34
EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK) UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI Oleh : FARAH KHULAIDAH 201710230311310 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2021

EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK)

UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

SKRIPSI

Oleh :

FARAH KHULAIDAH

201710230311310

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021

Page 2: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK
Page 3: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

i

LEMBAR PENGESAHAN

Page 4: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

ii

SURAT PERNYATAAN

Page 5: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas

Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) Untuk Meningkatkan Keterlibatan Siswa

Dalam Pembelajaran Matematika” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak M. Salis Yuniardi, M.Psi., PhD., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Yudi Suharsono, M.Si. dan Bapak Ahmad Sulaiman, M.d(CPEP) selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Diana Savitri Hidayati, S.Psi., M.Psi. selaku dosen wali kelas Psikologi E 2017

yang selalu membimbing peneliti dari awal hingga akhir perkuliahan.

4. Kedua orang tua saya yang selalu mengirimkan do’a dan dukungannya sehingga

peneliti termotivasi untuk segera menyelesaikan perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu Guru di SDN X yang telah memberikan ijin dan bersedia menjadi

subjek penelitian selama peneliti mengikuti Program Kampus Mengajar Angkatan I

yang diadakan oleh Kemendikbud RI.

6. Sahabatku, Nadia, Eric, Rosel, Viara, Firnanda, Mitha, Aruma, dan Endang yang telah

banyak membantu dan memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini.

7. Teman-teman Fakultas Psikologi khususnya angkatan 2017 kelas E yang selalu

memberikan semangat dan dukungannya kepada peneliti.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Meski demikian,

penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan

pembaca pada umumnya.

Malang, 20 Juli 2021

Penulis

Farah Khulaidah

Page 6: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 2

LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 5

Keterlibatan Siswa (Student Engagement).............................................................................. 5

Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK)........................................................................... 6

Hubungan Keterlibatan Siswa dan Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) ................... 7

Kerangka Berpikir ................................................................................................................... 9

Hipotesa .................................................................................................................................. 9

METODE PENELITIAN ......................................................................................................... 10

Rancangan Penelitian ............................................................................................................ 10

Subjek Penelitian .................................................................................................................. 10

Variabel dan Instrumen Penelitian ........................................................................................ 10

Prosedur dan Analisa Data .................................................................................................... 11

HASIL PENELITIAN .............................................................................................................. 11

DISKUSI .................................................................................................................................. 13

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................................................................... 15

REFERENSI ............................................................................................................................. 15

LAMPIRAN ............................................................................................................................. 18

Page 7: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rancangan Penelitian ............................................................................................ 10

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................................... 11

Page 8: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rancangan Tahapan Pelaksanaan Praktikum .................................................. 19

Lampiran 2. Tabel Pengamatan Keterlibatan Siswa ............................................................ 21

Lampiran 3. Tabulasi Data Pretest ...................................................................................... 22

Lampiran 4. Tabulasi Data Perlakuan I ............................................................................... 22

Lampiran 5. Tabulasi Data Perlakuan II .............................................................................. 22

Lampiran 6. Tabulasi Data Posttest ..................................................................................... 22

Lampiran 7. Daftar Hadir Subjek Penelitian ....................................................................... 23

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 24

Lampiran 9. Lembar Verifikasi Analisa Data dan Cek Plagiasi ......................................... 26

Page 9: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

1

EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK)

UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Farah Khulaidah

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

ABSTRAK

Keterlibatan siswa merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap siswa dalam

proses belajar mengajar karena menjadi salah satu indikator keberhasilan proses

pembelajaran yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Salah satu contoh model

pembelajaran aktif yang dapat digunakan dalam meningkatkan keterlibatan siswa yaitu

Visual, Auditori, Kinestetik (VAK). Model pembelajaran VAK merupakan model

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan tiga metode pembelajaran yaitu melihat,

mendengar, dan bergerak. Model pembelajaran ini bertujuan agar siswa merasa nyaman

dalam belajar. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-eksperimen dengan one

group pretest-posttest design yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode VAK

dalam upaya peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa

kelas 1 di SDN X. Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode observasi

kuantitatif. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan non-parametrik dengan

uji wilcoxon yang dilakukan dengan bantuan SPSS versi 17. Berdasarkan hasil analisis,

penelitian ini menunjukkan bahwa metode VAK dapat membantu meningkatkan

keterlibatan siswa pada siswa kelas 1 di SDN X dalam pembelajaran matematika.

Kata Kunci: keterlibatan siswa, metode Visual Auditori Kinestetik (VAK), pembelajaran

matematika

Student engagement is an important thing that should be owned by every student during

the learning process because it’s one of the success indicators of the learning process that

will affect student achievement. One example of an active learning model that can be used

to increase student engagement is Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK). The VAK learning

model is a learning model that can optimize three learning methods, specifically seeing,

hearing, and moving. This learning model aims to make students feel comfortable in

learning. This study uses a pre-experimental research design with one group pretest-

posttest design which aims to determine the effectiveness of the VAK method for improving

student engagement in learning mathematics in grade 1 students at SDN X. Data collection

techniques were carried out using quantitative observation methods. The analysis in this

study uses a non-parametric approach with the Wilcoxon test carried out with SPSS

version 17. Based on the results of the analysis, this study shows that the VAK method can

increase student engagement in grade 1 students at SDN X in learning mathematics.

Keywords: learning mathematics, student engagement, Visual Auditory Kinesthetic (VAK)

Page 10: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

2

PENDAHULUAN

Dalam mempersiapkan diri anak di masa mendatang, pendidikan merupakan faktor

terpenting dalam proses kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga

jenis yakni pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan informal ialah

pendidikan yang bersumber dari lingkungan keluarga sebelum anak mulai bersekolah.

Pendidikan formal ialah pendidikan yang dilaksanakan di lembaga resmi yang disebut

sekolah. Sedangkan pendidikan nonformal ialah pendidikan tambahan yang bisa

didapatkan di luar sekolah.

Salah satu contoh pendidikan formal yang harus ditempuh anak yaitu Sekolah Dasar yang

merupakan lembaga pendidikan pertama yang ditempuh oleh anak selama enam tahun. Arti

sekolah sendiri bermula dari bahasa latin “skhole, scola, scolae, schola” yang artinya

“waktu senggang”. Berdasarkan arti kata sekolah tersebut, maka dapat diartikan bahwa

sekolah merupakan kegiatan anak-anak untuk mengisi waktu senggang di antara aktivitas

utama yang mereka lakukan, yakni bermain dan menghabiskan waktu menjalani fase anak

dan fase remaja (Anshari & Suhermanto, 2018).

Dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran

sehingga guru wajib menyediakan dan memberikan tindakan kepada siswa agar mereka

aktif mengikuti pembelajaran. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

mengakibatkan siswa menjadi pasif dan kurangnya keterlibatan siswa ketika mengikuti

pembelajaran sehingga mereka hanya memperoleh dan menelaah materi yang guru berikan

saja tanpa mendapatkan pengalaman belajar yang mandiri (Nurmawati & Susilo, 2014).

Keaktifan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kunci

keberhasilan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk menggapai tujuan tersebut maka

diperlukan adanya fasilitator yakni guru yang mampu menciptakan suasana belajar yang

aktif sehingga membuat siswa lebih terlibat dan termotivasi dalam belajar. Tujuan

pembelajaran sangat terkait dengan ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran

(Setiawan & Alimah, 2019).

Pembelajaran dapat berjalan efektif dengan adanya interaksi antara guru dan siswa karena

interaksi tersebut menunjukkan bahwa siswa terlibat dalam proses pembelajaran.

