Upload
hakhanh
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/ KOTA DI PULAU JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Manajemen Minat Utama:
Manajemen Keuangan
Disusun oleh: Rini Oktriniatmaja
NIM: S4108118
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERNYATAAN
Nama : Rini Oktriniatmaja
NIM : S4108118
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhdap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal ang bukan karya saya dalam tesis ini di beri tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesisi tersebut.
Surakarta, Juni 2011
Yang menyatakan,
Rini Oktriniatmaja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
MOTTO
…sesungguhnya ALLAH tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…
(QS AR RA’AD:11)
Kegagalan bukanlah akhir dari sebuah kesuksesan. Jadikanlah kegagalan itu sebagai
pelajaran paling berharga untuk mencapai kesuksesan. Berusaha dan berdoa adalah
jalan yang terbaik
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSEMBAHAN
Tulisan ini di persembahkan
Untuk kedua orang tua tercinta
Terimakasih untuk semua dukungan
Dan pengorbanan yang kalian berikan
Sesungguhnya aku tidak akan bisa menjadi seperti sekarang
Tanpa dukungan dan semangat dari kalian
Terimakasih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikun wr. wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini.
Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Magister Manajemen (S2) di Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulisan tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengarahan, bimbingan dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu
dalam proses penyelesaiannya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Alah SWT atas karunua, hidayah, akal dan fikiran serta atas segala kemudahan
yang diberikan kepada penulis.
2. Nabi Muhammad SAW yang memberikan pelajaran dan pedoman hidup yang
sangat berharga kepada umatnya.
3. Bapak Prof. Dr. Hartono, MS selaku Direktur Program Studi Magister
Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Dosen Pembimbing I
atas bimbingan dan bantuannya dalam penyusuna tesis ini.
4. Bapak Drs. Agus Budiatmanto Msi, Ak selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan petunjuk dan arahan sejak permulaan sampai dengan selesainya
penyusunan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
5. Dosen-dosen dan karyawan Program Studi Magister Manajemen Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
6. Kedua Orang Tua atas do’a, kasih sayang, dorongan dan bantuan baik material
maupun spiritual yang telah diberikan selama ini.
7. Keluarga dan orang-orang terdekat yang telah memberikan dukungan, semangat,
kasih sayang dan cinta selama hidupku.
8. Teman-teman Magister Manajemen yang sudah memberikan masukan selama
penulisan tesis ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian penulisan tesis ini.
Semoga Allah SWT selalau melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya
kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan
penulis semoga tesisi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Surakarta, Juni 2011
Rini Oktriniatmaja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder.
Data diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui
www.depkeu.djpk.go.id periode tahun 2004-2008. Dengan menggunakan metode
purposive sampling, dari 147 kabupaten/ kota di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
diperoleh sampel sebanyak 56 kabupaten kota. Data kemudian di analisis dengan
metode regresi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa PAD, DAU dan DAK berpengaruh positif
terhadap alokasi Belanja Modal baik secara parsial maupun secara simultan. Uji beda
antar daerah Jawa dan luar Jawa menunjukkan bahwa Belanja Modal dan PAD daerah
Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di luar Jawa. Sedangkan untuk DAU
dan DAK daerah luar Jawa lebih tinggi di bandingkan dengan daerah di Jawa.
Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
Belanja Modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of Revenue, the General Allocation
Fund and the Special Allocation Fund to the Capital Expenditure Budget
Appropriation in the Budget of the Regional Government of Regency / Municipality in
Java, Bali and Nusa Tenggara.
This research is a quantitative study using secondary data. Data obtained
from the General Director of Local Government Fiscal Balance website through the
www.depkeu.djpk.go.id year period 2004-2008. Using a purposive sampling method,
from 147 districts / cities in Java, Bali and Nusa Tenggara obtained a sample of 56
districts / cities. The data were analyzed with regression methods.
The result of analysis showed that the Revenue, the General Allocation Fund
and the Special Allocation Fund has a positive effect on the allocation of Capital
Expenditure either partially or simultaneously. Test difference between Java and
outside Java show that the Capital Expenditure and Revenue is higher in Java
compared to regions outside Java. As for the General Allocation Fund and the
Special Allocation Fund areas outside Java is higher in comparison with areas in
Java.
Keywords: Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Capital
Expenditure
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERNYATAAN iv HALAMAN MOTTO v HALAMAN PERSEMBAHAN vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xi DAFTAR LAMPIRAN xii INTISARI xiii ABSTRACT xiv BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1 B. Perumusan Masalah 7 C. Tujuan Penelitian 7 D. Manfaat Penelitian 8 E. Orisinalitas Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 9
A. Landasan Teori 9 1. Anggaran Daerah 9 2. Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia 11 3. Fungsi Anggaran Sebagai Sarana Manajemen Publik 13 4. Hubungan Keagenan dalam Anggaran Sektor Publik 13 5. Pendapatan Asli Daerah 15 6. Dana Lokasi Umum 19 7. Dana Alokasi Khusus 21 8. Belanja Modal dalam Anggaran Daerah 24 9. Penelitian Terdahulu 24
B. Hipotesis 26 C. Kerangka Pemikiran 28
BAB III METODE PENELITIAN 31
A. Jenis Penelitian 31 B. Populasi dan Sampel Penelitian 31 C. Data dan Sumber Data 32 D. Definisi Operasional 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
E. Teknik Analisis Data 34
1. Uji Asumsi Klasik 34 2. Analisis Regresi dan Uji Beda 36 3. Uji Hipotesis 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40
A. Gambaran Umum 40 B. Analisis Data 42
1. Uji Asumsi Klasik 42 2. Analisis Hasil Regresi 45 3. Uji Beda Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap 48
Anggaran Belanja Modal 4. Uji hipotesis 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian 54 BAB V PENUTUP 62
A. Kesimpulan 62 B. Keterbatasan 62 C. Implikasi 63 D. Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 66 LAMPIRAN 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Ringkasan PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal
Tertinggi dan Terendah selama 2004-2008
41
Tabel IV.2 Hasil Uji Normalitas Data 42
Tabel IV.3 Hasil Uji Multikolinearitas 43
Tabel IV.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas 44
Tabel IV.5 Hasil Uji Autokorelasi 45
Tabel IV.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 46
Tabel IV.7 Hasil Uji Antar Daerah Jawa dan Luar Jawa 48
Tabel IV.8 Hasil Uji antar Tahun Anggaran 49
Tabel IV.9 Hasil Anova Uji antar Tahun Anggaran 50
Tabel IV.10 Hasil Uji F 52
Tabel IV.11 Hasil Uji t 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pemerintah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
seluruh rakyat. Sehubungan dengan itu pemerintah berupaya untuk mewujudkan
keseimbangan fiskal dengan mempertahankan kemampuan keuangan Negara yang
bersumber dari pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi
keinginan masyarakat.
Dengan berlakunya undang-undang otonomi daerah yang melimpahkan
segala kewenangan pemerintah pusat kepada perintah daerah, maka pengelolaan
anggaran sektor publik di kelola oleh pemerintah masing-masing daerah. Dalam
undang-undang republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (yang direvisi dari undang-undang nomor 22 tahun 1999), menimbang
bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah
daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan
peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dampak pelaksanaan otonomi daerah adalah tuntutan terhadap pemerintah
dalam menciptakan good governanace sebagai prasyarat dengan mengedepankan
akuntabilitas dan transparansi.
Anggaran merupakan managerial plan for action untuk tercapainya tujuan
organisasai pemerintah. Anggaran sektor publik merupakan instrument
akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program
yang dibiayai dari uang publik (Mardiasmo, 2005: 61). Penganggaran sektor
publik terkait dalam proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap
program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat
penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja
akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah di susun.
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam
pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk provinsi maupun
untuk kabupaten dan kota. Penyusunan APBD diawali dengan membuat
kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang Kebijakan Umum APBD dan
Prioritas dan Plafon Anggaran yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan
anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Selanjutnya, DPRD akan mengawasi
kinerja pemerintah melalui anggaran. Bentuk pengawasan ini sesuai dengan
agency theory yang mana pemerintah daerah sebagai agen dan DPRD sebagai
prinsipal. Hal ini menyebabkan penelitian di bidang anggaran pada pemerintah
daerah menjadi relevan dan penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Lingkup anggaran akan menjadi relevan dan penting dalam lingkungan
pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap kinerja
pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Anggaran sektor publik pemerintah daerah merupakan output
pengalokasian sumberdaya. Adapun pengalokasian sumber daya merupakan
permasalahan dasar dalam penganggaran sektor publik (Key 1940 dalam Fozzard,
2001). Keterbatasan sumber daya pangkal masalah utama dalam pengalokasian
anggaran sektor public dapat diatasi dengan pendekatan ilmu ekonomi melalui
berbagai teori tentang teknik dan prinsip seperti yang dikenal dalam public
expenditure management (Fozzard, 2001). Tuntutan untuk mengubah struktur
belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami
kapasitas fiscal rendah (Halim, 2001).
Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan
pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan
publik. Pergeseran ini ditujukan untuk peningakatan investasi modal dalam
bentuk asset tetap, yakni peralatan banguan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya.
Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pelayanan publik, karena aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja
modal merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan kepada public oleh
pemerintah daerah.
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja
modal dalam APBD untuk menambah asset tetap. Alokasi belanja modal ini di
dasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik.
