulasi.

Page 3: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Kelarutan Obat dan Volume Injeksi

Pada pemberian secara intravena, obat-obat harus sepenuhnya dalam keadaan terlarut dalam pembawa (dan lebih disukai pembawa yang digunakan adalah air). Kelarutan obat dalam pembawa yang digunakan dan dosis yang diperlukan akan menentukan volume injeksi intravena.

Page 4: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Obat yang kelarutannya rendah dapat diformulasikan dengan co-solvent, surfaktan dan liposom agar obat tersebut mudah larut. Tetapi adanya penambahan bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan efek toksik dan volume injeksinya sehingga dapat digunakan larutan nanosuspensi, misalnya nanosupensi paklitaksel.

Page 5: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

nanosuspensi Intravena memiliki keuntungan lebih besar daripada pemberian obat pasif untuk situs inflamasi karena endotelium menjadi lebih permeabel secara patologis. Akumulasi pasif dalam daerah tersebut dengan bocornya pembuluh darah ditemukan lebih efektif dengan nanopartikel beredar lama.

Page 6: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Karakteristik PembawaKarakteristik Pembawa Injeksi dengan rute pemberian intravena dapat diformulasikan dengan menggunakan pelarut campur (misalnya untuk formula injeksi mengandung diazepam, digoxin dan fenitoin), dengan catatan kecepatan pemberian infus harus tetap diperhatikan agar tidak terjadi pengendapan obat di lokasi pemberian. Emulsi lemak dapat juga diberikan secara intravena (dengan catatan emulsinya harus berupa emulsi mikro). Pembawa non air yang lebih kental dari air akan mempengaruhi kecepatan injeksi melalui jarum dan kecepatan absorpsi di lokasi injeksi.

Page 7: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

pH dan Osmolalitas Larutan Injeksi

Beberapa formulasi sediaan injeksi merupakan sediaan yang hiperosmotik atau hipertoni dibandingkan dengan cairan biologis dengan tujuan untuk mencapai ketersediaan hayati yang diinginkan. Sebagai contoh adalah golongan anestetik spinal, diaxozide dan golongan diuretik osmotik, dan obat tetes mata sulfasetamide. Produk nutrisi parenteral mengandung asam amino dan dekstrosa dengan konsentrasi tinggi sehingga hipertoni. Larutan ini disebut larutan hiperalimentasi dan harus diberikan melalui vena yang besar seperti vena subclavian. Darah dari vena ini langsung menuju jantung sehingga larutan yang hipertoni itu langsung diencerkan dengan volume darah yang besar.

Page 8: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Bentuk Sediaan Injeksi

Tidak boleh ada partikel sedikitpun pada sediaan yang diberikan secara intravena, atau rute parenteral lain yang obatnya langsung cairan biologis atau jaringan yang sensitif (misal otak atau mata), sehingga untuk rute-rute tersebut bentuk sediaannya harus berupa larutan sejati. Padatan steril sebelum digunakan harus dilarutkan dahulu dalam pembawa steril sebelum digunakan. Formulasi ini seringkali berhubungan dengan stabilitas bahan aktif obat dalam bventuk terlarut. Karena itu pelarutan bahan aktif obat dilakukan sesaat sebelum penyuntikan dilakukan.

Page 9: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Komponen Formulasi Sediaan Parenteral secara umum

Meliputi:bahan aktif obat, pembawa, pendapar, pengisotoni, antioksidan, surfaktan, pengikat logam (chelating agents) dan pengawet.

Page 10: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Obat yang diberikan dalam bentuk formulasi pro-obat (secara intravena) memerlukan pemecahan senyawa induk dari obat aktif yang membebaskan garam esternya. Misalnya kloramfenikol suksinat yang merupakan formulasi pro-obat tidak aktif dari antibiotik kloramfenikol yang diberikan secara IV. Setelah pemberian IV, ester suksinat dihidrolisis oleh esterasi hati dan plasma tidak spesifik.Diperlukan pemecahan garam ester dari senyawa induk untuk membebaskan kloramfenikol yang bersifat antibakteria aktif.

Page 11: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Komponen pengawet terutama digunakan untuk sediaan dosis ganda atau multidose. Pengawet tidak boleh diberikan pada sediaan injeksi untuk rute melalui cairan cerebrospinal atau cairan intraokular karena dapat menimbulkan toksisitas. Surfaktan kadang dimasukkan dalam formulasi untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif, tapi harus diingat surfaktan dapat juga mengubah permeabilitas membran.

Page 12: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Ciri-ciri sediaan Intravena (i.v) dan bioavailabilitasnya- Larutan dalam volume kecil (di bawah 5 ml) sebaiknya isotonis dan isohidris, sedangkan volume besar (infuse) harus isotonis dan isohidris. -Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena, onset of action segera.- Obat bekerja paling efisien, bioavilabilitas 100%- Obat harus berada dalam larutan air, bila emulsi lemak partikel minyak tidak boleh lebih besar dari ukuran partikel eritrosit, sediaan suspensi tidak banyak terpengaruh.- Larutan hipertonis disuntikkan secara lambat, sehingga sel-sel darah tidak banyak berpengaruh.

Page 13: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

- Zat aktif tidak boleh merangsang pembuluh darah, sehingga menyebabkan hemolisa seperti saponin, nitrit, dan nitrobenzol.- Sediaan yang diberikan umumnya sediaan sejati.- Adanya partikel dapat menyebabkan emboli.-Pada pemberian dengan volume 10 ml atau lebih, sekali suntik harus bebas pirogen. Contoh:- injeksi ampicilin 500 mg. 1 gram.- injeksi Sodium Chloride 0,9%ml, 50 ml, 500 ml.

Page 14: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Contoh obat- obat yang dapat disuntikan pada

intravena:-Ranitidine-Vitamin c-Vitamin B1-Dexametason (obat anti peradangan)-Ketorolac (obat anti nyeri)

Page 15: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Keuntungan :(1) jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunakan IV daripada melalui SC, (2) cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat; (3) efek sistemik dapat segera dicapai karena tidak mengalami tahap absorpsi; (4) level darah dari obat yang terus-menerus disiapkan, dan (5) kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.

Page 16: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx
Page 17: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

Kerugian :(1) gangguan kardiovaskuler dan pulmonar dari

peningkatan volume cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar;

(2) perkembangan potensial trombophlebitis; (3) kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari

kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik, dan (4) pembatasan cairan berair.(5) obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek  toksik lebih mudah terjadi. Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi. Pemberian  IV  harus dilakukan perlahan-lahan sambil mengawasi respons penderita.

Page 18: BIOAVAILABILITAS SEDIAAN PARENTERAL - INTRAVENA.pptx

TERIMA KASIH . . .