Upload
muhammad-ichsan
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
1/26
SKENARIO
Seorang laki2 17 thn dtg ke RS dgn keluhan bintil kemerahan pada daerah wajah yang
tlh dialami sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat keluarga menderita penyakit yang samatidak ada. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Kata Sulit
Papul (bintil kemerahan) : penonjolan di atas permukaan kulit,
sirkumskrip,berukuran diameter lebih kecil dari cm, dan berisikan zat padat.
Kata Kunci
Laki2 17 thn
Bintil kemerahan
Riw. Keluarga (-)
Pem. Laboratorium (-)
PERTANYAAN
Bagaimana struktur anatomi dan histologi dari kulit ? Bagaimana mekanisme fisiologi dari kulit ? Apa saja penyebab terjadinya bintil-bintil merah ? Bagimana mekanisme terjadinya bintil merah ? Apa saja anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tambahan
untuk membantu menegakkan diagnose ?
Apa saja diagnose banding pada kasus di scenario ? Bagaimana penatalaksanaan dari kasus diatas ? Bagaimana pencegahan dari kasus diatas ? Bagaimana komplikasi dan prognosis dari kasus diatas
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
2/26
ANATOMI,HISTOLOGI DAN FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan pembungkus yang elastic yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu15 persen dari berat tubuh dan luasnya1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm.
paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis. (0,5 mm)
terdapat di penis. Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis, atau
korium, dan jaringan subkutan atau subkutis.
Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan
1. Lapisan basal atau stratum germinativum2. Lapisan Malpighi atau stratum spinosum3. Lapisan granular atau stratum granulosum dan4. Lapisan tanduk atau stratum korneum
Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan diatas lapisan granular
yaitu stratum lusidium atau lapisan sel-sel jernih. Lapisan basal terdiri dari satu lapis
sel-sel yang kuboid yang tegak lurus terhadapat dermis. Di dalam sel terdapat
sitoplasma yang basofilik dengan inti yang besar, lonjong, daan berwarna hitam. Sel-sel
basal ini tersusun sebagai tiang pagar (palisade). Lapisan basal merupakan lapisan
paling bawah dari epidermis dan berbatas dengan dermis. Dalam lapisan basal terdapat
juga melanosit, melanosit adalah sel dendritik yang membentuk melanin. Melanosit
berasal dari bagian embrio. Melanin berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.
Semua ras mempunyai jumlah melanosit yang sama. Perbedaan warna kulit bergantung
pada kegiatan melanosit.
Lapisan Malpighi merupakan lapisan epidermis yang paling tebal dan kuat.
Terdiri dari sel-sel poligonal yang di lapisan atas menjadi lebih gepeng. Sel-sel
mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri duri.Lapisan
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
3/26
granular terdiri dari satu sampai empat baris sel-sel berbentuk intan, berisi butir-butir
(granul) keratohialin yang basofilik.
Lapisan sel-sel jernih atau stratum lusidium terdiri dari satu lapis sel sel tanpainti, gepeng, tipis, dan mati. Pada permukaan lapisan ini sel-sel mati terus menerus
mengelus tanpa terlihat.
Histologi selaput lendir adalah sama dengan kulit te api tidak mengandung
lapisan granular dan lapisan tanduk, kecuali di dorsum lidah dan palatum.
Epidermis mengandung juga: (1) kelenjar ekrin (2) kelenjar apokrin (3) kelenjar
sebaseus, (4) rambut dan (5) kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin.
Fungsinya mengatur suhu, menyebabkan panas dilepas dengan cara penguapan.
Kelenjar ekrin terdapat di semua daerah kulit, tetapi tidak terdapat di selaput lendir.
Seluruhnya berjumlah antara 2 sampai 5 juta. Yang terbanyak di telapak tangan.
Sekretnya cairan jernih, kira-kira 99% mengandung klorida, asam laktat, nitrogen dan
zat lain. Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel
rambut. Terdapat di ketiak, daerah anogenital, puting susu dan areola.
Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh tubuh, kecuali di tapak tangan, tapak kaki
dan punggung kaki. Terdapat banyak di kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya
berupa senum dan mengandung asam lemak, kolesterol, dan zat lain.
