Upload
lekhue
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 19
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2012 sebesar 5,95% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,90% (y.o.y) yang dipicu oleh volatile food
inflation. Peningkatan inflasi volatile food terjadi akibat dari naiknya harga komoditas bahan
makanan diantaranya ikan. Kenaikan harga ikan terjadi akibat dari berkurangnya produksi
karena munculnya angin musim timur pada triwulan laporan. Kondisi cuaca angin musim
timur dicirikan dengan angin kencang dan ombak tinggi sehingga menyulitkan nelayan untuk
melaut. Di sisi lain, para pedagang menyatakan bahwa bulan Juni 2012 permintaan bahan
makanan naik sehingga menyebabkan harga juga ikut melonjak. Hal ini terjadi karena pada
bulan laporan dianggap bulan yang baik oleh masyarakat Gorontalo (mendekati bulan
Puasa) untuk mengadakan hajatan pesta pernikahan, pesta, dsb sehingga permintaan
bahan makanan meningkat tajam.
2.1 INFLASI GORONTALO
Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2012 sebesar 5,95% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,90% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi
terutama akibat dari melonjaknya harga-harga komoditas bahan makanan. Volatile food
inflation tercatat sebesar 3,50% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 1,71% (y.o.y). Hal ini terjadi karena pada bulan laporan dianggap bulan yang baik
oleh masyarakat Gorontalo (mendekati bulan Puasa) untuk mengadakan hajatan pesta
pernikahan, pesta, dsb sehingga permintaan bahan makanan meningkat tajam. Core
inflation pada triwulan laporan sebesar 8,44% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 9,71% (y.o.y). Menurunnya harga semen dibandingkan triwulan
sebelumnya memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap pelemahan core inflation.
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
APR MEI JUNI SEPT DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI
Total Inflasi 6.17% 6.69% 7.11% 3.27% 4.08% 5.69% 6.51% 5.90% 7.86% 6.25% 5.95%
Core Inflation 4.23% 4.27% 4.64% 6.44% 7.23% 9.24% 9.35% 9.71% 9.05% 8.91% 8.44%
Volatile Food 8.69% 11.35% 12.07% -0.90% -0.74% 1.03% 3.02% 1.71% 8.81% 3.78% 3.50%
Administered Price 6.75% 5.30% 5.47% 2.96% 4.93% 5.36% 5.78% 4.12% 4.00% 4.30% 4.31%
Total Inflasi -0.50% 0.92% 0.60% -0.27% 0.66% 1.65% 0.70% -0.58% 1.33% -0.59% 0.32%
Core Inflation 0.56% 0.12% 0.59% 0.95% 0.28% 2.45% 0.65% 0.53% -0.05% -0.01% 0.16%
Volatile Food -2.49% 2.68% 0.94% -2.20% 1.52% 1.45% 1.12% -2.81% 4.31% -2.07% 0.67%
Administered Price 0.21% 0.08% 0.14% -0.01% 0.25% 0.19% 0.20% 0.33% 0.09% 0.36% 0.15%
Inflasi Bulanan (mtm)
Disagregasi2011 2012
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
Sementara itu, harga barang yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) sebesar
4,31% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,12% (y.o.y). Secara
keseluruhan tahun, pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah tidak
melakukan kebijakan untuk merubah harga BBM bersubsidi selama periode laporan.
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo
2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Core inflation atau inflasi inti pada triwulan II-2012 sebesar 8,44% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,05% (y.o.y) akibat melemahnya
tekanan faktor fundamental terutama output gap dan imported inflation. Output gap
diperkirakan kurang dominan dalam memberi tekanan kepada inflasi inti. Proyek-proyek
pembangunan gedung dan infrastruktur diperkirakan masih relatif lesu pada triwulan laporan
yang ditandai dengan menurunnya harga semen. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga
(SPH), komoditas semen pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp67.500/sak lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp70.000/sak. Sementara itu faktor imported
inflation diperkirakan juga mengalami penurunan. Harga komoditas yang diimpor seperti
harga emas di Gorontalo mengalami penurunan karena mengikuti tren penurunan harga
emas internasional.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 21
Sumber : SPH, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.2 Harga Emas di Gorontalo
Hasil SPH menunjukkan bahwa harga emas (23 karat) di Gorontalo pada triwulan laporan
sebesar Rp425.000/gram lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Rp450.000/gram. Di sisi lain, ekspektasi inflasi diperkirakan terus meningkat seiring dengan
mendekatinya bulan Ramadhan yang jatuh pada bulan Agustus 2012. Hal ini tercermin dari
nilai Indeks Keyakinan Konsumen (Survei Konsumen) yang menunjukkan tren peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sumber : SK, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen di Gorontalo
2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL
Komponen volatile food pada Triwulan II-2012 menunjukkan inflasi sebesar 3,50%
(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,71% (y.o.y). Peningkatan
inflasi volatile food akibat dari naiknya harga komoditas bahan makanan terutama ikan.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
Kenaikan harga ikan akibat dari berkurangnya produksi karena adanya angin musim timur.