Pemanfaatan belanja hendaknya di alokasikan untuk hal-hal produktif, misal
untuk melakukan aktivitas pembangunan (Saragih, 2003). Stine (1994)
menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk
program-program layanan publik.
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan asli daerah yang terdiri dari
hasil pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dari laba perusahaan daerah dan
lain-lain pendapatan yang sah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber
keuangan yang berasal dari PAD lebih penting dibandingkan dengan sumber-
sumber pendapatan di luar PAD, karena PAD dapat dipergunakan sesuai dengan
prakarsa dan inisiatif daerah, sedangkan bentuk pemberian pemerintah yang non
PAD lebih bersifat terikat.
Keterbatasan infrastruktur seperti sarana dan prasarana yang tidak
mendukung untuk investasi menimbulkan masalah dalam alokasi PAD yang
sebenarnya. Abdullah (2004) menemukan adanya perbedaan referensi antara
eksekutif dan legislative dalam pengalokasian spread PAD ke dalam belanja
sektoral. Alokasi untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi
untuk belanja modal justru mengalami penurunan. Abdullah menduga bahwa
power legislative yang sangat besar menyebabkan diskresi atas penggunaan
spread PAD tidak sesuai dengan preferensi publik. Menurut Mardiasmo (2002)
saat ini masih banyak masalah yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan
upaya meningkatkan penerimaan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Abdullah dan Halim (2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah
berupa PAD dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja daerah secara
keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya 10% dari total pendapatan
daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian anggaran cukup besar, terutama bila
dikaitkan dengan kepentingan politis (Abdullah, 2004).
Dana Alokasi Umum merupakan dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU
dutujukan untuk kabupaten dan kota di Indonesia, namun tidak semua kabupaten
dan kota mendapatkan dana dari DAU seperti wilayah provinsi DKI Jakarta.
Karena otonomi provinsi DKI Jakarta diletakkan pada lingkup provinsi sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
Jumlah DAU secara keseluruhan ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar
26% dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN.
Pemerintah merumuskan formula dan penghitungan DAU dengan memperhatikan
pertimbangan dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap
kebijakan otonomi daerah.
Konsekuensi atas penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah mengakibatkan perlunya perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah darah yang menyebabkan terjadinya transfer
yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah, dan pemerintah darah secara leluasa dapat menggunakan dana tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
untuk member pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan
lain yang mungkin tidak peneting.
Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang sifatnya khusus dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, yang berasal dari APBN yang
dialokasikan untuk membiayai kebutuhan tertentu yang bersifat khusus.
Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan arumus
alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas
nasional. Dalam anggaran belanja modal, DAK berpengaruh karena akan lebih
cenderung digunakan untuk menambah aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah
guna meningkatkan pelayanan publik.
DAK dialokasin dalam APBN sesuai dengan program yang menjadi
prioritras nasional. Dialokasin kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan
khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional
yang menjadi urusan daerah. DAK yang dialokasikan untuk membantu daerah
mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang merupakan prioritas
nasional dalam bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktrur, kelautan dan
perikanan, pertanian, prasarana pemerintah daerah, sertas lingkungan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut
1. Apakah pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh terhadap anggaran belanja
modal dalam APBD?
2. Apakah dana alokasi umum (DAU) berpengaruh terhadap anggaran belanja
modal dalam APBD?
3. Apakah dana alokasi khusus (DAK) berpengaruh terhadap anggaran belanja
modal dalam APBD?
C. Tujuan Penelitian
Tujauan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris:
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap anggaran Belanja Modal
dalam APBD.
2. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap anggaran Belanja Modal
dalam APBD.
3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) tehradap anggaran Belanja Modal
dalam APBD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian dapat dipenuhi, maka manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi bagi akademis untuk
penelitian-penelitian serupa. Dan dapat digunakan pemerintah daerah sebagai
pertimbangan dalam penentuan anggaran belanja daerah.
E. Orisinalitas Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melakukan replikasi dari penelitian Darwanto
(2007) yang meneliti Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah,
dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Dimana penelitian yang di lakukan Darwanto menemukan bahwa Pertumbuhan
Ekonomi, PAD dan DAU secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
belanja modal. Sedangkan secara parsial Pertumbuhan Ekonomi tidak
berpengaruh. PAD dan DAU secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
anggaran belanja modal.
Perbedaan penelitian ini dengan yang di lakukan Darwanto adalah terletak
pada variable DAK, penelitian ini mengeluarkan variable pertumbuhan ekonomi
dan memasukkan variable DAK karena dalam penelitian sebelumnya variabel
pertumbuhan ekonomi tidak menunjukkan pengaruh terhadap belanja modal.
Waktu dan objek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Anggaran Daerah
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilam pelaksanaan
pembangunan daerah adalah kemampuan keuangan daerah yang memadai.
Semakin besar keuangan daerah semakin besar pula kemampuan daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah. Anggaran
daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik dan di dalamnya tercermin kebutuhan masyarakat
dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah. Sebuah
anggaran yang baik akan mencerminkan efektifitas kinerja pemerintah di mata
publik, maka pemerintah harus benar-benar dapat membuat anggaran yang
matang dan realistis untuk direalisasikan sehingga kesejahteraan masyarakat dapat
tercapai.
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kerja yang hendak di
capai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial,
sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu
anggaran (Mardiasmo, 2002).
Pengaturan pada sebuah aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses
penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang
pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dan penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Oleh karena itu dalam proses dan mekanisme penyusunan APBD
harus jelas siapa pihak-pihak yang bertanggung jawab, sehingga dapat dijadikan
landasan untuk pertanggung jawaban baik antara eksekutif dan legislative,
ataupun tanggung jawab di dalam internal eksekutif sendiri.
Proses penyusunan anggaran publik memiliki karakteristik berbeda dengan
penganggaran dalam bisnis. Menurut Lee dan Jhonson (1998) karakteristik
tersebut mencakup ketersediaan sumber daya, motif laba, barang publik,
eksternalitas, penentuan harga pelayanan publik, dan perbedaan lain seperti
intervensi pemerintah terhadap perekonomian melalui anggaran, kepemilikan atas
organisasi, dan tingkat kesulitan dalam proses pembuasan keputusan.
Budget analisis mengimplikasikan bahwa budget proses meliputi empat
langkah: preparation dan submission, apporoval, execution, dan audit
(Robbinson, 2005). Sedangkan menurut Samuael (2000) penganggaran setidaknya
memiliki tiga tahapan, yakni perumusan proposal anggaran, pengesahan proposal
anggaran, pengimplementasian anggaran yang telah ditetapkan sebagai produk
hukum. Menurut Von Hagen (2002) penganggaran terbagi dalam empat tahapan,
yakni eksekutive planning, legislative approval, executive implementation, dan ex
post accountability. Dimana pada dua tahapan pertama terjadi interaksi antara
eksekutif dan legislative dan politik anggaran paling mendominasi, dan pada dua
tahap terakhir hanya melibatkan birokrasi sebagai agent.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia
Penerapan otonomi daerah tidak terlepas dari perubahan pradigma dan
penganggaran daerah. Penganggaran berbasis kinerja mulai diterapkan di
Indonesia berdasarkan PP 105/2000 dan kepmendagri 29/2002 pada tahun
anggaran 2003/2004. Anggaran kinerja mendorong partisipasi dari stakeholder
sehingga tujuan pencapaian hasil sesuai dengan kebutuhan publik. Dimana
legislatif diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam penyusunan dan
penetapan anggaran sebagai produk hukum. Dalam kaitannya dengan pembahasan
anggaran, eksekutif dan legislative membuat kesepakatan-kesepakatan yang
dicapai melalui bargaining (dengan acuan kebijakan umum APBD dan prioritas
dan plafon anggaran) sebelum anggaran ditetapkan sebagai suatu peraturan
daerah.
Proses penyusunan anggaran dalam penganggaran kinerja di mulai dari
satuan kerja-satuan kerja yang ada di pemda, dokumen perencanaan anggaran di
buat oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dokumen
tersebut di susun dalam format usulan anggaran yang disebut Rencana Anggaran
Satuan Kerja (RASK). Dokumen RASK kemudian diteliti oleh tim aggaran
eksekutif untuk di nilai kelayakannya, dimana dalam format usulan tersebut harus
benar-benar mengandung informasi yang relevan, tujuan yang pasti dari anggaran
tersebut, sasaran yang ingin dituju melalui anggaran tersebut, dan besarnya
anggaran yang diajukan yang kemudian akan diakomodasi dalam RAPBD yang
akan di sampaikan kepada legislative.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Anggaran yang telah ditetapkan dan di sahkan oleh legislative menjadi
dasar bagi eksekutif untuk melaksanakan aktifitasnya dalam pemberian
pelayanan publik dan acuan bagi legislative untuk melaksanakan fungsi
pengawasan dan penilaian kerja eksekutif dalam hal pertanggung jawaban kepala
daerah.
Perencanaan dalam menyiapkan anggaran sangatlah penting. Karena
bagaimanapun juga anggaran dengan jelas mengungkapkan apa yang akan di
lakukan di masa mendatang. Pemikiran yang strategis di setiap organisasi adalah
proses di mana manajemen berfikir tentang pengintegrasian aktivitas
organisasional ke arah tujuan yang berorientasi ke sasaran masa mendatang.
