36
PEMERINTAHAN DAULAH ABBASIYAH ILMU DAN SAINS, MAZHAB FIQH, TEOLOGI DAN KEBUDAYAAN I. Pendahuluan Menelusuri catatan sejarah khususnya peradaban Islam adalah satu hal yang dapat membuat pola fikir seseorang berubah, beralih dari satu sisi pandang ke sisi lain, dari ketidaktahuan menuju kefahaman, dan lebih utama lagi kepada kebijaksanaan dalam memahami untaian liku-liku sejarah itu sendiri, sehingga sejarah dapat difahami sebagai sebuah ilmu serta menjadi seni berapresiasi dalam kehidupan. 1 Perjalanan panjang sejarah peradaban Islam, yakni Daulah Abbasiyah, ditulis sebagai sebuah drama besar babak ketiga dalam politik Islam setelah Khulafa’ Ar- Rasyidun dan Bani Umayyah, dimana Iraq menjadi panggungnya. 2 Berbeda dengan penentuan urutan fase di atas, Robin Doak, menuliskan Daulah Abbasiyah ini dalam fase keempat pada perjalanan peradaban Islam, 3 dimana era Rasulullah SAW menjadi titik awal pertama sistem politik dan peradaban Islam. 1 Louis Gottschalk, Undestanding History : A Primer of Historical Method , Terj. Nugroho Notosutanto, Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975, hlm. 4. 2 Philip K. Hitti, The History of Arabs; Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005, hlm. 358. 3 Robin Doak, Great Empire of The Past; Empire of the Islamic World, California : Facts On File Inc., 2005, hlm. 15. 1

Pemeintahan Bani Abbasiyah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemeintahan Bani Abbasiyah

PEMERINTAHAN DAULAH ABBASIYAH

ILMU DAN SAINS, MAZHAB FIQH, TEOLOGI DAN KEBUDAYAAN

I. Pendahuluan

Menelusuri catatan sejarah khususnya peradaban Islam adalah satu hal yang

dapat membuat pola fikir seseorang berubah, beralih dari satu sisi pandang ke sisi

lain, dari ketidaktahuan menuju kefahaman, dan lebih utama lagi kepada

kebijaksanaan dalam memahami untaian liku-liku sejarah itu sendiri, sehingga

sejarah dapat difahami sebagai sebuah ilmu serta menjadi seni berapresiasi dalam

kehidupan.1

Perjalanan panjang sejarah peradaban Islam, yakni Daulah Abbasiyah,

ditulis sebagai sebuah drama besar babak ketiga dalam politik Islam setelah

Khulafa’ Ar-Rasyidun dan Bani Umayyah, dimana Iraq menjadi panggungnya.2

Berbeda dengan penentuan urutan fase di atas, Robin Doak, menuliskan Daulah

Abbasiyah ini dalam fase keempat pada perjalanan peradaban Islam,3 dimana era

Rasulullah SAW menjadi titik awal pertama sistem politik dan peradaban Islam.

Makalah ini mencoba mengurai pokok-pokok perjalanan panjang Daulah

Abbasiyah secara ringkas, dari awal berdiri, perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, ilmu dan Mazhab Fiqh, Teologi dan kebudayaan,

sampai masa pudarnya kekuasaan khilafah.

II. Pendirian Daulah Abbasiyah

Proses pendirian Daulah Abbasiyah telah dimulai sejak berdirinya Bani

Umayyah yang ‘merebut’ tahta kekhalifahan Islam dari Khalifah Ali bin Abi

Thalib, namun beberapa cara yang dilakukan selalu dapat dihentikan dan

ditumpas oleh penguasa Umayyah. Terlebih lagi di masa Khalifah Umar bin

1 Louis Gottschalk, Undestanding History : A Primer of Historical Method, Terj. Nugroho Notosutanto, Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975, hlm. 4.

2 Philip K. Hitti, The History of Arabs; Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005, hlm. 358.

3 Robin Doak, Great Empire of The Past; Empire of the Islamic World, California : Facts On File Inc., 2005, hlm. 15.

1

Page 2: Pemeintahan Bani Abbasiyah

Abdul Aziz (717 – 720 M), dengan kemampuannya yang brilian mendekati dan

mengakomodir kelompok oposisi yang ada saat itu, maka hubungan antara

keduanya dapat membaik.4 Hal ini berbeda dengan khalifah Bani Umayyah

sepeninggal Umar bin Abdul Aziz, yakni Yazid bin Abdul Malik (720-724 M).

Tekanan dan penindasan terhadap kelompok oposisi (Pengikut Ali bin Abi

Thalib, kaum Mawali,5 dan keluarga Bani Hasyim) menciptakan sebuah

kerjasama baru dalam proses penggulingan Bani Umayyah. Yang mula-mula

dilakukan adalah penyebaran propaganda secara rahasia dan terorganisir dengan

baik atas nama keluarga yang diridloi oleh Allah SWT yaitu keluarga Nabi

Muhammad SAW (ar-ridlo min Muhammad), Bani Hasyim6 dan keluarga serta

pengikut Ali bin Abi Thalib menjadi rujukan tema propaganda ini. Mereka

menyeru kepada masyarakat agar membela dan membantu dua keluarga

keturunan Nabi SAW, bahkan didengungkan sebagai sebuah perjuangan suci.

Ibrahim, tokoh propanganda Abbasiyah, yang ditangkap oleh Khalifah

Marwan II, menunjuk Abu al-Abbas untuk meneruskan perjuangan dan

menentukan kota Kufah7 dan Khurasan8 sebagai pusat propaganda. Abu Muslim

al-Khurasani, pemimpin kota Khurasan yang ikut mendukung Bani Hasyim,

membentuk juru penerang dalam propaganda. Ia tidak melibatkan pasukan perang

dalam strateginya, mereka melakukan perjuangan dengan cara mengunjungi

daerah-daerah lain untuk berdagang atau melaksanakan ibadah haji ke Mekkah.9

4 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta : Rajawali Pers, 2008, hlm. 47.

5 Sebutan untuk kaum non-Arab, yang hidup pada masa itu dan selalu disisihkan dalam aktifitas kehidupan (masyarakat kelas dua). Ibid, hlm. 48.

6 Bani Hasyim adalah keturunan Hasyim bin Abdul Manaf, yang memiliki dua anak, Hasyim dan Abd Shams. Hasyim memeliki tiga cucu dari anaknya, Abdul Muthallib, yaitu (1). Abbas yang menurunkan Bani Abbas dan mendirikan kerajaan Abbasiyah. (2). Abu Thalib dan (3). Abdullah yang menurunkan Nabi Muhammad. Lihat G. R. Hawting, The First Dynasty of Islam, The Umayyad Caliphate AD 661-750, Routledge : 2000, hlm. 112.

7 Sebelum menunjuk Kufah sebagai pusat perjuangan, kediaman Bani Hasyim adalah kota Humaimah, sebuah kota kecil terletak dekat Damsyik. Pemindahan kota ini berefek besar secara politis, Kufah adalah kota yang menjadi basis pendukung Ali bin Abi Thalib, penganut faham Syi’ah yang dalam sejarahnya menjadi musuh abadi Bani Umayyah.

8 Kota Khurasan dipilih karena penduduknya terkenal dengan keberanian, postur tubuh yang besar dan kuat, teguh pendirian dan mendukung Bani Hasyim, pemimpin saat itu adalah Abu Muslim al-Khurasani, seorang Hasyimiyah

9 Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah Kebudayaan Islam, terj. Djahdan Humam, Yogyakarta : Kota Kembang, 1989, hlm. 99.

