Upload
bahtiar-nur-abdilah
View
81
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mm
Citation preview
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
1/16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPenyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai
dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas
bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat progresif ini
disebabkan inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi dalam
waktu lama dengan gejala utama sesak napas, batuk dan produksi sputum. Faktor risiko
terjadinya PPOK yaitu usia, jenis kelamin, merokok, hiperresponsif saluran pernapasan,
pemaparan akibat kerja, polusi udara, dan faktor genetik (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut WHO, PPOK merupakan salah satu penyebab kematian yang bersaing
dengan HIV/AIDS untuk menempati tempat ke-4 atau ke-5 setelah Penyakit Jantung
Koroner, Penyakit Serebrovaskuler, dan Infeksi Saluran Akut (COPD-International, 2004).
Di level global, PPOK adalah masalah kesehatan masyarakat yang signifikan dan
menduduki peringkat keempat sebagai penyebab penyakit dan kematian di dunia, dan pada
tahun 2030 diperkirakan akan menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian
(Papadopoulos, 2011).
Setelah dilakukan diskusi case 2 Keperawatan Medikal Bedah ini, diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, manifestasi klinis, komplikasi,
penatalaksanaan dan patofisiologi PPOK. Setelah itu, mahasiswa diharapkan dapat
menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada klien
dengan PPOK.
B. TujuanTujuan dari diskusi case 2 Keperawatan Medikal Bedah ini, yaitu untuk :
1. Menjelaskan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dan2. Menjelaskan Asuhan keperawatan pada penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
2/16
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)a. Pengertian PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-
perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi
yang abnormal dari paru-paru terhadap gas atau partikel yang berbahaya (GOLD, 2009).
b. Faktor penyebab PPOKPPOK dapat disebabkan oleh (Suradi, 2007) :
1) Asap rokok (baik pada perokok aktif maupun pasif),2) Polusi udara, meliputi polusi di dalam ruangan (asap rokok, asap kompor), polusi di
luar ruangan (gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan), dan polusi tempat kerja
(bahan kimia, zat iritasi, gas beracun) ,
3) Infeksi saluran napas bawah berulang.
c. Tanda dan gejala PPOKTanda PPOK (PDPI, 2003) yaitu:
1) Pursed - lips breathing yaitu sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucudan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanismetubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
2) Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)3) Penggunaan otot bantu napas4) Hipertropi otot bantu napas5) Pelebaran sela iga6) Bila telah terjadi gagal jantung kanan, terlihat denyut vena jugularis di leher dan
edema tungkai.
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
3/16
7) Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa8) Ekspirasi memanjang9) Bunyi jantung terdengar jauh.
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus
diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi pada
proses penuaan. Gejala PPOK (GOLD, 2009) yaitu :
1) Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang denganpengobatan yang diberikan. Kadangkadang pasien menyatakan hanya berdahak terus
menerus tanpa disertai batuk.
2) Sesak napas merupakan gejala yang sering dikeluhkan pasien terutama pada saatmelakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak napas
yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.
d. Komplikasi PPOKKomplikasi yang dapat terjadi pada PPOK (PDPI, 2003) yaitu :
1) Gagal napas kronikGagal napas kronik ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO250 mmHg, serta pH dapat normal.
2)
Gagal napas akut pada gagal napas kronikGagal napas akut pada gagal napas kronik ditandai oleh sesak napas dengan atau
tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan purulen, demam, dan kesadaran
menurun.
3) infeksi berulangPada pasien PPOK, produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk
koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Selain itu, pada kondisi
kronik ini imunitas tubuh menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar
limfosit darah.
4) Kor pulmonale.Adanya kor pulmonale ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit>50 %,
dan dapat disertai gagal jantung kanan.
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
4/16
e. Penatalaksanaan PPOKPenatalaksanaan umum PPOK (PDPI, 2003) yaitu :
Tujuan penatalaksanaan :
1. Mengurangi gejala2. Mencegah eksaserbasi berulang3. Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru4. Meningkatkan kualiti hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1) EdukasiEdukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK,
memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasan aktivitas. Penyesuaian
aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien PPOK.
2) Obatobatana. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat
diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka
panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slowreleas ) atau obat berefek panjang (long acting).
b. Anti inflamasiDigunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang
diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1
pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. AntibiotikaHanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
a. Lini I : amoksisilin, makrolid.b. Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, Kuinolon, dan
makrolid baru.
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
5/16
d. AntioksidanDapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N
- asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak
dianjurkan sebagai pemberian yang rutin.
e. MukolitikHanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang
viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak
dianjurkan sebagai pemberian rutin.
3) Terapi oksigenPada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah
kerusakan sel baik di otot maupun organ -organ lainnya.
Indikasi :
a. Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%b. Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal,
perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep
apnea, penyakit paru lain.4) Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas
akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat
dengan napas kronik.
5) NutrisiMalnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya
kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat, karena
hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi
malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat
penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah.
6) Rehabilitasi
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
6/16
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki
kualitas hidup penderita PPOK
f.
Pemeriksaan Laboratorium
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, klien mengalami penurunan
kadar hemoglobin, pH darah, dan kenaikan tekanan karbondioksida (PCO2). Menurunnya
kadar Hb disebabkan karena berkurangnya ventilasi O2 ke seluruh tubuh, sehingga
saturasi Hb pun menurun. Turunnya pH darah dan meningkatnya PCO2 dikarenakan
klien telah mengalami asidosis respiratorik. Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah
yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari
fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman
pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal,
jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya
kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Pada pasien PPOK, harus di ingat, bahwa pemberian oksigen harus dipantau
secara ketat. Karena, pada pasien PPOK terjadi hiperkapnia kronik yang menyebabkan
adaptasi kemoreseptor-kemoreseptor central yang dalam keadaan normal berespons
terhadap karbon dioksida. Keadaan yang menyebabkan pasien terus bernapas adalah
rendahnya konsentrasi oksigen di dalam darah arteri. Hal tersebut terus merangsang
kemoreseptor-kemoreseptor perifer yang relatif kurang peka. Kemoreseptor perifer ini
hanya aktif melepaskan muatan apabila PO2lebih dari 60 mmHg. Jadi, pengidap PPOK
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
pH darah
PO2
PCO2
HCO3
14-18 gr %
4.00011.000 /mm3
4.55.9 juta/ul
7.357.45
80100 mmHg
3545 mmHg
22
26 mEq/L %
10 gr %
10.000 /mm3
5.5 juta/ul
7.23
76 mmHg
55 mmHg
22 mEq/L %
Turun
Normal
Normal
Turun
Normal
Naik
Normal
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
7/16
tidak dapat diberi terapi dengan oksigen tinggi, karena dapat menurunkan rangsang
bernafas.
g. Pemeriksaan FisikHasil Pemeriksaan Interpretasi
Inspeksi : Pernafasan
cepat, ekspirasi
memanjang
Batuk
Sesak nafas
Terdapat Clubbing
Finger
Barrel Chest
Auskultasi : Terdapat
bunyi wheezingdankrakels
Perkusi : Hiperresonan
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Ekspirasi memanjang merupakan respon untuk
mengeluarkan lebih banyak CO2.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya
bronkitis. Ketika jalan nafas teriritasi, fungsi silia
menurun serta lendir meningkat.
Sesak nafas disebabkan karena menyempitnya
bronkus, meningkatnya sekresi mucus, dan rusaknya
alveolus.
Terjadi akibat peningkatan vaskularisasi dan
pembentukan jaringaan ikat di ujung jari tersebut.
Perubahan ujung jari ini akibat hipoksia yang
berlangsung lama.
Hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi ialah terjebaknya
udara akibat saluran pernapasan yang
sempit/menyempit. Pada keadaan ini terjadi
peningkatan diameter anteroposterior.
Wheezing menandakan adanya saluran nafas yang
menyempit, sedangkan krakels menandakan adanyasekret.
Terjadi karena peranjakan hati mengecil, batas paru
hati lebih rendah, pekak jantung berkurang
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
8/16
h. Terapi MedisTerapi Rasionalisasi
Infus D5% + 2 amp aminofilin
Nebulizer 2 x sehari
- Ventolin- Mukopek- Nacl
Ampicilin 3 x 1 gram
Klien sesak nafas dapat mengalami kelelahan
karena energy digunakan untuk kontraksi otot-otot pernafasan. Infus dextrose 5% berfungsi
memberikan tambahan kalori untuk klien.
Aminopilin berfungsi sebagai bronkodilator.
Ventolin berfungsi meredakan batuk dan
mengencerkan lendir.
Mukopek merupakan mukolitik yang berfungsi
mengencerkan lendir.
NaCl digunakan sebagai pengencer.
Ampicilin merupakan antibiotik untuk
mengatasi infeksi bronkial.
