Upload
biodiversitas-etc
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/14/2019 e030203
1/7
8/14/2019 e030203
2/7
INDROWATI dkk. Gastropoda di Sungai Pepe, Solo 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat penelitianPenelitian dilakukan dari bulan Maret s.d. Juli 2001
yang meliputi studi pustaka, pengambilan sampelGastropoda, identifikasi jenis Gastropoda, pengukuran
parameter lingkungan dan analisis data. Pengambilansampel dilakukan pada musim kemarau di pagi hari.Lokasi pengambilan sampel adalah sepanjang aliran
sungai Pepe yang masuk wilayah Kotamadya Surakarta(catatan: aliran sungai Pepe tidak hanya meliputiKotamadya Surakarta). Titik pengambilan sampel dibagidalam 6 stasiun dan tiap stasiun dibagi menjadi 3substasiun secara acak yang dianggap sebagai ulangan.Dari tiap substasiun dilakukan 2 metode pengukurandensitas yaitu metode x (berdasar jarak terdekatGastropoda terhadap pasak) dan metode r (berdasarjarak terdekat sesama Gastropoda). Dalam tiap metode,dilakukan ulangan sebanyak 5 kali. Lokasi tiapsubstasiun diperlihatkan pada peta terlampir.
Bahan dan AlatBahan: Formalin 4 %, larutan ferric chloride, larutan
calcium chloride, larutan magnesium sulfat, larutan bufferfosfat, akuades, HCl, NaOH, H2SO4, glukosa, dan asamglutamat.
Alat: Pasak bambu, meteran, bola pingpong, pHmeter, termometer, DO meter, stopwatch, botol jam,tabung reaksi, inkubator, dan mikroskop stereo.
Cara kerjaPengambilan sampel Gastropoda
Gastropoda diambil pada tiap titik sampling disepanjang aliran sungai Pepe. Sampel Gastropodakemudian dimasukkan dalam botol jam berisi Formalin4%. Larutan Formalin 4% dibuat dengan melarutkan 4 mlFormalin absolut ke dalam 96 ml akuades. Setiap jenis
sampel Gastropoda yang sudah diambil, diidentifikasidengan bantuan buku petunjuk identifikasi Gastropodadan pengamatan Gastropoda di bawah mikroskopstereo. Proses identifikasi, khususnya pengamatandengan mikroskop stereo dilakukan di LaboratoriumPusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Perkiraan densitas, diversitas dan pola distribusiGastropoda
Perkiraan densitas komunitas Gastropoda.Perkiraandensitas komunitas Gastropoda menggunakan metode jarak (plotless sampling methods). Berdasarkanketentuan pengukuran, dilakukan melalui 2 cara yaitu: (i)Metode x atau pengukuran jarak secara random antaratitik (pasak) dengan (organisme) Gastropoda terdekat(x1, x2, x3, , xn). (ii) Metode r atau pengukuran jarak
secara random antara Gastropoda (organisme) satudengan Gastropoda lain yang terdekat (r1, r2, r3, , rn).