2

Page 3: Pemeintahan Bani Abbasiyah

Namun politik propaganda yang dilakukan oleh keluarga Bani Abbas

sebenarnya tidak murni untuk kerjasama dengan pengikut Ali bin Abi Thalib,

propaganda ini di satu sisi untuk menggulingkan Bani Umayyah, di sisi lain hanya

untuk mengelabui pengikut Ali bin Abi Thalib, meskipun mereka mengakui

silsilah dari Nabi SAW, tetapi ada satu hal yang membuat keluarga Bani Abbas

tidak simpati yaitu persoalan keyakinan mereka yang berfaham akan keagungan

Ali bin Abi Thalib (Syi’isme) yang sangat kuat.10

Terbunuhnya Marwan bin Muhammad tahun 750 M di Mesir setelah

melarikan diri, menjadi tahun awal Daulah Abbasiyah berkuasa.11 Namun, Bani

Umayyah tidak sepenuhnya hancur tanpa sisa, masih ada Abdurrahman ad-Dakhil

yang selamat dari pengejaran, melarikan diri ke Spanyol dan mendirikan

kerajaannya kembali.

Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun

Masehi atau 524 tahun Hijriyah, yakni dari tahun 132 H (750 M) sampai 656 H

(1258 M).12 Rentang waktu yang sangat panjang, dimulai oleh Abdullah Al-Saffah

bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas pada tahun 750 M, namun

penobatan Abu Abbas telah terjadi setahun sebelumnya, hari Jumat tanggal 28

November 749 M, dilangsungkan di Masjid Jami’ Kufah, diiringi dengan gema

takbir Allahu Akbar dari para pendukung.13 Gelar As-Saffah yang disandangnya

merupakan sebutan dari dan bagi dirinya sendiri yang berarti ‘penumpah darah’.14

Sebuah gelar yang sangat patriotik dan menakutkan, menjadi simbol kekuasaan

Daulah Abbasiyah yang mengutamakan kekuatan tangan besi dalam menjalankan

10 Ibid.11 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, hlm. 49. Hassan Ibrahim

Hassan menambahkan bahwa titik awal kekuasaan Daulah Abbasiyah adalah pasca ditaklukannya Jazid bin Umar bin Muhmmad, pemimpin Umayyah di perbatasan kota Kufah. Lihat Ibid, hlm. 101. Sebagai bahan perbandingan, lihat G. R. Hawting, The First Dynasty of Islam, The Umayyad Caliphate AD 661-750, hlm. 118.

12 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, hlm. 49.13 Syed Amir Ali, Short History of the Saracens, London : Macmillan and Co., 1916, hlm.

178. 14 Philip K. Hitti, The History of Arabs; Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah

Peradaban Islam, hlm. 358. Sejalan dengan gelar as-Saffah, perlakuan kejam itu tidak hanya kepada orang-orang Umayah yang masih hidup, melainkan juga kepada mereka yang sudah meninggal, dengan cara mengeluarkan jenazah mereka dan membakarnya. Hanya makam Muawiyah bin Abi Sufyan dan Umar bin Abdul Aziz yang tidak digali.

3

Page 4: Pemeintahan Bani Abbasiyah

roda pemerintahan. Hal lain yang nampak serupa adalah terbentangnya karpet di

sebelah singgasana khalifah sebagai tempat eksekusi bagi musuh dan penentang

khalifah.15

Pada saat penobatan, ada kekhawatiran dari pihak pendukung Ali bin Abi

Thalib akan kelangsungan hidup dan keamanan kelompok mereka. Hal ini

nampak pada pernyataan Abu Salama, pemimpin pasukan di Kufah yang

menaklukkan Jazid bin Umar bin Muhammad, tetapi kekhawatiran ini tenggelam

dalam gemuruh takbir, tanda Abu Al-Abbas As-Saffah menjadi khalifah pertama

Daulah Abbasiyah.

Silsilah keturunan Bani Abbas dapat dilihat di bawah ini :16

Ada beberapa hal yang perlu dicermati dalam perjalanan politik pendirian

Daulah Abbasiyah, pertama, terlepas dari motif kekuasaan dan ekonomi, sentral

propaganda tentang keturunan Nabi Muhammad SAW, Bani Abbas dan keturunan

Ali bin Abi Thalib. Fakta ini begitu penting sebagai dalil pengalihan kekuasaan,

berperang melawan Bani Umayyah yang berasal dari keturunan Bani Qurays

berpegang pada Sabda Nabi SAW, al-a’immatu min qurays. Keduanya sama

dalam mendefinisikan kekuasaan dengan istilah taken for granted dari Tuhan.

Para pelaku sejarah Islam terdahulu mempunyai kesamaan dengan pelaku politik

(Islam) di Indonesia yang menggunakan symbol-simbol keIslaman dalam politik.

15 Ibid, hlm. 358.16 Ibid, hlm. 359

HASYIM

Abdullah Abu Thalib Al-Abbas

MUHAMMAD Ali

Al-Hasan Al-Husayn

Abdullah

Ali

Muhammad

AL-SAFFAH(750-754)

AL-MANSHUR(754-775)

4

Page 5: Pemeintahan Bani Abbasiyah

Hal ini lazim disebut dengan religious identity.17 Pada aspek penggunaan simbol

keIslaman, akan terjadi sebuah kekuasaan ‘absolut’ dan pengkultusan pada

khalifah, berperang atas nama Tuhan, salah dan benar tetap berdasar pada aspek

Syar’i.

Kedua, kolaborasi kelompok oposisi Bani Abbas dan pengikut Ali bin Abi

Thalib dengan kaum Mawali (non-Arab). Hal seperti ini merupakan gerbang

asimilasi budaya berdampak pada perkembangan peradaban yang luar biasa

nantinya.

III. Ke-Khalifahan Daulah Abbasiyah

Daulah Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati

kekhalifahan, negara Teokrasi yaitu sistem pemerintahan yang berlandaskan ke-

Tuhanan (Islam).18 Terlihat dalam seremonial kenegaraan dan keagamaan, simbol

ke-Islaman selalu dipergunakan. Seperti pada pelaksanaan salat Jumat, khalifah

mengenakan jubah (burdah) dan tongkat seperti pernah dilakukan Nabi

Muhammad SAW. Terlebih lagi ketika khalifah al-Manshur menyatakan bahwa

‘Innama ana Sulthan Allah fi ardhihi’ (sesungguhnya saya adalah kekuasaan

Allah di bumi-Nya). Makna yang dimaksud adalah khilafah (Abbasiyah) yang

berlanjut dan berganti merupakan mandat dari Allah SWT, bukan hanya pelanjut

dari Nabi Muhammad SAW dan al-khulafa’ ar-rasyidun semata.19 Selain gelar

tahta, khalifah juga diberi gelar ‘Imam’, pemimpin bagi masyarakat. Gelar yang

diberikan kepada khalifah, adalah penamaan yang bersifat sakral dan bermakna

teologis. Khalifah al-Manshur adalah gelar yang diberikan kepada Abu Ja’far, dan

nama asli cenderung menjadi tidak populer dibanding dengan gelar tersebut.

Khalifah Daulah Abbasiyah selalu menetapkan putera mahkota

penggantinya sebelum meninggal, namun fakta yang terjadi ketika terjadi

17 Istilah ini populer dan pernah disampaikan oleh Prof. Sri Edi Swasono pada Seminar Internasional tentang Peran Islam dalam Masalah Krisis Ekonomi Global di IAIN Raden Fatah Palembang 3-4 Agustus 2009.

