25
Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini kami membahas tentang penyakit “Cholestitis pada Dewasa”. Cholestitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding kandung empedu menyebabkan nyeri tekan, dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas yang disertai dengan gejala mual serta muntah. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritikan yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan kedepannya. Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih. Padang, 26 Februari 2015 1

cholestitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah mengenai penyakit cholestitis

Citation preview

Page 1: cholestitis

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karuniaNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini kami membahas tentang penyakit “Cholestitis pada Dewasa”.

Cholestitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding kandung

empedu menyebabkan nyeri tekan, dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas yang

disertai dengan gejala mual serta muntah.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritikan yang

membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan kedepannya.

Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.

Padang, 26 Februari 2015

1

Page 2: cholestitis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………….. 1

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………………….. 4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………… 4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….. 4

1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………………5

BAB II Tinjauan Pustaka……………………………………………………………………….. 7

2.1 Defenisi Kolestitis …………………………………………………………………………...7

2.2 Patogenesis………………………………………………………………………………….. 7

2.3 Faktor Pencetus……………………………………………………………………………… 8

2.4 Manifestasi Klinis…………………………………………………………………………… 9

2.5 Penegakan Diagnosa Medis ………………………………………………………………….9

2.6 Penatalaksanaan Medis ………………………………………………………………………9

2.7 Kolesistitis Akalkulus……………………………………………………………………….. 9

2.8 Komplikasi …………………………………………………………..……………………..10

2.9 Gangren dan Perforasi……………………………………………………………………... 10

2.10 Pembentukan Fistula dan Ileum Batu Empedu …………………………………………...10

2.11 Penatalksanaan Medis …………………………………………………………………….11

2.12 Waktu Pelaksanaan Pembedahan………………………………………………………… 11

2.13 Komplikasi Pascakolesistektomi ………………………………………………………….11

2.14 Pencegahan Komplikasi …………………………………………………………………..12

2

Page 3: cholestitis

2.15 Pembedahan Kolesistektomi ……………………………………………………………..12

2.16 Diagnosa Keperawatan …………………………………………………………………...13

2.17 Penyuluhan Keluarga-Pasien dan Perencanaan Pulang …………………………………..15

BAB III Penutup ……………………………………………………………………………….17

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………17

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………….18

3

Page 4: cholestitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa kelainan mempengaruhi sistem bilier dan mempengaruhi drainase empedu yang

normal kedalam duodenum. Penyakit kandung empedu merupakan kelainan pada sisitem bilier,

kelainan ini mencakup karsinoma yang menyumbat percabangan bilier. Kolesistitis adalah

radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding kandung empedu menyebabkan

nyeri tekan, dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas yang disertai dengan gejala mual

serta muntah. Colesistitis adalah reaklsi inflamasi dinding kandung empedu yang disertai dengan

nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas (Syaifoellah Noer,1999). Pada kelainan bilier tidak

semua kejadian infeksi pada kandung empedu (kolesistitis) berhubungan dengan batu empedu

(kolelitiasis) namun lebih dari 90% penderita kolesistitis akut menderita batu empedu.

Umumnya kolesistitis sangat berhubungan dengan kolelithiasis. Kolesistitis dapat terjadi

sebagai akibat dari jejas kimiawi oleh sumbatan batu empedu yang menjadi predisposisi

terjadinya infeksi atau dapat pula terjadi karena adanya ketidakseimbangan komposisi empedu

seperti tingginya kadar garam empedu atau asam empedu, sehingga menginduksi terjadinya

peradangan akibat jejas kimia.

Kolesistektomi adalah tindakan pilihan untuk pasien dengan batu empedu multipel/besar

karena berulangnya pembentukan batu secara simtomatologi akut atau mencegah berulangnya

pembentukan batu. Pendekatan lain yaitu dengan kolesistektomi dini. Keadaan umum dperbaiki

dan sepsis diatasi dengan pemberian antibiotik seperti yang dilakukan pada pengobatan

konservatif, sambil memastikan diagnosis memperbaiki keadaan umum, dan mengatasi penyakit

penyerta seperti pankreatitis. Setelah 24-48 jam, keadaan penderita umumnya lebih baik dan

infeksi telah dapat diatasi. Tindak bedah dini yang dapat dilakukan dalam 72 jam pertama

perawatan ini memberikan keuntungan karena mempersingkat masa rawat di rumah sakit sampai

5-7 hari, dan mempersingkat masa sakit sekitar 30 hari. (Sjamsuhidajat Jong, 2003 : 579).