Histologi kulit
a. Lapisan germinatum / lapisan basal
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
4/26
Lapisan terbawah dari lapisan epidermis yang bergerak secara terus menerus menuju
keatas memisahkan antara lapisan epidermis dengan lapisan dermis. Disusun oleh sel
basal aktif yang terus menerus membelah diri, yang sangat penting dalam proses
pembelahan sel, sehingga bagian inilah yang terus menerus membuat sel-sel baru untuk
mengantikan bagian sel-sel tua dan rusak, oleh karena itu disebut juga sel induk. Bagian
ini juga cikal bakal terbentuknya keratinoct baru. Terdapat melanocyt yaitu sel yang
memproduksi melanin untuk member warna pada kulit, dan yang paling penting fungsi
melanocyt untuk melindungi DNA di inti sel kulit agar Tidak bermutasi karena radiasi
sinar matahari.
b. Lapisan Stratum spinosum/prickle-cell layer
Lapisan ini merupakan lapisan diatas sel basal tersusun dari sel keratinocyt bertugas
mengisi sel-sel dengan protein keratin yang bersifat keras sehingga dapat melindungi
lapisan sel basal yang aktif membelah agar terhindar dari subtansi yang dapat merusak
dan dari infeksi mikroorganisme serta kehilangan kelembaban sel kulit. Keratinocyt
yang ada pada lapisan ini juga memproduksi lemak perekat lapisan tanduk. Sel-sel
bagian ini ada sebagian yang masih hidup dan aktif membelah diri terutama sel yang
paling dekat dengan lapisan sel basal. Sel-sel yang sudah terisi keratin secara berangsur-
angsur akan mati dan naik ke permukaan.
Ciri lain dari lapisan ini adalah terdapatnya hubungan antar sel dengan sel lain disebut
intercellular bridges untuk proses keratin dan cairan yang membawa nutrisi dan oksigen
kelapisan ini.
c. Startum Granulosom
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
5/26
Sel dilapisan ini sudah merupakan sel mati dan tidak dapat membelah diri tersusun
dari keratin atau sel yang sudah berisi bahan protein dan mengeras, dan banyakterdapat filaggrin merupakan bahan penghubung sel keratin dengan bagian luar sel
untuk tetap memberikan nutrisi bagi sel keratin melalui cairan antar sel.
d.Stratum Lucidum
Lapisan ini merupakan lapisan tebal ssel
berbentuk gepeng yang tidak berwarna dan
bening, banyak terdapat eleidin (lapisan
mengeras) yang ditemukan hanya pada lapisan
telapak tangan dan kaki, ketebalan lapisan ini
berfungsi untuk pelindung
e.Stratum corneum
merupakan lapisan paling atas tersusun dari 15 -20 lapisan sel, diantara sel-selnya
terdapat lemak yang berfungsi sebagai perekat antara sel-sel, ibarat seperti
susunan batu bata dengan semen (pada gambar terlihat no.1 sel tanduk, no.2
lemak).
Selain itu lemak antar sel juga menstabilkan lapisan
tanduk, menjaga kesediaan air untuk kelembaban
dengan kemampuan tinggi menyerap air, mencegah
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
6/26
kulit dari kekeringan dan dehidrasi saat penguapan akibatnya panasnya matahari,
menjaga elastisitas dan kekenyalan kulit, dan sebagai lapisan yang menyaring serta
mencegah sel-sel kontak dengan mikroorganisme, toksin, bahan-bahan kimia atau
zat allergen yang dapat merusak. Lemak yang ada di lapisan ini di buat oleh sel
keratonocyt di lapisan stratum granulosum.
B. LAPISAN DERMISa. lapisan Papilari
merupakan lapisan tipis dan terdiri dari jaringan penghubung yang longgar
menghubungkan lapisan epidermis kelapisan subcutis, banyak terdapat sel mast
dan yang diperlukan untuk menghancurkan mikroorganisme yang menembus
lapisan dermis, berfungsi sebagai pelindung. Di lapisan ini juga terdapat
sejumlah kecil elastin dan kolagen. Lapisan ini berbentuk gelombang yang
terjulur kelapisan epidermis untuk memudahkan kiriman nutrisi epidermis yang
tidak mempunyai pembuluh darah.
b. Lapisan Retikular
merupakan lapisan tebal dan terdiri dari jaringan penghubung padat dan sel yang
tidak merata, disebut lapisan retikuler karena banyak terdapat serat elastic dan
kolagen yang sangat tebal dan saling berangkai satu sama lain menyerupai
jarring-jaring . Dengan adanya serat elastin dan kolagen akan membuat kulit
menjadi kuat, utuh kenyal dan meregang dengan baik. Komponen dari laisan ini
berisis banyak struktur khusus yang melaksanakan fungsi kulit .
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
7/26
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan dalam
tata kecantikan kulit. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan membantu
mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit wajah yang segar, lembab,
halus, lentur dan bersih. Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi
seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya.
Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang
dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan
seseorang.
Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan
dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme
biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan
pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh,
produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi
kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari. Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin
yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi),
menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu puladalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah.
Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari
kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur
udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran
darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan
vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian
bahan kimia pada kulit.
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
8/26
Penyebab terjadinya bintil kemerahan:
Faktor Ekstrinsik
- Makanan- Psikis- Obat-obatan- Pemakaian kosmetik- Iklim- Infeksi
Faktor Intrinsik
- Genetik- Hormonal- Immunologis
Mekanisme terjadinya bintil merah
a) Pada kulit yang semula dalam kondisi normal, sering kali terjadi penumpukan
kotoran dan sel kulit mati karena kurangnya perawatan dan pemeliharaan,
khususnya pada kulit yang memiliki tingkat reproduksi minyak yang tinggi.
Akibatnya saluran kandung rambut (folikel) menjadi tersumbat.
b) Sel kulit mati dan kotoran yang menumpuk tersebut kemudian terkena bakteri acne,
maka timbulah jerawat.
c) Dalam waktu tertentu, jerawat yang tidak diobati akan meng-alami pembengkakan
(membesar dan berwarna kemerahan), disebut papule
d) Bila peradangan semakin parah, sel darah putih mulai naik ke permukaan kulit dalam
bentuk nanah (pus), jerawat tersebut disebut pastules. Jerawat radang terjadi akibat
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
9/26
folikel yang ada di dalam dermis mengembang karena berisi lemak padat, kemudian
pecah, menyebabkan serbuan sel darah putih ke area folikel sebasea, sehingga
terjadilah reaksi radang. Peradangan akan semakin parah jika kuman dari luar ikut
masuk ke dalam jerawat akibat perlakuan yang salah seperti dipijat dengan kuku atau
benda lain yang tidak steril. Jerawat radang mempunyai ciri berwarna merah, cepat
membesar, berisi nanah dan terasa nyeri.
Langkah penegakan diagnostic:
Anamnesis:
Bagaimana awal perkembangan bintil ? Apakah bintil dirasakan gatal, perih atau nyeri ? Jika bintil dirasakan gatal, perih atau nyeri, bagaimanakah intensitasnya ? Apakah bintil hanya terdapat diwajah ? Adakah gejala yang lain yang menyertai ?
Adakah riwayat alergi ?
Adakah riwayat konsumsi obat-obatan ? Adakah riwayat penyakit keluarga dengan gejala yang sama ?
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi
- Apakah ada tanda-tanda peradangan atau tidak ?- Bagaimana batas dari bintil kemerahan yang terdapat pada wajah ?- Apakah bintil terlihat seperti papul, pustule atau erupsi ?- Apakah ada komedo atau tidak ?- Apakah bintil simetris atau tidak ?
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
10/26
Palpasi
- Apakah bintil terasa nyeri ?- Apakah bintil terasa massa atau pus ?- Bagaimana konsistensi dari bintil ?
Diagnosa Banding:
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
11/26
AKNE VULGARIS
AKNE VULGARIS merupakan penyakit yang sering berkembang sejak masa pubertas
dan kelainannya di jumpai pada kulit dengan populasi folikel sebaceous yang dapat
seperti wajah, dada bagian atas dan punggung.
EPIDIMIOLOGI
Akne vulgaris dijumpai pada hampir 80% orang dewasa muda yang berumur 11-
30 th. Pada masa remaja, akne fulgaris lebih sering dijumpai pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan pada masa dewasa, lebih sering dijumpai pada perempuan
dibandingkan laki-laki.