18 Philip K. Hitti, The History of Arabs; Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, hlm. 358.

19 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, hlm. 52.

5

Page 6: Pemeintahan Bani Abbasiyah

persaingan, biasanya putra mahkota yang terpilih selalu mengasingkan putra

mahkota yang lain.

Berdasarkan asimilasi dan pengaruh dengan peradaban bangsa lain, para

sejarawan membagi pemerintahan Daulah Abbasiyah menjadi lima periode :20

1. Periode pengaruh Persia Pertama (132 H / 750 M – 232 H / 847 M).

2. Periode pengaruh Turki Pertama (232 H / 847 M – 334 H / 945 M).

3. Periode pengaruh Persia Kedua (334 H / 945 M – 447 H / 1055 M).

4. Periode pengaruh Turki Kedua (447 H / 1055 M – 590 H / 1194 M).

5. Periode bebas dari pengaruh lain (590 H / 194 M – 656 H / 1258 M).

Silih berganti pengaruh yang berasimilasi dengan peradaban Abbasiyah,

sangat bergantung kepada khalifah yang memegang tampuk kekuasaan.

Pemeritahan Daulah Abbasiyah, yang dipimpin oleh tiga dinasti berbeda,

memiliki karakteristik yang berbeda pula. Rincian khalifah Daulah Abbasiyah

dapat dilihat di bawah ini :21

a. Bani Abbas (750-932 M)

1. Khalifah Abu Abbas As-Safah (750-754 M)

2. Khalifah Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M)

3. Khalifah Al-Mahdi (775-785 M)

4. Khalifah Al-Hadi (785-786 M)

5. Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)

6. Khalifah Al-Amin (809-813 M)

7. Khalifah Al-Makmun (813-833 M)

8. Khalifah Al-Mu’tasim (833-842 M)

9. Khalifah Al-Wasiq (842-847 M)

10. Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)

11. Khalifah Al-Muntasir (861-862 M)

12. Khalifah Al-Mustain (862-866 M)

13. Khalifah Al-Muktazz (866-869 M)

20 Ibid, hlm. 50.21 http://id.wikipedia.org/wiki/Abbasiyah

6

Page 7: Pemeintahan Bani Abbasiyah

14. Khalifah Al-Muhtadi (869-870 M)

15. Khalifah Al-Muktamid (870-892 M)

16. Khalifah Al-Muktadid (892-902 M)

17. Khalifah Al-Muktafi (902-908 M)

18. Khalifah Al-Muktadir (908-932 M)

b. Bani Buwaihi (932-1075 M)

19. Khalifah Al-Qahir (932-934 M)

20. Khalifah Ar-Radhi (934-940 M)

21. Khalifah Al-Muttaqi (940-944 M)

22. Khalifah Al-Mustakfi (944-946 M)

23. Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M)

24. Khalifah At-Tha’i (974-991 M)

25. Khalifah Al-Qadir (991-1031 M)

26. Khalifah Al-Qa’im (1031-1075 M)

c. Bani Saljuk (1075-1258 M)

27. Khalifah Al-Muqtadi (1075-1084 M)

28. Khalifah Al-Mustazhzhir (1074-1118 M)

29. Khalifah Al-Mustarsyid (1118-1135 M)

30. Khalifah Ar-Rasyid (1135-1136 M)

31. Khalifah Al-Muqtafi (1136-1160 M)

32. Khalifah Al-Mustanjid (1160-1170 M)

33. Khalifah Al-Mustadhi (1170-1180 M)

34. Khalifah An-Nasir (1180-1224 M)

35. Khalifah Az-Zahir (1224-1226 M)

36. Khalifah Al-Mustansyir (1226-1242 M)

37. Khalifah Al-Mu’tashim (1242-1258 M)

Khalifah pertama Daulah Abbasiyah, Abu al-Abbas as-Saffah,

menempatkan pusat pemerintahan di Anbar, kota di dekat sungai Euphrate, kota

kuno di wilayah Persia, istananya diberi nama Hasyimiyyah. As-Saffah meninggal

di kota tersebut tahun 754 M pada usia 33 tahun, paktis masa kepemimpinannya

7

Page 8: Pemeintahan Bani Abbasiyah

hanya berkisar 4 tahun.22 Di akhir masa hidupnya, as-Saffah menetapkan saudara

tuanya, Abu Ja’far al-Manshur sebagai penggantinya. Perlu diingat bahwa

terpilihnya Abu Abbas as-Saffah sebagai khalifah pertama, dukungan kuat berasal

dari keluarga Bani Hasyim, disebabkan pertimbangan bahwa as-Saffah berasal

dari keturunan Arab murni, sedangkan Abu Ja’far al-Manshur yang lebih tua,

ibunya adalah seorang budak belian.

Tahun 762 M, khalifah al-Manshur, membangun sebuah istana untuk

mengenang pendahulunya dan diberi nama Hasyimiyyah II, kemudian

memindahkan ibukota Negara Abbasiyah ke Baghdad, juga sebuah kota kuno

Persia yang baru dibangun kembali untuk menjaga kestabilan pemerintahan, nama

lain dari kota ini adalah madinah as-salam. Baghdad terletak di tengah-tengah

wilayah Persia, maka wajar bila peradaban Abbasiyah sangat dipengaruhi oleh

peradaban bangsa tersebut. Berbeda dengan Bani Umayyah yang cenderung

menekankan perluasan wilayah, Daulah Abbasiyah lebih menekankan

pengembangan keilmuan dan peradaban. Sangat mungkin, pilihan membangun

kota Baghdad adalah upaya untuk lebih dapat membuka diri terhadap peradaban

yang lebih maju.

Tahun 836 M, khalifah al-Mu’tashim (833-842 M) memindahkan pusat

pemerintahan daulah Abbasiyah dari Baghdad ke kota Samarra, 60 mil dari

Baghdad. Kata Samarra yang berasal dari bahasa Assyiria diganti dengan nama

baru yakni Surra Man Ra’a (senanglah orang yang melihatnya). Samarra menjadi

pusat pemerintahan selama 56 tahun (836-892 M), kekuasaan enam khalifah

berturut-turut.Di masa khalifah al-Mu’tadhid (892-902 M), khalifah ke-16 Daulah

Abbasiyah, berpindahlah pusat pemerintahan dari Samarra kembali ke Baghdad,

disebabkan faktor keamanan yang tidak membaik akibat beberapa

pemberontakan, salahsatunya adalah pemberontakan budak-budak Zanj, orang-

orang negro dari Afrika Timur yang dipekerjakan di pertambangan di ddataran

rendah Efrat. Pemimpin (Shahib al-Zanj) adalah Ali Bin Muhammad, seorang

22 Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah Kebudayaan Islam, hlm. 102.

8

Page 9: Pemeintahan Bani Abbasiyah

keturunan Arab yang mengaku mendapat ilmu dan penglihatan ghaib untuk

membebaskan para budak Zanj tersebut.23

Periode Buwaihi dimulai pada tahun 320 H/932 M sampai tahun 447

H/1075 M. Masyarakat Buwaihi merupakan suku Dailami yang berasal dari

kabilah Syirdil Awandan dari dataran tinggi Jilan sebelah selatan Laut Kaspia.

Profesi mereka yang terkenal adalah sebagai tentara, khususnya infantri, bayaran.