Keterlibatan siswa atau yang biasa disebut dengan student engagement merupakan hal

terpenting yang setiap siswa harus miliki dalam proses pembelajaran. Student engagement

sendiri merupakan salah satu indikator keberhasilan yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa dalam proses pembelajaran. Jika engagement siswa tinggi maka tujuan dari

pembelajaran yang diharapkan akan mudah dicapai. Sebaliknya, jika engagement siswa

rendah maka siswa dapat masuk sekolah tidak teratur dan sedikit belajar hingga putus

sekolah.

Skinner mengungkapkan bahwa student engagement penting dalam kegiatan belajar

mengajar karena memperlihatkan tingkat ketertarikan, komitmen, upaya, ketekunan, dan

emosi positif siswa dalam proses pembelajaran (Handelsman et al., 2005). Selain itu, siswa

yang engagement menunjukkan partisipasi dalam perilaku belajar dan emosi yang positif,

serta mampu bertahan dalam menghadapi tantangan (J. Fredricks et al., 2011). Terdapat

empat hal yang menjadikan student engagement sangat penting bagi siswa, yaitu student

engagement merupakan kunci menciptakan pembelajaran yang aktif dan produktif, student

engagement dapat memperkirakan fungsi sekolah, student engagement pada siswa dapat

dikontrol dan dibimbing, dan student engagement dapat berfungsi sebagai umpan balik

bagi guru (Reeve, 2005). Hal ini diperjelas oleh Mustika & Kusdiyati (2015) yang hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa siswa yang memiliki Student Engagement yang tinggi

Page 11: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

3

akan selalu berusaha gigih dan ulet dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di

sekolah.

Menurut Willms (2003), keterlibatan siswa ialah bagian dari komponen psikologis yang

berhubungan dengan rasa memiliki siswa atas sekolahnya, rasa menerima nilai-nilai di

sekolah, dan bagian perilaku yang erat kaitannya terhadap antusias di setiap kegiatan yang

diadakan sekolah. Keterlibatan ini ialah sebuah konstruksi multidimensi yang meliputi tiga

komponen antara lain komponen perilaku, kognitif, dan emosi (J. A. Fredricks et al.,

2004). Ketiga komponen tersebut memiliki interaksi yang dinamis antara satu dengan yang

lain dalam diri seorang individu dan memberikan karakteristik mengenai cara siswa dalam

bersikap, merasa, dan berpikir (Wang & Peck, 2013).

Komponen pertama ialah komponen mengenai perilaku (behavioral engagement) yang

mengacu pada keikutsertaan siswa secara langsung dalam kegiatan di dalam sekolah,

seperti kehadiran, antusias dalam belajar, kepatuhan terhadap aturan dan tugas. Komponen

kedua ialah komponen kognitif (cognitive engagement) yang mengacu pada keutamaan

proses kognitif dan cara belajar siswa dalam menyelesaikan tugas sekolah, seperti

keinginan dan keuletan dalam belajar, regulasi diri, dan suka tantangan. Komponen ketiga

ialah komponen emosional (emotional engagement) yang mengacu pada rasa memiliki

sekolah, minat, persepsi terhadap hasil belajar, respon positif atau negatif terhadap teman,

guru, dan aktivitas sekolah (Fikrie & Ariani, 2019).

Dalam menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak sebaiknya kita melihat

bagaimana perkembangan intelektual anak pada tingkat usianya. Perkembangan intelektual

siswa berhubungan dengan psikologi kognitif yang dimiliki dalam diri anak. Salah satu

tokoh yang membahas teori perkembangan kognitif yaitu Jean Piaget. Sebagian besar

perkembangan kognitif anak bergantung pada interaksi positif antara anak dan

lingkungannya. Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif adalah proses anak

membangun sistem makna dan pemahaman secara aktif tentang realita berdasarkan

pengamatan dan pengalaman secara langsung. Piaget menyatakan bahwa tahap

pembelajaran perlu diselaraskan dengan tahap perkembangan kognitif anak yang

dibedakan menjadi empat tahapan, yakni tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), tahap

praoperasional (umur 2-7 tahun), tahap operasional konkrit (umur 7-11 tahun), dan tahap

operasional formal (umur 11-dewasa). Semakin tinggi tahapan perkembangan kognitif

anak, maka kemampuan berpikir anak akan semakin abstrak (Rohaendi & Laelasari, 2020).

Berdasarkan tahapan perkembangan kognitif tersebut, anak dengan jenjang pendidikan

Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkrit yang mana anak mulai dapat bernalar

secara logis, dapat mengklasifikasikan suatu benda, dan mengurutkan benda secara seri.

Pada usia SD ini anak dapat memahami, menyimpulkan, dan berpikir tentang hal-hal nyata

atau realitas mengenai hal-hal yang rasional dan konkret (logis) melalui pengamatannya

(Rohaendi & Laelasari, 2020). Dengan kemampuan tersebut, membuat anak usia SD belum

mampu berpikir secara abstrak. Karakteristik perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar

yang mengalami keterbatasan dalam berpikir abstrak membuat guru harus memikirkan

metode pembelajaran yang tepat digunakan untuk anak usia SD.

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 22 Maret sampai 9 April 2021 di SDN X

didapatkan bahwa keterlibatan siswa kelas 1 dalam pembelajaran masih kurang. Hal ini

ditunjukkan dari sikap anak yang cenderung kurang antusias mengikuti pembelajaran dan

jika anak sudah merasa bosan, ia tidak mau lagi melanjutkan pengerjaan tugas yang

diberikan oleh guru kelas. Karakteristik anak dalam belajar juga berbeda-beda, yaitu ada

siswa yang cepat menerima materi, siswa yang kurang percaya diri, dan siswa yang kurang

Page 12: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

4

minat belajarnya. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di SDN X

yaitu berupa lembar kerja berisi tugas yang ada dalam buku tematik kelas 1 SD. Ketika

belajar, guru memberikan instruksi mengerjakan tugas yang bersamaan di awal. Kemudian

setelah anak menyelesaikan tugas sebelumnya, guru akan memberikan instruksi pengerjaan

tugas lainnya, biasanya sesuai lama pengerjaan setiap anak sehingga bisa saja anak satu

dengan lainnya berbeda tugas dalam satu waktu. Siswa terlihat membutuhkan objek yang

konkret dalam belajar agar lebih dapat memahami materi dan lebih bersemangat dalam

pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan dosen pengampu mata kuliah Parenting (Pengasuhan) Prodi

PIAUD FTIK IAIN Samarinda, Lina Revilla Malik, M.Si. yang dilansir dari Antara News

(2020) menyatakan bahwa banyak siswa yang kesulitan memahami penjelasan guru yang

disampaikan melalui daring sehingga banyak orangtua yang mengambil alih tugas anak.

Selain itu, berdasarkan data dari Tribun Jateng (2020) terlihat percakapan antara guru dan

orangtua siswa yang mana orang tua mulai mengeluh terkait kegiatan belajar di rumah

karena dituntut untuk aktif mendampingi anak belajar di rumah sehingga merasa

direpotkan. Terdapat pula penelitian dari mahasiswa Prodi PIAUD FTIK IAIN Samarinda,

Gina, yang memperhatikan pola asuh orang tua selama masa pandemi menyebutkan bahwa

orang tua terkendala pada jaringan internet yang tidak stabil serta kesulitan mengelola

kegiatan kantor dan kegiatan rumah saat mendampingi anaknya belajar di rumah (IJN

News, 2020).

