55
STATUS PASIEN NEUROLOGI IDENTITAS Nama / Umur : Tn.U Usia : 41 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : TNI AL Alamat : Mess Sunter Patiunus Jakarta Agama : Islam Status Pernikahan : Menikah Suku Bangsa : Jawa Tanggal masuk : 16 Juli 2013 Tgl pemeriksaan : 17 Juli 2013 ANAMNESA Dilakukan autoanamnesa pada tanggal 17 Juli 2013 di P.Selayar RSAL Mintohardjo Keluhan Utama : Pusing yang berputar sejak dua hari SMRS Keluhan Tambahan : Mual, muntah Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSAL Mintohardjo dengan keluhan kepala pusing berputar sejak dua jam SMRS. Pasien merasa seolah sekelilingnya bergerak. Rasa pusing yang berputar timbul bila pasien melakukan gerakan seperti bangun dari 1

Case Vertigo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus vertigo, ilmu penyakit saraf rsal mintohardjo

Citation preview

STATUS PASIEN NEUROLOGI

IDENTITAS

Nama / Umur : Tn.U

Usia : 41 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : TNI AL

Alamat : Mess Sunter Patiunus Jakarta

Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah

Suku Bangsa : Jawa

Tanggal masuk : 16 Juli 2013

Tgl pemeriksaan : 17 Juli 2013

ANAMNESA

Dilakukan autoanamnesa pada tanggal 17 Juli 2013 di P.Selayar RSAL Mintohardjo

Keluhan Utama : Pusing yang berputar sejak dua hari SMRS

Keluhan Tambahan : Mual, muntah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSAL Mintohardjo dengan keluhan kepala pusing berputar

sejak dua jam SMRS. Pasien merasa seolah sekelilingnya bergerak. Rasa pusing yang

berputar timbul bila pasien melakukan gerakan seperti bangun dari tempat duduk, keika

posisi tidur miring kanan dan miring kiri. Pasien juga merasakan mual dan muntah satu

kali berisi makanan. Keluhan penurunan kesadaran, penglihatan yang menurun atau

melihat dobel, bicara cadel dan pelo, disangkal oleh pasien. Keluhan gangguan

pendengaran (telinga berdenging) dan nyeri pada daerah telinga disangkal oleh pasien.

Riwayat trauma kepala sebelumnya disangkal oleh pasien.

1

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Hipertensi : Tidak ada

- Diabetes mellitus : Tidak ada

- Sakit jantung : Tidak ada

- Trauma kepala : Tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Hipertensi : Tidak ada

- Diabetes mellitus : Tidak ada

- Sakit jantung : Tidak ada

- Trauma kepala : Tidak ada

Riwayat Kelahiran/Pertumbuhan/Perkembangan :

Tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN FISIK

1. STATUS GENERALIS

- Keadaan umum : Tampak sakit sedang

- Gizi : Baik

- Tanda vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 84x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,2°C

- Limfonodi : Tidak ada pembesaran limfonodi

- Jantung : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)

- Paru : Suara dasar vesikuler, rhonki-/-, whezzing -/-

- Hepar : Tidak teraba membesar

- Lien : Tidak teraba membesar

- Ekstremitas atas : Akral hangat -/-, edema -/-

2

- Ekstremitas bawah : Akral hangat -/-, edema -/-

2. STATUS PSIKIATRI

- Tingkah laku : Wajar

- Perasaan hati : Tenang

- Orientasi : Baik

- Jalan pikiran : Baik

- Daya ingat : Baik

3. STATUS NEUROLOGIS

- Kesadaran : Compos Mentis

- GCS : E4M6V5 GCS = 15

- Sikap tubuh : Berbaring

- Cara berjalan : Normal

- Gerakan abnormal : Tidak ada

Kepala

- Bentuk : Normocephali

- Simetris : Simetris

- Pulsasi : Teraba pulsasi A.Temporalis dextra dan sinistra

- Nyeri tekan : Tidak ada

Leher

- Sikap :Normal

- Gerakan :Bebas ke segala arah

- Nyeri tekan :Tidak ada

Gejala Rangsang Meningeal

Kanan Kiri

- Kaku kuduk : (-)

- Laseque : (-) (-)

3

- Kerniq : (-) (-)

