51
i DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG SUMBER PROTEIN BERBEDA PADA KAMBING KACANG JANTAN SKRIPSI Oleh ERWIN EKO WARTOYO I 111 11 277 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

i

DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR

WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG

SUMBER PROTEIN BERBEDA PADA

KAMBING KACANG JANTAN

SKRIPSI

Oleh

ERWIN EKO WARTOYO

I 111 11 277

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

ii

DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR

WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG

SUMBER PROTEIN BERBEDA PADA

KAMBING KACANG JANTAN

SKRIPSI

Oleh

ERWIN EKO WARTOYO

I 111 11 277

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 3: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Erwin Eko Wartoyo

NIM : I 111 11 277

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab

Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan

dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Februari 2015

Ttd

Erwin Eko Wartoyo

Page 4: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

iv

Page 5: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi.

Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang

membawa perubahan besar dari masa jahiliyah menuju masa yang beradab.

Penulis dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini

utamanya kepada Prof. Dr. Ir, Muhammad Rusdy, M. Agr sebagai penasehat

akademik yang terus memberikan arahan, nasihat dan motivasi selama ini.

Kemudian dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih banyak

kepada Kedua Pembimbing yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc

sebagai pembimbing utama dan Ibu Dr. Harfiah, S.Pt,MP selaku pembimbing

anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mendidik, membimbing,

dan memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih dan cinta kasih penulis persembahkan kepada Ibunda

Lilik Endang Susanti dan juga kepada Ayahanda Supangat (semoga Allah

senantiasa menjaga dan memberkahi segala aktivitasnya) atas kasih sayang, cinta,

didikan dan dukungan yang tulus diberikan. Kepada adikku Dwi Mistriono selalu

memberi suasana hangat melalui canda tawa sehingga penulis semakin

bersemangat dalam menyelesaikan skripsi.

Page 6: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

vi

Penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada rekan-rekan Penelitian

Muhammad Faisal Saade, Kak Sri Hidayanti Jaspin, Kak Fitri Basit, Harumi Bunga

Kasih, Novianti dan Nevyani Asikin atas kerjasama dan dukungannya. Teman-

teman Posko Tindang, KKN UNHAS GELOMBANG 88 tetap kompak dalam

pertemanan dan persaudaraan yang ada.

Tak lupa penulis mengucapakan terima kasih kepada rekan-rekan

SOLANDEVEN, HUMANIKA UNHAS dan HIMAJATI Makassar yang terus

memberi dukungan dan bantuan kepeda penulis selama penulis menjalani proses

perkuliahan.

Sebagai ungkapan terakhir, penulis memohon kepada Allah Subhanahu wa

Ta’ala untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya sendiri. Amin.

Makassar, Februari 2015

Erwin Eko Wartoyo

Page 7: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

vii

ABSTRAK

ERWIN EKO WARTOYO (I 111 11 277). Daya Cerna Serat Kasar dan Protein

Kasar Wafer Tongkol Jagung Mengandung Sumber Protein Berbeda pada Kambing

Kacang Jantan. (Dibawah bimbingan ASMUDDIN NATSIR sebagai Pembimbing

Utama dan HARFIAH sebagai Pembimbing Anggota)

Tongkol jagung sangat potensial digunakan sebagai bahan pakan sumber

serat bagi ternak ruminansia, misalnya untuk ternak kambing. Namun demikian

penggunaannya sebagai pakan ruminansia dibatasi oleh kandungan serat yang

tinggi, serta palatabilitas dan kandungan protein yang rendah, sehingga diperlukan

pengolahan dan penambahan sumber protein sebelum diberikan pada ternak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya cerna serat kasar dan protein kasar

wafer tongkol jagung yang dibuat dengan sumber protein berbeda pada kambing

kacang jantan. Percobaan dilaksanakan berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar

Latin (4 x 4). Perlakuan adalah P1 = wafer tongkol jagung mengandung ampas

tahu, P2 = wafer tongkol jagung mengandung tepung ikan, P3 = wafer tongkol

jagung mengandung tepung bulu, P4 = wafer tongkol jagung mengandung urea.

Hasil penelitian memperlihatkan rataan daya cerna serat kasar untuk perlakuan

P1=45.66%, P2=44.42%, P3=43.17% dan P4=36.21%, sementara rataan daya

cerna protein kasar untuk perlakuan P1=62.14%, P2=63.19%, P3=55.87% dan

P4=52.26%. Analisis statistik memperlihatkan bahwa penggunaan sumber protein

berbeda dalam wafer tongkol jagung tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap daya

cerna serat kasar tetapi perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya cerna

protein kasar. Kesimpulan, sumber protein ampas tahu atau tepung ikan merupakan

sumber protein yang lebih baik dibandingkan tepung bulu dan urea dalam

pembuatan wafer tongkol jagung.

Kata Kunci: Tongkol jagung, Wafer tongkol jagung, Daya cerna serat kasar dan

protein kasar.

Page 8: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

viii

ABSTRACT

Erwin Eko Wartoyo (I 111 11 277). Digestibility of Crude Fiber and Crude

Protein of Corn Cobs Wafer Containing Different Sources of Protein on Male

Kacang Goat. (Under Promotor ASMUDDIN NATSIR and as copromotor

HARFIAH)

Corn cobs is very potential as fiber source for ruminants, such as goats.

However, its use as ruminant feed is limited due to its high fiber and low protein

content as well as low palatability, so that corn cobs need to be proceeded in form

of complete feed (corn cobs wafer) with addition of protein sources prior feeding to

animal. The objective of this study was to determine the digestibility of crude fiber

and crude protein of corn cobs wafer enriched with different sources of protein on

male kacang goat. The experiment was conducted according to Latin Square

Design (4 x 4). The treatments were P1 = corn cobs wafer containing soy bean

meal waste, P2 = corn cobs containing fish meal, P3 = corn cobs containing feather

meal, P4 = corn cobs containing urea. The results showed that the average crude

fiber digestibility of treatment P1=45.66%, P2=44.42%, P3=43.17% and

P4=36.21%, while the average crude protein digestibility of treatment P1=62.14%,

P2=63.19%, P3=55.87% and P4=52.26%. Statistical analysis showed that the

treatments had no effect (P>0,05) on the digestibility of crude fiber but

significantly affected (P<0,05) the digestibility of crude protein. In conclusion, the

use of soy bean meal waste or fish meal much better than the use uf the feather

meal or urea as protein sources in formulation of corn cobs wafer.

Keyword: Corn cobs, Corn cobs wafer, Digestibility of crude fiber and crude

protein.

