22
Sponsored by dokteranakku.com GANGGUAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAK Editor : Dr. Irwan Effendi Dr. Rahmi Lestari Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com

Buku Gangguan Bicara Dan Bahasa

  • Upload
    ginesha

  • View
    1.172

  • Download
    25

Embed Size (px)

Citation preview

Sponsored bydokteranakku.com

GANGGUAN BICARA DAN BAHASA PADA

ANAK

Editor  :Dr.  Irwan EffendiDr.  Rahmi Lestar i

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

Kata Pengantar

Puji  syukur kehadirat  Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat­Nya sehingga penulis 

dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak”.

Buku ini merupakan salah satu hadiah bagi para pembaca dokteranakku.com. Karena selama 

dokteranakku.com  ada  di   dunia  maya   banyak   pertanyaan­pertanyaan  yang   menyangkut   tentang 

gangguan bicara dan bahasa pada anak. 

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak­pihak yang telah membantu penulisan referat 

ini,  Amelia  Dwifika Putri,  M.  Luthfi  Suhaimi,  Adisty Taufik,  Rhesiwenny Rushe,  dan  Fifanski 

Karmindos. Dan secara khusus saya ucapkan kepada Dr. Rahmi Lestari yang ikut serta menjadi 

editor buku ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena 

itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan. 

Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin. 

                                                                                               Padang, Agustus 2008

                                                                                  D   r. Irwan Effendi                                                        dokteranakku.com

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

BAB 1

LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan salah satu parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan bicara dan 

bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar 

anak.1,2  Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar 

dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari 

kemampuan   lainnya  sehingga pembahasan  mengenai  kemampuan  bahasa   lebih   sering  dikaitkan 

dengan  kemampuan  berbicara.  Kemahiran  dalam bahasa  dan  berbicara  dipengaruhi  oleh   faktor 

intrinsik   (dari   anak)   dan   faktor   ekstrinsik   (dari   lingkungan).   Faktor   intrinsik   yaitu   kondisi 

pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan 

berbicara.  Sementara  itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama 

perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak.1,3

Gangguan bahasa dan berbicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang 

paling   sering   ditemukan   pada   anak.   Keterlambatan   bicara   adalah   keluhan   utama   yang   sering 

dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin 

meningkat  pesat.  Dari  penelitian  didapatkan  bahwa gangguan  bahasa  dan  berbicara   terjadi  1% 

sampai  32% dari  populasi  normal  dan sebanyak 60% dari  kasus yang ditemukan terjadi  secara 

spontan pada anak berumur dibawah 3 tahun.4,5

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka gangguan bahasa dan bicara harus menjadi prioritas 

bagi dokter untuk dideteksi secara dini agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga pengobatan 

dan   pemulihannya   dapat   diberikan   sesegera   mungkin   karena   akan   sangat   mempengaruhi 

perkembangan anak di masa depan. Gangguan dalam perkembangan bahasa dan artikulasi, selain 

menyebabkan hambatan dalam bidang akademik, akan menyebabkan pula hambatan dalam bidang 

hubungan   sosial,   yang   kemudian   dapat   menimbulkan   berbagai   macam   tingkah   laku,   seperti 

membolos,   minat   belajar   kurang,   dan   berbagai   macam   tingkah   laku   antisosial.   Tidak   jarang 

kepribadian anak ikut terpengaruh misalnya anak mulai merasa rendah diri,  menjadi peragu dan 

sering was­was menghadapi lingkungannya.3,6

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Definisi

Ada perbedaan antara  bicara dan bahasa.  Bicara  adalah pengucapan,  yang menunjukkan 

keterampilan   seseorang   mengucapkan   suara   dalam   suatu   kata.   Bahasa   berarti   menyatakan   dan 

menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. 

Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa 

ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi 

tanda)   atau   auditorik.  Seorang   anak  yang  mengalami  gangguan  berbahasa  mungkin   saja   dapat 

mengucapkan   suatu   kata   dengan   jelas   tetapi   ia   tidak   dapat   menyusun   dua   kata   dengan   baik. 

