25
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Defek septum ventrikel (Ventricular Septal Defect / VSD) merupakan kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya 1 atau lebih (Swiss cheese VSD) yang terjadi akibat kegagalan penutupan septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. 18

crs anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

crs

Citation preview

8

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 DefinisiDefek septum ventrikel (Ventricular Septal Defect / VSD) merupakan kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya 1 atau lebih (Swiss cheese VSD) yang terjadi akibat kegagalan penutupan septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan.

Gambar 3.1 Ventrikel Septal Defek

3.2EpidemiologiDefek septum ventrikel merupakan kelainan jantung bawaan yang sering dijumpai, yaitu sekitar 33% dari seluruh kelainan jantung bawaan atau sekitar 2 sampai 6 dari 1000 kelahiran. Sebuah studi mengatakan bahwa 2 sampai 5 dari 100 kelahiran bayi dengan VSD , 80-90% kasus akan menutup secara spontan tidak lama setelah kelahiran. VSD sedikit lebih seringterjadi pada perempuan yaitu dengan perbandingan 56% : 44% dari laki-laki. Tidak dapat disimpulkan mengenai adanya perbedaan ras terhadap distribusi kejadian VSD, namun VSD lebih umum terjadi pada populasi Asia,5% dari angka kecacatan di USA, dan 30% dilaporkan di Jepang. Di Indonesia, tipe perimembranous adalah yang terbanyak ditemukan (60%), dan sisanya tipe subarterial dan muskuler.

3.3Etiologi Pada sebagian besar kasus Penyakit Jantung Bawaan (PJB) tidak diketahui penyebabnya. Ada pun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya VSD, antara lain:a. Faktor eksogen Seperti ibu dengan DM, fenilketonuria, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan (maternal faktor).b. Faktor endogen Seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung (faktor genetik).

3.4KlasifikasiBerdasarkan lokasi lubang, Defek septum ventrikel dibagi dalam tiga tipe, yaitu :a. Perimembranous; bila lubang terletak di daerah septum membranous dan sekitarnyab. Subarterial; bila lubang terletak di daerah septum infundibulerc. Muskuler; bila lubang terletak di daerah septum muskuler inlet, outlet ataupun trabekuler

Gambar 3.2 Klasifikasi VSD berdasarkan Lokasi Lubang

Bila ditinjau dari segi patofisiologi maupun klinis, ada 4 tipe VSD:a. VSD kecil dengan tahanan pada arteri pulmonalis masih normal, defek kecil 1-5 mm, menutup secara spontan pada waktu umur 3 tahun, tidak diperlukan kateterisasi jantung.b. VSD sedang dengan tahanan pada arteri pulmonalis masih normal, defek 5-10 mm.c. VSD besar dan sudah disertai hipertensi pulmonal yang dinamishipertensi pulmonal terjadi karena bertambahnya volume darah pada arteri pulmonalis tetapi belum ada kenaikan tahanan arteri pulmonalis atau belum ada arteriosklerosis arteri pulmonalis.d. VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang permanen karena pada kelainan ini sudah disertai arteriosklerosis arteri pulmonalis.