Proses penyusunan anggaran sektor publik di Indonesia melalui empat tahapan :
a. Tahap persiapan anggaran
Yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan taksiran pengeluaran atas
dasar taksiran pendapatan yang tersedia.
b. Tahap ratifikasi
Tahap ratifikasi melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat.
Pimpinan eksekutif di tuntut tidak hanya memiliki managerial skill namun
harus juga mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building
yang memadai.
c. Tahap implementasi/ pelaksanaan anggaran
Pada tahap ini yang paling penting bagi manajer keuangan yaitu pengetahuan
sistem (informasi) akuntansi dan pengendalian manajemen.
d. Tahap pelaporan dan evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Tahap pelaporan dan evaluasi ini terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika pada
tahap ketiga dari tahapan proses penyusunan anggaran tercapi dengan baik.
3. Fungsi Anggaran Sebagai Alat Manajemen Sektor Publik
Anggaran berfungsi sebagai berikut:
a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai
unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
d. Anggaran sebagai alat pengendali unit kerja.
e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien
dalam pencapaian visi organisasi.
f. Anggaran merupakan instrument politik.
g. Anggaran merupakan instrument kebijakan fiskal.
4. Hubungan Keagenan dalam Anggaran Sektor Publik
Teori yang menjelaskan hubungan principal dan agent ini salah satunya
berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, teori sosiologi dan teori organisasi.
Teori principal-agent menganalisis susunan kontraktual diantara dua atau lebih
individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu
kontrak, baik secara implicit atau eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan
harapan bahwa agen akan bertindak/ melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
oleh principal (dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang). Lupia dan
McCubbins (2000) menyatakan pendelegasian terjadi ketika seorang atau
sekelompok orang (principal) memilih orang atau kelompok lain (agent) untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan principal.
Hubungan principal-agent terjadi apabila tindakan yang dilakukan
seseorang memiliki dampak pada orang lain atau ketika seseorang sangat
tergantung pada tindakan orang lain (Stiglitz,1987 dan Pratt & Zeckhauser, 1985
dalam Gilardi,2001). Pengaruh atau ketergantungan ini diwujudkan dalam
kesepakatan-kesepakatan dalam struktur institusional pada berbagai tingkatan,
seperti norma perilaku dan konsep kontrak.
Menurut Lane (2003a) teori keagenan dapat diterapkan dalam organisasi
publik. Ia menyatakan bahwa Negara demokrasi modern didasarkan pada
serangkaian hubungan principal-agent (Lane, 2000: 12-13). Hal senada
dikemukakan oleh Moe (1984) yang menjelaskan konsep ekonomika organisasi
sektor publik dengan menggunakan teori keagenan. Bergman dan Lane (1990)
menyatakan bahwa kerangka hubungan principal-agent merupakan suatu
pendekatan yang sangat penting untuk menganalisis komitment-komitment
kebijakan publik. Pembuatan dan penerapan kebijakan publik berkaitan dengan
masalah-masalah kontraktual, yakni informasi yang tidak simetris (asimetric
information), moral hazard, dan adverse selection.
Moe (1984) di pemerintah terdapat suatu keterkaitan dalam kesepakatan-
kesepakatan principal-agent yang dapat ditelusuri melalui proses anggaran:
pemilih-legislatur, legislatur-pemerintah, menteri keuangan-pengguna anggaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perdana menteri-birokrat, dan pejabat-pemberi layanan. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh gilardi (2001) dan Storm (2000) yang melihat hubungan
keagenan sebagai hubungan pendelegasian (chains of delegation) yakni
pendelegasian dari masyarakat kepada wakilnya di parlement, dari parlement
kepada pemerintah, dari pemerintah sebagai suatu kesatuan kepada seorang
menteri, dan dari pemerintah kepada birokrasi.
Masalah keagenan ini tejadi pada semua organisasi baik organisasi privat
maupun organisasi publik. Jadi teori keagenan berfokus pada persoalan asimetri
informasi, agent mempunyai informasi lebih banyak tentang kinerja aktual,
motivasi, dan tujuannya yagn sesungguhnya, yang berpotensi menciptakan moral
hazard dan adverse selection. Sedangkan principal sendiri harus mengeluarkan
biaya untuk memonitor kinerja agent dan menentukan struktur insentif dan
monitoring yang efisien.
5. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sumber penerimaan yang harus
selalu terus menerus di pacu pertumbuhannya. Dalam otonomi daerah ini
kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam pembiayaan pembangunan
daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Menurut Halim (2004: 67),
"Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 dan
Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004 menjelaskan bahwa sumber Pendapatan Asli
Daerah terdiri:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a. Pajak Daerah,
b. Retribusi Daerah,
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Pasal 1 .Pendapatan Asli
Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam
daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan
sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal
dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah
untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Menurut
Mardiasmo (2002: 132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari
sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah. Menurut Abdul Halim (2007: 96) kelompok Pendapatan Asli
Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan:
1. Pajak Daerah.
Sesuai UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan pajak untuk
kabupaten/kota terdiri dari:
a. Pajak hotel,
b. Pajak restoran,
c. Pajak hiburan,
d. Pajak reklame,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e. Pajak penerangan jalan,
f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C,
g. Pajak Parkir.
2. Retribusi Daerah.
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi.
Terkait dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan retribusi untuk
kabupaten/kota meliputi objek pendapatan yang terdiri dari 29 objek.
3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah
yangdipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang
mencakup:
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD.
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
negara/BUMD.
c. Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
4. Lain-lain PAD yang sah.
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pendapatan
lain-lain milik Pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan
penerimaan daerah selain yang disebut di atas. Jenis pendapatan ini meliputi
objek pendapatan berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.
b. Jasa giro.
c. Pendapatan bunga.
d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.
e. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan pengadaan barang, dan jasa oleh daerah.
f. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing.
g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
h. Pendapatan denda pajak.
i. Pendapatan denda retribusi.
j. Pendapatan eksekusi atas jaminan.
k. Pendapatan dari pengembalian.
l. Fasilitas sosial dan umum.
m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
n. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
Secara konseptual, perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap
belanja atau pengeluaran, namun tidak selalu seluruh tambahan pendapatan
tersebut akan dialokasikan dalam belanja. Abdullah & Halim (2004) menemukan
bahwa sumber pendapatan daerah berupa PAD dan dana perimbangan
berpengaruh terhadap belanja daerah secara keseluruhan. Meskipun proporsi PAD
maksimal hanya sebesar 10% dari total pendapatan daerah, kontribusinya terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pengalokasian anggaran cukup besar,terutama bila dikaitkan dengan kepentingan
politis (Abdullah, 2004).
6. Dana Alokasi Umum
Dalam pengaturan keuangan menurut UU Nomor 25 Tahun 1999 adalah
provisi berupa transfer antar pemerintah dari pusat ke kabupaten dan kota yang
disebut dengan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana Alokasi Umum
adalah merupakan transfer yang bersifat umum (block grant) yang diberikan
kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara
kapasitas dan kebutuhan fiskalnya dan didistribusikan dengan formula
berdasarkan prinsip-pinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa
daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak dari pada daerah
kaya. Dengan kata lain tujuan alokasi DAU adalah dalam rangka pemerataan
kemampuan penyediaan pelayanan publik antar pemda di Indonesia (Kuncoro,
2004).
Secara definisi DAU dapat diartikan sebagai berikut:
a. Salah satu komponen dari dana perimbangan pada APBN, yang
pengalokasiannya didasarkan atas konsep kesenjangan fiskal yaitu selisih
antara kebutuhan fiscal dengan kapital fiskal.
b. Instrumen untuk mengatasi horizontal balance yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dan penggunaannya
ditetapkan sepenuhnya oleh daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c. Equalization grant berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan
kemampuan keuangan dengan adanya PAD, Bagi Hasil Pajak dan bagi
hasil SDA yang diperoleh daerah (Sigit, 2003; Kuncoro, 2004).
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya di dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan
dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut
merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan
didalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah
daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang
tidak penting. DAU merupakan salah satu alat bagi pemerintah pusat sebagai alat
pemerataan pembangunan di Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi
ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara Pusat
dan Daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan keuangan antara Pusat dan
Daerah (dengan kebijakan bagi hasil dan DAU minimal sebesar 25% dari
Penerimaan Dalam Negeri). Dengan perimbangan tersebut, khususnya dari DAU
akan memberikan kepastian bagi Daerah dalam memperoleh sumber-sumber
pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung
jawabnya. Hal ini sesuai dengan prinsip fiscal gap yang dirumuskan oleh
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan yang sejalan
dengan Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu Daerah
(Propinsi, Kabupaten dan Kota) ditentukan dengan menggunakan pendekatan
konsep fiscal gap, di mana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan oleh
kebutuhan daerah (fiscal needs) dan potensi daerah (fiscal capacity). Dengan
pengertian lain, DAU digunakan untuk menutup celah/gap yang terjadi karena
kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada. Berdasarkan
konsep fiscal gap tersebut, distribusi DAU kepada daerah-daerah yang memiliki
kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan sebaliknya daerah-daerah yang
mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh DAU yang
relatif besar. Dengan konsep ini beberapa daerah, khususnya daerah yang kaya
sumber daya alam dapat memperoleh DAU yang negatif. Berdasarkan penelitian
empiris yang dilakukan oleh Holtz-Eakin et.al., (1985) dalam Darwanto (2007)
menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah
pusat dengan belanja pemerintah daerah. Secara spesifik mereka menegaskan
bahwa variabel-variabel kebijakan pemerintah daerah dalam jangka pendek
disesuaikan (adjusted) dengan transfer yang diterima, sehingga memungkinkan
terjadinya respon yang non-linier dan asymmetric
7. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai
kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang
telah merupakan urusan daerah. DAK merupakan dana yang berasal dari APBN
dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu
yang sifatnya khusus, tergantung tersedianya dana dalam APBN (Suparmoko,
2002). Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus
alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas
nasional.
