Upload
dadahlia-lara
View
18
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah mengenai penyakit cholestitis
Citation preview
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas tentang penyakit “Cholestitis pada Dewasa”.
Cholestitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding kandung
empedu menyebabkan nyeri tekan, dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas yang
disertai dengan gejala mual serta muntah.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritikan yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan kedepannya.
Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.
Padang, 26 Februari 2015
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………….. 1
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………………5
BAB II Tinjauan Pustaka……………………………………………………………………….. 7
2.1 Defenisi Kolestitis …………………………………………………………………………...7
2.2 Patogenesis………………………………………………………………………………….. 7
2.3 Faktor Pencetus……………………………………………………………………………… 8
2.4 Manifestasi Klinis…………………………………………………………………………… 9
2.5 Penegakan Diagnosa Medis ………………………………………………………………….9
2.6 Penatalaksanaan Medis ………………………………………………………………………9
2.7 Kolesistitis Akalkulus……………………………………………………………………….. 9
2.8 Komplikasi …………………………………………………………..……………………..10
2.9 Gangren dan Perforasi……………………………………………………………………... 10
2.10 Pembentukan Fistula dan Ileum Batu Empedu …………………………………………...10
2.11 Penatalksanaan Medis …………………………………………………………………….11
2.12 Waktu Pelaksanaan Pembedahan………………………………………………………… 11
2.13 Komplikasi Pascakolesistektomi ………………………………………………………….11
2.14 Pencegahan Komplikasi …………………………………………………………………..12
2
2.15 Pembedahan Kolesistektomi ……………………………………………………………..12
2.16 Diagnosa Keperawatan …………………………………………………………………...13
2.17 Penyuluhan Keluarga-Pasien dan Perencanaan Pulang …………………………………..15
BAB III Penutup ……………………………………………………………………………….17
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………17
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………….18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa kelainan mempengaruhi sistem bilier dan mempengaruhi drainase empedu yang
normal kedalam duodenum. Penyakit kandung empedu merupakan kelainan pada sisitem bilier,
kelainan ini mencakup karsinoma yang menyumbat percabangan bilier. Kolesistitis adalah
radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding kandung empedu menyebabkan
nyeri tekan, dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas yang disertai dengan gejala mual
serta muntah. Colesistitis adalah reaklsi inflamasi dinding kandung empedu yang disertai dengan
nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas (Syaifoellah Noer,1999). Pada kelainan bilier tidak
semua kejadian infeksi pada kandung empedu (kolesistitis) berhubungan dengan batu empedu
(kolelitiasis) namun lebih dari 90% penderita kolesistitis akut menderita batu empedu.
Umumnya kolesistitis sangat berhubungan dengan kolelithiasis. Kolesistitis dapat terjadi
sebagai akibat dari jejas kimiawi oleh sumbatan batu empedu yang menjadi predisposisi
terjadinya infeksi atau dapat pula terjadi karena adanya ketidakseimbangan komposisi empedu
seperti tingginya kadar garam empedu atau asam empedu, sehingga menginduksi terjadinya
peradangan akibat jejas kimia.
Kolesistektomi adalah tindakan pilihan untuk pasien dengan batu empedu multipel/besar
karena berulangnya pembentukan batu secara simtomatologi akut atau mencegah berulangnya
pembentukan batu. Pendekatan lain yaitu dengan kolesistektomi dini. Keadaan umum dperbaiki
dan sepsis diatasi dengan pemberian antibiotik seperti yang dilakukan pada pengobatan
konservatif, sambil memastikan diagnosis memperbaiki keadaan umum, dan mengatasi penyakit
penyerta seperti pankreatitis. Setelah 24-48 jam, keadaan penderita umumnya lebih baik dan
infeksi telah dapat diatasi. Tindak bedah dini yang dapat dilakukan dalam 72 jam pertama
perawatan ini memberikan keuntungan karena mempersingkat masa rawat di rumah sakit sampai
5-7 hari, dan mempersingkat masa sakit sekitar 30 hari. (Sjamsuhidajat Jong, 2003 : 579).