Mereka adalah penganut syiah yang dikenal kuat dan keras serta memiliki

kebebasan yang tinggi. Perkenalan mereka dengan syiah diawali dengan

pengungsian golongan ‘Aliyyah yang ditindas oleh Bani ‘Abbasiyah pada awal

tahun 175 H/ 791 M.24 Al-Hasan bin Zaid (al-Dâ’î al-Kabîr/w. 270 H/884 M)

seorang kalangan ‘Aliyyah menyebarkan Syi’ah di wilayah Dailam dan

mendirikan sebuah kerjaaan ‘Aliyah yang independen di Dailam dan Jilan. al-

Hasan bin Zaid emudian digantikan oleh saudaranya Abû ‘Abdullah Muhammad

bin Zaid (al-Dâ’î ilâ al-Haq/w. 287 H/ 900 M).25

Kehadiran bani Buwaihi berawal dari tiga orang putra Abu Ayuja Buwaihi

yang berprofesi sebagai pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu:26

1. ‘Alî bin Bûwayh yang oleh Khalifah al-Mustakfî digelar sebagai ‘Imâd

al-Daulah.

2. Hasan bin Bûwayhi bergelar Rukn al-Daulah.

3. Ahmad bin Bûwayhi bergelar Mu’iz al-Daulah.

Sejarah mencatat bahwa Mardâwij ibnu Ziyâr al-Jîlî pendiri Dinasti

Ziyâriyah, di Thabaristân dan Jurjân, bersekutu dengan Buwaihi. Persekutuan ini

dimungkinkan karena Mardâwij memiliki rasa kepersiaan yang kuat sedangkan

kalangan Buwaihi sendiri, khususnya Rukn al-Daulah, sangat terpengaruh dengan

gagasan kepersiaannya. Karena prestasi mereka, Mardawij mengangkat ‘Ali

menjadi gubernur al- Karaj, dan dua saudaranya diberi kedudukan penting

lainnya. Dari al-Karaj itulah ekspansi kekuasaan bani Buwaihi bermula.

23 Philip K. Hitti, The History of Arabs; Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, hlm. 591-594.

24 Pada tahun 250 H / 864 M golongan ‘Aliyah ini membangun sebuah basis perlawanan25 Joel L. Kraemer, Renaisance Islam, terj.Asep Saefullah, (Bandung: Mizan 2003), 63-64. 26 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Abbasiyah II, Jakarta : Bulan Bintang, 1977, hlm. 138.

9

Page 10: Pemeintahan Bani Abbasiyah

Dari khalifah kesembilan, al-Wasiq (842-847 M) sampai berakhirnya

khalifah Bani Buwaihi, al-Qasim (1031-1075 M), terdapat beberapa dinasti kecil

yang independent, disebabkan karena lemahnya pemerintahan, yaitu : Bani

Umayyah di Spanyol, Bani Tuluniyyah di Mesir (868-905 M), Ikhshidiyyah di

Mesir (909-969 M), Fatimiyyah I (969-1171 M).

Berkuasanya Bani Saljuk dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah

disebabkan atas ’’undangan’ khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani

Buwaihi di baghdad. Keadaan Khalifah sudah mulai membaik, paling tidak

kewibawaannya dalam bidang agama sudah kembali setelah beberapa lama

dikuasai orang-orang Syiah. Seperti halnya pada periode sebelumnya, ilmu

pengetahuan juga berkembang dalam periode ini. Nizam Al-Mulk, Perdana

Menteri pada masa Alp Arselan dan Maliksyah, mendirikan Madrasah Nizamiyah

(1067 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Cabang-cabang Madrasah

Nizamiyah didirikan hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan. Madrasah ini

menjadi model bagi perguruan tinggi di kemudian hari. Madrasah ini telah

melahirkan banyak cendikiawan dalam berbagai disiplin ilmu. Misalnya yang

dilahirkan dalam periode ini adalah Az-Zamakhsari, penulis dalam bidang Tafsir

dan Usul ad-dien (Teologi), Al-Ghazali dalam bidang ilmu kalam dan tasawuf,

dan Umar Khayyam dalam bidang ilmu perbintangan. Dalam bidang politik, pusat

kekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad. Mereka membagi wilayah

kekuasaan menjadi beberapa provinsi dengan seorang gubernur untuk mengepalai

masing-masing provinsi. Pada masa pusa kekuasaan melemah, masing-masing

provinsi memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperangan yang terjadi di

antara mereka melemahkan mereka sendiri, dan sedikrit demi sedikit kekuasaan

politik Khalifah menguat kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan mereka

berakhir di Irak di tangan Khawarizmisyah pada tahun 1199 M.

Dimasa khalifah al-Mustansyir (1226-1242 M), dibangun Universitas

Mustansyiriyah, inilah bentuk institusi pendidikan yang terakhir dibangun dimasa

pemerintahan Daulah Abbasiyah.

10

Page 11: Pemeintahan Bani Abbasiyah

IV. Zaman Keemasan (Golden Age)

Seperti halnya pemerintahan dinasti yang lain, Daulah Abbasiyah pernah

mencapai masa kejayaan yaitu pada masa periode pengaruh Persia pertama, tahun

(132 H / 750 M – 232 H / 847 M). Periode ini dipimpin oleh sembilan orang

khalifah, dari Khalifah Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai khalifah

pertama sampai Khalifah Al-Wasiq (842-847 M) sebagai khalifah kesembilan.27

Ciri khas berbeda antara dua khalifah pertama dan tujuh khalifah

sesudahnya, jika fondasi pemerintahan diletakkan oleh dua khalifah pertama,

maka khalifah yang lain meneruskan pembangunan peradaban dengan sistem

keilmuan yang luar biasa, yaitu sejak masa Khalifah Al-Mahdi (775-785) hingga

Khalifah Al-Wasiq (842-847 M). Disinilah letak apa yang disebut dengan Golden

Age. Namun peradaban yang maju tidak hanya berada pada sembilan khalifah

pertama, di masa khalifah yang lain juga memiliki perkembangan peradaban,

hanya saja pada periode pertama itulah titik tolak dan muncul gairah

perkembangan peradaban seolah cahaya menerangi dunia.28

A. Pembenahan Sistem Pemerintahan

1. Pegangkatan wazir sebagai koordinator departemen di pemerintahan

Abbasiyah adalah bentuk adopsi dari peradaban Persia. Wazir pertama yang

diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balk Persia.29 Kata

Barmaki, berarti dermawan, keluarga ini adalah cikal bakal kelompok ahlul

kalam, sedemikian tinggi kualitas keluarga ini sehingga khalifah

menjadikannya ‘keluarga’ istana. Keluarga Barmaki menganut faham syi’ah,

pada awalnya menjadi bagian Daulah Abbasiyah, namun ketenaran keluarga

ini menjadi kekhawatiran kuat bagi kekuasaan khalifah. Sehingga pada masa

khalifah Harun ar-Rasyid, Yahya bin Khalid, orang tua yang dipanggil

27 Philip K. Hitti, The History of Arabs; Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, hlm. 369.

28 Robin Doak, Great Empire of The Past; Empire of the Islamic World, hlm. 103.29 Khalid bin Barmak adalah wazir diwan al-kharaj (departemen keuangan), kemudian

tahun 765 M diangkat menjadi Gubernur di Tabaristan yang berhasil meredam berbagai pemberontakan. Di masa tuanya, bertindak sebagai penasehat khalifah. Ibunya adalah tawanan yang ditangkap oleh Qutaybah bin Muslim, bapaknya adalah seorang barmak, seorang pemimpin utama di sebuah biara di Balk Persia. Philip K. Hitti, The History of Arabs; hlm. 365.

