34
LATAR BELAKANG Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk (Sudono, 2006). Demam typhoid atau typhus abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhoid dengan masa tunas 6-14 hari. Demam typhoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik Di Indonesia penderita Demam Typhoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di manamana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam typhoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5 - 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2 - 3 : 1. Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam typhoid bila terdapat demam terus menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (Latif Bahtiar, 2008).

demam thypoid

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: demam thypoid

LATAR BELAKANG

Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara

berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya.

Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 – 810 kasus per 100.000

penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari

penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit

infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan

melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk (Sudono, 2006).

Demam typhoid atau typhus abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada

usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhoid dengan masa tunas 6-14

hari. Demam typhoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan

perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup

umumnya adalah baik Di Indonesia penderita Demam Typhoid cukup banyak diperkirakan

800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di manamana. Ditemukan hampir sepanjang

tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam typhoid dapat ditemukan pada semua

umur, tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5 - 9 tahun dan laki-laki lebih banyak

dari perempuan dengan perbandingan 2 - 3 : 1.

Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat

mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang

bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam typhoid bila terdapat demam terus menerus

lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan

anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari

(Latif Bahtiar, 2008).

Page 2: demam thypoid

ANALISA KASUS

Erika 6 th, BB 18 kg, TB 128 cm, mengalami panas badan yang terus memnerus dan sudah

berlangsung hamper 2 minggu. Pada minggu pertama panas terjadi terutama menjelang sore

dan puncaknya pada dini hari yang diikuti dengan turun sampai normal saat menjelang pagi.

Ia sudah dibawa ke Puskesmas saat panas badannya baru 3 hari karena tidak turun walau

sudah di beri obat penurun panas. Ia mendapat amoxilin 3x2 sendok obat dab proris 3x1

sendok obat. Sampai dengan obat habis panas badan tidak turun, dan ia kembali ke

puskesmas diberi obat yang sama. Karena sampai obat habis anak tetap panas akhirnya

dibawa ke RSHS. Ternyata Erika juga sejak sakit tidak buang air besar. Dari pemeriksaan

lebih lanjut didapatkan: lidah kotor di bagian tengah dan kemerahan pada pinggirannya serta

tremor, Pulse : 88x/m, suhu 39,4°C, anak mengeluh nyeri epigastrium dan nyeri kepala, tidak

nafsu makan, teraba hepatomegali dan splenomegali. Ia harus menjalani pemeriksaan

laboratorium, dan sambil ,menunggu hasil pemeriksaan darah ia mendapat terapi

chlorampenicol serta antipiretik. Anak harus menjalani hospitalisasi. Sudah 2 hari ia dirawat,

dan anak tidak mau lepas dari pelukan ibunya. Setiap ada perawat atau dokter memeriksa ia

selalu meronta dan menangis menjerit-jerit, padahal menurut ibunya anak ini biasanya tidak

rewel. Dari pemeriksaan leboratorium didapatkan data menunjang kearah demam thypoid.

STEP 1

1. Proris : Penurun panas

2. Amoxilin : antibiotic

3. Tremor : Bergetar, gemetaran

4. Chlorampenicol : LO

5. Demam Thypoid : penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada usus halus

6. Antipiretik : Penurun demam

STEP 2

1. Obat-obatan selain yang dikasus? (Sarah R.)

2. Obat dari cacing bisa menyembuhkan tipes? Kenapa? Cacing jenis apa? (Tammy)

3. Patofisiologi? (Tiara Tri P.)

4. Mekanisme tremor � masuk k patofisiologi (Tri Andini)

5. Pemeriksaan diagnostic? (susi)

6. Kenapa masih tetap panas, padahal obat sudah habis? (Sri Melva)

Page 3: demam thypoid

7. Masa awitan ? (Salas Auladi)

8. Efek samping, Indikasi, Kontraindikasi proris dan amoxilin?dan mekanisme? (siti anisa)

9. Tindakan jika sudah kronis? (Sella)

10. Penatalaksanaan medis? (Tiara Arum K.)

11. Komplikasi? (Sarah R)

12. Dampak hospitalisasi terhadap tumbuh kembang anak? (Tammy)

13. Diagnosa banding? (Tiara Tri P.)

14. Sikap perawat dalam memberikan penyakit buat anak? (Sri Handini)

15. Efek samping chlorampenicol pada penderita leukopeni? (Susi)

16. Health Education untuk keluarga? (Tri Andini)

17. Klasifikasi demam thypoid dan stadiumnya? (Sri Melva)

18. Diet yang baik untuk anak? (Salas Auladi)

19. Cara pemberian obat yang baik (6 prinsip pemberian obat)? (Siti Anisa)

20. Kenapa typhus bisa muncul timbul lagi apabila sudah sembuh? Vaksin apa yang

diberikan? (Silvia J.)

21. Etiologi?

22. Faktor resiko?

23. Anatomi dn fisisologi Usus Halus?

24. Manifestasi klinis?

25. Asuhan keperawatan?

26. Penyebaran penyakit?

27. Pencegahan?

28. Pravelensi di Indonesia? (Salas Auladi)

29. Indikator untuk mendiagnosis penyakit typhoid? (Silvia J)

30. Aspek legal etis? (Tri andini)

31. Masa penyembuhan? (Sri Handini)

STEP 3

1. LO

2. LO

3. LO

4. LO

5. Pemeriksaan Antigen O, Biopsi, Pemeriksaan darah tepi, SGOT, SGPT. ���� LO

Page 4: demam thypoid

6. Bakteri Salmonella Thypi merangsang pirogen ���� LO

7. 10-14 hari

8. LO

9. Syok Hipovolemik ���� LO

10. LO

11. Perforasi, Perdarahan usus ���� LO

12. Kehilangan masa bermain ���� LO

13. DBD, Apendisitis ���� LO

14. Mengalihkan perhatian, berikan tips pendekatan anak ���� LO

15. Leukosit ↓� infeksi menyebar

16. Pentingnya cuci tangan, berikan bekal, jaga kebersihan, jangan makan sembarangan,

jangan kecapean, 4 sehat 5 sempurna, makan makanan berserat, kurangi tingkat stress

anak, memberikan informasi tentang penyakit yang dialami.