Sebaliknya, ucapan seorang anak mungkin sedikit sulit untuk dimengerti, tetapi ia dapat menyusun 

kata­kata   yang   benar   untuk   menyatakan   keinginannya.   Masalah   bicara   dan   bahasa   sebenarnya 

berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih.1,7

Gangguan   bicara   dan   bahasa   terdiri   dari   masalah   artikulasi,   masalah   suara,   masalah 

kelancaran   berbicara   (gagap),   afasia   (kesulitan   dalam   menggunakan   kata­kata,   biasanya   akibat 

cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat 

disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan 

bicara dan bahasa juga berhubungan erat  dengan area lain  yang mendukung seperti   fungsi  otot 

mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana 

seperti  bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk 

mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral­motor dalam fungsinya 

untuk bicara dan makan.8

Gangguan  perkembangan   artikulasi  meliputi   kegagalan  mengucapkan   satu  huruf   sampai 

beberapa   huruf.   Sering   terjadi   penghilangan   atau   penggantian   bunyi   huruf   itu   sehingga 

menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti  anak kecil.  Selain  itu   juga dapat berupa gangguan 

dalam pitch, volume atau kualitas suara.6

Afasia   yaitu   kehilangan   kemampuan   untuk   membentuk   kata­kata   atau   kehilangan 

kemampuan untuk menangkap arti kata­kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan 

baik. Anak­anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, 

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

dan   memiliki   onset   setelah   trauma   kepala   atau   gangguan   neurologis   lain   (sebagai   contohnya 

kejang).6,9,10

Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. 

Terdapat  pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi 

spasme tonik dari otot­otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya 

riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua 

agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.3,6,9

Stimulasi   yaitu   kegiatan   merangsang   kemampuan   dasar   anak   agar   anak   tumbuh   dan 

berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus 

menerus pada setiap kesempatan yang dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orang­

orang  terdekat  dalam kehidupan sehari­hari.  Kurangnya stimulasi  dapat  menyebabkan gangguan 

yang menetap.11

2. 2. Epidemiologi

Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh  8% anak usia pra sekolah. Hampir sebanyak 20% 

dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling 

sering terjadi pada usia 3­16 tahun. Pada umur 5 tahun, 19% dari anak­anak diidentifikasi memiliki 

gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 

6% kelemahan bahasa). Gagap terjadi pada 4­5% pada usia 3­5 tahun dan 1% pada usia remaja. 

Laki­laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada 

wanita.  Sekitar   3­6%  anak     usia   sekolah     memiliki   gangguan   bicara   dan   bahasa   tanpa   gejala 

neurologi, sedangkan pada usia pra sekolah prevalensinya  lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut 

penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan 

bahasa yang lebih tinggi dari pada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah keatas.1,12

2. 3. Fisiologi Bicara

Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, pertama aspek sensorik (input bahasa) yang 

melibatkan telinga dan mata, dan kedua aspek otorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi 

dan pengaturannya.8

Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif 

yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang 

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak 

atau sistem susunan saraf pusat. Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut 

area   Wernicke,   merupakan   pusat   persepsi   auditoro­leksik   yaitu   mengurus   pengenalan   dan 

pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 Broadman adalah 

pusat   persepsi   visuo­leksik   yang   mengurus   pengenalan   dan   pengertian   segala   sesuatu   yang 

bersangkutan dengan bahasa  tulis.  Sedangkan area Broca adalah pusat  bahasa ekspresif.  Ketiga 

pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.8

Saat  mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui 

lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini rangsangan 

diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian 

dalam terdapat reseptor sensoris  untuk pendengaran yang disebut koklea.  Saat gelombang suara 

mencapai koklea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di otak 

diteruskan  ke   area   Wernicke.   Kemudian   jawaban  diformulasikan   dan  disalurkan   dalam  bentuk 

artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses 

bicara   dihasilkan   oleh   vibrasi   dari   pita   suara   yang   dibantu   oleh   aliran   udara   dari   paru­paru, 

sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit­langit). Jadi untuk proses 

bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat 

penting.1,8,9

Untuk dapat mengucapkan kata­kata sebaik­baiknya, sehingga bahasa yang didengar dapat 

ditangkap dengan jelas dan setiap suku kata dapat terdengar secara terinci, maka mulut, lidah, bibir, 

palatum mole dan pita suara, serta otot­otot pernafasan harus melakukan gerakan sempurna. Bila 

ada salah satu gerakan tersebut diatas terganggu, timbullah cara berbahasa yang kurang jelas ada 

kata­kata yang seolah­olah ”ditelan” terutama pada akhir kalimat.13

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa pada Anak :

Tabel 2. 1. Milestones Normal Perkembangan Bicara dan Bahasa pada Anak.14

Umur Kemampuan Reseptif Kemampuan EkspresifLahir Melirik ke sumber suara

Memperlihatkan ketertarikan terhadap suara­suara

Menangis

2 – 4 bulan Tertawa dan mengoceh tanpa arti6 bulan Memberi respon jika namanya 

dipanggil Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan)

