Upload
lancenk-keramat
View
507
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
EKSISTENSIALISMESOREN KIERKEGAARD
Haniatus SolikhaIvan Roviul Anam
Kata dasar eksistensi adalah exist yang berasal dari kata latin ex yang berarti keluar dari diri sendiri.
Filsafat eksistensi berbeda dengan filsafat eksistensialisme, meskipun sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.
Filsafat Eksistensialisme lebih rumit, karena manusia dihadapkan pada dirinya secara lebih radikal.
Filsafat Eksistensialisme adalah manusia berada dan mengalami berada dengan suatu cara dimana ia mengamati sekelilingnya secara sadar. Dimana manusia adalah subjek yang mengamati objeknya.
Filsafat eksistensialisme >< filsafat materialisme
Filsafat eksistensialisme >< filsafat idealisme
Soren Aabye Kierkegaard lahir pada tanggal 5 Mei 1813 dan meninggal ada tanggal 11 November 1855.
Ayahnya bernama Michael Pedersen Kierkegaard merupakan seorang yang sangat saleh. Sedangkan ibunda Kierkegaard bernama Anne Sørensdatter Lund Kierkegaard.
Soren Aabye Kierkegaard merupakan seorang filsuf dan teolog pada abad ke-19 yang berasal dari Denmark.
Kierkegaard merupakan bapak filsafat eksistensialisme.
Cetusan eksistensialisme yang digaungkan oleh Kierkegaard bertitik tolak dari bangunan filsafat idealisme Jerman. Dimana filsafat idealisme cenderung mempersoalkan realitas secara universal dan mengabaikan eksistensi individu.
epistemologi Kirkegaard merupakan suatu usaha untuk mendobrak “abstraksionisme” .
Kierkegaard melihat bahwa ide “abstraksionisme” Hegel merupakan suatu pereduksian terhadap manusia konkrit atau individu bahkan kesadaran manusia konkrit hanyalah sebuah dialektika dalam roh. Oleh karena itu, Kierkegaard melihat Hegelianisme sebagai ancaman besar terhadap individu, karena individu dilihat tidak lebih dari sekadar titik atau percikan dalam sejarah
menurut Kierkegaard manusia tidak pernah hidup sebagai “Aku umum” tetapi sebagai “aku individual” dan tidak diasalkan kepada yang lain. Hanya manusia yang bereksistensi. Bereksistensi berarti bertindak sesuai dengan pilihan saya sebagai individu yang bereksistensi
eksistensi hanya dapat diterapkan kepada manusia sebagai individu yang konkrit, karena hanya aku individu yang konkrit ini yang bereksistensi, yang sungguh-sungguh ada dan hadir dalam realitas yang sesungguhnya.
Menurut Kierkegaard, bereksistensi bukan berarti hidup dalam pola-pola abstrak dan mekanis, tetapi terus menerus mengadakan pilihan-pilihan baru secara personal dan subjektif.
Jika aku individu ini dikitkan dengan hal lain, maka aku individu yang konkrit ini tidak memiliki kebebasan untuk mengembangkan dan mewujudkan diriku sebagaimana adanya karena aku tergantung kepada realitas-realitas itu. Ketergantunganku kepada realitas-realitas itu membuat aku tidak bisa untuk merealisasikan diriku sebagaimana aku kehendaki. Padahal menurut Kierkegaard, eksistensi manusia justru terjadi dalam kebebasannya
Dialektika Kierkegaard berasumsi bahwa tegangan-tegangan kunci dalam eksistensi manusia tidak dapat didamaikan melalui pemikiran proses rasionalisasi dan dialektis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa apabila Hegel memahami Roh Mutlak sebagai proses dialektis, maka Kierkegaard memahaminya sebagai suatu perkembangan kehidupan eksistensial individu.
Kierkegaard melukiskan kehidupan eksistensial manusia dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Estetis
Terminologi estetis berasal dari kata Yunani, yang berarti mengindrai, mencecap.
2. Tahap Etis
Tahap etis merupakan suatu tahap di mana individu membuat suatu pilihan bebas atau sebuah “lompatan eksistensial.”
3. Tahap Religius
Tahap religius merupakan tahap tertinggi dari eksistensial manusia.
Jadi Eksistensialisme yang dicetuskan oleh Kierkegaard merupakan suatu aliran filsafat yang hendak memperjuangkan manusia sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit. Manusia dilihat bukan dari esensinya melainkan eksistensinya.
DampakSecara positif, Kierkegaard membangun satu
sistem filsafat yang menempatkan manusia sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit.
Sebagai dampak negatif, Kierkegaard tidak memperhatikan realitas bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk relasional. Sebagai makhluk relasional, manusia tidak bisa lepas dari realitas sosial bahwa manusia hidup dalam relasi dengan orang lain. Manusia tidak pernah hidup dalam kesendirian. Manusia selalu membutuhkan dan membangun relasi dengan orang lain.