Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Efektivitas Kombinasi Kencur, Jeruk Nipis dan Asam Jawa untuk
Mengatasi Suara Serak
Andriani Yovi Permatasari, Retno Tri Hariyanti
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Surabaya
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan flora. 7.000 diantara
30.000 jenis tanaman di hutan tropis Indonesia merupakan tanaman yang mempunyai
khasiat sebagai obat. Tanaman obat kemudian digunakan sebagai obat tradisional atau
biasa disebut jamu oleh orang Indonesia. Jawa adalah salah satu daerah yang terkenal
akan masyarakat yang masih melestarikan jamu secara turun temurun. Racikan
inovasi dengan mengkombinasi beberapa tanaman obat seperti kencur dan jeruk nipis
yang sama-sama mengandung minyak asitiri dengan tambahan sari asam jawa dan
madu untuk mengobati tenggorokan ini banyak berkembang di daerah Kediri, Jawa
Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kualitas jamu di
Indonesia agar lebih diminati oleh masyarakat luas sehingga keberadaan jamu akan
tetap lestari hingga turun-temurun. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif
dengan cara wawancara dan observasi untuk menghasilkan informasi mengenai
manfaat jamu tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa racikan jamu
dari kombinasi tanaman obat yang memiliki beberapa khasiat sama dapat membantu
mengatasi suara serak.
Kata kunci: efektivitas, jamu, kencur, kombinasi, tenggorokan
Abstract
Indonesia is a tropical country that is rich of flora. 7,000 of 30,000 types of plants in
Indonesia's tropical forests are plants that have medicinal properties. Medicinal plants
are then used as traditional medicine or commonly called herbal medicine by
Indonesian. Java is one of the regions known for its people who still preserve herbs
for generations. Innovation concoction by combining several medicinal plants such as
kencur and lime which both contain asitiri oil with additional tamarind juice and
honey to treat this throat are widely developed in the area of Kediri, East Java. The
purpose of this study is to develop the quality of herbal medicine in Indonesia so that
it is more attractive to the wider community so that the presence of herbs will remain
sustainable for generations. The method used is a qualitative method by means of
interviews and observations to produce information about the benefits of the herbal
medicine. The results of this study show that herbal concoctions from a combination
of medicinal plants that have the same properties can help overcome hoarseness.
Keywords: effectiveness, herbal medicine, kencur, combination, throat
Pendahuluan
Latar Belakang
Tanaman herbal banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman
herbal ini dipecaya memiliki kegunaan lebih untuk mengobati penyakit. Tanaman
herbal diproduksi sebagai obat tradisional yang kemudian disebut sebagai jamu oleh
masyarakat Indonesia. Jamu adalah obat tradisional yang banyak digunakan sebagai
altenatif pengobatan oleh masyarakat Indonesia. Dalam Undang-undang No 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan
yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenic) atau
campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Jawa adalah salah satu daerah yang terkenal
akan masyarakat yang masih melestarikan jamu secara turun temurun.
Khasiat dari tanaman herbal yang digunakan sebagai obat tradisional ini dapat
menyembuhkan berbagai penyakit atau keluhan tesendiri, salah satu diantaranya
adalah kencur. Selain digunakan untuk bahan masakan, kandungan senyawa yang ada
di dalam kencur seperti senyawa aromatic, monoterpena, dan seskuiterpena
mempunyai efek mengurangi rasa nyeri tenggorokan akibat batuk. Tanaman sejenis
yang digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan adalah jeruk nipis dan asam
jawa. Jeruk nipis dan kencur sama-sama memiliki kandungan minyak astiri yang
mampu mengendalikan otor-otot pernapasan sehingga batuk menjadi reda. Sedangkan
asam jawa sendiri mengandung acid yang dapat meredakan batuk.