11

Page 12: Pemeintahan Bani Abbasiyah

‘Bapak’ oleh khalifah dan yang mengasuh serta mendidiknya di waktu kecil,

dipenjarakan dan akhirnya meninggal di penjara.30

2. Pembenahan sistem komunikasi dan inteligensi juga menjadi perhatian

khusus, jabatan Petugas pos komunikasi dan surat menyurat ditingkatkan

fungsinya menjadi lembaga pengawas terhadap para gubernur.31 Hal ini

dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gerakan separatis

dan pemberontakan. Selain itu salah satu kebijakan Al-Mansur adalah

melakukan invasi dan perluasan daerah kekuasaan, antara lain ke wilayah

Armenia, Mesisah, Andalusia dan Afrika.

Gairah perkembangan peradaban di masa khalifah al-Makmun dapat dilihat

pada beberapa hal :

1. Pembangunan irigasi membuat hasil pertanian berlipat ganda.

2. Pertambangan dan sumber-sumber alam bertambah.

3. Perdagangan internasional ke timur dan ke barat dipergiat.

4. Kota Basra menjadi pelabuhan transit yang penting yang serba lengkap.

Masa yang lebih menonjol berlangsung dari Harun ar-Rasyid sampai dengan

masa Al-Makmun. Al-Makmun menonjol dalam hal gerakan intelektual dan ilmu

pengetahuan dengan menerjemahkan buku-buku dari Yunani. Penerjemahan

karya-karya ini adalah kebutuhan akan fasilitas pendidikan yang memadai.

Sebelumnya, ada Maktab/Kuttab dan masjid sebagai tempat dan lembaga

pendidikan, dikembangkan lagi sehingga tercipta dengan apa yang disebut dengan

Baitul Hikmah (House of Wisdom), gabungan dari fungsi perpustakaan, biro

penerjemahan dan madrasah.32 Gerakan penerjemahan ini menggunakan

penerjemah yang sebagian berasal dari para tawanan Bizantium dan Sasanian.

30 Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang alasan Harun ar-Rasyid memenjarakan keluarga Barmak, satu pendapat mengatakan bahwa sebabnya adalah hubungan antara Ja’far bin Yahya dengan saudara perempuannya, al-Abbasa, pendapat lain mengatakan, pembebasan dan pengampunan kepada pengikut Ali bin Abi Thalib setelah pemberontakan kepada khalifah. Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah Kebudayaan Islam, hlm. 117.

31 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, hlm. 51.32 Robin Doak, Great Empire of The Past; Empire of the Islamic World, hlm. 103.

12

Page 13: Pemeintahan Bani Abbasiyah

Ada satu sebutan yakni ‘Ketua Para Penerjemah’ ditujukan kepada Hunayn bin

Ishaq33, seorang sarjana dan penganut sekte Ibadi, salah satu aliran dalam Kristen

Nestorian. Banyak penerjemah awal banyak tidak beragama Islam, sebagian besar

orang Barmakiyah dari Khurasan dan penganut Zoroastrian serta Syiria Nestorian.

Selain Hunayn bin Ishaq, ada penerjemah yag paling aktif yaitu Abu Sahl Fadl

bin Naubakht dan Alan asy-Syu’ubi dari Persia, serta Yuhana bin Masuya dar

Syiria.34 Ketika khalifah al-Makmun menaklukkan Raja Romawi, salah satu

perjanjian damai yang dibuat adalah dibolehkannya penerjemahan buku-buku

yang ada di perpustakaan Romawi. Al-Makmun segera mengirim utusan untuk

menerjemahkan literatur yang ada di Romawi, inilah kisah paling agung mengenai

kemenangan khalifah al-Makmun yang melihat harga sebuah kemenangan dinilai

dengan buku-buku yang berguna bagi peradaban, bukan dengan uang dan harta

rampasan lainnya.35

Penerjemahan ini sudah berlangsung dalam tiga fase :

1. Fase al-Manshur sampai Harun ar-Rasyid, penerjemahan karya-karya di

bidang astronomi dan manthiq.

2. Fase al-Makmun sampai tahun 300 H, penerjemahan karya-karya filsafat

dan kedokteran.

3. Fase setelah tahun 300 H, penerjemahan berbagai karya lain.

Khalifah al-Makmun bersifat sangat royal dalam harta, termasuk ketika

menikahi Buran (18 tahun), anak perempuan wazirnya, al-Hasan bin Sahl, resepsi

pernikahan tersebut disebut sebagai resepsi termegah dan menghabiskan dana

yang luar biasa. Taburan permata, hiasan istana, singgasana dll yang tidak

terhitung nilainya, serta melibatkan 160 ribu kavaleri.36

33 Philip K. Hitti, The History of Arabs; hlm. 388.34 Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Barat : Deskripsi analisis abad keemasan

Islam, terj. Joko S. Kahhar & Drs. Supriyanto Abdullah, Surabaya : Risalah Gusti, 1996, hlm. 210.35 Musthafa Husni As-Siba’I, Khazanah Peradaban Islam, terj. KH. Abdullah Zakiy Al-

Kaaf, Bandung : Pustaka Setia, 2002, hlm. 207.36 Philip K. Hitti, The History of Arabs; hlm. 376.

13

Page 14: Pemeintahan Bani Abbasiyah

B. Ilmu dan Sains

Kebangkitan ilmu dan sains disebabkan masuknya berbagai pengaruh asing,

sebagian Indo-Persia, Aramaik (Suriah), Yunani dan India. Tapi sebelum Islam

hadir di Persia, peradaban ini lebih dahulu berasimilasi dengan peradaban dan

keilmuan bangsa lain. Hal ini terjadi pada masa orang-orang Kristen ortodoks

yang menerapkan pemisahan beberapa institusi dengan Gereja Induk (mother

Church), sehingga sekte nestorian yang dikucilkan, membawa ilmu-ilmu dan

peradaban mereka ke wilayah Persia dan Arab untuk perlindungan.37 Ketika Islam

hadir (Daulah Abbasiyah) di Persia, tentunya bukan pada ruang kosong tanpa

peradaban, karena jauh sebelumnya telah ada sebuah akademi Jundi-Shapur pada

wilayah Persia.

Kreatifitas muslim pada ilmu pengetahuan, dimulai pada paruh kedua abad

kedelapan, Jabir bin Hayyan, dikenal sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan, diteruskan

dengan creator-kreator muslim yang lain. Berikut adalah daftar muslim scientist

dan bidang ilmu yang menjadi fokusnya : 38

701 (died) - Khalid Ibn Yazeed - Alchemy721 - Jabir Ibn Haiyan (Geber) - (Great Muslim Alchemist)740 - Al-Asmai - (Zoology, Botany, Animal Husbandry)780 - Al-Khwarizmi (Algorizm) - (Mathematics, Astronomy)787 - Al Balkhi, Ja'Far Ibn Muhammas (Albumasar) - Astronomy, Fortune-telling796 (died) - Al-Fazari,Ibrahim Ibn Habeeb - Astronomy, Translation800 - Ibn Ishaq Al-Kindi - (Alkindus) - (Philosophy, Physics, Optics)808 - Hunain Ibn Is'haq - Medicine, Translator815 - Al-Dinawari, Abu-Hanifa Ahmed Ibn Dawood - Mathematics, Linguistics836 - Thabit Ibn Qurrah (Thebit) - (Astronomy, Mechanics)838 - Ali Ibn Rabban Al-Tabari - (Medicine, Mathematics)852 - Al Battani ABU abdillah (Albategni) - Mathematics, Astronomy, 852 - Engineering857 - Ibn MasawaihYou'hanna - Medicine858 - Al-Battani (Albategnius) - (Astronomy, mathematics)860 - Al-Farghani (Al-Fraganus) - (Astronomy,Civil Engineering)884 - Al-Razi (Rhazes) - (Medicine,Ophthalmology, Chemistry)870 - Al-Farabi (Al-Pharabius) - (Sociology, Logic, Science, Music)900 - (died) - Abu Hamed Al-ustrulabi - Astronomy903 - Al-Sufi (Azophi - ( Astronomy)

37 Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Barat, hlm. 18. Ilmu yang dikuasai oleh sekte Nestorian adalah kedokteran dan filsafat, tidak heran kepala rumah sakit Jundi-Shapur, Jurjis (George) bin Bakhtisyu adalah seorang penganut Nestorian. Anak-anak Jurjis ini kemudian menjadi dokter pribadi beberapa khalifah Daulah Abbasiyah.