- Brudzinsky I : (-) (-)

- Brudzinsky II : (-) (-)

Nervus Kranialis

N.I ( Olfaktorius)

- Daya penghidu : Tidak dilakukan

N II (Opticus)

- Ketajaman penglihatan : Baik Baik

- Pengenalan warna : Baik Baik

- Lapang pandang : Tidak dilakukan

- Funduscopy : Tidak dilakukan

N III, IV, VI (Oculamotorius,Trochlearis,Abducens)

- Ptosis : (-) (-)

- Strabismus : (-) (-)

- Nistagmus : (-) (-)

- Exophtalmus : (-) (-)

- Enophtalmus : (-) (-)

- Gerakan bola mata:

Lateral : (+) (+)

Medial : (+) (+)

Atas lateral : (+) (+)

Atas medial : (+) (+)

Bawah lateral : (+) (+)

Bawah medial : (+) (+)

Atas : (+) (+)

Bawah : (+) (+)

- Pupil

Ukuran pupil : Ǿ3 mm Ǿ3mm

Bentuk pupil : bulat bulat

Isokor/anisokor: isokor

4

Posisi : sentral sentral

Rf cahaya langsung : (+) (+)

Rf cahaya tdk langsung : (+) (+)

Rf akomodasi/konvergensi: (+) (+)

N V (Trigeminus)

- Menggigit : (+)

- Membuka mulut : Simetris

- Sensibilitas Atas : (+) (+)

Tengah : (+) (+)

Bawah : (+) (+)

- Refleks masester : tidak dilakukan

- Refleks zigomatikus : tidak dilakukan

- Refleks kornea : tidak dilakukan

N VII (Facialis)

- Mengerutkan dahi : simetris kanan dan kiri

- Mengerutkan alis : simetris kanan dan kiri

- Menutup mata : simetris kanan dan kiri

- Meringis : simetris kanan dan kiri

- Menggembungkan pipi : simetris kanan dan kiri

- Pengecapan lidah 2/3 depan : tidak dilakukan

- Hiperlakrimasi : tidak ada

- Lidah kering : tidak ada

N. VIII ( Acusticus )

- Mendengarkan suaraberbisik : (+) (+)

- Mendengar detik arloj i : (+) (+)

- Tes Schawabach : tidak dilakukan

- Tes Rinne : tidak dilakukan

- Tes Weber : tidak dilakukan

5

N. IX ( Glossopharyngeus )

- Pengecapan lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan

- Sensibilitas faring : tidak dilakukan

N.X ( Vagus )

- Denyut nadi : teraba,reguler

- Arcus faring : simetris

- Berbicara : normal

- Menelan : tidak ada gangguan

N. XI ( Accesorius )

- Memalingkan kepala : normal

- Sikap bahu : simetris

- Mengangkat bahu : dapat dilakukan

N.XII ( Hipoglossus )

- Menjulurkan lidah : simetris

- Kekuatan lidah : tidak ada devisai

- Atrofi lidah : tidak ada

- Artikulasi : jelas

- Tremor lidah : tidak ada

Motorik

- Gerakan :

bebas bebas

- Kekuatan : 5555 5555

5555 5555

- Tonus : Normotonus pada keempat ekstremitas

- Trofi : Eutrofi pada keempat ekstremitas

6

bebas bebas

Refleks Fisiologis

- Refleks Tendon : Kanan Kiri

- Refleks Biseps : (+) (+)

- Refleks Triseps : (+) (+)

- Refleks Patella : (+) (+)

- Refleks Archilles : (+) (+)

Refleks Patologis Kanan Kiri

- Hoffmann Tromner : (-) (-)

- Babinzki : (-) (-)

- Chaddock : (-) (-)

- Oppenheim : (-) (-)

- Gordon : (-) (-)

- Schaefer : (-) (-)

- Rosolimo : tidak dilakukan

- Mendel Bechterew : tidak dilakukan

- Klonus patella : tidak dilakukan

- Klonus achilles : tidak dilakukan

Sensibilitas

Eksteroseptif :

- Nyeri : tidak dilakukan

- Suhu : tidak dilakukan

- Taktil : (+) (+)

Propioseptif :

- Vibrasi : (+) (+)

- Posisi : (+) (+)

