27
I. ETIOLOGI Demam Dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk group BArthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genusPlavivirus dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, danDEN-4. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindunganterhadap serotype yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis denguedapat terinfeksi dengan 3 atau 4 serotipe selama hidupnya, dan keempat jenisserotipe ini semuanya dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. II. EPIDEMIOLOGI Berikut ini beberapa data epidemiologi penyakit demam berdarah dengue di Indonesia yang dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia : Saat ini jumlah kasus demam berdarah dengue diseluruh dunia, ada sekitar 50 juta kasus, dan 75% dari jumlah itu, sekitar 37 juta penderita berasal dari Region Asia Tenggara. Saat ini penyakit demam berdarah dengue telah menjadi endemik (bisa didapatkan) dihampir 50 negara didunia, termasuk Florida Amerika Serikat. Angka kejadian penyakit /Incidence rate di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 66.83%, dan pada tahun 2010 menjadi 34,29% Sedangkan jumlah kasus total yang terjadi di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 156,052 orang dan pada tahun 2010 sedikt menurun menjadi 80,065 orang. 1

Dengue Hemorrhagic Fever

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dhf

Citation preview

I. ETIOLOGIDemam Dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk group BArthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genusPlavivirus dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, danDEN-4. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumurhidup terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindunganterhadap serotype yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis denguedapat terinfeksi dengan 3 atau 4 serotipe selama hidupnya, dan keempat jenisserotipe ini semuanya dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. II. EPIDEMIOLOGI Berikut ini beberapa data epidemiologi penyakit demam berdarah dengue di Indonesia yang dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia :Saat ini jumlah kasus demam berdarah dengue diseluruh dunia, ada sekitar 50 juta kasus, dan 75% dari jumlah itu, sekitar 37 juta penderita berasal dari Region Asia Tenggara.Saat ini penyakit demam berdarah dengue telah menjadi endemik (bisa didapatkan) dihampir 50 negara didunia, termasuk Florida Amerika Serikat.Angka kejadian penyakit /Incidence rate di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 66.83%, dan pada tahun 2010 menjadi 34,29%Sedangkan jumlah kasus total yang terjadi di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 156,052 orang dan pada tahun 2010 sedikt menurun menjadi 80,065 orang.Infeksi virus dengue telah berada di Indonesia sejak abad ke 18, dilaporkan oleh DavidBylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue dikenalsebagai penyakit demam lima hari (vijf daagse koorts) kadangkala disebut juga demamsendi (knokkel koorts). Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang senantiasa ada sepanjang tahun dinegara kita, oleh karena itu disebut penyakit endemis. Di Indonesia sejak pertamaditemukan penyakit DBD tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta angka kejadian DBDmeningkat dan menyebar ke seluruh daerah kabupaten di wilayah Republik Indonesia. Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal ditemukan kasus DBD,angka kejadian luar biasa penyakit DBD diestimasikan setiap 5 tahun dengan angkakematian tertinggi pada tahun 1968 awal diketemukan kasus DBD dan angka kejadian penyakit DBD tertinggi pada tahunn 1988. Angka CFR dari DBD terlihat menurun tajam dari tahun ke tahun sebagai hasil dari pelatihan penatalaksanaan kasus dan ceramah-ceramah klinik yang diberikan untuk dokter-dokter di RS dan puskesmas. Kelompok umur yang sering terkena adalah anak-anak umur 4-10 tahun, walaupun dapatmengenai bayi dibawah umur 1 tahun. Laki-laki dan perempuan sama-sama dapat terkenatanpa terkecuali

III. CARA PENULARANTerdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada dikelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Cara hidup nyamuk terutama nyamuk betina yang menggigit pada pagi dan siang hari,kiranya dapat menjadi sebab mengapa anak balita mudah terserang demam berdarah. Nyamuk aedes yang menyenangi tempat teduh, terlindung matahari, dan berbau manusia,oleh karena itu balita yang masih membutuhkan tidur pagi dan siang hari seringkalimenjadi sasaran gigitan nyamuk. Sarang nyamuk selain di dalam rumah, juga banyak djumpai di sekolah, apalagi bila keadaan kelas gelap dan lembab. Disamping nyamuk aedes aegypti yang senang hidup di dalam rumah, juga terdapat nyamuk aedes albopictusyang senang hidup di luar rumah, di kebun yang rindang yang dapat menularkan penyakitdemam berdarah dengue. Faktor daya tahan anak yang belum sempurna seperti halnyaorang dewasa, agaknya juga merupakan faktor mengapa anak lebih banyak terkena penyakit demam berdarah dengue dibanding orang dewasa. Puncak kasus DBD diketahui pada musim hujan, tetapi untuk daerah perkotaan puncak kasus DBD terjadi pada permulaan musim kemarau. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangatkompleks, yaitu (1) pertumbuhan penduduk, (2) urbanisasi yang tidak terencana danterkontrol, (3) tidak adanyan kontrol terhadap nyamuk yang efektif di daerah endemik,dan (4) peningkatan sarana transportasi.Morbiditas dan moralitas demam berdarah dengue bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologi penderita, kepadatan vektor nyamuk,transmisi virus dengue, virilensi virus dan kondisi geografi setempatIV. PATOFISIOLOGIVirus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/ the sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G antidengue. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serothin sert aktivasi sistim kalikrein yang berakibat ekstravasosi cairan intravascular. Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusi dan syok. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat syok.