Page 9: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK .............................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................................. 1

Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

Hipotesis ........................................................................................................... 3

Tujuan dan Kegunaan ...................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Tongkol Jagung .................................................................. 4

Gambaran Umum Kambing Kacang ................................................................ 5

Wafer ................................................................................................................ 7

Bahan Pakan Sumber Protein ........................................................................... 8

Daya Cerna ....................................................................................................... 11

Daya Cerna Serat Kasar ................................................................................... 13

Daya Cerna Protein Kasar ................................................................................ 14

Page 10: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

x

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ........................................................................................... 15

Materi Penelitian .............................................................................................. 15

Metode Penelitian ............................................................................................. 15

Prosedur Pembuatan Wafer Tongkol Jagung .................................................. 17

Kandang Metabolisme ..................................................................................... 18

Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 18

Pengambilan Sampel ........................................................................................ 19

Peubah yang Diukur ......................................................................................... 19

Pengolahan Data ............................................................................................... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daye Cerna Serat Kasar ................................................................................... 23

Daya Cerna Protein Kasar ................................................................................ 24

PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................................... 27

Saran ................................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 28

LAMPIRAN ............................................................................................................ 32

RIWAYAT HIDUP

Page 11: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

xi

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Komposisi Zat-zat Makanan Ampas Tahu ................................................. 8

2. Kandungan Nutrien Tepung Bulu Ayam .................................................... 10

3. Denah Perlakuan Wafer Tongkol Jagung pada Kambing Kacang Jantan

Selama Penelitian ....................................................................................... 16

4. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan ................................................... 16

5. Komposisi Kimia Wafer Tongkol Jagung Tiap Perlakuan ....................... 18

6. Rataan Daya Cerna Serat Kasar dan Protein Kasar pada Kambing Kacang

Jantan .......................................................................................................... 23

Page 12: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Jenis Kambing Kacang ............................................................................... 6

2. Prosedur Pembuatan Wafer Tongkol Jagung untuk Kambing Kacang Jantan 17

Page 13: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Hasil Perhitungan Daya Serat Kasar ................................................... 32

2. Hasil Perhitungan Protein Kasar .......................................................... 34

3. Dokumentasi ........................................................................................ 36

Page 14: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu faktor keberhasilan yang sangat penting dalam usaha

peternakan adalah pakan. Ternak ruminansia membutuhkan pakan hijauan yang

cukup dan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan,

produksi dan reproduksi. Hijauan memegang peranan penting pada produksi

ternak ruminansia, karena hijauan merupakan sumber serat yang sangat

dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan hijauan sangat

bervariasi dan dipengaruhi oleh musim, pada saat musim hujan ketersediaan

hijauan cukup melimpah sehingga melebihi kebutuhan namun pada musim

kemarau produksi hijauan turun sehingga peternak kesulitan untuk mendapatkan

hijauan yang berakibat pada menurunnya produksi ternak. Oleh karena itu

pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan dapat menjadi solusi untuk

mengatasi hal tersebut karena persediaan yang melimpah dan tidak bersaing

dengan manusia.

Sulawesi Selatan merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian luas

dan bervariatif sehingga potensi limbah pertanian dapat digunakan sebagai pakan

terutama ternak ruminansia. Akan tetapi pemanfaatan limbah pertanian untuk

pakan belum dilakukan secara optimal, umumnya limbah pertanian hanya dibakar

begitu saja dan sebagian kecil digunakan sebagai pupuk organik. Pemanfaatan

limbah sebagai bahan pakan tentu menjadi solusi untuk mengatasi kurangnya

persediaan hijauan pada musim tertentu dan dapat mengurangi pencemaran

lingkungan oleh limbah pertanian.

Page 15: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

2

Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan pakan ruminansia

sebagai pengganti hijauan adalah tongkol jagung. Tongkol jagung memiliki

potensi yang tinggi sebagai bahan pakan namun pemanfaatan masih sangat

rendah. Kendala pemanfaatan tongkol jangung sebagai bahan pakan adalah

kandungan serat kasar yang tinggi sedangkan protein dan kecernaan rendah serta

palatabilitas rendah. Oleh karena itu, dalam pemanfaatannya sebagai bahan pakan

tongkol jagung perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain dengan pengolahan

menjadi pakan komplit.

Upaya peningkatan kualitas tongkol jagung sebagai pakan ruminasia dapat

dilakukan dengan perlakuan fisik, kimiawi, biologi atau gabungan perlakuan

tersebut. Sehingga pengolahan menjadi wafer tongkol jagung dengan berbagai

jenis bahan pakan sumber protein adalah salah satu upaya untuk meningkatkan

kualitas tongkol jagung baik kandungan nutrisi maupun palatabilitas.

Rumusan Masalah

Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang sangat melimpah dan

dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia, kandungan serat kasar (46,52%)

dan protein kasar (2,67%). Kendala untuk digunakan sebagai bahan pakan karena

kandungan serat kasar yang tinggi dan protein kasar yang rendah serta

palatabilitas rendah sehingga perlu dilakukan pengolahan. Informasi tentang

berbagai macam bahan pakan sumber protein yang dapat digunakan dalam

pembuatan ransum komplit dengan bahan dasar tongkol jagung masih terbatas.

Page 16: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

3

Hipotesis

Diduga bahwa pengolahan tongkol jagung menjadi wafer tongkol jagung

dengan berbagai jenis bahan pakan sumber protein (ampas tahu, tepung ikan,

tepung bulu atau urea) akan berpengaruh terhadap daya cerna serat kasar dan

protein kasar pada kambing kacang jantan.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya cerna serat kasar

dan protein kasar wafer tongkol jagung dengan berbagai jenis bahan pakan

sumber protein pada kambing kacang jantan.

Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada

peternak tentang pengolahan tongkol jagung menjadi wafer tongkol jagung

menggunakan berbagai jenis bahan pakan sumber protein yang berbeda untuk

meningkatkan kualitas tongkol jagung sebagai pakan ternak ruminansia.

Page 17: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

4

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Tongkol Jagung

Tongkol jagung atau janggel, merupakan bagian dari buah jagung setelah

biji dipipil. Kandungan nutrisi tongkol jagung berdasarkan analisis meliputi kadar

air, bahan kering, protein kasar dan serat kasar berturut-turut sebagai berikut

29,54%; 70,45%; 2,67% dan 46,52% dalam 100% bahan kering (BK).

Palatabilitas tongkol jagung yang rendah masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan

ruminansia dengan pengolahan terlebih dahulu (Wardhani dan Musofie, 1991).

Faktor pembatas dari limbah tanaman sebagai pakan adalah protein yang

rendah dan sudah terjadi lignifikasi lanjut sehingga selulosa terikat oleh lignin.

Lignifikasi meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman. Selulosa dan

hemiselulosa merupakan karbohihrat struktural penyusun utama dinding sel

tanaman, dan sering berikatan dengan lignin dalam bentuk kristal lignoselulosa.

Lignoselulosa merupakan komponen utama tanaman dan terdapat pada

dinding sel. Lignoselulosa terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin.

Selulosa merupakan penyusun dinding sel tanaman yang sukar didegradasi karena

monomer glukosanya dihubungkan dengan ikatan B-(1.4) (Rasjid, 2012).

Kecernaan limbah pertanian yang rendah disebabkan keberadaan lignin

yang bertindak sebagai penghalang proses perombakan polisakarida dinding sel

oleh mikroba rumen. Karakteristik umum beberapa jenis pakan asal limbah

dicirikan oleh kandungan protein yang rendah, serat yang tinggi dan mineral yang

tidak seimbang. Kondisi tersebut menyebabkan pemanfaatan limbah pertanian

Page 18: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

5

sebagai pakan tidak mampu memenuhi kecukupan nutrisi untuk produksi dan

hanya sebagai pakan basal saja (Harfiah, 2010).

Gambaran Umum Kambing Kacang

Kambing merupakan ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat luas,

karena memiliki sifat yang menguntungkan bagi pemeliharaannya seperti, ternak

kambing mudah berkembang biak, tidak memerlukan modal yang besar dan

tempat yang luas, dapat digunakan memanfaatkan tanah yang kosong dan

membantu menyuburkan tanah, serta dapat dibuat sebagai tabungan

(Sasroamidjojo dan Soeradji, 1978).

Kambing kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia yang

mampu beradaptasi dengan baik, mempunyai bulu yang relatif tipis dan bulu yang

relatif kasar dan hewan jantan memiliki bulu surai yang panjang dan kasar.