- Tekan dalam : (+) (+)

7

Koordinasi dan Keseimbangan

- Tes romberg : Badan menjauh dari garis tengah

- Tes Tandem : Jalan menyimpang

- Tes Fukuda : Tidak dilakukan

- Disdiadokenesis : Tidak ada

- Rebound phenomen : Tidak dilakukan

- Dismetri : Tidak dilakukan

- Tes telunjuk hidung : Normal

- Tes telunjuk telunjuk : Normal

- Tes tumit lutut : Tidak dilakukan

Fungsi Otonom

Miksi

- Inkotinensia : Tidak ada

- Retensi : Tidak ada

- Anuria : Tidak ada

Defekasi

- Inkotinensi : Tidak ada

- Retensi : Tidak ada

Fungsi Luhur

- Fungsi bahasa : Baik

- Fungsi orientasi : Baik

- Fungsi memori : Baik

- Fungsi emosi : Baik

- Fungsi kognisi : Baik

8

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium, 16 Juli 2013

- Lekosit : 6100/uL (5000-10000/uL)

- Eritrosit : 6,43 juta/mm3 (4,5-6,5 juta/mm3)

- Hemoglobin : 15,2 g/dL (14-18g/dL)

- Hematokrit : 49% (43-51%)

- Trombosit : 255000 ribu/mm3 (150000-400000 ribu/mm3)

- SGOT : 29 u/L (<35 u/L)

- SGPT : 44 u/L (<41 u/L)

- Ureum : 20 mg/dL (17-43 mg/dL)

- Kreatinin : 0,9 mg/dL (0,9-1,3 mg/dL)

- Na : 142 mmol/L (134-146 mmol/L)

- K : 3,9 mmol/L (3,4-4,5 mmol/L)

- Cl : 101 mmol/L (96-108 mmol/L)

Hasil Laboratorium, 17 Juli 2013

- GDS : 96 mg%

- Trigliserida : 150 mg/dL (<170 mg/dL)

- Kolestrol : 178 mg/dL (<200 mg/dL)

- HDL kolestrol : 48 mg/dL (>40 mg/dL)

- LDL kolestrol : 100 mg/dL (<130 mg/dL)

- SGOT : 22 u/L (<35 u/L)

- SGPT : 34 u/L (<41 u/L)

- Asam urat : 3,3 mg/dL (3,6-4,2 m/dL)

RESUME

Pasien seorang laki-laki berusia 41 tahun datang ke RSAL Mintohardjo dengan

keluhan pusing berputar sejak dua hari SMRS. Pasien merasa sekelilingnya terasa

berputar, rasa tersebut timbul bila pasien melakukan gerakan bangun dari tempat duduk,

perubahan posisi tidur miring kiri dan kanan. Pasien juga menegluh mual dan muntah satu

kali.

9

Pemeriksaan:

Status generalis : Dalam batas normal

Keadaan umum :Tampak sakit sedang

Gizi : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 84x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Suhu : 36,2ºC

Status psikiatri : Baik

Status neurologis

Kesadaran :Compos mentis

GCS :15 (E4M6V5 )

Rangsangan meningeal:dalam batas normal

Refleks fisiologi : dalam batas normal

Releks patologis : dalam batas normal

Lesi nervus kranialis : N. VIII

Motorik : Gerakan : Gerakan bebas pada ekstremitas kiri

Kekuatan :

5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

Tonus : Normotonus pada keempat ekstermitas

Trofi : Eutrofi pada keempat ekstremitas

Tes sensibilitas :Baik

Koordinasi dan Keseimbangan :

- Tes romberg : Badan menjauh dari garis tengah saat mata menutup

- Tes Tandem : Jalan menyimpang

10

DIAGNOSIS

Diagnosis Klinik : Vertigo

Diagnosis Etiologi : Vertiogo vestibuler tipe perifer

Diagnosis Topis : N.VIII

TERAPI

Medikamentosa :

- IVFD RL 20 tetes permenit

- Injeksi Ondancentron 3x1 ampul

- Injeksi Ranitidin 2x1 ampul

- Betahistin 3x1 tablet

- Diazepam 3x2 mg

Non medikamentosa :

- Cukup istirahat

PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT scan kepala

PROGNOSA

Ad vitam : Ad bonam

Ad Fungsionam : Ad bonam

Ad sanam : Ad bonam

11

Follow Up 17 Juli 2013

S= Pusing berputar saat berjalan, menunduk, kepala menoleh kanan kiri, mual.