Kebijakan DAK secara spesifik:
a. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan
keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan
penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang
telah merupakan urusan daerah;
b. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah
pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain,
daerah tertinggal/ terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk
kategori daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata;
c. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dan
diversifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di
bidang pertanian, kelautan dan perikanan, serta infrastruktur;
d. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan
prasarana dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan,
dan infrastruktur;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
e. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan
lingkungan hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus
di bidang lingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan
cakupan dan kehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu
kesatuan sistem yang terpadu melalui kegiatan khusus di bidang
infrastruktur;
f. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak
pemekaran pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan
khusus di bidang prasarana pemerintahan;
g. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari
DAK dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/Lembaga
dan kegiatan yang didanai dari APBD;
h. Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan
yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi
urusan daerah ke DAK. Dana yang dialihkan berasal dari anggaran
Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pendidikan Nasional dan
Departemen Kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
8. Belanja Modal dalam Anggaran Daerah
Menurtu UU no. 33 tahun 2004 Belanja Daerah merupakan semua
kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Pada dasarnya belanja terdiri dari dua jenis belanja, yaitu belanja tidak
langsung dan belanja langsung. belanja tidak langsung merupakan belanja yang
tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Belanja
langsung merupakan, belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan
program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan
belanja modal.
Belanja modal dianggarkan setiap tahun dalam APBD untuk menambah
aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung
dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud (PP no. 24 Tahun 2005).
9. Penelitian Terdahulu
Sulistiawan (2005) meneliti tentang pengaruh DAU dan PAD terhadap
Belanja Pemerintah. Menemukan hasil bahwa DAU dan PAD berpengaruh
signifikan terhadap belanja daerah.
Abdullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Perilaku Oportunistik
Legislatif dalam Penganggaran Daerah : Pendekatan Principal-Agent Theory
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menemukan bahwa adanya perbedaan preferensi antara eksekutif dan legislative
dalam pengalokasian spread PAD kedalam belanja sektoral. Abdullah (2006)
melakukan penelitian dengan judul Perilaku Oportunistik Legislatif dalam
Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor
Publik. Penelitian ini menemukan bahwa perubahan PAD berpengaruh signifikan
terhadap perilaku oportunistik legislatif. Hal ini bermakna bahwa penurunan pada
anggaran pendidikan dan kesehatan menunjukkan oportunisme legislative, begitu
pula kenaikan untuk infrastruktur dan legislative.
Darwanto (2007) meneliti pengaruh pertumbhan ekonomi, PAD dan DAU
terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal dengan menggunakan sampel
Kabupaten/ Kota di pulai Jawa dan Bali, menemukan bahwa pertumbuhan
ekonomi, PAD dan DAU secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
anggaran belanja modal. Sedangkan secara parsial pertumbuhan eonomi tidak
berpengaruh, PAD dan DAU secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
anggaran belanja modal. Situngkir (2009) melakukan penelitian menggunakan
variable yang sama dengan penelitian Darwanto dengan menambahkan variable
Dana Alokasi Khusus (DAK) menemukan hasil yang konsisten dengan penelitian
yang di temukan Darwanto. Dimana variable pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh secara parsial, sedangkan variable PAD, DAU dan DAK masing-
masing berpengaruh secara parsial. Dan semua variable berpengaruh secara
simultan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
B. Hipotesis
Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian
daerah, pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat (UU 32/2004). Peran dan kewenangan legislative dalam
proses penyusunan anggaran dan power yang di miliki oleh legislative membuka
ruang bagi legislative untuk memaksakan kepentingan pribadinya. Di mana
legislative cenderung mengusulkan pengurangan atas alokasi pendidikan,
kesehatan, dan belanja publik lainnya yang tidak besifat job programs dan
targetable.
Studi Abdullah (2004) menemukan adanya perbedaan preferensi antara
eksekutif dan legislative dalam pengalokasian spread PAD kedalam belanja
sektoral. Alokasi untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi
untuk kesehatan dan pendidikan justru mengalami penurunan.
H1: pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap pengalokasian
anggaran belanja modal dalam APBD.
Dana alokasi umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan
antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan
potensi daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah . dengan demikian terjadi transfer
yang cukup signifikan dalam APBN dari pemeritah pusat ke pemerintah daerah,
dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana tersebut apakah
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk
keperluan lain yang tidak penting.
Holtz-Eakin et.al. (1985) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat
erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah.
Secara spesifik menegaskan bahwa variable-variabel kebijakan pemerintah daerah
dalam jangka pendek disesuaikan dengan transfer yang diterima, sehingga
memungkinkan terjadinya respon yang non linear dan asimetric.
H2: Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap pengalokasian
anggaran belanja modal dalam APBD.
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan kegiatan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional. Karena bersifat untuk membiayai kegiatan khusus, Dana Alokasi
Khusus berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja modal (Simorangkir).
H3: Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap pengalokasian
anggaran belanja modal dalam APBD.
Perbedaan letak geografis dan kekayaan sumber daya yg di miliki daerah
kabupaten/kota menyebabkan perbedaan kebutuhan dalam pengelolaan keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Seperti daerah-daerah dengan kekayaan sumber daya yang rendah akan sangat
membutuhkan dana transfer dari pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan
daerahnya. Dan di setiap tahun terjadi perubahan dalam alokasi dana transfer dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
H4: Ada perbedaan yang signifikan pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap
Anggaran Belanja Modal untuk darah Jawa dan Luar Jawa.
H5: Ada perbedaan yang signifikan pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap
Anggaran Belanja Modal di setiap tahun Anggaran.
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir membantu menjelaskan hubungan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
PAD adalah pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain PAD yang sah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang
Pendapatan Asli Daerah
Anggaran Belanja Modal
Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sah. PAD berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal, sehingga apabila PAD
suatu daerah meningkat akan mendukung meningkatnya anggaran Belanja Modal
daerah dalam satu tahun anggaran karena sumber dana dari PAD akan digunakan
untuk membiayai belanja atau pengeluaran daerah dengan tujuan dapat
meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan terhadap masyaraka. Pendanaan yang
berasal dari PAD digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah, seperti
pelayanan sektor publik. Namun besarnya kewenangan legislatif dalam
penyusunan anggaran dapat digunakan untuk memprioritaskan preferensinya
dalam anggaran. Sebagai akibatnya, terjadi kenaikan pada alokasi dana untuk
infrastruktur dan DPRD, akan tetapi alokasi untuk pendidikan dan kesehatan
justru mengalami penurunan.
Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Anggaran belanja Modal.
Holtz-Eakin et.al (1985) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat
antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa makin besar dana transfer dari pemerintah pusat maka akan
meningkatkan belanja modal daerah dalam satu tahun anggaran. DAU adalah
transfer yang bersifat umum (block garant) dari pemerintah pusat kepada
pemerinah daerah untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar daerah)
dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan daerah. Terjadi transfer
yang signifikan dalam APBN dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Transfer dana tersebut dengan leluasa dapat digunakan oleh pemerintah daerah
untuk membiayai kebutuhan publik atau bahkan digunakan untuk keperluan lain
yang bersifat self interest.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
DAK adalah transfer yang bersifat khusus dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, yang bertujuan untuk membiayai kebutuhan atau masalah
khusus yang sesuai dengan prioritas nasional. DAK bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan tertentu. DAK di
alokasikan untuk membantu mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar
yang merupakan prioritas nasional di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintah daerah, serta lingkungan
hidup. DAK yang relative meningkat akan dapat menambah saran dan prasarana
daerah dan daerah dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakanya.
Anggaran Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk membiayai
asset tetap dan asset lainnya yang memberikan manfaat bagi daerah. Besarnya
belanja modal yang dialokasikan oleh satuan pemerintah daerah dalam APBD
tentu sangat dipengaruhi oleh keuangan daerah tersebut. Alokasi belanja modal di
dasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah maupun untuk kualitas pelayana publik.
Meningkatnya Belanja Modal dalam satu tahun anggaran dikarenakan adanya
peningkatan struktur pendapatan daerah yang bersumber dari paja dan retribusi
daerah dan juga besarnya dana perimbangan dari pemerintah pusat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif mengenai pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus
Terhadap Anggaran Belanja Modal. Analisis data kuantitatif adalah analisis yang
digunakan pada data sekunder dengan menggunakan metode statistik. Data yang
diperoleh selama penelitian akan dikelola lebih lanjut berdasarkan kajian teori
yang telah dikemukakan untuk kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh pemerintah
daerah kabupaten/kota di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan jumlah
populasi 147 kabupaten/ kota pada periode tahun 2004-2008.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling. Metode purposive sampling adalah metode pemilihan sampel dengan
menggunakan kriteria tertentu, adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan
sampel yaitu:
1. Kabupaten/kota yang melaporan APBD pada kemeterian keuangan dan di
publikasikan pada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah selama
periode 2004-2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Kabupaten/kota dengan data realisasi APBD yang lengkap Berupa Belanja
Modal, PAD, DAU dan DAK yang di publikasikan oleh kementerian
keuangan pada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah
selama periode 2004-2008.
