16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas  bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat progresif ini disebabkan inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi dalam waktu lama dengan gejala utama sesak napas, batuk dan produksi sputum. Faktor risiko terjadinya PPOK yaitu usia, jenis kelamin, merokok, hiperresponsif saluran pernapasan,  pemaparan akibat kerja, polusi udara, dan faktor genetik (Smeltzer & Bare, 2001). Menurut WHO, PPOK merupakan salah satu penyebab kematian yang bersaing dengan HIV/AIDS untuk menempati tempat ke-4 atau ke-5 setelah Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Serebrovaskuler, dan Infeksi Saluran Akut (COPD-International, 2004). Di level global, PPOK adalah masalah kesehatan masyarakat yang signifikan dan menduduki peringkat keempat sebagai penyebab penyakit dan kematian di dunia, dan pada tahun 2030 diperkirakan akan menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian (Papadopoulos, 2011). Setelah dilakukan diskusi case 2 Keperawatan Medikal Bedah ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, manifestasi klinis, komplikasi,  penatalaksanaan dan patofisiologi PPOK. Setelah itu, mahasiswa diharapkan dapat menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada klien dengan PPOK. B. Tujuan Tujuan dari diskusi case 2 Keperawatan Medikal Bedah ini, yaitu untuk : 1. Menjelaskan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dan 2. Menjelaskan Asuhan keperawatan pada penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).

CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mm

Citation preview

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    1/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPenyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai

    dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas

    bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat progresif ini

    disebabkan inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi dalam

    waktu lama dengan gejala utama sesak napas, batuk dan produksi sputum. Faktor risiko

    terjadinya PPOK yaitu usia, jenis kelamin, merokok, hiperresponsif saluran pernapasan,

    pemaparan akibat kerja, polusi udara, dan faktor genetik (Smeltzer & Bare, 2001).

    Menurut WHO, PPOK merupakan salah satu penyebab kematian yang bersaing

    dengan HIV/AIDS untuk menempati tempat ke-4 atau ke-5 setelah Penyakit Jantung

    Koroner, Penyakit Serebrovaskuler, dan Infeksi Saluran Akut (COPD-International, 2004).

    Di level global, PPOK adalah masalah kesehatan masyarakat yang signifikan dan

    menduduki peringkat keempat sebagai penyebab penyakit dan kematian di dunia, dan pada

    tahun 2030 diperkirakan akan menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian

    (Papadopoulos, 2011).

    Setelah dilakukan diskusi case 2 Keperawatan Medikal Bedah ini, diharapkan

    mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, manifestasi klinis, komplikasi,

    penatalaksanaan dan patofisiologi PPOK. Setelah itu, mahasiswa diharapkan dapat

    menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada klien

    dengan PPOK.

    B. TujuanTujuan dari diskusi case 2 Keperawatan Medikal Bedah ini, yaitu untuk :

    1. Menjelaskan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dan2. Menjelaskan Asuhan keperawatan pada penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    2/16

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)a. Pengertian PPOK

    Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang

    dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-

    perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat

    progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi

    yang abnormal dari paru-paru terhadap gas atau partikel yang berbahaya (GOLD, 2009).

    b. Faktor penyebab PPOKPPOK dapat disebabkan oleh (Suradi, 2007) :

    1) Asap rokok (baik pada perokok aktif maupun pasif),2) Polusi udara, meliputi polusi di dalam ruangan (asap rokok, asap kompor), polusi di

    luar ruangan (gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan), dan polusi tempat kerja

    (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun) ,

    3) Infeksi saluran napas bawah berulang.

    c. Tanda dan gejala PPOKTanda PPOK (PDPI, 2003) yaitu:

    1) Pursed - lips breathing yaitu sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucudan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk

    mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanismetubuh untuk mengeluarkan

    retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.

    2) Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)3) Penggunaan otot bantu napas4) Hipertropi otot bantu napas5) Pelebaran sela iga6) Bila telah terjadi gagal jantung kanan, terlihat denyut vena jugularis di leher dan

    edema tungkai.

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    3/16

    7) Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa8) Ekspirasi memanjang9) Bunyi jantung terdengar jauh.

    Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus

    diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi pada

    proses penuaan. Gejala PPOK (GOLD, 2009) yaitu :

    1) Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang denganpengobatan yang diberikan. Kadangkadang pasien menyatakan hanya berdahak terus

    menerus tanpa disertai batuk.