O= KU: TSS

KS: CM

Tanda vital: TD: 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR: 16x/menit

Suhu: 36,4

St.Generalis: dbn

St. Neurologis: GCS E4V5M6

TIK (-) TRM (-) LNK (+) N.VIII

F.Motorik 5 5 F.Sensorik + +

5 5 + +

R.Fisiologis + + R.Patologis - -

+ + - -

A= Dx Klinis: Vertigo

Dx Etiologi: Vertigo vestibular tipe perifer

Dx Topis: N. VIII

P= IVFD RL 20 tpm

Inj. Ondancentron 3x1 ampul

Inj. Ranitidin 2x1 ampul

Betahistine 3x1 tab

Dramamin 3x1 tab

12

Follow Up 18 Juli 2013

S= Pusing berputar berkurang, timbul saat kepala menoleh kanan dan kiri. Mual

berkurang

O= KU: TSS

KS: CM

Tanda vital: TD: 110/70 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR: 16x/menit

Suhu: 35,9

St.Generalis: dbn

St. Neurologis: GCS E4V5M6

TIK (-) TRM (-) LNK (+) N.VIII

F.Motorik 5 5 F.Sensorik + +

5 5 + +

R.Fisiologis + + R.Patologis - -

+ + - -

A= Dx Klinis: Vertigo

Dx Etiologi: Vertigo vestibular tipe perifer

Dx Topis: N. VIII

P= IVFD RL 20 tpm

Inj. Ondancentron 3x1 ampul

Inj. Ranitidin 2x1 ampul

Betahistine 3x1 tab

Dramamin 3x1 tab

13

Follow Up 19 Juli 2013

S= Pusing berputar berkurang, makin jarang timbul. Mual (-)

O= KU: TSS

KS: CM

Tanda vital: TD: 120/90 mmHg

Nadi : 76x/menit

RR: 16x/menit

Suhu: 36,0

St.Generalis: dbn

St. Neurologis: GCS E4V5M6

TIK (-) TRM (-) LNK (+) N.VIII

F.Motorik 5 5 F.Sensorik + +

5 5 + +

R.Fisiologis + + R.Patologis - -

+ + - -

A= Dx Klinis: Vertigo

Dx Etiologi: Vertigo vestibular tipe perifer

Dx Topis: N. VIII

P= Betahistine 3x1 tab

Dramamin 3x1 tab

14

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi

pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu

sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat

dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien.

Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya

perfusi cerebral), light-headness, disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang

ketika berdiri).

EPIDEMIOLOGI

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan prevalensi

sebesar 7 %. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki epidemiologi dizziness,

yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi

keluhan yang paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi

umum. Dari keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar

54%. Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita

dibanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. Di Amerika Serikat,

sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85%

merupakan stroke iskemik, dan 1,5% diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke

iskemik serebelum dibandingkan dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5:1.

Sebanyak 10% dari pasien infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan

ketidakseimbangan. Insidens sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/ 100.000 per

tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat.

Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya faktor resiko

yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus, atherosclerosis, dan stroke. Rata-

rata pasien dengan infark serebelum berusia 65 tahun, dengan setengah dari kasus terjadi

pada mereka yang berusia 60-80 tahun.

15

ETIOLOGI

Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat

kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau

banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan

keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ

ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa

disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga

dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.

Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang

posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari

vertigo:

1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.

2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.

3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam

telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional

4. vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere,

5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.

6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,

sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,

persyarafannya atau keduanya.

7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran

darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri vertebral

dan arteri basiler.

Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke

inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks.

Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo serta

lokasi lesi :

Labirin, telinga dalam

- vertigo posisional paroksisimal benigna

- pasca trauma

- penyakit menierre

- labirinitis (viral, bakteri)

- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)

16

- oklusi peredaran darah di labirin

- fistula labirin

Saraf otak ke VIII

- neuritis iskemik (misalnya pada DM)

- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)

- neuritis vestibular

- neuroma akustikus

- tumor lain di sudut serebelo-pontin

Telinga luar dan tengah

- Otitis media

- Tumor

Supratentorial

- Trauma

- Epilepsi

Infratentorial

- Insufisiensi vertebrobasiler

Obat

- Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan

hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,

antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung

platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;

sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.