Kegunaan umum dari kambing kacang ialah sebagai ternak penghasil daging

(Davendra dan Burns, 1994).

Menurut Murtidjo (1993), kambing kacang merupakan kambing lokal asli

Indonesia. Tubuh kambing kacang relatif kecil, kepala ringan dan kecil, telinga

pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan, dengan kehidupan yang

sederhana, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat

dan reproduksinya dapat digolongkan sangat tinggi. Jenis kambing ini juga

terdapat di Filipina, Myanmar, Thailand, Malaysia dan sekitarnya. Lebih lanjut

dikatakan bahwa kambing kacang memiliki warna tunggal, yakni: putih, hitam

dan coklat, serta adakalanya warna campur dari ketiga warna tersebut. Kambing

Kacang kelamin jantan maupun betina mempunyai tanduk 8 – 10 cm. Berat tubuh

Page 19: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

6

kambing kacang dewasa rata-rata sekitar 17 – 30 kg. Betina umumnya memiliki

bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada bagian ekor dan dagu. Gambaran

beberapa ciri kambing kacang dapat disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Jenis Kambing Kacang

Damshik (2001) mengemukakan bahwa kambing kacang berbadan relatif

kecil dengan tinggi pundak dewasa rata-rata 50 cm dan bobot badan 30 kg. Bila

dibandingkan dengan bagian-bagian lainnya maka kepala mempunyai proporsi

yang sangat baik dan seimbang; ukuran telinga sedang, selalu bergerak, tidak

tergantung tetapi tegak. Tanduk terdapat baik pada yang jantan maupun pada

betina dan ukurannya relatif pendek. Janggut tumbuh dengan baik pada kambing

jantan, namun juga terdapat pada yang betina dewasa walaupun tidak begitu lebat.

Leher pendek dan memberi kesan tebal dan tegap. Punggung lurus dan pada

beberapa kasus terlihat agak melengkung dan memberi kesan makin kebelakang

makin tinggi sampai pinggul.

Devendra dan Burns (1970) menyatakan bahwa profil kambing kacang

berbentuk lurus. Ekor kelihatan kecil dan tegang. Ambing kecil dengan

konformasi baik dengan puting yang besar. Bulu pendek serta kasar pada yang

betina, tetapi pada yang jantan lebih panjang. Kambing kacang tahan hidup pada

Page 20: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

7

keadaan kondisi lingkungan yang sangat beragam dan sanggup beradaptasi pada

metode manajemen yang berubah-ubah dan sangat beragam. Umur ketika

mencapai pubertas sekitar enam bulan pada yang jantan. Umur beranak pertama

dicapai ketika umur 12 – 13 bulan.

Wafer

Wafer adalah salah satu bentuk pakan yang merupakan modifikasi dimana

proses pembuatannya mengalami proses pencampuran (homogenisasi), pemadatan

dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu. Bahan baku yang digunakan

terdiri dari sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang

disusun berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya

mengalami pemadatan dengan tekanan 12 kg/cm2 dan pemanasan pada suhu

120°C selama 10 menit (Ningrum, 2013).

Keuntungan wafer menurut Basymeleh (2009), adalah : (1) kualitas nutrisi

lengkap (wafer ransum komplit), (2) mempunyai bahan baku tidak saja dari

hijauan makanan ternak seperti rumput dan legum, tapi juga dapat memanfaatkan

limbah pertanian, perkebunan, atau limbah pabrik pangan, (3) tidak mudah rusak

oleh faktor biologis karena mempuyai kadar air kurang dari 14%, (4)

ketersediaannya berkesinambungan karena sifatnya yang awet dapat bertahan

cukup lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan pakan pada musim

kemarau sertadapat dibuat pada saat musim hujan pada saat hasil-hasil hijauan

makanan ternak dan produk pertanian melimpah, (5) memudahkan dalam

penanganan, karena bentuknya padat kompak sehingga memudahkan dalam

penyimpanan dan transportasi.

Page 21: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

8

Bahan Pakan Sumber Protein

Ampas tahu telah lama digunakan sebagai konsentrat dan menghasilkan

pertumbuhan yang baik bagi ternak ruminansia meskipun hanya dikombinasikan

dengan rumput lapangan saja. Pulungan dkk., (1985) menunjukkan bahwa ampas

tahu yang diberikan ad libitum akan meningkatkan pertambahan bobot badan

domba sebesar 123 g/hari. Di Taiwan ampas tahu digunakan sebagai pakan sapi

perah mencapai 2-5kg per ekor per hari (Heng-Chu, 2004), sedangkan di Jepang

penggunaan ampas tahu untuk pakanternak terutama sapi perah dan babi dapat

mencapai 70% (Amaha et al, 1996). Knipscheer et al. (1983) melaporkan bahwa

penggunaan ampas tahu pada kambing cukup baik untuk pertumbuhan dan akan

memberikan keuntungan usaha. Komposisi zat gizi ampas tahu dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Zat-zat Makanan Ampas Tahu

Zat Makanan Kandungan (%)

Bahan kering 13.3

Protein kasar 21.0

Serat Kasar*

23.58

Lemak kasar**

10.49

NDF 51.93

ADF 25.63

Abu 2.96

Kalsim 0.53

Phosfor 0.25

Sumber: Pulungan, dkk., (1985)

*) Sutardi dkk., (1983)

**) Arianto (1983)

Page 22: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

9

Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupunmakro

yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm,Co kurang

dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Tepung ikan

merupakan salah satu bahan pakan yang berpotensi sebagai sumber protein

maupun lemak terutama asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated

fatty acids–PUFA) yang diketahui banyak berperan dalam memperbaiki

penampilan reproduksi ternak (Ashes et al, 1992). Mandell et al. (1997)

melaporkan bahwa tepung ikan banyak mengandung asam lemak esensial

eicosapentaenoic acid (EPA, C20:5n-3) yaitu sebanyak 5,87 g dan

docosahexanoic acid (DHA, C20:6n-3) sebanyak 9,84 g/kg.

Tepung ikan yang baik mempunyai kandungan protein kasar 58-68%, air

5,5% serta garam 0,5-3,0% (Boniran, 1999). Tepung bulu memiliki kandungan

leusin dan isoleusin yang baik, tetapi rendah akan metionin dan triptopan. Tepung

bulu ayam kaya akan kandungan leusin, isoleusin dan valin yang berturut-turut

adalah 4,88%, 3,12% dan 4,44% (Siregar, 2003). Kandungan nutrisi tepung bulu

dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 23: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

10

Tabel 2. Kandungan Nutrien Tepung Bulu Ayam

Nutrien Tepung bulua Tepung bulu

b Tepung bulu

c

Bahan kering (%) 93,3 91 91,96

Serat kasar (%) 0,9 0,6 -

Protein kasar (%) 85,8 81,7 83,74

Lemak (%) 7,21 3,0 3,81

Abu (%) 3,5 3,7 2,76

Ca (%) 1,19 0,25 1,17

P (%) 0,68 0,65 0,13

DE (Kkal/Kg) 3.000 2.200 3.952*

GE (Kkal/Kg) - - 5.200

Sumber : a) NRC (1996)

b) Hartadi dkk., (1997)

c) Hasil analisa Laboratorium Balitnak, Ciawi, Bogor

*DE = 0,76 GE

Keunggulan penggunaan tepung bulu ayam untuk ternak ruminansia

adalah adanya sejumlah protein yang tahan terhadap perombakan oleh

mikroorganisme rumen (rumen undegradable protein/RUP), namun mampu diurai

secara enzimatis pada saluran pencernaan pasca rumen. Nilai RUP tersebut

berkisar antara 53-88%, sementara nilai kecernaan dalam rumen berkisar 12-46%

(Adiati dkk., 2003).

Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon,

hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea

juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa.

Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl

diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis

pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan

Page 24: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

11

konsep vitalisme. Urea digunakan dalam UMB sebagai sumber nitrogen non

protein (NPN) yang di perlukan dalam proses fermentasi dalam rumen sehingga

sangat bermanfat bagi ternak ruminansia (Hatmono dkk., 1997).

Daya Cerna

Menurut Maynard et al. (1983). Tongkol jagung tergolong pakan serat

bermutu rendah, kecernaan dan palatabilitasnyapun rendah.Rendahnya kecernaan

disebabkan kandungan lignin yang tinggi yang membentuk komplek dengan

selulosa dan hemiselulosa, Oleh karena itu agar nilai gizi dan kecernaannya dapat

ditingkatkan perlu dilakukan pengolahan.

Kemampuan seekor ternak mengkonsumsi pakan tergantung pada hijauan,

temperatur lingkungan, ukuran tubuh ternak dan keadaan fisiologi ternak.

Konsumsi makanan akan bertambah jika aliran makanan cepat tercerna atau jika

diberikan makanan yang berdaya cerna tinggi. Penambahan makanan penguat atau

konsentrat ke dalam pakan ternak juga dapat meningkatkan palatabilitas pakan

yang dikonsumsi dan pertambahan berat badan (Anggorodi, 1990).

Pakan yang masuk ke mulut akan mengalami proses pengunyahan atau

pemotongan secara mekanis sehingga membentuk bolus. Pada proses ini, pakan

bercampur dengan saliva kemudian masuk ke rumen melalui esofagus untuk

selanjutnya mengalami proses fermentatif. Bolus di dalam rumen akan dicerna

oleh enzim mikroba. Partikel pakan yang tidak dcerna di rumen dialirkan ke

abomasum dan dicerna secara hidrolitik oleh enzim pencernaan. Hasil pencernan

tersebut akan diserap oleh usus halus dan selanjutnya masuk dalam darah (Sutardi,

1980). Rumen mengandung banyak tipe bakteri, protozoa dan jamur.Beberapa

Page 25: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

12

spesies mikroba rumen mampu menghasilkan enzim selulase dan hemiselulase

yang dapat menghidrolisa isi sel dan dinding sel tanaman pakan. Degradasi pakan

oleh ternak ruminansia dilakukan di dalam rumen dan sebagian besar kebutuhan

zat makanan ternak ruminansia merupakan hasil degradasi sel tanaman pakan oleh

mikroba rumen. Dalam rumen, degradasi dan fermentasi pakan oleh mikroba

rumen terjadi baik secara sendiri-sendiri, bersama-sama maupun interaksi bakteri,

protozoa dan fungi rumen. Konsumsi pakan akan ditentukan oleh kecernaan

pakan dan kapasitas rumen, sedangkan kecernaan pakan akan ditentukan oleh

karakteristik degradasi dan kecepatan aliran (outflow rate) atau laju dari zat pakan

tersebut meninggalkan rumen (Ismartoyo, 2011).

Pada ternak ruminansia sebagain protein yang masuk ke dalam rumen

akan mengalami prombakan/degradasi menjadi amonia oleh enzim proteolitik

yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Produksi amonia tergantung pada kelarutan

protein ransum, jumlah protein ransum, lamanya makanan berada dalam rumen

dan pH rumen (Orskov, 1982). Sebagian besar mikroba rumen (82%)

mengandung NH3 (amonia) untuk perbanyakan diriya, terutama dalam proses

sintesis selnya. Kadar amonia yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan

mikroba rumen yang maksimal menurut Sutardi (1980) berkisar antara 4-12 mM.

Pengukuran N-NH3 in vitro dapat digunakan untuk mengestimasi degradasi

protein dan kegunaannya oleh mikroba. Produksi amonia dipengaruhi oleh waktu

setelah makan dan umumnya produksi maksimum dicapai pada 2-4 jam setelah

pemberian pakan yang bergantung kepada sumber protein yang digunakan dan

mudah tidaknya protein tersebut didegradasi. Jika pakan defisien protein atau

Page 26: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

13

tinggi kandungan protein yang lolos degradasi, maka konsentrasi N-NH3 rumen

akan rendah (lebih rendah dari 50 mg/1 atau 3,57 mM) dan pertumbuhan

organisme rumen akan lambat. Sebaliknya, jika degradasi protein lebih cepat dari

pada sintesis protein mikroba maka NH3 akan terakumulasi dan melebihi

konsentrasi optimumnya. Kisaran optmum NH3 dalam rumen berkisar antara 85 –

300 mg/l atau 6-21 mM.

Daya Cerna Serat Kasar

Serat kasar bagi ruminansia digunakan sebagai sumber energi utama dan

lemak kasar merupakan sumber energi yang efisien dan berperan penting dalam

metabolisme tubuh sehingga perlu diketahui kecernaannya dalam tubuh ternak

(Suprapto dkk., 2013). Menurut Despal (2000) serat kasar memiliki hubungan

yang negatif dengan kecernaan.Semakin rendah serat kasar maka semakin tinggi

kecernaan ransum.

Tillman dkk., (2005) menyatakan bahwa kecernaan serat kasar tergantung

pada kandungan serat kasar dalam ransum dan jumlah serat kasar yang

dikonsumsi. Kadar serat kasar terlalu tinggi dapat mengganggu pencernaan zat

lain. Daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kadar

serat dalam pakan, komposisi penyusun serat kasar dan aktivitas mikroorganisme

(Maynard et al, 2005). Mourino et al. (2001) menjelaskan bahwa aktivitasbakteri

selulolitik di dalam rumenberlangsung secara normal apabila pHrumen di atas 6,0.

pH normal rumen kambing sekitar 6,8-7 sehingga optimal untuk aktivitas

mikroba. Apabila pH rumenlebihrendah dari 5,3 maka aktivitas bakteriselulolitik

menjadi terhambat. Pakan dengan perlakuan silase memiliki pH rendah yaitu 4-5.

Page 27: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

14

Pakan silase yang diberikan pada kambing akan menghambat aktivitas mikroba

rumen sehingga mikroba sulit dalam mendegradasi pakan, hal tersebut

menyebabkan menurunnya kecernaan serat kasar.

Daya Cerna Protein Kasar

Kebutuhan ternak akan protein biasanya disebutkan dalam bentuk protein

kasar (PK). Kebutuhan protein ternak dipengaruhi oleh masa pertumbuhan, umur

fisiologis, ukuran dewasa, kebuntingan, laktasi, kondisi tubuh dan rasio energi

protein. Kondisi tubuh yang normal membutuhkan protein dalam jumlah yang

cukup, defisiensi protein dalam ransum akan memperlambat pengosongan perut

sehingga menurunkan konsumsi (Rangkuti, 2011).

Mikroorganisme retikulo-rumen dapat mendegradasi semua protein

danasam amino baru dari nitrogen dan kerangka karbon yang terdapat

dalamretikulo-rumen, gambaran asam amino protein yang keluar dari rumen

tidakmencerminkan gambaran asam amino protein pakan. Perombakan

proteinadalah cepat, sehingga mengasilkan kadar amonia rumen yang tinggi

dansebagian diserap dan di ekskresikan sebagai urea (Tillman dkk., 1982).