V. GEJALA KLINIS Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau dapat berupa demam yang tidak jelas,demam dengue, demam berdarah dengue dengan kebocoran plasma yang mengakibatkan syok atau syndroma syok dengue. Masa inkubasi pada tubuh manusia sekitar 4 -6 hari, timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti ; nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah. .Merupakan penyakit demam akut selama 2 7 hari ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut : Peningkatan suhu mendadak,terkadang disertai mengigil Nyeri kepala Muka kemerahan (flu shed face) Nyeri retro-orbital Fotofobia Mialgia/atralgia Anoreksia Konstipasi Nyeri perut Nyeri tenggorokan Ruam kulit Menifestasi perdarahanDemam Berdarah Dengue : Perubahan patofisiologis infeksi dengue menentukan perbedaan perjalanan penyakitantara DD dengan DBD. Perubahan patofisiologis tersebut adalah kelainan hemostasis dan perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut dapat dapat diketahui dengan dan peningkatan hematokrit. Gejala klinis : Demam mendadak Disertai dengan muka kemerahan (facial flush) Gejala klinis lain yang menyerupai DD seperti anoreksia, mual, muntah, sakitkepala, nyeri pada otot dan sendi Pada beberapa pasien mengeluh nyeri tenggorokan dan pada pemeriksaanditemukan faring hiperemis Perasaan tidak enak di epigastrium, nyeri bawah lengkung iga kanan, kadang-kadang nyeri dapat dirasakan pada seluruh perut Pada akhir fase demam jmlah lekosit menurunLaboratorium : Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi merupakan indikator terjadinya kebocoran plasma Pemeriksaan serologi dengue + Penurunan faktor koagualsi dan fibrinolitik Pada kasus berat dijumpai disfungsi hati, dijmpai penurunan kelompok vitaminK-dependenPemeriksaan radiologis :Pada foto dada didapatkan efusi pleura terutama hemithoraks kanan. Tetapi apabila perembesan plasma hebat dapat terjadi di kedua hemitorax.

VI. DIAGNOSISBerdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini terpenuhi :

Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik dapat Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut : Uji bendung positif Petekie, ekimosis, atau purpura Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi) atau perdarahan di tempat lain Hematemesis atau melena Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/uL) Terdapat minimal satu dari tanda-tanda plasma leakage (keocoran plasma)sebagai berikut : Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar standar sesuaidengan umur dan jenis kelamin Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya Tanda kebocoran plama seperti : efusi pleura, ascites, hipoproteinemiaatau hiponatremia

Sindroma Syok Dengue (SSD) Seluruh kriteria diatas untuk DBD Disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah,tekanan darah turun ( 20mmHg), hipotensi dibandingkan standar sesuai umur,kulit dingin dan lembab serta gelisah.

Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengueDerajat I : Adanya demam tanpa perdarahan, manifestasi perdarahan hanya berupa turniquet tes positif.Derajat II : gejala demam diikkuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.Derajat III : adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, penyempitan tekanan nadi (20% (hemokonsentrasi) Trombosit 50.000/uL