KLASIFIKASI

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau

di perifer (telinga dalam atau saraf vestibular).

1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.

Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari

sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi

baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :

Mabuk gerakan (motion sickness)

17

Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual

surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk

gerakan akan sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan

badan. Keadaan yang memperovokasi antara lain duduk di jok belakang

mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.

Mabuk ruang angkasa (space sickness)

Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat

(weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari

keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.

Vertigo ketinggian (height vertigo)

Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan

lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang gejala-

gejala vegetatif.

2. Patologik : - sentral

- perifer

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum

b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis

vestibulocochlear (N. VIII)

c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah , gula darah

yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau infeksi sistemik.

Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda

batang otak lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan temuan

neurologis lainnya misalnya trigeminal sensory loss pada infark arteri cebellar

postero inferior. Pada pasien seperti ini perlu cepat dirujuk dan diinvestigasi. Red

flag pada pasien dengan vertigo meliputi :

Sakit kepala

Gejala neurologis

Tanda neurologis

18

Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik.

Vertigo akut biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo kronik

memiliki mekanisme multifaktorial. Dizziness yang kronik lebih sering terjadi pada

usia tua karena insiden penyakit komorbid yang lebih besar.

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentralLesi Sistem vestibuler (telinga dalam,

saraf perifer)Sistem vertebrobasiler dan gangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)

Penyebab Vertigo posisional paroksismal jinak (BPPV), penyakit maniere, neuronitis vestibuler, labirintis, neuroma akustik, trauma

Iskemik batang otak, vertebrobasiler insufisiensi, neoplasma, migren basiler

Gejala gangguan SSP

Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi, gangguan sensibilitas dan fungsi motorik, disartria, gangguan serebelar

Halusinasi gerakan

Jelas Kurang jelas

Pengaruh posisi kepala

Sering Jarang

Intensitas Berat Jarang berat

Habituasi Ya Tidak

Nistagmus (+) (-)

Telinga berdenging dan atau tuli

Kadang-kadang Tidak ada

Vertigo Sentral

Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di

serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang

khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas

dan fungsi motorik, rasa lemah.

Vertigo Perifer

Lamanya vertigo berlangsung :

a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik

Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh

perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda.

Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga

19

diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis

vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.

b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam

Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit

meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),

vertigo dan tinitus.

c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu

Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada

penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah

mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa

minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada

pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.

Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan

nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya nvolunter, bolak balik,

ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks

vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis

dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung

berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test

posisional atau gerakan kepala.

Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut :

No. Nystagmus Vertigo Sentral Vertigo Perifer1. Arah Berubah-ubah Horizontal /

horizontal rotatoar 2. Sifat Unilateral / bilateral Bilateral 3. Test Posisional

- Latensi - Durasi - Intensitas - Sifat

Singkat Lama Sedang Susah ditimbulkan

Lebih lama Singkat Larut/sedangMudah ditimbulkan

4. Test dengan rangsang (kursi putar, irigasi telinga)

Dominasi arah jarang ditemukan

Sering ditemukan

5. Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat

Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa

jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo

20

bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Sesuai kejadiannya,

vertigo ada beberapa macam yaitu :

Vertigo spontan

Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari

Penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan Endolimfa yang

meninggi. Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah ke jurusan lirikan kedua bola

mata.

Vertigo posisi

Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena

perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal.

Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.

Vertigo kalori

Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting

ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan

vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya

adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut

diragukan.

PATOFISIOLOGI

Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang

mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang sebenarnya

dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen

yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang

secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain

yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan

nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan

vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh

reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi

paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil

kontribusinya adalah proprioseptik.

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat

keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan

kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan

diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan

21

penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala

dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer

atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang

aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya

muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot

menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,

unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.

Penyebab perifer Vertigo

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama

vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun.