Dari kriteria yang ditentukan diperoleh sampel untuk penelitian sebanyak
56 kabupaten/kota (lihat lampiran 1)
C. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut
Sekaran (2006) data sekunder adalah data yang dibuat atau dikumpulkan oleh
pihak luar. Data penelitian ini bersumber dari dokumen laporan realisasi APBD
yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah
melalui www.depkeu.djpk.go.id periode tahun 2004-2008. Dari laporan realisasi
APBD ini diperoleh data mengenai jumlah realisasi anggaran belanja modal,
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus. Data tersebut
merupakan data kombinasi dari data runtut waktu (time series) dengan pooling
data.
Dari jumlah sampel 56 kabupaten/kota dengan periode tahun pengamatan
2004-2008 di peroleh jumlah 280 data untuk Belanja Modal, PAD, DAU, dan
DAK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
D. Definisi Operasional
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel Independen terdiri dari PAD,
DAU dan DAK sedangkan untuk variabel Dependen yaitu Belanja Modal.berikut
devinisi operasional untuk masing-masing variabel:
Variable Independen
1. PAD, Total realisasi penerimaan daerah yang bersumber dari hasil pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dan lain-lain penerimaan PAD yang sah.
2. DAU, Total dana transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi
masalah ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan utama
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.
3. DAK adalah total dana transfer dari pemerintah pusat bersifat khusus.
Variable Dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah Anggaran Belanja Modal yaitu
realisasi total anggaran pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat
lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk
biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa
manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi:
a. Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal
(Nugroho, 2005: 18). Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini
digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kemudian untuk menerima atau
menolak hipotesis dengan cara membandingkan p-value dengan taraf
signifikansi (a) sebesar 0,05. Jika nilai p-value > 0,05 maka data
berdistribusi normal. Jika nilai p-value<0,05 maka data tidak berdistribusi
normal (Ghozali, 2005)
b. Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas, diperlukan untuk mengetahui apakah ada
tidaknya variable independen yang memiliki kemiripan dengan variabel
independen lain dalam satu model (Nugroho, 2005: 58). Selain itu deteksi
terhadap multikoliniearitas juga bertujuan untuk menghindari bias dalam
proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial
masing-masing variabel independen terhadap variable dependen. Ghozali
(2005), multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
regresi ditemukan adanya korelasi antara variable independen. Deteksi
multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance (Tolerance
Value/TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan
terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka
Tolerance = 1/10 = 0,1.
TOL adalah jumlah yang menunjukkan bahwa variabel bebas tidak
dapat dijelaskan oleh variabel lain dalam suatu persamaan regresi. Batas
TOL adalah 0,1 sehingga jika TOL di bawah 0,1 maka terjadi
multikolinearitas.
VIF adalah jumlah yang menunjukkan bahwa suatu variabel bebas
dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya dalam suatu persamaan
regresi. Batas VIF adalah 10, apabila diatas 10 maka terjadi
multikolinearitas.
c. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode
pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah model regresi yang memiliki kesamaan varians residual suatu
periode pengamatan dengan pengamatan yang lain, atau
homoskesdastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas
pada suatu model dapat di lihat dengan membandingakn nilai thitung dengan
nila ttable dengan tingkat sinifikansi α 5%. Jika nilai signifikansi lebih besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dari α 5 %, maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika lebih
kecil dari α 5% maka terjadi heteroskedastisitas.
d. Autokorelasi
Uji Autokorelasi, dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dan dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian uji autokorelasi
ini, dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (D-W) Test, yaitu
untuk menguji apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung
nilai d statistik. Uji Durbin Watson dihitung berdasarkan jumlah selisih
kuadrat nilai-nilai taksiran faktor gangguan yang berurutan. Jika nilai
Durbin Watson berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
(Nugroho, 2005).
2. Analisis Regresi dan Uji Beda
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis
regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh
seberapa variable independen terhadap variabel dependen (Sekaran, 1992).
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%.
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka
dilakukan pengujian terhadap variable-variabel penelitian dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
menguji secara simultan melalui signifikansi simultan (Uji statistik F),
yang bermaksud untuk dapat menjelaskan pengaruh variable independen
terhadap variabel dependen. Sedangkan untuk menguji masing-masing
variabel secara parsial, dilakukan dengan uji signifikansi parameter
individual (uji t statistik) yang bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel independen berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen,
serta variabel mana yang dominan mempengaruhi variabel dependen.
Uji beda menggunakan Dummy Variabel dilakukan untuk
menghitung perbedaan rata-rata Belanja Modal, PAD, DAU dan DAK
untuk daerah kabupaten kota di jawa dan luar jawa, One Way Anova untuk
menguji rata-rata Belanja Modal, PAD, DAU dan DAK setiap tahun.
Model regresi yang digunakan adalah:
Y= α + β1PAD + β2DAU + β3DAK + β4Djw+ β5Dth+ e
keterangan:
Y= Anggaran Belanja
α= Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5= koefisien regresi
PAD= Pendapatan Asli Daerah
DAU= Dana Alokasi Umum
DAK= Dana Alokasi Khusus
Djw= Dummy untuk wilayah daerah
Dth= Dummy untuk tahun
e= error variable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji R2 ini untuk mengetahui seberapa tepat variabel penjelas yang
dimasukkan kedalam model mampu menjelaskan variabel-variabel yang
diteliti. Nilai koefisien determinasi R2 berkisar antara 0 samai 1. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1
(satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang di butuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Apabila
nilai signifikansi F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis
alternative diterima, sebaliknya jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka
hipotesis alternatifnya ditolak.
c. Uji t
Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi hubungan secara
parsial variabel dependen dengan variabel dependen dengan asumsi bahwa
variabel yang lain dianggap konstant. Apabila tingkat signifikansi t lebih
kecil dari 0,05 atau t hitung > t tabel hipotesis alternative yang diajukan
diterima, artinya secara prsial variabel independen tersebut berpengaruh
terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika tingkat signifikansi t hitung
lebih besar 0,05 atau nilai t hitung < t tabel maka hipotesis alternative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
yang diajukan ditolak, artinya secara parsial variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Berdasarkan hasil gambaran daerah Kabupaten/kota di Indonesia, maka
tiap-tiap daerah mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah-nya untuk
menunjang kegiatan pembangunan daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) dari
pemerintah pusat digunakan sebagai sumber keuangan untuk memenuhi
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan di daerah. Sedangkan Dana
Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi kegiatan atau pembangunan yang
bersifat khusus dan berskala nasional.
Dalam UU No. 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah juncto UU No. 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, ditegaskan bahwa untuk pelaksanaan
kewenangan Pemda, Pempus akan mentransfer dana perimbangan, yang terdiri
dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Bagian
daerah dari Bagi hasil pajak dan bukan pajak. Selain dana perimbangan tersebut,
Pemda memiliki sumber pendanaan sendiri berupa PAD, pinjaman daerah,
maupun Lain-lain penerimaan daerah yang sah. Kebijakan penggunaan semua
dana tersebut diserahkan kepada Pemda. Seharusnya dana transfer dari Pempus
diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemda untuk meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah
seharusnya pula dilakukan secara transparan dan akuntabel. Pada praktiknya,
transfer dari Pempus merupakan sumber dana utama Pemda untuk membiayai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
operasi utamanya sehari-hari, yang oleh Pemda “dilaporkan” di Perhitungan
APBD. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi (kalau tidak mungkin
menghilangkan) kesenjangan fiskal antar-pemerintah dan menjamin tercapainya
standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka sampel yang digunakan adalah
Kabupaten/Kota di Indonesia di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Dari 147
kabupaten/kota di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara diperoleh sampel sebanyak 56
kabupaten/kota. Berikut Kabupaten/Kota dengan PAD, DAU, DAK dan Belanja
Modal tertinggi dan terendah selama periode 2004-2008:
Tabel IV.1 Ringkasan PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal
Tertinggi dan Terendah selama 2004-2008 2004 2005 2006 2007 2008
Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Belanja
Modal
Kota
Bekasi
Kota
Banjar
Kota
Bekasi
Kota
Surakarta
Kota
Bekasi
Kab.
Buleleng
Kota
Bekasi
Kota
Bima
Kab.
Badung
Kab.
Klungkung
PAD Kab.
Badung
Kota
Bima
Kab.
Badung
Kota Bima Kab.
Badung
Kota
Bima
Kab.
Badung
Kota
Bima
Kab.
Badung
Kota Bima
DAU Kab.
Lebak
Kota
Salatiga
Kab.
Klaten
Kota
Banjar
Kab.
Klaten
Kota
Banjar
Kab.
Klaten
Kab.
Majalengka
Kab.
Klaten
Kab. Sumba
Barat
DAK Kab.
Bima
Kota
Banjar
Kab.
Bima
Kab.
Pemalang
Kab
Rembang
Kota
Bekasi
Kota
Semarang
Kota Bekasi Kab.