Seluruh protein yang berasal dari makanan pertama kali dihidrolisisoleh

mikrobia rumen. Tingkat hidrolisis protein tergantung dari daya larutnyayang

berkaitan dengan kenaikan kadar amonia. Hidrolisis protein menjadi asam amino

diikuti oleh proses deaminasi untuk membebaskan amonia (Arora, 1989).

Disamping itu mikroba-mikroba yang mati masuk ke dalamusus menjadi sumber

protein bagi ruminansia (65% sumbangan protein bagi ruminansia berasal dari

mikroba-mikroba tersebut) (Subagdja, 2000).

Page 28: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

15

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2014.

Penelitian dimulai dengan pembuatan wafer tongkol jagung yang dilaksanakan di

Laboratorium Industri Pakan Universitas Hasanuddin yang kemudian dilanjutkan

dengan analisis kandungan serat kasar dan protein kasar berdasarkan analisis

proksimat di Laboratorium Kimia Pakan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas

Hasanuddin.

Materi Penelitian

Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung,

dedak padi, tumpi jagung, bungkil kelapa, tepung tapioka, tepung ampas tahu,

tepung bulu, tepung ikan, urea, mineral sapi, dan garam dapur.

Peralatan yang digunakan adalah timbangan, gilingan sampel, oven,

cetakan UMB, baskom, dandang, kompor, pisau dan talang

Metode Penelitian

Penelitian ini di rancang dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar

Latin (RBSL) 4 4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Adapun keempat perlakuan

tersebut sebagai berikut:

P1 : Ransum komplit mengandung protein nabati (ampas tahu)

P2 : Ransum komplit mengandung protein hewani (tepung ikan)

P3 : Ransum komplit mengandung protein limbah peternakan (tepung bulu)

P4 : Ransum komplit mengandung non protein nitrogen (urea)

Page 29: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

16

Adapun denah perlakuan wafer tongkol jagung pada kambing kacang jantan

selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Denah Perlakuan Wafer Tongkol Jagung pada Kambing Kacang

Jantan Selama Penelitian

Periode Kambing

A B C D

I P1 P2 P3 P4

II P3 P4 P2 P1

III P4 P3 P1 P2

IV P2 P1 P4 P3

Komposisi bahan pada setiap perlakuan tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan

Bahan (%) Perlakuan

P1 P2 P3 P4

Tongkol Jagung 45 45 45 45

Dedak 15 15 15 15

Tumpi Jagung 3 10.5 13 16.5

Bungkil Kelapa 10 10 10 10

Tapioka 10 10 10 10

Ampas Tahu 25 0 0 0

Tepung Bulu 0 0 5 0

Tepung Ikan 0 7.5 0 0

Urea 0 0 0 1.5

Garam 1 1 1 1

Mineral Mix 1 1 1 1

Total 100 100 100 100

Page 30: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

17

Prosedur Pembuatan Wafer Tongkol Jagung

Tongkol jagung dan bahan pakan lainnya yang masih kasar di giling halus

terlebih dahulu dengan menggunakan grinder. Kemudian setiap bahan pakan

ditimbang berdasarkan formulasi tiap perlakuan dan dicampur secara merata dan

campuran diberi uap panas sampai matang. Dilakukan pencetakan dengan

menggunakan cetakan UMB dan dikeringkan dalam oven.

Adapun prosedur pembuatan wafer tongkol jagung untuk kambing kacang

jantan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Prosedur Pembuatan Wafer Tongkol Jagung untuk Kambing Kacang

Jantan.

Tongkol

Jagung

Penggilingan Bahan Pakan

Yang Masih

Kasar

Formulasi

Penimbangan

Mixing

Pemberian uap panas

Pencetakan

Pengeringan

Wafer Tongkol Jagung Siap Saji

Page 31: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

18

Komposisi kimia Wafer Tongkol Jagung setelah melalui proses pemberian

uap panas dan pengeringan berdasarkan hasil analisis di laboratorium dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Kimia Wafer Tongkol Jagung Tiap Perlakuan

Nutrisi Kandungan (%) Perlakuan

P1 P2 P3 P4

Bahan kering 79.9 83.2 83.9 90.7

Bahan organik 75.4 77.6 78.7 84.1

Protein kasar 10.7 12.0 11.7 11.9

Serat kasar 18.8 15.0 20.8 15.7

BETN 59.5 62.6 56.6 61.8

NDF 61.2 53.6 55.2 57.3

ADF 27,9 23.9 24.5 25.4

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia Pakan Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin, 2014

Kandang Metabolisme

Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing kacang jantan dengan umur

1,5 – 2,0 tahun. Kambing di tempatkan dalam kandang metabolisme yang

dilengkapi tempat pakan dan urine. Kandang ini dipasangi ram plastik di bawah

lantai kandang yang berfungsi sebagai filtrasi feses dan urine, corong plastik dan

toples dipasang di bawah ram plastik untuk menadah urine, sehingga feses dan

urine tertampung dalam penampungan masing-masing.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini berlangsung 4 periode penelitian, tiap periode dibagi 2 tahap

yaitu tahap pertama pembiasaan selama 10 hari dan tahap kedua yaitu

Page 32: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

19

pengambilan data selama 3 hari. Pembiasaan pakan dimasukkan agar ternak

terbiasa dengan pakan yang ditawarkan, dan semua pakan yang dimakan

sebelumnya sudah keluar semua selama 10 hari. Sedangkan periode koleksi atau

pengambilan data selama 3 hari adalah data yang diambil merupakan pengaruh

pakan perlakuan.

Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah pakan yang ditawarkan

hanya satu kali diambil, sampel sisa pakan diambil tiap hari selama 3 hari

sebanyak 10% demikian juga feses.Feses di simpan di freezer selama 3 hari dan

hari terakhir dikompositkan kemudian diambil sampel sebanyak 10% dari berat

sampel yang terkumpul untuk kebutuhan analisis di Laboratorium.

Peubah yang Diukur

Serat Kasar

Analisa serat kasar dengan cara sampel kira-kira sebanyak 0.5-1 gram

sampel ditimbang (x gram), dimasukkan ke dalam gelas piala 600 ml dan

ditambahkan 50ml H2SO4 0.3N lalu dipanaskan di atas pemanas listrik selama 30

menit. Selanjutnya ditambahkan 25 ml NaOH 1.5 N dan terus dimasak selama 30

menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang bobotnya telah diketahui (a

gram) serta sudah dikeringkan dalam alat pengering pada suhu 105 - 110oC

selama satu jam, kemudian dimasukkan ke dalam corong Buchner. Penyaringan

dilakukan dalam labu penghisap yang dihubungkan dengan pompa vakum.

Selama penyaringan endapan dicuci berturut-turut dengan aquades panas

secukupnya, 50 ml H2SO4 0.3N, aquades panas secukupnya dan terakhir dengan

Page 33: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

20

25 ml acetone. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselen

dan dikeringkan selama satu jam dalam oven pada suhu 105oC, kemudian

didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (b gram). Selanjutnya cawan porselen

serta isinya dibakar atau diabukan dalam tanur listrik pada suhu 400-600oC

sampai abu menjadi putih seluruhnya, kemudian diangkat dan didinginkan dalam

eksikator dan ditimbang (c gram).