Urutan kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:(i) pada tiap substasiun ditentukan titik secara randomdengan menancapkan pasak di dasar sungai. (ii) dicariGastropoda yang paling dekat dengan pasak sebanyak 5titik secara random, kemudian diukur jaraknya. (iii) dicariGastropoda yang mempunyai jarak terdekat sesamanya,kemudian diukur jaraknya. Ulangannya sama denganmenggunakan titik (pasak). Selanjutnya dapat dilakukanperkiraan densitas Gastropoda dengan rumus (Cox, 1999):
=
)x(
nD
i
t 2
=
)r(
nD
i
g 2
Dt = Perkiraan densitas populasi berdasarkan titik(pasak)
Dg = Perkiraan densitas populasi berdasarkan jarak
antar sesama yang terdekatn = ukuran sampelxi = jarak titik (pasak) terhadap Gastropoda terdekatri = jarak antar sesama Gastropoda terdekat
Variansinya: 1/Dt atau 1/Dg
nSE
Variansi= SE = Standar eror
Perkiraan diversitas komunitas Gastropoda.Perkiraan diversitas komunitas Gastropoda dilakukandengan mencari nilai indeks diversitas Simpson yangrumusnya sebagai berikut (Cox, 1999):
=
)n(n)N(ND1
1
D = Indeks diversitas SimpsonN = Total jumlah seluruh individun = Jumlah cacah individu suatu spesies
Perkiraan pola distribusi Gastropoda. Untukmelakukan perkiraan pola distribusi Gastropoda,dilakukan uji dengan tes terhadap pola distribusi yangrandom menurut Hopkins dalam Krebs (1989):
( ) ( )= 2i2i rxh
h = Tes statistik Hopkins terhadap pola distribusixi = Jarak titik (pasak) ke-i terhadap Gastropoda(organisme) terdekat
ri = Jarak Gastropoda (organisme) ke-i terhadapGastropoda lain terdekat
Selanjutnya dilakukan penentuan pola distribusiGastropoda berdasarkan indeks Hopkins (Krebs, 1989):
( )( ) ( )
+
=+
=2
i
2
i
2
i
Hrx
x
h1
hI
Dimana bila IH mendekati angka 1 maka berpolamengelompok, jika IH mendekati angka 0 berpolaseragam. H0 = pola random, dibandingkan dengan tabel
F, derajat bebas (db) = 2n, F(n1,n2) = 1/F1-(n1,n2)
Pengukuran parameter kualitas airSuhu. Pengukuran suhu menggunakan thermometer
elektrik dengan mencelupkan ujung elektrodanya kedalam air pada kedalaman 5 cm di atas perairan.Pembacaan skala thermometer dilakukan setelah
elekroda tercelup ke dalam air 5 menit.Kecepatan arus. Pengukuran lecepatan arus
menggunakan bola pingpong pada aliran sungai dandiukur waktu yang dipergunakan untuk menempuh jarakyang telah ditentukan.
8/14/2019 e030203
3/7
ENVIRO3 (2): 14-20, September 200316
DO (Dissolved Oxygen). Pengukuran DO meng-unakan DO meter elektrik dengan mencelupkan ujungelektrodanya pada kedalaman 5 cm di atas permukaanair. Pembacaan skala DO meter dilakukan setelah
elektroda tercelup air selama 5 menit.BOD5 (Biologycal Oxygen Demand). BOD5 diukur
dengan melihat perbedaan kadar oksigen terlarut pada
hari ke-0 dan hari ke-5. Pengukuran dilakukan diLaboratorium MIPA Pusat Universitas Sebelas MaretSurakarta. Kadar oksigen terlarut ditentukan sebelumdan sesudah 5 hari inkubasi pada 20
oC. Selisih
keduanya akan menunjukkan angka BOD5 setelahdiperhitungkan tingkat pengendalian contoh yangbersangkutan. Sebelum melakukan pengukuran BOD5,perlu dipersiapkan larutan stock yang akan digunakanuntuk proses selanjutnya.
Larutan stock yang dipersiapkan: Larutan FerriChloride yaitu larutan 0,125 gram FeCl3.6H2O dalamakuades dan diencerkan hingga volumenya 1 liter.Larutan Calcium Chloride, yaitu larutan 27,5 gram CaCl2dalam akuades dan diencerkan hingga volumenya 1 liter.Larutan Magnesiun Sulfat, yaitu larutan 25 gramMgSO4.7H2O dalam akuades dan diencerkan hinggavolumenya 1 liter. Larutan Bufer fosfat, yaitu larutan 42,5gram dalam 700 ml akuades, ditambahkan 8,8 gramNaOH dan 2 gram ammonium sulfat, kemudiandiencerkan hingga 1 liter. Untuk keperluan pengencerancontoh, ditambahkan masing-masing larutan stocksebanyak 1 ml ke dalam akuades dan diencerkan hinggavolumenya 1 liter. Cairan pengencer ini dikenyangkandengan oksigen sebelum dipergunakan, melalui jalanaerasi dengan udara yang telah disaring. Cairanpengencer yang telah kenyang oksigen ini tidak bolehmenyerap oksigen melebihi range 200-500 mg/liter.
