6
Republik Indonesia menyatakan kemerdekaannya melalui Proklamasi 17 Agustus 1945, ketika keadaan politik dunia sedang dalam tahap berbenah diri setelah berakhirnya Perang Dunia II yang dimenangkan oleh pihak Amerika dan Sekutunya !ekosongan kekuasaan "vacuum of power) dipakai sebagai momentum yang tepat untuk mengumandangkan kemerdekaan Indonesia dari pen#a#ahan Selain usaha perbaikan kondisi ekonomi, pemerintah RI #uga mengkonsentrasikan tenaga untuk mengukuhkan pemerintahnya di seluruh $ilayah RI Pada tahun pertama kemerdekaannya, usaha itu baru berhasil di Pulau %a$a, &adura dan Sumatera serta beberapa daerah di bagian Indonesia 'imur Republik Indonesia langsung memulai kembali per#uangannya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang telah di(apai melalui usaha yang keras dan didukung oleh seluruh rakyat Indonesia )paya ke luar ditekankan pada usaha*usaha memperoleh pengakuan dari dunia internasional akan kemerdekaan dan kedaulatannya )paya itu dirong*rong oleh pihak +elanda dengan membon(eng tentara Sekutu Per#uangan tentara RI dan laskar rakyatnya belum memberikan hasil yang memuaskan &enghadapi tentara Inggris dan ikut sertanya tentara +elanda yang dilengkapi sen#ata yang modern di masa itu, serangan*serangan tentara RI sering mengalami kegagalan &aka kemudian timbul ke(enderungan dikalangan pe#uang bersen#ata untuk melakukan siasat bertahan !urun $aktu 1945*195 merupakan periode yang sangat penting dalam se#arah Republik Indonesia Periode ini disebut dengan periode Perang !emerdekaan Pada periode ini per#uangan memperoleh pengakuan internasional dilakukan dengan intensi- melalui per#uangan diplomasi di berbagai me#a perundingan Per#uangan diplomasi ber#alan ditengah*tengah berbagai tentangan dari sebagian kalangan di dalam negeri yang menolak untuk mempergunakan #alan diplomasi karena dianggap tidak e-ekti- dan hanya dengan kekuatan bersen#atalah Republik Indonesia dapat mempertahankan kemerdekaannya .iri utama per#uangan RI untuk mempertahankan kemerdekaannya pada masa Perang !emerdekaan adalah berkembangnya per#uangan melalui dua -ront, yaitu -ront diplomasi di atas me#a perundingan dan -ront pertempuran di medan #uang /ront pertama yaitu melalui #alan diplomasi, diyakini oleh para pemimpin sebagai #alan yang paling tepat mengingat kemampuan angkatan bersen#ata kita yang masih lemah dalam hal persen#ataan /ront lainnya digusung oleh kelompok pemuda yang berkeyakinan hanya dengan menggunakan kekuatan bersen#ata RI

Diplomasi RI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Diplo

Citation preview

Republik Indonesia menyatakan kemerdekaannya melalui Proklamasi 17 Agustus 1945, ketika keadaan politik dunia sedang dalam tahap berbenah diri setelah berakhirnya Perang Dunia II yang dimenangkan oleh pihak Amerika dan Sekutunya. Kekosongan kekuasaan (vacuum of power) dipakai sebagai momentum yang tepat untuk mengumandangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan.Selain usaha perbaikan kondisi ekonomi, pemerintah RI juga mengkonsentrasikan tenaga untuk mengukuhkan pemerintahnya di seluruh wilayah RI. Pada tahun pertama kemerdekaannya, usaha itu baru berhasil di Pulau Jawa, Madura dan Sumatera serta beberapa daerah di bagian Indonesia Timur. Republik Indonesia langsung memulai kembali perjuangannya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai melalui usaha yang keras dan didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Upaya ke luar ditekankan pada usaha-usaha memperoleh pengakuan dari dunia internasional akan kemerdekaan dan kedaulatannya. Upaya itu dirong-rong oleh pihak Belanda dengan membonceng tentara Sekutu. Perjuangan tentara RI dan laskar rakyatnya belum memberikan