3.5PatogenesisAdanya lubang pada septum interventrikular memungkinkan terjadinya aliran balik dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan, seingga aliran darah ke paru akan bertambah. Bersama-sama darah yang datang dari atrium kanan, jumlah darah dalam ventrikel kanan semakin bertambah. Seluruh pembuluh darah di paru termasuk arteri pulmonaris serta hilus juga ikut melebar.Arteri pulmonalis menonjol. Aorta menjadi kecil diakibatkan darah yang seharusnya mengalir ke aorta, sebagian mengalir kembali ke ventrikel kanan. Atrium kiri yang menampung darah dari vena pulmonaris dalam jumlah yang banyak, juga akan melebar dari biasanya dan dapat mengalami dilatasi. Otot-otot di ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi, dimana hipertrofi ini akan sulit dinilai melalui foto polos. Arah arus dari kiri ke kanan dapat berbalik menjadi dari kanan ke kiri bila terjadi kelainan pada pembuluh darah paru, yaitu terjadi penyempitan lumen pembuluh darah terutama di bagian perifer. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan tekanan pada arteri pulmonalis. Bila tekanan di ventrikel kanan lebih tinggi dari ventrikel kiri, maka akan terjadi aliran kebocoran menjadi dari kanan ke kiri (R-L shunt). Perubahan arah kebocoran ini dapat menyebabkan penderita mengalami sianosis, sesuai dengan gejala-gejala Eisenmenger.Presentasi klinis biasanya tergantung pada besarnya aliran pirau melalui lubang defek septum ventrikel dan hal ini ditentukan oleh besar kecilnya tahanan di pembuluh darah paru. Pada usia 1 tahun pertama kehidupan (terutama 6 bulan pertama), besarnya aliran pirau dapat berubah-ubah sesuai dengan penurunan tahanan pembuluh darah paru akibat maturasi paru yang berlangsung cepat selama periode tersebut. Penurunan maksimal biasanya terjadi pada usia 1 6 minggu, tapi kadang-kadang baru terjadi pada usia 12 minggu. Aliran pirau dari kiri ke kanan akan bertambah jika terjadi penurunan tahanan pada pembuluh darah di paru, sehingga pada defek septum ventrikel yang besar dapat terjadi gagal jantung pada usia 2 3 bulan.Bila aliran pirau kecil maka tidak menimbulkan keluhan, namun bila aliran pirau besar maka akan memberikan keluhan seperti kesulitan saat makan atau minum karena bayi merasa cepat lelah atau sesak dan sering mengalami batuk serta infeksi saluran nafas berulang. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan bayi.Dalam perjalanannya, beberapa tipe defek septum ventrikel dapat menutup secara spontan (tipe membranous dan muskuler), dapat pula terjadi hipertensi pulmonal, hipertrofi infundibulum atau prolaps katup aorta yang dapat disertai dengan regurgitasi (tipe subarterial dan perimembranous).Endokarditis infektif pada kelainan jantung bawaan juga merupakan komplikasi yang sering dijumpai.

3.6Manifestasi Klinisa. VSD kecil 1. Anamnesis Biasanya tidak ada gejala-gejala (asimtomatis). Tidak ada gangguan tumbuh kembang.2. Pemeriksaan Fisik Pada palpasi ditemukan impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bising pada SIC III dan IV kiri. Sedangkan pada auskultasi, bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri dan menjalar kesepanjang sternum kiri, bahkan keseluruh prekordium.

b. VSD sedang1. Anamnesis Sering terjadi symptom pada masa bayi. Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum. Pasien juga memerlukan waktu lebih lama untuk makan dan minum, dan sering tidak mampu menghabiskan makanan dan minumannya. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu. Mudah menderita infeksi paru, dan biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh2. Pemeriksaan Fisik Pada inspeksi, pasien tampak takipneu dan adanya retraksi. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri yang menjalar keseluruh prekordium.

c. VSD besar1. AnamnesisGejala sering timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai III dapat terjadi pirau kiri kekanan yang bermakna dan sering menimbulkan dispneu. Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu VI, sering didahului infeksi saluran napas bawah. Bayi sesak napas saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan pertumbuhan sangat nyata. 2. Pemeriksaan Fisik Pada inspeksi, tampak pertumbuhan badan jelas terhambat, pucat dan banyak keringat bercucuran. Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intercostal dan regio epigastrium. Pada palpasi ditemukan impuls jantung hiperdinamik kuat dan teraba getaran bising pada dinding dada. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti click sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri.

3.7Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa defek septum ventrikel, antara lain :a. Foto polos thoraksPada gambaran foto polos thoraks dapat tampak kardiomegali yang disebabkan oleh pembesaran ventrikel kiri. Gambaran vaskularisasi paru tampak meningkat (plethora). Gambaran radiologi dari VSD dapat berbeda-beda dan tergantung pada besarnya kebocoran, dan ada atau tidaknya gangguan pada pembuluh darah paru (Hipertensi pulmonal). Makin kecil kebocoran itu, makin sedikit kelainan yang dapat dilihat pada radiografi polos. Pada defek yang kecil sekali gambaran radiologi dari thorax adalah normal. Hai ini dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Kebocoran yang sangat kecil.Kelainan ini disebut Maladi de Roger. Jantung tidak membesar, pembuluh darah paru-paru normal.

Gambar 3.3 VSD dengan kebocoran sangat kecil

2. Kebocoran yang ringanJantung membesar ke kiri oleh hipertrofi dari ventrikel kiri. Apex jantung menuju ke bawah diafragma, ventrikel kanan belum jelas membesar, atrium kiri dilatasi, pembuluh darah paru tampak bertambah.

Gambar 3.4 VSD dengan kebocoran ringan

3. Kebocoran yang sedang-beratVentrikel kanan dilatasi dan hipertrofi, arteri pulmonalis dengan cabang-cabangnya melebar, atrium kanan tidak tampak kelainan, atrium kiri dilatasi, ventrikel kiri hipertrofi, aorta kecil.