ETIOPATOGENESIS
Penyebab timbulnya akne vulgaris secara umum bersifat multifaktorial. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu:
1. GenetikaSering dinyatakan sebagai penyakit yang diwariskan tetapi belum ada bukti
terperinci dan meyakinkan
2. Diet/ makananAdapun jenis makanan yang sering diwaspadai seperti coklat, kacang-
kacangan dan karbohidrat
3. Obat-obatanKortikosteroid dapat menimbulkan steroid akne
4. EndokrinPeningkatan kadar hormone androgen, mempunyai pengaruh penting pada
aktivitas kelenjar sebaseous dan selanjutnya mempengaruhi terjadinya akne
vulgaris
5. KosmetikKosmetik yang bersifat komedogenik ringan dapat mencetuskan timbulnya
akne vulgaris
Sedangkan faktor-faktor yang memegang peranan pada patogenesis akne
vulgaris yaitu:
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
12/26
1. Meningkatnya produksi sebum, antaralain akibat pengaruh hormone androgenyang menyebabkan pembesaran kelenjar sebaseous
2. Keratinisasi yang abnormal berupa hiperkeratinisasi dan hiperproliferasi dari sel-sel pada daerah infra infundibulum, yang mengakibatkan terjadinya
penyumbatan saluran pilosebasea oleh keratin dan sebum yang mengeras
3. Proliferasi propionibacterium acnes. Kolonisasi mikrobial menyebabkanpeningkatan lipolisis dan menginduksi kemotaktik faktor yang menbarik
neutrofil dan memegang peranan pada proses peradangan
4. InflamasiGAMBARAN KLINIS
Lesi yang patognomik untuk akne vulgaris adalah komedo. Akne vulgaris
mempunyai lesi yang polimorfik berupa komedo, papula, pustula, nodul, kista dan
parut
1. KOMEDOKomedogenesis adalah proses deskuamasi korneosit follikel dalam duktus
folikel sebasea mengakibatkan terbentuknya mikrokomedo (mikroskopik
komedo) yang merupakan inti dari patogenesis akne. Mikrokomedo berkembang
menjadi lesi non inflamasi yaitu komedo terbuka (blackhead) dan komedo
tertutup (whitehead) atau dapat juga berkembang menjadi lesi inflamasi.
Komedo terbuka:
Disebut juga blackhead komedo secara klinis dijumpai lesi berwarna hitam,
berdiameter 0,1-3,0 mm, biasanya berkembang dalam waktu beberapa minggu.
Puncak komedo ini berwarna hitam, hal ini disebabkan permukaan lemaknya
mengalami oksidasi dan akibat pengaruh melanin.
Komedo tertutup:
Disebut juga whitehead komedo, secara klinis lesinya kecil dan jelas dan
berdiameter 0,1-3,0 mm. Lesi ini mengalammi perbaikan dalam waktu 3-4 hari
sebanyak 25 % dan akan berkembang menjadi lesi inflamasi sebanyak 75 %.
2. PAPULA
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
13/26
50% papula berasal dari mikrokomedo dimana 25% berasal dari komedo
tertutup dan 25%nya lagi berasal dari komedo terbuka. Ada dua tipe papula
yaitu yang aktif dan tidak aktif, kurang merah dan lebih kecil dari yang aktif,
berdiameter 4mm.
3. PUSTULALetak pe=ustula bisa dalam ataupun superfisial. Fustula lebih jarang dijumpai di
bandingkan papula dan pustula yang dalam sering di jumpai pada akne vulgaris
yang parah. Pustula di bentuk dari papula atau nodul yang mengalami
peradangan dan dapat bertahan selam 7 hari atau lebih
4. NODULLetaknya lebih dalam dan dapat bertahan selama 8 minggu dan kemudian
mengecil. Tetapi tidak semua nodul akan menghilang, sebahagian akan menjadiparut.
5. KISTAJarang terjadi, bila terbentuk diameter bisa mencapai beberapa centimeter. Bila
diaspirasi dengan jarum besar akan didapati material kental berupa krem
berwarna kuning. Lesi dapat menyatu menyebabkan terbentuknya sinus, terjadi
nekrosis dan peradangan granulomatous, keadaan ini sering di sebut akne
konglobata
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
14/26
6. PARUTSering di sebabkan lesinodulokistik yang mengalami peradangan yang berat.
Parut dapat dibagi atas 2 bentuk yaitu:
1. Hipertropi, terjadi olehkarena pembentukan jaringan ikat yang berlebihan2. Hipotropi, terjadi olehkarena pembentukan jaringan ikat yang berkurang
PENATALAKSANAAN
Penanganan topikal:
a. Retinoidb. Antibiotikc. Benzoil peroxided. Azelaic acid
Pengobatan sistemik:
a. Antibiotikb. Hormonalc. Isotretinoi
KOMPLIKASI
Komplikasi sistemik tidak dijumpai pada siringoma, milium maupun akne vulgaris
tetapi dapat menimbulkan gangguan kosmetik yang signifikan. Pada akne vulgaris yangberat, dapat timbul skar yang menetap. )
ROSASEA
DEFINISI
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah (yang menonjol/cembung)yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasi disertai episode peradangan
yang memunculkan erupsi papul, pustul, dan edema.
ETIOLOGI
Etiologi rosasea belum diketahui. Ada berbagai hipotesis faktor penyebab :
1. Makanan
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
15/26
2. Psikis
3. ObatAdanya peningkatan bradiinin yang dilepas oleh adrenalin pada saat kemerahan kulit
flushing menimbulkan dugaan adanya peran berbagai obat, baik sebagai penyebab
maupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosasea.