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa pengertian dari cholecystitis?

4

Page 5: cholestitis

b) Bagaimana patogenesis penyakit cholecystitis?

c) Bagaimana factor pencetus penyakit cholecystitis?

d) Bagaimana manifestasi klinis kolesistitis?

e) Bagaimana penegakan diagnosis kolesistitis?

f) Bagaimana penatalaksanaan medis kolesistitis?

g) Kolesistitis akalkulus

h) Apa komplikasi dari kolesistitis?

i) Gangrene dan perforasi

j) Bagaimana pembentukan fistula dan ileum batu empedu?

k) Bagaimana penatalaksanaan medis kolesistitis?

l) Kapan waktu pelaksanaan pembedahan kolesistitis?

m) Apa saja komplikasi pascakolesistektomi?

n) Bagaimana cara pencegahan komplikasi?

o) Pembedahan kolesistektomi

p) Bagaimana diagnosa keperawatan kolesistitis?

q) Bagaimana penyuluhan keluarga-pasien dan perencanaan pulang?

1.3 Tujuan Penulisan

a) Untuk mengetahui pengertian dari cholecystitis

b) Untuk mengetahui patogenesis penyakit cholecystitis

c) Untuk mengetahui factor pencetus penyakit cholecystitis

d) Untuk mengetahui manifestasi klinis

e) Untuk mengetahui penegakan diagnosis kolesistitis

f) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis kolesistitis

g) Untuk mengetahui kolesistitis akalkulus

h) Untuk mengetahui komplikasi kolesistitis

i) Untuk mengetahui gangrene dan perforasi

j) Untuk mengetahui pembentukan fistula dan ileum batu empedu

k) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis kolesistits

l) Untuk mengetahui waktu pelaksanaan pembedahan

m) Untuk mengetahui komplikasi pascakolesistektomi

5

Page 6: cholestitis

n) Untuk mengetahui pencegahan komplikasi

o) Untuk mengetahui pembedahan kolesistektomi

p) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan kolesistitis

q) Untuk mengetahui penyuluhan keluarga-pasien dan perencanaan pulang

6

Page 7: cholestitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI

Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut

kanan atas, nyeri tekan dan demam. Berdasarkan etiologinya, kolesistitis dapat dibagi menjadi:

1. Kolesistitis kalkulus, yaitu kolesistitis yang disebabkan batu kandung empedu yang

berada di duktus sistikus.

2. Kolesistitis akalkulus, yaitu kolesistits tanpa adanya batu empedu.

Berdasarkan onsetnya, kolesistitis dibagi menjadi kolesistitis akut dan kolesistitis kronik.

Pembagian ini juga berhubungan dengan gejala yang timbul pada kolesistitis akut dan kronik.

Pada kolesistitis akut, terjadi inflamasi akut pada kandung empedu dengan gejala yang lebih

nyata seperti nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Sedangkan, kolesistitis kronik

merupakan inflamasi pada kandung empedu yang timbul secara perlahan-lahan dan sangat erat

hubugannya dengan litiasis dan gejala yang ditimbulkan sangat minimal dan tidak menonjol

2.2 PATOGENESIS

Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan

empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut

adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan stasis

cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus kolesititis (10%) timbul tanpa adanya batu

empedu. Kolesistitis kalkulus akut disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu

yang menyebabkan distensi kandung empedu. Akibatnya aliran darah dan drainase limfatik

menurun dan menyebabkan iskemia mukosa dan nekrosis. Diperkirakan banyak faktor yang

berpengaruh seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang

merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.

Faktor predisposisi terbentuknya batu empedu adalah perubahan susunan empedu, stasis

empedu, dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor

terpenting pada pembentukan batu empedu. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hati 7

Page 8: cholestitis

penderita batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol

yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan cara yang belum dimengerti

sepenuhnya. Stasis empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan

kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme

sfingter Oddi atau keduanya dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal terutama pada

kehamilan dapat dikaitkan dengan pengosongan kandung empedu yang lebih lambat. Infeksi

bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui

peningkatan deskuamasi sel dan pembentukan mukus. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering

sebagai akibat adanya batu empedu daripada menjadi penyebab terbentuknya batu empedu.