17. Klasifikasi bakteri

a. Salmonella typi

b. Salmonella paratypi A,B,C

Stadium:

a. Masa inkubasi (10-14 hari)

b. Masa permulaan (> 7 hari)

c. Masa lanjutan (minggu ke-3)

d. Minggu ke-4

� LO

18. a. Tidak makan gorengan

b. Makan-makanan yang lunak

c. Minum air putih yang banyak

� LO

19. Prinsip 5 benar

a. Benar orang

b. Benar dosis

c. Benar waktu

d. Benar cara

e. Benar obat

20. LO

21. Bakteri Salmonella typi

Page 5: demam thypoid

22. a. orang yang pernah menderita

b. Kontak dengan penderita

c. Pola hidup tidak sehat

23. LO

24. Febris, lidah putih, demam hilang timbul (1 minggu atau lebih), tremor, hepatomegali,

splenomegali, ada ruam (bintik-bintik) di kulit, bibir kering, 5L, tidak nafsu makan, mual

dan muntah, nyeri di epigastrium.

25. LO

26. Melalui:

a. Makanan

b. Feses

c. Tangan

d. Muntah

e. Lalat

27. LO

28. LO

29. LO

30. A. autonomy

B. Inform Concent

31. Dikatakan sembuh apabila demam hilang.

Page 6: demam thypoid
Page 7: demam thypoid

STEP 5 (Jawaban Learning Objective)

1. Chloramphenicol?

Jawab:

Chloramphenicol adalah obat pilihan utama untuk demam tifoid sejak dikenalkan

pada tahun 1948. Alternatif lain adalah ampicillin (atau amoxicillin) atau trimethoprim-

sulfamethoxazole. Tetapi multidrug resistance yang terjadi pada era 1970 - 1990

menyebabkan obat-obat tersebut saat ini lebih sering digantikan dengan fluoroquinolone

atau cephalosporin generasi ketiga. Sebagai tindakan pencegahan dapat diberikan

imunisasi di daerah endemik tifoid seperti Indonesia.

Chlorampenicol merupakan obat antibiotik. Obat ini bekerja dengan cara membunuh

atau perlambatan pertumbuhan bakteri sensitif. n untuk merawat infeksi serius yang

disebabkan oleh bakteri tertentu.

Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oral atau intravena,sampai 7

hari bebas demam.Penyuntikan kloramfenikol siuksinat intramuskuler tidak dianurkan

karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa

nyeri.Dengan kloramfenikol,demam pada demam tifoid dapat turun rata 5 hari.

(Sella, Sarah R., Sri Melva)

2. Obat-obatan yang digunakan selain dikasus?

Jawab:

a. Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama dengan

kloramfenikol.Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang

daripada klloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada demam

tiofoid dapat turun rata-rata 5-6 hari

b. Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) : Efektivitas ko-

trimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol,Dosis untuk orang dewasa,2

kali 2 tablet sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80

mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol).dengan ko-trimoksazol demam rata-

rata turun d setelah 5-6 hari.

c. Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sefalosporin

generasi ketiga antara lain Sefoperazon,seftriakson, dan sefotaksim efektif untuk

demam tifoidtetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan

pasti.

Page 8: demam thypoid

d. Fluorokinolon : Fluorokinolon efektif untuk demam tifoidtetapi dosis dan lama

pemberian belum diketahui dengan pasti.

Ceftriaxon, cefotaxime, dan cefixime oral merupakan terapi efektif untuk

demam tyhpoid yang multi-drug resistant. Antibiotik ini menghilangkan demam

dalam waktu ~ 1 minggu, dengan angka kegagalan 5-10%, dan angka relas 3-6%.

Walaupun secara efisien membunuh Salmonella secara in vitro, cephalosporin

generasi pertama dan kedua begitupula aminoglikosida tidak efektif menangani

infeksi klinis.9 Penanganan standard dengan chloramphenicol atau amixicillin

terkait dengan angka relaps secara berturut-turut sebesar 5-15% atau 4-8% dimana

quinolon jenis terbaru dan cephalosporin generasi ketiga terkait dengan angka

penyembuhan yang lebih tinggi.

(Susi, Sarah R.)

3. Obat dari cacing bisa menyembuhkan typus? Mengapa? Cacing jenis apa?

Jawab:

Cacing tanah di dunia telah teridentifikasi sebanyak 1.800 spesies. Dari jumlah

tersebut, ada dua spesies, yaitu Lumbricus rubellus (dikenal dengan cacing eropa atau

introduksi) dan Pheretima aspergillum (dikenal dengan nama cacing kalung atau di

long), yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. L. rubellus telah banyak

dibudidayakan di Indonesia, sedangkan Ph. aspergillum belum banyak dibudidayakan.

Jika kita pergi ke toko obat Cina untuk mencari obat demam atau tifus, penjual akan

menyarankan supaya menggunakan cacing kering untuk direbus dan diminum airnya,

atau kalau tidak suka dengan baunya yang cukup menyengat, bisa memakan dalam

bentuk kering yang sudah dimasukkan dalam kapsul. Cacing kering yang diberikan itu

adalah jenis Ph. aspergillum.