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa pengertian dari cholecystitis?
4
b) Bagaimana patogenesis penyakit cholecystitis?
c) Bagaimana factor pencetus penyakit cholecystitis?
d) Bagaimana manifestasi klinis kolesistitis?
e) Bagaimana penegakan diagnosis kolesistitis?
f) Bagaimana penatalaksanaan medis kolesistitis?
g) Kolesistitis akalkulus
h) Apa komplikasi dari kolesistitis?
i) Gangrene dan perforasi
j) Bagaimana pembentukan fistula dan ileum batu empedu?
k) Bagaimana penatalaksanaan medis kolesistitis?
l) Kapan waktu pelaksanaan pembedahan kolesistitis?
m) Apa saja komplikasi pascakolesistektomi?
n) Bagaimana cara pencegahan komplikasi?
o) Pembedahan kolesistektomi
p) Bagaimana diagnosa keperawatan kolesistitis?
q) Bagaimana penyuluhan keluarga-pasien dan perencanaan pulang?
1.3 Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui pengertian dari cholecystitis
b) Untuk mengetahui patogenesis penyakit cholecystitis
c) Untuk mengetahui factor pencetus penyakit cholecystitis
d) Untuk mengetahui manifestasi klinis
e) Untuk mengetahui penegakan diagnosis kolesistitis
f) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis kolesistitis
g) Untuk mengetahui kolesistitis akalkulus
h) Untuk mengetahui komplikasi kolesistitis
i) Untuk mengetahui gangrene dan perforasi
j) Untuk mengetahui pembentukan fistula dan ileum batu empedu
k) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis kolesistits
l) Untuk mengetahui waktu pelaksanaan pembedahan
m) Untuk mengetahui komplikasi pascakolesistektomi
5
n) Untuk mengetahui pencegahan komplikasi
o) Untuk mengetahui pembedahan kolesistektomi
p) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan kolesistitis
q) Untuk mengetahui penyuluhan keluarga-pasien dan perencanaan pulang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFENISI
Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut
kanan atas, nyeri tekan dan demam. Berdasarkan etiologinya, kolesistitis dapat dibagi menjadi:
1. Kolesistitis kalkulus, yaitu kolesistitis yang disebabkan batu kandung empedu yang
berada di duktus sistikus.
2. Kolesistitis akalkulus, yaitu kolesistits tanpa adanya batu empedu.
Berdasarkan onsetnya, kolesistitis dibagi menjadi kolesistitis akut dan kolesistitis kronik.
Pembagian ini juga berhubungan dengan gejala yang timbul pada kolesistitis akut dan kronik.
Pada kolesistitis akut, terjadi inflamasi akut pada kandung empedu dengan gejala yang lebih
nyata seperti nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Sedangkan, kolesistitis kronik
merupakan inflamasi pada kandung empedu yang timbul secara perlahan-lahan dan sangat erat
hubugannya dengan litiasis dan gejala yang ditimbulkan sangat minimal dan tidak menonjol
2.2 PATOGENESIS
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan
empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut
adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan stasis
cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus kolesititis (10%) timbul tanpa adanya batu
empedu. Kolesistitis kalkulus akut disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu
yang menyebabkan distensi kandung empedu. Akibatnya aliran darah dan drainase limfatik
menurun dan menyebabkan iskemia mukosa dan nekrosis. Diperkirakan banyak faktor yang
berpengaruh seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang
merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Faktor predisposisi terbentuknya batu empedu adalah perubahan susunan empedu, stasis
empedu, dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor
terpenting pada pembentukan batu empedu. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hati 7
penderita batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol
yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan cara yang belum dimengerti
sepenuhnya. Stasis empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan
kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme
sfingter Oddi atau keduanya dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal terutama pada
kehamilan dapat dikaitkan dengan pengosongan kandung empedu yang lebih lambat. Infeksi
bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui
peningkatan deskuamasi sel dan pembentukan mukus. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering
sebagai akibat adanya batu empedu daripada menjadi penyebab terbentuknya batu empedu.