Pembelajaran tidak dapat menjadikan siswa sebagai pembelajar yang aktif karena

pembelajaran masih berpusat pada guru dan guru kurang memberikan aktivitas fisik secara

langsung kepada siswa selama proses pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, guru

menekankan pada salah satu gaya belajar saja, seperti visual, auditori, atau kinestetik saja

(Sakti & Wahyudi, 2019). Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru seharusnya

dapat menciptakan situasi belajar yang nyaman sehingga siswa mudah menerima materi

yang diberikan (Dalimunthe & Simbolon, 2020).

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif yaitu

Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK). Model pembelajaran VAK merupakan model

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan tiga metode pembelajaran yaitu melihat,

mendengar, dan bergerak. Model pembelajaran ini bertujuan agar siswa merasa nyaman

dalam belajar. Model pembelajaran VAK mementingkan pengalaman belajar langsung

melalui penglihatan (Visualization), pendengaran (Auditory), dan gerak (Kinesthetic)

(Setiawan & Alimah, 2019). Dalam penerapan metode VAK membutuhkan media untuk

mengirimkan pesan dari guru kepada siswa yang mana media dapat meliputi manusia, alat,

bahan, atau kegiatan yang dapat menciptakan pengalaman belajar siswa secara langsung

(Sakti & Wahyudi, 2019).

Anak yang memiliki gaya belajar visual akan lebih menggunakan penglihatannya dalam

proses belajar sehingga ia akan membayangkan hal yang sedang dibincangkan. Anak yang

memiliki gaya belajar auditorial akan lebih menggunakan pendengarannya dalam proses

belajar sehingga ia memerlukan suasana kondusif yang mendukung kemampuan

pendengarannya. Anak yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih mudah menyerap dan

mengingat informasi dalam proses belajar dengan bergerak, melakukan, dan menyentuh

objek yang memberikan informasi tertentu sehingga ia membutuhkan suatu media yang

dialami siswa secara langsung.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Alimah (2019) terhadap siswa kelas 4

Sekolah Dasar menjelaskan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe VAK

Page 13: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

5

memiliki efektivitas yang tinggi terhadap keaktifan siswa pada mata pelajaran matematika

(Setiawan & Alimah, 2019). Dalam penelitian lain terhadap siswa kelas 5 Sekolah Dasar,

didapatkan hasil bahwa pembelajaran model pembelajaran Visualization, Auditory,

Kinestetic dapat menambah minat belajar siswa Sekolah Dasar (Perbawa & Sujana, 2018).

Selain itu, penelitian yang dilakukan Sakti dan Wahyudi terhadap siswa kelas 1 Sekolah

Dasar mendapatkan hasil bahwa hasil belajar siswa pada ranah kognitif dapat ditingkatkan

dengan model VAK (Sakti & Wahyudi, 2019).

Berdasarkan paparan di atas, peneliti menemukan bahwa metode VAK dalam

pembelajaran diduga memiliki keterkaitan dengan keterlibatan siswa dalam proses belajar.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian “Metode Visual,

Auditori, Kinestetik (VAK) untuk Meningkatkan Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran

Matematika”. Dengan menerapkan metode VAK ini, diharapkan siswa dapat dilibatkan

dalam pembelajaran aktif dan tidak hanya dijadikan sebagai objek saja. Adapun tujuan

dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui keefektifan metode VAK dalam upaya

peningkatan keterlibatan siswa pada mata pelajaran matematika kelas 1 di SDN X.

LANDASAN TEORI

Keterlibatan Siswa (Student Engagement)

Menurut Fredrick dkk (2004), student engagement sebagai komitmen dalam proses

pembelajaran pada kegiatan akademik atau non akademik yang dapat dilihat melalui

perilaku, emosi, dan kognitif siswa di sekolah. Selain itu, Malindi dan Machenjedze (2012)

mendefinisikan student engagement sebagai keterikatan siswa dalam mengikuti kegiatan

sekolah. Student engagement merupakan salah satu proses psikologis yang dapat dilihat

melalui perhatian, minat, usaha, investasi, dan ketertarikan para siswa dalam proses

pembelajaran di sekolah (Junianto et al., 2020).

Tingkat keterikatan yang tinggi akan berdampak positif pada suatu proses pembelajaran

yang dilakukan siswa dalam sekolah. Student engagement di dalam pembelajaran sangat

penting sehingga diperlukan adanya perhatian khusus dalam dunia pendidikan. Sebaliknya,

engagement yang rendah akan menyebabkan siswa kurang tekun ketika proses belajar di

kelas, tidak rajin mengerjakan tugas, dan berkurangnya upaya meningkatkan prestasi

akademiknya (Junianto et al., 2020). Student engagement menurut Fredrick dkk (2004)

dapat diukur melalui tiga komponen, yaitu komponen perilaku, komponen kognitif, dan

komponen emosional.

Komponen perilaku (behavioral engagement) yang mengacu pada keikutsertaan siswa

secara langsung dalam kegiatan di dalam sekolah, seperti kehadiran, antusias dalam

belajar, kepatuhan terhadap aturan dan tugas (Jimerson, 2003). Komponen tersebut bisa

ditentukan oleh tiga kategori, yakni kepatuhan siswa terhadap peraturan, partisipasi di

dalam proses pembelajaran (menyimak materi, bertanya, dan berdiskusi), dan ikut dalam

aktivitas olahraga atau organisasi lainnya di lingkungan sekolah (Fikrie & Ariani, 2019).

Komponen kognitif (cognitive engagement) yang mengacu pada keutamaan proses

kognitif dan cara belajar siswa dalam menyelesaikan tugas sekolah, seperti keinginan dan

keuletan dalam belajar, regulasi diri, dan suka tantangan. Selain itu, komponen tersebut

mencakup motivasi dalam belajar serta memiliki strategi kognitif dan metakognitif dalam

berpikir dan belajar (J. A. Fredricks et al., 2004). Komponen ini mengacu pada

keterlibatan siswa dalam proses belajar di kelas yang memperlihatkan bahwa siswa hadir

raga dan pikirannya, meliputi perhatian siswa, fokus, berkonsentrasi, berpartisipasi, dan

Page 14: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

6

memiliki kemauan untuk meningkatkan standar yang dimilikinya. Jadi dimensi ini

menjelaskan upaya yang dilakukan siswa untuk memahami dan menguasai materi agar

mereka dapat merealisasikan kemampuannya tersebut (Fikrie & Ariani, 2019).

Komponen emosional (emotional engagement) yang mengacu pada rasa memiliki

sekolah, minat, persepsi terhadap hasil belajar, respon positif atau negatif terhadap teman,

guru, dan aktivitas sekolah. Emotional engagement menggambarkan emosi positif siswa

dalam proses pembelajaran dan tugas yang didapat dari sekolah. Dimensi ini menunjukkan

antusiasme, kenikmatan, kebahagiaan, dan kepuasan siswa dalam kegiatan akademik.

Dimensi ini dianggap sangat penting dalam menumbuhkan keterikatan siswa dengan

instansi pendidikannya (sekolah atau kelas) dan mempengaruhi kemauan siswa untuk

belajar (Fikrie & Ariani, 2019).

Menurut Fredricks (2004), terdapat dua faktor yang mempengaruhi keterlibatan siswa,

yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor pengaruh student engagement dapat

mengakibatkan terjadinya dinamika motivasi dan memperlihatkan keterlibatan belajar

siswa.