38 Prof Hamed A. Ead, History of Islamic Science, tk.

14

Page 15: Pemeintahan Bani Abbasiyah

908 - Thabit Ibn Qurrah - Medicine, Engineering912 (died) - Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) - Alchemy923 (died) - Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (wronge Altibrizi) - Mathematics,923 Astronomy930 - Ibn Miskawayh, Ahmed Abuali - Medicine, Alchemy932 - Ahmed Al-Tabari - Medicine936 - Abu Al-Qasim Al-Zahravi (Albucasis) - (Surgery, Medicine)940 - Muhammad Al-Buzjani - (Mathematics, Astronomy, Geometry)950 - Al Majrett'ti Abu-alQasim - Astronomy, Alchemy, Mathematics960 (died) - Ibn Wahshiyh, Abu Baker - Alchemy, Botany965 - Ibn Al-Haitham (Alhazen) - Physics, Optics, Mathematics)973 - Abu Raihan Al-Biruni - (Astronomy, Mathematics)976 - Ibn Abil Ashath - Medicine980 - Ibn Sina (Avicenna) - (Medicine, Philosophy, Mathematics)983 - Ikhwan A-Safa (Assafa) - (Group of Muslim Scientists)1019 - Al-Hasib Alkarji - Mathematics1029 - Al-Zarqali (Arzachel) - Astronomy (Invented Astrolabe)1044 - Omar Al-Khayyam - (Mathematics, Poetry)1060 - (died) Ali Ibn Ridwan Abu'Hassan Ali - Medicine1077 - Ibn Abi-Sadia Abul Qasim - Medicine1090 - Ibn Zuhr (Avenzoar) - Surgery, Medicine1095 - Ibn Bajah, Mohammed Ibn Yahya1097 - Ibn Al-Baitar Diauddin (Bitar) - Botany, Medicine, Pharmacology1099 - Al-Idrisi (Dreses) - Geography, World Map (First Globe)1091 - Ibn Zuhr (Avenzoar) - ( Surgery, Medicine)1095 - Ibn Bajah, Mohammad Ibn Yahya (Avenpace) - Philosophy, Medicine1099 - Al-Idrisi (Dreses) - (Geography -World Map, First Globe)1100 - Ibn Tufayl Al-Qaysi - Philosophy, Medicine1120 - (died) - Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali - Alchemy, Poem1128 - Ibn Rushd (Averroe's) - Philosophy, Medicine1135 - Ibn Maymun, Musa (Maimonides) - Medicine, Philosphy1140 - Al-Badee Al-Ustralabi - Astronomy, Mathematics1155 (died) - Abdel-al Rahman AlKhazin - Astronomy1162 - Al Baghdadi, Abdellateef Muwaffaq - Medicine, Geography1165 - Ibn A-Rumiyyah Abul'Abbas (Annabati) - Botany1173 - Rasheed AlDeen Al-Suri - Botany1184 - Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) - Metallurgy, Stones1201 - Nasir Al-Din Al-Tusi - (Astronomy, Non-Euclidean Geometry)1203 - Ibn Abi-Usaibi'ah, Muwaffaq Al-Din - Medicine1204 (died) - Al-Bitruji (Alpetragius) - (Astronomy)1213 - Ibn Al-Nafis Damishqui - (Anatomy)1236 - Kutb Aldeen Al-Shirazi - Astronomy, Geography1248 (died) - Ibn Al-Baitar - ( Pharmacy, Botany)1258 - Ibn Al-Banna (Al Murrakishi), Azdi - Medicine, Mathematics(Setelah Daulah Abbasiyah, tetapi masih kesatuan dengan ilmuwan zaman Daulah Abbasiyah)1262 (died) - Al-Hassan Al-Murarakishi - Mathematics, Astronomy, Geography1273 - Al-Fida (Abdulfeda) - ( Astronomy, Geography)1306 - Ibn Al-Shater Al Dimashqi - Astronomy, Mathematics1320 (died) - Al Farisi Kamalud-deen Abul-Hassan - Astronomy, Physics

15

Page 16: Pemeintahan Bani Abbasiyah

1341 (died) - Al-Jildaki, Muhammad Ibn Aidamer - Alchemy1351 - Ibn Al-Majdi, Abu Abbas Ibn Tanbugha - Mathematics, Astronomy1359 - Ibn Al-Magdi,Shihab-Udden Ibn Tanbugha - Mathematic, Astronomy

Dari para ilmuwan muslim inilah muncul karya-karya mereka, baik dalam bentuk

buku ataupun lainnya, seperti :

1. Ibrahim al-Fazari, membuat astrolabe pertama dalam Islam, dan putranya,

Muhammad al-Fazari, menerjemahkan buku-buku ke dalam Bahasa Arab.

2. Ahmad bin Sirrin, menulis kitab tafsir mimpi.

3. Al-Battani, menyusun catalogus bintang-bintang,

4. Ad-Dinawari dengan bukunya Book of Plants (botani), Al-Jahiz Book of

Animals (zoology), Ibnu Khurdadbih Book of Roads, al-Ya’qubi dengan

Book of the Countries, dll.

5. Zakariyya ar-Razi, seorang dokter, ahli kimia dan fisika, al-Hawi.

6. Muhammad ibn al-Haitsam, Kitab al-Manazir (Book of Optics).

C. Mazhab Fiqh

Terdapat banyak ulama Fiqh pada masa Daulah Abbasiyah, namun secara

garis besar hanya lima ulama yang dapat berkembang pendapat dan pemikirannya,

ulama dan mujtahid lain tidak berkembang dan akhirnya tidak terdengar lagi.

Kelima ulama dan mazhab tersebut :

1. Imam Abu Hanifah (700-767 M) merupakan ulama fiqh yang sangat Kufah

sentries, hidup dan berkembang di tengah peradaban Persia, sehingga

pendapat atau fatwa yang dikeluarkan sangat rasionalistik.39 Mazhab

Hanafiyah berkembang pesat di zaman Daulah Abbasiyah,40 kecenderungan

masyarakat menggunakan kebebasan berfikir menjadi sebabnya, disamping

sangat jarang dijumpai hadits-hadits berkenaan masalah fiqhiyah dan

persoalan manusia. Imam Abu Hanifah tidak sempat bertemu dengan

Khalifah Harun ar-Rasyid, ia hidup pada zaman khalifah as-Saffah dan al-

39 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam… hlm. 56. Hassan Ibrahim Hassan berbeda dalam menulis tahun hidup dan wafat Imam Abu Hanifah, (677 M)

40 Mazhab Hanafiyah kemudian diadopsi secara resmi oleh Negara Turki Utsmani. Robin Doak, Great Empire of The Past; Empire of the Islamic World, hlm. 65.