Kencur adalah tanaman obat yang paling sering digunakan untuk meredakan
sakit tenggorokan oleh penyanyi atau penyiar dengan cara memakan langsung atau
mengambil sari-sariya, hal ini tentu saja terasa sangat getir di lidah. Untuk
mengurangi rasa getir pada kencur ditemukan inovaso baru dengan menambahkan
beberapa tanaman herbal lain yang khasiatnya sama, seperti jeruk nipis dan asem
jawa kemudan ditambahkan pula madu sebagai penetralisir rasa pahit. Racikan
inovasi dengan mengkombinasi beberapa tanaman obat yang memiliki khasiat sama
untuk mengobati tenggorkan ini berkembang di daerah Kediri, Jawa Timur.
Alasan masyarakat mengonsumsi jamu sebagai obat adalah karena harganya
ekonomis dan bahan-bahan pembuatan jamu juga dapat dibudidayakan sendiri.
Seperti masyarakat Kediri, Jawa Timur, mereka membudidayakan toga (Tanaman
Obat Keluarga) untuk mengobati keluarganya yang sakit. Budidaya toga oleh
masyarakat Kediri lebih banyak digunakan pribadi daripada dijual-belikan di pasar,
hal ini menjadi tradisi turun-temurun, sehingga tidak heran bila masyarakat Kediri
pandai meracik ramuan jamu. Selain itu, jamu juga tidak memliki efek samping yang
ditimbulkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyebarluaskan khasiat jamu dengan formula
inovatif racikan kombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa yang berguna untuk
mengatasi suara serak sekaligus mengembangkan kualitas jamu di Indonesia agar
lebih diminati oleh masyarakat luas sehingga keberadaan jamu akan tetap lestari
hingga turun-temurun.
Tinjauan Teoritis
Utami, P. dan Puspaningtyas. E. (2013, h. 2) mengatakan bahwa tanaman obat
merupakan spesies tanaman yang diketahui, dipercaya dan benar-benar berkhasiat
sebagai obat. Sedangkan menurut Zuhud, Ekarelawan dan Risman dalam Utami
(2013, h. 2), tanaman obat tradisional, merupakan spesies tumbuhan yang diketahui
atau dipercaya memiliki khasiat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional. Obat tradisional sendiri adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,
turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat, kepercayaan atau
kebiasaan setempat baik bersifat gaib maupun pengetahuan tradisional (Indriati,
2014:52).
Obat tradisional sendiri biasa disebut jamu oleh orang Indonesia. Jamu
merupakan bagian peradaban Indonesia, dimana menunjukkan kekayaan alam,
kepandaian dalam meracik, serta kepedulian rakyat Indonesa terhadap kesehatan
(Beers, 2001 : 13-19, dalam bukunya Jamu the Ancient Indonesia Art of Herbal
Healing). Sedanngkan menurut Menkes RI, 2007 Dalam Undang-undang No 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang
berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenic) atau
campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa jamu adalah obat
tradisional berasal dari kekayaan alam yang diracik secara turun temurun dengan
status status keamanan dan khasiatnya dibuktikan secara empiris.
Penggunaan obat tradisional sebagai alternatif layanan kesehatan tentu sangat
tepat menimbang kenyataan semakin melambungnya biaya kesehatan seiring dengan
kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang hingga kini belum menentu
(Wijayakusuma, 2000). Hal ini akan menimbulkan kecenderungan hidup kembali ke
alam (Katno, et. al., 2004) dibuktikan dengan adanya produk herbal yang beredar di
pasar. Hasil Riskesdas 2010 presentase penduduk Indonesia yang pernah
mengonsumsi jamu sebanyak 59,12% yang tedapat pada semua kelompok umur,
baik laki-laki maupun perempuan, di pedesaan maupun di perkotaan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan pada
fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Bogdan dan Taylor
(1975) Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data
deskripsif berupa data tertulis/lisan dari subjek dan objek yang diamati/diteliti.