Faktor internal meliputi kebutuhan individu yang memiliki kebutuhan untuk keterlibatan,

kebutuhan untuk kebebasan, dan kebutuhan untuk berkompetisi. Faktor internal yang

mempengaruhi dinamika motivasi dalam keterlibatan siswa, yaitu self system processes

yang terdiri dari dimensi sense of relatedness, sense of autonomy, dan sense of competence.

Faktor eksternal atau faktor lingkungan meliputi tingkat sekolah dan konteks kelas.

Tingkat sekolah menunjukkan alasan dan tujuan siswa dalam memilih sekolah, lingkungan

fisik sekolah, keikutsertaan siswa dalam mengikuti kebijakan dan manajemen di sekolah,

kesempatan bagi staf dan mahasiswa dalam berkontribusi yang kooperatif, dan tugas

pengembangan diri dalam akademik. Sedangkan faktor konteks kelas menjelaskan

dorongan dari teman, guru kelas, tingkatan kelas, susunan kelas, dan karakter tugas yang

diberikan.

Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK)

Model pembelajaran VAK dikembangkan oleh Neil Fleming yang mana ia berpendapat

bahwa para siswa mendapatkan informasi melalui satu dari tiga indera, yaitu visual,

auditory, atau kinesthetic. Fleming menyatakan bahwa sebagian besar siswa cenderung

memiliki salah satu indera, namun sebagian besar siswa adalah multimodal sehingga gaya

belajar mereka tergantung dari situasi atau tugas yang diberikan (Ryan et al., 2011).

Model pembelajaran VAK merupakan model pembelajaran yang dapat memaksimalkan

tiga metode pembelajaran yakni melihat, mendengar, dan bergerak. Dalam model

pembelajaran ini bertujuan agar siswa merasa nyaman dalam belajar. Model pembelajaran

VAK mementingkan pengalaman belajar langsung melalui penglihatan (Visualization),

pendengaran (Auditory), dan gerak (Kinesthetic) (Setiawan & Alimah, 2019). Jika

pembelajaran dapat mencakup berbagai gaya belajar secara bersamaan, akan membuat

pembelajaran lebih aktif dan memiliki arti bagi siswa (Noorbaiti et al., 2018).

Anak yang memiliki gaya belajar visual akan lebih menggunakan penglihatannya dalam

proses belajar sehingga ia akan membayangkan hal yang sedang dibincangkan. Namun,

anak dengan gaya belajar ini mempunyai permasalahan dalam berdialog secara langsung

sehingga ia kesulitan mengikuti perkataan langsung dan kesalahan menafsirkan kata atau

Page 15: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

7

ucapan (Hamzah, 2008). Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007) ciri-ciri anak

yang memiliki gaya belajar visual seperti 1) rapi dan teratur, 2) berbicara dengan cepat, 3)

biasanya tidak terganggu oleh kebisingan, 4) mengingat apa yang dilihat daripada apa yang

didengar, 5) lebih suka membaca daripada dibacakan, 6) membaca dengan cepat dan tekun,

7) mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai dalam memilih kata, 8)

mengingat asosiasi visual, 9) mengalami kesulitan mengingat instruksi lisan kecuali jika

ditulis, dan sering kali meminta orang untuk membantu mengulangi instruksi tersebut, dan

10) ketelitian terhadap detail.

Anak yang memiliki gaya belajar auditorial akan lebih menggunakan pendengarannya

dalam proses belajar sehingga ia memerlukan suasana kondusif yang mendukung

kemampuan pendengarannya. Anak dengan gaya belajar ini cenderung dapat menjadi

pembicara yang baik karena senang berdiskusi tentang beberapa materi tertentu dengan

orang lain. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007), ciri-ciri anak yang

memiliki gaya belajar auditorial seperti 1) berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, 2)

mudah terganggu oleh kebisingan, 3) lebih senang membaca dengan keras dan

mendengarkan, 4) merasa kesulitan untuk menulis, namun pandai dalam bercerita, 5)

belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat,

6) suka berbicara, dan 7) suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

Anak yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih mudah menyerap dan mengingat

informasi dalam proses belajar dengan bergerak, melakukan, dan menyentuh objek yang

memberikan informasi tertentu sehingga ia membutuhkan suatu media yang dialami siswa

secara langsung. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007), ciri-ciri anak yang

memiliki gaya belajar kinestetik seperti 1) berbicara dengan perlahan, 2) kesulitan

mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada ditempat itu, 3) menghafal dengan cara

berjalan dan melihat, 4) menggunakan jari sebagai petunjuk saat membaca, (5) tidak dapat

duduk diam dalam waktu yang lama, 6) biasanya tulisannya jelek, 7) selalu berorientasi

pada fisik dan banyak bergerak, dan 8) ingin melakukan segala sesuatu.

Hubungan Keterlibatan Siswa dan Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK)

Menurut Willms (2003), keterlibatan siswa ialah bagian dari komponen psikologis yang

berhubungan dengan rasa memiliki siswa atas sekolahnya, rasa menerima nilai-nilai di

sekolah, dan bagian perilaku yang erat kaitannya terhadap antusias di setiap kegiatan yang

diadakan sekolah. Keterlibatan ini ialah sebuah konstruksi multidimensi yang meliputi tiga

komponen antara lain komponen perilaku, kognitif, dan emosi (J. A. Fredricks et al.,

2004). Pembelajaran tidak dapat menjadikan siswa sebagai pembelajar yang aktif karena

guru kurang memberikan aktivitas fisik secara langsung kepada siswa selama proses

pembelajaran

Menurut Fredricks (2004), terdapat dua faktor yang mempengaruhi keterlibatan siswa,

yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kebutuhan individu yang

memiliki kebutuhan untuk keterlibatan, kebutuhan untuk kebebasan, dan kebutuhan untuk

berkompetisi. Sedangkan faktor eksternal meliputi tingkat sekolah dan konteks kelas yang

menunjukkan alasan dan tujuan siswa dalam memilih sekolah, lingkungan fisik sekolah,

keikutsertaan siswa dalam mengikuti kebijakan dan manajemen di sekolah, kesempatan

bagi staf dan mahasiswa dalam berkontribusi yang kooperatif, tugas pengembangan diri

dalam akademik, dukungan dari teman, guru kelas, tingkatan kelas, susunan kelas, dan

karakter tugas yang diberikan.

Page 16: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

8

Berdasarkan faktor keterlibatan siswa, terdapat satu faktor yang berkaitan erat dengan

metode VAK, yaitu faktor eksternal dimana pentingnya dukungan dari guru di dalam kelas.

Salah satu bentuk dukungan dari guru yaitu metode belajar yang digunakan ketika

pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru seharusnya dapat

menciptakan situasi belajar yang nyaman sehingga siswa mudah menerima materi yang

diberikan (Dalimunthe & Simbolon, 2020).

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif yaitu

Visual Auditory Kinesthetic (VAK). Model pembelajaran VAK merupakan model

pembelajaran yang dapat memaksimalkan tiga metode pembelajaran yaitu melihat,

mendengar, dan bergerak. Model pembelajaran ini bertujuan agar siswa merasa nyaman

dalam belajar. Model pembelajaran VAK mementingkan pengalaman belajar langsung

melalui penglihatan (Visualization), pendengaran (Auditory), dan gerak (Kinesthetic)

(Setiawan & Alimah, 2019).

Page 17: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

9

Kerangka Berpikir

Hipotesa

Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) efektif meningkatkan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran matematika pada siswa kelas 1 di SDN X.

VISUAL

Melihat angka, huruf,

atau bentuk pada media

belajar.

AUDITORI

Mendengarkan lafal

tulisan pada lembar soal

atau media belajar.

KINESTETIK

Menggerakkan media

pembelajaran.

