Upload
ida-dkoncoe
View
71
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1. Definisi
Cidera kepala adalah pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran.
Cidera kepala adalah keadaan dimana struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala
tulang tengkorak, durameter, pembuluh darah serta otaknya mengalami cidera baik yang
trauma tertutup maupun trauma tembus.
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative, tetapi disebabkan
serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala atau
trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul
maupun trauma tajam. Defisit neorologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia
dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema cereblal disekitar jaringan otak.
Cidera kepala dibagi menjadi tiga yaitu cidera kepala ringan, sedang dan berat.
Cidera kepala ringan adalah trauma kepala dengan skala Glasgow Coma Scale 15 (sadar
penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala dapat terjadi
abrasi, lacerasi, haematoma kepala dan tidak ada kriteria cidera sedang dan berat.
Sedangkan cidera berat adalah keadaan dimana struktur lapisan otak mengalami cidera
berkaitan dengan edema, hyperemia, hipoksia dimana pasien tidak dapat mengikuti
perintah, coma (GSC < 8) dan tidak dapat membuka mata.
Berdasarkan GCS maka cidera kepala dapat dibagi menjadi 3 gradasi yaitu cidera
kepala derajat ringan, bila GCS : 13 – 15, Cidera kepala derajat sedang, bila GCS : 9 – 12,
Cidera kepala berat, bila GCS kurang atau sama dengan 8
2. Patofisiologi
Trauma pada kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang
terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin besar kerusakan yang
timbul, getaran dari benturan akan diteruskan menuju Galia Aponeurotika sehingga banyak
energi yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek
sehingga akan menyebabkan haematoma epidural, subdura maupun intracranial,
perdarahan tersebut juga akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak menurun
sehingga suplai oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan akan menyebabkan edema
cerebral. Akibat dari haematoma diatas akan menyebabkan distorsi pada otak, karena isi
otak terdorong ke arah yang berlawanan yang berakibat pada kenaikan TIK (Tekanan
Intrakranial) merangsang kelenjar Pitultary dan Steroid adrenal sehingga sekresi asam
lambung meningkat akibatnya timbul rasa mual dan muntah dan anoreksia sehingga
masukan nutrisi kurang.
Pathway cidera Kepala
3. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (1996: 108) mendeskripsikan bahwa penyebab cidera
kepala adalah karena adanya trauma rudapaksa yang dibedakan menjadi 2 faktor yaitu:
a. Trauma Primer
Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselarasi dan deselerasi)
b. Trauma Sekunder
Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui, akson) yang meluas, hipertensi intrakranial,
hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi siskemik.
Cedera kepala dapat disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan
industri, kecelakaan olah raga. Tipe dan Tingkatan Cedera Kepala:
a. Cedera kepala ringan :
- Klien bangun dan mungkin bisa berorientasi
- GCS (13-15)
- Kehilangan kesadaran atau amnesia < dari 30 menit
- Tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio, hamatom.
b. Cedera kepala sedang
- Klien mungkin konfusi/samnolen, namun tetap mampu untuk mengikuti perintah
sederhana
- GCS (9-12)
- Hilang kesadaran atau amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam
- Dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan
c. Cedera kepala berat
- Klien tidak mampu mengikuti bahkan perintah sederhana karena gangguan kesadaran
- GCS (3-8)
- Kehilangan kesadaran atau amnesia > 24 jam
- Mengalami kontusio serebral, laserasi, hematoma intrakranial.
4. Tanda dan gejala
a. Nyeri yang menetap atau setempat.
b. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
c. Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat
di bawah konjungtiva, memar diatas mastoid (tanda battle), otoreaserebro spiral
( cairan cerebros piral keluar dari telinga ), minoreaserebrospiral (les keluar dari
hidung).
d. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
e. Penurunan kesadaran.
f. Pusing / berkunang-kunang.Absorbsi cepat les dan penurunan volume
intravaskuler
g. Peningkatan TIK
h. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralysis edkstremita.
i. Peningkatan TD, penurunan frek. Nadi, peningkatan pernafasan
5. Pemeriksaan penunjang
a. CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan
ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
b. Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
c. X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan / edema), fragmen tulang.
d. Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
e. Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
tekanan intrakranial.
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering dijumpai dan berbahaya menurut (Markam, 1999) pada cedera
kepala meliputi
a. Koma
Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut koma. Pada situasi ini secara
khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu, setelah 16 masa ini penderita akan
terbangun, sedangkan beberapa kasus lainnya memasuki vegetatife state. Walaupun
demikian penderita masih tidak sadar dan tidak menyadari lingkungan sekitarnya.
