36
EVALUASI BANK-BANK DI INDONESIA YANG TELAH MENJADI BANK INTERNASIONAL DITINJAU DARI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA DISUSUN OLEH: 1. Palentinus Gendra Ardianto (111442)/No.Absen: 01 2. Edmond Gabriel (131043)/No.Absen: 15 3. Priscilla Gita Damara (131049)/No.Absen: 26 4. Stefany Wijaya (131050)/No.Absen: 27 5. Dedy (131055)/No.Absen: 29

BLK (2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blk

Citation preview

EVALUASI BANK-BANK DI INDONESIA YANG TELAH MENJADI BANK INTERNASIONAL DITINJAU DARI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA

DISUSUN OLEH:1. Palentinus Gendra Ardianto(111442)/No.Absen: 012. Edmond Gabriel(131043)/No.Absen: 153. Priscilla Gita Damara(131049)/No.Absen: 264. Stefany Wijaya(131050)/No.Absen: 275. Dedy(131055)/No.Absen: 296. Jefry Ansori(131056) No.Absen: 307. Devi (131509) No.Absen: 36KELAS PA 501

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSIPALEMBANG2014KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya lah makalah berjudul Evaluasi Bank-Bank Di Indonesia Yang Telah Menjadi Bank Internasional Ditinjau Dari Arsitektur Perbankan Indonesia telah dapat Penulis selesaikan dengan baik. Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari peranan penting dari Dosen Pengampu mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Selain itu juga, Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung selama proses pengerjaan makalah ini.Di dalam makalah ini, Penulis mengevaluasi beberapa bank di Indonesia yang telah menjadi bank berskala internasional, meliputi Bank BCA, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank Danamon, dan Bank BII ditinjau dari sisi Arsitektur Perbankan Indonesia. Penulis melakukan evaluasi dan analisis data berdasarkan Laporan Keuangan pada masing-masing bank pada tahun 2013. Penulis berharap bahwa makalah ini dapat menjadi sumber informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itulah, besar harapan Penulis agar para pembaca berkenan untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Selain itu juga, Penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca. Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih dan selamat membaca.