Data yang didapat berdasarkan hasil literasi bacaan dan wawancara dengan
informan, dan observasi cara pembuatan jamu di Kediri, Jawa Timur. Hasil literasi
berasal dari: 1) peraturan Menkes RI mengenai peraturan-peraturan obat tradisional
dan kandungan-kandung yang terdapat pada tanaman kencur, jeruk nipis dan asam
jawa; 2) artikel yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mengenai data konsumen jamu di Indonesia; 3) Jurnal mengenai tanaman obat,
kandungan dan manfaat kencur, jeruk nipis dan asam jawa; 4) Buku tanman obat.
Hasil literasi kemudian dicek kebenarannya melalui wawancara dengan informan dan
observasi.
Hasil Penelitian
Berdasarkan literasi dari data hasil riset kesehatan dasar 2010, Indonesia
adalah salah satu konsumen obat tradisional cukup banyak. hampir setengah
(49,53%) penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas, mengonsumsi jamu. Sekitar
lima persen (4,36%) mengkonsumsi jamu setiap hari, sedangkan sisanya (45,17%)
mengkonsumsi jamu sesekali. Berdasarkan informan, masyarakat Kediri yang
mengonsumsi jamu kebanyakan dari kalangan dewasa dan lanjut usia. “Merga
rasane pait, dadi sing seneng paling mung pemuda utawa wong sepuh-sepuh”
‘karena rasanya yang pahit, jadi yang suka hanya pemuda dan orang tua’ (Markijan)
Masyarakat menyukai jamu dengan berbagai jenis berikut datanya menurut
riset Kemenkes RI:
Data dari Kementrian
Kesehatan RI dalam
artikel Integrasi
Pengobatan
Tradisional dalam
Sistem Kesehatan
Nasional Rabu, 02
November 2011
02:26:36 [Diakses 3
April 2019]
55,16%
43,99%
20,43%
11,58%
Data Proporsi Jenis Jamu yang Banyak dipilih
untuk dikonsumsi
55,16% cair 43,99% bubuk
20,43% seduh 11,58% Kapsul/pil/tablet
Berdasarkan data tersebut masyarakat Indonesia lebih senang mengonsumsi
jamu dalam proporsi cair dengan 55,16% dibandingkan dengan bubuk 43,99%, seduh
20,43%, dan/atau kapsul/pil/tablet 11,58%. Sama halnya dengan masyarakat Kediri,
konsumsi jamu dengan proporsi cari lebih diminati karena bisa dikombinasi dengan
tambahan-tambahan tertentu seperti madu, untuk menetralisir rasa pahit. “penak sing
langsung diombe, ora pait merga bisa dicampuri madu, praktis tur ora susah” ‘enak
yang langsung diminum, tidak pahit karena bisa dicampur madu, praktis dan tidak
susah’ (Markijan).
Masyarakat mengonsumsi jamu sebagai alternatif penyembuhan sebab
harganya ekonomis dan bisa dijangkau oleh semua kalangan ekonomi. Berikut
ditemukan data konsumen jamu pada masyarakat ekonomi rendah, menengah dan
atas:
Tingkat konsumsi jamu masyarakat ekonomi rendah-menengah dan atas
Tingkat ekonomi Pendapatan Jumlah Persen
Rendah <1jt/bulan 93 58%
Menengah 1,5-5jt/bulan 40 25%
Atas >5jt/bulan 27 17%
Data dari artikel oleh Andriati1 dan R.M. Teguh Wahyudi
2 .2016.Tingkat Penerimaan Penggunaan
Jamu Sebagai Alternatif Penggunaan Obat Modern pada Masyarakat Ekonomi Rendah-
Menengah.Surabaya:Universitas Airlangga.
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jamu banyak dikonsumsi oleh
kalangan ekonomi tingkat rendah sebanyak 58% persen, diikuti kalangan ekonomi
menengah sejumlah 25%, dan terakhir kalangan ekonomi atas hanya 17%. Hal ini
berlaku di berbagai daerah di Indonesia termasuk Kediri. Masyarakat ekonomi rendah
di Kediri bahkan memanfaatkan pekarangan rumah sendiri untuk membudidayakan
toga (Tanaman Obat Keluarga) agar lebih praktis, ekonomis dan higienis karena
diracik sendiri.