Kondisi cuaca angin musim timur dicirikan dengan angin kencang dan ombak tinggi
sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut. Di sisi lain, para pedagang menyatakan bahwa
bulan Juni 2012 permintaan bahan makanan naik sehingga menyebabkan harga juga ikut
melonjak. Hal ini terjadi karena pada bulan laporan dianggap bulan yang baik oleh
masyarakat Gorontalo (mendekati bulan Puasa) untuk mengadakan hajatan pesta
pernikahan, pesta, dsb sehingga permintaan bahan makanan meningkat tajam.
Sementara itu, inflasi administered price pada triwulan II-2012 sebesar 4,31% (y.o.y)
relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,12% (y.o.y). Inflasi administered
price relatif terkendali karena pemerintah belum melakukan kebijakan untuk merubah harga
BBM bersubsidi pada periode laporan. Pergerakan pada administered price terutama terjadi
akibat kenaikan harga tiket pesawat karena pada periode laporan bertepatan dengan musim
liburan sekolah. Sementara itu, permasalahan penimbunan BBM masih menjadi sorotan
utama di Provinsi Gorontalo. Gubernur menegaskan kepada pemilik SPBU agar lebih tertib
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya untuk menghindari penimbunan. Sesuai
kesepakatan dalam rapat TPID bahwa setiap SPBU wajib memasang CCTV dan bekerja
sama dengan pihak keamanan agar pengawasan dalam distribusi BBM lebih baik.
Sementara itu, Pemda Kabupaten Gorontalo telah menerapkan aturan penggunaan
pertamax (BBM non subsidi) untuk kendaraan dinas. Hal ini dilakukan sebagai upaya
kebijakan penghematan BBM yang dihimbau oleh Pemerintah Pusat.
2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA
2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)
Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan II-2012 sebesar 5,95% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,90% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi IHK
dibandingkan tahun sebelumnya terutama disebabkan oleh inflasi kelompok bahan
makanan.
Tabel 2.2
Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
6 9 12 1 2 3 4 5 6
Inflasi Umum 7.11% 3.27% 4.08% 5.69% 6.51% 5.90% 7.86% 6.25% 5.95%
1 Bahan makanan 12.04% -0.70% -0.62% 1.18% 3.19% 1.90% 8.90% 3.84% 3.58%
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 7.44% 4.82% 7.69% 7.97% 8.09% 6.00% 6.74% 7.95% 7.04%
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 5.05% 6.58% 7.85% 11.62% 11.82% 12.67% 11.51% 10.87% 10.47%
4 Sandang 5.12% 12.33% 9.78% 9.54% 9.53% 9.44% 7.22% 6.78% 7.12%
5 Kesehatan 3.43% 3.50% 4.64% 4.08% 4.05% 3.81% 3.57% 2.86% 2.91%
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.60% 3.88% 3.96% 4.44% 3.80% 3.72% 3.72% 4.24% 4.26%
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 3.36% 1.38% 2.44% 2.86% 3.51% 3.18% 2.95% 2.97% 3.00%
2011No
Inflasi Tahunan 2012
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 23
Inflasi bahan makanan pada periode laporan mengalami peningkatan yang cukup
signifikan sebesar 3,58% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
1,90% (y.o.y). Inflasi kelompok ini terutama akibat dari naiknya harga-harga komoditas
utama seperti telur, ikan segar, dan bawang merah. Hal ini terjadi karena pada bulan
laporan dianggap bulan yang baik oleh masyarakat Gorontalo (mendekati bulan Puasa)
untuk mengadakan hajatan pesta pernikahan, pesta, dsb sehingga permintaan bahan
makanan meningkat tajam.
Sementara itu, harga inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
juga menunjukkan level yang tinggi yaitu sebesar 10,47% (y.o.y), meskipun melemah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,6% (y.o.y). Walaupun harga semen pada
triwulan laporan menurun bila dibandingkan triwulan sebelumnya, namun kenaikan rata-rata
harga semen yang relatif persisten sepanjang tahun 2012. Harga semen pada tahun 2011
rata-rata berada pada kisaran Rp60.000/sak, namun pada tahun 2012 harga semen berada
pada tingkat yang lebih tinggi yaitu pada kisaran Rp70.000/sak. Makin meningkatnya
aktivitas ekonomi dan pembangunan di Gorontalo diperkirakan menjadi pemicu utama
meningkatnya harga semen.