Lotim
Kota Bekasi
Sumber: data diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data memiliki sebaran yang normal. Untuk menguji normalitas data
dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kemudian untuk
menerima atau menolak hipotesis dengan cara membandingkan p-value
dengan taraf signifikansi (a) sebesar 0,05. Jika p-value > 0,05, maka data
berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas dari Kolmogorov-Smirnov
dapat dilihat pada Lampiran 7 dan secara ringkas ditunjukkan tabel IV.2
berikut.
Tabel IV.2 Hasil Uji Normalitas Data
S
Sumber: Data diolah
Dari hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov, dapat diketahui
bahwa p-value dari unstandardized resdiual 0,209 ternyata lebih besar dari a
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized
Residual
N 280 Normal Parametersa,,b Mean -1750.0000
Std. Deviation 31777.56393 Most Extreme Differences
Absolute .129 Positive .129 Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z 1.160 Asymp. Sig. (2-tailed) .209 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
5% (p>0,05), sehingga keseluruhan data tersebut dinyatakan memiliki
distribusi normal atau memiliki sebaran data yang normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi
di antara variabel independen yang satu dengan yang lainnya. Hasil uji
multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya Tolerance Value dan Variance
Inflation Factor (VIF). Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada
Lampiran 8 dan secara ringkas dapat ditunjukkan dalam tabel IV.3 berikut
Tabel IV.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
PAD 0,860 1,162 Bebas multikolinieritas
DAU 0,831 1,203 Bebas multikolinieritas
DAK 0,734 1,362 Bebas multikolinieritas
Djw 0,822 1,217 Bebas multikolinieritas
Dth 0,675 1,481 Bebas multikolinieritas
Sumber: Data diolah
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang
memiliki tolerance lebih dari 0,1 (>0,1) dan semua variabel bebas memiliki
nilai VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2005). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
ada gejala multikolinieritas dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi memiliki variansi yang sama (homoskedastisitas) dari residual
satu ke pengamatan yang lain. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, maka terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada
Lampiran 9 dan secara ringkas dapat ditunjukkan dalam tabel IV.4 berikut ini.
Tabel IV.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel thitung ttabel* Sig. Keterangan
PAD 0,758 1,980 0,449
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
DAU -0,844 1,980 0,339 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
DAK 0,280 1,980 0,780 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Djw 1,347 1,980 0.179 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Dth 1,751 1,980 0,081 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Sumber: Data primer diolah Keterangan: *) ttabel pada taraf signifikansi 5%
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan tidak ada gangguan
heteroskedastisitas, karena nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel dengan nilai
p>0,05 atau tidak signifikan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini (Ghozali, 2005).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi, dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
adanya pengaruh autokorelasi dalam penelitian ini digunakan metode Durbin-
Watson (D-W) test.
Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson (D-W) test
memperoleh nilai DW sebesar 1,626 (Lampiran 10). Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
Tabel IV.5 Rangkuman Hasil Uji Autokorelasi
Variabel D-W Kriteria Keterangan
PAD, DAU, dan
DAK terhadap
belanja modal
1,626 -2 < 1,626 < +2 Tidak ada masalah
autokorelasi
Sumber: data diolah
Dari tabel IV.5 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji
autokorelasi memperoleh nilai D-W sebesar 1,626 berada di antara -2 hingga
+2, maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada gangguan autokorelasi dalam
parameter model regresi. Hasil perhitunganan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 11.
2. Analisis Hasil Regresi
Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh
PAD, DAU, dan DAK terhadap alokasi belanja modal dalam APBD pemerintah
Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Penyelesaian model
regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan Program SPSS for Windows
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Release 18 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel IV.6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Belanja modal sebagai variabelDependen
Koefisien thitung Signifikansi
Konstanta -17168,705
Pendapatan Asli Daerah 0,190 5,647 0,000
Dana Alokasi Umum 0,054 3,004 0,003
Dana Alokasi Khusus 0,061 2,261 0,025
Djw 15714,287 3,289 0,001
Dth 20905,183 11,334 0,000
Adjusted R2 0,569
F Statistik 74,645 0,000
Sumber: data diolah
Dari hasil analisis regresi di atas, maka dapat disusun persamaan sebagai
berikut:
BM= -17.168,705+5,647.PAD+3,004.DAU+2,261.DAK+3,289.Djw+11,334.Dth
Persamaan menunjukkan bahwa alokasi belanja modal dipengaruhi oleh
PAD, DAU dan DAK. Nilai konstanta sebesar -17.168,705 menyatakan jika tidak
ada peningkatan PAD, DAU dan DAK, maka alokasi belanja modal hanya sebesar
17.168,705 juta rupiah per tahun.
Nilai koefisien PAD sebesar 0,190 menyatakan jika terjadi peningkatan
PAD sebesar 1 juta rupiah maka alokasi belanja modal akan mengalami
peningkatan sebesar 0,190 juta rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Nilai koefisien DAU sebesar 0,054 menyatakan jika terjadi peningkatan
DAU sebesar satu juta rupiah maka alokasi belanja modal akan mengalami
peningkatan sebesar 0,054 juta rupiah.
Nilai koefisien DAK sebesar 0,061 juta rupiah menyatakan jika terjadi
peningkatan DAK sebesar satu juta rupiah maka alokasi belanja modal akan
mengalami peningkatan sebesar 0,061 juta rupiah.
Nilai koefisien Djw sebesar 15.714,287 menyatakan jika terjadi
peningkatan Djw sebesar satu juta rupiah maka alokasi belanja modal akan
mengalami peningkatan sebesar 15.714,287 juta rupiah.
Nilai koefisien Dth sebesar 20.905,183 menyatakan jika terjadi
peningkatan Dth sebesar satu juta rupiah maka alokasi belanja modal akan
mengalami peningkatan sebesar 20.905,83 juta rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3. Uji Beda Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Anggaran Belanja
Modal
Analisis dilakukan dengan compare mean variabel independen untuk
melihat perbedaan antara Dummy daerah kabupaten/kota di pulau jawa dan luar
pulau jawa, sehingga di peroleh hasil:
Tabel IV.7 Hasil Uji Antar Daerah Jawa dan Luar Jawa
Group Statistics
Djw N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Belanja Modal Jawa 160 94852.2656 59842.88630 4730.99556
Luar Jawa 120 70474.5898 43232.63250 3946.58134 PAD Jawa 160 64242.9300 85537.29630 6762.31703
Luar Jawa 120 21195.7935 14329.99177 1308.14329 DAU Jawa 160 359294.1518 1.44237E5 11402.93419
Luar Jawa 120 310586.4693 1.07048E5 9772.14082 DAK Jawa 160 33815.0393 67834.23918 5362.76748
Luar Jawa 120 69336.5174 1.16787E5 10661.15313 Sumber: Data diolah
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa:
1. Rata-rata belanja modal untuk daerah jawa lebih besar yaitu 94.852,2656 juta
rupiah di bandingkan dengan belanja modal untuk daerah di luar jawa dengan
rata-rata 70.474,5898 juta rupiah.
2. Rata-rata PAD untuk daerah jawa sebesar 64.242,9300 juta rupiah lebih besar
di bandingakan dengan PAD kabupaten/kota di luar jawa sebesar 21.195,7935
juta rupiah.
3. Rata-rata DAU untuk daerah Jawa sebesar 359.294,1518 juta rupiah dan untuk
daerah luar jawa sebesar 310.586,4693 juta rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4. Rata-rata DAK untuk daerah kabupaten/kota di jawa sebesar 33.815,0393 juta
rupiah, ini lebih kecil di bandingkan rata-rata DAK untuk daerah
kabupaten/kota di luar jawa yaitu sebesar 69.336,5174 juta rupiah.