Kandungan senyawa kimia cacing tanah memang unik. Kadar protein cacing tanah

sangat tinggi, yaitu 58 persen hingga 78 persen dari bobot keringnya (lebih tinggi

daripada ikan dan daging) yang dihitung dari jumlah nitrogen yang terkandung di

dalamnya. Selain itu, cacing tanah rendah lemak, yaitu hanya 3 persen hingga 10 persen

dari bobot keringnya. Protein yang terkandung dalam cacing tanah mengandung asam

amino esensial dan kualitasnya juga melebihi ikan dan daging.

Pemanfaatan cacing tanah untuk antipiretik lebih aman karena komponen kimia

cacing tanah tidak menimbulkan efek toksik bagi manusia sehingga aman dikonsumsi.

Page 9: demam thypoid

Satu-satunya efek toksik cacing tanah adalah cacing tanah dapat mengakumulasi logam

berat yang ada pada tanah dalam tubuhnya. Cacing tanah dapat menoleransi logam berat

dalam konsentrasi yang cukup tinggi.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan efek antibakteri dari ekstrak cacing tanah.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa dalam kasus penyakit tifus, ekstrak cacing tanah bisa

bekerja dari dua sisi, yaitu membunuh bakteri penyebabnya sekaligus menurunkan

demamnya. Jika ekstrak cacing tanah bisa menurunkan demam dengan baik, mungkin

ekstrak ini juga bisa berperan dalam penyembuhan penyakit SARS yang marak

belakangan ini walaupun memang harus diteliti lebih jauh lagi karena karakteristik

bakteri dan virus sangat berbeda. Akan tetapi, setidaknya untuk pertolongan pertama

masih memungkinkan untuk meredakan demam tinggi yang merupakan gejala awal

penyakit sindrom akut tersebut.

(Siti Anisa)

4. Kenapa masih tetap panas, padahal obat sudah habis?

Jawab:

Obat golongan antiinflamsi nonsteroid mengandung zat aktif (improven � ↓ demam),

menyebabkan:

a. Menghambat prostaglandin

b. Menghambat penyebaran infeksi

c. Mencegah nyeri

5. Efek samping, Indikasi, kontraindikasi Proris dan Amoxilin?

Jawab:

a. Proris

KANDUNGAN : Ibuprofen.

INDIKASI :

Menurunkan demam, Menghilangkan nyeri pada sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot,

nyeri sesudah operasi yang, berkaitan dengan cabut gigi & penyakit rematik.

KONTRA INDIKASI :

Riwayat ulkus peptikum, Pasien yang akan mengalami gejala-gejala asma, rinitis,

atau urtikaria. (biduran/kaligata) bila mengkonsumsi Aspirin & obat-obat anti radang

non steroid lainnya.

Page 10: demam thypoid

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL

Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun

penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek

merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali

yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada

bukti risiko pada trisemester selanjutnya).

KEMASAN : Sirup 100 mg/5 ml x 60 ml.

PENYAJIAN : Dikonsumsi bersamaan dengan makanan

CARA KERJA OBAT :

Ibuprofen adalah golongan obat antiinflamasi non- steroid yang mempunyai efek

antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Obat ini menghambat prostaglandin dan

dengan kadar 400 mg atau lebih digunakan dimana rasa nyeri dan inflamasi

merupakan gejala utama.

DOSIS

1) Proris Suspensi Forte

• Dewasa, untuk meringankan nyeri : 3 – 4 kali / hari @ 1 sendok takar (200 mg)

• Anak-anak, untuk menurunkan demam dan meringankan nyeri. Dosis yang

direkomendasikan 20 mg/ kg berat badan/ hari dalam dosis terbagi :

1 – 2 tahun : 3 – 4 kali/hari @ ¼ sendok takar (50 mg)

8 – 7 tahun : 3 – 4 kali/hari @ ½ sendok takar (100 mg)

8 – 12 tahun : 3 – 4 kali/hari @ 1 sendok takar (200 mg)

2) Proris Suspensi

Dewasa, untuk meringankan nyeri : 3 – 4 kali / hari @ 2 sendok takar (200 mg)

Anak-anak, untuk menurunkan demam dan meringankan nyeri. Dosis yang

direkomendasikan 20 mg/ kg berat badan/ hari dalam dosis terbagi :

1 – 2 tahun : 3 – 4 kali/hari @ ½ sendok takar (50 mg)

3 – 7 tahun : 3 – 4 kali/hari @ 1 sendok takar (100 mg)

8 – 12 tahun : 3 – 4 kali/hari @ 2 sendok takar (200 mg)

EFEK SAMPING

Walaupun jarang terjadi, tetapi dapat menimbulkan efek samping seperti gangguan

pada saluran pencernaan termasuk mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri lambung.

Pernah dilaporkan terjadi ruam kulit, penyempitan bronkus, trombositopenia,

Page 11: demam thypoid

limfopenia. Bisa terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan

membedakan warna tapi sangat jarang terjadi dan akan sembuh bila obat dihentikan.

(Silvia J.)

b. Amoxilin

Amoxilin itu adalah nama dagang dari obat antibiotik golongan penisilin sub

golongan amoksisilin, yaitu amoksisilin trihidrat. Obat golongan ini bekerja sebagai

broad-spectrum (bisa untuk membunuh bakteri gram positif dan negatif), seperti

salmonella, shigella dan lainnya.