Pencegahan penyakit demam berdarah mencakup Terhadap nyamuk perantara yaitu : pemberantasan nyamuk Aedes aegypti induk dan telurnya. Terhadap diri kita , memperkuat daya tahan tubuh, melindungi dari gigitan nyamuk, dan terhadap lingkungan dengan tujuan mengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkungan. Penyuluhan Bagi MasyarakatSampai sekarang belum ada obat yang dapat membunuh virus dengue ataupun vaksindemam berdarah, maka upaya untuk pencegahan demam berdarah ditujukan pada pemberantasan nyamuk beserta tempat perindukannya. Oleh karena itu, dasar pencegahandemam berdarah adalah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat bagaimana cara memberantasan nyamuk dewasa dan sarang nyamuk yang dikenalsebagai pembasmian sarang nyamuk atau PSN. Demi keberhasilan pencegahan demam berdarah, PSN harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di rumah, di sekolah, rumah sakit, dan tempat-tempat umum seperti tempat ibadah,makam, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat harus dapat mengubah perilakuhidup sehat terutama meningkatkan kebersihan lingkungan. Cara memberantas jentik dilakukan dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup, dan mengubur, artinya : Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras) Tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup) Kubur kaleng, ban bekas, dll. (mengubur) Kebiasaan-kebiasaan seperti mengganti dan bersihkan tempat minum burung setiap hariatau mengganti dan bersihkan vas bunga, seringkali dilupakan. Kebersihan di luar rumahseperti membersihkan tanaman yang berpelepah dari tampungan air hujan secara teratur atau menanam ikan pada kolam yang sulit dikuras, dapat mengurangi sarang nyamuk.Pada kolam atau tempat penampungan air yang sulit dikuras dapat diraburkan bubuk abate yang dapat ditaburkan bubuk abate yang dapat membunuh jentik. Bubuk abate inidapat dibeli di apotek.Pedoman Penggunaan Bubuk Abate (Abatisasi). Satu sendok makan peres (10 gram) untuk 100 liter air Dinding jangan disikat setelah ditaburi bubuk abate Bubuk akan menempel di dinding bak/ tempayan/ kolam Bubuk abate tetap efektif sampai 3 bulanKurangi tempat untuk nyamuk beristirahat Jangan menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia) Pasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah Lindungi bayi ketika tidur di pagi dan siang hari dengan kelambu Semprot obat nyamuk rumah pagi & sore (jam 8.00 dan 18.00) Perhatikan kebersihan sekolah, bila kelas gelap dan lembab, semprot dengan obatnyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran mulai Pengasapan (disebut fogging) hanya dilakukan bila dijumpai penderita yangdirawat atau menginggal. Untuk pengasapan diperlukan laporan dari rumah sakityang merawat.

ENSEFALOPATI DENGUE

Dalam dua dekade terakhir, makin banyak laporan tentang penderita DBD yangdisertai gejala ensefalopati dikemukakan dari berbagai negara di kawasan Asia Tenggaradan Pasifik Barat. Gejala KlinisDidapatkan kesadaran pasien menurun menjadi apatis/somnolen, dapat disertaikejang.Dari beberapa contoh kasus ensefalopati dengue yang dilaporkan, ternyatakadangkala para dokter sangat terpukau oleh kelainan neurologis penderita sehinggaapabila tidak waspada, diagnosis DBD/DSS tidak akan dibuat. Data itu juga memberikansuatu keyakinan bahwa DBD perlu dipikirkan sebagai diagnosis banding terhadap penderita yang secara klinis didiagnosis sebagai ensefalitis virus. Contoh kasusensefalopati dengue memperlihatkan betapa bervariasinya gejala klinis penderita DBDdan bahwa patokan klinis yang digariskan oleh WHO (1975) tidak selalu dijumpai. PatofisiologiPenyebabnya berupa edema otak perdarahan kapiler serebral, kelainan metabolik, dandisfungsi hati. Umumnya terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan denganperdarahan tetapi dapat juga terjadi pada DBD tanpa syok. Kecuali kejang, gejalaensefalopati lain tidak/jarang menyertai penderita DBD. Penatalaksanaan Pada enselopati cenderung terjadi edema otak dan alkalosis, maka bila syok telahteratasi, selanjutnya cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HCO3, dan jumlah cairan harus segera dikurangi.Tatalaksana dengan pemberian NaCl 0,9 %:D5=1:3 untuk mengurangi alkalosis,dexametason 0,5 mg/kgBB/x tiap 8 jam untuk mengurangi edema otak (kontraindikasi bila ada perdarahan sal.cerna), vitamin K iv 3-10 mg selama 3 hari bila ada disfungsi hati,GDS diusahakan > 60 mg, mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial denganmengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Pada DBD enselopati mudah terjadi infeksi bakteri sekunder, maka untuk mencegahdapat diberikan antibiotik profilaksis (kombinasi ampisilin 100 mg/kgBB/hari +kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari). Apabila obat-obat tersebut sudah menunjukkan tandaresistan, maka obat ini dapat diganti dengan obat-obat yang masih sensitif dengankuman-kuman infeksi sekunder, seperti cefotaxime, cefritriaxsone, amfisilin+clavulanat,amoxilline+clavulanat, dan kadang-kadang dapat dikombinasikan dengan aminoglycoside. Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya:antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusidarah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukantransfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai pendek. Tingginya persentase ensefalopati dengue pada golongan umur 1 - 4 tahun (yaitu pada golongan umur tersering terjadinya kejang demam pertama kali) memerlukan peningkatan kewaspadaan. Oleh karena itu di daerah endemis DBD perlu diperhatikan pada setiap penderita demam disertai kejang dan penderita dengan diagnosis klinisensefalitis perlu dicari kemungkinan adanya manifestasi perdarahan, dan sekiranya penderita jatuh dalam renjatan, kita harus waspada terhadap kemungkinan DSS. 20