    2) Sesak napas merupakan gejala yang sering dikeluhkan pasien terutama pada saatmelakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak napas

    yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.

    d. Komplikasi PPOKKomplikasi yang dapat terjadi pada PPOK (PDPI, 2003) yaitu :

    1) Gagal napas kronikGagal napas kronik ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO250 mmHg, serta pH dapat normal.

    2)

    Gagal napas akut pada gagal napas kronikGagal napas akut pada gagal napas kronik ditandai oleh sesak napas dengan atau

    tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan purulen, demam, dan kesadaran

    menurun.

    3) infeksi berulangPada pasien PPOK, produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk

    koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Selain itu, pada kondisi

    kronik ini imunitas tubuh menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar

    limfosit darah.

    4) Kor pulmonale.Adanya kor pulmonale ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit>50 %,

    dan dapat disertai gagal jantung kanan.

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    4/16

    e. Penatalaksanaan PPOKPenatalaksanaan umum PPOK (PDPI, 2003) yaitu :

    Tujuan penatalaksanaan :

    1. Mengurangi gejala2. Mencegah eksaserbasi berulang3. Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru4. Meningkatkan kualiti hidup penderita

    Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :

    1) EdukasiEdukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK,

    memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasan aktivitas. Penyesuaian

    aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

    hidup pasien PPOK.

    2) Obatobatana. Bronkodilator

    Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan

    disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat

    diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka

    panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slowreleas ) atau obat berefek panjang (long acting).

    b. Anti inflamasiDigunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi

    intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan

    metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang

    diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1

    pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.

    c. AntibiotikaHanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :

    a. Lini I : amoksisilin, makrolid.b. Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, Kuinolon, dan

    makrolid baru.

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    5/16

    d. AntioksidanDapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N

    - asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak

    dianjurkan sebagai pemberian yang rutin.

    e. MukolitikHanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat

    perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang

    viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak

    dianjurkan sebagai pemberian rutin.

    3) Terapi oksigenPada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang

    menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal

    yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah

    kerusakan sel baik di otot maupun organ -organ lainnya.

    Indikasi :

    a. Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%b. Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal,

    perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep

    apnea, penyakit paru lain.4) Ventilasi mekanik

    Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas

    akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat

    dengan napas kronik.

    5) NutrisiMalnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya

    kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat, karena

    hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi

    malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat

    penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah.

    6) Rehabilitasi

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    6/16

    Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki

    kualitas hidup penderita PPOK

    f.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, klien mengalami penurunan

    kadar hemoglobin, pH darah, dan kenaikan tekanan karbondioksida (PCO2). Menurunnya

    kadar Hb disebabkan karena berkurangnya ventilasi O2 ke seluruh tubuh, sehingga

    saturasi Hb pun menurun. Turunnya pH darah dan meningkatnya PCO2 dikarenakan

    klien telah mengalami asidosis respiratorik. Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah

    yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari

    fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman

    pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal,

    jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya

    kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga

    pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

    Pada pasien PPOK, harus di ingat, bahwa pemberian oksigen harus dipantau

    secara ketat. Karena, pada pasien PPOK terjadi hiperkapnia kronik yang menyebabkan

    adaptasi kemoreseptor-kemoreseptor central yang dalam keadaan normal berespons

    terhadap karbon dioksida. Keadaan yang menyebabkan pasien terus bernapas adalah

    rendahnya konsentrasi oksigen di dalam darah arteri. Hal tersebut terus merangsang

    kemoreseptor-kemoreseptor perifer yang relatif kurang peka. Kemoreseptor perifer ini

    hanya aktif melepaskan muatan apabila PO2lebih dari 60 mmHg. Jadi, pengidap PPOK

    Hemoglobin

    Leukosit

    Eritrosit

    pH darah

    PO2

    PCO2

    HCO3

    14-18 gr %

    4.00011.000 /mm3

    4.55.9 juta/ul

    7.357.45

    80100 mmHg

    3545 mmHg

    22

    26 mEq/L %

    10 gr %

    10.000 /mm3

    5.5 juta/ul

    7.23

    76 mmHg

    55 mmHg

    22 mEq/L %

    Turun

    Normal

    Normal

    Turun

    Normal

    Naik

    Normal

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    7/16

    tidak dapat diberi terapi dengan oksigen tinggi, karena dapat menurunkan rangsang

    bernafas.

    g. Pemeriksaan FisikHasil Pemeriksaan Interpretasi

    Inspeksi : Pernafasan

    cepat, ekspirasi

    memanjang

    Batuk

    Sesak nafas

    Terdapat Clubbing

    Finger

    Barrel Chest

    Auskultasi : Terdapat

    bunyi wheezingdankrakels

    Perkusi : Hiperresonan

    Tingginya kadar karbondioksida dalam darah

    merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga

    pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

    Ekspirasi memanjang merupakan respon untuk

    mengeluarkan lebih banyak CO2.

    Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya

    bronkitis. Ketika jalan nafas teriritasi, fungsi silia

    menurun serta lendir meningkat.

    Sesak nafas disebabkan karena menyempitnya

    bronkus, meningkatnya sekresi mucus, dan rusaknya

    alveolus.

    Terjadi akibat peningkatan vaskularisasi dan

    pembentukan jaringaan ikat di ujung jari tersebut.

    Perubahan ujung jari ini akibat hipoksia yang

    berlangsung lama.

    Hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi ialah terjebaknya

    udara akibat saluran pernapasan yang

    sempit/menyempit. Pada keadaan ini terjadi

    peningkatan diameter anteroposterior.

    Wheezing menandakan adanya saluran nafas yang

    menyempit, sedangkan krakels menandakan adanyasekret.

    Terjadi karena peranjakan hati mengecil, batas paru

    hati lebih rendah, pekak jantung berkurang

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    8/16

    h. Terapi MedisTerapi Rasionalisasi

    Infus D5% + 2 amp aminofilin

    Nebulizer 2 x sehari

    - Ventolin- Mukopek- Nacl

    Ampicilin 3 x 1 gram

    Klien sesak nafas dapat mengalami kelelahan

    karena energy digunakan untuk kontraksi otot-otot pernafasan. Infus dextrose 5% berfungsi

    memberikan tambahan kalori untuk klien.

    Aminopilin berfungsi sebagai bronkodilator.

    Ventolin berfungsi meredakan batuk dan

    mengencerkan lendir.

    Mukopek merupakan mukolitik yang berfungsi

    mengencerkan lendir.

    NaCl digunakan sebagai pengencer.

    Ampicilin merupakan antibiotik untuk

    mengatasi infeksi bronkial.

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    9/16

    i. Pathway PPOKPPOK

    Emfisema

    Bronkotis kronikAsma

    Alergik (debu)

    Antibody (IGE)

    menyerang sel mast

    dalam aru

    Pemajanan berulang

    Non aler ik

    Reaksi antigen yang

    Dihasilkan IgE

    Pelepasan produksi sel-

    sel mast (mediator)

    E. Panlobular

    Rusaknya bronkus

    pernafasan, duktus

    alveolar, alveoli

    Area kontak langsung

    permukaan alveolar

    dengan paru berkurang

    Kerusakan

    serabut elastik

    Paru sulit

    bekemban elastis

    Peningkatan ruang rugi

    (udara tidak bisa bertukar)

    E. Sentrilobular

    Rusaknya lobus

    sekunder

    Mengiritasi jalan

    Asap dan infeksi

    Bronkiolus

    tersumbat

    Fungsi silia

    menurun dan

    lendir meningkat

    Alveolus rusak

    membentuk

    fibrosis

    Makrofag alveolus

    rusak

    Risiko Infeksi

    Ikatan antibody dan

    Gen

    Pembentukan

    mucus yang banyak

    Pembekakan

    membrane mukosa

    Kontraksi otot

    polos bronkus

    Suplai O2

    menurun

    Kerusakan difusi O2

    Penyempitan

    bronkus

    bronkospasme

    Mudah lelah

    Intoleransi

    Aktivitas

    Gangguan

    Pertukaran Gas

    clubbing finger

    Bantu mobilisasi,

    ROM

    hipoksemia

    Secret tertahan

    Uudara terjebak

    Usaha berlebih

    Barrel

    chest

    Eekspirasi

    memanjang

    Ketidakefektif

    an bersihan

    jalan nafas

    Nebulizer,

    suction

    Ketidskefektifan

    pola nafas

    Hindarkan

    pajanan infeksi,

    antibiotic.