Peralatan: Botol reagen bermulut sempit danbertutup gelas berkapasitas 250 ml. Botol tersebutdibersihkan dengan larutan 5N HCl, dibilas denganakuades hingga bersih dan dikeringkan. Botol-botol yang
telah bersih ini dijaga agar terhindar dari kotoran. Biladipersiapkan untuk dipakai, dicuci dengan larutan I2-asam dari Winkler dan dibilas dengan akuades kemudiandikeringkan dalam inkubator bersuhu 0,5-20
OC.
Cara kerja: pH contoh diatur antara 6,5-8,5 dengan1N H2SO4. Contoh diencerkan dengan cairan pengencerO2 sedemikian hingga pada akhir inkubasi hari ke-5,masih tertinggal 30% saturation. Jika contoh diduga tidakcukup mengandung organisme pengurai, cairanpengencer diinokulasi dengan cairan inokulum yang baiksebanyak 5 ml/liter. Dijaga agar setiap homogenisasitidak merubah kandungan O2 di dalam cairan yangdiperiksa akibat masuknya udara ke dalamnya ataukarena penguapan. Contoh enceran dituangkan hati-hatike dalam 2 buah botol BOD5 hingga penuh (dibiarkansedikit tumpah). Contoh/sampel ini dibiarkan beberapa
menit sebelum ditutup rapat dengan tutup gelas, agartidak terdapat gelembung-gelembung udara di dalamcairan. Disertakan pula 2 buah botol BOD5 yang diisicairan pengencer, untuk dipakai sebagai blanko. Satuset botol BOD5 yang berisi contoh dan yang berisi cairanpengencer, dimasukkan ke dalam inkubator dandibiarkan terinkubasi selama 5 hari. Dilakukanpenentuan kadar oksigen terlarut untuk contoh dancairan pengencer dalam botol-botol BOD5 sebelum dansesudah inkubasi. Penentuan oksigen terlarut sebelumdiinkubasi hendaknya dilakukan segera (tidak boleh lebih
dari 15 menit) setelah preparasinya. Dikalkulasi sebagaiberikut (Poesponegoro, 1993):
v)a()
a
daD(BOD
10001
15 +
+
= mg/liter
v = volume (ml) contoh yang ditentukanD = beda volume (ml) larutan Magnesiumsulfat yang
dibutuhkan untuk sejumlah contoh (v ml) sebelumdan sesudah inkubasi 5 hari
d = beda volume (ml) larutan Magnesiumsulfat yangdibutuhkan untuk v ml cairan pengencer yangyang ditentukan sebelum dan sesudah inkubasi 5hari
a = volume (ml) cairan pengencer untuk setiap 1volume (ml) contoh asal
Cairan sbstrat sandar: untuk pengecekan teknikpenentuan dan cairan inokulum yang dipergunakan,perlu dilakukan penentuan BOD5 denganmempergunakan cairan substrat standar, yang dapatdibuat sebagai berikut: Glukosa (150 mg/ml) dan asamglutamat (150 mg/l) yang telah dipanaskan sebelumnya
pada 103o
C selama 1 jam, dilarutkan dalam akuadesdan diencerkan hingga volumenya 1 liter. Dibuatpengenceran 50 kali dengan cairan pengencer yangtelah berisi inokulum di atas, dan ditentukan BOD5-nya.Angka BOD5 untuk cairan standar tersebut harus sekitar220 mg/l atau tidak boleh melebihi range 200-240 mg/l.
Derajat keasaman. Pengukuran pH menggunakanpH meter elektrik. Sampel air dimasukkan dalam bekerglass, kemudian diukur pH-nya. Sebelum pengukuranpH, dilakukan kalibrasi pada pH = 7.
Alkalinitas. Alkalinitas diukur dengan metodealkalimetri. Pengukuran dilakukan dengan langkahsebagai berikut: Air sampel dimasukkan ke dalam tabungpengukuran alkalinitas tepat pada garis 5 ppm atau 10ppm. Dilakukan penetesan indikator pp sebanyak 3tetes. Bila terbentuk warna merah, dilakukan titrasi
dengan laruta HCl dan titrasi dihentikan saat warnamerah tepat hilang. Apabila penetesan HCl tidakmengakibatkan terbentuknya warna merah, berarti tidakada alakalinitas P. Bila hal ini terjadi, dilakukanpenambahan BCG-MR sebanyak 2 tetes sehinggawarnanya berubah menjadi biru. Dilakukan titrasi denganHCl hingga terbentuk warna jingga. Alkalinitas yangterukur adalah alkalinitas M atau alkalinitas total.Perhitungan alkalinitas = volume titran x 1ppm. Berlakuuntuk 5 ppm sampel dan mikrobiuret skala 100.