INDIKASI

Amoksisilina efektif terhadap penyakit:

• Infeksi saluran pernafasan kronik dan akut: pneumonia, faringitis (tidak untuk

faringitis gonore), bronkitis, langritis.

• Infeksi sluran cerna: disentri basiler.

• Infeksi saluran kemih: gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis.

• Infeksi lain: septikemia, endokarditis.

KONTRAINDIKASI

Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.

KOMPOSISI

• Tiap sendok teh (5 ml) suspensi mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan

amoksisilina anhidrat 125 mg.

• Tiap kapsul mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina

anhidrat 250 mg.

• Tiap kaptab mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina

anhidrat 500 mg.

CARA KERJA OBAT

Amoksisilina merupakan senyawa penisilina semi sintetik dengan aktivitas anti

bakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid. Aktivitasnya mirip dengan ampisilina,

efektif terhadap sebagian bakteri gram-positif dan beberapa gram-negatif yang

patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap amoksisilina adalah Staphylococci,

Page 12: demam thypoid

Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H. influenzae, E. coli dan

P. mirabilis. Amoksisilina kurang efektif terhadap spesias Shigella dan bakteri

penghasil beta-laktamase.

Dosis amoksisilina disesuaikan dengan jenis dan beratnya infeksi.

• Anak dengan berat badan kurang dari 20 kg: 20 - 40 mm/kg berat badan sehari,

terbagi dalam 3 dosis.

• Dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 20 kg: 250 - 500 mg sehari,

sebelum makan.

• Gonore yang tidak terkompilasi: amoksisilina 3 gram dengan probenesid 1 gram

sebagai dosis tunggal.

EFEK SAMPING

Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urtikaria, ruam kulit,

pruritus, angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah,

glositis dan stomatitis.

Interkasi Obat

Probenesid memperlambat ekskresi amoksisilina.

Peringatan dan Perhatian

Pasien yang alergi terhadap sefalosporin mengakibatkan terjadinya "cross

allergenicity" (alergi silang). Penggunaan dosis tinggi atau jangka lama dapat

menimbulkan superinfeksi (biasanya disebabkan: Enterobacter, Pseudomonas, S.

aureus, Candida), terutama pada saluran gastrointestinal. Hati-hati pemberia pada

wanita hamil dan menyusui dapat menyebabkan sensitivitas pada bayi.

(Tiara Arum)

6. Tindakan jika sudah kronis?

Jawab:

- Beri intervensi tambahan sesuai komplikasi

- Typoid berat : Dextametase 3 mg/kg BB

(Tiara Rachmawati, Siti Anisa)

Page 13: demam thypoid

7. Dampak hospitalisasi terhadap tumbuh kembang anak?

Jawab:

Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan

stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan

keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.

Penyebab anak stress meliputi ;

a. Psikososial

Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran

b. Fisiologis

Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri

c. Lingkungan asing

• Kebiasaan sehari-hari berubah

• Pemberian obat kimia

Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)

a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya.

b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri

c. Selalu ingin tahu alasan tindakan

d. Berusaha independen dan produktif

Reaksi orang tua

a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan

dampaknya terhadap masa depan anak

b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak

familiernya peraturan Rumah sakit

(Tri Andini, Sri Handini)

8. Diagnosa Banding

Jawab:

a. Influenza

b. Bronchitis

c. Broncho Pneumonia

d. Gastroenteritis

e. Tuberculosa – Lymphoma

Page 14: demam thypoid

f. Malaria

g. Sepsis

h. I.S.K

i. Keganasan : – Leukemia

j. Komplikasi intestinal

• Perdarahan usus

• Perporasi usus

• Ilius paralitik

k. Komplikasi extra intestinal

• Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

• Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia

hemolitik.

• Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

• Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

• Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

• Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

• Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,

polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

(Siti Anisa, Salas Auladi, Tiara Arum)

9. Sikap perawat dalam memberikan penyuluhan untuk anak?

Jawab:

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak, perawat mempunyai peran dan fungsi

sebagai perawat anak, diantaranya:

1. Pemberi perawatan

Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan anak, sebagai

perawat anak, pemberian pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan memenuhi

kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih, dan asuh

• Kebutuhan asuh

Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus diepenuhi dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan akan

Page 15: demam thypoid

gizi atau nutrisi, kebutuhan pemberian tindakan keperawatan dalam meningkatkan dan

mencegah terhadap penyakit, kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila sakit,

kebutuhan akan tempat atau perlindungan yang layak, kebutuhan hygiene

perseorangan dan sanitasi lingkungan yang sehat, kebutuhan akan pakaian kebutuhan

kesehatan jasmani dan rekreasi, dan lain-lain, yang semuanya harus dipenuhi dalam

memberikan asuhan keperawatan pada anak.

Dalam kasus terlihat anak sulit berkomunikasi dengan perawat dan tenaga

medis lainnya, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik dan menjaga hubungan

dengan anak. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan memudahkan perawat

melakukan tindakan asuhan keperawatan.

Perkembangan komunikasi pada anak usia sekolah (5-11 tahun) dapat dimulai

dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang

besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan

kemampuan anak membaca disini sudah dapat dimulai. Cara komunikasi dengan anak

antara lain:

a. Melalui orang lain atau pihak ketiga

b. Bercerita

c. Biblioterapi (menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang

akan disampaikan kepada anak)

d. Meminta untuk menyebutkan keinginan

e. Menulis

f. Menggambar

g. Bermain

• Kebutuhan asih

Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau

memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan banyak

ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk didalamnya ada perasaan

kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau orang di sekelilingnya

karena akan memperbaiki perkembangan psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan

ini akan meningkatkan ikatan kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya

basic trust (rasa percaya yang kuat).