9 bulan Mengerti dengan kata­kata yang rutin (da­da)

Mengucapkan “ma­ma”, “da­da”

12 bulan Memahami dan menuruti perintah sederhana

BergumamMengucapkan satu kata

15 bulan Menunjuk anggota tubuh  Mempelajari kata­kata dengan perlahan

18 – 24 bulan Mengerti kalimat Menggunakan/merangkai dua kata

24 – 36 bulan Menjawab pertanyanMengikuti 2 langkah perintah

Frase 50% dapat dimengertiMembentuk 3 (atau lebih) kalimatMenanyakan “apa”

36 – 48 bulan Mengerti banyak apa yang diucapkan

Menanyakan “mengapa”Kalimat 75% dapat dimengerti, bahasa sudah mulai jelas, menggunakan lebih dari 4 kata dalam satu kalimat

48 – 60 bulan Mengerti banyak apa yang dikatakan, sepadan dengan fungsi kognitif 

Menyusun kalimat dengan baikBercerita100% kalimat dapat dimengerti

6 tahun Pengucapan bahasa lebih jelas

2. 4. Etiologi dan Patogenesis Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak

Penyebab kelainan berbicara dan bahasa bisa bermacam­macam yang melibatkan berbagai 

faktor  yang dapat   saling  mempengaruhi,  antara   lain  kondisi   lingkungan,  pendengaran,  kognitif, 

fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain sebagainya. 

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

Gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat disebabkan oleh kelainan berikut :

1. Lingkungan sosial dan emosional anak.6,9,10,15

Interaksi antar personal merupakan dasar dari  semua komunikasi dan perkembangan bahasa. 

Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak, 

termasuk   lingkungan   keluarga.   Misalnya,   gagap   dapat   disebabkan   oleh   kekhawatiran   dan 

perhatian orang tua yang berlebihan pada saat anak mulai belajar bicara, tekanan emosi pada 

usia yang sangat muda sekali, dan dapat juga sebagai suatu respon terhadap konflik dan rasa 

takut. Sebaliknya, gagap juga dapat menimbulkan problem  emosional pada anak.

2. Sistem masukan / input.8,15

Gangguan   pada   sistem   pendengaran,   penglihatan,   dan   defisit   taktil­kinestetik   dapat 

menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak. 

Dalam   perkembangan   bicara,   pendengaran   merupakan   alat   yang   sangat   penting.   Anak 

seharusnya sudah dapat mengenali bunyi­bunyian sebelum belajar bicara. Anak dengan otitis 

media kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan 

menerima   atau   mengungkapkan   bahasa.   Gangguan   bahasa   juga   terdapat   pada   tuli   karena 

kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial (infeksi intrauterin : TORCH), 

tuli   konduksi   seperti   akibat   malformasi   telinga   luar,   tuli   sentral   (sama   sekali   tidak   dapat 

mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (terjadi kegagalan integrasi arti bicara yang didengar 

menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada skizofrenia, autisme 

infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya.

Anak dengan gangguan penglihatan  yang berat,   akan   terganggu pola  bahasanya.  Pada  anak 

dengan defisit taktil­ kinestetik akan terjadi gangguan artikulasi, misalnya pada anak dengan. 

anomali alat bicara perifer, seperti pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk rahang, 

bisa didapati gangguan bicara berupa disartria.

3. Sistem pusat bicara dan bahasa.6,8,15

Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi, formulasi, dan 

perencanaan   bahasa,   juga   aktivitas   dan   kemampuan   intelektual   dari   anak.   Dalam   hal   ini, 

terdapat   defisit   kemampuan   otak   untuk   memproses   informasi   yang   komplek   secara   cepat. 

Kerusakan  area  Wernicke  pada  hemisfer  dominan girus   temporalis   superior   seseorang  akan 

menyebabkan hilangnya seluruh fungsi intelektual yang berhubungan dengan bahasa atau simbol 

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

verbal,   yang   disebut   dengan   afasia   Wernicke.   Penderita   mampu   mengerti   kata­kata   yang 

dituliskan atau didengar, namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan. 

