3
BRONKIOLITIS Bronkiolitis merupakan penyakit infeksi saluran napas akut bagian bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh virus. Secara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang di dahului dengan gejala infeksi saluran napas akut. Epidemiologi Bronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratori tersering pada bayi. Paling sering terjadi pada usia 2-24 bulan, puncaknya pada usia 2-6 bulan. 95% kasus terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun dan 75% di antaranya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. Orenstein mengatakan bahwa bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi laki-laki berusia 3-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, dan hidup di lingkungan padat penduduk. Selain Orenstein, Louden menyatakan bahwa bronkiolitis terjadi 1,25 kali lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di Negara-negara berkembang daripada di negara-negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya status gizi dan ekonomi, kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan penduduk di Negara berkembang. Angka mortalitas di Negara berkembang pada anak-anak yang dirawat adalah 1-3%. Insiden bronkiolitis terbanyak terjadi pada musim dingin atau musim hujan di Negara-negara tropis.

BRONKIOLITIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bronkiolitis

Citation preview

BRONKIOLITIS

Bronkiolitis merupakan penyakit infeksi saluran napas akut bagian bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh virus. Secara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang di dahului dengan gejala infeksi saluran napas akut.

EpidemiologiBronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratori tersering pada bayi. Paling sering terjadi pada usia 2-24 bulan, puncaknya pada usia 2-6 bulan. 95% kasus terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun dan 75% di antaranya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. Orenstein mengatakan bahwa bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi laki-laki berusia 3-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, dan hidup di lingkungan padat penduduk. Selain Orenstein, Louden menyatakan bahwa bronkiolitis terjadi 1,25 kali lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di Negara-negara berkembang daripada di negara-negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya status gizi dan ekonomi, kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan penduduk di Negara berkembang. Angka mortalitas di Negara berkembang pada anak-anak yang dirawat adalah 1-3%. Insiden bronkiolitis terbanyak terjadi pada musim dingin atau musim hujan di Negara-negara tropis.

EtiologiSekitar 95% dari kasus-kasus tersebut secara serologi terbukti disebabkan oleh invasi RSV. Orenstein menyebutkan pula beberapa penyebab lain seperti Adenovirus, virus Influenza, virus Parainfluenza, Rhinovirus, dan mikoplasma, tetapi belum ada bukti kuat bahwa bronkiolitis disebabkan oleh bakteri.

Faktor Resiko

Patogenesis dan patofisiologiPenyebaran penyakit bronkiolitis melalui droplet infection. Virus masuk melaui saluran pernafasan atas. Masa inkubasinya sekitar 2-5 hari di nasofaring. Kemudian virus berkolonisasi dan bereplikasi dan menginfeksi saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus menyebabkan respons inflamasi akut, ditandai dengan osbstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi mukus, timbunan debris seluler/sel-sel mati yang terkelupas, kemudian diikuti dengan infiltrasi limfosit peribronkial dan edema submukosa. Karena tahanan aliran udara berbanding terbalik dengan diameter penampang saluran respiratori, maka sedikit saja penebalan mukosa akan memeberikan hambatan aliran udara yang besar, terutama pada bayi yang memiliki penampang saluran respiratori kecil. Resistensi pada bronkiolus meningkat selama fase inspirasi dan ekspirasi, tetapi karena radius saluran respiratori lebih kecil selama ekspirasi, maka akan menyebabkan air trapping dan hiperinflasi. Atelektasis dapat terjadi pada saat terjadi obstruksi total dan udara yang terjebak diabsorbsi.Proses patologis ini akan menggangu pertukaran gas normal di paru. Penurunan kerja ventilasi paru akan menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (ventilation-perfusion mismatching), yang berikutnya akan menyebakan terjadinya hipoksemia dan kemudia terjadi hipoksia jaringan. Semakin tinggi laju respiratori, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri. Kerja pernapasan (work of breathing) akan meningkat selama end-expiratory lung volume meningkat dan compliance paru menurun. Hiperkapnea biasanya baru terjadi bila respirasi mencapai 60 x/menit.Pemulihan sel epitel paru tampak setelah 3-4 hari, tetapi silia akan diganti setelah dua minggu. Jaringan mati (debris) akan dibersihkan oleh makrofag.

Manifesktasi KlinisGejala awal berupa gejala infeksi respiratori akut akibat virus, seperti pilek ringan, batuk, dan demam. Satu hingga dua hari kemudian timbul batuk yang disertai dengan sesak napas. Selanjutnya dapat ditemukan wheezing , sinosis, merintih (grunting), napas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel, dan penurunan nafsu makan.