Teknik pengumpulan dataPengumpulan data dilakukan berdasar jenis data
yang didapat. Adapun jenis data yang didapat besertateknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:
Data Hasil Pengukuran Jarak Gastropoda TerhadapPasak (metode x). Hasil pengukuran jarak Gastropodaterhadap pasak yang dilakukan dengan ulangn 5 kali,pada 6 stasiun dan 3 substasiun, dikumpulkan dandisajikan dalam bentuk tabel deskriptif. Dari data ini bisadihitung besarnya densitas Gastropoda. Data HasilPengukuran Jarak Terdekat Sesama Gastropoda(metode r). Hasil pengukuran jarak terdekat sesamaGastropoda yang dilakukan dengan 5 kali ulangan, 6stasiun dan 3 substasiun, dikumpulkan dan disajikandalam bentuk tabel deskriptif. Dari data ini bisa dihitungbesarnya densitas Gastropoda.
8/14/2019 e030203
4/7
INDROWATI dkk. Gastropoda di Sungai Pepe, Solo 17
Hasil pengukuran parameter lingkungan sungaimeliputi suhu, kecepatan, arus, pH, DO dan BOD5,dikumpulkan kemudian disusun dalam tabel deskriptif.Data Jenis Gastropoda yang Ditemukan di Sungai PepeSurakarta. Tiap jenis Gastropoda yang ditemukan padatiap stasiun, diawetkan dan diidentifikasi dengan bantuanbuku petunjuk identifikasi Gastropoda dan pengamatan
di bawah mikroskop stereo. Buku acuan identifikasiberdasar Jutting (1956), Willson dan Gillt (1971) danThompson (1996). Hasil identifikasi jenis Gastropoda,disajikan dalam format yang meliputi klasifikasi, deskripsidan dokumentasi.
Analisis dataSeluruh data yang berhasil dikumpulkan ditabulasi
dan dibuat tabel secara deskriptif untuk lebihmemudahkan proses perhitungan dan analisis.
Perhitungan densitas Gastropoda. Perhitungandensitas Gastropoda dilakukan secara terpisah untuktiap metode yaitu metode x dan metode r, dengan rumussebagai berikut (Cox, 1999):
=
)x(
nD
i
t 2
=
)r(
nD
i
g 2
Dt = Perkiraan densitas populasi berdasarkan titik(pasak)
Dg = Perkiraan densitas populasi berdasarkan jarakantar sesama yang terdekat
n = Ukuran sampelxi = Jarak titik (pasak) terhadap Gastropoda terdekatri = Jarak antar sesama Gastropoda terdekat
Penentuan pola distribusi Gastropoda. Untukmenentukan pola distribusi tiap spesies Gastropodadalam tiap stasiun, diperlukan 2 data. Kedua datatersebut berasal dari hasil perhitungan densitas menurutmetode x dan metode r. Nilai densitas digunakan untuk
mencari besarnya h (tes statistik Hopkins terhadap poladistribusi) dengan rumus (Krebs, 1989):
=2
i
2
i rxh
h = Tes statistik Hopkins terhadap pola distribusixi = Jarak titik (pasak) ke-i terhadap Gastropoda
(organisme) terdekatri = Jarak Gastropoda (organisme) ke-i terhadap
Gastropoda lain terdekatDari nilai h yang didapat, dilakukan penentuan pola
distribusi Gastropoda berdasarkan indeks Hopkins (IH)dengan rumus (Krebs, 1989):
( )
( ) ( )
+=+= 2i2i
2
i
H rx
x
h1
h
I
dimana bila IH mendekati angka 1 maka berpolamengelompok, jika IH mendekati angka 0 berpolaseragam. H0 = pola random, dibandingkan dengan tabel
F, derajat bebas (db) = 2n, F(n1,n2) = 1/F1-(n1,n2)Perhitungan indeks diversitas. Untuk menentukan
indeks diversitas Gastropoda, diperlukan 2 data. Keduadata tersebut berasal dari hasil perhitungan densitasGastropoda menurut metode x dan metode r.Perhitungan indeks diversitas dilakukan berdasar
metode penentuan Indeks Diversitas (ID) Simpsondengan rumus (Cox, 1999):