• Kebutuhan asah

Page 16: demam thypoid

Kebutuhan ini bertujuan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan

secara optimal dan sesuai dengan usia tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan

asah (stimulasi mental) akan memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga

perkembangan psikososial, kecerdasan, kemandirian, dan kreativitas pada anak

akan sesuai dengan harapan atau usia pertumbuhan dan perkembangan.

2. Sebagai advocat keluarga

Perawat membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai

informasi dari pemberian pelayanan/informasi lain khususnya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Perawat juga

harus mampu sebagai advocat keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan

haknya sebagai klien. Misalnya dalam mengambil keputusan perubahan terapi

antibiotika dan berkonsultasi dengan dokter.

Pedoman untuk berkomunikasi dengan anak

a. Usia 0 – 1 tahun

- Gendong, timang dan berbicara dengan bayi, terutama ketika ia sedang marah

atau ketakutan.

- Gunakan suara lembut dan pelan

- Dekati bayi dengan perlahan dan hindari gerakan yang menakutkan.

b. Usia 2 – 5 tahun

- Berikan instruksi yang singkat dan jelas

- Izinkan anak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan ( jika

perlu )

- Bersikap jujur dan beritahu anak jika prosedur itu menyakitkan

c. Usia 6 – 12 tahun

- Libatkan anak dalam diskusi bersana orang tua

- Beri kesempatan pada anak untuk berpartisipasi melalui bermain peran atau

mendongeng.

d. Remaja

- Beri kesempatan untuk mewawancarai anak tanpa kehadiran orang tua

- Pertahankan sikap yang tidak menghakimi

- Gunakan pertanyaan terbuka dan teknik pengulangan.

e. Berkomunikasi dengan anak dan keluarga

Karena keluarga bertindak sebagai system pendukung anak, mereka harus

diperlakukan sebagai satu kesatuan. Untuk itu, menciptakan kominikasi dengan

Page 17: demam thypoid

semua anggota keluarga merupakan hal yang esensial. Komunikasi efektif adalah

kominikasi yang jelas, konsisten, dan sering. Strategi yang dapat digunakan untuk

mempermudah pengambilan riwayat keperawatan dan menbuat hubunga

terapeutik dengan keluarga :

a) Sebelum interaksi, tentukan siapa yang akan diwawancarai.

b) Pilih tempat yang tenang dan pribadi untuk melakukan wawancara

c) Melalui wawncara dengan memperkenalkan diri perawat pada anak dan

keluarga.

d) Jelaskan alasan dan lamanya wawancara, serta dapatkan izin verba untuk

melanjutkan.

e) Gunakan teknik pertanyaan terbuka untuk mengarahkan dari sesi tersebut.

f) Libatkan anak dengan pertanyaan yang sesuai usia untuk menunjukka

ketertarikan pada anak.

g) Gunakan teknik komunikasi terpeutik ( mis : teknik diam ) dan mendengar

aktif

h) Tunjukkan empati, ketulusan dan perhatian untuk membentuk rasa percaya

i) Observasi petunjuk nonverbal, seperti ekspresi wajah dan postur tubuh.

(Salas Auladi, Susi Hanifah)

10. Diet yang baik untuk anak?

Jawab:

Di masa lampau, pasien dengan demam typhoid diberi bubur saring, kemudian

bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian

bubur saring dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi

usus, karena ada pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan. Banyak pasien tidak

menyukai bubur saring karena tidak sesuai dengan selera mereka. Karena mereka hanya

makan sedikit, keadaan umum gizi pasien semakin mundur dan masa penyembuhan

menjadi lama. Makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang

sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien dengan demam

typhoid. Karena ada juga pasien dengan demam typhoid yang takut makan nasi, maka

selain macam atau bentuk yang diinginkan, terserah pada pasien sendiri apakah mau

makan bubur saring, bubur kasar atau nasi dengan lauk pauk rendah selulosa.

Page 18: demam thypoid

Pasien dengan demam typhoid diberikan:

• Bubur saring (pada pasien dengan demam tyhpoid akut)

Dalam pembuatan bubur saring atau nasi tim, perhatikan saja komposisinya.

Usahakan terdiri dari:

a. Somber karbohidrat: beras, kentang, makaroni, havermut, dan lain-lain.

b. Sumber protein: daging, ikan, ayam, telur, hati tahu, dan tempe.

c. Sumber zat pengatur: sayuran. Pilih yang seratnya rendah, seperti wortel, bayam,

daun kangkung, tomat dan labu kuning. Selanjutnya, secara bertahap jenis

sayurannya bisa ditambah dengan brokoli, kembang kol, buncis. Sayuran dapat

diolah dengan disaring atau bisa diberikan dalam bentuk cincang.

Syarat bubur saring yang harus diperhatikan:

a. Bubur tidak boleh mengandung banyak selulose dan serat

b. Mudah dicernakan

c. Tidak boleh diberikan bahan yang membentuk gas dalam saluran pencernaan

d. Dihindarkan dari bumbu yang merangsang (pedas, asin, asam)

e. Bahan lemak diambil dari bahan yang sudah berbentuk emulsi

f. Diberikan dalam porsi kecil dan sering (5-6 kali sehari)

Berikut terdapat berbagai macam jenis bubur saring:

- Bubur saring kacang hijau

- Bubur saring ubi apel

- Bubur saring sagupaya

- Bubur saring kakap

- Bubur saring ayam

- Bubur saring daging sapi

(Sella, Salas Auladi, Siti Anisa)

11. Vaksin apa yang diberikan?

Jawab:

Vaksin yang digunakan adalah:

a. Vaksin yang dibuat dari Salmonella typhosa yang dimatikan.