Palembang, 30 Agustus 2014

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Arsitektur Perbankan IndonesiaKrisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997 yang lalu telah memeberikan pelajaran akan pentingnya menciptakan industri perbankan nasional yang memiliki ketahanan dan kemampuan yang memadai untuk menghadapi berbagai macam gejolak eksternal. Sementara itu, perkembangan produk dan jasa perbankan mengalami perubahan yang lebih kompleks disertai dengan resiko yang lebih besar sebagai akibat dari tuntutan nasabah ang menginginkan produk dan jasa bank yang lebih bervariasi. Dengan munculnya produk-produk baru yang semakin inovatif tersebut, perbankan nasional harus siap menghadapi berbagai risiko yang kemungkinan berpotensi untuk muncul dikemudian hari. Disamping itu, perkembangan informasi menyebabkan distribusi produk dan jasa yang ditawarkan oleh lembaga keuangan termasuk perbankan semakin meluas dan cepat, sehingga sifatnya menjadi global dan universal.Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan ekonomi. Sebelum sampai pada praktik-praktik yang terjadi saat ini, ada banyak permasalahan yang terkait dengan masalah-masalah perbankan ini. Masalah utama yang muncul dalam praktik perbankan ini adalah pengaturan sistem keuangan yang berkaitan dengan mekanisme penentuan volume uang yang beredar dalam perekonomian. Sistem keuangan, yang terdiri dari otoritas keuangan (financial authorities), sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank, pada dasarnya merupakan tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa keuangan. Fasilitas jasa tersebut diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan, termasuk pasar uang dan pasar modal. Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokan dalam dua bentuk yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Sistem perbankan di Indonesia dibedakan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito berjangka, lalu menyalurkan kepada masyarakat terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Bank umum dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara itu, Bank Perkreditan Rakyat, berdasarkan peraturan perundang-undangan, dalam pelaksanaan kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan deposito berjangka, namun tidak diperkenankan menerima simpanan giro dan tidak diperkenankan member jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan jenis lembaga keuangan bukan bank dapat berupa lembaga pembiayaan, perusahaan model ventura, perusahaan anjak piutang, perusahaan pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit, dana pensiun, pegadaian, pasar modal dan lain-lain. Dalam rangka menghadapi segala perubahan dan tantangan tersebut, perbankan nasional perlu mempersiapkan segala sesuatunya agar memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi berbagai macam perubahan serta memiliki daya saing yang sehat dan wajar baik di pasar nasional maupun internasional. Dalam kondisi sepeerti ini, industri perbankan nasional memerlukan adanya suatu kerangka acuan bagaimana perbankan nasional mampu mengatasi segala perubahan dan tantangan tersebut sertaarah yang hendak dicapai di masa yang akan datang. Kerangka acuan tersebet diwujudkan dalam bentuk cetak biru (blue print) arsitektur perbankan nasional yang bersifat menyeluruh dan dapat dipakai sebagai acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam industri pernbankan. API ini dibuat oleh Bank Indonesia karena berdasarkan Undang-Undang Perbankan dan Undang Undang Bank Indonesia, bahwa yang mengawasi dan mengendalikan sektor perbankan adalah Bank Indonesia oleh karenanya, API ini diumumkan dan disosialisasikan kepada Perbankan pada tahun 2004. API ini telah dipelajari oleh semua kalangan perbankan bahkan Pemerintah sendiri. Saat ini dirasakan perlu untuk memperbaiki API tersebut karena ada persoalan yang dirasakan oleh kalangan Perbankan dengan API tersebut.B. Bank IndonesiaBank Indonesia pada awalnya dimulai dari sebuah bank pada penjajahan belanda sebelum merdeka. Bank tersebut bernama De Javasche Bank yang dimiliki Belanda dan sebuah lembaga hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas. Bank ini mendapat hak otrooi sebagai bank sirkulasi. Pemerintah Belanda memberikan tuga kepada Bank ini untuk merintis perkembangan sistim perbankan di Indonesia. Adanya nasionalisasi terhadap perusahaan yang dikuasai Belandan, maka De Javasche Bank menjasi Bank Sentral di Indonesia dengan Keputusan Pemerintah No. 118 Tahun 1951. Kemudian dibentuk 3 Panitia nasionalisasi De Javasche Bank yangmelahirkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1951 diterbitkan pada 6 Desember 1951 tentang Nasionalisasi De Javasche Bank. Pemerintahan Orde Baru yang dimulai pada tahun 1968 juga langsung melakukan perbaikan dan pembaruan sistem Perbankan Nasional.Pemerintah Orde Baru ini mengesahkan Undang-Undang No. 13 tahun 1968 yang menyatakan bahwa Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Undang-undang ini secara jelas menyatakan Bank Indonesia melepaskan fungsi komersial sehingga fungsinya tidak lagi bersifat ganda. Demikian juga, Bank Indonesia mash tetap sebagai kasir negara dan dianggap sebagai lender of last resort.Indonesia sebagai satu negara yang masih sedang berkembang dan membangun maka dibutuhkan lembaga yang bisa sebagai agent of development. Bank Indonesia sebagia satu lembaga penting di Indonesia dianggap juga sebagai agent development. Bank ini masih turut serta menyalurkan kredit untuk membantu rakyat miskin. Bank Indonesia juga diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja.Salah satu lagi tugas yang menonjol dari Bank Indonesia yaitu sebagai kasir negara. Bank Indonesia dianggap sebagai lembaga yang membayar dan mengatur sistim pembayaran dan dianggap sebagai subordinat Pemerintah dalam rangka pembayaran tersebut. Akibatnya, Pemerintah seringkali menugaskan Bank Indonesia untuk bankir pemerintah daripada tugas lain sebagai penjaga stabilitas moneter.Adanya tugas Bank Indonesia yang cukup luas sebagai bankir Pemerintah, agent of development dan stabilitas moneter dan juga perkembangan bank sentral di negara lain, maka pada tahun 1999 disterbitkan dua undang-undang sekaligus untuk sektor perbankan yaitu Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan.Berdasarkan kedua Undang-undang ini maka ada perubahan mendasar bahwa tugas Bank Indonesia semakin jelas dan tugas pemberian izin pendirian bank bukan pada Departemen Keuangan tetapi pada Bank Indonesia.Berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, pada pasal 4 disebutkan bahwa Bank Indonesia adalah bank Sentral Republik Indonesia. Sebagai Bank Sentral dan mengawasi bank-bank, maka Bank Indonesia dapat menerbitkan regulasi yang dikenal peraturan dimana peraturan ini harus diikuti oleh semua bank yang berdiri atau berusaha di Indonesia. Adan peraturan Bank Indonesia dikenal dengan singkat PBI. Hampir tiap tahun PBI dikeluarkan dalam rangka mengawasi bank dan juga menjaga stabilitas moneter.Pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang. Konsep kebebasan ini mempunyai implikasi yang sangat luas. Kebebasan ini bisa membuat lembaga ini lupa akan tindakan yang seharusnya. Artinya, bila bank ini sebenarnya melakukan sebuah kebijakan yang seharusnya terjadi tetapi tidak dilaksanakan dikarenakan adanya kebebasan dan kepentingan tertentu.Pasal 8 Undang-Undang No. 23 tahun 1999 menyebutkan tugas Bank Indonesia yaitu: a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneterb. Mengatur dan menjaga sistim pembayaranc. Mengatur dan mengawasi bank Tugas Bank Indonesia sebagai penetap dan pelaksana kebijakan moneter, serta mengatur dan menjaga sistim pembayaran di Indonesia tidak menjadi persoalan dan tidak perlu mendapat analisis karena sangat diperlukan dan paper ini tidak membahas tugas tersebut. Bank Indonesia yang mempunyai tugas Mengatur dan mengawasi Bank perlu mendapat perhatian mengingat banyak persoalan yang terjadi baik sebelum krisis dan setelah krisis. Dalam rangka mengawasi Bank di Indonesia maka Bank Indonesia menciptakan Arsitektur Perbankan Indonesia.