Untuk melihat perbedaan dalam tahun anggaran dilakukan compare mean
untuk oneway anova masing-masing variabel setiap tahun. Berikut hasil
perhitungannya:
Tabel IV.8 Hasil Uji Antar Tahun Anggaran
Descriptives
N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum
Belanja Modal
2004 56 40472.9802 23021.31594 3076.35274 7418.14 139927.32
2005 56 44088.0477 34294.30040 4582.76866 10175.44 242976.68
2006 56 82748.3423 41040.36667 5484.24968 34665.38 297759.00
2007 56 124784.7316 50109.72521 6696.19370 32975.54 308046.56
2008 56 129929.3493 42931.40629 5736.95048 63514.09 258401.73
Total 280 84404.6902 54627.26135 3264.60328 7418.14 308046.56
PAD 2004 56 32949.7345 47251.05074 6314.18725 2525.24 332316.94
2005 56 36657.7773 48699.53481 6507.74908 3870.97 319375.01
2006 56 43816.8575 49149.97358 6567.94149 4970.31 299473.81
2007 56 52635.8893 74228.80955 9919.24191 4913.25 525089.02
2008 56 62910.5275 1.03795E5 13870.22909 6271.13 759801.04 Total 280 45794.1572 68649.20975 4102.57497 2525.24 759801.04
DAU 2004 56 331572.2066 95703.07150 12788.86087 107734.00 462249.79
2005 56 224318.2716 77436.69216 10347.91326 52871.00 404869.00
2006 56 343820.6616 1.17135E5 15652.80590 157314.00 635488.00
2007 56 365481.8398 1.29761E5 17339.99044 4884.56 694207.00
2008 56 426904.1739 1.41882E5 18959.71905 82809.11 744676.78 Total 280 338419.4307 1.31632E5 7866.51864 4884.56 744676.78
DAK 2004 56 8751.0396 3375.88583 451.12172 4000.00 26475.59
2005 56 11818.4896 4707.41450 629.05472 3999.96 34864.49
2006 56 27766.8823 8197.00822 1095.37130 7340.00 45910.00
2007 56 62676.3850 1.02546E5 13703.23040 7587.70 586736.00 2008 56 134179.8529 1.50584E5 20122.62731 7176.60 584249.61
Total 280 49038.5299 93540.95873 5590.14150 3999.96 586736.00
Sumber: data diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel IV.9
Tabel Anova Uji Antar Tahun Anggaran ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Belanja Modal
Between Groups 4.066E11 4 1.017E11 65.632 .000
Within Groups 4.259E11 275 1.549E9 Total 8.326E11 279
PAD Between Groups 3.316E10 4 8.290E9 1.779 .133
Within Groups 1.282E12 275 4.661E9 Total 1.315E12 279
DAU Between Groups 1.213E12 4 3.032E11 23.024 .000 Within Groups 3.621E12 275 1.317E10 Total 4.834E12 279
DAK Between Groups 6.102E11 4 1.525E11 22.910 .000
Within Groups 1.831E12 275 6.658E9 Total 2.441E12 279
Sumber: data diolah
Dari tabel tersebut di atas dapat di lihat untuk Belanja Modal dengan rata-
rata tertinggi yaitu tahun 2007 sebesar 124.784,7316 dan terendah pada tahun
2004 sebesar 40.472,9802 dan belanja modal signifikan pada 0,000. PAD tertinggi
tahun 2008 sebesar 62.910,5275 terendah tahun 2004 sebesar 32.949,7345 ada
perubahan PAD dari tahun ke tahun akan tetapi berdasar hasil Anova tidak
signifikan yaitu 0,133. Transfer DAU dari pempus kepada pemda tertinggi pada
tahun 2008 dengan total 426.904,1739 dan terendah tahun 2005 sebesar
224.318,2716 signifikan pada 0,000. Transfer DAK tertinggi pada tahun 2008
total 134.179,8529 dan terendah tahun 2004 total 8.751,0396 signifikan pada
0,000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi dari variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Nilai R2
berkisar antara 0 sampai 1. Apabila R2 mendekati 1, ini menunjukkan bahwa
variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen.
Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0, maka variasi dari variabel dependen tidak
dapat dijelaskan oleh variabel independen (Ghozali, 2005).
Dari tabel IV.6 dapat di lihat bahwa pengujian yang telah dilakukan
menghasilkan nilai koefisien determinasi adjusted R2 sebesar 0,569 (perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11), sehingga dapat dikatakan bahwa
hasil pengujian yang dilakukan memberikan hasil yang baik (goodness of fit). Hal
ini menunjukkan bahwa sekitar 56,9% variasi dari alokasi belanja modal dapat
dijelaskan oleh variabel PAD, DAU, DAK, Djw dan Dth. Sedangkan sekitar
43,1% lainnya dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi dari model regresi yang
digunakan. Cara yang digunakan adalah dengan membandingkan Fhitung dengan
Ftabel pada taraf signifikansi (a) = 5%. Hasil uji F dapat dilihat pada Lampiran 11.
Hasil pengujian nilai F dapat dilihat pada tabel IV.10 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel IV.10 Rangkuman Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.801E11 5 9.602E10 74.645 .000a
Residual 3.525E11 274 1.286E9 Total 8.326E11 279
a. Predictors: (Constant), Dth, Djw, PAD, DAU, DAK
b. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber: data diolah
Dari hasil pengolahan data diperoleh Fhitung = 74,645 sedangkan Ftabel pada
taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,68. Dikarenakan Fhitung > Ftabel artinya
model regresi tentang pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap alokasi belanja
modal dengan variabel dummy daerah dan ahun anggaran dinyatakan fit atau
cocok. Hal ini menunjukkan bahwa PAD, DAU dan DAK secara bersama-sama
berpengaruh terhadap pengalokasian belanja modal daerah.
c. Uji t
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t (pengaruh
secara individual). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi dari
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual.
Pengujian nilai t dilakukan dengan dua sisi yang digunakan untuk menguji
hipotesis. Hasil pengujian diperoleh dari test signifikansi dengan program SPSS
for Windows Release 18 Adapun hasil uji t dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil
pengujian t dapat dilihat pada tabel IV.11 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel IV.11 Rangkuman Hasil Uji t
Variabel thitung ttabel * p-value Keterangan
PAD 5,647 1,980 0,000 H1 diterima
DAU 3,004 1,980 0,003 H2 diterima
DAK 2,261 1,980 0,025 H3 diterima
Djw 3,289 1,980 0,001 H4 diterima
Dth 11,334 1,980 0,000 H5 diterima
Sumber: data diolah Keterangan: *) = ttabel pada taraf signifikansi 5%
Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa:
Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai thitung = 5,647
dengan nilai p=0,000 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah =
1,980. Dikarenakan thitung > ttabel dengan p<0,05 maka H1 diterima. Artinya
PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal.
Variabel Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki nilai thitung = 3,004
dengan nilai p=0,003, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah =
1,980. Dikarenakan thitung > ttabel dengan p<0,05, maka H2 diterima. Artinya
DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal .
Variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki nilai thitung = 2,261
dengan nilai p=0,025, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah =
1,980. Dikarenakan thitung > ttabel dengan p<0,05, maka H3 diterima. Artinya
DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal.
Variabel Djw memiliki thitung= 3,289 dengan nilai p=0,001 sedang ttabel
pada taraf signifikan 5% adalah = 1,980. Dikarenakan thitung > ttabel dengan
p<0,05, maka H4 diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Variabel Dth memiliki thitung=11,334 sedang ttabel pada taraf signifikan
5% adalah = 1,980. Dikarenakan thitung > ttabel dengan p<0,05, maka H5
diterima.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja
Modal Daerah. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Abdullah
(2004) yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan belanja modal pada
kenaikan pendapatan asli daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan penting
bagi sebuah daerah dalam memenuhi belanjanya. Pendapatan Asli Daerah ini
sekaligus dapat menujukan tingkat kemandirian suatu daerah. Semakin banyak
Pendaptan Asli Daerah yang didapat semakin memungkinkan daerah tersebut
untuk memenuhi kebutuhan belanjanya sendiri tanpa harus tergantung pada
Pemerintah Pusat, yang berarti ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah tersebut
telah mampu untuk mandiri, dan begitu juga sebaliknya. Belanja daerah adalah
semua pengeluaran Pemerintah Daerah pada suatu periode anggaran. Alokasi
belanja daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja
tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, terdiri dari belanja pegawai,
belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan
dan belanja tidak terduga. Sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi
belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.
Artinya PAD memiliki peran yang cukup signifikan dalam menentukan
kemampuan daerah untuk melakukan aktivitas pemerintah dan program-program
pembangunan daerah. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan rakyat serta menjaga dan memelihara ketentraman dan
ketertiban masyarakat. Jadi, PAD berpengaruh terhadap belanja langsung daerah.
Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi
belanja modal daerah. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh
Abdullah dan Halim (2004) yang membuktikan bahwa transer dari pemerintah
pusat berpengaruh terhadap belanja pemerintah daerah. Artinya, stimulus terhadap
pengeluaran daerah yang ditimbulkan oleh transfer yang diberikan kepada tiap
daerah.
Transfer dari pemerintah pusat yang diwujudkan dalam Dana Alokasi
Umum untuk Dana Perimbangan merupakan sumber utama Pemda untuk
menjaga/menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh
negeri. Transfer merupakan konsekuensi dari tidak meratanya kemampuan
keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu, tujuan transfer adalah mengurangi
kesenjangan keuangan horisontal antar-daerah, mengurangi kesenjangan vertikal
Pusat-Daerah, mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar-daerah, dan untuk
menciptakan stabilisasi aktifitas perekonomian di daerah. Di Indonesia, seperti
ditegaskan dalam UU No. 25/1999, bentuk transfer yang paling penting adalah
DAU dan DAK, selain bagi hasil (revenue sharing). Transfer atau grants dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pempus secara garis besar dapat dibagi dua, yakni matching grant dan non-
matching grants. Kedua grants tersebut digunakan oleh Pemda untuk memenuhi
belanja rutin dan belanja pembangunan. Belanja rutin adalah belanja yang sifatnya
terjadi terus menerus berulang untuk setiap tahun fiskal dan umumnya tidak
menghasilkan wujud fisik (contoh: belanja gaji dan honorarium pegawai),
sementara belanja pembangunan umumnya menghasilkan wujud fisik, seperti
jalan, jalan bebas hambatan (highway), jembatan, gedung, pengadaan jaringan
listrik dan air minum, dan sebagainya. Belanja pembangunan non fisik
diantaranya mencakup pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pemeliharaan
keamanan masyarakat.
Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan
konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Terjadinya transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,
maka pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana untuk memberi
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. DAU merupakan salah satu alat
bagi pemerintah pusat sebagai alat pemerataan pembangunan di Indonesia yang
bertujuan untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan
penguasaan pajak antara Pusat dan Daerah. Dengan perimbangan tersebut,
khususnya dari DAU akan memberikan kepastian bagi Daerah dalam memperoleh
sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pembangunan.