=)n(n
)N(ND
1
1
D = indeks diversitas SimpsonN = densitas total seluruh individun = densitas suatu spesies organisme
Uji Korelasi. Dari data hasil pengukuran parameterlingkungan dan perhitungan nilai densitas sertadiversitas Gastropoda, dilakukan analisis statistikkorelasi (hubungan) y = f(x) antara densitas dan ataudiversitas Gastropoda (y) dengan parameter lingkungan(x). Dari hasil analisis dibuat tabel dan grafik yangmasing-masing terpisah untuk tiap parameterlingkungan. Hal ini bertujuan memperjelas hasil analisiskorelasi. Proses analisis dibantu oleh komputer programMicrosoft Excel menu Correlation Data Analysis. Acuanmenurut Robert dan Torrie (1991), Sudjana (1992) danSastrosupadi (1995).
Uji Anava (Analisis Varian). Perbedaan densitasGastropoda dalam populasinya diuji melalui Anavadengan asumsi menggunakan CRD (CompletelyRandomized Design). Proses analisis dibantu komputerprogram Microsoft Excel menu Anova Two FactorWithout Replication (Data Analysis) pada tingkat
signifikansi = 0,05.Anava yang digumakan adalah Anova Two Factor
Without Replication karena adanya 2 faktor perlakuanyaitu faktor perbedaan stasiun dan perbedaan spesies.Data yang dihasilkan berbentuk tabel kontingensi. Acuanmenurut Santoso (1998).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman jenis GastropodaSungai Pepe mengalir dari daerah hulu di
lereng gunung Merapi dan memasuki kotaSurakarta setelah sebelumnya melewatibeberapa kabupaten Daerah hilir bermuara diBengawan Solo. PP Nomor 20 tahun 1990menyebutkan bahwa air/sumber air dibagidalam 4 golongan yaitu: A: Air yang dapatdigunakan sebagai air minum secara langsungtanpa pengolahan terlebih dahulu; B: air baku,air minum; C: air untuk perikanan danpeternakan atau air untuk keperluan biota dan
rekreasi kecuali renang; D: air untuk pertanian,usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air.Menurut Keputusan Gubernur Jawa TengahNomor 660.1/28/1990 sungai Pepe dimasuk-kan dalam golongan C. Ambang batas bakumutu air golongan C meliputi: Suhu: + 30o C(normal); Kecepatan arus:-; PH: 6,5-8,5; DO: 3ppm (ppm); BOD5:-; Alkalinitas :-.
Gastropoda yang ditemukan di sungaiPepe Surakarta seluruhnya ada 7 jenis yaitu:
8/14/2019 e030203
5/7
ENVIRO3 (2): 14-20, September 200318
Melanoides tuberculata, Melanoides punctata,Brotia spacidea, Sulcospira sulcospira, Pillascutata, Bellamya javanica dan Brotiatestudinaria. Gastropoda yang ditemukanpada setiap stasiun bervariasi dalam jenis danmacam jenisnya.
Tabel 1. Jenis-jenis Gastropoda di sungai PepeSurakarta.
Sta SpesiesJumlahspesies
1. M. tuberculata
2. M. punctata
3. B. spacidea
4. S. sulcospira
5. P. scutata
I
6. B. testudinaria
6
1. M. tuberculata
2. M. punctata3. B. spacidea
4. S. sulcospira5. P. scutata
II
6. B. testudinaria
6
1. M. tuberculata
2. P. scutataIII
3. Bellamya javanica
3
1. M. tuberculata2. M. punctata
3. S. sulcospiraIV
4. P. scutata
4
1. M. tuberculataV
2. S. sulcospira2
1. M. tuberculataVI2. S. sulcospira
2
Mutu air sungai Pepe Surakarta diketahuidari hasil pengukuran parameter lingkungansungai yang meliputi suhu, kecepatan arus,pH, DO, BOD5 dan alkalinitas yang ditunjukkandalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran suhu, kecepatan arus,pH, DO, BOD5 dan alkalinitas di sungai PepeSurakarta.