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
9/16
i. Pathway PPOKPPOK
Emfisema
Bronkotis kronikAsma
Alergik (debu)
Antibody (IGE)
menyerang sel mast
dalam aru
Pemajanan berulang
Non aler ik
Reaksi antigen yang
Dihasilkan IgE
Pelepasan produksi sel-
sel mast (mediator)
E. Panlobular
Rusaknya bronkus
pernafasan, duktus
alveolar, alveoli
Area kontak langsung
permukaan alveolar
dengan paru berkurang
Kerusakan
serabut elastik
Paru sulit
bekemban elastis
Peningkatan ruang rugi
(udara tidak bisa bertukar)
E. Sentrilobular
Rusaknya lobus
sekunder
Mengiritasi jalan
Asap dan infeksi
Bronkiolus
tersumbat
Fungsi silia
menurun dan
lendir meningkat
Alveolus rusak
membentuk
fibrosis
Makrofag alveolus
rusak
Risiko Infeksi
Ikatan antibody dan
Gen
Pembentukan
mucus yang banyak
Pembekakan
membrane mukosa
Kontraksi otot
polos bronkus
Suplai O2
menurun
Kerusakan difusi O2
Penyempitan
bronkus
bronkospasme
Mudah lelah
Intoleransi
Aktivitas
Gangguan
Pertukaran Gas
clubbing finger
Bantu mobilisasi,
ROM
hipoksemia
Secret tertahan
Uudara terjebak
Usaha berlebih
Barrel
chest
Eekspirasi
memanjang
Ketidakefektif
an bersihan
jalan nafas
Nebulizer,
suction
Ketidskefektifan
pola nafas
Hindarkan
pajanan infeksi,
antibiotic.
Buka jalan nafas,
fisioterapi dada
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
10/16
2. Asuhan keperawatana. Diagnosa Keperawatan
Data Etiologi Masalah
Pasien megeluh sesak nafas danbatuk
Pernafasan pasien cepatmemanjang pada ekspirasi
Auskultasi terdengar suara whezingdan krekels
Terdapat clubbing finger
penumpukan sekret di
jalan napas (PPOK)
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
pernafasan pasien cepat danekspirasi memanjang
bentuk dada barrel chest Perkusi dada : hiperesonansi
penurunan elastisitas
paru dalam
melakukan ekspansi
Ketidakefektifan pola
nafas
Asidosis respiratorik Pernafasan pasien cepat dan
ekspirasi memanjang
Perubahan membran
alveolar-kapiler
Gangguan pertukaran gas
Pernafasan pasien cepat danekspirasi memanjang
Pasien mengeluh sesak nafas danbatuk
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Intoleransi aktivitas
Pasien mengalami PPOK Faktor risiko:penyakit kronis
Risiko Infeksi
Diagnosa Keperawatan prioritas berdasarkan kasus pada diskusi 2 ini diantaranya adalah:1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. penumpukan sekret di jalan napas (PPOK)2. Ketidakefektifan pola nafas b.d. penurunan elastisitas paru dalam melakukan ekspansi3. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran alveolar-kapiler4. Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen5. Risiko Infeksi faktor risiko:penyakit kronik
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
11/16
c. NCPNo.
Diagnosa
keperawatanTujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas berhubungandengan
penumpukan
sekret di jalan
napas (PPOK)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3
x 24 jam, diharapkan ketidakefektivan jalan nafas
pasien dapat teratasi dengan kriteria:Status pernafasan: ventilasi
No Indikatorskala
awal tujuan
1 Ritme pernafasan 2 3
2 Suara perkusi:hiperresonan
2 4
3 Sesak nafas 2 4
4 Akumulasi sputum 2 3
5 Suara auskultasi
abnormal: whezing dankrekels
2 4
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan
Suction jalan nafas
1. Auskultasi suara pernafasan sebelum dan setelah suctio2.
Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang suction
3. Perintahkan pasien untuk santai dan bernafas seperti bia4. Menggunakan prinsip steril dalam suction5. Catat tipe dan jumlah sekret6. Monitor status oksigen pasien7. Anjurkan pasien menggunakan pernafasan diafragma8. Ajarkan pasien menggunakan pernafasan diafragma
2. Ketidakefektifan
pola nafas b.d
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3
x 24 jam, diharapkan pola nafas pasien efektif
Management jalan nafas
1. Buka jalan nafas denganjaw trustatau chin lift
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
12/16
penurunan
elastisitas paru
dalam melakukan
ekspansi
dengan kriteria:
Status respirasi: jalan nafas paten
No Indikatorskala
awal tujuan
1 RR 2 4
2 Ritme pernafasan 2 4
3 Kebersihan secret 2 4
4 Penggunaan ototpernafasan
3 4
5 Akumulasi sputum 2 4
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan
2. Posisikan pasien untuk ventilasi maksimal3. Fisioterapi dada jika diperlukan4. Keluarkan sekret
3 Gangguan
pertukaran gas b.d.