Kadar serat kasar dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

x = bobot contoh

a = bobot kertas saring

b = bobot kertas saring + sampel setelah dioven

c = bobot kertas saring + sampel setelah ditanur

Kecernaan dihitung berdasarkan rumus :

SK yang dikonsumsi – SK feses

Kecernaan Serat Kasar = ---------------------------------------------- x 100%

SK yang dikonsumsi

Protein Kasar

Penentuan kadar protein melalui metode Kjeldahl dengan tahapan sebagai

berikut:

Destruksi; 0.2 gram sampel (x) ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu

destruksi atau labu Kjeldahl dan ditambahkan katalis (3 sendok teh campuran

selen) dan 20 ml H2SO4 pekat teknis. Kemudian dicampur dengan cara

menggoyang-goyangkan labu tersebut. Campuran tersebut dipanaskan diatas

nyala api pembakar Bunsen mulai dengan api kecil di dalam kamar asam

Page 34: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

21

(ruang asam) sampai tidak berbuih dan nyala api Bunsen dibesarkan. Sampel

terus dipanaskan (didestruksi) hingga larutan menjadi jernih dan berwarna

hijau kekuning-kuningan dan kemudian didinginkan.

Destilasi; setelah labu destruksi didinginkan, larutan dimasukkan ke dalam

labu penyuling/destilasi yang telah diisi dengan batu didih dan diencerkan

dengan aquades sebanyak 300 ml. Setelah dipasangkan pada rak destilasi

ditambahkan kurang lebih 90 ml NaOH 33%, lalu labuh dihubungkan dengan

pipa destilasi. Hasil destilasi berupa NH3 dan air, ditangkap dengan erlen

meyer yang telah diisi dengan 10 ml H2SO4 0.3N dan 2 tetes indicator

campuran merah metil(MM) dan biru metil(BM). Proses destilasi dilakukan

hingga semua N yang ada dalam labu telah tertangkap oleh H2SO4, dan

proses destilasi berakhir setelah ada letupan pada labu destilasi.

Titrasi; labu Erlenmeyer yang berisi hasil sulingan diambil dan kelebihan

H2SO4 0.3 N dititar dengan larutan NaOH 0.3 N. Proses titrasi dihentikan

setelah terjadi perubahan warna dari biru kehijauan yang menandakan titik

akhir titrasi.Volume NaOH dicatat sebagai (z) ml. Kemudian dikerjakan

blanko dengan prosedur yang sama tetapi tanpa sampel (y) ml.

Kadar protein kasar dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan: y = ml NaOH untuk penitar blanko z = ml NaOH untuk titar sampel titarNaOH = konsentrasi NaOH

= normalitas NaOH

x = bobot sampel (gr)

Page 35: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

22

Kecernaan dihitung berdasarkan rumus :

PK yang dikonsumsi – PK feses

Kecernaan Protein Kasar = -------------------------------------------x 100%

PK yang dikonsumsi

Pengolahan Data

Data dianalisis dengan analisis ragam menurut Rancangan Bujur Sangkar

Latin 4 4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Adapun perlakuan berpengaruh nyata

terhadap parameter yang diukur akan diuji dengan menggunakan uji BNT

(Sudjana, 1991). Dengan model matematika sebagai berikut.

Yijk = µ + ßi + Κj + Ƭk + ξ ijk

Ket: µ = rataan umum

ßi = pengaruh baris ke-i

Κj = pengaruh kolom ke-j

Ƭk = pengaruh perlakuan ke k

ξ ijk = pengaruh galat

Page 36: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil rataan daya cerna serat kasar dan protein kasar pada kambing kacang

jantan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Daya Cerna Serat Kasar dan Protein Kasar pada Kambing Kacang

Jantan

Parameter Perlakuan

P1 P2 P3 P4

Daya cerna Serat Kasar (%) 45.66 44.42 43.17 36.21

Daya cerna Protein Kasar (%) 62.14a

63.19a

55.87b

52.26b

Ket : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata

(P<0.05)

Daya Cerna Serat Kasar

Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata

(P>0,05) terhadap daya cerna serat kasar pada kambing kacang jantan. Rataan

daya cerna serat kasar tiap perlakuan yaitu P1 sebanyak 45.66%, P2 sebanyak

44.42%, P3 sebanyak 43.17%, dan P4 sebanyak 36.21% (Tabel 6).

Secara statistik memperlihatkan bahwa daya cerna serat kasar tiap

perlakuan tidak menunjukkan perbedaan, artinya semua perlakuan yang diberikan

sama pengaruhnya terhadap daya cerna serat kasar pada kambing kacang jantan.

Daya cerna serat kasar yang tidak berbeda ini disebabkan karena jenis dan kualitas

bahan pakan sumber serat yang diberikan pada keempat perlakuan sama sehingga

degradasi serat dalam rumen hampir sama. Hal ini sesuai dengan pendapat

McDonald et al. (1995) menyatakan bahwa fraksi serat pakan sangat menentukan

kecernaan baik dalam jumlah maupun komposisi kimia serat itu sendiri. Diperkuat

Page 37: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

24

oleh pendapat Tillman dkk., (2005) menyatakan bahwa kecernaan serat kasar

tergantung pada kandungan serat kasar dalam ransum dan jumlah serat kasar yang

dikonsumsi. Kadar serat kasar terlalu tinggi dapat mengganggu pencernaan zat lain.

Selain kandungan dan jumlah serat kasar dalam ransum faktor lain yang

mempengaruhi daya serat kasar adalah aktivitas bakteri selulolitik di dalam rumen.

Maynard et al. (2005) menyatakan daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain kadar serat dalam pakan, komposisi penyusun serat kasar dan

aktivitas mikroorganisme.

Daya Cerna Protein Kasar

Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap daya cerna protein kasar pada kambing kacang jantan. Rataan daya cerna

protein kasar tiap perlakuan yaitu P1 sebanyak 62.14%, P2 sebanayak 63.19%,

P3 sebanyak 55.87%, dan P4 sebanyak 52.26%. Uji lanjut menunjukkan bahwa

rataan daya cerna protein kasar pada P1 dan P2 nyata (P<0,05) lebih tinggi

daripada rataan daya cerna P3 dan P4, sementara rataan daya cerna P1 dan P2

tidak berbeda nyata, begitupun antara P3 dan P4 tidak menunjukkan perbedaan

nyata.

Perlakuan P1 menggunakan protein nabati yang berasal dari ampas tahu

sehingga lebih mudah terdegradasi dalam rumen. Suryahadi (1990) menyatakan

bahwa Ampas tahu merupakan sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam

rumen dengan laju degradasi sebesar 9,8% per jam dan rataan kecepatan produksi

N-amonia nettonya sebesar 0,677 mM per jam. Sedangkan perlakuan P2

menggunakan protein hewani yang berasal dari tepung ikan yang mudah dicerna

Page 38: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

25

karena kandungan asam amino essensial. Nugroho (2012) menerangkan bahwa

perlakuan penambahan tepung ikan yang bersifat protein low by-pass

meningkatkan degradasi protein yang diduga juga meningkatkan mikroba rumen.