Sumber : SPH, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.4 Harga Lokal Semen Tonasa
2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (q.t.q)
Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan II-2012
mengalami inflasi sebesar 1,06% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 1,77% (q.t.q). Penurunan inflasi secara triwulanan terutama disebabkan oleh
meredanya kenaikan harga semen.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Secara triwulanan, inflasi subkelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
pada triwulan II-2012 menunjukkan penurunan yang sangat signifikan. Kelompok tersebut
pada triwulan laporan mengalami deflasi sebesar 0,74% (qtq) lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 6,28% (qtq). Melemahnya harga
semen merupakan pemicu utama penurunan inflasi subkelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar. Harga semen pada triwulan laporan sebesar Rp67.500/sak lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp70.000/sak.
Tabel 2.4
Survei Pemantauan Harga
Sumber : Bank Indonesia
6 9 12 1 2 3 4 5 6
Umum 1.01 1.84 1.16 2.26 3.04 1.77 1.46 0.16 1.06
1 Bahan makanan 1.12 -0.23 1.20 2.28 4.18 -0.20 2.54 -0.72 2.79
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0.74 1.69 2.44 0.68 0.44 1.01 1.46 1.95 1.72
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1.23 3.60 1.08 5.36 6.12 6.28 1.28 0.01 -0.74
4 Sandang 2.28 7.93 -0.73 -0.58 -0.63 -0.13 -0.24 -0.14 0.11
5 Kesehatan 1.11 0.76 1.13 1.52 1.50 0.76 0.22 0.06 0.24
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga -0.38 3.52 0.19 0.58 0.38 0.39 0.03 0.12 0.14
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.69 0.94 0.83 0.48 0.79 0.68 0.72 0.55 0.52
2011No
Inflasi Triwulanan2012
No Komoditas Satuan 5-Mar 19-Mar 3-Apr 16-Apr 1-May 15-May 4-Jun 18-Jun
1 Beras
Super Win kg 8500 8500 8500 8500 8500 8500 8500 8500
Ciheran kg 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
IR 64 kg 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500
2 Minyak Goreng
Kemasan Bimoli liter 15000 15000 15000 15000 15000 15000 15000 15000
Curah kg 12000 13000 13000 13000 13000 13000 13000 12000
3 Daging&telur
Daging Sapi kg 75000 75000 75000 75000 75000 75000 75000 75000
Daging Ayam ekor/kg 40000 40000 42500 40000 40000 40000 42500 40000
Telur Ayam Ras butir 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1300 1200
4 Cabe Merah
Cabe Rawit kg 18000 20000 40000 30000 22000 22000 28000 18000
Cabe Keriting kg 12000 10000 25000 25000 24000 20000 20000 18000
5 Bumbu-bumbuan
Bawang Merah kg 14000 14000 17000 24000 22000 18000 18000 20000
Bawang Putih kg 12000 12000 15000 15000 15000 14000 14000 22000
Tomat kg 6000 5000 6000 6000 6000 5000 5000 5000
6 Ikan
Ekor Kuning kg 17000 18000 22000 23000 23000 24000 27000 20000
Tude/Oci kg 20000 25000 20000 20000 17000 22000 21500 25000
Malalugis kg 23000 17500 17500 17500 15000 17000 17500 15000
Cakalang Kg 17000 15000 13000 14000 14000 16000 14000 15000
Mujair Kg 35000 35000 35000 35000 35000 35000 35000 35000
7 Gula
Gula Pasir kg 11000 11000 11500 11000 11000 11000 11000 11000
8 Semen
Semen Tonasa sak 70000 70000 70000 70000 70000 70000 70000 67500
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 25
Tahunan (yoy) Bulanan (mtm)
1 Jayapura 1.80% 0.96%
2 Manado 3.73% 0.50%
3 Makassar 3.91% 0.64%
4 Ternate 4.30% 0.64%
5 Kendari 4.65% 0.66%
6 Palu 4.99% 0.95%
7 Gorontalo 5.95% 0.32%
8 Ambon 6.25% 2.39%
Inflasi Semester I-2012ProvinsiNo
BOKS 2 : REVIEW INFLASI GORONTALO SEMESTER-I 2012
Inflasi Gorontalo hingga semester I-2012 relatif terkendali, masih sejalan dengan target
inflasi Gorontalo akhir tahun 2012 sebesar 5,3 +1% (y.o.y).
Secara tahunan, inflasi Gorontalo semester I-2012 sebesar 5,95% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan Desember 2011 sebesar 4,08% (y.o.y). Pergerakan inflasi Gorontalo terutama
dipengaruhi oleh pergerakan inflasi kelompok bahan makanan. Bila dibandingkan dengan
provinsi lain di wilayah Indonesia Timur, inflasi tahunan Gorontalo merupakan kedua
tertinggi setelah Ambon.