Untuk memberikan dukungan terhadap pelaksanaan otonomi daerah telah
diterbitkan UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerinath Pusat
dan Daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan sumber pendapatan penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
bagi sebuah daerah dalam memenuhi belanjanya. Dan Dana Alokasi Umum ini
sekaligus dapat menunjukkan tingkat kemandirian suatu daerah. Semakin banyak
Dana Alokasi Umum yang diterima maka berarti daerah tersebut masih sangat
tergantung terhadap Pemerintah Pusat dalam memenuhi belanjanya, ini
menandakan bahwa daerah tersebut belumlah mandiri, dan begitu juga sebaliknya
(Pambudi, 2007). Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap alokasi
belanja daerah. Belanja daerah adalah semua pengeluaran Pemerintah Daerah
pada suatu periode anggaran. Alokasi belanja daerah terdiri dari belanja tidak
langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang
tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan, terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Sedangkan
belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung
dengan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan
jasa serta belanja modal (Puspita Sari, 2009).
Tujuan dari pemberian Dana Alokasi Umum ini adalah pemerataan dengan
memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk,
dan tingkat pendapatan. Jaminan keseimbangan penyelenggaraan Pemerintah
Daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat. Oleh
karena itu DAU merupakan sumber dana yang dominan dan dapat meningkatkan
pelayanan pada masyarakat. Sebagai tujuan dari desentralisasi yaitu untuk
mempercepat pembangunan disamping itu tetap memaksimalkan potensi daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
untuk membiayai kebutuhan daerah. Jadi, DAU memiliki pengaruh terhadap
belanja langsung daerah (Puspita Sari, 2009).
Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi
belanja modal daerah. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh
Abdullah dan Halim (2004) yang membuktikan bahwa transer dari pemerintah
pusat berpengaruh terhadap belanja pemerintah daerah. Artinya, stimulus terhadap
pengeluaran daerah yang ditimbulkan oleh transfer yang diberikan kepada tiap
daerah.
Sesuai dengan UU No.33/2004 pemanfaatan DAK harus mengikuti
rambu- rambu yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. DAK dialokasikan
dalam APBN untuk daerah – daerah tertentu dalam rangka mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan termasuk dalam program prioritas
nasional. daerah dapat menerima DAK apabila memenuhi tiga kriteria yaitu,
kriteria umum berdasarkan indeks fiskal netto, kriteria khusus berdasarkan
peraturan perundangan dan karakteristik daerah, kriteria teknis berdasarkan indeks
teknis bidang terkait. DAK digunakan untuk membangun sarana dan prasarana
fisik. DAK yang khusus digunakan untuk pembangunan dan rehabilitasi sarana
dan prasrana fisik ini apabila dikelola dengan baik, dapat memperbaiki mutu
pendidikan, meningkatkan pelayanan kesehatan dan paling tidak mengurangi
kerusakan infrastruktur. Hal ini sangat penting untuk menanggulangi kemiskinan
dan membangun perekonomian nasional yang lebih berdaya saing. Artinya DAK
memiliki kaitan erat dengan belanja pembangunan daerah. DAK dipakai untuk
menutup kesenjangan pelayanan publik antardaerah dengan prioritas pada bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kegiatan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kelautan dan perikanan, pertanian,
prasarana pemerintahan daerah, dan lingkungan hidup.
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan
kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai
kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang
telah merupakan urusan daerah. DAK merupakan dana yang berasal dari APBN
dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu
yang sifatnya khusus, tergantung tersedianya dana dalam APBN (Suparmoko,
2002). Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus
alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas
nasional. Kebijakan DAK secara spesifik (www.depkeu.djpk.go.id, 2010):
a. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan
di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan
sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan
urusan daerah;
b. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir
dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah
tertinggal/terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk kategori
daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dan
diversifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di bidang
pertanian, kelautan dan perikanan, serta infrastruktur;
d. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasarana
dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur;
e. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan
lingkungan hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus di
bidang lingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan
cakupan dan kehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu
kesatuan sistem yang terpadu melalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur;
f. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak pemekaran
pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus di bidang
prasarana pemerintahan;
g. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK
dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/ Lembaga dan
kegiatan yang didanai dari APBD;
Rata-rata belanja modal untuk daerah jawa lebih besar yaitu 94.852,2656
juta rupiah di bandingkan dengan belanja modal untuk daerah di luar jawa dengan
rata-rata 70.474,5898 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk
sarana prasarana dan infrastruktur di daerah jawa lebih lebih tinggi di bandingkan
dengan daerah yang berada di luar pula jawa.
Rata-rata PAD untuk daerah jawa sebesar 64.242,9300 juta rupiah lebih
besar di bandingakan dengan PAD kabupaten/kota di luar jawa sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
21.195,7935 juta rupiah. Ini dikarenakan oleh letak geografis, kepadatan
penduduk dan kemampuan pemerintah daerah yang baik dalam mengelola PAD.
Rata-rata DAU untuk daerah Jawa sebesar 359.294,1518 juta rupiah dan
untuk daerah luar jawa sebesar 310.586,4693 juta rupiah. Dana Alokasi Umum
merupakan dana yang bersifat umum untuk membiayai kebutuhan daerah.
Rata-rata DAK untuk daerah kabupaten/kota di jawa sebesar 33.815,0393
juta rupiah, ini lebih kecil di bandingkan rata-rata DAK untuk daerah
kabupaten/kota di luar jawa yaitu sebesar 69.336,5174 juta rupiah. Kebutuhan
DAK yg lebih besar untuk daerah di luar pulau Jawa di gunakan untuk
pembiayaan seperti dana reboisasi, dana untuk daerah-daerah tertinggal, dan
daerah pesisir.
Besarnya ketergantungan pemerintah daerah di luar pulau jawa terhadap
dana perimbangan dari pemerintah pusat membutuhkan perhatian penting.
Pemerintah pusat harus mampu mengelola komposisi dana perimbangan untuk
masing-masing daerah yang berbeda karakter pemerintahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai
berikut:
1. Secara simultan PAD, DAU, DAK, Djw dan Dth berpengaruh terhadap
Anggaran Belanja Modal dalam APBD pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
2. Secara parsial masing-masing variabel PAD, DAU, DAK, Djw dan Dth
berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal dalam APBD pada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
3. Hasil uji beda Daerah jawa dan luar jawa membuktikan bahwa untuk Belanja
Modal dan PAD di pulau Jawa lebih tinggi di bandingkan dengan daerah di
luar pulau Jawa. Sedangkan untuk DAU dan DAK daerah di luar pulau Jawa
lebih tinggi di bandingkan di daerah pulau Jawa.
B. Keterbatasan
Meskipun penelitian ini telah dirancang dan dilaksanakan sebaik-baiknya,
namun masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Keterbatasan dalam mengambil jumlah sampel penelitian, yaitu terbatas pada
Kabupaten se-Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, sedangkan di daerah di propinsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
lainnya belum dimasukkan, sehingga tingkat generalisasinya kurang dan
hasilnya akan berbeda jika diterapkan pada populasi yang lebih luas.
2. Keterbatasan pada jumlah variabel yang digunakan, yaitu hanya menggunakan
variabel PAD, DAU dan DAK sedangkan masih banyak variabel-variabel lain
yang memiliki pengaruh pada anggaran belanja modal dalam APBD.
3. Keterbatasan periode waktu yang diteliti yaitu hanya 5 tahun, 2004-2008
sehingga hasil penelitian tidak dapat mencerminkan kenyataan yang
sesungguhnya
C. Implikasi
Hasil penelitian ini memberikan sejumlah implikasi yaitu:
1. Bagi Departemen Keuangan dan depertemen terkait memberikan masukan
baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam hal penyusunan
kebijakan dimasa datang yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian
dan evaluasi dari APBD dan APBN serta UU dan PP yang menyertainya.
2. Penelitian ini juga diharapkan agar otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya sehingga suatu daerah benar-benar dapat berdiri sendiri tanpa
tergantung pada transfer dana dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah
Kabupaten/Kota lebih giat dalam meningkatkan PAD. Dan transfer berupa
DAU dan DAK dari pemerintah pusat lebih d manfaatkan pada hal-hal
produktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Bagi Penulis dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh PAD, DAU
dan DAK terhadap alokasi anggran Belanja Modal pemerintah
Kabupaten/Kota di pulau Jawa, Bali dan Nusa tenggara secara umum.
4. Bagi Universitas, sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti-
peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.
D. Saran
Dari hasil penelitian, analisis data, pembahasan dan kesimpulan yang telah
diambil, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan alokasi belanja daerah maka Pemerintah Daerah
diharapkan bisa terus menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah baik
secara intensifikasi maupun ekstensifikasi untuk meningkatkan pendapatan
daerah, demikian juga
2. Pemerintah Daerah terutama untuk darah yang berada di luar Pulau Jawa agar
terus mengupayakan untuk bisa mengelola dana transfer dari pemerintah pusat
yang berupa Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus semaksimal
mungkin untuk kesejahteraan rakyat, karena dana tersebut merupakan dana
dominan yang digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah.
3. Bagi penelitian mendatang hendaknya sampel dan daerah penelitian lebih
diperluas lagi, yaitu tidak terbatas pada Kabupaten/Kota se-Jawa, Bali, dan
Nusa Tenggara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
4. Bagi penelitian mendatang hendaknya melibatkan variabel lainnya, karena
pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi alokasi
belanja modal daerah.