Penderita pada vegetatife state lebih dari satu tahun jarang sembuh.
b. Kejang/Seizure
Penderita yang mengalami cedera kepala akan mengalami sekurang-kurangnya sekali
kejang pada masa minggu pertama setelah cedera. Meskipun demikian, keadaan ini
berkembang menjadi epilepsy
c. Infeksi
Fraktur tulang tengkorak atau luka terbuka dapat merobekkan membran (meningen)
sehingga kuman dapat masuk infeksi meningen ini biasanya berbahaya karena keadaan
ini memiliki potensial untuk menyebar ke system saraf yang lain.
d. Hilangnya kemampuan kognitif
Berfikir, akal sehat, penyelesaian masalah, proses informasi dan memori merupakan
kemampuan kognitif. Banyak penderita dengan cedera kepala mengalami masalah
kesadaran.
e. Penyakit Alzheimer dan Parkinson
Pada khasus cedera kepala resiko perkembangan terjadinya penyakit Alzheimer tinggi
dan sedikit terjadi Parkinson. Resiko akan semakin tinggi tergantung frekuensi dan
keparahan cedera.
7. Penatalaksanaan
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuatluka mudah
dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing dan
miminimalkan masuknya infeksi sebelumlaserasi ditutup.
a. Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan;lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgnmemasang collar
cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jikacedera orofasial mengganggu jalan
nafas,maka pasien harus diintubasi.
b. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jikatidak beri O2
melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan selidiki danatasi cedera dada berat spt
pneumotoraks tensif,hemopneumotoraks.Pasang oksimeter nadi untuk menjaga saturasi
O2minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan terancan/memperoleh
O2 ygadekuat ( Pa O2 >95% dan Pa CO2<40% mmHg serta saturasi O2 >95%)atau
muntah maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh ahlianestesi.
c. Menilai sirkulasi : otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan
dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera intraabdomen/dada.Ukur dan catat
frekuensidenyut jantung dan tekanan darah pasang EKG.Pasang jalur intravena yg
besar.Berikan larutan koloidsedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi
edema.
d. Obati kejang : Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan harusdiobati mula-
mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dandpt diulangi 2x jika masih
kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin15mg/kgBB.
e. Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB6.Pada semua pasien dengan cedera kepala
dan/atau leher,lakukan foto tulang belakang servikal ( proyeksi A-P,lateral dan
odontoid), kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh keservikal C1-
C7. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat :- Pasang infus dgn
larutan normal salin ( Nacl 0,9% ) atau RL cairan isotonis lebih efektif mengganti
volume intravaskular daripada cairan hipotonis dan larutan ini tidak menambah edema
cerebri
f. Lakukan pemeriksaan : Ht, periksa darah perifer lengkap, trombosit, kimia darah.
Lakukan CT scan Pasien dgn CKR, CKS, CKB harus dievaluasi adanya :
1. Hematoma epidural
2. Darah dalam sub arachnoid dan intraventrikel
3. Kontusio dan perdarahan jaringan otak
4. Edema cerebri
5. Pergeseran garis tengah
6. Fraktur kranium
7. Pada pasien yg koma ( skor GCS <8) atau pasien dgn tanda-tanda herniasi lakukan :
Elevasi kepala 30, Hiperventilasi, Berikan manitol 20% 1gr/kgBB intravena dlm 20-
30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar ¼ dosis
semula setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam 1 Pasang kateter foley-Konsul bedah
saraf bila terdapat indikasi opoerasi (hematom epidural besar,hematom sub
dural,cedera kepala terbuka,fraktur impresi >1 diplo).
8. Masalah Keperawatan
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung tipe,lokasi dan keparahan cederadan mungkin di
persulit oleh cedera tambahan pada organ vital
a. Aktifitas dan istirahat
Gejala : merasa lemah,lelah,kaku hilang keseimbangan
Tanda : perubahan kesadaran, letargi, Hemiparese, ataksia cara berjalan tidak tegap,
masalah dlm keseimbangan, cedera/trauma ortopedi, kehilangan tonus otot
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal, Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia yg diselingi bradikardia disritmiac.
c. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresid.
d. Eliminasi
Gejala : Inkontensia kandung kemih/usus mengalami gangguanfungsie.
e. Makanan/cairan
Gejala : mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelanf.