Dari artikel yang sama menyebutkan bahawa ada faktor lain yang mendukung
penyebab tingginya penggunaan jamu sebagai alternatif pengobatan pada masyarakat
ekonomi rendah-menengah dan atas adalah faktor pribadi, faktor pemasaran, faktor
sosial, faktor budaya, faktor psikologi, faktor harga, dan faktor legalitas lembaga
kesehatan (rumah sakit dan puskesmas).
Faktor pribadi konsumen jamu yang menganggap jamu adalah obat yang
cocok bagi dirinya menjadi salah satu alasan terbesar bagi masyarakat Indonesia
umumnya dan Kediri khususnya dalam mengonsumsi jamu, sebab setelah orang
meminum jamu maka akan timbul rasa candu karena khasiat yang dihasilkan oleh
jamu tersebut (Markijan). Kemudian ada faktor sosial dan budaya yang dibawa oleh
masyarakat dengan membudidayakan sendiri tanaman obat. Informan menjelaskan
bahwa hal ini juga terjadi di Kediri, Jawa Timur, yang mana penduduk lokal masih
melestarikan tradisi budidaya tanaman obat untuk mengobati keluarganya yang sakit.
Berdasarkan hasil literasi mengenai jumlah konsumen jamu di Indonesia
kandungan yang terdapat pada kencur, jeruk nipis dan asam jawa sebagai berikut:
No Nama Tanaman Obat Kandungan
1 Kencur (Kaempferia
galangal)
Rimpang Kencur mengandung pati (4,14 %),
mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %)
berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan,
asam sinnamat, etil aster, asam sinamik, borneol,
kamfen, paraeumarin, asam anisikα, alkaloid dan
gom. (Menkes RI : 2016, tentang Formularium
Obat Herbal Asli Indonesia)
2 Jeruk nipis (Citrus
aurantifolia Swingle)
Unsur-unsur senyawa kimia pada jeruk nipis yang
bermanfaat seperti asam sitrat, asam amino
(triftopan, lisisn), minyak astiri (sitral, limonene,
flandren, lemon kamfr, kadinen, gerani-asetat,
linali-asetat, aktiladehid, nonildehid), damar,
glikosida, asam situn, lemak, kalsium, fosfor,
besi, belerang, vitamin B1 dan C. (Alicce : 2010)
3 Asem Jawa (Tamarindus
indica)
Kulit biji asam jawa mengandung phlobatannin
sekitar 35%, bijinya mengandung pati dan
albuminoid, sedangkan buahnya mengandung
senyawa kimia antara lain: asam anggur, asam
apel, asam sitrat asam suksinat, asam tartrat dan
pectin, didapati pula adanya gula invert.
(ebookpangan.com : 2006, Kliping informasi
tanaman obat Indonesia)
Berdasarkan hasil literasi tersebut diatas mengenai kandungan pada tanaman
obat kencur, jeruk nipis dan asam jawa, didapatkan kandungan yang memiliki
kesamaan yakni minyak astiri pada kencur dan jeruk nipis. Kadar minyak astiri dari
kencur sekitar 0.02% dan kandungan minyak astiri pada jeruk nipis yang terdiri dari
(sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat,
aktilaldehid, nonildehid) , sedangkan jeruk nipis dan asam jawa sama-sama
mempunyai kandungan asams sitrat. Sehingga dapat dikombinasikan tanpa
mengurangi kandungan dari ketiga komponen bahan pembuatan jamu tesebut.
Berdasarkan kadungan dari kencur, jeruk nipis dan asam jawa tersebut di atas
didapatkan data bagian dari tumbuhan yang digunakan untuk obat dan khasiatnya
sebagai berikut:
Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Manfaatnya
No Nama Tanaman Obat Kandungan
1 Kencur (Kaempferia
galangal)
Ambil sepotong kencur kurang lebih sebesar ibu
jari lalu kunyah bersama-sama garam dapat
dipergunakan sebagai obat gatal-gatal pada
tenggorokan.