Meskipun mekanisme terjadinya kolesistitis akalkulus belum jelas, beberapa teori telah
diajukan untuk menjelaskan mekanisme terjadinya penyakit ini. Penyebab utama penyakit ini
dipikirkan akibat stasis empedu dan peningkatan litogenisitas empedu. Pasien-pasien dalam
kondisi kritis lebih mungkin terkena kolesistitis karena meningkatnya viskositas empedu akibat
demam dan dehidrasi dan akibat tidak adanya pemberian makan per oral dalam jangka waktu
lama sehingga menghasilkan penurunan atau tidak adanya rangsangan kolesistokinin untuk
kontraksi kandung empedu. Selain itu, kerusakan pada kandung empedu mungkin merupakan
hasil dari tertahannya empedu pekat, suatu senyawa yang sangat berbahaya. Pada pasien dengan
puasa yang berkepanjangan, kandung empedu tidak pernah mendapatkan stimulus dari
kolesistokinin yang berfungsi merangsang pengosongan kandung empedu, sehingga empedu
pekat tersebut tertahan di lumen. Iskemia dinding kandung empedu yang terjadi akibat
lambatnya aliran empedu pada demam, dehidrasi, atau gagal jantung juga berperan dalam
patogenesis kolesistitis akalkulus.
Penelitian yang dilakukan oleh Cullen et al memperlihatkan kemampuan endotoksin dalam
menyebabkan nekrosis, perdarahan, penimbunan fibrin yang luas, dan hilangnya mukosa secara
ekstensif, sesuai dengan iskemia akut yang menyertai. Endotoksin juga menghilangkan respons
kontraktilitas terhadap kolesistokinin (CCK) sehingga menyebabkan stasis kandung empedu.
2.3 FAKTOR PENCETUS
1. Peradangan mekanis akibat tekanan intralumen dan regangan yang menimbulkan
iskemmia mukosa dan dinding kandung empedu
8
2. Peradangan kimiawi akibat pelepasan lisolesitin ( akibat kerja fosfolipase pada lesitin
dalam empedu ) dan factor jaringan local lainnya
3. Peradangan bakteri yang mungkin berperan pada 50-85% klien dengan kolesistitis
Penyebab paling sering adalah Escheririchia coli, klebsiela sp, streptococcus grup
D, Stabilococcus sp, clostridium sp.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
1. Serangan kolik biliaris ( awal )
2. Nyeri kolesistitis dapat menyebar ke antar scapula, scapula kanan, atau bahu
3. Ikterus ( jarang )
4. Mual dan muntah
5. Demam ringan serta nyeri pada kuadran kanan atau abdomen
2.5 PENEGAKAN DIAGNOSIS MEDIS
1. Riwayat penyakit
2. Pemeriksaan fisik
Triad : nyeri akut kuadran kanan atas abdomen, demam, leukositosis berkisar antara
10.000-15.000 sel/uL. Dengan pergerakan ke kriri. Pada hitung jenis, bilirubin serum
sedikit meningkat ( <85,5 umol/L); peningkatan sedang aminotranferase serum ( dari
5 kali lipat ).
3. USG menunjukan adanya gambaran batu ( pada 90-95% kasus ).
2.6 PENATALAKSANAAN MEDIS
Dianjurkan untuk dilakukan pembedahan ( bila memungkinkan )
2.7 KOLESISTITIS AKALKULUS
Factor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya kolesistitis akalkulus adalah
luka bakar yang serius, post-partum yang memanjang, vaskulitis, adenokarsinoma
kandung empedu, diabetes mellitus, torsi kandung empedu, infeksi bakteri kandung
empedu karena leptospira, streptpkokkus, salmonella, vibrio cholera ( jarang ). Penyakit
yang menyertai seperti sarkoidosis, penyakit kardiovaskuler, tuberculosis, sifilis, dan
aktinomikolisis.
9
2.8 KOMPLIKASI
1. Epiema terjadiakibat kolesistits akut dengan sumbatan duktus sistikus persisten
menjadi superinfeksi empedu yang tersumbat disertai kuman-kuman pembentuk pus.