Apabila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar ke belakang (regio girus angular), ke 

inferior   (area bawah  lobus   temporalis),  dan ke superior   (tepi   superior   fisura  sylvian),  maka 

penderita   tampak   seperti   benar­benar   terbelakang   total   untuk   mengerti   bahasa   dan 

berkomunikasi, disebut dengan afasia global. Bila lesi tidak begitu parah, maka penderita masih 

mampu memformulasikan  pikirannya  namun   tidak  mampu menyusun  kata­kata  yang   sesuai 

secara berurutan dan bersama­sama  untuk  mengekspresikan pikirannya.

Kerusakan pada area bicara broca yang terletak di regio prefrontal dan fasial premotorik korteks 

menyebabkan   penderita   mampu   menentukan   apa   yang   ingin   dikatakannya   dan   mampu 

bervokalisasi namun tak mampu mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata­kata selain 

suara ribut.  Kelainan ini disebut afasia motorik,  kira­kira 95% kelainannya di hemisfer kiri. 

Regio   fasial  dan   laringeal  korteks  motorik  berfungsi  mengaktifkan  gerakan otot­otot  mulut, 

lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu, dan 

perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Kerusakan pada regio­regio ini menyebabkan 

ketidakmampuan untuk berbicara dengan jelas.

Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya pada sindrom 

Down.   Pada   anak   dengan   retardasi   mental,   terdapat   disfungsi   otak   akibat   adanya 

ketidaknormalan   yang   luas   dari   struktur   otak,   neurotransmitter   atau   mielinisasi,   sehingga 

perkembangan   mentalnya   terhenti   atau   tidak   lengkap,   sehingga   berpengaruh   pada   semua 

kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

4. Sistem produksi.15

Sistem   produksi   suara   meliputi  laring,   faring,   hidung,   struktur   mulut   dan   mekanisme 

neuromuskular   yang   berpengaruh   terhadap   pengaturan   nafas   untuk   berbicara,   bunyi   laring, 

pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga 

mulut.

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

Tabel 2. 2. Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa menurut Blager BF15

Penyebab Efek pada Perkembangan Bicara1. Lingkungan

a. Sosial ekonomi kurangb. Tekanan keluargac. Keluarga bisud. Dirumah menggunakan bahasa 

bilingual2. Emosi

a. Ibu yang tertekanb. Gangguan serius pada orang tua

c. Gangguan serius pada anak

3. Masalah pendengarana. Kongenital

b. Didapat

4. Perkembangan terlambata. Perkembangan lambatb. Perkembangan lambat, tetapi 

masih dalam batas rata­ratac. Retardasi mental

5. Cacat bawaana. Palatoschizis

b. Sindrom Down6. Kerusakan otak 

a. Kelainan neuromuskular

b. Kelainan sensorimotor

c. Palsi serebral

d. Kelainan persepsi

a. Terlambatb. Gagapc. Terlambat pemerolehan bahasad. Terlambat pemerolehan struktur bahasa

a. Terlambat pemerolehan bahasab. Terlambat atau gangguan perkembangan 

bahasac. Terlambat atau gangguan perkembangan 

bahasa

a. Terlambat atau gangguan bicara permanen

b. Terlambat atau gangguan bicara permanen

a. Terlambat bicarab. Terlambat bicara

c. Pasti terlambat bicara

a. Terlambat dan terganggu kemampuan bicara

b. Kemampuan bicaranya lebih rendah

a. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan, mengunyah dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi seperti disartria

b. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan, akhirnya menimbulkan gangguan artikulasi, seperti dispraksia

c. Berpengaruh pada pernapasan, makan dan timbul juga masalh artikulasi yang dapat mengakibatkan disartria dan dispraksia

d. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa, simbolisaasi, mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di sekolah

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

2. 5. Diagnosis Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak

  Seperti  pada  gangguan perkembangan  lainnya,  kesulitan  utama dalam diagnosis  adalah 

membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar 

pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering 

diikuti   kesulitan   dalam   membaca   dan   mengeja,   kelainan   dalam   hubungan   interpersonal,   serta 

gangguan   emosional   dan   perilaku.   Untuk   menegakkan   diagnosis,   harus   dilakukan   pengujian 

terhadap   intelektual   nonverbal   anak.   Pengamatan   pola   bahasa   verbal   dan   isyarat   anak   dalam 

berbagai   situasi  dan   selama  interaksi  dengan anak­anak   lain  membantu  memastikan  keparahan, 

bidang spesifik anak yang terganggu, dan membantu dalam deteksi dini komplikasi perilaku dan 

emosional.1,10,16,24

2. 5. 1. Anamnesis

Anamnesis  pada  gangguan  bahasa  dan  bicara  mencakup  perkembangan  bahasa  anak.  Beberapa 

pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :17

• Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara,  misalnya berkedip,   terkejut,  atau 

menggerakkan bagian tubuh.

