Click here to load reader
Upload
farid-maruf
View
215
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
HSC 2002 - GIZI KEDOKTERAN edisi 6
�
�
Malnutrisi������������ �������
������������������ �������������� ������ !"#$��
�
�
�%�� &�'�� ��&��� #���� ���� ����� � �&��� ��% �� ���&� � �� ��� ����� � (���� % ����� ���� ���&��&� ��� ����%� � �� ��� �%�� &�'���
% �����&� ))� � � �� �������� �� ��� ������� � ���� � �� ������� ������� ������� ������ � ����� �������� ���&�
�� ��������% �������� ���� ��������
�
Malnutrisi adalah suatu keadaan patologis yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan satu atau
lebih zat gizi essensial dalam jangka waktu yang cukup lama.
Malnutrisi dibedakan menjadi :
���� malnutrisi gizi kurang [GK=gizi kurang]
���� malnutrisi gizi lebih [GL=gizi lebih/obesitas]
Secara antropometrik, penilaiannya menggunakan parameter berat badan terhadap umur [BB/U], tinggi badan
terhadap umur [TB/U], atau berat badan terhadap tinggi badan [BB/TB], di mana tiap parameter di atas memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dalam menentukan dan menilai keadaan [status] gizi seseorang secara baik, maka status gizi ditentukan dan
dinilai paling sedikit dalam 3 aspek, yaitu aspek klinis, aspek laboratoris [biokimiawi], dan aspek antropometris.
Bila ketiganya dilakukan, maka penilaiannya adalah status gizi secara keseluruhan, mencakup secara klinis:
baik/kurang baik, secara laboratoris: baik/kurang baik, secara antropometris: baik/kurang baik. Dengan demikian
dapat ditentukan diagnosis keadaan gizinya dan dapat pula menentukan langkah-langkah dietetiknya yang
disesuaikan dengan keadaan penyakit yang menyertai.
Status gizi berdasar BB/U :
� > 120% std → obeis [obesitas]
� 110 - 120 % → dalam batas normal atas [dbna]
� 90 - <110 % → dalam batas normal [dbn]
� 80 - < 90 % → dalam batas normal bawah [dbnb]
� 70 - < 80 % → gizi kurang [GK] tinakat ringan
� 60 - < 70 % → GK tingkat sedang
� < 60 % → GK tingkat berat
Digunakan baku standar P50 NHCS setara dengan 100%.
HSC 2002 - GIZI KEDOKTERAN edisi 6
Untuk orang dewasa menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh [IMT] atau Broca.
dengan interpretasi :
� 25 – 30 → obesitas
� 20 – 25 → dbn
� > 30 → obesitas berat
� 16,5 – 20 → gizi kurang
� < 16,5 → gizi buruk
Broca
� TB [cm] minus 100 → BB normal
� BB normal minus 10% → BB ideal
� < BB ideal → gizi kurang
Gizi kurang tingkat ringan dan sedang dikatakan juga sebagai gizi kurang. Gizi kurang tingkat berat disebut juga gizi
buruk [GB], yang secara klinis dibedakan menjadi :
� marasmus [BB < 60%, tanpa oedema]
� kwashiorkor [BB > 60%, dengan oedema]
� marasmik-kwashiorkor [BB < 60%, dengan oedema]
Selain tanda-tanda tersebut, masih dijumpai tanda-tanda klinis lainnya maupun laboratoris seperti pada tabel berikut :
Klinis
[Laboratoris]
Kwashiorkor
[busung lapar]
[hungeroedem]
Marasmus Marasmik-Kwashiorkor
Anamnestis Defisiensi protein Defisiensi energi Peralihan kwash → marasmus
Marasmus diit tinggi E
Tumbuh - kembang Terhambat Terhambat Terhambat
Konjungtiva Pucat Agak pucat Pucat
Raut muka Moon face Seperti orangtua Seperti orang tua
Rambut
Tipis, jrng kemerahan,
mudah dicabut tanpa
sakit
Relatif lebih baik Spt kwashiorkor
Oedema [pitting] Positif Negatif Positif
Asites Positif Negatif Positif
BB 60 – 80 % std < 60% < 60%
Kulit Crazy pavement Keriput, turgor /
elastisitas kurang
Keriput, turgor / elastisitas
kurang
Hepar Infiltrasi
lemak/hepatomegali Dbn Hepatomegali
Kadar Hb Rendah Dbn bawah Rendah
Kadar albumin Rendah,<2,5 g vol% Dbn bawah = kwashiorkor
Proteinuria Negatif Negatif Negatif
Biokimiawi lain Rendah Rendah Rendah
Malnutrisi GK menunjukkan penggunaan [expenditure] energi [E] lebih besar dari pada masukannya [intake].
Sehingga penderita terpaksa menggunakan cadangan dalam tubuhnya yang berupa glikogen dan jaringan lemak
serta jaringan protein untuk digunakan sebagai sumber E. Massa tubuh penderita semakin susut dan terjadi
pengurusan.