Pada pemberian oral, vaksin ini ternyata tidak memberikan perlindungan yang baik.

b. Vaksin yang dibuat dari strain Salmonella yang dilemahkan (Ty21-a). Diberikan

secara oral, pada usia >6 tahun, dengan interval selang sehari (hari 1, 3, 5), ulangan

setiap 3-5 tahun. Vaksin ini memberikan perlindungan 87-95% selama 1,5 tahun.

Page 19: demam thypoid

c. Vaksin polisakarida kapsular Vi (Typhi Vi).

Vaksin ini disuntikkan sc atau im 0,5 mL dengan booster (diulang setiap) 2-3 tahun.

Vaksin typhoid dapat diberikan pada anak usia 2 tahun. Satu kali suntikan

menjamin perlindungan terhadap Salmonella paratyphi A dan B, dan melindungi

penyakit ini sekurang-kurangnya 3 tahun.

(Susi Hanifah)

12. Indikator untuk mendiagnosis penyakit thypoid?

Jawab:

a. Dikatakan (+) apabila pemeriksaan penunjang mengarah ke Demam Thypoid

b. Gejala berdasarkan stadium dini, misalnya panas, dll.

13. Masa penyembuhan?

Jawab:

Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika

terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan

berkurang dan temperatur mulai turun.

(Silvia J.)

14. Anatomi dan fisiologi Usus Halus

Jawab:

http://gurungeblog.files.wordpress.com/2008/11/usus-halus.jpg

Usus Halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang

terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh

darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding

Page 20: demam thypoid

usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu

melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga

melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar

( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa (

Sebelah Luar )

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus

kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang

terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).

Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,

dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang

normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua

muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum

berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),

yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam

duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus

halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk

berhenti mengalirkan makanan.

b. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah

bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan

usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus

antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus

penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat

jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis

dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar

Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,

Page 21: demam thypoid

yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan

usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam

bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang

berarti "kosong".

c. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada

sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak

setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum

memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap

vitamin B12 dan garam-garam empedu.

(Tiara Arum)

15. Konsep penyakit (etiologi, factor resiko, manifestasi klinis demam thypoid)?

Jawab:

Konsep penyakit

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella

Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi

oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart,

1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella

thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan

paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang

disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara

pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.

1999).

Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua

sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien

dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus

mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

Faktor resiko

a. orang yang pernah menderita

Page 22: demam thypoid

b. Kontak dengan penderita

c. Pola hidup tidak sehat

Manifestasi Klinis

Masa tunas typhoid 10 - 14 hari

a. Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan

keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,

epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas

(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan

kesadaran.

(Sri Handini, Tiara Tri P.)

16. Epidemiologi dan Pravelensi Demam Thypoid?

Jawab:

Epidemiologi

• Umur: Anak yang berumur < 5 tahun Dewasa > 70 tahun, Puncak insidens: < 1 tahun

• Mortalitas: (infeksi invasif) tinggi pada yang lemah imun: Bayi, Lanjut usia, HIV,

Hemoglobinopati, Kanker. 10% balitA tanpa Rx mati

• Infektifiti: Sangat bervariasi

Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan

perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan

hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik

dapat mengurangi penyebaran penyakit ini.

• Penyebaran Geografis dan Musim

Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya

tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah

yang kebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.

• Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin

Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki

atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang

dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau

Page 23: demam thypoid

sembuh sendiri. Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat

pada tabel di bawah ini.

• Usia Persentase

12 – 29 tahun 70 – 80 %

30 – 39 tahun 10 – 20 %

> 40 tahun 5 – 10 %

Pravelensi

Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara

berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap

tahunnya. Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 – 810 kasus per

100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan

salah satu dari penyakit infeksi terpenting . Angka kejadian penyakit tifus di Indonesia

rata-rata 900.000 kasus/tahun dengan angka kematian lebih dari 20.000 di mana 91%

kasus terjadi pada usia 3-19 tahun.

Ada dua sumber penularan S.typhi : pasien yang menderita demam tifoid dan yang

lebih sering dari carrier yaitu orang yang telah sembuh dari demam tifoid namun masih

mengeksresikan S. typhi dalam tinja selama lebih dari satu tahun.

(Sri Handini, Silvia J., Tiara Tri P.)

17. Klasifikasi dan Stadium Demam Thypoid

Jawab:

Klasifikasi

a. Salmonella typi

b. Salmonella paratypi A,B,C

Stadium

a. Minggu Pertama (awal terinfeksi)

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama

dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan

yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,

muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan

semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak

enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare

Page 24: demam thypoid

lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung

merah serta bergetar atau tremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan

tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode

tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi

pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari

ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak

ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Roseola

terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula merah tua

ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut, lengan atas atau

dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi yang berat, purpura

kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami

distensi.

b. Minggu Kedua

Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang

biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari.

Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan

tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari

berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi

meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat

dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai

dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran

umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat

sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang

kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa.

Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus

menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.

c. Minggu Ketiga

Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu

jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-

gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada

saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya

kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia

memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot

bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani

Page 25: demam thypoid

masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut.

Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai

oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya

perforasi usus sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi

yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi

miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita

demam tifoid pada minggu ketiga.

d. Minggu keempat

Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai

adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

(Sri Melva, Tiara Arum)

18. Komplikasi

Jawab:

a. Komplikasi intestinal

• Perdarahan usus

• Perporasi usus

• Ilius paralitik

b. Komplikasi extra intestinal

• Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,

trombosis, tromboplebitis.

• Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia

hemolitik.

• Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

• Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

• Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

• Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

• Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis

perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

(Tammy)

19. Pemeriksaan diagnostic

Jawab:

Page 26: demam thypoid

a. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali

normal setelah sembuhnya typhoid.

b. PEMERIKSAAN DARAH TEPI

Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa

menurun atau meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan hitung jenis

biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan

limfositosis relatif, terutama pada fase lanjut.11 Penelitian oleh beberapa ilmuwan

mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap darah tidak

mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk

dipakai dalam membedakan antara penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi

adanya leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat diagnosis demam

tifoid

c. IDENTIFIKASI KUMAN MELALUI ISOLASI / BIAKAN

Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam

biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots.

Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan

dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium

berikutnya di dalam urine dan feses.2,9 Hasil biakan yang positif memastikan demam

tifoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya

tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan

meliputi (1) jumlah darah yang diambil; (2) perbandingan volume darah dari media

empedu; dan (3) waktu pengambilan darah.9

d. IDENTIFIKASI KUMAN MELALUI UJI SEROLOGIS

Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan

mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun mendeteksi

antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji serologis ini adalah 1-3

mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan.4 Beberapa uji serologis

yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi : (1) uji Widal; (2) tes

TUBEX®; (3) metode enzyme immunoassay (EIA); (4) metode enzyme-linked

immunosorbent assay (ELISA); dan (5) pemeriksaan dipstik.

• Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Page 27: demam thypoid

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien

dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen

yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan

dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan

adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat

infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh

kuman).

2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman).

3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai

kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya

untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :

a) Faktor yang berhubungan dengan klien :

- Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

- Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam

darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu

ke-5 atau ke-6.

- Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai

demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti

agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.

- Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti

mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.

- Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat

menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem

retikuloendotelial.

- Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan

kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O

biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer

aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu

titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai

nilai diagnostik.

Page 28: demam thypoid

- Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan

ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil

titer yang rendah.

- Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin

terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang

bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.

b) Faktor-faktor Teknis

- Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O

dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat

menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.

- Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji

widal.

- Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian

yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain

salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

e. TES TUBEX®

Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana

dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk

meningkatka sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9

yang benar-benar spesifi yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tes ini

sangat akurat dalam diagnosi infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi

IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.

f. METODE ENZYME IMMUNOASSAY (EIA) DOT

Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM dan Ig

terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM menunjukkan fase awal

infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap IgM dan IgG

menunjukkan demam tifoid pad fase pertengahan infeksi. Pada daerah endemis

dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoi yang tinggi akan terjadi

peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan antara kasus

akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M® yang merupaka

modifikasi dari metode Typhidot® telah dilakukan inaktivasi dari IgG total sehingg

menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen

terhadap Ig M spesifik.

g. METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA)

Page 29: demam thypoid

Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak antibodi

IgG IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap antigen flagella d

(Hd) dan antibodi terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang sering dipakai untuk

mendeteksi adany antigen S. typhi dalam spesimen klinis adalah double antibody

sandwich ELISA. Chaicumpa dk (1992) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar

95% pada sampel darah, 73% pada sampel fese dan 40% pada sampel sumsum

tulang. Pada penderita yang didapatkan S. typhi pada darahnya, uj ELISA pada

sampel urine didapatkan sensitivitas 65% pada satu kali pemeriksaan dan 95% pada

pemeriksaan serial serta spesifisitas 100%.

h. PEMERIKSAAN DIPSTIK

Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana dapa

mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi dengan

menggunakan membra nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita

pendeteksi dan antibodi IgM antihuman immobilized sebagai reagen kontrol.

Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang suda distabilkan, tidak memerlukan

alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas

laboratorium yang lengkap.

i. IDENTIFIKASI KUMAN SECARA MOLEKULER

Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi DN

(asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi

asam nuklea atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR)

melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.2

(Sri Handini, Silvia J.)

20. Penatalaksanaan Medis

Jawab:

Penderita yang harus dirawat dengan diagnosa praduga tifoid harus dianggap dan dirawat

sebagai penderita demam tifoid secara garis besar mencakup 3 hal, yaitu:

a. Perawatan

Penderita demam tifoit perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi serta

pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas, untuk mencegah

terjadianya komlikasi sangat fatal, tetapi tidak harus tirah baring sempurna.

Pergantian posisi tidur juga diperlukan untuk menghindari dekubitus dan bronchitis

hipostatik. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi

Page 30: demam thypoid

penderita dan dilakukan secara bertahap. Pada penderita dengan kesadaran yang

menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi serta tanda-tanda komlikasi

demam tifoid yang lain, termasuk buang air kecil dan buang air besar perlu mendapat

perhatian.

b. Diet

Kualitas makanan dan minuman perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan

kebuatuhan caiaran dan elektrolit, kalori, protein, vitamin maupun mineral serta

diusahakan makan makanan yang rendah atau bebas selulosa/serat (pantang sayur

dan buah-buahan), menghindari makanan yang merangsang/menimbulkan gas. Pada

penderita dengan gangguan kesadaran diberikan makanan cair berupa nutrisional

parental begitu juga untuk penderita yang mengalami komplikasi, misalnya

perdarahan usus, maka pemasukan makanan harus lebih diperhatikan.

c. Medikamentosa

1) Antimikroba

• Kloramfenikol

Keuntungannya adalah dapat menurunkan panas dengan cepat, harga murah,

masa toksik lebih singkat, gejala/keluhan lebih cepat hilang, menurunkan

komplikasi. Indikasi penggunaan kloramfenikol adalah:

a) Typus yang pertama, bukan yang relaps/karier

b) Tidak ada pansitopeni

c) Lekosit > 300/mm4. Wanita tidak hamil (karena dapat sebabkan Gray

Baby Sindrom). Dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg/kgBB/hari,

terbagi dalam 3 dosis. Jika tidak bisa peroral maka diberikan secara iv

dengan dosis 50 mg, neonates sebaiknya dihindarkan, bila terpaksa dosis

tidak boleh melebihi 25 mg/KgBB/hari.

• Tiamfenikol

Mempunyai efek yang sama dengan kloramfenikol, mengingat susunan

kimianya hampir sama, hanya komplikasi hematogen pada tiamfenikol lebih

jarang dilaporkan. Dosis oral yang dianjurkan 50-100 mg/KgBB/hari dibagi

dalam 3-4 dosis. Indikasi untuk pengobatan demam tifoid relaps/karier (sebab

disekrasikan lewat empedu dalam bentuk aktif).

• Cotrimoxazole

Page 31: demam thypoid

Efektifitasnya terhadap demam tifoid masih banyak yang controversial.

Kelebihan contrimoxazole antara lain dapat digunakan untuk kasus yang

resisten terhadap kloramfenikol. Penyerapan di usus cukup baik, kemungkinan

timbulnya kekambuhan pengobatan lebih kecil dibandingkan kloramfenikol.

Kelemahan obat ini adalah terjadinya skin rash (1-5%), Stevent Jhonson

Sindrom, Agranulositosis, Trombositopeni, Megaloblastik anemia. Hemolisis

eritrosit terutama pada penderita defesiensi G6PD. Dosis oral obat ini adalah

30-40 mg/Kg/KgBB/hari untuk trimetroprim, diberikan dalam 2 kali

pemberiaan.

• Ampisilin dan Amoksisilin

Ampisilin utamanya lebih lambat menurunkan demam bila dibandingkan

dengan klorampenikol, tetapi lebih efektif untuk mengobati karier serta toksik.

Kelemahannya dapat terjadi skin rash (3-18%), diare (11%). Amoksisilin

mempunyai daya anti bakteri yang sama dengan ampisilin, tetapi penyerapan

per oral lebih baik, sehingga kadar obat yang mencapai 2 kali lebih tinggi,

timbulnya kekambuhan lebih sedikit (2-5%) dan karier (0-5%). Dosis yang

dilanjutkan pada obat ini adalah: Ampisilin 100-200 mg/kgBB/hari.

Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari. Pengobatan demam tifoid yang menggunakan

obat kombinasi tidak memberikan keuntungan lebih bila diberikan obat

tunggal.

2) Simptomatis

Untuk menghilangkan gejala-gejala yang menyertai, misalnya antipiretik dan anti

flatulen.

3) Suportif

Untuk memperbaiki keadaan umum, misalnya:

• Kortikosteroid. Hanya diberikan dengan indikasi yang tepat karena dapat

menyebabkan perdarahan usus dan relaps serta memperburuk regenerasi sel.

Tetapi pada kasus berat seperti toxsic sepsis (akibat kematian bakteri yang

serempak dan mengeluarkan toksik) maka penggunaan kortikosteroid dapat

bermanfaat menurunkan angka kematian. Efek samping obat ini adalah

agronulositosis.

• Ruboransia, misalnya vitamin B komplek dan vitamin C.

Page 32: demam thypoid

d. Pembedahan

Diperlukan bila terjadi perforasi usus.

Page 33: demam thypoid

KESIMPULAN

Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,

cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah

penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid juga

dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis,Typhoid fever atau Enteric fever.

Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit

kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai

gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid)

disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C.

Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang

disebabkan oleh S typhi.

Kualitas makanan dan minuman pada penderita demam thypoid juga perlu

diperhatikan dan disesuaikan dengan kebuatuhan cairan dan elektrolit, kalori, protein, vitamin

maupun mineral serta diusahakan makan makanan yang rendah atau bebas selulosa/serat

(pantang sayur dan buah-buahan), menghindari makanan yang merangsang/menimbulkan

gas. Pada penderita dengan gangguan kesadaran diberikan makanan cair berupa nutrisional

parental begitu juga untuk penderita yang mengalami komplikasi, misalnya perdarahan usus,

maka pemasukan makanan harus lebih diperhatikan.

Kategori obat-obat pada demam thypoid adalah:

a. Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien demam

tifoid.Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oral atau intravena,sampai

7 hari bebas demam.

b. Tiamfenikol : Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang

daripada klloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada demam tiofoid

dapat turun rata-rata 5-6 hari.

c. Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) : demam rata-rata turun d

setelah 5-6 hari.

d. Ampislin dan Amoksisilin : Dalam hal kemampuan menurunkan demam,efektivitas

ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol.

Untuk mencegah terkena demam thypoid ada beberapa tips, yaitu buah-buahan

hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

sebelum menyedia atau memakan makanan, minum air yang telah dimasak.

Page 34: demam thypoid

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9. Jakarta: EGC.

http://etd.eprints.ums.ac.id/6359/1/J200060043.pdf

http://pt-sar.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=23

http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_5000.html

http://www.pharosindonesia.com/our-product/otc/53-proris.html

http://milissehat.web.id/?p=42