• Pada   usia   berapa   bayi   mulai   tersenyum   (senyum   komunikatif),   misalnya   saat   berbicara 

padanya.

• Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”

• Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke 

arah suara

• Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum

• Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”

• Berapa   banyak   bagian   tubuh   yang   dapat   ditunjukkan   oleh   anak,   seperti   mata,   hidung, 

kuping, dan sebagainya

Selain itu harus diperhatikan juga tanda bahaya adanya gangguan bahasa dan bicara yaitu bila pada 

usia:

4–6 Bulan

• Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;

• Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

8­10 Bulan

• Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.

• Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.

• 9­10 bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.

12­15 Bulan

• 12 bulan, belum menunjukkan mimik.

• 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti “ma­ma”, “da­da”.

• 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.

• 15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh” atau “daag”.

• 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.

• 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1­3 kata.

18­24 Bulan

• 18 bulan, belum dapat mengucapkan 6­10 kata.

• 18­20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.

• 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.

• 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.

• 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon.

• 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata­kata orang lain.

• 24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.

30­36 Bulan

• 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.

• 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaan dan tidak dapat dipahami 

oleh orang lain selain anggota keluarga.

3­4 Tahun

• 3  tahun,   tidak  mengucapkan kalimat,   tidak  mengerti  perintah  verbal  dan   tidak mamiliki 

minat bermain dengan sesamanya.

• 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan “aya”.

• 4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.1,18

1. Gangguan bahasa ekspresif

2. Gangguan bahasa reseptif­ekspresif

3. Gangguan phonological

4. Gagap

Pada   gangguan   bahasa   ekspresif,   secara   klinis   kita   bisa   menemukan   gejala   seperti 

perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan 

dalam mengingat kata­kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam 

pencapaian akademik, dan komunikasi sosial,  namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. 

Gangguan menjadi   jelas pada kira­kira  usia  18 bulan,  saat  anak  tidak dapat  mengucapkan kata 

dengan   spontan   atau   meniru   kata   dan   menggunakan   gerakan   badannya   untuk   menyatakan 

keinginannya.   Jika anak akhirnya bisa berbicara,  defisit  bahasa menjadi   jelas,   terjadi  kesalahan 

artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga 

ikut mendukung diagnosis.1,10

Pada gangguan bahasa campuran ekspresif­reseptif, selain ditemukan gejala­gejala gangguan 

bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Ciri klinis penting dari 

gangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna pada pemahaman bahasa dan ekspresi bahasa. 

Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, 

bentuk ringan  tidak terlihat sampai usia 7  tahun atau  lebih tua.  Anak dengan gangguan bahasa 

reseptif­ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses 

simbol visual seperti arti suatu gambar. Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan simbol 

auditorik maupun visual, contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk mainan truk dan 

mainan mobil  penumpang.  Anak dengan gangguan bahasa campuran reseptif­ekspresif  biasanya 

tampak tuli.1,10

Anak­anak   dengan   kesulitan   berbicara   memiliki   masalah   dalam   pengucapan,   yaitu 

berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.19

 Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau 

perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki­laki usia 2­3 tahun 

dan 5­7 tahun. Sangat sering disertai mengedip mata dan menggoyangkan kepala.20

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

2. 5. 2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa 

dan bicara.  Perlu diperhatikan ada  tidaknya mikrosefali,  anomali   telinga  luar,  otitis  media yang 

berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak 

mantap), celah palatum, dan lain­lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak 

menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pa­ta, pa­ta­

ka.15

2. 5. 3. Pemeriksaan Penunjang

1.  BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) merupakan cara pengukuran evoked potensial 

(aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat­pusat neural dan traktus di dalam batang otak) 

sebagai respon terhadap stimulus auditorik.