4. InfeksiDemodex folliculorum dahulu dianggap berperan pada etiologi rosasea, namun akhir-
akhir ini mulai ditinggalkan.
5. MusimPeran musim panas atau musim dingin, termasuk didalamnya peran sinar ultraviolet
matahari yang dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah kulit penyebab eritema
persisten masih terus diselidiki karena belum jelas dan bertentangan dengan hasilnya.
6. ImunologisDari lapisan dermo-epidermal penderita rosasea ditemukan adanya deposit
imunoglobulin oleh beberapa penelitian, sedang di kologen papiler ditemukan
antibodi antikkolagen dan antinuklear antibodi sehingga ada dugaan faktor imunologi
pada rosasea.
7. LainnyaDefisiensi vitamin, hormonal dan sebore pernah disangka berperan pada etiologi
rosasea namun tidak dapat dibuktikan.
Epidemiologi
Rosasea sering diderita pada umur 30-40 an, namun dapat pula pada remaja maupun orang
tua. Umumnya wanita lebih sering terkena daripada pria. Ras kulit putih (kaokasia) lebih
banyak terkena pada kulit hitam (Negro) atau berwarna (Polinesia), dan di negara barat lebih
sering pada mereka yang bertaraf sosio ekonomi rendah.
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
16/26
GEJALA KLINIS
Terdapat pada wajah terutama di hidung, pipi, dagu, kening dan alis. Kadang-kadang
meluas di leher bahkan pergelangan tangan atau kaki. Lesi umumnya simetris.
Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiektasis, papul, edema dan pustul. Adanya
eritema dan telangiektasia adalah persisten pada setiap episode dan merupakan gejala khas
rosasea. Papul kemerahan pada rosasea tidak nyer.
Pada awalnya (stadium I) biasa ditemukan eritema karena terkena sengat matahari.
Eritema ini menetap lalu diikuti dengan timbulnya beberapa telangiektasia. Pada tahap
stadium II, dengan diselingi episode akut yang menyebabkan timbulnya papul, pustul dan
edema, terjadilah eritema persisten banyak telangiektasia, papul dan pustul. Pada tahap lanjut
(stadium III) terlihat eritema persisten yang dalam, banyak telangiektasia, papul, pustul,
nodus dan edema.
Grade I Grade II Grade III
PENGOBATAN
1. Topikala. Tetrasiklin, klindamisin, eritromisin dalam salap 0,5-2,0 %. Eritromisin lebih baik
hasilnya dibandingkan lainnya.
b. Metronidasol 0,75 % gel atau krim 2 % efektif untuk lesi, papul dan pustul.c. Imidasol sendiri atau dengan ketokonasol ata sulfur 2-5 % dapat dicoba.d. Isotretinoin krim 0,2 % juga bermanfaat.e. Antiparasit untuk membunuh D. Follikulorum: misalnya lindane, krotamiton atau
bensoil bensoat.
f.
Kortikosteroid kekuatan rendah (krim hidrokortison 1%) hanya dianjurkan padastadium berat.
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
17/26
2. Sistemika. Tetrasiklin, ertromisin, doksisiklin, minosiklin dengan dosis sama dengan dosis
agne vulgaris beradang memberikan hasil yang baik karena efek antimikroba dan
anti-inflamasinya.
b. Isotretinoin 0,5-1,0/kgBB sehari dapat digunakan kecuali bila ada rosasea padamata.
c. Metronidasol 2x500 mg/hari efektif baik stadium awal maupun lanjut.3. Lainnya
a. Sunblock dengan SPF 15 atau lebih dianjurkan dipakai penderita untuk menahansinar UVA dan UVB.
b. Diet rokok, alkohol, kopi, pedas dapat dilakukan untuk mengurangi rangsanganeritem.
c. Bedah kulit, skalpel atau dermabrasi untuk rinofima dan bedah listrik untuktelangiektasia.
KOMPLIKASI
Rinofima, inflamasi okular, dan rosasea limfedema.
PROGNOSIS
Rosasea umumnya persisten, berangsur bertambah berat melalui episode akut.
Namun, adapula yang remisi secara spontan.