MODALITAS INDERA

Subjek memiliki keterlibatan siswa dalam

pembelajaran matematika yang rendah.

METODE VAK

Metode pembelajaran dengan melibatkan indera penglihatan,

pendengaran, dan gerak yang menggunakan bermacam-

macam media konkret dalam pembelajaran matematika.

KARAKTERISTIK METODE VAK

Menggunakan berbagai modalitas indera dalam belajar.

Menggunakan media konkret.

Memiliki instruksi yang sederhana dan terstruktur.

DAMPAK PEMBELAJARAN DENGAN METODE VAK

Siswa lebih mudah memahami instruksi yang diberikan.

Siswa lebih mudah mempelajari dan mengingat materi pelajaran.

Siswa lebih terlibat dalam pembelajaran

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran

matematika meningkat.

Page 18: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

10

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-eksperimen dengan one group pretest-

posttest design. Dalam desain eksperimen ini, sampel akan diberikan pretest (tes awal)

sebelum diberikan perlakuan, dilanjutkan dengan memberi perlakuan dengan melakukan

pembelajaran menggunakan metode VAK (Visual, Auditori, Kinestetik), dan diakhiri

dengan pemberian posttest (tes akhir) setelah tidak lagi mendapatkan perlakuan.

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Tahap I Tahap II Tahap III

Pengukuran (Y1) Manipulasi (X) Pengukuran (Y2)

Keterangan:

X = Memberikan perlakuan yaitu metode VAK

Y1 = Observasi keterlibatan siswa dengan tabel pengamatan sebelum diberikan

perlakuan

Y2 = Observasi keterlibatan siswa dengan tabel pengamatan setelah diberikan

perlakuan

Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dalam pengambilan sampel yang mana

jumlah sampel sama dengan populasi. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling

karena jumlah populasi dalam penelitian ini yang kurang dari 100 sehingga seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian semuanya (Sugiyono, 2012). Kriteria subjek dalam

penelitian ini yakni siswa kelas 1 di SDN X yang memiliki keterlibatan siswa yang rendah

dalam pembelajaran matematika. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa

observasi kuantitatif yang mana dirancang untuk menentukan standarisasi dan kontrol

(Hasanah, 2017).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

Adapun yang menjadi variabel bebas (X) (independent variable) yaitu metode VAK dan

variabel terikat (Y) (dependent variable) adalah keterlibatan siswa (student engagement).

Metode VAK sebagai variabel X merupakan perlakuan yang diberikan kepada siswa untuk

meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Bentuk metode VAK yang

digunakan dalam penelitian ini ialah menggabungkan tiga model pembelajaran, yaitu

visual, auditori, dan kinestetik dalam pembelajaran matematika kelas 1 SD.

Page 19: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

11

Keterlibatan siswa sebagai variabel Y merupakan keterikatan siswa dalam proses

pembelajaran di sekolah yang dapat ditinjau melalui perilaku, emosi, dan kognitif yang

ditunjukkan oleh siswa di kelas. Instrumen yang digunakan berupa tabel pengamatan

keterlibatan siswa berbentuk checklist yang berisi 10 indikator perilaku yang disusun

berdasarkan aspek keterlibatan siswa menurut Fredricks.

Prosedur dan Analisa Data

Penelitian yang akan dilakukan mempunyai tiga prosedur utama diantaranya:

1. Persiapan, tahap persiapan dimulai dari peneliti melakukan observasi terkait

metode pembelajaran di dalam kelas pada SD yang sudah menjadi sasaran,

kemudian peneliti melihat interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru selama

pembelajaran berlangsung. Peneliti menentukan permasalahan yang terjadi serta

mencari solusi penyelesaian masalah. Peneliti melakukan pendalaman studi melalui

kajian teoritik. Peneliti menyiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian.

Kemudian peneliti meminta ijin melakukan penelitian (pengambilan data) selama

peneliti mengikuti program Kampus Mengajar Angkatan 1 tahun 2021 yang

diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia (Kemendikbud RI).

2. Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan, peneliti mulai melakukan tindakan kepada

subjek dalam penelitian ini. Kemudian mengobservasi hasil dari dilakukannya

tindakan dengan memberi skor pada setiap perilaku yang telah ditentukan.

3. Analisa Data. Pada tahap ini, peneliti akan melakukan analisa dari data yang telah

diperoleh menggunakan teknik statistik deskriptif (Latipah, 2014) untuk

menguraikan perkembangan skor keterlibatan siswa dalam bentuk diagram grafik

sehingga dapat dilihat perbedaan skor keterlibatan siswa sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data yang telah diperoleh, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut. Pada

tabel 1 deskripsi kriteria subjek dalam penelitian ini yang telah ditentukan oleh peneliti

sebagai berikut.

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian

Nama Jenis Kelamin Usia (Tahun) Pendidikan

Tingkat

Keterlibatan

Siswa

AR Laki-laki 8 SDN X (Kelas I) Rendah

NKSP Laki-laki 8 SDN X (Kelas I) Rendah

RP Laki-laki 7 SDN X (Kelas I) Rendah

Page 20: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

12

Pada tabel 1 dijelaskan bahwa subjek penelitian berjumlah tiga siswa yang berjenis

kelamin laki-laki yang terdiri dari AR, NKSP, dan RP. Usia ketiga subjek berkisar 7-8

tahun yang bersekolah di SDN X dan menduduki kelas I. Berdasarkan hasil asesmen awal

yang dilakukan peneliti sebelum memberikan perlakuan metode Visual, Auditori,

Kinestetik dalam belajar matematika, ditemukan bahwa ketiga subjek mempunyai tingkat

keterlibatan siswa yang rendah dalam pembelajaran.

Hasil Intervensi

Data hasil intervensi pada subjek AR, NKSP, RP tentang tingkat keterlibatan siswa dapat

dilihat melalui grafik dibawah ini:

Gambar 1. Grafik Hasil Intervensi

Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa terdapat peningkatan skor keterlibatan siswa

pada ketiga subjek dari pertemuan ke-1 (baseline) sampai pertemuan ke-4 (pasca

intervensi). Pada pertemuan ke-1 dilakukan asesmen awal kepada setiap subjek secara

individu untuk mengerjakan soal matematika sebanyak 10 soal untuk mengetahui skor

keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika sebelum diberikan perlakuan dengan

metode VAK (pretest). Berdasarkan hasil dari asesmen awal (pretest) diperoleh subjek AR

memperoleh skor sebesar 4, subjek NKSP memperoleh skor sebesar 5, dan subjek RP

memperoleh skor sebesar 4.

Selanjutnya pada pertemuan ke-2 (perlakuan 1) dan pertemuan ke-3 (perlakuan 2), ketiga

subjek mulai diberikan perlakuan dengan metode VAK. Pada setiap tahapan pertemuan

terjadi trend peningkatan skor keterlibatan siswa pada ketiga subjek. Subjek AR

memperoleh skor perlakuan 1 sebesar 7 dan skor perlakuan 2 sebesar 8. Subjek NKSP

memperoleh skor perlakuan 1 sebesar 7 dan skor perlakuan 2 sebesar 9. Subjek RP

memperoleh skor perlakuan 1 sebesar 5 dan skor perlakuan 2 sebesar 7.

Kemudian, pada pertemuan ke-4 (pasca intervensi) dilakukan asesmen akhir kepada setiap

subjek secara individu untuk mengerjakan soal matematika sebanyak 10 soal untuk

mengetahui skor keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika setelah diberikan

perlakuan dengan metode VAK (posttest). Berdasarkan hasil dari asesmen akhir (posttest)

diperoleh subjek AR memperoleh skor sebesar 8, subjek NKSP memperoleh skor sebesar

9, dan subjek RP memperoleh skor sebesar 8.

