Upload
berkatnu-indrawan-janguk
View
4
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas
Citation preview
DIABETES GESTASIONAL
Defenisi
Diabetes gestasional (GDM) merupakan suatu keadaan intoleransi glukosa
dengan berbagai tingkatan yang timbul pertama kali pada saat kehamilan.
Keadaan ini dapat dideteksi pada pemeriksaan gula darah OGTT 1 jam setelah
asupan 50 gram glukosa. Namun lebih tepat didiagnosa dengan pemeriksaan
OGTT 3 jam setelah asupan 100 gram glukosa.
Kepentingan klinis
Pertumbuhan janin berkaitan erat dengan asupan nutrisi ibu selama hamil,
khusunya glukosa. Hal ini terlebih penting pada trimester ketiga dan berhubungan
dengan lamanya dan derajat peningkatan glukosa darah ibu. Intoleransi glukosa
pada kehamilan membawa dampak buruk bagi janin.
Ibu dengan riwayat GDM memiliki resiko tinggi terkena hipertensi,
preeklampsia, infeksi traktus urinarius, operasi cesaria, dan diabetes di kemudian
harinya. Sedangkan janin dari ibu yang menderita GDM mendapatkan resiko
makrosomia, defek persyarafan, hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,
trauma lahir, sindroma prematuritas, dan obesitas pada masa kanak-kanak dan
dewasa.
Prevalensi
Prevalensi GDM bervariasi di seluruh dunia, bahkan pada kelompok etnis
yang berbeda pada suatu daerah. Perbedaan ini mungkin berkaitan dengan
regimen skrinning yang dilakukan, juga tidak semua wanita hamil di skrinning.
Sebuah penelitian pada OGTT 100 gram - 3 jam menurut kriteria dari National
Diabetes Data Group (NDDG) atau kriteria dari Carpenter dan Coustan
menemukan prevalensi GDM di Amerika Serikat sekitar 1,4% sampai 12,3%.
Patofisiologi
Patofisiologi GDM sama dengan diabetes tipe II. Sekitar 90% pasien
didapatkan defisiensi reseptor insulin (berkaitan dengan kehamilan) atau
penambahan berat badan khususnya di daerah abdomen. 10% lainnya didapatkan
defisiensi produksi insulin akan menderita diabetes dependen insulin onset lanjut.
Selama kehamilan terjadi blok reseptor insulin oleh HPL. Dimana
diketahui bahwa insulin sangat berperan dalam mempertahankan homeostasis
kadar glukosa. Pada peningkatan kadar glukosa darah maka pasien akan
merasakan lapar karna terjadi peningkatan sekresi insulin yang selanjutnya akan
menurunkan reseptor insulin.
Kriteria diagnosis dan prosedur skrining
Metode tradisional dalam melakukan skrinning GDM adalah
mengevaluasi faktor-faktor resiko seperti usia, berat badan selama hamil, riwayat
keluarga menderita diabetes, riwayat melahirkan bayi besar, dan riwayat
keguguran sebelumnya. Namun faktor resiko diatas ternyata hanya dapat dilihat
pada 50% wanita GDM.
Glukosuria tidak dapat dijadikan patokan diagnosis karna merupakan hal
yang sering terjadi dalam kehamilan karna peningkatan filtrasi glomerular.
ADA (American Diabetes Association) menyatakan bahwa semua wanita
hamil yang tidak diketahui menderita intoleransi glukosa pada saat kehamilan
dini, harus diskrinning dengan GCT 1 jam 50 gram glukosa pada kehamilan 24-28
minggu. Tes ini dapat dilakukan kapanpun tanpa mempertimbangkan makanan
yang dimakan sebelumnya. Nilai ambang adalah 140 mg/dL atau lebih. Sebaiknya
juga dilakukan tes GTT 3 jam dengan 100 gram glukosa. Pada tes ini pasien
disuruh puasa dan diukur kadar glukosanya. Lalu diberi 100 gram glukosa dan
kadar glukosa diperiksa setelah 3 jam. Selama tes pasien disuruh duduk tenang
untuk menghindari bias perhitungan.
Kadar glukosa darah untuk mendeteksi GDM pertama kali diperkenalkan
oleh O’Sullivan (1964) pada suatu penelitian retrospektif pada kadar glukosa
darah vena untuk meneliti terjadinya diabetes tipe II dikemudian hari. Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel 1. selanjutnya berbagai informasi bergulir
sehubungan dengan kriteria O’Sullivan tersebut. Seperti adanya perbedaan
pengukuran glukosa antara darah vena (plasma) atau whole blood, dimana pada
whole blood kadar glukosa lebih rendah karna adanya uptake glukosa oleh
hemoglobin.