16

Page 17: Pemeintahan Bani Abbasiyah

Manshur. Murid sekaligus penerus Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, diangkat

menjadi Qadhi al-Qudhat oleh khalifah Harun ar-Rasyid.

2. Malik bin Anas (716-795 M) hidup dan mengembangkan pemikirannya di

Hijaz, mempelajari hadits-hadits Rasul SAW di Madinah. Berbeda dengan

Imam Hanafi, Imam Malik berpegang teguh dengan metode tradisi ulama

Mekkah dan Madinah dalam memahami Hadits. Ia disebut dengan ahli

teologi Islam pertama, namun karyanya, Muwattha’ adalah kumpulan

hukum-hukum Islam, sehingga masuk kepada kategori mazhab Fiqh.41

3. Muhammad bin Idris As-Syafi’i (767-820 M), pendiri mazhab Syafi’iyah,

menggabungkan antara mazhab Malikiyah dan Hanafiyah. Diantara

karyanya adalah Kitab al-Masbut al-Fiqh dan al-Umm. Proses penulisan

karyanya ini dengan cara mendiktekan kepada murid-muridnya. Mazhab ini

berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia, sebagian Mesir

dan wilayah Semenanjung Arab.42

4. Ahmad bin Hanbal (780-855 M), pendiri mazhab Hanabilah (Hambali)

merupakan ahli hadits masyhur di Baghdad. Karyanya Musnad, terdiri atas

40.000 hadits. Mazhab ini sangat mementingkan tradisi hadits dalam

memahami syari’at Islam dan menjauhi ijtihad rasionalistik. Berkembang di

wilayah Semenajung Arab.

5. Abu Daud bin Khalaf (883 M), mazhab ini dinamakan Zahiriyah,

berkembang di Iraq, sangat mementingkan tekstual (zahir) dan sangat

berhati-hati dalam pengambilan istinbat hukum Islam.43

D. Teologi dan Kebudayaan

Aliran teologi seperti Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah sudah muncul

pada masa Bani Umayyah, akan tetapi perkembangan pemikirannya masih sangat

41 Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah Kebudayaan Islam, hlm. 145-147. Mazhab ini berkembang pesat di Afrika Utara (Maghrib). Lihat Robin Doak, Great Empire of The Past; Empire of the Islamic World, hlm. 65.

42 Ibid, hlm. 148-149. Mazhab ini berkembang pesat di Afrika Utara (Maghrib). Lihat Robin Doak, Great Empire of The Past; Empire of the Islamic World, hlm. 65.

43 Ira M. Lapidus, A. History of Islamic Societes, New York : Cambridge University Press, 1988, hlm. 103.

17

Page 18: Pemeintahan Bani Abbasiyah

terbatas. Tokoh pemikiran Mu’tazilah adalah Abu al-Huzail al-Allaf (752-849 M)

dan an-Nazzam (801-835 M).

Dari aliran mu’tazilah, muncul aliran asy’ariyah yang dipelopori oleh Abu

al-Hasan al-asy’ari (873-935 M). Kedua aliran teologi ini berkembang disebabkan

tersedianya berbagai fasilitas dan kemudahan transportasi, sehingga banyak ahli

teologi dapat dengan mudah mempelajari dan mengembangkan pemikirannya.44

Dalam masa ini berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi

kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan

Hindi dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan. 45

1. Kebudayaan Persia, Pesatnya perkembangan kebudayaan Persia di zaman ini

karena 2 faktor, yaitu :

a. Pembentukan lembaga wizarah

b. Pemindahan ibukota

2. Kebudayaan Hindi, Peranan orang India dalam membentuk kebudayaan

Islam terjadi dengan dua cara:

a. Secara langsung, Kaum muslimin berhubungan langsung dengan orang-

orang India seperti lewat perdagangan dan penaklukan.

b. Secara tak langsung, penyaluran kebudayaan India ke dalam kebudayaan

Islam lewat kebudayaan Persia.

3. Kebudayaan Yunani, Sebelum dan sesudah Islam, terkenallah di Timur

beberapa kota yang menjadi pusat kehidupan kebudayaan Yunani. Yang

paling termasyur diantaranya adalah :

a. Jundisapur, Terletak di Khuzistan, dibangun oleh Sabur yang dijadikan

tempat pembuangan para tawanan Romawi. Setelah jatuh di bawah

kekuasaan Islam, Sekolah-sekolah tinggi kedokteran yang asalnya diajar

berbagai ilmu Yunani dan bahasa Persia, diadakan perubahan-perubahan

dan pembaharuan.

b. Harran, Kota yang dibangun di utara Iraq yang menjadi pusat pertemuan

segala macam kebudayaan. Warga kota Harran merupakan

44 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 57.45 Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Barat, hlm. 15-16.

18

Page 19: Pemeintahan Bani Abbasiyah

pengembangan kebudayaan Yunani terpenting di zaman Islam, terutama

dimasa Daulah Abbassiyah.

c. Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani. Dalam

kota Iskandariyyah ini lahir aliran falsafah terbesar yang dikenal

“Filsafat Baru Plato” (Neo Platonisme). Dalam masa Bani Abbassiyah

hubungan alam pemikiran Neo Platonisme bertambah erat dengan alam

pikiran kaum muslimin.

4. Kebudayaan Arab, Masuknya kebudayaan Arab ke dalam kebudayaan Islam

terjadi dengan dua jalan utama, yaitu :

a. Jalan Agama, Mengharuskan mempelajari Qur’an, Hadist, Fiqh yang

semuanya dalam bahasa Arab.

b. Jalan Bahasa, Jazirah Arabia adalah sumber bahasa Arab, bahasa terkaya

diantara rumpun bahasa samy dan tempat lahirnya Islam.

Pada sisi produk kebudayaan (art & culture), muncul dari budaya pada masa

Daulah Abbasiyah, seperti :

1. Permainan Tenis, beberapa ahli sejarah menyatakan bahwa olahraga ini

muncul di Perancis tahun 1200 M, tetapi banyak ahli sejarah justru meyakini

berasal dari Tinnis, Mesir. Pemakaian kata Raket, berasal dari Arabic root,

rahat, berarti daun tangan.

2. Catur, permainan yang disukai para khalifah. Istilah Check-mate (skak-mati)

berasal dari kata shah-mat, artinya raja-mati.

3. Gitar dan the lute, berasal dari kata qitara dan al-oud.

4. Tasbih, yang kita kenal sebagai alat bantu zikir, terdiri dari 99 bulatan.

5. Karya arsitektur bangunan, yang sering menginspirasi Eropa dalam

pembangunan gedung-gedung.

6. Karpet Persia, keramik, taman kota dan lampu jalan.

E. Pudarnya Kekuasaan Daulah Abbasiyah

Pada masa ini, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah dinasti

tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya.