C. Definisi Arsitektur Perbankan IndonesiaArsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

D. Visi Arsitektur Perbankan IndonesiaArah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa depan, seperti yang di ungkapkan dalam API, di landasi oleh visi yaitu: mencapai suatu system perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.API menjadi kebutuhan yang mendesak bagi perbankan Indonesia dalam rangka memperkuat fundamental industri perbankan. Krisis ekonomi tahun 1997 menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh yang didukung dengan infrastruktur perbankan yang baik sehingga secara fundamental masih harus diperkuat untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal. Belum kokohnya fundamental perbankan nasional merupakan tantangan bukan hanya bagi industri perbankan secara umum, tetapi juga bagi Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasnya.Bertitik tolak dari kebutuhan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat dan sebagai upaya lanjutan dalam program penyehatan perbankan yang saat ini sedang berjalan, maka sejak dua tahun terakhir dengan masukan-masukan berharga dari berbagai stakeholders, Bank Indonesia telah menyelesaikan penyusunan API. Mengingat API merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program restrukturisasi perbankan maupun white paper penyehatan perbankan nasional pasca IMF, maka Bank Indonesia akan mulai mengimplementasikan API pada tahun 2004. Mengingat lingkup kebijakan dan pembahasan yang akan ditempuh dan perlunya persiapan yang harus dilakukan oleh bank-bank dan Bank Indonesia dalam mengantisipasi perubahan dimaksud, maka implementasi perubahan-perubahan tersebut akan dilakukan secara bertahap.