Gambar 3.5 VSD dengan kebocoran sedang-berat

4. Kebocoran dengan hipertensi pulmonalVentrikel kanan tampak semakin besar, arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya di bagian sentral melebar, segmen pulmonal menonjol, atrium kiri normal, aorta mengecil, pembuluh darah paru bagian perifer sangat berkurang, thorax menjadi emfisematous.

Gambar 3.6 VSD dengan hipertensi pulmonal b. ElektrokardiogramTerlihat hipertrofi ventrikel kiri dan mungkin juga hipertrofi atrium kiri. Bila terdapat hipertrofi kedua ventrikel dan deviasi sumbu QRS ke kanan maka perlu dipertimbangkan adanya hipertensi pulmonal atau hipertrofi infundibulum ventrikel kanan.

Gambar 3.7 Elektrokardiografi VSDc. EkokardiogramPemeriksaan ekokardiogram 2 dimensi dapat menilai ukuran serta lokasi defek septum ventrikel. Perlu diperhatikan apakah terdapat prolaps katup aorta, hipertrofi infundibulum ventrikel kanan serta aneurisma septum membranous. Pemeriksaan ekokardiogram M-mode dapat mengukur dimensi atrium dan ventrikel kiri.Pemeriksaan ekokardiogram warna dan Doppler dapat dipastikan arah dan besarnya aliran yang melewati defek tersebut (rasio aliran ke paru dan ke sistemik = Qp/Qs). Peninggian tekanan arteri pulmonalis dan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis pada hipertrofi infundibulum juga dapat diukur.

Gambar 3.8 Ventrikular septal defek tipe muskular

Gambar 3.9 Ventrikuler septal defek tipe perimembranous

Gambar 3.10 Gambaran 3D ekokardiografi pada ventrikel septal defek tipe muskulard. Kateterisasi jantungPemeriksaan kateterisasi jantung pada anak dengan defek septum ventrikel hanya dilakukan jika ditemui tanda-tanda hipertensi pulmonal. Tes pemberian O2 100% dilakukan untuk menilai reversibilitas vaskuler paru. Rasio aliran ke paru dan sistemik (Qp/Qs) serta tahanan pembuluh darah paru juga dapat diukur untuk menentukan apakah pasien boleh dioperasi atau tidak.Angiografi ventrikel kiri dilakukan untuk melihat jumlah dan lokasi defek septum ventrikel, sedangkan angiografi pada aorta dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan prolaps katup aorta dan regurgitasi.Gambar 3.11 Kateterisasi Jantung

e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)Pemeriksaan MRI baru-baru ini menjadi penting dalam mendiagnosis penyakit jantung kongenital. MRI memberikan informasi tambahan yang relevan dan memungkinkan penggambaran yang tepat dari anatomi jantung, termasuk daerah yang sulit untuk dinilai melalui prosedur echocardiografi dan kateterisasi jantung.

Gambar 3.12 VSD tipe muskular

3.8Diagnosa Bandinga. Atrial Septal Defect (ASD)Defect pada sekat atrium dapat terjadi pada septum primum yang tidak menutup atau terjadi pada septum sekundum (foramen ovale), karena foramen ini terlalu lebar atau penutupnya kurang sempurna. Pada kebocoran jantung dengan arah arus dari kiri ke kanan, hilus membesar, tebal dan tampak pulsasi hilus.Darah dari atrium kiri mengalir ke dalam atrium kanan. Bersama dengan darah dari atrium kanan, darah tersebut masuk ke dalam ventrikel kanan lalu ke arteri pulmonalis, sehingga darah menjadi besar dan terjadi dilatasi.

Gambar 3.13 Pasien dengan ASDGambaran radiologi menunjukkan pembesaran jantung disertai dengan pelebaran hilus. Aorta sering ditemukan mengecil, sedangkan arteri pulmonalis tampak 3-5 kali membesar dari ukran awalnya.

b. Patent Ductus Arteriosus (PDA)Pada kelainan kongenital ini, terdapat hubuungan antara aorta dengan arteri pulmonalis. Penghubung kedua pembuluh darah ini adalah duktus arteriosus Botali. Pada kuhidupan intra-uterin, duktus ini berfungsi untuk sirkulasi darah dari arteri pulmonalis ke aorta. Pada waktu lahir, duktus ini harusnya menutup. Namun bila duktus ini dalam ukuran yang besar, maka ia akan tetap menjadi penghubung antara aorta dan arteri pulmonalis (Patent Ductus Arteriosus/PDA).Aorta asenden terisi normal dengan darah dari ventrikel kiri. Caliber arkus aorta tampak normal. Setelah sampai duktus, sebagian darah mengalir ke arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya menjadi lebar, sedangkan aorta desenden mengecil. Pembuluh darah paru melebardan pada fluroskopi dering tampak hilar dance.Bila kemudian terjadi penyempitan pembuluh darah paru bagian tepi, maka tekanan di arteri pulmonalis akan meninggi. Keadaan ini memungkinkan arah kebocoran berbalik menjadi kanan ke kiri (R-L shunt). Pada saat ini akan terjadi sindroma Eissenmenger, yang juga sering terjadi pada VSD dan ASD.