2 Jeruk nipis (Citrus
anurantifolia)
Air perasan dari buah jeruk nipis dapat
dipergunakan sebagai obat luar untuk pengobatan
batuk.
3 Asem Jawa (Tamarindus
indica)
Daging buah setelah dikupas diambil sari-sarinya,
ditambah gula aren kemudian direbus, airnya
diminum sebagai obat gatal-gatal pada
tenggorokan.
Data dari ebookpangan.com : 2006, Kliping informasi tanaman obat Indonesia
Berdasarkan literasi didapatkan kesamaan manfaat dari penggunaan masing-
masing tanaman obat yaitu untuk mengurangi batuk dan gatal pada tenggorokan.
Sehingga apabila dari ketiga komponen tumbuhan obat tersebut dikombinasi maka
tidak akan menghilangkan manfaat dari salah satu diantaranya. Masyarakat Kediri,
Jawa Timur sudah mencoba mengombinasi ketiga komponen ini sejak tahun 1997.
Alasan mereka menggabung ketiga komponen tersebut adalah: 1) mempunyai
beberapa kesamaan khasiat; 2) praktis karena bahan mudah didapat; 3) jeruk nipis
dan asam jawa bisa mengurangi rasa getir pada kencur.
Pembahasan
Pada bab pembahasan akan menjelaskan tentang bagian-bagian kencur, jeruk
nipis dan asam jawa sebagai kombinasi racikan jamu dan cara pembuatan jamu oleh
informan asal Kediri, Jawa Timur.
Penjelasan singkat tanaman obat kencur, jeruk nipis dan asam jawa:
1. KENCUR
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom: Streptophyta
Super divisi : Embryophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super ordo : Lilianae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
gambar: kencur
Genus : Kaempferia L
Spesies : Kaempferia galanga L
Ciri morfologi: memiliki batang semu yang sangat pendek. Batang tersebut
dari pelepah-pelepah daun yang menutupi. Daun-daunnya tumbuh tunggal, melebar,
dan mendatar atau menurun mendekati permukaan tanah. Bentuknya lonjong, lebar 3-
6cm, dan panjang 7-12cm. Tanaman ini bisa berbunga yang tumbuh di antara helaian
daun, warnya putih, bibur bunga berwarna ungu, dan baunya wangi. Akar kencur
merupakan akar tunggal yang bercabang dan menempel pada umbi akar atau yang
biasa disebut rimpang. Rimpang ini tumbuh memanjang ke bawah, berdiameter
sampai 1,5cm, dan tidak berserat. Aroma kencur sangat khas. (Menkes RI : 2016,
tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia).
Manfaat: rimpang kencur berkhasiat untuk obat batuk, gatal,gatal pada
tenggorokan, perut kembung, rasa mual, masuk angina, pegal-pegal, pengompresan
bengkak, tetanus, penambah napsu makan (Rahmat Rukamana, 1994:10)
Masyarakat Kediri, Jawa Timur menggunakan bagian rimpang kencur sebagai
obat untuk meredakan sakit tenggorokan, biasanya sering dikonsumsi oleh para
seniman untuk mengatasi suara serak, dengan cara mengupas kulit kemudian
dikunyah langsung. Rasanya tentu saja getir, oleh masyarakat setempat diparut dan
diperas menggunakan air hangat untuk menetralisir rasa getir.
2. JERUK NIPIS
Sarwono (2011) menglasifikasikan tamanan jeruk nipis sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Subclass : Dialypetalae
Ordo : Rutales gambar: jeruk nipis
Family : Rutacea
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia Swingle
Ciri Morfologi: Berakar tunggang, batang pohon berkayu, daunnya majemuk,
diameter buahnya sekitar 1,5-2,5 cm, mahkota bunganya berjumlah 4-5. Tanaman
jeruk nipis sudah mulai berbuah sekitar 2,5 tahun dengan ciri buahnya berdiameter
3,5-5 cm. Kulitnya berwarna hijau atau kekuning-kuningan dengan tebal 0,2-05 cm.