Perlakuan P3 menggunakan protein limbah peternakan berasal dari tepung

bulu, meskipun memiliki kandungan protein kasar yang tinggi namun zat anti

nutrisi berupa keratin yang terdapat pada tepung bulu dapat mengakibatkan

kecernaan yang rendah. Zerdani et al. (2004) menyatakan bulu ayam, meskipun

kadar proteinnya mencapai 80-90% akan tetapi protein tersebut tersusun dari

protein keratin yang sulit dicerna oleh unggas. Sedangkan perlakuan P4

menggunakan non protein nitrogen berasal dari urea, memiliki daya cerna protein

kasar yang rendah dikarenakan urea untuk menghasilkan protein harus dirombak

terlebih dahulu oleh mikroba rumen dalam proses fermentasi. Parakkasi (1999)

menyatakan urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam

rumen akan dipecah oleh enzim urease menjadi ammonia dan karbon dioksida,

kemudian amonia bersama mikroorganisme akan membentuk protein mikroba

dengan bantuan energi. Apabila urea berlebih atau tidak tercerna oleh tubuh

ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa oleh

aliran darah ke hati dan di dalam hati diubah menjadi amonia yang akhirnya

dieksresikan melalui urine dan feses.

Walaupun dalam rumen urea dapat dicerna dengan cepat menjadi amonia,

namun ketersediaan energi dari serat tidak tersedia pada saat yang bersamaan

sehingga urea yang mudah dipecah menjadi amonia tidak dapat dimanfaatkan

Page 39: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

26

dalam sintesis protein mikroba yang berakibat pada rendahnya tingkat kecernaan

ransum komplit dengan sumber protein berbeda (Natsir, 2005).

Page 40: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

27

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa sumber protein terbaik yang dapat digunakan ransum komplit dengan

bahan dasar tongkol jagung adalah ampas tahu dan tepung ikan dibandingkan

dengan tepung bulu dan urea.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh ransum

komplit terhadap kinerja produksi dan efisiensi ekonomisnya.

Page 41: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

28

DAFTAR PUSTAKA

Adiati, U.,W. Puastuti Dan I-W. Mathius . 2002. Explorasi Potensi Produk

Samping Rumah Potong (Bulu dan Darah) Sebagai Bahan Pakan Imbuhan

Pascarumen. Laporan Penelitian Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

2002.

Adiati, U.,W. Puastuti Dan I-W. Mathius . 2003. Peluang Pemanfaatan Tepung

Bulu Ayam sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian

Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Amaha, K., Y. Sasahi, and T. Segawa. 1996. Utilization of Tofu (Soybean Curd)

By-Product as Feed for Cattle. http//www.agnet.org.

Anggorodi, R., 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT.Gramedia. Jakarta.

Arora, S. P., 1989.Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Penerjemah: R.

Murwani dan B. Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Arianto, B.D. 1983. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu Sebagaiterhadap

Potongan Karkas Komersial Broiler Betina Strain Hybro umur 6 Minggu.

Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Ashes, J.R., B.D. Sieber, S.K. Gulati, A.Z. Cuthbertson, and T.W. Scott. 1992.

Incorporation of nfatty acids of fish oil into tissue and serum lipids of

ruminants. Lipids. 27 (8) : 629-631.

Basymeleh, S. 2009. Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan

Terhadap Sifat Fisik Wafer. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Hal 17-19

Boniran, S. 1999. Quality control untuk bahan baku dan produk akhir pakan

ternak. Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop.

American Soybean Association dan Balai Penelitian Ternak. Hlm. 2-7

Damshik M. 2001. Produktivitas Kambing Kacang yang Mendapat Ransum

Penggemukan dengan Kandungan Protein yang Berbeda.[tesis] Bogor:

Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Devendra dan Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB.

Bandung.

Hartadi, H., S . Reksohadiprodjo Dan A.D . Tillman. 1997 . Tabel Komposisi

Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press.

Harfiah, 2010. Optimalisasi Penggunaan Jerami Padi Sebagai Pakan Ruminansia.

Disertasi. PPS Unhas, Makassar

Page 42: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

29

Hatmono, H. dan Indriyadi, H. 1997. Urea Molase Blok Pakan Suplemen untuk

Ternak Ruminansia.PT. Trubus Agriwidya. Ungaran

Heng-Chu, A. 2004. Utilization of Agricultural By-Product in Taiwan.

http//www.agnet.org.

Ismartoyo. 2011. Pengantar Teknik Penelitian Degradasi Pakan Ternak

Ruminansia. Brilian Internasional. Surabaya.

Knipscheer, H.C., T.D. Soedjana and A. Prabowo. 1983. Survey of Six

Specialized Small Ruminant Farms in West Java. BPT/SR-CRSP Working

paper No. 9.

Maynard, LA., JK Loosli, HF Hintz dan RG Warner, 1983. Animal

Nutrition.Seventh Edition. Hill Publishing Company Limited. New Delhi.

_______, L.A., J.K Loosil,H.F. Hintz and Warner, R.G. , 2005. Animal Nutrition.

(7th Edition) McGraw-Hill Book Company. New York, USA.

McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalg, and C. A. Morgan. 1995.

Animal Nutrition. Fifth Edition. Longman Scientific and Technical

Publisher.

Mourino, F., R. Akkarawongsa and P. J. Weimer. 2001. Initial pH as a

Determinant of Sellulose Digestion Rate by Mixed Ruminal

Microorganisms in vitro. J. Dairy Science.84: 848–859.

Murtidjo, B. A. 1993. Keuntungan Usaha Peternakan Dari Kualitas Pakan.

Kanisius, Yogyakarta

National Research Council. 1996. Nutrient Requirement of beef cattle . 71h

Revised Edition . National Academy Press. Washington, D.C

Natsir, A. 2005. Efficient Utilization of Fibre in the Diets of Ruminants. Ph.D

Disertation, The university of Melbouene, Australia.

Ningrum, D.L, 2013. Sampah Potensi Pakan Ternak yang Melimpah.

http://rizal15fauzi.blogspot.com/2013/02/sampah-potensi-pakan-ternak-

yang.html. Diakses Pada tanggal 28 Agustus 2014, Makassar.

Nugroho, T. 2012. Kecernaan Nutrien pada Domba Lokal Jantan dengan Ransum

Tongkol Jagung dan Kombinasi Berbagai Sumber Protein. Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Laporan

Penelitian IPB. Bogor.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit

Universitas Indonesia. Jakarta.

Page 43: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

30

Pulungan, H., J.E. Van Eys dan M. Rangkuti. 1985. Penggunaan Ampas Tahu

sebagai Makanan Tambahan pada Domba Lepas Sapih yang Memperoleh

Rumput Lapangan. Ilmu dan Peternakan Vol. I No. 8.

Putra, S. dan A. W. Puger. 1995. Manipulasi Mikroba dalam Fermentasi Rumen

Salah Satu Alternatif untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Zat-zat

Makanan. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.

Rangkuti, J. H. 2011. Produksi dan Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah

(PE) pada Kondisi Tatalaksana yang Berbeda.Departemen Ilmu Produksi

dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Rasjid, S. 2012. The Great Ruminant Nutrisi, Pakan dan Manajemen Produksi.

Cetakan Kedua. Brilian Internasional. Surabaya.

Sastroamidjojo, M. S. dan Soeradji. 1978. Peternakan Umum. Cet. II. C. V.

Yasaguna. Jakarta.

Siregar, Z. 2003. Peningkatan Pertumbuhan Domba Persilang dan Lokal Melalui

Suplementasi Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Esensial Dalam Ransum

Berbasis Limbah Perkebunan. Disertasi.Universitas Brawijaya. Malang.

Subagdja, D., 2000. Peran Probiotik untuk TernakRuminansia. Gelar Teknologi

Festival PeternakanJawa Barat. Paper. Fakultas PeternakanUniversitas

Padjadjaran, Bandung.

Sudjana, Nana. 1991. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru: Bandung.