    Buka jalan nafas,

    fisioterapi dada

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    10/16

    2. Asuhan keperawatana. Diagnosa Keperawatan

    Data Etiologi Masalah

    Pasien megeluh sesak nafas danbatuk

    Pernafasan pasien cepatmemanjang pada ekspirasi

    Auskultasi terdengar suara whezingdan krekels

    Terdapat clubbing finger

    penumpukan sekret di

    jalan napas (PPOK)

    Ketidakefektifan bersihan

    jalan nafas

    pernafasan pasien cepat danekspirasi memanjang

    bentuk dada barrel chest Perkusi dada : hiperesonansi

    penurunan elastisitas

    paru dalam

    melakukan ekspansi

    Ketidakefektifan pola

    nafas

    Asidosis respiratorik Pernafasan pasien cepat dan

    ekspirasi memanjang

    Perubahan membran

    alveolar-kapiler

    Gangguan pertukaran gas

    Pernafasan pasien cepat danekspirasi memanjang

    Pasien mengeluh sesak nafas danbatuk

    ketidakseimbangan

    antara suplai dan

    kebutuhan oksigen

    Intoleransi aktivitas

    Pasien mengalami PPOK Faktor risiko:penyakit kronis

    Risiko Infeksi

    Diagnosa Keperawatan prioritas berdasarkan kasus pada diskusi 2 ini diantaranya adalah:1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. penumpukan sekret di jalan napas (PPOK)2. Ketidakefektifan pola nafas b.d. penurunan elastisitas paru dalam melakukan ekspansi3. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran alveolar-kapiler4. Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen5. Risiko Infeksi faktor risiko:penyakit kronik

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    11/16

    c. NCPNo.

    Diagnosa

    keperawatanTujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)

    1. Ketidakefektifan

    bersihan jalan

    nafas berhubungandengan

    penumpukan

    sekret di jalan

    napas (PPOK)

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3

    x 24 jam, diharapkan ketidakefektivan jalan nafas

    pasien dapat teratasi dengan kriteria:Status pernafasan: ventilasi

    No Indikatorskala

    awal tujuan

    1 Ritme pernafasan 2 3

    2 Suara perkusi:hiperresonan

    2 4

    3 Sesak nafas 2 4

    4 Akumulasi sputum 2 3

    5 Suara auskultasi

    abnormal: whezing dankrekels

    2 4

    Keterangan:

    1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan

    Suction jalan nafas

    1. Auskultasi suara pernafasan sebelum dan setelah suctio2.

    Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang suction

    3. Perintahkan pasien untuk santai dan bernafas seperti bia4. Menggunakan prinsip steril dalam suction5. Catat tipe dan jumlah sekret6. Monitor status oksigen pasien7. Anjurkan pasien menggunakan pernafasan diafragma8. Ajarkan pasien menggunakan pernafasan diafragma

    2. Ketidakefektifan

    pola nafas b.d

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3

    x 24 jam, diharapkan pola nafas pasien efektif

    Management jalan nafas

    1. Buka jalan nafas denganjaw trustatau chin lift

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    12/16

    penurunan

    elastisitas paru

    dalam melakukan

    ekspansi

    dengan kriteria:

    Status respirasi: jalan nafas paten

    No Indikatorskala

    awal tujuan

    1 RR 2 4

    2 Ritme pernafasan 2 4

    3 Kebersihan secret 2 4

    4 Penggunaan ototpernafasan

    3 4

    5 Akumulasi sputum 2 4

    Keterangan:

    1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan

    2. Posisikan pasien untuk ventilasi maksimal3. Fisioterapi dada jika diperlukan4. Keluarkan sekret

    3 Gangguan

    pertukaran gas b.d.

    perubahan

    membran alveolar-

    kapiler

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3

    x 24 jam, diharapkan gangguan pertukaran gas

    pasien teratasi dengan kriteria:

    Status respirasi: ventilasi

    No Indikatorskala

    awal tujuan

    1 RR 2 4

    2 Ritme pernafasan 2 4

    3 Suara perkusi 2 3

    4 Fungsi paru 3 3

    Management jalan nafas

    1. Buka jalan nafas denganjaw trustatau chin lift2. Posisikan pasien untuk ventilasi maksimal3. Fisioterapi dada jika diperlukan4. Keluarkan secret5. Berikan bronkodilator

    Monitor respiratori

    1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respiras2. Monitor suara nafas

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    13/16

    Keterangan:

    1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan

    3. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adventilasi dan suara tambahan

    4. Tentukan kebutuhan suction

    4 Intoleransi

    aktivitas

    berhubungan

    dengan

    ketidakseimbangan

    antara suplai dan

    kebutuhan oksigen

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3

    x 24 jam, diharapkan Intoleransi aktivitas pasien

    dapat teratasi dengan kriteria:

    Toleransi aktivitas

    No IndikatorSkala

    awal Tujuan

    1 RR saat aktivitas 2 3

    2 Kekuatan tubuhbagian atas

    2 3

    3 Kekuatan tubuh

    bagian bawah

    2 3

    Keterangan:1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan

    Terapi aktivitas

    1. Kolaborasi dengan terapis dalam rencana dan memoprogram

    2. Fokus pada hal yang dapat dilakukan pasien, bukekurangan pasien

    3. Fasilitasi aktivitas pasien4. Bantu pasien melakukan ROM5. Jika memungkinkan ajarkan ROM Pasif6. pasien dan keluarga untuk memonitor kemajuan pasien

    5 Risiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 Kontrol infeksi

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    14/16

    x 24 jam, diharapkan pasien terhindar dari risiko

    infeksi

    Kontrol risiko

    No IndikatorSkala

    awal Tujuan

    1 Kemampuan controllingkungan

    3 4

    2 mengetahui factorrisiko

    3 4

    Keterangan:

    1. Tidak terdemonstrasi2. Jarang terdemonstras3. Kadang terdemonstrasi4. Sering terdemonstrasi5. Selalu terdemonstrasi

    1. Pertahankan lingkungan tetap bersih2. Batasi pengujung3. Monitor tanda dan gejala infeksi4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda

    gejala infeksi (peningkatan sputum, nafas pen

    dll)

    5. Dorong masukan nutrisi yang cukup

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    15/16

    BAB III

    KESIMPULAN

    Hasil dari diskusi case 2 Keperawatan Medikal Bedah ini dapat disimpulkan bahwa,

    penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan

    hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat

    progresif dan tidak sepenuhnya reversibel. PPOK dapat disebabkan oleh asap rokok, polusi

    udara, dan infeksi saluran napas bawah yang berulang. Tanda dan gejala PPOK yaitu :

    pernafasan cepat, ekspirasi memanjang, batuk, sesak nafas, terdapat Clubbing Finger, Barrel

    Chest, terdapat bunyi wheezingdan krakels, hiperresonan. Komplikasi pada PPOK yaitu gagal

    napas kronik, gagal napas akut pada gagal napas kronik, infeksi berulang, dan Kor pulmonale.

    Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi : edukasi, obat

    obatan, terapi oksigen, ventilasimekanik, nutrisi, dan rehabilitasi. Diagnosa Keperawatan prioritas berdasarkan kasus pada

    diskusi 2 ini yaitu : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. penumpukan sekret di jalan napas

    (PPOK). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan yaitu (suction jalan nafas), meliputi :

    auskultasi suara pernafasan sebelum dan setelah suction, menjelaskan kepada pasien dan

    keluarga tentang suction, perintahkan pasien untuk santai dan bernafas seperti biasa,

    menggunakan prinsip steril dalam suction, mencatat tipe dan jumlah secret, memonitor status

    oksigen pasien, menganjurkan pasien menggunakan pernafasan diafragma, mengajarkan pasien

    menggunakan pernafasan diafragma.

  • 5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm

    16/16

    COPD-International. (2004). COPD Statical Information. Retrieved Mei 11, 2014, from COPD

    International:http://www.copd-international.com/library/statistics.htm

    Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2009. Global strategy for

    diagnosis, management and prevention of chronic obstructive lung disease. Spain :

    Barcelona

    Manidean, Moorthead, Sue. (2000) Nursing Outcome Classification (NOC). Philadelphia :

    Mosby

    Mc Closkey dan Butechek, G. (2000) Nursing intervention Classification (NiC). Philadelphia :

    Mosby.

    Nanda International. (2012). Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2014-2014. Jakarta:

    EGC.

    Papadopoulos. (2011). Smoking Cessation Can Improve Quality of Life among COPD Patients:

    Validation of The Clinical COPD Questionnaire into Greek. Retrieved Mei 11, 2014,

    from BMC Pulmonary Medicine:http://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdf

    Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. PPOK pedoman diagnosis dan

    penatalaksanaan Indonesia.Jakarta: Indonesia.

    Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Penerbit

    Buku Kedokteran EGC.

    Suradi. 2007. Pengaruh rokok pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) tinjauanpatogenesis, klinis dan sosial.Universitas Sebelas Maret Surakarta

    http://www.copd-international.com/library/statistics.htmhttp://www.copd-international.com/library/statistics.htmhttp://www.copd-international.com/library/statistics.htmhttp://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdfhttp://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdfhttp://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdfhttp://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdfhttp://www.copd-international.com/library/statistics.htm