Daging buahnya berwarna kuning kehijauan (Rukmana, 1996 dan Steenis et al.,
2006). Ciri dari tanaman jeruk nipis ini sama dengan yang informan katakan bahwa
jeruk nipis yang dibudidayakan di pekarangan akan berbuah kurang lebih sekitar 2
tahun dengan ciri buah se-ukuran bola pingpong, dan kulit buahnya hijau.
Manfaat: Salah satu khasiat jeruk nipis adalah mengatasi batuk. Caranya
ambil satu buah jeruk nipis kemudian diperas dan dicampur dengan madu dan garam,
aduk hingga rata lalu saring air campuran jeruk nipis dan diminum 2-3 kali sehari.
Selain itu jeruk nipis digunakan untuk mengobati radang tenggorokan dan
menghilangkan lendir di tenggorokan, caranya potong 3 buah jeruk nipis lalu diperas,
diseduh dengan ½ cangkir air panas dan ditambah madu. Selagi hangat gunakan
untuk berkumur 2-3 menit dan lakukan 3 kali sehari. Masyarakat Kediri
menggunakan sari perasan jeruk nipis dicampur air hangat dan madu untuk
menyembuhkan batuk berdahak.
3. ASAM JAWA
Klasifikasi tanaman menurut Backer & van den Brink (1963) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Magniliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Risidae
Ordo : Fabales gambar: asam jawa
Familia : Fabaceae
Genus : Tamarindus
Species : Tamarindus indica L.
Ciri morfologi: merupakan tumbuhan tahunan yang tinggi dan berukuran
besar, tingginya dapat mencapai 25m (Heynee, 1987). Batangnya cukup keras,
daunnya rindang bertangkai sekitar 17cm dan bersirip genap. Bunganya berwarna
kuning kemerahan dan buahnya bertipe polomh berwarna cokelat dengan rasa khas
asam. Dalam buahnya terdapat kulit yang membungkus daging buah, bijinya
berjumlah 2-5 yang berbentuk pipih dengan warna cokelat agak kehitaman
(Yuniaarti, 2008, Backer & van den Brink, 1963)
Manfaat: umumnya asam jawa digunakan untuk menyembuhkan asma,
menyembuhan batuk, demam, reumatik (nyeri sendi), nyeri haid, alergi, sariawan dan
menurunkan berat badan. Masyarakat Kediri menggunakan daging asam jawa yang
telah direndam dengan air hangat dan sari-sariya diminum untuk menyembuhkan
batuk.
Cara mengombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa:
Kebiasan yang dilakukan oleh masyarakat Kediri khususnya keluarga seniman
adalah mengonsumsi kencur mentah-mentah tanpa campuran bahan lain untuk
mengatasi suara mereka yang mulai serak. Kebiasaan ini mulai berubah ketika salah
satu kelompok seniman mengombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa ditambah
sentuhan madu sebagai ramuan yang ampuh untuk mengatasi suara serak. beikut
prosesnya:
1. Siapkan 5 biji kencur berukuran sedang, lalu bersihkan
2. Parut hingga halus kencur yang sudah dibersihkan tadi
3. Tuangkan sedikit air panas pada parutan kencur .Fungsi menambahkan air
hangat pada perasan kencur adalah untuk mengurangi rasa getir pada kencur
saat sari-sarinya diperas.
4. Peras hingga seluruh sarinya keluar
5. Untuk mengatasi rasa getir dari kencur dapat pula ditambahkan perasan satu
buahjeruk nipis ukuran kecil, jangan terlalu banyak sebab bisa jadi pahit.
6. Tambahkan 3 buah asam jawa yang telah direndam di air hangat dan gunakan
air hangat bekas rendaman asam jawa tersebut sebagai campuran sari kencur
dan jeruk nipis sebelumnya.