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope,
tinitus, kehilangan pendengaran, Perubahan dalam penglihatan seperti
ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagain lapang pandang, gangguan
pengecapan dan penciuman
Tanda : Perubahan kesadran bisa sampai koma, Perubahan status mental, Perubahan
pupil, Kehilangan penginderaan, Wajah tdk simetris, Genggaman lemah tidak
seimbang, Kehilangfan sensasi sebagian tubuhg.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yg berbeda biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai,respon menarik pada ransangan nyeri yg hebat, merintihh.
h. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor, tersedak,ronkhi,mengii.
i. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi,gangguan penglihatan
j. Kulit
Gejala : laserasi,abrasi,perubahan warna, tanda batledi sekitar telinga, adanya aliran
cairan dari telinga atau hidung, Gangguan kognitif, Gangguan rentang gerak,
Demam
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.
3. Hipertermi berhubungan dengan trauma (cidera jaringan otak, kerusakan batang
otak)
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif,
motorik, dan afektif.
7. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.
8. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik.
C. Intervensi Keperawatan
No DiagnosaKeperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik sere-bral) b.d peningkatan TIK, dengan batasan karakteristik:- Perubahan respon
motorik- Perubahan status
mental- Perubahan respon
pupil
NOC:1. Status sirkulasi2. Perfusi jaringan serebralSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam, klien mampu men-capai :1. Status sirkulasi dengan indikator:- Tekanan darah sistolik dan
diastolik dalam rentang yang diharapkan
- Tidak ada ortostatik hipotensi- Tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK2. Perfusi jaringan serebral, dengan indicator :- Klien mampu berko-munikasi
dengan je-las dan sesuai ke-mampuan
- Klien menunjukkan perhatian,
Monitor Tekanan Intra Kranial1. Catat perubahan respon klien
terhadap stimulus / rangsangan
2. Monitor TIK klien dan respon neurologis terhadap aktivitas
3. Monitor intake dan output4. Pasang restrain, jika perlu5. Monitor suhu dan angka
leukosit6. Kaji adanya kaku kuduk7. Kelola pemberian antibiotic8. Berikan posisi dengan kepala
elevasi 30-40O dengan leher dalam posisi netral
9. Minimalkan stimulus dari lingkungan
10. Beri jarak antar tindakan keperawatan untuk
konsen-trasi, dan orientasi- Klien mampu mem-proses
informasi- Klien mampu mem-buat
keputusan dengan benar- Tingkat kesadaran klien
membaik
meminimalkan peningkatan TIK
11. Kelola obat obat untuk mempertahankan TIK dalam batas spesifik
Monitoring Neurologis (2620)1. Monitor ukuran,
kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tanda-tanda vital4. Monitor keluhan nyeri
kepala, mual, dan muntah5. Monitor respon klien
terhadap pengobatan6. Hindari aktivitas jika TIK
meningkat7. Observasi kondisi fisik klien
Terapi Oksigen (3320)1. Bersihkan jalan nafas dari
secret2. Pertahankan jalan nafas tetap
efektif3. Berikan oksigen sesuai
instruksi4. Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen5. Beri penjelasan kepada klien
tentang pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktivitas dan tidur
2 Nyeri akut b.d dengan agen injuri fisik, dengan batasan karakteristik:
- Laporan nyeri ke-pala secara verbal atau non verbal
- Respon autonom (perubahan vital sign, dilatasi pupil)
- Tingkah laku eks-presif (gelisah, me-nangis, merintih)
- Fakta dari observasi- Gangguan tidur (mata
sayu, menye-ringai,
NOC:
1. Nyeri terkontrol2. Tingkat Nyeri3. Tingkat kenyamananSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. x 24 jam, klien dapat :1. Mengontrol nyeri, dengan
indikator:- Mengenal faktor-faktor
penyebab- Mengenal onset nyeri- Tindakan pertolong-an non
farmakologi
Manajemen nyeri (1400)
1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri
2. Observasi respon ketidaknyamanan secara verbal dan non verbal.
3. Pastikan klien menerima perawatan analgetik dg tepat.
4. Gunakan strategi komunikasi yang efektif untuk mengetahui respon penerimaan klien terhadap
dll) - Menggunakan anal-getik- Melaporkan gejala-gejala nyeri
kepada tim kesehatan.- Nyeri terkontrol
2. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan indikator:
- Melaporkan nyeri- Frekuensi nyeri- Lamanya episode nyeri- Ekspresi nyeri; wajah- Perubahan respirasi rate- Perubahan tekanan darah- Kehilangan nafsu makan
3. Tingkat kenyamanan, dengan indicator :
- Klien melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi
nyeri.5. Evaluasi keefektifan
penggunaan kontrol nyeri6. Monitoring perubahan nyeri
baik aktual maupun potensial.
