5
DIAGNOSIS Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara : Dari anamnesis: adanya riwayat kejang atau penurunan kesadaran (tergantung stadium penyakit), adanya riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis (baik yang menunjukkan gejala, maupun yang asimptomatik), adanya gambaran klinis yang ditemukan pada penderita (sesuai dengan stadium meningitis tuberkulosis). Pada neonatus, gejalanya mungkin minimalis dan dapat menyerupai sepsis, berupa bayi malas minum, letargi, distress pernafasan, ikterus, muntah, diare, hipotermia, kejang (pada 40% kasus), dan ubun-ubun besar menonjol (pada 33,3% kasus) · Dari pemeriksaan fisik: tergantung stadium penyakit. Tanda rangsang meningen seperti kaku kuduk biasanya tidak ditemukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun (Herry Garna dan Nataprawira., 2005). · Uji tuberkulin positif. Pada 40% kasus, uji tuberkulin dapat negatif. Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan screening tuberkulosis yang paling bermanfaat. Penelitian menunjukkan bahwa efektivitas uji tuberkulin pada anak dapat mencapai 90%. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin,

Diagnosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

explanation

Citation preview

Page 1: Diagnosis

DIAGNOSIS

Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara :

Dari anamnesis: adanya riwayat kejang atau penurunan kesadaran (tergantung stadium

penyakit), adanya riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis (baik yang menunjukkan

gejala, maupun yang asimptomatik), adanya gambaran klinis yang ditemukan pada

penderita (sesuai dengan stadium meningitis tuberkulosis). Pada neonatus, gejalanya

mungkin minimalis dan dapat menyerupai sepsis, berupa bayi malas minum, letargi,

distress pernafasan, ikterus, muntah, diare, hipotermia, kejang (pada 40% kasus), dan

ubun-ubun besar menonjol (pada 33,3% kasus) ·

Dari pemeriksaan fisik: tergantung stadium penyakit. Tanda rangsang meningen seperti

kaku kuduk biasanya tidak ditemukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun (Herry

Garna dan Nataprawira., 2005). ·

Uji tuberkulin positif. Pada 40% kasus, uji tuberkulin dapat negatif. Pada anak, uji

tuberkulin merupakan pemeriksaan screening tuberkulosis yang paling bermanfaat.

Penelitian menunjukkan bahwa efektivitas uji tuberkulin pada anak dapat mencapai 90%.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, tetapi hingga saat ini cara mantoux lebih

sering dilakukan. Pada uji mantoux, dilakukan penyuntikan PPD (Purified Protein

Derivative) dari kuman Mycobacterium tuberculosis. Lokasi penyuntikan uji mantoux

umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke

dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan

diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

Berikut ini adalah interpretasi hasil uji mantoux :

1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4 mm → uji mantoux negatif.

Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosa.

2. Pembengkakan (Indurasi) : 3–9 mm → uji mantoux meragukan.

Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypic

atau setelah vaksinasi BCG.

Page 2: Diagnosis

3. Pembengkakan (Indurasi) : ≥ 10 mm → uji mantoux positif. Arti klinis : sedang

atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosa

Salah Satu Contoh Kemasan Purified Protein Derivative (PPD) - Bila dalam penyuntikan

vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin) terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa

kemerahan dan indurasi ≥ 5 mm, maka anak dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium

tuberculosis .

Dari hasil pemeriksaan laboratorium

o Darah: - anemia ringan -

peningkatan laju endap darah pada 80% kasus (Darto Saharso, 1999., Herry Garna dan

Nataprawira., 2005).

o Cairan otak dan tulang belakang / liquor cerebrospinalis (dengan cara pungsi lumbal) : -

Warna: jernih (khas), bila dibiarkan mengendap akan membentuk batang-batang. Dapat

juga berwarna xanhtochrom bila penyakitnya telah berlangsung lama dan ada hambatan

di medulla spinalis.

- Jumlah sel: 100 – 500 sel / μl. Mula-mula, sel polimorfonuklear dan limfosit sama

banyak jumlahnya, atau kadang-kadang sel polimorfonuklear lebih banyak (pleositosis

mononuklear). Kadang-kadang, jumlah sel pada fase akut dapat mencapai 1000 / mm3. -

Kadar protein: meningkat (dapat lebih dari 200 mg / mm3). Hal ini menyebabkan liquor

cerebrospinalis dapat berwarna xanthochrom dan pada permukaan dapat tampak sarang

laba-laba ataupun bekuan yang menunjukkan tingginya kadar fibrinogen (Iskandar

Japardi, 2002).

- Kadar glukosa: biasanya menurun (<>liquor cerebrospinalis dikenal sebagai

hipoglikorazia. Adapun kadar glukosa normal pada liquor cerebrospinalis adalah ±60%

dari kadar glukosa darah.

- Kadar klorida normal pada stadium awal, kemudian menurun -

Pada pewarnaan Gram dan kultur liquor cerebrospinalis dapat ditemukan kuman (Darto

Suharso. 1999., Herry Garna dan Nataprawira., 2005., Nastiti N. Rahajoe, dkk., 2007).

Page 3: Diagnosis

Untuk mendapatkan hasil positif, dianjurkan untuk melakukan pungsi lumbal selama 3

hari berturut-turut. Terapi dapat langsung diberikan tanpa menunggu hasil pemeriksaan

pungsi lumbal kedua dan ketiga (Nastiti N. Rahajoe, dkk., 2007). ·

Dari pemeriksaan radiologi:

- Foto toraks : dapat menunjukkan adanya gambaran tuberkulosis.

- Pemeriksaan EEG (electroencephalography) menunjukkan kelainan kira-kira pada 80%

kasus berupa kelainan difus atau fokal (Darto Suharso. 1999).

- CT-scan kepala : dapat menentukan adanya dan luasnya kelainan di daerah basal, serta

adanya dan luasnya hidrosefalus. Gambaran dari pemeriksaan CT-scan dan MRI

(Magnetic Resonance Imaging) kepala pada pasien meningitis tuberkulosis adalah normal

pada awal penyakit. Seiring berkembangnya penyakit, gambaran yang sering ditemukan

adalah enhancement di daerah basal, tampak hidrosefalus komunikans yang disertai

dengan tanda-tanda edema otak atau iskemia fokal yang masih dini. Selain itu, dapat juga

ditemukan tuberkuloma yang silent, biasanya di daerah korteks serebri atau talamus

(Nastiti N. Rahajoe, dkk., 2007)