E. Enam Pilar Arsitektur Perbankan IndonesiaBerpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan. Peluncuran API tersebut tidak terlepas pula dari upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membangun kembali perekonomian Indonesia melalui penerbitan buku putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2003, dimana API menjadi salah satu program utama dalam buku putih tersebut. Bertitik tolak dari keinginan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat dan dengan memperhatikan masukan-masukan yang diperoleh dalam mengimplementasikan API selama dua tahun terakhir, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menyempurnakan program-program kegiatan yang tercantum dalam API. Penyempurnaan program-program kegiatan API tersebut tidak terlepas pula dari perkembangan-perkembangan yang terjadi pada perekonomian nasional maupun internasional. Penyempurnaan terhadap program-program API tersebut antara lain mencakup strategi-strategi yang lebih spesifik mengenai pengembangan perbankan syariah, BPR, dan UMKM ke depan sehingga API diharapkan memiliki program kegiatan yang lebih lengkap dan komprehensif yang mencakup sistem perbankan secara menyeluruh terkait Bank umum dan BPR, baik konvensional maupun syariah, serta pengembangan UMKM.Bank Indonesia dalam API memperkenalkan adanya enam pilar untuk tercapainya sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna mencipatakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Adapun pilar tersebut sebagai berikut:1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan.2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional.3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional.5. Mewujudkan insfrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yang sehat.6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

Pilar API tersebut dapat juga dibuat dalam bentuk pola rumah sebuah rumah seperti terlihat pada Grafik berikut ini.

Bank Indonesia menciptakan API agar dibisa dipahami arah kebijakan Perbankan yang diinginkan Pemerintah. Adanya API, membuat bank-bank menyesuaikan rencana kerja dalam 5 tahun sampai 10 tahun ke depan agar sesuai dan mengikuti API tersebut.

F. Struktur Perbankan IndonesiaBank sebagai lembaga atau sering juga disebut jantungnya perekonomian negara maka sangat dibutuhkan struktur perbankan yang baik dari negara yang bersangkutan. Struktur Perbankan menjadi salah satu topik yang cukup menarik dalam analisis perbankan sejak dulu sampai saat ini untuk suatu negara.Struktur perbankan perbankan yang baik dapat menimbulkan jalannya perekonomian suatu negara. Struktur Perbankan yang baik juga dapat membuat pemerataan pendapatan masyarakat. Struktur Perbankan yang baik harus direncanakan dengan baik agar terjadi struktur perbankan sesuai dengan cita-cita. Struktur Perbankan yang baik tidak terciptanya secepatnya tetapi melalui sebuah proses yang panjang. Keinginan Pemerintah saat ini belum bisa langsung dipenuhi oleh perbankan saat ini. Hal ini disebabkan faktor pihak lain diluar bank yaitu masyarakat yang melakukan investasi melalui deposito, tabungan dan rekening serta obligasi serta peraturan Pemerintah sendiri. Tetapi, Struktur Perbankan tersebut sangat diperlukan agar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat serta pemerataan pendapatan bisa terjadi.Dengan demikian dalam waktu sepuluh sampai lima belas tahun ke depan program peningkatan permodalan tersebut diharapkan akan mengarah pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal, yaitu terdapatnya: 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal di atas Rp50 triliun; 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp10 triliun sampai dengan Rp50 triliun; 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masingmasing bank. Bank-bank tersebut memiliki modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun; Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal di bawah Rp100 miliar.

0,11050PermodalanRp TriliunLain-nyaRitelDaerahKorporatifBank dengan kegiaan usaha terbatasBPRBank NasionalBank Internasional