7. Setelah dicampur, tambahkan madu secukupnya sekitar 3 sendok makan
untuk memberi sensai manis dan menetralisir rasa pahit, getir dan kurang
nyaman pada kombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa. Ahli Gizi
Dhavani Shah mengatakan, madu dapat digunakan sebagai bahan alami untuk
meringankan gejala batuk.
8. Terakhir tuangkan air panas sedikit, lalu jamu siap diseduh.
Alasan masyrakat Kediri mengonsumsi kombinasi racikan jamu tersebut
adalah selain praktis karena bahannya sudah tersedia dari ladang mereka, ekonomis
karena tidak perlu membeli bahan lain lagi dan jamu tersebut tidak memiliki efek
samping yang ditimbulkan.
Simpulan
Indonesia memiliki keragaman flora, salah satu jenisnya adalah tanaman
herbal. Tanaman herbal digunakan sebagai obat tradisional yang kemudian disebut
jamu oleh masyarakat Indonesia. Konsumen jamu di Indonesia mencapai 49,53%
diantaranya menyukai jamu dengan proporsi berbeda-beda: cair, bubuk, seduh,
kapsul. Berkembang kombinasi racikan jamu dengan bahan kencur, jeruk nipis dan
asam jawa yang masing-masing memiliki kesamaan kandungan seperti kencur dan
jeruk nipis yang sama-sama memiliki kandungan minyak astiri begitu pula jeruk nipis
dan asam jawa yang sama-sama mengandung asam sitrat yang dibuat untuk
mengatasi suara serak di Kediri, Jawa Timur. Kombinasi racikan ini bertujuan
menggabungkan ketiga unsur yang memiliki khasiat yang sama sebagai inovasi
sekaligus trobosan baru untuk konsumen jamu pereda sakit tenggorokan pada
masyarakat umum kalangan seniman khusunya. Alasan masyarakat mengonsumsi
jamu adalah praktis, ekonomis dan higienis serta tidak menimbulkan efek samping.
Saran
Berdasarkan kesimpulan, penelitian masih perlu penyempurnaan untuk
meningkatkan efektivitas dari bahan herbal tersebut mengingat metode penelitian
yang digunakan merupakan metode kualitatif. Penelitian yang akan datang
diharapkan dapat lebih maksimal baik dalam mencari data maupun mengumpulkan
informasi dari informan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan tujuan penelitian
tercapai yakni menyebarluaskan khasiat jamu dengan inovasi formula racikan
kombinasi kencur, jeruk nipis dan asam jawa agar dapat dikenal oleh masyarakat luas
karena khasiatnya yang bagus serta bahan dan harganya yang sangat terjangkau baik
untuk kalangan menengah kebawah maupun kalangan menengah keatas. Banyaknya
kemudahan dalam proses pembuatan, diharapkan pula masyarakat dapat
menerapkannya di kehidupan sehari-hari agar tidak selalu bergantung pada obat-
obatan berbahan kimia.
Daftar Pustaka
Andriati1 dan R.M. Teguh Wahyudi
2 . (2016). Tingkat Penerimaan Penggunaan
Jamu Sebagai Alternatif Penggunaan Obat Modern pada Masyarakat
Ekonomi Rendah-Menengah.Surabaya:Universitas Airlangga. [Diakses 1
April 2019]
Badan Litbang Kesehatan. (2010). Laporan hasil riset kesehatan dasar tahun
2010. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan.
Penyusun Ebookpangan.com. (2006). Kliping informasi tanaman obat Indonesia
Kemenkes RI. (2011). Integrasi Pengobatan Tradisional dalam Sistem Kesehatan
Nasional.Surabaya:Pusat Komunikasi Publik, Sekertariat Jendral Kemenkes
RI. [Diakses 1 April 2019]
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Permenkes RI No 6 tahun 2016
tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pemenkens RI No 007 tahun 2012
tentang Registrasi Obat Tradisional
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
Pemerintah Republik Indonesia. (2007). Kementrian Kesehatan Republlik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar.
Pemerinath Republik Indonesia. (2010). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar.
Rahmat Rukmana. 1994. Kencur. Yogyakarta:Kanisius