Sta.Suhu
(C)
Kec.arus
(m/dt)pH
DO(ppm)
BOD5(mg/l)
Alkali-nitas(mg/l)
I 27,93 0,07 7,73 5,26 9 310
II 28,4 0,18 7,16 5,51 21 320
III 28,67 0,5 6,3 2,55 25 340
IV 28,87 0,27 5,06 2,26 118 350
V 29,43 0,30 4,16 2,11 8 440
VI 29,9 0,61 4,63 3,68 11 350
Hasil analisis statistik Anava untuk densitasGastropoda baik melalui metode x maupunmetode r menunjukkan beda nyata berdasarperbedaan stasiun dan perbedaan spesies.Artinya rata-rata densitas Gastropodadipengaruhi oleh perbedaan stasiun danperbedaan spesies. Nilai densitas yangdiperoleh selanjutnya digunakan untukmencari nilai indeks Hopkins (IH) dan dari nilai(IH) tersebuat dapat ditentukan jenis poladistribusi Gastropodanya.
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa nilaikorelasi antara densitas metode x dandensitas metode r dengan parameterlingkungan adalah sama. Korelasi densitasdengan pH dan DO menunjukkan hasil positif.Artinya peningkatan pH dan DO dalam batas-batas tertentu akan meningkatkan densitas
Gastropoda. Korelasi antara densitas dengansuhu, kecepatan arus, BOD5 dan alkalinitasmenunjukkan hasil negatif. Artinyapeningkatan suhu, kecepatan arus, BOD5 danalkalinitas dalam batas-batas tertentu akanmenurunkan densitas Gastropoda.
Pola distribusi GastropodaPenentuan pola distribusi Gastropoda
dilakukan berdasar nilai Indeks hopkins (IH)dengan kisaran antara 0 sampai 1, sesuaiGambar 1.
Seragam Acak Mengelompok
0,35 0,65
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
Keterangan :
Pola distribusi seragam : 0 IH < 0,35
Pola distribusi acak : 0,35 IH < 0,65
Pola ditribusi mengelompok : 0,65 IH 1
Gambar 1. Pembagian range Indeks Hopkins (IH)dalam penentuan pola distribusi Gastropoda.(Krebs, 1989).
Hasil penentuan pola distribusi berdasarnilai IH menunjukkan bahwa pola distribusiGastropoda secara umum tanpa memandangperbedaan spesies, di stasiun I, II, III, IV, Vdan VI berpola acak (Tabel 3 dan 4).
8/14/2019 e030203
6/7
INDROWATI dkk. Gastropoda di Sungai Pepe, Solo 19
Molles (1999) menyebutkan bahwa dalampembentukan pola distribusi acak, sebuahindividu mempunyai peluanng yang samadalam menempati suatu area dan terjadi
interaksi alami antar individu maupun antaraindividu dengan lingkungan. Kenyataan bahwapola distribusi acak terdapat di setiap stasiunmenunjukkkan bahwa pola distribusi acak bisaterjadi dalam berbagai kondisi lingkungan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwadalam kondisi khusus terbentuk pola distribusiseragam dan mengelompok. Kondisi khususyang dimaksudkan bahwa pola distribusiseragam dan mengelompok hanya terjadipada spesies tertentu di stasiun tertentu. Halini menunjukkan bahwa pembentukan poladistribusi seragam dan mengelompok
membutuhkan kondisi lingkungan tertentu,tidak seperti pembentukan pola distribusi acakyang bisa terjadi dalam kisaran toleransi mutulingkungan lebih luas.