Grafik 2.5 Tabel 2.5 Inflasi Tahunan & Bahan Makanan Inflasi Per Provinsi
Secara bulanan, tekanan inflasi pada semester-I 2012 terutama terjadi pada bulan Januari
(1,65%, mtm) dan April (1,33%, mtm). Sementara itu, pada semester laporan juga terjadi
deflasi bulanan yaitu pada bulan Maret (-0,58%, mtm) dan Mei (-0,59%, mtm). Lonjakan
harga komoditas semen (core inflation) merupakan penyebab utama tingginya inflasi bulan
Januari, sementara kenaikan harga bawang merah (volatile food) memberi tekanan inflasi
bulan April.
Grafik 2.6 Grafik 2.7
Inflasi Bulanan (m.t.m) Disagregasi Inflasi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
Secara year to date, inflasi semester I-2012 sebesar 2,85% (ytd) masih sejalan dengan
target inflasi akhir tahun 2012 yaitu sebesar 5,3 + 1% (y.o.y). Walaupun bergejolak, inflasi
bahan makanan cenderung moderat, bahkan sempat mengalami deflasi tajam pada bulan
Maret dan Mei karena lancarnya pasokan bahan makanan. Hal ini menyebabkan inflasi year
to date bergerak naik secara moderat. Di sisi lain, tidak adanya kebijakan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM bersubsidi pada semester laporan menyebabkan kecenderungan
harga-harga keseluruhan relatif stabil.
Grafik 2.8 Inflasi Tahunan (y.o.y)
Upside risk
Memasuki awal semester II-2012 diperkirakan akan terjadi lonjakan inflasi yang cukup
tinggi. Pada bulan Juli – Agustus diperkirakan harga-harga komoditas makanan akan
melonjak terkait dengan masuknya Bulan Ramdhan. Karakter masyarakat Gorontalo
yang cenderung merayakan Bulan Ramadhan dengan hidangan istimewa menyebabkan
permintaan komoditas bahan makanan akan sangat tinggi.
Memasuki Juli 2012 kondisi cuaca diperkirakan relatif buruk untuk produksi komoditas
ikan. Pada periode ini kondisi cuaca memasuki angin musim timur yang dicirikan dengan
angin kencang dan ombak tinggi sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut.
Downside risk
Diharapkan shock kenaikan inflasi pada semester II-2012 mencapai puncaknya pada
bulan Agustus 2012 (saat lebaran). Bila hal ini terjadi diperkirakan masih terdapat
keleluasaan penurunan tingkat inflasi (terjadi deflasi bulanan) pada rentang waktu 4
bulan berikutnya.
Krisis keuangan di Eropa yang saat ini tengah berlangsung menyebabkan harga minyak
dunia terus menurun. Kekhawatiran perlambatan kegiatan/aktivitas ekonomi global
menyebabkan permintaan minyak dunia turun. Hal ini semakin memperkuat keyakinan
bahwa pemerintah belum akan menaikkan harga BBM bersubsudi pada tahun 2012.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 27
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Angka indikator perbankan Gorontalo pada triwulan II-2012 menunjukkan tren
peningkatan yang cukup baik. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum
tercatat sebesar Rp.3,01 trilliun atau tumbuh tahunan (y.o.y) sebesar 24,05%, sementara itu
DPK yang berhasil dihimpun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebesar Rp.16,86
milliar atau tumbuh 12,24% (y.o.y). Penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank umum
tercatat sebesar Rp.5,03 trilliun atau tumbuh sebesar 21,58% (y.o.y), sementara pada BPR
tercatat Rp.22,87 milliar atau tumbuh 3,83% (y.o.y). Dari angka tersebut, terlihat bahwa
permintaan kredit di Gorontalo masih cukup tinggi seperti ditunjukkan oleh angka Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 166,78% pada bank umum dan 135,70% pada BPR.
Hal yang masih perlu mendapat perhatian adalah rasio kredit bermasalah (Non Performing
Loans/NPLs), dimana pada periode laporan BPR tercatat sebesar 10,62%, sedangkan pada
bank umum masih terjaga pada level wajar yaitu sebesar 2,44%.
3.1 FUNGSI INTERMEDIASI
Hingga triwulan II-2012 indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum
tercatat sebesar 166,78%, sementara pada BPR tercatat sebesar 135,70% artinya dana
yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Gorontalo telah seluruhnya disalurkan kepada
masyarakat Gorontalo. Pangsa kredit konsumsi masih mendominasi share kredit perbankan
yakni sebesar 47,59% dari total kredit yang disalurkan. Besarnya pangsa kredit konsumsi
dibandingkan produksi menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Gorontalo
cenderung bersifat konsumtif. Di sisi lain, untuk BPR terlihat bahwa pangsa terbesar
penyaluran kredit adalah kredit modal kerja yaitu 53,63% dari total kredit yang disalurkan.