2.  Pemeriksaan audiometri

     Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak­anak yang sangat kecil dan   untuk anak­anak 

yang   ketajaman   pendengarannya   tampak   terganggu.   Ada   4   kategori   pengukuran   dengan 

audiometri :9,10 

a. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan melihat 

respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke 

arah sumber  bunyi  atau mencari  sumber  bunyi.  Pemeriksaan dilakukan di   ruangan yang 

tenang   atau  kedap   suara   dan   menggunakan  mainan  yang   berfrekuensi   tinggi.   Penilaian 

dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.9 

b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan  pada anak yang dilakukan sambil bermain, 

misalnya   anak   diajarkan   untuk   meletakkan   suatu   objek   pada   tempat   tertentu   bila   dia 

mendengar bunyi. Dapat dimulai pada usia 3­4 tahun bila anak cukup kooperatif.9,21

c. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata­kata yang sudah disusun dalam silabus dalam 

daftar   yang   disebut   :  phonetically   balance   word   LBT  (PB   List).  Anak   diminta   untuk 

mengulangi kata­kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah 

anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai 

kemampuan anak dalam pembicaraan sehari­hari dan untuk menilai pemberian alat bantu 

dengar (hearing  aid).9,21

d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.9

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

3.  CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran area 

otak yang abnormal.

4.  Timpanometri digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan sistem osikular.9

Selain   tes   audiometri,   bisa   juga   digunakan   tes   intelegensi.   Paling   dikenal   yaitu   skala 

Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan :17,18

1. Skala intelegensi Wechsler untuk anak­III: penyelesaian susunan gambar.

Tes  ini   terdiri  dari  satu set  gambar­gambar objek yang umum,seperti  gambar  pemandangan. 

Salah satu bagian yang penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon 

dinilai sebagai benar atau salah. 

Gambar 2. 1. Seorang anak berusia 8 bulan mendemonstrasikan kemampuan berbahasa memberi 

nama gambar. Sumber : Pediatrics in review, Toddler Development.

2. Skala intelegensi Wechsler untuk anak­III: mendesain balok

Anak diberikan pola bangunan dua dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya 

menggunakan kubus dua warna. Respon dinilai sebagai benar atau salah.

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

Gambar 2. 2. Seorang anak berusia 24 bulan mendemonstrasikan kemampuan motorik halus 

dengan menyusun balok. Sumber : Pediatrics in review, Toddler Development.

2. 6. Tata Laksana Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak. 

Diagnosis  yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat berpengaruh 

terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa.  Terapi sebaiknya dimulai 

saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena 

adanya variasi perkembangan normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter 

saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya, sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada 

aspek kuratif dan rehabilitatif dibandingkan preventif. Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan 

membantu anak­anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah. 

Sehubungan   dengan   hal   tersebut,   para   dokter   dituntut   agar   lebih   tanggap   terhadap   proses 

perkembangan bicara dan bahasa pada anak.1,6,25

 Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia, dan 

pada  dasarnya perkembangan bahasa  dilatarbelakangi  perawatan  primer  orang  tua  dan  keluarga 

terhadap   anak.   Usaha   preventif   pada   masa   neonatus,   bayi   dan   balita   dapat   dilakukan   dengan 

memberi pujian dan respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara, serta memberi 

tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan sehari­hari. Pola intonasi 

suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin mendekati  pola orang dewasa. 

Secara   umum,   anak   akan   berusaha   untuk   lebih   baik   saat   orang   dewasa   merespon   apa   yang 

diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai motivasi 

ketika seorang anak berbicara satu kata secara jelas, pendengar sebaiknya merespon tanpa paksaan 

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

dengan memperluas hingga dua kata.1,2,6,15,25

Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses perkembangan 

bahasa anak :25

• Ekspresi kalimat seru

• Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan gerak isyarat 

untuk mendapatkan benda 

• Mengoceh selama bermain

• Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak

• Menirukan suara lingkungan

• Berusaha untuk bernyanyi

Tindakan   kuratif   penatalaksanaan  gangguan   bicara   dan   bahasa  pada   anak  disesuaikan 

dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi 

ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru, dan orang tua pasien. 

Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan 

perhatian  medis   seorang dokter.  Anak­anak  usia   sekolah  yang memiliki  gangguan  bicara  dapat 

diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu menyediakan terapi wicara kepada 

para murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari belajar.1,6

Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan bahasa diikuti oleh 

gangguan tingkah laku, sedangkan gangguannya bicaranya akan dievaluasi oleh ahli terapi wicara.15