0

2

4

6

8

10

1 2 3 4

AR

NKSP

RP

Sko

r K

eter

lib

atan

Sis

wa

Pertemuan Ke-

Page 21: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

13

Jika dilihat pada Gambar 1, ketiga subjek mengalami peningkatan skor dari pertemuan ke-

1 (baseline) hingga pertemuan ke-4 (pasca intervensi) sebesar 4 skor. Namun, subjek AR

dan NKSP mengalami skor yang stagnan pada pertemuan ke-3 ke pertemuan ke-4 yang

mana AR memiliki skor sebesar 8 dan NKSP yang memiliki skor sebesar 9. Artinya subjek

AR dan subjek NKSP memiliki skor yang cenderung menetap dan subjek RP terus

mengalami peningkatan skor pada setiap pertemuan. Jadi, ketiga subjek memiliki trend

peningkatan pada skor keterlibatan siswa.

DISKUSI

Penelitian ini berhasil menunjukkan adanya peningkatan keterlibatan siswa pada siswa

kelas 1 di SDN X dalam pembelajaran matematika. Hal ini ditandai dari adanya

peningkatan skor keterlibatan siswa selama pemberian intervensi dan sesudah diberikan

intervensi melalui metode VAK yang lebih tinggi dibandingkan skor keterlibatan siswa

sebelum diberikan intervensi. Peningkatan keterlibatan siswa ini dapat dilihat melalui

analisa grafik yang menunjukkan adanya perbedaan skor keterlibatan siswa sebelum

diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode VAK yang diberikan dalam

pembelajaran matematika mampu meningkatkan keterlibatan siswa pada ketiga subjek.

Subjek RP mengalami peningkatan yang stabil karena grafik di setiap pertemuannya terus

meningkat. Pada subjek AR dan NKSP juga mengalami peningkatan tetapi pada fase pasca

intervensi memiliki skor keterlibatan siswa yang sama dengan saat pemberian intervensi

ke-2. Berdasarkan hasil penelitian, Subjek AR mendapatkan skor keterlibatan siswa

sebesar 4 pada fase baseline dan mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 8 pada fase

pasca intervensi. Subjek NKSP mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 5 pada fase

baseline dan mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 9 pada fase pasca intervensi.

Subjek RP mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 4 pada fase baseline dan

mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 8 pada fase pasca intervensi. Pada ketiga

subjek terjadi peningkatan skor keterlibatan siswa sebelum intervensi dan sesudah

intervensi sebesar 4.

Penggunaan metode VAK dalam pembelajaran matematika selama intervensi ini dapat

diikuti oleh ketiga subjek dengan antusias yang baik. Hal ini dikarenakan ketersediaan

media yang beragam dan penataan ruang kelas yang berbeda dari pembelajaran biasanya

sehingga menambah antusias siswa dalam belajar. Subjek bebas untuk menggunakan

media belajar yang disediakan untuk menyelesaikan soal matematika yang ada. Walaupun

dalam penggunaan media belajar masih dibantu oleh fasilitator maupun ko-fasilitator,

namun subjek juga berusaha untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Ketiga

subjek terlihat berlomba untuk lebih dulu menyelesaikan soal matematika yang diberikan.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Miliyawati, Patatih, dan Rahmah (2018) yang

berhasil membuktikan adanya dampak yang sangat positif dari model pembelajaran VAK

terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, penelitian dari Faturahman (2015) menyatakan

bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dari siklus I sampai

siklus II dapat ditingkatkan menggunakan pendekatan VAK dengan peningkatan hasil

belajar sebesar 17,00.

Page 22: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

14

Terdapat bermacam-macam jenis soal matematika yang diberikan kepada siswa kelas 1 di

SDN X ini, diantaranya anak belajar tentang penjumlahan dan pengurangan, mengurutkan

bilangan, membandingkan bilangan, dan mengenal bentuk benda datar. Subjek menghitung

jumlah benda dengan kelereng maupun ornamen bintang yang disediakan dan ada juga

yang langsung menghitung gambar yang ada di soal. Kemudian saat mengurutkan

bilangan, subjek juga melihat poster urutan angka 1-50 sambil melafalkan angka tersebut.

Lalu subjek membandingkan panjang benda dengan bantuan stik es krim dan mengenal

benda datar dari kartu bergambar yang dibacakan oleh ko-fasilitator. Hal ini mendukung

penelitian Juwantara (2019) yang menyatakan bahwa anak dapat memecahkan suatu

permasalahan ketika objek masalahnya bersifat empiris (nyata) yang dapat direkam oleh

panca inderanya, bukan khayalan yang hanya dapat dibayangkan.

Dalam perkembangan kognitif Piaget, anak SD kelas 1 termasuk dalam tahap

perkembangan operasional konkret yang mana subjek dalam penelitian ini sudah cukup

matang untuk menggunakan pemikiran logis, namun hanya berlaku untuk objek yang

fisiknya ada saat ini. Dalam tahapan ini, anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi

yang dimilikinya. Anak dapat mengembangkan kemampuan memelihara (konservasi),

kemampuan mengklasifikasikan secara seri, mengurutkan angka atau benda dari yang

terkecil sampai terbesar atau sebaliknya, dan menyelesaikan konsep angka. Namun, selama

tahap ini proses berpikir anak ditujukan pada kejadian nyata yang dapat langsung mereka

amati. Dalam menyelesaikan tugas yang bersifat abstrak, anak akan mengalami kesulitan

yang besar (Juwantara, 2019).

Media belajar yang digunakan dalam penerapan metode VAK ini sangat beragam, mulai

dari poster berisi angka 1-50, kelereng, alat hitung bentuk bintang, stik es krim, dan

flashcard berisi bangun ruang. Penggunaan media belajar dapat meningkatkan kemauan,

motivasi, dan minat yang membawa dampak psikologis pada siswa. Media akan mampu

mendorong minat anak dan meningkatkan fokus siswa pada topik yang dipelajari

(Tutupoly et al., 2013). Pada praktiknya, anak disediakan media yang mewakili fungsi

setiap modalitas indera saat pemberian perlakuan, yaitu pada indera penglihatan (visual)

untuk melihat angka, huruf, atau bentuk pada media belajar, pada indera pendengaran

(auditori) untuk mendengarkan lafal tulisan pada lembar soal atau media yang dibacakan

oleh fasilitator maupun ko-fasilitator, dan pada indera gerak (kinestetik) untuk

menggerakkan media pembelajaran yang telah disediakan. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Astuti, Dantes, dan Marhaeni (2013) yang mengatakan bahwa media

yang konkret pada pembelajaran di tahap operasional konkret sangat dibutuhkan untuk

melibatkan siswa pada tugas-tugas operasional agar siswa dapat menemukan konsep

pembelajaran sendiri dan pembelajaran menjadi lebih bermakna karena anak mendapatkan

pengalaman belajar secara langsung.

Terdapat beberapa penelitian lainnya yang berhasil membuktikan bahwa metode Visual,

Auditori, Kinestetik (VAK) memiliki pengaruh dalam bidang pendidikan. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Tutupoly, Siswati, dan Widodo (2013), didapatkan hasil

bahwa metode multisensori efektif dalam meningkatkan kemampuan menghafal kosakata

bahasa Inggris. Selain itu, penelitian dari Diplan dan Putra (2020), membuktikan bahwa

aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDS Muhammadiyah Plus Kabupaten

Kapuas Hilir Kabupaten Kapuas Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan

menggunakan model Visualization Auditory Kinestetik (VAK). Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh Novriani dan Dewi (2019) membuktikan bahwa materi pembelajaran

dengan model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) efektif meningkatkan

kemampuan penalaran matematis dan rasa percaya diri pada siswa.