7. Sediakan lingkungan yang nyaman.
8. Kurangi faktor-faktor yang dapat menambah ungkapan nyeri.
9. Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi sebelum atau sesudah nyeri berlangsung.
10. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memilih tindakan selain obat untuk meringankan nyeri.
11. Tingkatkan istirahat yang adekuat untuk meringankan nyeri.
Manajemen pengobatan (2380)
1. Tentukan obat yang dibutuhkan klien dan cara mengelola sesuai dengan anjuran/ dosis.
2. Monitor efek teraupetik dari pengobatan.
3. Monitor tanda, gejala dan efek samping obat.
4. Monitor interaksi obat.5. Ajarkan pada klien /
keluarga cara mengatasi efek samping pengobatan.
6. Jelaskan manfaat pengobatan yg dapat mempengaruhi gaya hidup klien.
Pengelolaan analgetik (2210)
1. Periksa perintah medis tentang obat, dosis & frekuensi obat analgetik.
2. Periksa riwayat alergi klien.3. Pilih obat berdasarkan tipe
dan beratnya nyeri.4. Pilih cara pemberian IV atau
IM untuk pengobatan, jika
mungkin.5. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgetik.
6. Kelola jadwal pemberian analgetik yang sesuai.
7. Evaluasi efektifitas dosis analgetik, observasi tanda dan gejala efek samping, misal depresi pernafasan, mual dan muntah, mulut kering, & konstipasi.
8. Kolaborasi dgn dokter untuk obat, dosis & cara pemberian yg diindikasikan.
9. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum pengobatan.
10.Berikan obat dengan prinsip 5 benar
11.Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek yang tidak diinginkan
3.
Hipertermi berhubungan dengan trauma (cidera jaringan otak, kerusakan batang otak)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama………..pasien menunjukkan :Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria hasil:- Suhu 36 – 37C- Nadi dan RR dalam rentang
normal- Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
NIC :
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
5. Monitor intake dan output6. Berikan anti piretik7. Berikan cairan intravena8. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila9. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
4 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
NOC:1. Respiratory status : VentilationRespiratory status : Airway
patencyVital sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:Mendemonstrasikan batuk
NIC:
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika
perlu Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan Berikan pelembab udara
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Monitor vital signInformasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
NOC:a. Nutritional status: Adequacy of
nutrientb. Nutritional Status : food and
Fluid Intakec. Weight ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:- Albumin serum- Pre albumin serum- Hematokrit- Hemoglobin- Total iron binding capacity- Jumlah limfosit
1. Kaji adanya alergi makanan2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
5. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
6. Monitor lingkungan selama makan
7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
8. Monitor turgor kulit9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
10. Monitor mual dan muntah11. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi13. Informasikan pada klien
dan keluarga tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti emetik:
17. Anjurkan banyak minum18. Pertahankan terapi IV line
6.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif, motorik, dan afektif.
NOC: Kowlwdge : disease process Kowledge : health BehaviorSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil: Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
NIC : Kaji tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
7. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.
NOC : Respiratory Status : Ventilation Aspiration control Swallowing StatusSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. pasien tidak mengalami aspirasi dengan kriteria: Klien dapat bernafas dengan
mudah, tidak irama, frekuensi pernafasan normal
NIC: Monitor tingkat kesadaran,
reflek batuk dan kemampuan menelan
Monitor status paru Pelihara jalan nafas Lakukan suction jika
diperlukan Cek nasogastrik sebelum
makan Hindari makan kalau residu
Pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampumelakukan oral hygiene
masih banyak Potong makanan kecil kecil Haluskan obat
sebelumpemberian Naikkan kepala 30-45 derajat
setelah makan
8Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik
NOC: Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and
Fluid IntakeSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil: Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena
adekuat
NIC : Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat Monitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output (50 – 100cc/jam)
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah
Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
NANDA International. Nanda International: NursingDiagnoses 2009-2011. USA: WilleyBlackwell Publication, 2009.
Moorhead, Sue, MerideanMaas, Marion Johnson. NursingOutcomesClassification (NOC) FourthEdition. USA: MosbyElsevier, 2008.
Bulechek, Gloria M, Joanne C. McCloskey. NursingInterventionClassification (NIC) FifthEdition. USA: MosbieElsevier. 2008.