perubahan
membran alveolar-
kapiler
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3
x 24 jam, diharapkan gangguan pertukaran gas
pasien teratasi dengan kriteria:
Status respirasi: ventilasi
No Indikatorskala
awal tujuan
1 RR 2 4
2 Ritme pernafasan 2 4
3 Suara perkusi 2 3
4 Fungsi paru 3 3
Management jalan nafas
1. Buka jalan nafas denganjaw trustatau chin lift2. Posisikan pasien untuk ventilasi maksimal3. Fisioterapi dada jika diperlukan4. Keluarkan secret5. Berikan bronkodilator
Monitor respiratori
1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respiras2. Monitor suara nafas
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
13/16
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan
3. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adventilasi dan suara tambahan
4. Tentukan kebutuhan suction
4 Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3
x 24 jam, diharapkan Intoleransi aktivitas pasien
dapat teratasi dengan kriteria:
Toleransi aktivitas
No IndikatorSkala
awal Tujuan
1 RR saat aktivitas 2 3
2 Kekuatan tubuhbagian atas
2 3
3 Kekuatan tubuh
bagian bawah
2 3
Keterangan:1. Keluhan ekstrim2. Keluhan berat3. Keluhan sedang4. Keluhan ringan5. Tidak ada keluhan
Terapi aktivitas
1. Kolaborasi dengan terapis dalam rencana dan memoprogram
2. Fokus pada hal yang dapat dilakukan pasien, bukekurangan pasien
3. Fasilitasi aktivitas pasien4. Bantu pasien melakukan ROM5. Jika memungkinkan ajarkan ROM Pasif6. pasien dan keluarga untuk memonitor kemajuan pasien
5 Risiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 Kontrol infeksi
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
14/16
x 24 jam, diharapkan pasien terhindar dari risiko
infeksi
Kontrol risiko
No IndikatorSkala
awal Tujuan
1 Kemampuan controllingkungan
3 4
2 mengetahui factorrisiko
3 4
Keterangan:
1. Tidak terdemonstrasi2. Jarang terdemonstras3. Kadang terdemonstrasi4. Sering terdemonstrasi5. Selalu terdemonstrasi
1. Pertahankan lingkungan tetap bersih2. Batasi pengujung3. Monitor tanda dan gejala infeksi4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda
gejala infeksi (peningkatan sputum, nafas pen
dll)
5. Dorong masukan nutrisi yang cukup
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
15/16
BAB III
KESIMPULAN
Hasil dari diskusi case 2 Keperawatan Medikal Bedah ini dapat disimpulkan bahwa,
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan
hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversibel. PPOK dapat disebabkan oleh asap rokok, polusi
udara, dan infeksi saluran napas bawah yang berulang. Tanda dan gejala PPOK yaitu :
pernafasan cepat, ekspirasi memanjang, batuk, sesak nafas, terdapat Clubbing Finger, Barrel
Chest, terdapat bunyi wheezingdan krakels, hiperresonan. Komplikasi pada PPOK yaitu gagal
napas kronik, gagal napas akut pada gagal napas kronik, infeksi berulang, dan Kor pulmonale.
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi : edukasi, obat
obatan, terapi oksigen, ventilasimekanik, nutrisi, dan rehabilitasi. Diagnosa Keperawatan prioritas berdasarkan kasus pada
diskusi 2 ini yaitu : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. penumpukan sekret di jalan napas
(PPOK). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan yaitu (suction jalan nafas), meliputi :
auskultasi suara pernafasan sebelum dan setelah suction, menjelaskan kepada pasien dan
keluarga tentang suction, perintahkan pasien untuk santai dan bernafas seperti biasa,
menggunakan prinsip steril dalam suction, mencatat tipe dan jumlah secret, memonitor status
oksigen pasien, menganjurkan pasien menggunakan pernafasan diafragma, mengajarkan pasien
menggunakan pernafasan diafragma.
5/25/2018 CASE 2 PPOK Pathway Askepmm
16/16
COPD-International. (2004). COPD Statical Information. Retrieved Mei 11, 2014, from COPD
International:http://www.copd-international.com/library/statistics.htm
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2009. Global strategy for
diagnosis, management and prevention of chronic obstructive lung disease. Spain :
Barcelona
Manidean, Moorthead, Sue. (2000) Nursing Outcome Classification (NOC). Philadelphia :
Mosby
Mc Closkey dan Butechek, G. (2000) Nursing intervention Classification (NiC). Philadelphia :
Mosby.
Nanda International. (2012). Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2014-2014. Jakarta:
EGC.
Papadopoulos. (2011). Smoking Cessation Can Improve Quality of Life among COPD Patients:
Validation of The Clinical COPD Questionnaire into Greek. Retrieved Mei 11, 2014,
from BMC Pulmonary Medicine:http://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdf
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. PPOK pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan Indonesia.Jakarta: Indonesia.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Suradi. 2007. Pengaruh rokok pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) tinjauanpatogenesis, klinis dan sosial.Universitas Sebelas Maret Surakarta
http://www.copd-international.com/library/statistics.htmhttp://www.copd-international.com/library/statistics.htmhttp://www.copd-international.com/library/statistics.htmhttp://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdfhttp://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdfhttp://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdfhttp://www.biomedcentral.com/1471-2466/11/13.pdfhttp://www.copd-international.com/library/statistics.htm