Gambaran klinis mirip dengan kolangtis yaitu demam tinggi, nyeri hebat pada
kuadran kanan atas, leukositosis berat, keadaan umum lemah ( sering ), resiko sepsis
gram negative ( dan/ atau perforasi ). Terapi yang dapat dilakukan adalah bedah
darurat dan pemberian antibiotic yang sesuai setelah diagnosis ditegakkan.
2. Hidrops mukolel kandung mepdu terjadi akibat sumbatan berkepajangan pada duktus
sistikus, biasanya oleh sebuah kalkulus besar. Dalam keadaan ini, lumen kandung
emepdu yang terumbat secara progesif mengalami peradangan oleh mucus
( mukolel ) atau cairan transudat jernih ( hidrops ) yang dihasilkan oleh sel-sel epitel
mukosa. Pada pemeriksaan fisik teraba massa ( tanpa disertai nyeri ) yang mudah
dilihat dan diraba karena menonjol dari kuadran kanan atau menuju fosa iliaka kanan,
nyeri kronik kuadran kanan atas abdomen padat terjadi. Terapi yang dapat dilakukan
adalah kolesistomi. Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, perforasi, dan
gangrene.
2.9 GANGREN DAN PERFORASI
Gangrene kandung empedu menimbulkan iskemia pada dinding kandung empedu dan
nekrosis dengan bercak atau kotak. Kelainan yang mendasari adalah distensi kandung
empedu, vaskulitis, diabetes mellitus, empiema, atau torsi. Terapi yang dilakukan adalah
kolesistomi dan drainabses. Komplikasi yang dapat terjadi adalah perforasi ( dapat
menyebabkan kematian ) dan dekompresi kandung empedu akibat gangrene
2.10 PEMBENTUKAN FISTULA DAN ILEUM BATU EMPEDU
Fistulasi dalam organ yang berdekatan melekat pada dinding kandung empedu akibat
inflamansi dan pembentukan pelekatan. Fistula dalam duodenum sering disertai oleh fistula
yang melibatkan fleksura hepatica kolon, lambung dan duodenum, dinding abdomen, dan
pelvis ginjal.
10
Fistula enteric biliaris tenang ( diam ) secara klinis terjadi sebagai komplikasi
kolesistits kronis. Fistula kolesistoenteritik asimptomatik kadang didiagnisis dengan temuan
gas dalam percabangan billiaris pada foto polos abdomen. Terapi yang dapat dilakukan
adalah kolesistektomi, ekslprasi duktus koledukkus, dan penutupan saluran fistula.
Ileus batu empedu menunjukkan pada obtruksi intestinal mekanik. Yang diakibatkan
oleh lintasn batu empedu yang besar ke dalam lumen. Tempat terjepit batu biasanya pada
katup ileoseka. Didiagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto polos abdomen ( misalnya
ditemukan obtruksi usus kecil pada katup ileosekal. Terapi yang dilakukan adalah laparotmi
dengan enterilitotomi dan palpasi usus yang lebih proksimal dan kandung mepdu yang teliti
untuk menyingkirkan batu lainnya.
2.11 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi medis
2. Hospitalisasi
3. Pusakan dan pasang Nasogastric Tube ( NGT ) untuk pengisapan
4. Perbaiki ketidakseimbagan elektrolit
5. Terapi obat-obatan seperti meperidin atau pentazonin ( analgesic ); amfisilim,
sefalosporin, ureidopenisilin, atau aminoglokosida. Pada klien dengan DM
menunjukkan gejala sepsis, kombinasi pemeberian antibiotic
6. Terapi pembedahan ( kolesistektomi )
2.12 WAKTU PELAKSANAAN PEMBEDAHAN
1. Pada klien dengan kolesistitis akut disertai komplikasi, pembedahan dilakukan dalam
24-72 jam.