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
18/26
DERMATITIS PERIORAL
Dermatitis perioral merupakan peradangan pada kulit dengan bentukan berupa papula
dan pustula di daerah pefiorificial yaitu di sekitar mulut. Paling banyak terjadi pada wanita,
meskipun papular varian yang berbeda bisa terjadi pada anak-anak. Klinis dan histologis fitur
dari lesi dermatitis perioral mirip dengan rosasea. Pasien memerlukan pengobatan sistemik
dan atau perawatan topikal.
Epidemiologi
Epidemiologi penyakit ini dipengaruhi oleh seks dan umur, sering timbul pada wanita
dengan usia antara 20-45 tahun6, jarang dialami oleh laki-laki 3,4,6 tapi saat ini mulai sering
timbul karena banyak laki-laki yang mulai memakai kosmetik.Dermatitis perioral sangat
jarang terjadi, bisa ada kecenderungan kambuh pada orang yang sebelumnya pernah
mengalaminya.
Etiologi
Hingga saat ini penyebab dari perioral dermatitis masih belum diketahui. Namun timbulnya
perioral dermatitis dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain alergi mengeluh perih apabila
terkena panas, sinar matahari, parfum, angin, kosmetik dan sabun. Penyakit ini dapatberkembang menjadi kronis, namun umumnya dapat sembuh sendiri.
Obat: Banyak pasien penyalahgunaan steroid topikal. Tidak ada korelasi yang jelas antara
risiko perioral dermatitis dan kekuatan steroid atau lamanya penggunaan.
Kosmetik: Fluorine pasta gigi,krim dan salep perawatan kulit, terutama yang memiliki
bahan dasar petrolatum atau parafin, dan isopropil myristate dicurigai menjadi faktor
penyebab. Dalam sebuah penelitian di Australia, didapatkan hasil bahwa selain pelembab
dan krim malam menghasilkan 13kali lipat peningkatan risiko untuk perioral dermatitis.
Kombinasi pelembab dan foundation secara signifikan meningkatkan risiko perioral
dermatitis, sedangkan pelembab saja tidak. Baru-baru ini, tabir surya telah diidentifikasi
sebagai penyebab dermatitis perioral pada anak-anak.
Faktor fisik: sinar UV, panas dapat memperburuk dermatitis.
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
19/26
Faktor Microbiologic: spirilla Fusiformis bakteri, Candida spesies, dan lainnya Kehadiran
mereka tidak memiliki relevansi klinis yang jelas.selain itu kandidiasis di duga memicu
perioral dermatitis.
faktor hormonal dicurigai karena kerusakan pramenstruasi yang diamati.
Patogenesis
Terjadi keradangan pada kulit di papilla dermis berupa udem dan vasodilatasi disertai
timbulnya sel-sel radang infiltrat, tidak jarang timbul juga vasculitis.Sedangkan untuk
timbulnya dermatitis perioral yang dipicu oleh pasta gigi berflouride tinggi karena senyawa
flourine dalam flouride adalah unsur halogen yang bersifat korosif dan mudah terkombinasi
atau menyatu dengan elemen lain kecuali gas inert. Flouride dipastikan mempunyai
kemampuan untuk memacu dan menyebabkan inflamasi. Stone dan willis
mendemonstrasikan respon meningkatnya inflamasi jika flouride diberikan di bagian tubuh
yang meradang sedangkan Douglas menyelidiki bahwa stomatitis sekunder dapat timbul
karena flouride.
Gejala Klinis
Gejala dari dermatitis perioral berupa timbulnya erupsi berbatas tegas yang persisten dan
eritematosa yang ukurannya 1-2 mm berbentuk papul dan pustula didaerah perioral, lipatan
nasolabial, dan daerah periorbital 2 umumnya terdistribusi dan diawali pada daerah dagu atau
pada bibir atas dan menyebar disekitar mulut, membentuk daerah kecil berbatas kemerahan
dan diantara batas bibir dengan ruam kulit biasanya dipisahkan oleh daerah kulit yang masih
normal, akhirnya dapat menyebar di alis, glabella atau keduanya sekaligus, penderita
mengeluh gatal dan rasa seolah terbakar.Gejala-gejala ini dapat berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu dan bisa saja tiba-tiba sembuh, hal ini bisa terjadi selama beberapa
bulan dan bahkan bertahun-tahun. Karena tidak ada obat yang bisa menyembuhkan dalam
waktu yang singkat maka banyak wanita berusaha untuk menutupi ruam merah dengan
memakai krim, padahal saat ini banyak krim yang mengandung bahan kimia sintetik yang
justru akan memperparah ruam.