Meskipun mekanisme terjadinya kolesistitis akalkulus belum jelas, beberapa teori telah

diajukan untuk menjelaskan mekanisme terjadinya penyakit ini. Penyebab utama penyakit ini

dipikirkan akibat stasis empedu dan peningkatan litogenisitas empedu. Pasien-pasien dalam

kondisi kritis lebih mungkin terkena kolesistitis karena meningkatnya viskositas empedu akibat

demam dan dehidrasi dan akibat tidak adanya pemberian makan per oral dalam jangka waktu

lama sehingga menghasilkan penurunan atau tidak adanya rangsangan kolesistokinin untuk

kontraksi kandung empedu. Selain itu, kerusakan pada kandung empedu mungkin merupakan

hasil dari tertahannya empedu pekat, suatu senyawa yang sangat berbahaya. Pada pasien dengan

puasa yang berkepanjangan, kandung empedu tidak pernah mendapatkan stimulus dari

kolesistokinin yang berfungsi merangsang pengosongan kandung empedu, sehingga empedu

pekat tersebut tertahan di lumen. Iskemia dinding kandung empedu yang terjadi akibat

lambatnya aliran empedu pada demam, dehidrasi, atau gagal jantung juga berperan dalam

patogenesis kolesistitis akalkulus.

Penelitian yang dilakukan oleh Cullen et al memperlihatkan kemampuan endotoksin dalam

menyebabkan nekrosis, perdarahan, penimbunan fibrin yang luas, dan hilangnya mukosa secara

ekstensif, sesuai dengan iskemia akut yang menyertai. Endotoksin juga menghilangkan respons

kontraktilitas terhadap kolesistokinin (CCK) sehingga menyebabkan stasis kandung empedu.

2.3 FAKTOR PENCETUS

1. Peradangan mekanis akibat tekanan intralumen dan regangan yang menimbulkan

iskemmia mukosa dan dinding kandung empedu

8

Page 9: cholestitis

2. Peradangan kimiawi akibat pelepasan lisolesitin ( akibat kerja fosfolipase pada lesitin

dalam empedu ) dan factor jaringan local lainnya

3. Peradangan bakteri yang mungkin berperan pada 50-85% klien dengan kolesistitis

Penyebab paling sering adalah Escheririchia coli, klebsiela sp, streptococcus grup

D, Stabilococcus sp, clostridium sp.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Serangan kolik biliaris ( awal )

2. Nyeri kolesistitis dapat menyebar ke antar scapula, scapula kanan, atau bahu

3. Ikterus ( jarang )

4. Mual dan muntah

5. Demam ringan serta nyeri pada kuadran kanan atau abdomen

2.5 PENEGAKAN DIAGNOSIS MEDIS

1. Riwayat penyakit

2. Pemeriksaan fisik

Triad : nyeri akut kuadran kanan atas abdomen, demam, leukositosis berkisar antara

10.000-15.000 sel/uL. Dengan pergerakan ke kriri. Pada hitung jenis, bilirubin serum

sedikit meningkat ( <85,5 umol/L); peningkatan sedang aminotranferase serum ( dari

5 kali lipat ).

3. USG menunjukan adanya gambaran batu ( pada 90-95% kasus ).

2.6 PENATALAKSANAAN MEDIS

Dianjurkan untuk dilakukan pembedahan ( bila memungkinkan )

2.7 KOLESISTITIS AKALKULUS

Factor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya kolesistitis akalkulus adalah

luka bakar yang serius, post-partum yang memanjang, vaskulitis, adenokarsinoma

kandung empedu, diabetes mellitus, torsi kandung empedu, infeksi bakteri kandung

empedu karena leptospira, streptpkokkus, salmonella, vibrio cholera ( jarang ). Penyakit

yang menyertai seperti sarkoidosis, penyakit kardiovaskuler, tuberculosis, sifilis, dan

aktinomikolisis.