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh pergerakan otolit dalan

kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi kanalis

posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai kanalis anterior dan

horizontal.Otoli mengandung Kristal-kristal kecil kalsium karbonat yang berasal dari

utrikulus telinga dalam . Pergerakan dari otolit distimulasi oleh perubahan posisi dan

menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan nistagmus.

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik tapi dapat juga diikuti

trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis vestibular sebelumnya,

meskipun gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) tidak terjadi bertahun-

tahun setelah episode.

2. Meniere Disease

Meniere’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan keluhan

pendengaran . Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan tuli sensoris

pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga. Meniere’s disease

terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik.

Meniere’s disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal ini terjadi

karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis semisirularis telinga

dalam dengan peningkatan volume endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau

sekunder akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan metabolik.

22

3. Vestibular Neuritis

Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal ini

berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi dengan

komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran.

Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.

Penyebab Sentral Vertigo

1. Migraine

Sebelumnya telah dikenal sebagai bagian dari aura (selain kabur, penglihatan

ganda dan disarthria) untuk basilar migraine dimana juga didapatkan keluhan sakit

kepala sebelah. Verigo pada migraine lebih lama dibandingkan aura lainnya, dan

seringkali membaik dengan terapi yang digunakan untuk migraine.

2. Vertebrobasilar insufficiency

Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari suatu

vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien terjadi beberapa detik

sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan pada paien yang memiliki factor

resiko cerebrovascular disease. Sering juga berhungan dengan gejala visual meliputi

inkoordinasi, jatuh, dan lemah. Pemeriksaan diantara gejala biasanya normal.

3. Tumor Intrakranial

Tumor intrakranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan

kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk kompensasi sentral.

Gejala yang lebih sering adalah penurunan pendengaran atau gejala neurologis . Tumor

pada fossa posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau Chiari malformation sering

tidak terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk diagnosis. Multipel sklerosis pada

batang otak akan ditandai dengan vertigo akut dan nistagmus walaupun biasanya

didaptkan riwayat gejala neurologia yang lain dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia

lainnya

GEJALA KLINIS

23

Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer,

sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada

sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala

pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputa. Vertigo dapat horizontal, vertical

atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering, disebabkan oleh disfungsi

dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi

pergerakan dari sisi yang berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang

terjadi, jika sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya

berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau ke atas.

Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan. Jika sementara biasnaya

disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh sentral dan biasanya disertai

dengan rotator nistagmus.

Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan sebagai

sensais didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik

pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit.

Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan kepala.

Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua matanya.

Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia seakan berputar

ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami gangguan.

Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus, pengurangan pendengaran atau

distorsi dan sensasi penuh di telinga. Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom,

kelelahan, sakit kepala, dan sensiivitas visual. Gejala nonspesifik berupa giddiness dan

light headness. Istilah ini tidak terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang

dignkan pada pasien dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada pasien

vertigo yang berhubungan dengan problem medic.

. Suatu informasi penting yang didapatkan dari anamnesis dapat digunakan untuk

membedakan perifer atau sentral meliputi:

Karekteristk dizziness

Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi

berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau hanya

suatu perasaan yang berbeda (kebingungan)

Keparahan

24

Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute

vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam beberapa

hari kedepan. Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan biasanya

meningkat dan kemudian berkurang setelahnya.

Onset dan durasi vertigo

Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin lama

durasi vertigo maka kemungkinan kearah vertigo sentral menjadi lebih besar.

Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali

pada cerebrovascular attack.

Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo

sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya

menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan

ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau

torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.

Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab verigo

Durasi episode Kmeungkinan DiagnosisBeberapa detik

Detik sampai menit

Beberapa menit sampai satu jam

Beberapa jam

Beberapa hari

Beberapa minggu

Peripheral cause: unilateral loss of vestibularfunction; late stages of acute vestibularneuronitis

Benign paroxysmal positional vertigo;perilymphatic fistula

Posterior transient ischemic attack;perilymphatic fistula

Ménière’s disease; perilymphatic fistula fromtrauma or surgery; migraine; acoustic neuroma

Early acute vestibular neuronitis*; stroke;migraine; multiple sclerosis

Psychogenic

Faktor Pencetus

25

Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo

vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab

yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran

pernapasan atas kemungkinan berhubungan dnegan acute vestibular neutritis atau

acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine dapat menyebabkan vertigo

jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine. Vertigo dapat disebabkan oleh

fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat disebabkn oleh trauma baik langsung

ataupun barotraumas, mengejan. Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga

ke bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik.

Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara bising

pada frekuensi tertentu) mengarah kepada penyebab perifer.

Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang stress

psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis tidak cocok

dengan penyebab fisik vertigo manapun.

Perbandingan Faktor Pencetus dari masing-masing penyebab Vertigo

Faktor pencetus Kemungkinan diagnosisPerubahan posisi kepala

Spontaneous episodes(i.e., no consistentprovoking factors)

Recent upper respiratoryviral illness

Stress

Immunosuppression(e.g., immunosuppressivemedications, advancedage, stress)

Acute labyrinthitis; benign positional paroxysmal vertigo; cerebellopontineangle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula

Acute vestibular neuronitis; cerebrovasculardisease (stroke or transient ischemicattack); Ménière’s disease; migraine;multiple sclerosis

Acute vestibular neuronitis

Psychiatric or psychological causes; migraine

Herpes zoster oticus

26

Changes in ear pressure, head trauma, loud noises

Perilymphatic fistula

Gejala Penyerta

Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah dan

gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis peneybab vertigo.

Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran berasal dari perifer,

kecuali pada penyakit serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius interna

atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi

bersamaan dengan infeksi akut telinga tengah, penyakit invasive pada tulang

temporal, atau iritasi meningeal. Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan

mual pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan

BPPV.

Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala

neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan pendengaran,

parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada fungsi sensori

dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral misalnya penyakit

cererovascular, neoplasma, atau multiple sklerosis. Pasien denga migraine

biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan dengan migraine misalnya sakit

kepala yang tipikal (unilateral, kadang disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan

fonofobia.

Gejala penyerta untuk berbagai penyebab vertigo

Gejala Kemungikanan diagnosis

Sensasi penuh di telinga

Nyeri telinga atau mastoid

Kelmahan wajah

Temuan deficit neurologis fokal

Acoustic neuroma; Ménière’s disease

Acoustic neuroma; acute middle ear disease (e.g., otitis media, herpes zoster oticus)

Acoustic neuroma; herpes zoster oticus

Cerebellopontine angle tumor; cerebrovascular disease; multiple sclerosis (especially findings not explained by single neurologic lesion)

27

Sakit kepala

Tuli

Imbalans

Nistagmus

Fonofobia,fotofobia

tinnitus

Acoustic neuroma; migraine

Ménière’s disease; perilymphatic fistula; acoustic neuroma; cholesteatoma; otosclerosis; transient ischemic attack or stroke involving anterior inferior cerebellar artery; herpes zoster oticus

Acute vestibular neuronitis (usually moderate); cerebellopontine angle tumor (usually severe)

Peripheral or central vertigo

Migraine

Acute labyrinthitis; acoustic neuroma; Ménière’s disease

Riwayat keluarga

Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, menire disease, atau yuli pada

usia muda perlu ditanyakan.

Riwayat pengobatan

Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo melipti obat-obatab yang

ototoksik, obat anti epilepsy, antihipertensi, dan sedative.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan dan leher dan

system cardiovascular.

Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologik meliputi :

- Pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli

sensorineural, nistagmus.

Nistagmus vertical 80% sensitif untuk lesi nucleus vestibular atau vermis

cerebellar. Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus

rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.

- Gait test

1. Romberg’s sign

28

Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun

masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas

yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Romberg’s sign

konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat

dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive

untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih

serius dari dizziness (tidak hanya erbatas pada vertigo) misalnya drug related

vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event.

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua

mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30

detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya

(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan

vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi

garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap

tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik

pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

Gambar 1. Uji Romberg

2. Heel-to- toe walking test

3. Unterberger's stepping test (Pasien diminta untuk berjalan spot dengan mata

tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi

labirin pada sisi tersebut).

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat

dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan

vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan

29

gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah

lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan

yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah

lesi.

Gambar Uji Unterberger

4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh

mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh

telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata

terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan

lengan penderita ke arah lesi.

Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.