2. Pelaksanaan pembedahan ditunda bagi klien yang kondisi medisnya secara
keseluruhan risko besar bila segera dilakukan operasi dan bagi klien dengan diagnosis
kolesistitis akut yang masih meragukan
2.13 KOMPLIKASI PASCAKOLESISTEKTOMI
1. Atelektasis.
11
2. Gangguan paru lainnya
3. Pembetukan abses
4. Kebocoran cairan empedu
5. Bekuan darah intraduktus atau tekanan ekstrinsik
2.14 PENCEGAHAN KOMPLIKASI
Untuk pencehagan terjadinya komplikasi maka dilakukan kolangiografi intraoperatif
sewaktu sistektomi.
2.15 PEMBEDAHAN KOLESISTEKTOMI.
Kolesistektomi adalah pemdedahan kandung emepdu pada kolesistits akut dan kronis.
1. Teknik.
Teknik pembedahan dilaksanaan melalui laparotomi secara terbuka ( kandung
empedu diangkat setelah dilakuakn insisi ) atau laparoskopi ( kandung empedu
diangkat melalui lubang insisi diatas umbilicus dengan menggunakan laparoskopi )
2. Penatalaksanaan Keperawatan Pre-Operatif.
Kaji pengetahuan klien tentang alas an dilakukan kolesistektomi, prosedur, dan
harapan setelah pembedahan
Klien haus puasa sejak pukul 12 malam sbelum pembedahan
Pasang infuse sebelum pembedahan untuk meningkatkan status hidrasi jika klien
muntah
Berikan antibiotic pada klien dengan kolesistitis akut
3. Penatalksanaan Keperawatan Post-Operatif
Pengkajian
Tanda vital, tingkat kesadaran
Tingkat nyeri
Kondisi luka dan selang drainase ( jika ada )
Jumlah cairan yang masuk ( intake ) dan keluar ( output )
12
2.16 Diagnosa Keperawatan
N
o
.
Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan Evalua
si
1. Nyeri akut b.d
pembedahan
Dalam 1 jam
intervensi,
persepsi subjektif
pasien tentang
ketidaknyaman
menurun, seperti
yang ditujukkan
skala nyeri.
Nyeri hilang
1. Kaji lokasi nyeri, tingkat,
dan karateristik
2. Berikan obat analgesic atau
monitor klien, control
analgesic
3. Jaga tegangan luka operasi
ketika bergerak
4. Bantu pergerakan segera
mungkin sesuai anjuran
untuk menurunkan flatus
dan distensi abdomen serta
meninggalkan mobilitas
usus
5. Intruksikan klien bahwa
aktifitas biasa dapat
dilakukan dalam 10 hari
setelah laparoskopi
kolesitektomi atau enam
minggu sesudah
kolesistektomi
6. Aktivitas seksual dapat
dilakukan setelah nyeri
hilang
7. Ikuti petunjuk dari ahli
bedah seperti menghindari
Klien
mengat
akan
atau
melapor
kan
nyeri
hilang
13
mengangkat benda berat,
aktivitas yang berat, mandi (
shower atau berendam )
2. Resiko infeksi pada
luka operasi
Luka tidak terjadi
infeksi atau
sembuh sesuai
waktunya
1. Kaji kondisi luka perhatikan
adanya peningkatan
drainase purulen ( pus )
2. Kaji lokasi selang drainase,
catat jumlah, warna, dan bau
setiap drainase. Perhatikan
adanya sumbatan dan
drainase yang berlebihan
3. Kaji kepatenan selang dan
tube drainase :
Laporkan setiap penurunan
dan peningkatan drainase
Laporkan nyeri pada
kuadran kanan atas
abdomen distensi abdomen,
nyeri, demam, menggigil,
ikterus ( berhubungan
dengan injury saluran
kandung empedu )
Berikan antibiotic sesuai
intruksi
Latihan batuk dan nafas
dalam ambulasi untuk
menurunkan risiko infeksi
paru
Tidak
ada
demam
dan
tnda
infeksi
3. Kerusakan Kulit dapat 1. Kaji luka dan proses Luka
14
intregritas kulit b.d
prosedur
pembedahan
kembali utuh penyembuhan
2. Lakukan perawatan luka
sesuai intruksi
3. Kaji kebutuhan cairan
4. Beritahu klien untuk
memelihara luka ( bagian
insisi ) tetap kering dalam 5-
7 hari dan laporkan setiap
tanda kemerahan, nyeri, dan
kersakan intregitas kulit.