9

Page 10: cholestitis

2.8 KOMPLIKASI

1. Epiema terjadiakibat kolesistits akut dengan sumbatan duktus sistikus persisten

menjadi superinfeksi empedu yang tersumbat disertai kuman-kuman pembentuk pus.

Gambaran klinis mirip dengan kolangtis yaitu demam tinggi, nyeri hebat pada

kuadran kanan atas, leukositosis berat, keadaan umum lemah ( sering ), resiko sepsis

gram negative ( dan/ atau perforasi ). Terapi yang dapat dilakukan adalah bedah

darurat dan pemberian antibiotic yang sesuai setelah diagnosis ditegakkan.

2. Hidrops mukolel kandung mepdu terjadi akibat sumbatan berkepajangan pada duktus

sistikus, biasanya oleh sebuah kalkulus besar. Dalam keadaan ini, lumen kandung

emepdu yang terumbat secara progesif mengalami peradangan oleh mucus

( mukolel ) atau cairan transudat jernih ( hidrops ) yang dihasilkan oleh sel-sel epitel

mukosa. Pada pemeriksaan fisik teraba massa ( tanpa disertai nyeri ) yang mudah

dilihat dan diraba karena menonjol dari kuadran kanan atau menuju fosa iliaka kanan,

nyeri kronik kuadran kanan atas abdomen padat terjadi. Terapi yang dapat dilakukan

adalah kolesistomi. Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, perforasi, dan

gangrene.

2.9 GANGREN DAN PERFORASI

Gangrene kandung empedu menimbulkan iskemia pada dinding kandung empedu dan

nekrosis dengan bercak atau kotak. Kelainan yang mendasari adalah distensi kandung

empedu, vaskulitis, diabetes mellitus, empiema, atau torsi. Terapi yang dilakukan adalah

kolesistomi dan drainabses. Komplikasi yang dapat terjadi adalah perforasi ( dapat

menyebabkan kematian ) dan dekompresi kandung empedu akibat gangrene

2.10 PEMBENTUKAN FISTULA DAN ILEUM BATU EMPEDU

Fistulasi dalam organ yang berdekatan melekat pada dinding kandung empedu akibat

inflamansi dan pembentukan pelekatan. Fistula dalam duodenum sering disertai oleh fistula

yang melibatkan fleksura hepatica kolon, lambung dan duodenum, dinding abdomen, dan

pelvis ginjal.

10

Page 11: cholestitis

Fistula enteric biliaris tenang ( diam ) secara klinis terjadi sebagai komplikasi

kolesistits kronis. Fistula kolesistoenteritik asimptomatik kadang didiagnisis dengan temuan

gas dalam percabangan billiaris pada foto polos abdomen. Terapi yang dapat dilakukan

adalah kolesistektomi, ekslprasi duktus koledukkus, dan penutupan saluran fistula.

Ileus batu empedu menunjukkan pada obtruksi intestinal mekanik. Yang diakibatkan

oleh lintasn batu empedu yang besar ke dalam lumen. Tempat terjepit batu biasanya pada

katup ileoseka. Didiagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto polos abdomen ( misalnya

ditemukan obtruksi usus kecil pada katup ileosekal. Terapi yang dilakukan adalah laparotmi

dengan enterilitotomi dan palpasi usus yang lebih proksimal dan kandung mepdu yang teliti

untuk menyingkirkan batu lainnya.

2.11 PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Terapi medis

2. Hospitalisasi

3. Pusakan dan pasang Nasogastric Tube ( NGT ) untuk pengisapan

4. Perbaiki ketidakseimbagan elektrolit

5. Terapi obat-obatan seperti meperidin atau pentazonin ( analgesic ); amfisilim,

sefalosporin, ureidopenisilin, atau aminoglokosida. Pada klien dengan DM

menunjukkan gejala sepsis, kombinasi pemeberian antibiotic

6. Terapi pembedahan ( kolesistektomi )

2.12 WAKTU PELAKSANAAN PEMBEDAHAN

1. Pada klien dengan kolesistitis akut disertai komplikasi, pembedahan dilakukan dalam

24-72 jam.