30

1. Fungsi Vestibuler

- Dix-Hallpike manoeuvre

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang

dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal,

kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul

dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah

lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah

periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang

atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral : tidak

ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila

diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue)

Tes Kalori

31

Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat

ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di

labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara

maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL

dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air

bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga

dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air

selama kira-kira 20 detik.

Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak

nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air

yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga

frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung

dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya

antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.

Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus

pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita

sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya

injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan

nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat

disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila ini juga tidak menimbulkan

nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.

Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal

hipoaktif atau tidak berfungsi.

Elektronistagmogram

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk

merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut

dapat dianalisis secara kuantitatif.

Posturografi

Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai

peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan

dengan 6 tahap :

a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam

keadaan biasa (normal)

32

b. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa

dengan tes romberg)

c. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada

tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input

visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.

d. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang.

Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari

badan bagian bawah dapat diganggu.

e. mata ditutup dan tempat berpijak digayang.

f. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak

digoyang.

Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak

akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk

input (informasi)

2. Fungsi Pendengaran

a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli

konduktif dan tuli perseptif

b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone

Decay.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular testing,

evalusi laboratories dan evalusi radiologis. Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini

diperlukan jika pasien mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak

jelas maka dapat dilakukan audiometric pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan

gangguan pendengaran. Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula

darah, funsi thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen pasien.

Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo yang

memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya CVA, tuli

unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas batang otak,

cerebellum, dan periventrikular white matter, dan kompleks nervus VIII.

33

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20 sampai

40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis

juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien (table . dan

durasi gejala (table )

DIAGNOSIS BANDING

Dianosis banding dari vertigo dapat dilihat pada table berikut ini:

Table 1 Penyebab vertigo

Vertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli Vertigo dengan tanda

intracranial

Ménière’s disease Vestibular neuritis Tumor

Cerebellopontine

angle

Labyrinthitis Benign positional

vertigo

Vertebrobasilar

insufficiency dan

thromboembolism

Labyrinthine

trauma

Acute vestiblar

dysfunction

Tumor otak

- Misalnya,

epyndimoma atau

metastasis pada

ventrikel keempat

Acoustic neuroma Medication induced

vertigo e.g

aminoglycosides

Migraine

Acute cochleo-

vestibular

dysfunction

Cervical spondylosis Multiple sklerosis

Syphilis (rare) Following flexion-

extension injury

Aura epileptic

attack-terutama

34

temporal lobe

epilepsy

Obat-obatan- misalnya,

phenytoin, barbiturate

Syringobulosa

TATALAKSANA

Medikasi

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat

terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan

simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat

dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

1. Antihistamin

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin

yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,

meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki

aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik

ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping

yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang

berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.

- Betahistin

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan

sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.

Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali

“rash” di kulit.

Betahistin Mesylate (Merislon)

Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

Betahistin di Hcl (Betaserc)

35

Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi

dalam beberapa dosis.

- Dimenhidrinat (Dramamine)

Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral

(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg –

50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1

kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan

parenteral. Efek samping mengantuk.

2. Antagonis Kalsium

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium

Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan

obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak

terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain

seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini

berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.

- Cinnarizine (Stugerone)

Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons

terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali

sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa

cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.

3. Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).

Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil)

36

dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan

oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.

- Promethazine (Phenergan)

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25

mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau

intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk),

sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat

Fenotiazine lainnya.

- Khlorpromazine (Largactil)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan

akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular

atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali

sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

4. Obat Simpatomimetik

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat

simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.

- Efedrin

Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali

sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti

vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan

menjadi gelisah – gugup.

5. Obat Penenang Minor

37

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan

yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut

kering dan penglihatan menjadi kabur.

- Lorazepam

Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg

- Diazepam

Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

Terapi fisik

Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan

keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang

kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh

adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem

visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu,

sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi

gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan

keseimbangan. Tujuan latihan ialah :

1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk

meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.

2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.

3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan.

DAFTAR PUSTAKA

38

1. Baehr M, M.Frotscher. Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta: EGC; 2013

2. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008

3. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care,

BJMP 2010;3(4):a351

4. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and

vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338.

39