Distribusi M. punctata di stasiun III dan M.tuberculata di stasiun IV berpola seragamdengan IH antara 0-0,35. Distribusi seragamdisebabkan oleh pengaruh negatif daripersangan makanan di antara individu(Djajasasmita, 1999). Molles (1999) menye-
butkan bahwa indi-vidu dengan jarakyang sama dalamlingkungan-nya akanmembentuk poladistribusi seragamdengan proses inter-aksi antagonis antarindividu karena ha-bisnya sumber daya/makanan di sekitar-nya. Berdasar datapenelitian diketahuibahwa genus Mela-noides tidak sukabergerombol di sta-siun III dan IVkarena di kedua sta-
siun tersebut terda-pat sedikit makananyang disukainya.Melanoides menyu-kai perairan terge-nang dengan dasarberlumpur dan lebihmenyukai tumbuhanair sebagai maka-nan daripada jenis
makanan Gastropoda yang lain (Dharma,1988). Stasiun III berupa saluran irigasidengan kecepatan arus tinggi dan dinding
perairan berbatu. Kondisi lingkungan stasiunIII tidak sesuai untuk mengelompoknya M.punctata. Stasiun IV merupakan habitatberdasar lumpur dengan kecepatan arusrendah. Dilihat dari kondisi dasar sungai dankecepatan arus, stasiun IV cocok untukmengelompoknya M. tuberculata, akan tetapikondisi lingkungan secara keseluruhan tidakmemungkinkan untuk mengelompoknya M.tuberculata.. Oksigen terlalu rendah, BOD5sangat tinggi dan pH rendah di stasiun IVmenyebabkan tumbuhan air sukar untukhidup, sehinggga kebutuhan M. tuberculata
yang lebih menyukai tumbuhan air dibanding jenis makanan Gastropoda yang lain tidakterpenuhi.
Distribusi M. tuberculata dan M. punctata distasiun III berpola mengelompok dengan nilaiIH antara 0,65-1. Pola distribusi mengelompokdisebabkan sifat spesies yang sukabergerombol dan mengelompok di habitatyang banyak mengandung makanan (Molles,1999). Melanoides menyukai habitat perairan
Tabel 3. Nilai indeks Hopkins (IH) berdasarkan hasil tes statistik Hopkins.
S t a s i u nSpesies
I II III IV V VI
M. tuberculata 0,522 0,698 - 0,259 0,478 0,365
M. punctata 0,602 0,698 0,216 0,446 - -
B. spadicea 0,449 0,427 - - - -S. sulcospira 0,552 0,671 - 0,583 0,506 0,467
P. scutata 0,611 0,488 0,650 0,567 - -
B. javanica - - 0,399 - - -
B. testudinaria 0,523 0,389 - - - -
Tabel 4. Pola distribusi Gastropoda berdasar nilai indeks Hopkins (IH).
S t a s i u nSpesies
I II III IV V VI
M. tuberculata acak kelompok - seragam acak acak
M. punctata acak kelompok seragam acak - -
B. spadicea acak acak - - - -S. sulcospira acak acak - acak acak acak
P. scutata acak acak kelompok acak - -
B. javanica - - acak - - -
B. testudinaria acak acak - - - -
Rerata acak acak acak acak acak acak
8/14/2019 e030203
7/7
ENVIRO3 (2): 14-20, September 200320
tergenang dengan dasar berlumpur.Melanoides masih mampu hidup di perairanmengalir dengan pola distribusi acak atauseragam. Stasiun II berupa perairan dengankecepatan arus rendah dan dasar berlumpur.Oksigen terlarut tinggi, BOD5 rendah, pHoptimum di stasiun III mengakibatkantumbuhan air bisa tumbuh dengan baik.Genus Melanoides lebih menyukai tumbuhanair dibanding jenis makanan Gastropoda yanglain (Dharma, 1988). Melanoides mengelom-pok di stasiun II karena stasiun II mempunyaikondisi lingkungan yang sesuai untukMelanoides dan memiliki banyak makananyang disukai oleh genus Melanoides baik M.tuberculata maupun M. punctata.
Proses terbentuknya pola distribusiGastropoda yang bermacam-macam terjadi
pada stasiun yang berbeda, dimana mutu airsungai Pepe di tiap stasiun tidak sama. Hal inimenunjukkan adanya korelasi antara mutu airsungai Pepe Surakarta terhadap poladistribusi Gastropoda. Suatu pola distribusiterbentuk dengan syarat tertentu, dimana tiappola hanya terjadi pada kisaran suhu,kecepatan arus, pH, DO, BOD5 dan alkalinitastertentu yaitu kondisi optimum atau palingsesuai untuk bisa terbentuknya tiap poladistribusi Gastropoda.