2. Pelaksanaan pembedahan ditunda bagi klien yang kondisi medisnya secara

keseluruhan risko besar bila segera dilakukan operasi dan bagi klien dengan diagnosis

kolesistitis akut yang masih meragukan

2.13 KOMPLIKASI PASCAKOLESISTEKTOMI

1. Atelektasis.

11

Page 12: cholestitis

2. Gangguan paru lainnya

3. Pembetukan abses

4. Kebocoran cairan empedu

5. Bekuan darah intraduktus atau tekanan ekstrinsik

2.14 PENCEGAHAN KOMPLIKASI

Untuk pencehagan terjadinya komplikasi maka dilakukan kolangiografi intraoperatif

sewaktu sistektomi.

2.15 PEMBEDAHAN KOLESISTEKTOMI.

Kolesistektomi adalah pemdedahan kandung emepdu pada kolesistits akut dan kronis.

1. Teknik.

Teknik pembedahan dilaksanaan melalui laparotomi secara terbuka ( kandung

empedu diangkat setelah dilakuakn insisi ) atau laparoskopi ( kandung empedu

diangkat melalui lubang insisi diatas umbilicus dengan menggunakan laparoskopi )

2. Penatalaksanaan Keperawatan Pre-Operatif.

Kaji pengetahuan klien tentang alas an dilakukan kolesistektomi, prosedur, dan

harapan setelah pembedahan

Klien haus puasa sejak pukul 12 malam sbelum pembedahan

Pasang infuse sebelum pembedahan untuk meningkatkan status hidrasi jika klien

muntah

Berikan antibiotic pada klien dengan kolesistitis akut

3. Penatalksanaan Keperawatan Post-Operatif

Pengkajian

Tanda vital, tingkat kesadaran

Tingkat nyeri

Kondisi luka dan selang drainase ( jika ada )

Jumlah cairan yang masuk ( intake ) dan keluar ( output )

12

Page 13: cholestitis

2.16 Diagnosa Keperawatan

N

o

.

Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan Evalua

si

1. Nyeri akut b.d

pembedahan

Dalam 1 jam

intervensi,

persepsi subjektif

pasien tentang

ketidaknyaman

menurun, seperti

yang ditujukkan

skala nyeri.

Nyeri hilang

1. Kaji lokasi nyeri, tingkat,

dan karateristik

2. Berikan obat analgesic atau

monitor klien, control

analgesic

3. Jaga tegangan luka operasi

ketika bergerak

4. Bantu pergerakan segera

mungkin sesuai anjuran

untuk menurunkan flatus

dan distensi abdomen serta

meninggalkan mobilitas

usus

5. Intruksikan klien bahwa

aktifitas biasa dapat

dilakukan dalam 10 hari

setelah laparoskopi

kolesitektomi atau enam

minggu sesudah

kolesistektomi

6. Aktivitas seksual dapat

dilakukan setelah nyeri

hilang

7. Ikuti petunjuk dari ahli

bedah seperti menghindari

Klien

mengat

akan

atau

melapor

kan

nyeri

hilang

13

Page 14: cholestitis

mengangkat benda berat,

aktivitas yang berat, mandi (

shower atau berendam )

2. Resiko infeksi pada

luka operasi

Luka tidak terjadi

infeksi atau

sembuh sesuai

waktunya

1. Kaji kondisi luka perhatikan

adanya peningkatan

drainase purulen ( pus )

2. Kaji lokasi selang drainase,

catat jumlah, warna, dan bau

setiap drainase. Perhatikan

adanya sumbatan dan

drainase yang berlebihan

3. Kaji kepatenan selang dan

tube drainase :

Laporkan setiap penurunan

dan peningkatan drainase

Laporkan nyeri pada

kuadran kanan atas

abdomen distensi abdomen,

nyeri, demam, menggigil,

ikterus ( berhubungan

dengan injury saluran

kandung empedu )

Berikan antibiotic sesuai

intruksi

Latihan batuk dan nafas

dalam ambulasi untuk

menurunkan risiko infeksi

paru

Tidak

ada

demam

dan

tnda

infeksi

3. Kerusakan Kulit dapat 1. Kaji luka dan proses Luka

14

Page 15: cholestitis

intregritas kulit b.d

prosedur

pembedahan

kembali utuh penyembuhan

2. Lakukan perawatan luka

sesuai intruksi

3. Kaji kebutuhan cairan

4. Beritahu klien untuk

memelihara luka ( bagian

insisi ) tetap kering dalam 5-

7 hari dan laporkan setiap

tanda kemerahan, nyeri, dan

kersakan intregitas kulit.