IMT = )(
)(2
mTB
kgBB
HSC 2002 - GIZI KEDOKTERAN edisi 6
Tatalaksana dietetik dengan memberikan diet tinggi energi tinggi protein [TETP] di samping diberikan juga
vitamin dan mineral. Untuk menghitung kebutuhan akan energi, perlu memahami dahulu penggunaan energi oleh
tubuh.
Secara garis besar, pada individu sehat, tubuh menggunakan energi yang diperoleh, paling banyak untuk
metabolisme basal [MB], untuk aktivitas fisik [AF], untuk pertumbuhan [bagi individu yang sedang tumbuh], yang pada
orang dewasa porsi ini tidak ada lagi oleh karena orang dewasa “tidak tumbuh lagi”, dan untuk di switch menjadi kalor
guna mempertahankan suhu tubuh yang terus hilang melalui kulit, urine, feses, dan udara pernapasan.
Keseimbangan yang baik antara masukan dan penggunaan energi akan membuat anak tumbuh dengan
baik pula yang pada orang dewasa berat badannya akan dalam keadaan konstan.
Khusus pada anak, maka energi yang digunakan untuk tumbuh akan dipengaruhi oleh intensita AF. Bila AF
besar, maka akan mengambil porsi energi untuk proses pertumbuhannya, sehingga bila kurang medapat masukan
energi, maka anak tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik. Sebaliknya, bila AF sedikit, maka banyak energi
digunakan untuk tumbuh, sehingga pertumbuhan anak tersebut terlihat baik. Terlihat jelas, bahwa masukan energi
mempengaruhi BB, sedang protein mempengaruhi TB pada anak. Tidak berarti manusia pendek dikarenakan
defisiensi protein. Individu pendek, kemungkinan dulu saat masa kanak-kanak pernah menderita malnutrisi GK dalam
jangka waktu cukup lama, atau kemungkinan lain karena faktor genetik.
Bagaimana halnya dengan individu sakit? Pasien yang dirawat di rumah sakit dan terbaring di atas tempat
tidur, tidak banyak menggunakan energi untuk AF. Di sisi lain, ia menggunakan energi untuk MB yang meningkat,
terutama pasien yang mengalami demam. Sehingga, tidak dapat dikatakan bahwa diet pasien sakit harus dikurangi.
Bahkan, bisa lebih banyak misalnya pada pasien dengan luka bakar tingkat 3. Pada pasien anak, kebutuhan energi
harus tercukupi agar proses tumbuh kembangnya dapat berjalan normal. Hanya dalam keadaan tertentu, proses
pertumbuhannya di`korban`kan.
Oleh karena itu, penderita dengan malnutrisi GK, harus mendapatkan diet TETP. Hal tersebut di rumah sakit
dapat diatur. Yang menjadi masalah ialah bahwa penderita yang dirawat di rumah sakit tidak hanya menderita
malnutrisi GK saja. Tetapi sering atau umumnya disertai dengan penyakit lain, sehingga terkadang diet TETP yang
disajikan tidak bisa habis dikonsumsi. Teknis pemberiannya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Porsi diet yang
diberikan rumah sakit tidak habis dikonsumsi harus mendapat perhatian dari dokter maupun perawat. Sebab, terapi
diet adalah termasuk terapi suportif yang akan menunjang proses penyembuhan. Dokter dan perawat harus dapat
memberi motivasi yang baik kepada pasien, agar pasien menyadari pentingnya gizi untuk membantu proses
penyembuhan.
Demikian juga terhadap anak-anak. Bentuk diet dapat berupa diet biasa atau diet khusus. Diet khusus bisa
cair, lembek berupa bubur saring [BBS], bubur susu [BBSS], nasi tim [NT], dan bubur nasi [BBN]. Teknik
pemberiannya: start low go slow, terutama untuk penderita gizi buruk [GB].
Bagaimana mengenai selera/rasa diet sajian rumah sakit? Untuk gizi buruk harus hati-hati oleh karena organ
pencernaannya dalam keadaan tidak baik. Villi usus tidak ada, kelenjar-kelenjar pencernaan juga sudah atrofi. Diet
yang diberikan adalah diet lunak, TETP bila mungkin. Teknik pemberiannya harus start low go slow. Bila diberikan
dalam jumlah banyak, maka alat pencernaan tidak mampu mencerna. Bila perlu dibantu dengan makanan lewat pipa
[MLP/NGT] atau per parenteral. Diet diberikan sedikit demi sedikit, tetapi sering.
Terapi dietetik yang berhasil pada pasien kwashorkor/busung lapar dan marasmik-kwashiorkor, mula-mula
terlihat dengan berkurangnya oedema/asites, yang diketahui melalui berkurangnya BB, yang untuk kemudian akan
naik bila oedema/asites telah hilang sama sekali. Sedangkan, pada marasmus BBnya akan terus meningkat.