sembuh
tanpa
drainas
e
4. Gangguan
pemenuhan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
post-operasi
pembedahan dan
pemasangan NGT
Kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi
1. Kaji mual, muntah, dan
berikan antiemesis sesuai
intruksi
2. Lakukan pengisapan NGT
setiap saat ( jika ada ) dan
monitor peristaltic usus
3. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi sesuai intruksi
4. Berikan pengganti cairan
untuk drainase dari NGT
bila diindikasikan
Toleran
si baik
terhada
p
makana
n dan
makana
n padat
dalam
jumlah
kecil
2.17 PENYULUHAN PASIEN-KELUARGA DAN PERENCANAAN PULANG
Berikut informasi verbal dan tertulis kepada pasien dan orang yang terdekat tentang
hal berikut :
1. Memberitahu petugas kesehatan jika indicator obtruksi biliaris kambuh lagi : urine
gelap, priritus, ikterus, warna feses berwarna seperti lempung. Beritahu pasien bahwa
15
feses ini dapat terjadi selama beberpa bulan karena tubuh menyesuaikan aliran
empedu yang kontinu.
2. Obat-oabatan, meliputi : nama obata, yjuan, dosis, jadwal, tindakan pencegahan,
interaksi obat/ obat dan makanan/ obat, dan potensial efek obat
3. Perawatan balutan dan selang jika pasien dipulangkan dengan alat ini, pemantauan
insisi dan sisi drain terhadap tanda-tanda infeksi
4. Untuk penatalksanaan pasien secara medis, penting untuk mempertahankan diet
rendah lemak dan makan sering dalam jumlah sedikit
5. Pentingnya perawatan lanjutan : pastikan tanggal dan waktu perjanjian
6. Menghentikan minum alcohol Selma 2 bulan pertama setelah pembedahan untuk
meminimalkan resiko keterlibatan pangkreas
7. Tindakan pencegahan pascabedah : tidak mengangkat objek berat ( >4,5 kg ) selama
4-6 bulan pertama atau sesuai petunjuk : istirahat setelah periode kelelahan;
mendapatkan istirahat yang maksimum dan secara bertahap meningkatkan aktivasi
sesuai toleransi.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut
kanan atas, nyeri tekan dan demam.
Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di
duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus
kolesititis (10%) timbul tanpa adanya batu empedu. Kolesistitis kalkulus akut disebabkan oleh
obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu yang menyebabkan distensi kandung empedu.
Akibatnya aliran darah dan drainase limfatik menurun dan menyebabkan iskemia mukosa dan
nekrosis. Diperkirakan banyak faktor yang berpengaruh seperti kepekatan cairan empedu,
kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu
diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Factor pencetusnya yaitu :
1. Peradangan mekanis akibat tekanan intralumen dan regangan yang menimbulkan
iskemmia mukosa dan dinding kandung empedu
2. Peradangan kimiawi akibat pelepasan lisolesitin ( akibat kerja fosfolipase pada lesitin
dalam empedu ) dan factor jaringan local lainnya
3. Peradangan bakteri yang mungkin berperan pada 50-85% klien dengan kolesistitis
Manifestasi klinisnya yaitu :
1. Serangan kolik biliaris ( awal )
2. Nyeri kolesistitis dapat menyebar ke antar scapula, scapula kanan, atau bahu
3. Ikterus ( jarang )
4. Mual dan muntah
5. Demam ringan serta nyeri pada kuadran kanan atau abdomen
17
Daftar Pustaka.
- Battiaca, Fransisca B. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Metabolisme. Jakarta. Salemba Medika.
- Pmela L, Swearingen. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 2. Jakarta. EGC
- Pridady.2006. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
18