Page 23: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

15

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa metode Visual, Auditori, Kinestetik

(VAK) mampu meningkatkan skor keterlibatan siswa sehingga guru-guru dapat disarankan

untuk mencoba menerapkan metode VAK ini untuk pembelajaran matematika ataupun

mata pelajaran lainnya. Dengan berbagai kelebihan yang telah disebutkan diatas, penelitian

ini juga masih memiliki kekurangan dan keterbatasan. Salah satu keterbatasan yang terjadi

dalam penelitian ini yaitu waktu penelitian yang singkat dan terbatas, jumlah subjek yang

sedikit, tidak adanya pengetesan IQ pada subjek sehingga tidak mengetahui tingkat

kecerdasan yang dimiliki oleh setiap subjek, guru tidak ada kesempatan untuk mempelajari

metode VAK secara detail, dan situasi pandemi yang membuat jam pelajaran di dalam

kelas menjadi sangat singkat sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan secara efektif.

Selain itu, kekurangan dari penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian pre-eksperimen

sehingga perbedaannya hanya terlihat secara semu dan subjek yang digunakan saat

diberikan perlakuan ke-1 dan perlakuan ke-2 merupakan orang yang sama. Oleh karena itu,

untuk peneliti selanjutnya agar menggunakan desain penelitian true experimental design

atau quasi eksperimental design yang menggunakan dua kelompok subjek yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode Visual, Auditori,

Kinestetik (VAK) efektif meningkatkan skor keterlibatan siswa dalam pembelajaran

matematika pada siswa kelas 1 di SDN X. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan

skor keterlibatan siswa yang meningkat pada ketiga subjek yang diberikan pembelajaran

matematika dengan metode VAK dari fase baseline (sebelum diberikan intervensi melalui

metode VAK) sampai fase pasca intervensi (sesudah diberikan intervensi melalui metode

VAK). Pada fase baseline memiliki rentang skor 4-5, sedangkan pada fase pasca intervensi

memiliki rentang skor 8-9.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan trend yang positif sehingga peneliti berharap guru-

guru Sekolah Dasar mampu menerapkan metode VAK ini agar pembelajaran didalam kelas

menjadi lebih aktif, menyenangkan, dan memberikan pengalaman belajar secara langsung

bagi siswa. Selain itu, penggunaan media belajar yang konkret juga dapat meningkatkan

pemahaman siswa terkait materi pelajaran yang dibahas. Kemudian untuk peneliti

selanjutnya agar lebih mengembangkan metode VAK ini dengan desain penelitian

eksperimen yang berbeda, waktu penelitian yang lebih lama, dan menggunakan subjek

yang lebih banyak agar hasil penelitian selanjutnya dapat memperkaya literasi disiplin ilmu

psikologi.

REFERENSI Antara News. (2020). Belajar Daring, Ada Orang Tua Kerjakan Tugas Sekolah Anaknya.

Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/1857884/belajar-daring-ada-orang-

tua-kerjakan-tugas-sekolah-anaknya#mobile-src

Astuti, E., Dantes, N., & Marhaeni, A. (2013). Analisis Perilaku Instruksional Guru Dalam

Mengelola Pembelajaran Di Kelas Tinggi Sekolah Dasar (Ditinjau Dari Teori

Page 24: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

16

Perkembangan Kognitif Piaget Pada Para Guru SD Di Gugus III Kecamatan Sukasada

Kabupaten Buleleng ) Jurusan Pendidikan Dasar. Jurnal Penelitian Pascasarjana

Undhiksa, 3, 1–11.

Dalimunthe & Simbolon. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Visualization, Auditory,

Kinestetic (VAK) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal

Kajian Pendidikan dan Pendidikan Dasar, 1–8.

Faturahman. (2015). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Dengan Penerapan Pendekatan Visual – Auditori – Kinestetik (VAK). Jurnal

Pendidikan Matematika & Matematika, 57–63.

Fikrie, & Ariani, L. (2019). Keterlibatan Siswa (Student Engagement) Di Sekolah Sebagai

Salah Satu Upaya Peningkaan Keberhasilan Siswa Di Sekolah. Seminar Nasional &

Call Paper Psikologi Pendidikan 2019: Menjadi Siswa Yang Efektif Di Era Revolusi

Industri 4.0, April 2019, 103–110. http://fppsi.um.ac.id/wp-

content/uploads/2019/07/13-KETERLIBATAN-SISWA-STUDENT-

ENGAGEMENT-DI-SEKOLAH-SEBAGAI-SALAH-SATU-UPAYA-

PENINGKATAN-103-110.pdf

Fredricks, J. A., Blumenfeld, P. C., & Paris, A. H. (2004). School Engagement Potential of

The Concept. Review of Educational Research, 74(1), 59–109.

Fredricks, J., McColskey, W., Meli, J., Mordica, J., Montrosse, B., Mooney, K., &

Regional Educational Laboratory, S. (2011). Measuring Student Engagement in

Upper Elementary through High School: A Description of 21 Instruments. Issues &

Answers. REL 2011-No. 098. Regional Educational Laboratory Southeast, 98, 1–88.

http://prx.library.gatech.edu/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=

true&db=eric&AN=ED514996&site=ehost-live

Handelsman, M. M., Briggs, W. L., Sullivan, N., & Towler, A. (2005). A Measure of

College Student Course Engagement. Journal of Educational Research, 98(3), 184–

192. https://doi.org/10.3200/JOER.98.3.184-192

Hasanah, H. (2017). Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan

Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21.

https://doi.org/10.21580/at.v8i1.1163

Jadid, U. N., Probolinggo, P., & Timur, J. (2018). Implementasi TQM Terhadap Mutu

Institusi Dalam Lembaga Pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. 2, 107–

113.

Jimerson, S. R. (2003). Toward an Understanding of Definitions and Measures of School

Engagement and Related Terms. The California School Psychologist, 1-26.

https://doi.org/10.1007/BF03340893

Junianto, M., Bashori, K., & Hidayah, N. (2020). Validitas dan Reliabilitas Skala Student

Engagement. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 11(2),

139. https://doi.org/10.24036/rapun.v11i2.109771

Juwantara, R. A. (2019). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Piaget pada Tahap Anak

Usia Operasional Konkret 7-12 Tahun dalam Pembelajaran Matematika. Al-Adzka:

Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 9(1), 27.

Page 25: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

17

https://doi.org/10.18592/aladzkapgmi.v9i1.3011

Latipah, Eva. (2014). Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Deepublish.

Mustika, R. A., & Kusdiyati, S. (2015). Studi Deskriptif Student Engagement pada Siswa

Kelas XI IPS di SMA Pasundan 1 Bandung. Prosiding Psikologi, 244–251.