hasil yang memuaskan. Menghadapi tentara Inggris dan ikut sertanya tentara Belanda yang dilengkapi senjata yang modern di masa itu, serangan-serangan tentara RI sering mengalami kegagalan. Maka kemudian timbul kecenderungan dikalangan pejuang bersenjata untuk melakukan siasat bertahan.Kurun waktu 1945-1950 merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah Republik Indonesia. Periode ini disebut dengan periode Perang Kemerdekaan. Pada periode ini perjuangan memperoleh pengakuan internasional dilakukan dengan intensif melalui perjuangan diplomasi di berbagai meja perundingan. Perjuangan diplomasi berjalan ditengah-tengah berbagai tentangan dari sebagian kalangan di dalam negeri yang menolak untuk mempergunakan jalan diplomasi karena dianggap tidak efektif dan hanya dengan kekuatan bersenjatalah Republik Indonesia dapat mempertahankan kemerdekaannya.Ciri utama perjuangan RI untuk mempertahankan kemerdekaannya pada masa Perang Kemerdekaan adalah berkembangnya perjuangan melalui dua front, yaitu front diplomasi di atas meja perundingan dan front pertempuran di medan juang. Front pertama yaitu melalui jalan diplomasi, diyakini oleh para pemimpin RI sebagai jalan yang paling tepat mengingat kemampuan angkatan bersenjata kita yang masih lemah dalam hal persenjataan. Front lainnya digusung oleh kelompok pemuda yang berkeyakinan hanya dengan menggunakan kekuatan bersenjata RI akan bisa mengenyahkan Belanda dari bumi Indonesia. Perbedaan cara pandang ini menyebabkan masalah politik dalam negeri RI menjadi tidak stabil, ditandai dengan sering terjadinya pergantian kabinet pada masa awal kemerdekaannya. Perbedaan front perjuangan antara kedua pihak memberikan peluang-peluang yang dimanfaatkan oleh pihak Belanda untuk melancarkan aksi-aksi untuk memecah belah RI.Pada awalnya rakyat Indonesia menyambut kedatangan Sekutu dengan senang. Akan tetapi setelah diketahui NICA ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. Kedatangan NICA di Indonesia didorong oleh keinginan menegakkan kembali Hindia Belanda dan berkuasa lagi di Indonesia. Datangnya pasukan Sekutu yang diboncengi NICA mengundang perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini berbagai perlawanan terhadap Sekutu yang muncul di daerah-daerah:1. Pertempuran Surabaya 10 November 19452. Pertempuran Ambarawa 20 November sampai tanggal 15 Desember 19453. Pertempuran Medan Area 1 Desember 19454. Bandung Lautan Api (Maret 1946)5. Puputan Margarana 20 November 19466. Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai bentuk perlawanan terhadap Agresi Militer IITekad RI untuk selalu menempuh jalan damai dimanifestasikan kedalam berbagai perundingan yang dilakukan dengan pihak Belanda. Dalam perundingan RI selalu menyertakan pihak ketiga sebagai perantara ataupun penengahnya. Perundingan-perundingan yang dilakukan tidak selalu berjalan mulus, hampir seluruh perundingan diwarnai oleh sikap dan itikad buruk Belanda yang ingin terus melanjutkan penjajahannya di Indonesia. Perjuangan ini terwujud melalui pertemuan Hoge Veluwe, Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville, Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar.Itikad baik Republik Indonesia dalam setiap perundingan tidak selalu memperoleh balasan sikap yang sama dari Belanda. Belanda dengan berbagai taktik dan tipu muslihatnya mengingkari perundingan yang dilakukannya dengan Republik Indonesia. Ini sebagai perwujudan tekad Belanda untuk kembali menjajah Indonesia dan menghancurkan pemerintahan Republik Indonesia melalui cara-cara militer dan non militer.Keadaan dalam negeri Republik Indonesia juga mengalami cobaan dengan terjadinya peristiwa-peristiwa kontra revolusi. Peristiwa yang paling mencolok adalah pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun di bawah kepemimpinan Musso yang menyeret bangsa Indonesia ke dalam lembah pertentangan tajam yang malah menghambat perjuangan di kala itu.Sejarah telah membuktikan bahwa Republik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya harus melalui perjuangan diplomasi yang seiring sejalan dengan perjuangan bersenjata. Indonesia dihadapkan pada kenyataan bahwa Belanda tidak selamanya bisa dihadapi hanya dengan jalan diplomasi. Membalas Agresi Militer yang dilakukan Belanda, Republik Indonesia mengerahkan kekuatan bersenjatanya yang dibarengi dengan perjuangan diplomasi di forum internasional sehingga memungkinkan aksi Belanda itu menjadi boomerang yang merugikan Belanda sendiri.Kendala-kendala yang dihadapi perjuangan diplomasi pada masa Perang Kemerdekaan yang datang dari dalam maupun luar negeri dan tekad yang kuat untuk terbebas dari belenggu penjajahan telah memaksa kekuatan diplomasi Indonesia untuk matang dalam usianya yang masih sangat muda. Fakta sejarah kembali membuktikan bahwa perjuangan diplomasi pada masa Perang Kemerdekaan tidak bisa dipandang remeh, bahkan perjuangan diplomasi telah mengambil peran sangat penting yang menentukan masa depan Republik Indonesia.Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, perjuangan Indonesia bisa dikelompokkan kedalam dua front, yaitu front yang bertekad dijalankan oleh pemerintahan Indonesia pada waktu itu dengan cara diplomasi, dan front lainnya adalah front yang diyakini oleh angkatan muda sebagai satu-satunya cara untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yaitu dengan perjuangan bersenjata.Perbedaan front perjuangan antara kedua pihak menjadi warna perjuangan Indonesia semasa perang kemerdekaan. Pihak musuh selalu berusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ditimbulkan oleh perbedaan front perjuangan ini sebaik mungkin. Namun, ditengah perbedaan itu, para pemimpin negara berusaha untuk mencari cara penyelesaian dengan tetap menjamin keselamatan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Presiden Soekarno menyatakan bahwa kebijakan yang ditempuh RI harus diarahkan pada dunia internasional melalui diplomasi, tapi tidak ada bangsa yang dapat memasuki gelanggang internasional hanya dengan cara diplomasi. Haruslah ada kekuatan paksaan yang menjadi tulang punggung diplomasi.Dengan demikian, bagi bangsa Indonesia perjuangan diplomasi saling berganti dengan perjuangan bersenjata. Ketika diplomasi mengalami kebuntuan, maka dengan sendirinya perjuangan bersenjata akan mengambil alih keadaan. Semboyan yang mencerminkan strategi ganda ini adalah: Kita cinta damai, tapi lebih cinta kemerdekaan.Perjuangan jalur diplomasi pada masa setelah Proklamasi diprioritaskan dalam pencapaian tiga tujuan, yaitu.1. Memperoleh pengakuan internasional terhadap kemerdekaan RI,2. Mempertahankan kemerdekaan RI dari segala usaha Belanda untuk kembali bercokol di bumi Indonesia,3. Mengusahakan serangkaian diplomasi untuk penyelesaian sengketa Indonesia-Belanda melalui negosiasi dan akomodasi kepentingan, dengan menggunakan bantuan Negara ketiga dalam bentuk good offices ataupun mediasi dan juga menggunakan jalur PBB.Politik luar negeri tidaklah lepas dari diplomasi. Diplomasi adalah alat yang dipakai untuk melaksanakan politik luar negeri suatu Negara. Diplomasi menurut Satow dalam Satows Guide to Diplomatik Practice (1979) adalah pengaplikasian dari ilmu dan taktik untuk menjalankan hubungan resmi antara pemerintah dari dua atau lebih Negara yang berdaulat melalui jalan yang damai.Diplomasi berasal dari bahasa Yunani yaitu diploun yang berarti melipat. Menurut Nichoison, Pada masa