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

Tabel 2. 3. Penatalaksanaan Gangguan Bicara dan Bahasa menurut Blager BF15 

Masalah Penatalaksanaan Rujukan1. Lingkungan

a. Sosial ekonomi kurang

b. Tekanan keluargac. Keluarga bisu

d. Dirumah menggunakan bahasa bilingual

a. Meningkatkan stimulasi

b. Mengurangi tekananc. Meningkatkan 

stimulasid. Menyederhankan 

masukan bahasa

a. Kelompok BKB (Bina Keluarga dan Balita) atau kelompok bermain

b. Konseling keluargac. Kelompok 

BKB/bermaind. Ahli terapi wicara

2. Emosi a. Ibu yang tertekan

b. Gangguan serius pada keluarga

c. Gangguan serius pada anak

a. Meningkatkan stimulasi

b. Menstabilkan lingkungan emosi

c. Meningkatkan status emosi anak

a. Konseling, kelompok BKB/bermain

b. Psikoterapis

c. Psikoterapis

3. Masalah Pendengarana.   Kongenital

b.   Didapat

a.  Monitor dan obati kalau memungkinkan

b.  Monitor dan obati kalau memungkinkan

a.  Audiologis/ahli THT

b.  Audiologis/ahli THT 

4. Perkembangan Lambata.  Dibawah rata­ratab.  Perkembangan 

terlambatc.  Retardasi Mental

a.  Tingkatkan stimulasib.  Tingkatkan stimulasi

c.  Maksimalkan potensi

 a.  Ahli terapi wicarab.  Ahli terapi wicara

c.  Program khusus

5. Cacat bawaana.  Palatoschizis

b.  Sindrom Down

a.  Monitor dan dioperasi

b.  Monitor dan stimulasi

a. Ahli terapi wicara setelah operasi

b. Rujuk ke ahli terapi wicara, monitor pendengarannya

6. Kerusakan otakPalsi serebral Mengoptimalkan 

kemampuan fisik kognitif dan bicara anak

Rujuk ke ahli rehabilitasi, ahli terapi wicara

             Anak   tidak   hanya   membutuhkan   stimulasi   untuk   aktifitas   fisiknya,   tetapi   juga   untuk 

meningkatkan kemampuan bahasa.bila anak mengalami deprivasi yang berat terhadap kesempatan 

untuk mendapatkan pengalaman tersebut, maka akibatnya perkembangannya mengalami hambatan. 

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

Beberapa cara menstimulasi anak diantaranya :11

1. Berbicara

 Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap kesempatan seperti           waktu 

memandikan  bayi,   mengenakan  pakaiannya,  memberi  makan  dan   lain­lain.  Anak   tidak  pernah 

terlalu muda untuk diajak bicara.

2. Mengenali berbagai suara

Ajak  anak  mendengarkan berbagai   suara  seperti  musik,   radio,   televisi.   Juga  buatlah   suara  dari 

kerincingan, mainan, kemudian perhatikan bagaiman reaksi anak terhadap suara yang berlainan.

3. Menunjuk dan menyebutkan nama gambar­gambar

Ajak anak melihat gambar­gambar, kemudian gambar ditunjuk dan namanya disebutkan, usahakan 

anak mengulangi kata­kata, lakukan setiap hari. Bila anak sudah bisa menyebutan nama gambar, 

kemudian dilatih untuk bercerita tentang gambar tersebut

4. Mengerjakan perintah sederhana

Mulai memberikan perintah kepada anak misal  “letakkan gelas di meja”. Kalau perlu tunjukkan 

kepada anak cara mengerjakan perintah tadi, gunakan kata­kata yang sederhana.

Terapi   anak   gagap   diawali   dengan   mengurangi   stres   emosional   disertai   bimbingan   dan 

konseling   terhadap   orang   tua   demi   kemajuan   anaknya.   Hampir   separuh   anak   gagap   dapat 

mengatasinya, walaupun demikian rujukan  ke ahli terapi wicara merupakan bantuan yang sangat 

penting bagi anak, dan terapi lebih efektif jika dimulai pada masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu 

jika anak terlihat tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya hubungan gangguan 

ini dengan kelainan neurologis ataupun psikis pada anak.1,2,6

Dalam perjalanan  tata   laksana gangguan bicara dan bahasa,  orang  tua diharapkan untuk 

selalu memberikan motivasi terhadap anak atas perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa 

anaknya walaupun baru memperlihatkan sedikit perbaikan.1,25

2. 7. Prognosis

Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya.  Sebagian besar anak 

memberikan respon baik terhadap tata laksana yang diberikan.Untuk gangguan yang berhubungan 

kelainan   organik   seperti   pada   tuli   konduksi,   perbaikan   masalah   medisnya   dapat   menghasilkan 