Sementara itu jika dilihat secara sektoral, kredit terbesar disalurkan oleh perbankan adalah
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 34% pada
bank umum dan 37,64% pada BPR.
3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Perkembangan jumlah bank di Gorontalo hingga triwulan II-2012 tercatat sebanyak
13 Bank Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah dan 4 Bank Perkreditan Rakyat
(BPR). Jumlah bank tersebut sama seperti periode triwulan sebelumnya. Dari jumlah bank
tersebut, jaringan kantor Bank Umum di Provinsi Gorontalo terdiri dari 17 kantor cabang, 33
kantor cabang pembantu, 2 kantor fungsional, 11 kantor kas serta 23 kantor unit. Sementara
itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum di Gorontalo pada periode
triwulan II-2012, tercatat sebesar Rp.3,01 triliun atau tumbuh sebesar 24,05% (y.o.y).
Pertumbuhan DPK tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 22,93% (y.o.y). Pertumbuhan jumlah DPK tersebut terutama bersumber dari
tabungan dan giro yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 31,57% dan
29,89% (y.o.y). Dalam grafik 3.2, terlihat bahwa pangsa tabungan terhadap pembentukan
DPK pada triwulan laporan masih sangat tinggi (57,24%), namun mengalami penurunan
dibandingkan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 61,75%. Sementara itu simpanan giro
masih memiliki pangsa terhadap DPK terkecil yaitu sebesar 15,41%, dengan pertumbuhan
sebesar 29.89% (y.o.y) seperti ditunjukan dalam grafik 3.1.
Komponen pembentuk DPK lainnya seperti deposito, pada triwulan laporan
menunjukkan perlambatan pertumbuhan sebesar 8,35% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan
periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 21,93% (y.o.y). Di sisi lain, pangsa
deposito terhadap pembentukan DPK juga mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar
27,35% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,56%.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan DPK triwulan II-2012 tercatat
sebesar Rp. 16,86 milliar atau tumbuh sebesar 12,24% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,54% (y.o.y). Penurunan
jumlah penghimpunan dana BPR terutama terjadi karena menurunnya jumlah deposito
sebesar 7,29% (y.o.y) yakni dari Rp 9,55 milliar menjadi Rp. 9,49 milliar. Hal sebaliknya
terjadi pada tabungan yang meningkat dari Rp. 6,91 milliar menjadi Rp. 7,36 miliiar atau
tumbuh 19,35% (y.o.y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 29
Angka statistik Dana Pihak Ketiga (DPK) di atas, menunjukkan bahwa
penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan Gorontalo sudah cukup baik dan perlu
terus diupayakan untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam hal menabung atau
menyimpan uang di bank. Dana Pihak Ketiga (DPK) khususnya dalam bentuk Deposito
agaknya perlu ditingkatkan untuk membantu perbankan dalam menjaga keseimbangan
likuiditas keuangan, khususnya dalam jangka menengah panjang. Hal tersebut penting guna
menunjang pertumbuhan kredit yang masih cukup tinggi di Gorontalo.
3.1.3 PENYALURAN KREDIT
Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank umum dalam bentuk kredit/pembiayaan
pada triwulan II-2012 masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari jumlah
kredit/pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp. 5,03 triliun atau mengalami pertumbuhan
sebesar 21,58% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut
lebih rendah dibandingkan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 22,61% (y.o.y).
Pertumbuhan kredit pada triwulan ini ditopang oleh penggunaan kredit produktif.
Kredit investasi pada triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp. 642 miliar atau tumbuh sebesar
45,27% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat Rp. 725 milliar atau tumbuh 49,12% (y.o.y). Seperti halnya kredit investasi, kredit
modal kerja juga menunjukkan penurunan yaitu sebesar Rp. 1,99 triliun atau tumbuh
sebesar 29,85% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sejalan
dengan hal tersebut, pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan laporan juga sedikit
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit konsumsi hingga triwulan II-2012
tercatat sebesar Rp 2,39 trilliun dengan pertumbuhan sebesar 10,85% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 11,37% (y.o.y). Pertumbuhan kredit
berdasarkan penggunaan dapat dilihat pada grafik 3.3.