BAB IILANDASAN TEORI

A. Sumber-Sumber Dana Bank1. Pengertian Sumber Dana BankSumber dana bank adalah adalah suatu usaha yang dilakukan oleh bank untuk mencari atau menghimpun dana untuk digunakan sebagai biaya operasi dan pengelolaan bank. Dana yang dihimpun dapat berasal dari dalam perusahaan maupun lembaga lain diluar perusahaan dan juga dan dapat diperoleh dari masyarakat. Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung. Oleh karena itu pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat. Secara garis besar sumber dana bank dapat di peroleh dari:a. Dari bank itu sendirib. Dari masyarakat luas c. Dan dari lembaga lainnya 2. Jenis Sumber Dana Banka. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Dana sendiri lazim disebut pula dengan dana pihak kesatu yang berasal dari pemegang saham atau pemilik. Pada dasarnya setiap bank akan selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah dana sendiri, selain untuk memenuhi kewajiban menyediakan modal minimum (CAR=Capital Adequacy Ratio) juga untuk memperkuat kemampuan ekspansi dan bersaing. Kemampuan setiap bank untuk meningkatkan modal akan tercermin dari besarnya CAR bank tersebut. Hai ini merupakan salah satu ukuran tingkat kemampuan dan kesehatan suatu bank, yang akhirnya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank (baik di dalam maupun di luar negeri).Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dana bank salah satu jenis dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah modal setor dari para pemegang saham. Dana sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang saham bank atau pemilik saham. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari:1. Modal sahamSetoran modal dari pemegang saham yaitu merupakan modal dari para pemegang saham lama atau pemgang saham yang baru. Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari modal perusahaan adalah saham. Dana yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham pada waktu bank berdiri. Pada umumnya modal setoran pertama dari pemilik bank sebagian digunakan untuk sarana perkantoran, pengadaan peralatan kantor dan promosi untuk menarik minat masyarakat.2. Tambahan Modal DisetorTambahan modal disetor merupakan tambahan modal bagi bank yang biasanya berbentuk agio, disagio, dan modal sumbangan.3. Cadangan Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun di cadangkan oleh bank dan sementara waktu belum digunakan. Cadangan laba yaitu sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang akan dipergunakan untuk menutupi timbulnya resiko di kemudian hari. Cadangan ini dapat diperbesar apabila bagian untuk cadangan tersebut ditingkatkan atau bank mampu meningkatkan labanya.4. Laba Laba merupakan milik pemegang saham, yang keputusan penggunaannya merupakan hak sepenuhnya pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Laba bank yang belum di bagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham.Semakin besar modal yang dimiliki oleh suatu bank, berarti kepercayaan masyarakat bertambah baik dan bank tersebut akan diakui oleh bank-bank lain baik di dalam maupun di luar negeri sebagai bank yang posisinya kuat. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. b. Dana yang bersumber dari masyarakat luas Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Adapun dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh dari bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asalkan bank dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya. Akan tetapi pencarian sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiriUntuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah:1. Giro (demand deposit)Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Suatu cek diberikan kepada pihak penerima pembayaran (payee) yang menyimpannya di bank mereka, sedangkan giro diberikan oleh pihak pembayar (payer) ke banknya, yang selanjutnya akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima, langsung ke akun mereka.2. Tabungan (saving deposit)Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan ini dikatakan pula dana yang sensitive ayau peka terhadap perubahan sehingga disebut pua sebagai dana yang labil yang sewaktu-waktu dapat ditarik atau disetor oleh nasabah, meskipun frekuensi pengambilannya relative rendah bila dibandingkan dengan giro. Akibatnya adalah dana tabunagn ini dapat mengendap di bank dalam waktu relative lebih lama dari dana giro. Simpanan tabungan adalah sebagian pendapatan masyarakat yang tidak dibelanjakan disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka pendek. Faktor-faktor tingkat Tabungan, antara lain:a. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakatb. Tinggi rendahnya suku bunga bankc. adanya tingkat kepercayaan terhadap bank3. Simpanan BerjangkaDeposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.Dalam bank konvensional, simpanan deposito adalah sejenis jasa tabungan yang biasa ditawarkan oleh bank kepada masyarakat. Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu di mana uang di dalamnya tidak boleh ditarik nasabah. Bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan biasa.Sertifikat deposito atau negotiable Certificate of Deposits atau sering disingkat dengan CD adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan atau surat berharga atas unjuk rupiah yang merupakan surat pengakuan utang dari bank dan lembaga keuangan bukan bank yang dapat diperjualbelikan dalam pasar uang.c. Dana yang bersumber dari lembaga lain Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumber dana ini relaitif labih mahal dan sifatnya hanya semntara waktu saja. Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari: 1. Pinjaman dari Bank IndonesiaPinjaman dari Bank Indonesia merupakan pinjaman yang diperoleh karena bank mengalami kesulitan likuiditas dan atau pinjaman karena bank ditunjuk sebagai penyalur/penerus pinjaman atau bantuan luar negeri.2. Pinjaman dari Bank Lain di Dalam NegeriPinjaman ini lazim dikenal sebagai pinjaman antarbank (interbank call money). Pinjaman ini ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan menutup kliring (karena kalah kliring) atau dapat juga untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan saldo Giro Wajib Minimun (GMW) di Bank Indonesia. Jangka waktu pinjaman ini umumnya relative sangan singkat (overnight call money) dengan menggunakan instrumen sertifikat deposito, promes, dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).3. Repurchase AgreementRepurchase Agreement atau disebut dengan Rps atau Reposadalah penjualan surat berharga sesuai dengan waktu yang diperjanjikan dengan harga yang ditetapkan di muka. Instrument yang digunakan Repos antara lain Wesel dan promes yang akan jatuh tempo.Repuchase Agreement merupakan salah satu alternative bank untuk memenuhi kebutuhan dananya. Biasanya Repos merupakan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau kebutuhan jangka pendek bank.4. Fasilitas DiskontoFasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh Bank Indonesia dengan cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto.fasilitas diskonto merupakan upaya terakhir bagi bank dan merupakan bantuan Bank Sentral sebagai Lender of The Last Report.5. Pinjaman subordinasi6.Pinjaman dari bank (antarbank) dan atau Lembaga Keuangan di Luar NegeriPinjaman yang lazimnya berbentuk pinjaman jangka menengah-panjang, offshore Loan dan pinjaman ini sebelumnya harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia karena berkaitan dengan kebijakan moneter.7. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)Pinjaman ini lazimnya berupa surat berharga yang dapat diperjualbelikan seperti sertifikat bank dan atau deposit on call dengan waktu pendek dan dapat diperpanjang kembali.8. Obligasi (bonds) dan SahamObligasi adalah bukti utang dari etimen yang dijamin dengan agunan harta kekayaan milik etimen dan atau pihak ketiga dari etimen dan atau penanggung yang menanggung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi.Saham adalah bukti pernyataan modal dalam pemilikan suatu perusahaan terbatas. Dengan penjualan saham tersebut, dana sendiri (yang berasal dari agio saham) akan menjadi lebih besar yang pada gilirannya akan meningkat kemampuan bank dalam menjalan usahanya.

B. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Analisis CAMELDi indonesia, seluruh bank-banknya menggunakan analisis yang dikenal dengan analisis CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning dan Liquidity) untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank. Sebagai tambahan, jika salah satu faktor dari CAMEL tersebut mengalami masalah, biasanya akan bank tersebut akan mengalami kesulitan.Berikut akan dibahas secara keseluruhan dari analisis CAMEL tersebut.1. Capital (Permodalan)Aspek permodalan di dalam analisis CAMEL didasarkan kepada kewajiban penyediaan minimum bank. Untuk mengetahui modal minimum yang dibutuhkan suatu bank, biasanya diukur dari nilai rasio kecukupan modal, atau Capital Adequacy Ratio (CAR). Nilai CAR yang baik sekurang-kurangnya adalah 8%CAR = Modal x 100%ATMR2. Asset (Aktiva)Hal kedua yang harus diperhatikan dalam menganalisis kesehatan bank adalah aktiva produktif. Aktiva produktif adalah semua aktiva milik bank yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan yang sesuai dengan fungsinya.Ada empat jenis aktiva produktif yaitu :1. Kredit yang diberikan2. Surat berharga3. Penempatan dana pada bank lain4. PenyertaanUntuk menilai aset ini, kita dapat membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu, kita juga bisa menggunakan rasio penyisihan penghapusan produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan.3. Management (Manajemen)Selanjutnya kita bisa melihat tingkat kesehatan sebuah bank dari manajemennya. Jika manajemennya diolah dan diatur dengan baik, maka suatu bank akan menjadi semakin sehat. Secara umum, bank akan diajukan 250 pertanyaan untuk menilai kualitas manajemen bank tersebut.Selain itu, penilaian faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap bank yang bersangkutan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan biasanya mencakup manajemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan risiko pemilik dan pengurus.4. Earning (Rentabilitas)Hal keempat yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah berdasarkan kemampuan bank tersebut untuk memperoleh keuntungan. Penilaian ini bisa diukur berdasarkan nilai ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), dll.5. Liquidity (Likuiditas)Hal terakhir yang dijadikan indikator di dalam analisis CAMEL adalah likuiditas. Bank yang likuid, adalah bank yang mampu membayar semua hutangnya, khususnya hutang jangka pendek. Bank harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.Hal yang harus dinilai di dalam aspek likuiditas adalah rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar dan rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank.BAB IIIDATA NERACA BANK