kekaisaran Romawi semua paspor, yang melewati jalan milik negara dan surat-surat jalan dicetak pada piringan logam dobel, dilipat, dan dijahit jadi satu dalam cara yang khas. Surat jalan logam ini disebut diplomas. Selanjutnya kata ini berkembang dan mencakup pula dokumen-dokumen resmi yang bukan logam, khususnya yang memberikan hak istimewa tertentu atau menyangkut perjanjian dengan suku bangsa asing di luar bangsa Romawi. Karena perjanjian-perjanjian ini semakin menumpuk, arsip kekaisaran menjadi beban dengan dokumen-dokumen kecil yang tak terhitung jumlahnya yang dilipat dan diberikan dalam cara khusus.Oxford English Dictionary merumuskan diplomasi sebagai berikut: Diplomacy is (i) the management of international relations by negotiation; (ii) the method by which these relations are adjusted and managed by ambassadors and envoys; (iii) the business or art by the diplomats. Yang diterjemahkan sebagai berikut: Diplomasi adalah mengelola hubungan internasional dengan jalan perundingan; bagaimana cara para Duta Besar dan utusan-utusan lainnya mengatur dan mengelola hubungan-hubungan itu; tugas atau ekspresi seni dari para petugas tersebut.Dalam pidato radio di Jakarta pada tanggal 15 Desember 1945, Wakil Presiden RI Mohammad Hatta menyatakan: Diplomasi adalah muslihat yang bijaksana dengan perundingan untuk mencapai cita-cita bangsa. Diplomasi adalah tindakan politik internasional, tetapi nyatalah, untuk mencapai hasil yang sebaiknya dengan jalan diplomasi, perlu ada gerakan yang kuat dalam negeri yang menjadi sendi tindakan diplomasi itu.Menurut Sir Earnest Satow, dalam bukunya Guide to Diplomatic Practice memberikan karakterisasi diplomasi yang bagus meskipun tidak jelas dan kurang akurat. Ia mengatakan diplomasi adalah the application of intelligence and tact to conduct of official relation betweenthe government of independent states. (penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungna resmi antara pemerintah negara-negara berdaulat). Menurut KM Panikkar dalam bukunya The Principal and Practice of Diplomacy mengatakan diplomasi dalam hubungannya dengan politik internasional, adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Menurut Svarlien telah mendefinisikan diplomasi sebagai seni dan ilmu perwakilan negara dan perundingan. Menurut Ivo D. Duchacek berpendapat diplomasi biasanya didefinisikan sebagai praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan negara lain.Dari beberapa definisi tersebut, diplomasi ialah :1. Unsur pokok diplomasi adalah negosiasi.2. Negosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan negara.3. Tindakan-tindakan diambil untuk menjaga dan memajukan kepentingan nasional sejauh mungkin bisa dilaksanakan dengan sarana damai.4. Suatu teknik-teknik diplomasi yang sering dipakai untuk menyiapkan perang dan bukan untuk menghasilkan perdamaian.5. Diplomasi dihubungkan erat dengan tujuan politik luar negeri.6. Diplomasi modern dihubungkan erat dengan sistem negara.7. Diplomasi tak bisa dipisahkan dari perwakilan negara.

Jadi, diplomasi, yang sangat erat dihubungkan dengan hubungan antar negara adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin dalam berhubungan dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal untuk memperoleh tujuan yang diinginkan, diplomasi mengijinkan penggunaan ancaman atau kekuatan nyata sebagai cara untuk mencapai tujuan-tujuannyaDari beberapa uraian diatas, terlihat bahwa politik luar negeri dan diplomasi memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Diplomasi adalah alat atau instrumen utama bagi pelaksaan politik luar negeri. Dengan kata lain, politik luar negeri adalah what to do (substansi) dan diplomasi adalah how to do it.