Ditinjau dari penggunaan kredit, pangsa terbesar kredit/pembiayaan di Gorontalo
pada triwulan II-2012 masih didominasi oleh kredit konsumsi yang tercatat sebesar Rp 2,39
trilliun, dengan pangsa sebesar 47,59%. Selanjutnya kredit modal kerja, yang tercatat
sebesar 39.83% dari total kredit di Gorontalo. Pangsa kredit investasi terhadap total
kredit/pembiayaan masih yang terendah yaitu sebesar 12,78% dari total kredit perbankan di
Gorontalo sebagaimana ditunjukan dalam grafik 3.4.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
Pertumbuhan kredit penggunaan dan pangsa masing-masing jenis kredit terhadap
total kredit di Gorontalo, dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan
Pada BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp
22,86 milliar atau tumbuh sebesar 3,83% (y.o.y) namun mengalami penurunan yang cukup
signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
14,40% (y.o.y). Pangsa terbesar kredit BPR adalah kredit modal kerja (53,63% dari total
kredit) yang menyumbang pertumbuhan kredit tertinggi sebesar 13,37% (y.o.y).
Peningkatan tersebut diperkirakan karena meningkatnya geliat usaha di Gorontalo
khususnya pada sektor mikro. Sementara itu, kredit konsumsi BPR tercatat Rp. 10,24 miliar
atau tumbuh sebesar -4.91% (y.oy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, kredit investasi
tercatat Rp. 369 miliar namun pertumbuhan secara tahunan masih negatif, yaitu sebesar -
16,49% (y.o.y). Hal tersebut mencerminkan sebagian besar masyarakat, khususnya di
pedesaan masih belum memanfaatkan pembiayaan BPR untuk kebutuhan investasi usaha.
Dilihat secara sektoral, sektor usaha yang banyak menerima penyaluran kredit dari
bank umum di Gorontalo adalah pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).
Hingga triwulan II-2012, baki debet kredit sektor ini tercatat sebesar Rp 1,71 trilliun atau
34% dari total kredit sektoral perbankan. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar
41,22% (y.o.y), relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 40,54% (y.o.y). Sementara itu pada sektor lainnya
menunjukan perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2012. Perlambatan terbesar terjadi
pada sektor listrik, gas dan air bersih yang tercatat sebesar -57,62% (y.o.y). Perlambatan
tersebut diperkirakan karena industri/usaha yang bergerak pada sektor tersebut relatif
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 31
sedikit atau belum tersedia di Gorontalo, sehingga penyalurannya kreditnya terbatas.
Adapun rincian pertumbuhan dan komposisi kredit sektoral pada triwulan II-2012, dapat
dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.5 Grafik 3.6
Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral
Total kredit yang disalurkan oleh BPR pada triwulan laporan adalah sebesar Rp.
22,57 milliar. Baki debet kredit terbesar disalurkan ke sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (PHR) yaitu sebesar Rp. 8,61 milliar atau 37,64% dari total kredit. Sektor PHR
agaknya masih menjadi sektor yang mendominasi kredit/pembiayaan baik bank umum
maupun BPR di Gorontalo. Sedangkan sektor pertanian, meskipun menjadi penyumbang
terbesar bagi pembentukan PDRB Gorontalo namun penyaluran kredit pada sektor ini
masih relatif kecil yaitu hanya sekitar 2,50% dari total kredit BPR.
Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada bank umum, hingga triwulan
II-2012 tercatat sebesar Rp. 2,38 triliun atau mengambil pangsa sebesar 47,42% dari total
kredit di Gorontalo. Jumlah kredit UMKM tersebut mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat Rp.1,99 trilliun dengan pangsa sebesar 42,18% dari total
kredit. Angka tersebut tentunya cukup menggembirakan karena merefleksikan keberpihakan
perbankan dalam mendorong pengembangan UMKM di Provinsi Gorontalo. Dari ketiga jenis
kredit UMKM (mikro, kecil, menengah) tersebut, pangsa terbesar disumbangkan oleh kredit
skala kecil dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.1,03 trilliun atau 43,28% dari
total kredit UMKM yang disalurkan. Angka tersebut lebih tinggi dibanding triwulan I-2012
yang tercatat sebesar Rp 1,01 trilliun. Untuk kredit skala mikro, jumlah yang tercatat sebesar
Rp. 732 milliar atau 30,73% dari total kredit UMKM. Sedangkan skala menengah tercatat
sebesar Rp. 619 miliar atau 25,99% dari total kredit UMKM. Kualitas kredit UMKM yang
tercermin dari rasio kredit UMKM bermasalah (Non Performing Loans/NPLs) juga masih
cukup terjaga yaitu total sebesar 3,48%. Kualitas kredit skala mikro dan skala kecil tercatat
cukup baik sebagaimana tercermin dari rasio NPLs dari kedua jenis kredit tersebut yaitu
masing-masing 0.54% dan 1,40%. Sedangkan kredit skala menengah memiliki rasio kredit
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
bermasalah (NPLs) yang relatif lebih tinggi sebesar 1,54%. Kualitas kredit yang cukup baik
tersebut tentunya menjadi pertimbangan tersendiri bagi perbankan untuk terus menyalurkan
kredit/pembiayaan kepada UMKM khususnya skala mikro dan kecil sehingga dapat tumbuh
menjadi usaha skala menengah maupun besar yang pada gilirannya dapat menggerakan
perekonomian Gorontalo. Adapun gambaran perkembangan penyaluran kredit UMKM pada
bank umum, secara ringkas dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7
Pertumbuhan Kredit UMKM
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekononomian, perkembangan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) hingga triwulan II-2012 menunjukkan outstanding sebesar Rp. 140,78
milliar. Angka tersebut menurun -9,07% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp. 154,83 milliar. Adapun jumlah penerima kredit program tersebut
mencapai 45.349 debitur. Sejak digulirkan oleh pemerintah pada tahun 2008 lalu, jumlah
penyaluran KUR menunjukkan peningkatan yang cukup baik seiring dengan kualitas kredit
yang membaik pula. Pertumbuhan KUR di Gorontalo ditunjukan dengan grafik 3.8 berikut.
Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian
Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 33
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPLs) yang mencerminkan risiko
kredit pada bank umum pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 2,44%. Di sisi lain, risiko
likuiditas yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 166,78%.
3.2.1 RISIKO KREDIT
Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum hingga
triwulan II-2012 masih berada pada level wajar yaitu 2,44% (bruto) dan tercatat mengalami
perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,56%. Rasio NPLs tersebut
menunjukan bahwa perbankan dalam menyalurkan kreditnya di Gorontalo senantiasa
memperhatikan faktor risiko dan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking)
sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah yang masih terjaga pada level wajar
sesuai aturan Bank Indonesia yaitu dibawah 5% (bruto). Secara sektoral, kredit pada sektor
konstruksi dan sektor pertambangan dan penggalian masih perlu mendapat perhatian
mengingat hingga posisi Juni 2012 rasio NPLs kedua sektor tersebut tercatat masih cukup
tinggi dimana yaitu masing-masing sebesar 15,52% dan 8,79%. Sementara itu, untuk BPR,
rasio kredit bermasalah (NPLs) hingga triwulan laporan adalah sebesar 10,62%, mengalami
perbaikan (lebih rendah) dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 11,66%. Penurunan
NPLs pada BPR tersebut merupakan tindak lanjut dari upaya BPR untuk menjaga tingkat
risiko kredit bank dan diharapkan angka NPLs tersebut akan terus diperbaiki hingga berada
pada level dibawah 5%.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.9 Grafik 3.10 Perkembangan NPL Bank Umum NPL Bank Umum Per Sektor
Dipandang dari segi konsentrasi penyaluran kredit pada bank umum, terlihat bahwa
kredit ke sektor lainnya (konsumsi) masih cukup dominan yaitu diatas 47,59% dari total
kredit, seperti tampak pada grafik di bawah ini. Namun demikian, dalam rangka mendorong
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
pertumbuhan sektor riil, perbankan Gorontalo senantiasa dihimbau untuk memerhatikan
keseimbangan penyaluran kredit pada sektor produktif.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.11
Konsentrasi Kredit
3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS
Risiko likuiditas perbankan yang tercermin dari indikator jangka waktu komposisi Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan Loan Deposit Ratio(LDR) menunjukkan tendensi penurunan, namun
demikian perlu mendapat perhatian karena berkaitan langsung dengan kewajiban jangka
pendek perbankan. Untuk DPK, terlihat bahwa komposisi dana jangka menengah-panjang
(giro-deposito) relatif lebih kecil dibanding dana jangka pendek (tabungan) pada triwulan II-
2012. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito pada triwulan laporan tercatat
mencapai 27,35% dari total DPK, relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 30,56% dari total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek khususnya
tabungan mencapai 57,24% dalam struktur Dana Pihak Ketiga (DPK). Hal tersebut
menunjukkan bahwa perbankan masih menghadapi risiko likuditas karena komposisi dana
jangka pendek masih mendominasi struktur Dana Pihak Ketiga (DPK). Adapun gambaran
perkembangan portofolio Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan, dapat dilihat pada tabel
berikut.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 35
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.12
Perkembangan Portofolio DPK
Sebagian kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan di Gorontalo masih
berasal dari kantor bank di luar wilayah Gorontalo. Hal tersebut nampak dari rasio kredit
terhadap dana simpanan pihak ketiga (LDR) pada triwulan laporan sebesar 166,78% relatif
meningkat dibanding triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 164,38%. Grafik 3.13
menunjukkan bahwa selama setahun terakhir, angka LDR perbankan (khususnya bank
umum) di Gorontalo rata-rata berada diatas 150%. Hal ini menunjukkan bahwa di samping
likuiditas perbankan Gorontalo sangat ketat, juga merefleksikan perlunya upaya peningkatan
kemandirian dalam penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Gorontalo. Angka LDR
sebesar 166,78% mengindikasikan bahwa masih terdapat sekitar 66,78% kebutuhan kredit
masyarakat yang dananya berasal dari perbankan di luar Gorontalo (dana antar kantor bank
umum). Oleh karenanya perbankan Gorontalo perlu mengoptimalkan penghimpunan Dana
Pihak Ketiga (DPK) dari masyarakat sehingga pada akhirnya tercapai tingkat LDR yang
dinilai wajar/optimal. Perkembangan kondisi LDR bank umum di Gorontalo dapat dilihat
pada grafik berikut ini.
Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13
Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
3.2.3 RISIKO PASAR
Risiko pasar yang dihadapi perbankan diindikasikan dari volatilitas suku bunga dan
pergerakan kurs rupiah. Suku bunga acuan (BI Rate) pada posisi Juli 2012 ditetapkan
sebesar 5,75% atau tidak mengalami perubahan sejak ditetapkan bulan Februari 2012.
Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi Indonesia dari sisi
fundamental yang diperkirakan relatif terkendali. Di samping itu, pertumbuhan ekonomi
Indonesia diperkirakan masih relatif tinggi seiring perlambatan ekonomi dunia.
Sementara itu, dalam kurun waktu triwulan II-2012 pergerakan nilai tukar rupiah
mengalami pelemahan. Pada posisi Juni 2012, kurs tengah rupiah mencapai Rp 9.485 per
dolar atau menguat dibanding bulan Mei 2012 yang tercatat sebesar Rp 9.565 per dolar.
Perkembangan kurs rupiah terhadap dolar Amerika dan tingkat BI Rate ditunjukkan grafik di
bawah ini.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.14
Perkembangan Kurs Rupiah terhadap USD dan BI-Rate
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012 37
BOKS 3 : SOSIALISASI APU-PPT SEBAGAI UPAYA MITIGASI
KEJAHATAN PERBANKAN
Sepanjang tahun 2011 dan hingga medio 2012 republik ini diwarnai oleh serangkaian
kasus korupsi yang menjerat pejabat negara maupun oknum institusi keuangan pemerintah
dengan nilai kerugian mencapai milyaran hingga triliunan rupiah. Dunia perbankan pun
sempat digegerkan dengan terungkapnya kasus penyelewengan dana nasabah oleh oknum
pejabat bank yang nilainya fantastis. Kasus tersebut mengindikasikan bahwa negara kita
sedang menghadapi tindak kejahatan yang terorganisir yang lazim disebut white collar crime
atau kejahatan kerah putih.
Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah menggulirkan sebuah program yang disebut
Anti Pencucian Uang (APU) yang dirangkaikan dengan Pencegahan Pendanaan Terorisme
(PPT) sebagai langkah mitigasi melawan tindak kejahatan kerah putih dan terorisme. APU-
PPT disosialisasikan kepada seluruh pihak di berbagai instansi pemerintahan dan swasta
mulai dari Sabang hingga Merauke oleh KPK dan PPATK.
Pada bulan Juli 2012, tim dari KPK, PPATK yang bekerjasama dengan Bank
Indonesia melakukan sosialisasi di Gorontalo. Aparat pemerintahan, mulai dari tingkat
Provinsi hingga Kabupaten/Kota di Gorontalo antusias mengikuti sosialisasi tersebut. Hadir
sebagai pemateri Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua; Analis Hukum Senior PPATK, M.
Novian serta Asisten Direktur Grup Penelitian dan Pengaturan Bank, Evi Alkaviati. Acara
tersebut dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Gorontalo, Dr. Drs. H. Idris Rahim, MM.
Dalam sosialisasi dipaparkan kasus-kasus korupsi serta upaya pencucian uang
(money laundering) yang dilakukan para penjahat kerah putih. Mitigasi risiko berupa Know
Your Customer (KYC) di tingkat bank yang mencakup identitas beneficial owner, sumber
dana, rata-rata penghasilan serta maksud dan tujuan penggunaan dana oleh nasabah
hingga upaya follow the money yang diterapkan oleh penyidik PPATK. Seluruh upaya ini
merupakan langkah dalam mencegah terjadinya tindak kejahatan keuangan khususnya
pencucian uang (money laundering) dan pendanaan terorisme. Disamping itu, implementasi
Good Corporate Governance (GCG) oleh pemerintah dan swasta perlu senantiasa
ditegakkan agar ke depan negara ini dapat keluar dari Non Cooperative Countries and
Territories (NCCTs). Terakhir, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo,
Wahyu Purnama A mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk mendukung
penerapan program APU dan PPT dengan cara memberikan data pribadi dan pekerjaan
yang sebenarnya secara lengkap pada saat melakukan transaksi awal dengan lembaga
keuangan.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2012| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan