ENTOMOLOGI

Embed Size (px)

Citation preview

ENTOMOLOGI

AEDES AEGYPTI Aedes aegypti merupakan vector utama DHF atau Dengue Hemorrhagic Fever. DHF adalah penyakit virus yang berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dalam waktu yang sangat pendek. Gejala klinis DHF berupa demam tinggi yang berlangsung terus menerus selama 2-7 hari dan manifestasi perdarahan yang biasanya didahului dengan terlihatnya tanda khas berupa bintik-bintik merah (pretechia) pada badan penderita. MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya. Morfologi khasnya yaitu mempunyai gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum). Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan menyerupai kain kasa. Larva Aedes aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral. Tempat perindukan utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk. Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat perindukannya 1-2 cm di atas permukaan air. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata 100 butir telur tiap kali bertelur. Setelah kira-kira 2 hari telur menetas menjadi larva lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi dewasa. Perumbuhan telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari. PERILAKU NYAMUK BETINA Nyamuk betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun diluar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak waktu yaitu 08.00 10.00 dan 15.00 17.00. Tempat istirahat Aedes aegypti berupa semaksemak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yag terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah. EPIDEMIOLOGI Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia, baik di perkotaan maupun pedesaan. Penyebaran Aedes aegypti dari pelabuhan ke desa disebabkan larva Aedes aegypti terbawa melalui transportasi. Walaupun umurnya pendek yaitu kira-kira sepuluh hari, Aedes aegypti dapat menularkan virus dengue yang masa inkubasinya antara 3-10 hari.

PEMBERANTASAN AEDES AEGYPTI Pada saat ini pemberantasan Aedes aegypti merupakan cara utama yang dilakukan untuk memberantas demam berdarah dengue karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Pemberantasan Aedes aegypti dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya. A. Pemberantasan Nyamuk Dewasa Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan (pengasapan = fogging) dengan insektisida yaitu : - Organofosfat misalnya malation, fenitrotion - Piretroid sintetik misalnya lambda sihalotrin, permetrin. - Karbamat

B. Pemberantasan Jentik Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara : 1. Kimia Pemberantasan larva dilakukan dengan larvasida yang dikenal dengan istilah abatisasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah temefos. Formulasi temefos yang digunakam ialah granules (sandgranules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (kurang lebih 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Abatisasi dengan temefos tersebut mempunyai efek residu 3 bulan.

2. Biologi Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan guppy)

3. Fisik Cara ini dikenal dengan 3M (menguras, menutup, mengubur) yaitu menguras bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga

(tempayan, drum dan lain-lain), serta mengubur atau memusnahkan barang bekas.

Apabila PSN dilaksanakan seluruh masyarakat maka diharapkan nyamukl Aedes aegypti dapat terbasmi. Untuk itu diperlukan usaha penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat secara terus menerus dalam jangka waktu lama, Karena keberadaan jentik nyamuk tersebut berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.