Berikut ini merupakan data neraca bank per tahun 2013.

BAB IVANALISA DATA

A. Bank BCAJumlah ekuitas dari Bank BCA pada tahun 2013 adalah sebesar 63.966.678 (dalam jutaan rupiah) dilihat dari struktur perbankan Indonesia, bank yang memiliki modal di atas 50 triliyun dapat dinyatakan kedalam bank internasional, dengan demikian Bank BCA sudah dapat digolongkan ke dalam bank internasional.

B. Bank BNIJumlah ekuitas yang dimiliki oleh Bank BNI pada tahun 2013 adalah sebesar 47.683.505 (dalam jutaan rupiah), jika ditinjau dari struktur perbankan Indonesia jumlah ekuitas yang dimiliki oleh Bank BNI menunjukan bahwa Bank BNI termasuk dalam bank nasional dengan cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional.

C. Bank BRIDilihat dari neraca Bank BRI, menyatakan bahwa Bank BRI memiliki jumlah ekuitas pada tahun 2013 lebih dari 50 triliyun yaitu sebesar 79.327.422 (dalam jutaan rupiah), yang berarti bahwa Bank BRI merupakan bank internasional dengan kepasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional.

D. Bank DanamonDilihat dari gambaran struktur perbankan Indonesia, jumlah ekuitas yang dimiliki Bank Danamon pada tahun 2013 sebesar 31.552.983 (dalam jutaan rupiah) berada diantara 10 triliyun 50 triliyun. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Danamon belum bisa dikatakan sebagai bank internasional, melainkan merupakan bank bertaraf nasional

E. Bank MandiriDilihat dari neraca saldo yang dimiliki Bank Mandiri pada tahun 2013 jumlah ekuitas yang dimiliki sebesar 88.790.596 (dalam jutaan rupiah), Bank Mandiri dapat diklasifikasikan sebagai bank internasional karena memiliki dana di atas 50 triliyun.

F. Bank BIIMenurut klasifikasi menurut Arsitektur Perbankan Indonesia, Bank BII termasuk ke dalam bank nasional dengan jumlah ekuitas yang dimiliki Bank BII sebesar 12.408.401 (dalam jutaan rupiah) pada tahun 2013.

BAB VKESIMPULAN

Berdasarkan analisa data terhadap enam bank-bank yang ada di Indonesia, yaitu Bank BCA, BNI, BRI, Bank Danamon, Bank Mandiri, dan BII, ada tiga bank yang sudah bertaraf internasional dan ada tiga bank yang bertaraf bank nasional. Bank yang sudah bertaraf bank internasional meliputi: 1. Bank Mandiri, dengan modal sebesar 89 triliun rupiah.2. Bank BRI, dengan modal sebesar 79 triliun rupiah.3. Bank BCA, dengan modal sebesar 64 triliun rupiah.Sedangkan bank yang masih tergolong bank nasional, meliputi:1. Bank BNI, dengan modal 48 triliun rupiah.2. Bank Danamon, dengan modal 32 triliun rupiah.3. Bank BII, dengan modal 12 triliun rupiah.