Hasil penelitian menunjukkan adanyakorelasi antara antara mutua ir sungai Pepe
Surakarta terhadap pola distribusi Gastropoda.Pola distribusi seragam berkorelasi positifpada suhu 28,67-28,87oC, kecepatan arus0,27-0,5 m/dt, pH 5,06-6,3, DO 2,26-2,55 ppm,BOD5 25-118 ppm dan alkalinitas 340-350ppm. Pola distribusi acak berkorelasi positifpada suhu 27,93-29,90oC, kecepatan arus0,07-0,61 m/dt, pH 4,16-7,73, DO 2,11-5,51ppm, BOD5 8-118 ppm dan alkalinitas 310-440ppm. Pola distribusi mengelompok berkorelasipositif pada suhu 28,4oC, kecepatan arus 0,18m/dt, pH 7,16, DO 5,51 ppm, BOD5 21 ppm,dan alkalinitas 320 ppm.
KESIMPULAN
Gastropoda yang ditemukan di sungaiPepe Surakarta ada 7 jenis yaitu Melanoidestuberculata, Melanoides punctata, Brotiaspadicea, Sulcospira sulcospira, Pila scutata,
Bellamya javanica dan Brotia testudinaria.Distribusi Gastropoda tanpa memperhatikanperbedaan spesies di sungai pepe Surakartaberpola acak. Distribusi Melanoides punctatadi Gilingan dan Melanoides tuberculata diKepatihan Wetan berpola mengelompok.Distribusi Melanoides tuberculata danMelanoides punctata di Margomulyo berpolaseragam. Terdapat korelasi antara mutu airsungai Pepe Surakarta dengan pola distribusiGastropoda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Keputusan Gubernur Kepala DaerahTingkat I Jawa Tengah Nomor: 660.1/26/1990tentang: Baku Mutu Air Propinsi Dati I Jawa Tengah.
Anonim. 1990. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tentang:
Pengendalian Pencemaran Air.Cox, G.W. 1999. Laboratory Manual of General Ecology.San Diego: WCB Company Publisher.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. Jakarta:PT Sarana Graha.
Djajasasmita, M. 1999. Keong dan Kerang Sawah.Jakarta: Puslitbang Biologi-LIPI.
Hartoto, D.I. dan Ristyanto, M. 1986. Struktur komunitasGastropoda dan distribusi spasial Melanoidesplicaria di Cibinua Ujung Kulon. Berita Biologi3 (6):155-158.
Jutting, W.S.S.B. 1956. Systematic Studies on the NonMarine of Indo Australian Archipelago. Amsterdam:Zoological Museum
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Columbia:Harper Collins Publisher.
Mills, J.N. 1989. College Zoology, 10th
edition. New York:Macmillan Publishing Inc.
Molles, M. 1999. Ecology Concepts and Application.Mexico: The Mc Graw Hill Companies Inc.
Roberts, S. dan Torrie. 1991. Prinsip dan ProsedurStatistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Santoso, S. 1998. Aplikasi Excel dalam Statistik Bisnis.Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sastrosupadi, A. 1995. Rancangan Percobaan Praktisuntuk Bidang Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Sudjana, M.A. 1992. Metoda Statistika. Bandung:Penerbit Tarsito.
Thompson, F.G. 1996. A Field Guide to Fresh WaterSnails of Florida. Florida: University Press of Florida.
Willson, B.R. dan K. Gillt. 1971. A Field Guide to Australian Shell(Prosobranch Gastropoda).
Australia: Reed Book Pty Ltd.Young, D.K. 1999. The influence of deposit feeding
organism on sediment stability and communitytrophic structure. Journal Marine Research 30: 34-42.
Zaidett, B. 1999. Population Dinamics and SpatialDistribution of the Terrestrial Snail Ovachamysfulgens (Stylommetophora Helicarionidae) in aTropical Environment. [email protected].