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
20/26
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ada 2 macam secara medikamentosa dan non medikamentosa yaitu :
a) Medikamentosa
Untuk terapi sistemik dapat diberikan antibiotik seperti tetrasiklin 250-500 mg 2x1 hari
selama 2-3 bulan jika penderita alergi terhadap tetrasiklin bisa diberikan minocyclin 50-100
mg 2X1. Untuk anak-anak kurang dari 10 tahun berikan erithromycin, zithromax atau
biaxin.4
b) Non Medikamentosa
Nol-terapi yaitu menghentikan penggunaan semua obat-obatan topikal dankosmetik yang menjadi faktor penyebab dermatitis perioral. Hal ini efektif untuk
kasus-kasus yang berhubungan dengan penyalahgunaan steroid atau terhadap
kosmetik yang dicurigai. Dalam setiap kasus, keadaan yang semakin buruk dapat
terjadi pada awal pengobatan, terutama jika steroid topikal dihentikan, pasien harus
diberi penjelasan tentang komplikasi ini. Pada kondisi penyalahgunaan topikal
steroid dalam jangka yang panjang maka, steroid disapih dengan dosis rendah 0,1-
0,5% berupa krim hidrokortison. Berikan informasi pada penderita bahwa sewaktu-waktu penyakit ini dapat kambuh
lagi. Disarankan untuk menggunakan sabun yang lembut dan luka tidak boleh
digosok dengan kasar. Selama menjalani terapi pasien dilarang menggunakan
moisturizer dan cream.
Komplikasi
Dapat berupa problem emosional psikologis karena sifat lesi hilangnya lama
dan lesi di wajah mempengaruhi kepercayaan diri penderita. Dan timbulnya rebound
effect karena penggunaan kortikosteroid dan dapat timbul jaringan parut atau skar.
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
21/26
ERUPSI AKENIFORMIS
Erupsi Akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa reaksi peradangan
folikular dengan manifestasi kulit papulopustular.
EPIDEMIOLOGI
Kasus erupsi akneformis akibat obat (drug-induced acneiform eruption / DAE) awalnya
sudah dilaporkan sejak tahun 1928 ketika lesi yang menyerupai akne muncul dengan
penggunaan iodida dan hidrokarbon klorinat. Erupsi akneiformis mulai tercatat sebagai salah
satu dari beberapa efek samping steroid saat pengenalan steroid dalam terapi medis pada
tahun 50-an. Pada tahun 1959, Bereston melaporkan timbulnya erupsi akneiformis seiring
dengan penggunaan isoniazid (INH). Sejak itu, berbagai macam obat ditemukan sebagai
penyebab erupsi akneiformis.
ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini masih belum jelas. Semula erupsi akneformis disangka sebagai
salah satu jenis akne, namun kemudian diketahui bahwa etiopatogenesis dan gejalanya
berbeda. Induksi obat yang diberikan secara sistemik diakui sebagai faktor penyebab yang
paling utama seperti yang tercantum dalam tabel 2.1. Ada pula yang mengganggap bahwa
erupsi akneformis dapat disebabkan oleh aplikasi topikal kortikosteroid, psoralen dan
ultraviolet A (PUVA) atau radiasi, bahkan berbagai bahan kimia yang kontak ke kulit akibat
kerja (minyak, klor), kosmetika, atau tekanan pada kulit. 1,5
-
Tabel 1 Obat dan bahan yang diduga menyebabkan erupsi akneformis.
1,2,5
Hormon dan steroid Antibiotik
- gonadotropin - tetrasiklin co-trimoxazole
- androgen- steroid anabolik- steroid topikal
dan oral
- penisilin doxicyclin-
kloramfenikol- ofloxacin
Senyawa halogen Vitamin
- bromida - riboflavin (B2)
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
22/26
- iodida- halotan - piridoksin (B6)- sianokobalamin (B12)
Obat antikonvulsi Obat lain
- fenitoin - Lithium
- fenobarbital- troxidone - Kloral hidrat- Disulfiram
Obat anti Tuberkulosis - Psorialen dengan ultraviolet A
- isoniazid (INH)- rifampisin
PATOGENESIS
-Mekanisme patogenesis terjadinya erupsi akneiformis belum diketahui secara pasti. John
Hunter dkk menyatakan bahwa erupsi akneiformis terjadi melalui mekanisme non imunologis
yang dapat disebabkan karena dosis yang berlebihan, akumulasi obat atau karen a efek
farmakologi yang tidak diinginkan. Andrew J.M dalam bahasannya tentang Cutaneous Drug
Eruption menyatakan bahwa mekanisme non imunologis merupakan suatu reaksi pseudo-
allergic yang menyerupai reaksi alergi, tetapi tidak bersifat antibody-dependent. Ada satu
atau lebih mekanisme yang terlibat dalam reaksi tersebut, yaitu: pelepasan mediator sel mast
dengan cara langsung, aktivasi langsung dari sistem komplemen, atau pengaruh langsung
pada metabolisme enzim asam arachidonat sel. Selain itu adanya efek sekunder yang
merupakan bagian dari efek farmakologis obat, juga dapat menimbulkan manifestasi di
jaringan kulit.