Sumardi dan L.P.S. Patuan. 1983. Kandungan Unsur-unsur Mineral Essensial

dalam Limbah Pertanian dan Industri Pertanian di Pulau Jawa. Proceeding

Seminar. Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung.

Suprapto, H., F.M. Suhartati, dan T. Widiyastuti. 2013. Kecernaan serat kasar dan

lemak kasar complete feed limbah rami dengan sumber protein berbeda

pada kambing pernakan etawa lepas sapih. Jurnal Ilmiah Peternakan

1(3):938-946.

Sutardi, T. 1980. Peningkatan Mutu Hasil Limbah Lignoselulosa sebagai

Makanan Ternak.Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Sutardi, T., M.A. Sigit T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan

Makanan Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh

Mikroba Rumen. Fapet IPB bekerjasama dengan Direktur Jenderal

Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.

Lebdosoekojo. 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Page 44: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

31

, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.

Lebdosoekojo. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Wardhani, N. K. dan A. Musofie. 1991. Jerami jagung segar, kering dan

teramoniasi sebagai pengganti hijauan pada sapi potong. Jurnal Ilmiah

Penelitian Ternak Grati. 2. (1):1-5.

Zerdani, I., Faid M., Malki, A. 2004. Feather wastes digestion by new isolated

strains Bacillus sp. in Morocco. African J Biotechnol 3 (1): 67-70.

Page 45: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

32

LAMPIRAN

Tabel 7. Daya Cerna Protein Kasar Wafer Tongkol Jagung Berdasarkan

Rancangan Percobaan

Periode Daya Cerna Serat Kasar

Total 1 2 3 4

I 38.38(P1) 48.94(P2) 42.31(P3) 33.35(P4) 162.98

II 20.63(P3) 38.04(P4) 39.69(P2) 39.07(P1) 137.43

III 44.13(P4) 55.94(P3) 56.54(P1) 36.17(P2) 192.78

IV 52.9(P2) 48.66(P1) 29.33(P4) 53.79(P3) 184.68

Total 156.04 191.58 167.87 162.38 677.87

Jumlah dan Rataan Perlakuan Masing-masing Perlakuan

Perlakuan Jumlah Rataan

1 182.65 45.6625

2 177.70 44.4250

3 172.67 43.1675

4 144.85 36.2125

Perhitungan Sidik Ragam

FK =

=

=

= 28719.23356

JKT = ∑ FK

= [(38.38)2

+ (48.94)2

+….+ (53.79)2] – 28719.23356

= 30246.5057 – 28719.23356

= 1527.272144

JK Baris = ∑i

= (162.98)2+(137.43)

2+(192.78)

2 +(184.68)

2

4

= 29180.07903 - 28719.23356

- 28719.23356

Page 46: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

33

= 460.8454687

JK Kolom = ∑j

= (156.04)2+(191.58)

2 +(167.87)

2 +(162.38)

2

4

= 28899.74483 - 28719.23356

= 180.5112687

JKP = ∑k

= (182.65)2

+ (177.70)2

+ (172.67)2 + (144.85)

2

4

= 28933.69098 - 28719.23356

= 214.4574187

JKG = JKT – JKB – JKK – JKP

= 1527.272144 – 460.8454687 – 180.5112687 – 214.4574187

= 671.4579875

Daftar Sidik Ragam Daya Cerna Serat Kasar Wafer Tongkol Jagung

SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01

Baris 3 460.8455 153.6152 1.372671 4.76 9.78

Kolom 3 180.5113 60.17042 0.53767 4.76 9.78

Perlakuan 3 214.4574 71.48581 0.638781 4.76 9.78

Galat 6 671.458 111.9097

Total 15 28719.23

- 28719.23356

- 28719.23356

Page 47: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

34

Tabel 10. Rataan Daya Cerna Protein Kasar Wafer Tongkol Jagung Berdasarkan

Rancangan Percobaan

Periode Daya Cerna Protein Kasar

Total 1 2 3 4

I 58.11(P1) 66.92(P2) 47.09(P3) 51.01(P4) 223.13

II 56.78(P3) 49.3(P4) 57.78(P2) 66.39(P1) 230.25

III 56.67(P4) 56.29(P3) 61.28(P1) 59.35(P2) 233.59

IV 68.71(P2) 62.79(P1) 52.06(P4) 63.3(P3) 246.86

Total 240.27 235.3 218.21 240.05 933.83

Jumlah dan Rataan Perlakuan Masing-masing Perlakuan

Perlakuan Jumlah Rataan

1 248.57 62.1425

2 252.76 63.1900

3 223.46 55.8650

4 209.04 52.2600

Perhitungan Sidik Ragam

FK =

=

=

=54502.40431

JKT = ∑ FK

= [(58.11)2+(66.92)

2+….+(63.3)

2] – 54502.40431

= 55113.6613 – 54502.40431

= 611.2569938

JK Baris = ∑i

= (223.13)2+(230.25)

2+(233.59)

2 +(246.86)

2

4

= 54576.5518 - 54502.40431

= 74.147468

- 54502.40431

Page 48: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

35

JK Kolom = ∑j

= (240.27)2+( 235.3)

2 +(218.21)

2 +(240.05)

2

4

= 54583.8424 - 54502.40431

= 81.43806875

JKP = ∑k

= (248.57)2

+ (252.76)2

+ (223.46)2 + (209.04)

2

4

= 54826.6889 - 54502.40431

= 324.2846188

JKG = JKT – JKB – JKK – JKP

= 611.2569938 – 74.147468 – 81.43806875 – 324.2846188

= 131.386837

Tabel 12. Sidik Ragam Daya Cerna Protein Kasar Wafer Tongkol Jagung Plus

SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01

Baris 3 74.14746875 24.71582292 1.128689 4.76 9.78

Kolom 3 81.43806875 27.14602292 1.239669 4.77 9.78

Perlakuan 3 324.2846188 108.0948729 4.936333*

4.76 9.78

Galat 6 131.3868375 21.89780625

Total 15

*) berpengaruh nyata (P<0,05)

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

BNTα = t (α,dbg) √

= t (0,005, 6) √

= 2.447 x 3.308912680172

= 8.0969

Pengaruh Perlakuan

P4 = 52.2600a P3 = 55.8650ab P1 = 62.4125b P2 = 63.1900b

Perlakuan Terbaik pada P1 dan P2

- 54502.40431

- 54502.40431

Page 49: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

36

DOKUMENTASI

PENGGILINGAN TONGGOL JAGUNG

PENCAMPURAN BERBAGAI BAHAN PAKAN

PENGUKUSAN SETELAH PENCAMPURAN

PENCETAKAN DENGAN ALAT PRES

\

Page 50: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

37

WAFER TONGKOL JAGUNG PLUS

KAMBING PERLAKUAN

ANALISIS DI LABORATORIUM

Page 51: DAYA CERNA SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR WAFER …rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi. ... dibutuhkan dalam proses pencernaan. Namun ketersediaan

38

RIWAYAT HIDUP

ERWIN EKO WARTOYO, lahir pada tanggal 27 Juni 1993

di Argomulyo, Kec. Kalaena, Kab. Luwu Timur. Penulis

adalah anak pertama dari dua bersaudara. Anak dari pasangan

Supangat dan ibu Lilik Endang Susanti. Jenjang pendidikan

formal yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri

No.155 Karya Mukti di Argomulyo pada tahun 1999 sampai tahun 2005. Pada

tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke MTs.Miftahul Ulum di Argomulyo

dan lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1

Kalaena, lulus pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, pada

tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanuddin Fakultas

Peternakan Prodi Ilmu Peternakan.