Noorbaiti, R., Fajriah, N., & Sukmawati, R. A. (2018). Implementasi Model Pembelajaran

Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas VII E

MTsN Mulawarman Banjarmasin. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1),

108–116. https://doi.org/10.20527/edumat.v6i1.5130

Nurmawati, R., & Susilo, M. J. (2014). Penerapan Model Active Learning dengan Teknik

Learning Start With Question ( LSQ ) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa

Pada Pembelajaran IPA Kelas VII J Di SMP N 1 Bantul. Jupemasi-Pbio, 1(1), 147–

150. http://jupemasipbio.uad.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/32.-

NP_11A08012_RIZA-NURMAWATI.pdf

Putra, C. A. (2020). Efforts to Increase Learning Outcomes Using Kinesthetic Auditory

Visualization Model. Proceeding, 22–27. https://doi.org/10.5220/0009015800220027

Rohaendi, S., & Laelasari, N. I. (2020). Penerapan Teori Piaget dan Vygotsky Ruang

Lingkup Bilangan dan Aljabar pada Siswa Mts Plus Karangwangi. Prisma, 9(1), 65.

https://doi.org/10.35194/jp.v9i1.886

Sakti, R. A. S. & Holistika. (2019). Penerapan Model VAK Berbasis HOTS Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 SD. Jurnal.Ilmiah PGSD, 37–44.

https://jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika/article/view/5343

Setiawan, A. S., & Alimah, S. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Visual Auditory

Kinesthetic (Vak) Terhadap Keaktifan Siswa. Profesi Pendidikan Dasar, 1(1), 81–90.

https://doi.org/10.23917/ppd.v1i1.7284

Simamora, E. (2019). Development of Learning Materials with Visualization, Auditory,

Kinesthetic (VAK) Model to Improve Students’ Mathematics Reasoning Ability and

Self-Confidence. Journal of Education and Practice, 84-92.

https://doi.org/10.7176/jep/10-29-11

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Tutupoly, Siswati & Widodo. (2013). Efektivitas Metode Multisensori Terhadap

Kecakapan Mengingat Kosakata Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas I Sekolah Dasar

(Studi Eksperimental di SD Negeri Tembalang Semarang). Jurnal Psikologi, 12(2),

100–202. https://doi.org/10.14710/jpu.12.2.100-202

Wang, M., & Peck, S. C. (2013). Adolescent Educational Success and Mental Health Vary

Across School Engagement Profiles. Developmental Psychology. 49(7), 1266–1276.

https://doi.org/10.1037/a0030028

Willms, J. D. (2000). Student Engagement At School A Sense Of Belonging And

Participation Result From PISA 2000. Paris: Organisation For Economic Co-

Operation Development.

Page 26: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

18

LAMPIRAN

Page 27: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

19

Lampiran 1. Rancangan Tahapan Pelaksanaan Praktikum

TAHAPAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Sesi Aktivitas Durasi Alat dan Material

Asesmen Awal

Guru membuka kelas

dengan memberi salam.

Guru memberikan

instruksi pengerjaan

soal matematika

Pretest.

Peneliti mengamati

perilaku keterlibatan

siswa selama belajar.

Guru mengakhiri kelas.

60 menit

Daftar Hadir

Kertas Soal

Pensil (1 buah)

Lembar Tabel

Pengamatan

Kamera Handphone

I

Guru membuka kelas

dengan memberi salam.

Guru memberikan

instruksi pengerjaan

soal matematika Sesi I.

Peneliti mengamati

perilaku keterlibatan

siswa selama belajar.

Guru mengakhiri kelas. 60 menit

Daftar Hadir

Poster berisi Angka

1-50

Alat bantu hitung

bentuk bintang (40

buah)

Kelereng Polos (40

buah)

Flash Card berisi

Benda Datar

Kertas Soal

Pensil (1 buah)

Lembar Tabel

Pengamatan

Kamera Handphone

II

Guru membuka kelas

dengan memberi salam.

Guru memberikan

instruksi pengerjaan

soal matematika Sesi

II.

Peneliti mengamati

perilaku keterlibatan

siswa selama belajar.

Guru mengakhiri kelas. 60 menit

Daftar Hadir

Poster berisi Angka

1-50

Alat bantu hitung

bentuk bintang (40

buah)

Kelereng Polos (40

buah)

Stik Es Krim (25

buah)

Flash Card berisi

Benda Datar

Kertas Soal

Pensil (1 buah)

Lembar Tabel

Pengamatan

Kamera Handphone

Page 28: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

Asesmen Akhir

Guru membuka kelas

dengan memberi salam.

Guru memberikan

instruksi pengerjaan

soal matematika

Posttest.

Peneliti mengamati

perilaku keterlibatan

siswa selama belajar.

Guru mengakhiri kelas.

60 menit

Daftar Hadir

Kertas Soal

Pensil (1 buah)

Lembar Tabel

Pengamatan

Kamera Handphone

Page 29: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

Lampiran 2. Tabel Pengamatan Keterlibatan Siswa

TABEL PENGAMATAN KETERLIBATAN SISWA

Inisial Subjek : __________ Tanggal Pengamatan : ____________________

Berikan tanda checklist () pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan

kondisi siswa saat pembelajaran berlangsung dari setiap pernyataan yang ada!

No. Aspek Indikator Perilaku Ya Tidak

1. Behavioral

Engagement

Siswa dapat menghadiri pembelajaran.

Siswa menyimak penjelasan dari guru.

Siswa mampu menjawab pertanyaan dari

guru.

Siswa mau mengerjakan tugas dari guru.

2. Cognitive

Engagement

Siswa memahami materi yang

disampaikan oleh guru.

Siswa memiliki konsentrasi yang tinggi

saat pembelajaran.

Siswa memiliki kemauan untuk

berpartisipasi dalam pembelajaran.

3. Emotional

Engagement

Siswa memiliki antusiasme dalam belajar.

Siswa merasa puas mengikuti

pembelajaran.

Siswa senang bertemu dengan orang-

orang di sekolah.

DEFINISI OPERASIONAL

Menghadiri adalah siswa mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir.

Menyimak adalah siswa mendengarkan dan mempelajari apa yang diucapkan atau

dibaca oleh guru di kelas.

Menjawab adalah siswa menanggapi atau membalas perkataan dari guru.

Mengerjakan adalah siswa melaksanakan dan menyelesaikan tugas dari guru.

Memahami adalah siswa mengerti dan mengetahui materi yang diberikan oleh guru.

Konsentrasi adalah siswa memusatkan perhatian atau pikiran ketika belajar di kelas.

Kemauan adalah siswa memiliki keinginan untuk mengikuti pembelajaran di kelas.

Antusiasme adalah minat siswa terhadap kegiatan belajar di kelas.

Puas adalah siswa merasa senang mengikuti pembelajaran di kelas.

Senang adalah siswa menyelesaikan pembelajaran dengan bahagia atau gembira.

SKORING

Jawaban Skor

Ya 1

Tidak 0

KATEGORISASASI

Skor Kategori

0 – 5 Rendah

6 – 10 Tinggi

Page 30: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

22

Lampiran 3. Tabulasi Data Pretest

Inisial

Subjek

Item Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

AR 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 4

NKSP 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 5

RP 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 4

Lampiran 4. Tabulasi Data Perlakuan I

Inisial

Subjek

Item Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

AR 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7

NKSP 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 7

RP 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 5

Lampiran 5. Tabulasi Data Perlakuan II

Inisial

Subjek

Item Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

AR 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

NKSP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

RP 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 7

Lampiran 6. Tabulasi Data Posttest

Inisial

Subjek

Item Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

AR 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

NKSP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

RP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8

Page 31: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

23

Lampiran 7. Daftar Hadir Subjek Penelitian

Page 32: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

24

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Pertemuan ke-1 (Baseline)

Pertemuan ke-2 (Perlakuan I)

Page 33: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

25

Pertemuan ke-3 (Perlakuan II)

Pertemuan ke-4 (Pasca Intervensi)

Page 34: EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK

26

Lampiran 9. Lembar Verifikasi Analisa Data dan Cek Plagiasi