Gambar 3.14 Pasien dengan PDA3.9PenatalaksanaanBila ditemukan defek septum ventrikel pada bayi usia kurang dari 1 tahun, maka perlu dilakukan pemantauan setiap bulannya sampai pasien berusia satu tahun. Hal ini dilakukan untuk menilai perubahan besarnya aliran pirau yang dapat berubah akibat resistensi paru yang terus mengalami penurunan. Bila terdapat gagal jantung maka dapat diberikan obat-obatan digitalis seperti diuretik atau vasodilator. Setelah pasien berusia satu tahun, kontrol rutin dilakukan setiap 3 bulan sekali.Bila gagal jantung tidak dapat diatasi dengan medikamentosa dan tampak pertumbuhan yang terhambat, sebaiknya dilakukan paliatif bedah pulmonary arteri untuk mengurangi aliran yang berlebihan ke paru atau langsung dengan menutup defek (jika berat badan anak memungkinkan). Jika gagal jantung dapat teratasi dengan medikamentosa dan pertumbuhan anak baik, maka kateterisasi jantung dan tindakan bedah untuk penutupan defek dapat dilakukan saat anak berusia 3 4 tahun.Untuk menilai secara kualitatif besarnya aliran pirau dapat ditentukan dengan Klinis, Elektrokardiografi dan Radiologi (KER).Tabel 3.1 Petunjuk KER

Tabel 3.2 Penggolongan K.E.R

Untuk nilai KER MK-K hanya perlu diobservasi sebulan sekali bila usia anak < 1 tahun dan tiap 6 bulan bila usia anak > 1 tahun. KER dapat bertambah terutama pada anak usia < 1 tahun setelah tahanan paru menurun, sehingga perlu ditatalaksan seperti anak yang mengalami defek septum ventrikel dengan gagal jantung. Bila KER menetap maka kateterisasi jantung dapat dilakukan saat anak berusia 3-4 tahun dan bila KER menurun, kateterisasi jantung ditunda sampai anak berumur 7-8 tahun. Tindakan pembedahan untuk menutup defek dilakukan jika Qp/Qs > 2.Dalam observasi pasien defek septum ventrikel perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya prolaps katup aorta, hipertrofi infundibulum atau hipertensi pulmonalis. Pada kemungkinan-kemungkinan tersebut, nilai KER dapat menurun. Pada pasien yang telah mengalami prolaps katup aorta, hipertrofi infundibulum atau hipertensi pulmonal, perlu secepatnya dilakukan kateterisasi dan tindakan pembedahan untuk menutup defek.Bila terjadi hipertensi pulmonal yang juga disertai dengan penyakit vaskuler paru (irreversible), maka pembedahan untuk menutup defek tidak dianjurkan lagi. Bila terdapat prolaps katup aorta dan regurgitasi yang berat maka mungkin perlu dilakukan penggantian katup.Perlu dilakukan pencegahan terjadinya endokarditis infektif pada setiap tindakan bedah minor pada setiap pasien defek septum ventrikel.

3.10PrognosisPrognosis VSD bergantung pada besar kecilnya defek yang terjadi. Penderita dengan defek septum ventrikel yang kecil diduga 50% menutup secara spontan dalam jangka waktu 10 tahun. Angka harapan hidup pada pasien yang telah dilakukan tindakan intervensi dengan terapi bedah dan konservatif (setelah 25 tahun) adalah 87%. Pada penderita VSD tanpa komplikasi, tingkat mortalitas saat dilakukan tindakan operasi mendekati 0%. Mortalitas yang terjadi akibat riwayat penyakit VSD menunjukkan bahwa 27% pasien meninggal pada usia 20 tahun, 53% pada usia 40 tahun, dan 69% pada usia 60 tahun. Pada pasien VSD dengan komplikasi multiple, hipertensi pulmonal ataupun diikuti anomali-anomali yang lain memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Semakin besar ukuran defek maka akan semakin besar pula angka mortalitas dan morbiditasnya.

18

22