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

perkembangan bahasa normal pada anak. Anak dengan retardasi mental memiliki prognosis yang 

lebih buruk dibandingkan anak yang inteligensinya baik. Demikian juga dengan anak yang memiliki 

gangguan   perkembangan   multipel,   membutuhkan   penanganan   ekstra   agar   tidak   meninggalkan 

kelainan sisa.  Lingkungan yang berisiko tinggi dan usia terdeteksinya gejala turut memperburuk 

prognosis.1,15

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

DAFTAR PUSTAKA

1. Ramin A, David TW. Dalam : Ricard EB, Robert MK, Hal BJ, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke­18. Philadelphia : Saunders, 2004; 151­61

2. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, penyunting. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja; Edisi I. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, Sagung Seto, 2002; 91

3. Hall DMB, Hugh Jolly. Disorders of communication. Dalam : The Child with a handicap. London : Blackwell Scientific Publication,1984 ; 237­268

4. Busari JO, Weggelaar NM. How to investigate and manage the child who is slow to speak. BMJ 2004; 328:272­276

5. Parker S, Zuckerman B, Augustyn M. Developmental and behavioral Pediatrics (2nd ed): Language Delays. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2005

6. Markum, AH. Gangguan perkembangan berbahasa. Dalam : Markum, Ismael S, Alatas H, Akib A,  Firmansyah A,  Sastroasmoro S,  editor.  Buku ajar   ilmu kesehatan anak.  Jilid   I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1991; 56­69

7. Coplan, James. Normal speech and language development : Pediatric In Review, 1995; 91­998. Guyton AC, Hall JE. Dalam : Irawati Setyawan, penyunting. Buku ajar fisiologi kedokteran. 

Edisi 9. Jakarta : EGC, 1997 ; 909­199. Virginia W, Meredith G, Dalam : Adam, boeis highler. Gangguan bicara dan bahasa. Buku 

ajar penyakit telinga, hidung, tenggorok. Edisi 6. Jakarta : EGC, 1997 ; 397­410.10.Kaplan,   Harold   I.   Gangguan   komunikasi.   Dalam   :   I   Made   Wiguna,   editor.   Sinopsis 

psikiatri : Bina Rupa Aksara, 1997 ; 766­8211.Departemen   Kesehatan   RI.   Pedoman   gangguan   penatalaksanaan   stimulasi,   deteksi   dan 

intervensi   dini   tumbuh   kembang   anak   di   tingkat   pelayanan   kesehatan   dasar.   Jakarta   : Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI ; 2005 ; 15­37

12.British medical journal. Language disorders: a 10­year research update review. Bmj ; 2000.13.Ngoerah I. Dasar­dasar Ilmu penyakit syaraf. Denpasar : Airlangga University Press; 199014.Heidi   M.   Feildman   Evaluation   and   management   of   speech   and   language   disorder   in 

preschool children. Pediatrics in Review 2005 ; 26 (4) 131­142. 15.Soetjiningsih.  Gangguan bicara dan bahasa pada anak.  Tumbuh kembang anak. Jakarta  : 

EGC, 1995 ; 237­4016.Departemen kesehatan RI. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa III. Edisi I. 

Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI, 1995 ; 17.Donna   M.   Capin.  Developmental   learning   disorders:   Clues   to   their   diagnosis   and 

management. Pediatr. Rev. 1996; 17; 284­90.18.Simkin Z, Conti G. Evidence of reading difficulty in subgroups of children with specific 

language impairment. Child language teaching and therapy 2006 ; 22 (3) ; 315­31 19.Lumbantobing, SM. Anak dengan mental terbelakang. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006 ; 

36­6720.Mark D, Simms and Robert L, Schum.  Preschool children who have atypical patterns of 

development. Pediatric Review. 2000 ; 21­14721.Roberts,  Susan.  Speech and language disorders. Dalam : Harvey D, Miles M, Smyth D, 

editor. Community Child Health and Pediatrics. London : Butterworth Heinemann, 1997 ; 505­12

22.Iramaswaty Kamarul. Dalam : Bambana T, Partini P, Bermansyah, Penyunting.   Gangguan 

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com

perilaku   sehari­hari   ada   anak.   Pediatric   Update   2005.   Jakarta   :   Ikatan   Dokter   Anak Indonesia, 2005 ; 42­7

23.Suwento  R,  Zizakausky  S,  Hendrawan  H.  Gangguan  pendengaran  pada  bayi   dan   anak. Dalam Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi ke­6. Jakarta.FKUI. 2007 ; 31­42

24.Soedjatmiko. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita. Sari Pediatri 1995; 3. 25.Boyu W, Senkoh J. Pediatri perkembangan perilaku. Jakarta : EGC,1995 ; 140­143

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anakdokteranakku.com