19

Page 20: Pemeintahan Bani Abbasiyah

Masa disintegrasi ini dimulai sejak tahun 1000 -1250 M, dapat dilihat pada tabel

berikut dinasti yang memisahkan diri dari kekuasaan Daulah Abbasiyah :46

DINASTI-NASTI YANG MELEPASKAN DIRI

DARI KEKUASAAN ABBASIYAH

KATEGORINAMA

DINASTIWILAYAH TAHUN BERKUASA

Bangsa Arab Idrisiyyah Marokko 172-375 H/788-985 M

Aghlabiyyah Tunissia 184-289 H/800-900 M

Dulafiyah Kurdistan 210-285 H/825-898

Alawiyah Tabaristan 250-316 H/864-928 M

Hamdaniyyah Aleppo Dan

Maushil

317-394 H/929-1002 M

Mazyadiyyah Hillah 403-545 H/1011-1150 M

Ukailiyyah Maushil 386-489 H/1095 M

Mirdasiyyah Aleppo 414-472 H/1023-1079 M

Bangsa Kurdi Al-0barzuqani   348-406 H/959-1015 M

Abu Ali   380-489 H/ 990-1095 M

Ayubiyah   564-648 H/1167-1250 M

Bangsa Persia Thahiriyyah Khurasan 205-259 H/820-872 M

Shafariyah Fars 254-290 H/868-901 M

Samaniyyah Tarsoxania 261-389 H/873-998 M

Sajiyyah Azerbaijan 266-318 H/878-930 M

Buwaihiah Baghdad 320-447 H/932-1055 M

Bangsa Seljuk Seljuk Kirman Kirman 433-583 H/1040-1187 M

Seljuk Syria

Atau Syam

Syria 487-511 H/1094-1117 M

Seljuk Irak Irak Dan Kurdistan 511-590 H/1117-1194 M

Seljuk Rum Atau

Asia Kecil

Asia Kecil 470-700 H/1077-1299 M

Bangsa Turki Thuluniyyah Mesir 254-292 H/837-903 M

Ikhsyidiyah Turkistan 320-560 H/932-1163 M

Ghaznawiyyah Afghanistan 351-585 H/962-1189

Seljuk Besar/

Agung

Baghdad 429-522 H/1037-1127

46 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 65-66.

20

Page 21: Pemeintahan Bani Abbasiyah

Mengaku

Khalifah

Mu’awiyyah Spanyol  

Fathimiyah Mesir  

Sempitnya wilayah kekuasaan Khalifah menunjukkan kelemahan politiknya.

Pada masa inilah datang tentara Mongol dan Tartar menghancurkan Baghdad

tanpa perlawanan pada tahun 1258 M. Faktor-faktor yang membuat Daulah

Abbasiyah menjadi lemah dan kemudian hancur dapat dikelompokkan menjadi

dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern.47

Di antara faktor-faktor intern adalah:

1. Adanya persaingan tidak sehat di antara beberapa bangsa yang terhimpun

dalam Daulah Abbasiyah, terutama Arab, Persia dan Turki.

2. Terjadinya perselisihan pendapat di antara kelompok pemikiran agama yang

ada, yang berkembang menjadi pertumpahan darah.

3. Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang

berkepanjangan.

4. Terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari bentrokan

politik.

5. Kemerosotan moral petinggi Daulah Abbasiyah, hidup dalam kemewahan

yang menjadikan akalnya lemah. Para khalifah terbiasa minum arak di

istana.48

Sedangkan faktor-faktor ekstern yang terjadi adalah :

1. Berlangsungnya perang salib yang berkepanjangan dalam beberapa

gelombang.

2. Adanya serbuan tentara Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu

Khan, yang berhasil menjarah semua pusat-pusat kekuasaan maupun pusat

ilmu, yaitu perpustakaan di Baghdad. Serbuan tentara Mongol ini dimulai

dengan pengkhianatan Umayyiduddin Muhammad bin al-Aqami ar-Tafidhi,

perdana menteri masa khalifah al-Mu’tashim Billah, khalifah terakhir

Daulah Abbasiyah. Al-Aqami adalah penganut syi’ah rafidhah yang amat 47 Ibid, hlm. 80-85.48 Philip K. Hitti, The History of Arabs; hlm. 420.

21

Page 22: Pemeintahan Bani Abbasiyah

dendam dengan ahlu sunnah. Dia bekerjasama secara rahasia dengan Hulagu

Khan, hingga pada waktunya istana khalifah dikepung oleh 200 ribu tentara

Mongol.49

F. Penutup

Pemerintahan Daulah Abbasiyah yang berkuasa selama 5 abad, adalah

puncak dan antiklimaks konstruksi peradaban Islam yang pernah ada, bahkan

menjadi jalan penerang bagi peradaban bangsa lain untuk maju. Pada zaman ini

telah lahir berbagai ilmu Islam dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Arab. Selain itu sumbangan umat Islam bagi peradaban dunia juga

dihasilkan oleh para cendikiawan-cendikiawan besar yang hidup di masa Daulah

Abbasiyah ini.

Namun ada pelajaran penting yang dapat kita petik dari perjalanan panjang

Daulah Abbasiyah yang selama berabad-abad menguasai dunia, yakni agar umat

Islam jangan terlena dengan kekuasaan dunia, karena keterlenaan dan hidup

bermegah-megah menyebabkan kita jauh dari ajaran Allah SWT dan melupakan

pentingnya membangun komunitas keilmuan. Hal ini juga merupakan pemicu

bagi umat Islam untuk kembali bangkit melakukan apa yang telah tercatat dalam

sejarah Daulah Abbasiyah.

REFERENSI

49 Tidak semua sejarawan menulis tentang pengkhianatan Umayyiduddin Muhammad bin al-Aqami ar-Tafidhi. Ibn Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wa An-Nihayah, juz 18 hal 213-224, menulis tentang hal ini. Lihat http://blog.vbaitullah.or.id/2004/09/06/350-runtuhnya-daulah-abbasiah-dan-luluh-lantaknya-kota-baghdad/

22

Page 23: Pemeintahan Bani Abbasiyah

Ali, Syed Amir, MA., 1916, Short History of the Saracens, London : Macmillan and Co.

Doak, Robin, 2005, Great Empire of The Past; Empire of the Islamic World, California : Facts On File Inc.

Ead, Prof. Hamed A., History of Islamic Science, tk.

Gottschalk, Louis, 1975, Undestanding History : A Primer of Historical Method, Terj. Nugroho Notosutanto, Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Hassan, Ibrahim Hassan, 1989, Sejarah Kebudayaan Islam, terj. Djahdan Humam, Yogyakarta : Kota Kembang.

Hawting, G. R., 2000, The First Dynasty of Islam, The Umayyad Caliphate AD 661-750, Routledge.

Hitti, Philip K., 2005, The History of Arabs; Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Abbasiyah

http://blog.vbaitullah.or.id/2004/09/06/350-runtuhnya-daulah-abbasiah-dan-luluh-lantaknya-kota-baghdad/

Kraemer, Joel L., 2003, Renaisance Islam, terj.Asep Saefullah, Bandung: Mizan.

Lapidus, Ira M., 1988, A. History of Islamic Societes, New York : Cambridge University Press.

As-Siba’i, Musthafa Husni, Dr., 2002, Khazanah Peradaban Islam, terj. KH. Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Bandung : Pustaka Setia.

Sou’yb, Joesoef, 1977, Sejarah Daulah Abbasiyah II, Jakarta : Bulan Bintang.

Nakosteen, Mehdi, 1996, Kontribusi Islam atas Dunia Barat : Deskripsi analisis abad keemasan Islam, terj. Joko S. Kahhar & Drs. Supriyanto Abdullah, Surabaya : Risalah Gusti.

Osman, A. Latif, 1966 Ringkasan Sejarh Islam, cet. Ke-9, Jakata : Penerbit Wijaya.

Yatim, Badri, Dr. MA., 2008, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta : Rajawali Pers.

23