Upload
wulan-sari-cahyani
View
19
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DEMAM
Citation preview
DEMAM
Patofisiologi
Demam (pireksia) adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh IL-1. Penhaturan
suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan keseimbangan antara produksi dan
pelepasan panas.1
Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis pirogen yaitu
pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh (bakteri,
virus, jamur) dan berkemampuan untuk merangsang IL-1. Sedangkan pirogen endogen
berasal dari dalam tubuh (fagositosis, kompleks Antigen-antibodi, steroid, sistem monosit-
makrofag, IL, TNF, INF, Limfosit yang teraktivasi) dan mempunyai kemampuan untuk
merangsang demam dengan mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus.1
Demam dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti adanya infeksi, toksin
mikroba, mediator inflamasi, dan reaksi imunologis. Pirogen tersebut berinteraksi dengan
monosit, makrofag atau sel endotel untuk merangsang sintesis IL-6, TNF, INF, terutama IL-
1. Selama demam IL-1 masuk ke dalam ruang perivaskular OVLT melalui jendela kapiler
untuk merangsang sel memproduksi PGE-2, secara difusi masuk ke dalam regio hipotalamus
untuk menyebabkan demam atau beraksi pada serabut saraf dalam OVLT.1
Hasil akhir mekanisme kompleks ini adalah penigkatan thermostatic set-point yang
akan memberi isyarat serabut eferen, terutama serabut simoatis untuk memulai menahan
panas (vasokonstriksi) dan produksi panas (mengigil). Keadaan ini dibantu dengan tingkah
laku yang bertujuan menaikkan suhu tubuh, seperti mencari daerah yang hangat atau menutup
tubuh dengan selimut. Hasil peningkatan suhu melanjut sampai suhu tubuh mencapai
peningkatan set-point. Peningkatan set-point kembali normal apabila terjadi penurunan
konsentrasi IL-1 atau pemberian antipiretik yang menghambat sintesis prostaglandin.
Kembalinya suhu menjadi normal diawali oleh vasodilatasi dan berkeringat melalui
peningkatan aliran darah kulit yang dikendalikan serabut simpatis.1
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena aliran
darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun jika suhu terlalu
tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah
untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke
ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi
memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi
napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan
ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi.2
Pola Demam1
Pola demam saja tidak dapat menjelaskan secara pasti etiologi yang mendasarinya tetapi
dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.
1. Demam kontinu
Demam dengan variasi diurnal di antara 0,55-0,82oC. Dalam kelompok ini demam
meliputi penyakit pneumonia tipe lobar, infeksi kuman gram-negatif, riketsia, demam
tifoid, gangguan sistem saraf pusat, tularemia, dan malaria falcifarum
2. Demam Intermiten
Demam dengan variasi diurnal >1oC, suhu terendah mencapai suhu normal, seperti
endokarditis bakterialis, malaria, bruselosis
3. Demam remiten
Demam dengan variasi normal lebar >1 oC, tetapi suhu terendah tidak mencapai suhu
normal, ditemukan pada demam tifoid fase awal dan berbagai penyakit virus
SUMBER
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Demam: patogenesis dan pengobatan. In: Soedarmo
Sumarmo SP, Garna H, Hadinegoro Sri RS, Satari HI, editors. Buku ajar infeksi &
pediatri tropis. ed 2nd. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Jakarta.p.21-33.
2. Ismoedijanto. Demam pada anak. August 2nd, 2000. Available at:
http://translate.google.co.id/?hl=id&tab=wT#id/en/agustus. Acessed on January 14th,
2013.