Carpenter dan Coustan mencoba mencoba mengukur kadar glukosa
dengan menghitung kadar glucose oxidase atau hexokinase. Sack, dkk (1989)
menunjukkan nilai yang berbeda dari penelitian O’Sullivan.
Jika pada GTT 3 jam didapatkan 1 nilai abnormal, maka tes harus diulang 1 bulan
mendatang. Nilai ini dianggap sudah menimbulkan dampak negatif pada janin
sehingga seharusnya terapi sudah harus dimulai pada saat ini. Pada penelitian 106
pasien dengan 1 buah nilai abnormal, 34% didiagnosa GDM 1 bulan kemudian.
Hal ini menekankan pentingnya uji ulang 1 bulan lagi walaupun hanay terdapat 1
buah nilai abnormal.
TERAPI
Terapi medis
Tujuan terapi medis pada GDM tidak lain adalah untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas perinatal dengan jalan menormalkan kadar glukosa dan
hasil metabolit lainnya (seperti lipid dan asam amino).
Terapi dietetik
Pengaturan diet yang baik sehingga dapat mensuplai kalori dan kebutuhan
nutrien bagi bayi dan ibu sehingga tercapai keadaan normoglikemi, mencegah
ketosis, dan penambahan berat badan berlebihan.
Sebuah dilema dihadapi pada wanita obesitas dengan GDM dimana pada
satu sisi diperlukan diet rendah kalori dan pengurangan berat badan untuk
mencegah gangguan metabolik, namun disisi lain diperlukan nutrisi yang baik
untuk pertumbuhan janin.
Jovanovic dan Peterson menemukan panduan diet untuk mencapai
keadaan normoglikemik pada GDM. Pada wanita dengan berat badan normal 30
kcal/kg/hari. untuk wanita overweight 24 kcal/kg/hari (120-150 % berat badan
ideal). Untuk wanita obesitas 12-15 kcal/kg/hari (>150 %berat badan ideal). Pada
wanita kurus 40 kcal/kg/hari (<80% bert badan ideal). Komposisi diet yang
dianjurkan adalah 40-50% karbohidrat, 20-25% protein, 30-40% lemak
poliunsaturated.
Pasien harus mengecek gula darah 3-4 kali sehari (saat puasa, 1 jam
postprandial sarapan, makan siang, makan malam). Nilai ambang adalah <90
mg/dl saat puasa, <130 mg/dl saat 1 jam PP. setelah pasien dapat
mempertahankan kadar glukosa diatas, frekuensi pengukuran dapat dikurangi 3
kali seminggu secara random.
Terapi insulin
Terapi insulin diperlukan bila diet tidak berhasil menurunkan kadar
glukosa darah kearah euglikemi. ADA dan ACOG (American College of
Obstetrician and Gynecologists) merekomendasikan pasien dengan terapi insulin
harus mengecek kadar gula darah puasa dan PP selama 1-2 minggu. Insulin
digunakan bila kadar gula darah puasa >105 mg/dl atau 2 jam PP >120 mg/dl
pada 2 atau lebih pemeriksaan dalam interval 2 minggu.
Pada beberapa pusat penelitian diambil kadar gula darah 1 jam PP karena
dianggap mencerminkan kadar puncak glukosa setelah makan. Dua buah
penelitian mengemukakan kadar gula darah 1 jam PP lebih bermanfaat dalam
menentukan berat badan janin. Maka jika didapatkan kadar gula darah 90 mg/dl
sedangkan 1 jam PP >120 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan, maka terapi insulin
harus segera dimulai. Managemen terapi insulin terlihat pada tabel 2 dan 3.
PROGNOSIS
Pasien GDM beresiko menderita diabetes melitus pada masa datang. Jika
dalam proses persalinan tetap dibutuhkan insulin, maka 50% beresiko timbul
diabtes dalam waktu 5 tahun. Jika berhasil diatasi dengan diet, 60% beresiko
timbul diabetes dalam 10-15 tahun mendatang.
Untuk mengevaluasi timbulnya diabetes yang menetap maka semua pasien
GDM harus menjalani tes toleransi glukosa 75 gram dalam 3 jam. Jika dalam 1
jam sudah didapat nilai yang tinggi menunjukkan menurunnya kapasitas kerja
insulin. Sedangkan peningkatan pada 3 jam menunjukkan penurunan reseptor
insulin. Pada masa mendatang pasien harus membatasi intake gula sederhana dan
menurunkan berat badan, hal ini secara bermakna akan menurunkan resiko
timbulnya diabetes.