sembuh

tanpa

drainas

e

4. Gangguan

pemenuhan nutrisi :

kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

post-operasi

pembedahan dan

pemasangan NGT

Kebutuhan nutrisi

dapat terpenuhi

1. Kaji mual, muntah, dan

berikan antiemesis sesuai

intruksi

2. Lakukan pengisapan NGT

setiap saat ( jika ada ) dan

monitor peristaltic usus

3. Tingkatkan intake cairan

dan nutrisi sesuai intruksi

4. Berikan pengganti cairan

untuk drainase dari NGT

bila diindikasikan

Toleran

si baik

terhada

p

makana

n dan

makana

n padat

dalam

jumlah

kecil

2.17 PENYULUHAN PASIEN-KELUARGA DAN PERENCANAAN PULANG

Berikut informasi verbal dan tertulis kepada pasien dan orang yang terdekat tentang

hal berikut :

1. Memberitahu petugas kesehatan jika indicator obtruksi biliaris kambuh lagi : urine

gelap, priritus, ikterus, warna feses berwarna seperti lempung. Beritahu pasien bahwa

15

Page 16: cholestitis

feses ini dapat terjadi selama beberpa bulan karena tubuh menyesuaikan aliran

empedu yang kontinu.

2. Obat-oabatan, meliputi : nama obata, yjuan, dosis, jadwal, tindakan pencegahan,

interaksi obat/ obat dan makanan/ obat, dan potensial efek obat

3. Perawatan balutan dan selang jika pasien dipulangkan dengan alat ini, pemantauan

insisi dan sisi drain terhadap tanda-tanda infeksi

4. Untuk penatalksanaan pasien secara medis, penting untuk mempertahankan diet

rendah lemak dan makan sering dalam jumlah sedikit

5. Pentingnya perawatan lanjutan : pastikan tanggal dan waktu perjanjian

6. Menghentikan minum alcohol Selma 2 bulan pertama setelah pembedahan untuk

meminimalkan resiko keterlibatan pangkreas

7. Tindakan pencegahan pascabedah : tidak mengangkat objek berat ( >4,5 kg ) selama

4-6 bulan pertama atau sesuai petunjuk : istirahat setelah periode kelelahan;

mendapatkan istirahat yang maksimum dan secara bertahap meningkatkan aktivasi

sesuai toleransi.

16

Page 17: cholestitis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut

kanan atas, nyeri tekan dan demam.

Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di

duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus

kolesititis (10%) timbul tanpa adanya batu empedu. Kolesistitis kalkulus akut disebabkan oleh

obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu yang menyebabkan distensi kandung empedu.

Akibatnya aliran darah dan drainase limfatik menurun dan menyebabkan iskemia mukosa dan

nekrosis. Diperkirakan banyak faktor yang berpengaruh seperti kepekatan cairan empedu,

kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu

diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.

Factor pencetusnya yaitu :

1. Peradangan mekanis akibat tekanan intralumen dan regangan yang menimbulkan

iskemmia mukosa dan dinding kandung empedu

2. Peradangan kimiawi akibat pelepasan lisolesitin ( akibat kerja fosfolipase pada lesitin

dalam empedu ) dan factor jaringan local lainnya

3. Peradangan bakteri yang mungkin berperan pada 50-85% klien dengan kolesistitis

Manifestasi klinisnya yaitu :

1. Serangan kolik biliaris ( awal )

2. Nyeri kolesistitis dapat menyebar ke antar scapula, scapula kanan, atau bahu

3. Ikterus ( jarang )

4. Mual dan muntah

5. Demam ringan serta nyeri pada kuadran kanan atau abdomen

17

Page 18: cholestitis

Daftar Pustaka.

- Battiaca, Fransisca B. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem

Metabolisme. Jakarta. Salemba Medika.

- Pmela L, Swearingen. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 2. Jakarta. EGC

- Pridady.2006. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,

Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

18