GEJALA KLINIS
Berebeda dengan akne, erupsi akneiformis timbul secara akut dan subakut , dan tempat
timbul secara akut atau subakut dan tempat terjadinya tidak ditempat predileksi akne saja,
namun diseluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea.
Manifestasi klinis erupsi adalah papul dan vustu, monomorfik atau oligomorfik, pada
mulanya tanpa komedo. Komedo dapat terjadi sekunder kemudian setelah sistem sebum ikut
terganggu. Dapat disertai demam,malaise dan umumnya tidak terasa gatal. Umur penderita
berbeda dari remaja sampai orang tua, tentu ada anamnesa obat yang lama dikonsumsi .
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
23/26
PENGOBATAN
Penghentian konsumsi obat yang dipakai penderita dapat mengehentikan
bertambahnya erupsi dan secara perlahan akan menghilangkan erupsi yang ada . pengobatan
topikal dengan obat yang bersifat iritan, misalnya sulfur,resorsinol atau asam vitamin A
mempercapat hilangnya erupsi kulit. Pemberian obat anti acne sistemik sesuai dengan
beratnya penyakit memberikan hasil yang cukup baik.
PROGNOSIS
Erupsi akneiformis merupakan penyakit yang dapat sembuh, apabila penyebab induksi obat
bisa dihentikan. Apabila hal tersebut tidak mungkin dilaksanakan karena vital, maka
pengobatan topikal maupun sistemik akan memberikan hasil yang cukup baik.
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
24/26
DAFTAR PUSTAKA
1. Boxton PK. ABC of Dermatology 4th ed. London:BMJ Group;2003. p:47-9.2. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and Acneiform
Eruptions. In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffell D, eds.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2007.
p: 690-703.
3. Hunter John, Savin John, Dahl Mark. Clinical Dermatology 3rd ed. Massachusetts:Blackwell Science,Inc.;2002. p:148-156.
4.
Anonim. Acne Vulgaris. Cited on 02 June 2011. Available from:http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/basics/classification.html
5. Dreno B, Poli F. Epidemiology of Acne. Dermatology, Acne Symposium at the WorldCongres of Dermatology Paris July 2002. p:7-9. 2003
6. Webster, Guy. Overview of the Patogenesis of Acne. In: Webster GF, Rawlings AV, eds.Acne and its Therapy. London:Informa Healthcare;2007. p:1-5
7. James WD, Berger TG, Elston DM. Acne. In : James W, Berger T, Elston DM, eds.Andrews disease of the skin Clinical Dermatology 10
th
ed. Canada : El Sevier; 2000. p:231-44.
8. Batra, Sonia. Acne. In: Ardnt KA, Hs JT, eds. Manual of Dermatology Therapeutics 7thed. Massachusetts:Lippincot Williams and Wilkins; 2007. P:4-18
9. Sheen, Barbara. Diseases and Disorders Acne. Framington Hills: Lucent Books;2005.p:10-20.
10.Schalock PC. Rosaceae and perioral (periorificial) dermatitis. In: Manual ofDermatology Therapeutics 7th ed. Massachusetts:Lippincot Williams and Wilkins; 2007.
P:175-180
http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/basics/classification.htmlhttp://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/basics/classification.htmlhttp://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/basics/classification.html7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
25/26
Laporan Kelompok
MODUL 1
BINTIL PADA WAJAH
OLEH
KELOMPOK 8
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012
7/29/2019 DD Skenario 2 Modul 1
26/26
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
Wahyudi 10542 0211 10
Fajrul Syam Ansar 10542 0212 10
Sunardi 10542 0213 10
Waode Melfin Sari Rizki 10542 0216 10
Muh. Ilham Mulyadi 10542 0217 10
Syamsi Rizki Gulkiankedi K 10542 0218 10
Muh. Ichsan Lakota 10542 0219 10
Vendy Yusrah Ramadhan 10542 0220 10
Riezka Adriati Fahri 10542 0114 09
Rizqi Anugrahyani Amir 10542 0118 09
Ruslan 10542 0120 09