Penderita mulai terlihat wajahnya berseri dan bersinar.
Penderita kwashiorkor/marasmus dapat dipulangkan bila paling sedikit BB/TB telah mencapai 70% standar.
Penyuluhan perlu diberikan selama di rumah sakit dan menjelang pulang.
Syarat diet untuk penderita GB adalah :
� lunak
� TETP
� tidak merangsang
� akseptabel
Obat-obat medis diberikan bila ada indikasi.
HSC 2002 - GIZI KEDOKTERAN edisi 6
Nah…..temen2, tuh tadi asli dari handoutnya pak Drajat. Dah pada jelas kan ya? Skrg, kita mo tambahin dikit dengan
harapan teman2 makin faham. Ni dari catatan kulnya Etha and Rosalia
Tadi kan da dijelasin klo malnutrisi itu bisa gizi kurang bisa gizi lebih. Orang gemuk blm tentu sehat (so hati2 yang
merasa diri gemuk). Gemuk bisa saja disebabkan malnutrisi gizi lebih. Sedangkan salah satu malnutrisi gizi kurang
(bukan kurang gizi lho) adalah seseorang menjadi kurus. Jika orang gemuk ingin menurunkan berat badan menjadi
BB normal, mungkin akan butuh waktu yang lama. Klo instan, cepat tapi akan berdampak kurang baik untuk
kesehatan, kenapa? Mari kita tanya tim hsc ikakom.
Ada beberapa bentuk penyakit gizi lain, yakni defisiensi gizi spesifik, seperti osteoporosis akibat defisiensi Ca,
anemia akibat defisiensi zat besi, rabun senja akibat defisiensi vitamin A. Pada keadaan ini, secara keseluruhan
orang tersebut tampak sehat.
Bagaimana mekanisme terjadinya edema pada pasien kwharsiorkor?
Kurang protein dalam waktu lama (sedangkan energi cukup) � bahan baku albumin kurang � kadar albumin
rendah, terjadi hipoalbuminemia � tekanan osmotik koloid turun � transudasi (tekanan osmotik intra sel >> tekanan
osmotik intra vasa) � pitting edema (khas pada hipoalbuminemia)
Apa bedanya pitting edema dengan edema kenyal ?
Pitting edema, jika ditekan akan meninggalkan bekas, karna edema yang terjadi adalah akibat penumpukan cairan di
interstisial sel. Jadi, saat ditekan cairan tersebut akan bergeser (kata bapaknya lari). Ini terjadi pada pasien
kwharsiorkor (kurang protein) dan sindroma nefrotik (banyak kehilangan protein). Sedangkan, pada edema kenyal
yang terjadi pada gagal jantung, cairannya berada intraseluler, sehingga jika ditekan tidak akan meninggalkan bekas.
Mekanismenya adalah sbb: gagal ginjal � kerja jantung bertambah berat � Jantung tidak dapat memompa darah
naik ke atas � sel menyerap air (kan banyak mengandung ion Na) �sel membengkak
Jika berniat memperdalam pengertian edema dan mekanismenya, silakan teman2 merujuk ke hsc modul.
Teman2 da faham betul belum tentang gambar di atas? Ni ta’ jelasin sedikit yo: (Lay-outer: Gambarnya mana yaa??!!!, tapi dah
pada liat waktu kuliah kan??!!......Kalau belum pernah liat dibayangin aja yaa........)
Sumbu x = umur
Sumbu y = kebutuhan kalori per kilogram berat badan
Trus ada 5 tanda arsiran yang berbeda kan? Masing – masing tanda tuh menggambarkan penggunaan kalori untuk
apa aja. Tampak dari grafik tersebut kalori paling banyak digunakan adalah untuk BMR. Dan, yang menarik nih
adalah antara penggunaan kalori untuk growth dan untuk exercise. Kelihatan toh klo mereka saling tumpang tindih,
apalagi pada usia anak hingga dewasa muda. Apa artinya? Iya, betul. Ada manipulasi penggunaan energi untuk
pertumbuhan dan aktivitas fisik. Sehingga jika energi banyak digunakan untuk aktivitas fisik, terutama pada usia
anak-anak, pertumbuhannya bisa terhambat, dan begitu juga sebaliknya.
Saran bapaknya, klo besok kita punya anak2 yang hiperaktif, beri saja extrafeeding biar pertumbuhannya tidak
terhambat.
���� SELESAI ����
Salam2 dong. Klo msh ckp tempat lho
D : 10285
U : 10173, 10175, 10184, 10200, 10505, 10509
DU : met ujian mid, smua mesti sukses yo
GOD BLESS U ALL
D : bagudung
U : honeybear
DU : MU
Kata bijak dari Muriel Siebert :
Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit dan jangan pernah beritahu orang lain bahwa kamu
tidak bisa meraihnya