50
ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

entomologi

Citation preview

Page 1: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Page 2: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Definisi Ilmu yang mempelajari vektor, kelainan,

dan penyakit yang disebabkan arthropoda.

4/5 (> 1juta spesies) dari spesies hewan → arthropoda :

- filum terbesar dalam dunia hewan

- mencakup serangga, laba-laba, udang,

lipan, dan hewan mirip lainnya

- ditemukan di laut, air tawar, darat, dan

lingkungan udara

Page 3: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Morfologi Umum

Badan beruas Umbai-umbai beruas Eksoskelet dan bentuk badan simetris bilateral Lapisan kitin di luar Sistem pencernaan Sistem pernafasan (dengan trakea) Sistem peredaran darah terbuka Sistem reproduksi

Page 4: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Daur hidup

Mengalami perubahan bentuk → metamorfosis Metamorfosis sempurna :

T – L – P – D Metamorfosis tidak sempurna :

T – (L) – N – D

Page 5: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Peran dalam kedokteran

1. sebagai vektor biologik dan mekanik2. sebagai hospes perantara3. sebagai penyebab penyakit 4. menyebabkan kelainan karena toksinnya5. menyebabkan alergi pada orang yang rentan6. menimbulkan entomofobia

Page 6: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Cara penularan penyakit1. secara mekanik : dengan bagian luar tubuh serangga

2. secara biologik : parasit/ agens mengalami proses biologik - Propagatif :

parasit (virus, bakteri, spiroketa) membelah diri

- Sikliko-propagatif : parasit (Plasmodium, Leishmania,Trypanosoma) berubah bentuk dan membelah diri

- Sikliko-developmental : parasit (filaria) berubah menjadi bentuk infektif

3. secara transovarian : oleh stadium muda vektor

Page 7: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Cara Infeksi

Anterior inoculative

Melalui tusukan atau gigitan alat mulut

Posterior contaminative

Melalui kontaminasi tinja

Crushing

Melalui kontaminasi serangga yang dimatikan atau dihancurkan

Page 8: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Habitat pada manusia : Endoparasit : hidup / mengembara dalam

jaringan tubuh (Tunga penetrans) Ektoparasit : hidup pada permukaan tubuh

hospes (Pediculus, nyamuk)

Lama hidup pada hospes : Permanen : seluruh / sebagian besar

hidupnya ada pada satu hospes (Pediculus) Periodik / tidak permanen : berpindah dari

satu hospes ke hospes lain (Pinjal, nyamuk)

Page 9: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Klasifikasi sistemik

Diplopoda

Chilopoda Crustacea

Arachnida

Insecta

ARTHROPODA

Page 10: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Kelas : InsectaOrdo : Diptera

Siphonaptera Anoplura Pediculidae Pediculus, Phthirus Hemiptera Reduviidae Triatoma, Reduvius,

Panstrongylus,Rhodnius

Cimicidae Cimex

Orthoptera Blattidae Blatta, Blatella, Periplanata

Lepidoptera Hymenoptera Coleoptera Meloidae Lytta

Staphylinidae Paederus

Tenebrionidae Tenebrio

Page 11: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

DipteraFamili : Culicidae

Tribus : Anophelini Anopheles

Culicini Aedes

Culex

Mansonia

Toxorhynchitini Toxorhynchites

Famili : Phlebotomidae Phlebotomus

Simuliidae Simulium

Tabanidae Tabanus, Chrysops

Muscidae Musca, Glossina

Calliphoridae Chrysomyia

Sarcophagidae Sarcophaga, Wohlfahrtia

Page 12: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN
Page 13: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN
Page 14: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

SiphonapteraFamili : Tungidae Tunga

Pulicidae Pulex, Ctenocephalides, Xenopsylla

Ceratophyllidae Nosopsyllus, Diamanus

Page 15: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN
Page 16: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Kelas : Arachnida

Famili : Scorpionida Centruroides

Aranea Latrodectus, Loxosceles, Lycosa

Acarina Ixodidae Dermacentor, Rhipicephalus,

Amblyomma

Argasidae Ornithodoros

Sarcoptidae Sarcoptes

Trombiculidae Leptotrombidium

Demodicidae Demodex

Tyroglyphidae Dermatophagoides

Page 17: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN
Page 18: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Kelas : Crustacea

Ordo : Copepoda Cyclops, Diaptomus

Decapoda Potamon, Cambarus

Kelas : ChilopodaGenus : Scolopendra

Kelas : DiplopodaGenus : Fontaria

Page 19: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Vektor Penyakit Protozoa

Malaria : Anopheles (dunia 60 sp. → Ina 16 sp.)V : Anopheles sundaicus, Anopheles barbirostris, dll

Tripanosomiasis Afrika V : Glossina morsitans, Glossina palpalis

Tripanosomiasis Amerika (Chagas disease)V : Triatoma infestans, Rhodnius prolixus, Panstrongylus megistus

LeishmaniasisV : Phlebotomus longipalpis

Surra (E/ Trypanosoma evansi)V : Tabanus striatus, Stomoxys calcitrans

Page 20: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Filariasis malayi periodik

V : Anopheles barbirostris, Anopheles nigerrimus

Filariasis malayi subperiodikV : Mansonia dives, Mansonia uniformis, dll

Filariasis timoriV : Anopheles barbirostris

Filariasis bancroftiV : Culex quinquefasciatus, Culex

bitaeniorhynchus,

Aedes kochi, Anopheles subpictus, dll

Vektor penyakit cacing (Filariasis limfatik)

Page 21: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Vektor penyakit cacing(Filariasis non limfatik)

OnchocercosisV : Simulium damnosum, Simulium metallicum, Simulium ochraceum

LoaiasisV : Chrysops silacea, Chrysops dimidiata, dll

AcanthocheilonemiasisV : Culicoides austeni, Culicoides grahami

Mansonellosis V : Culicoides furens, Culicoides paraensis

Page 22: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Vektor penyakit virus

DHF V : Aedes aegypti, Aedes albopictus

Japanese B encephalitisV : Culex tritaeniorhynchus, Culex gelidus

Chikungunya dan Demam kuningV : Aedes aegypti

Page 23: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Vektor penyakit bakteri Sampar / pes

V : Xenopsylla cheopis, Pulex irritans,

Neopsylla sondaica, Stivalius cognatus

Tularemia

V : Aedes aegypti (mekanik), Simulium sp. (mekanik),

Chrysops discalis (biologik) Dermacentor andersoni,

Dermacentor variabilis, Dermacentor silvarum,

Amblyomma americanum, Diamanus montanus

Antraks :V : Tabanus striatus

Page 24: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Vektor penyakit riketsia

Demam semak / scrub typhusV : Leptotrombidium akamushi, Leptotrombidium

deliensis, Leptotrombidium fletscheri

Q feverV : Amblyomma americanum, Dermacentor andersoni

Epidemic typhusV : Pediculus humanus corporis

Murine typhus/Endemic typhusV : Xenopsylla cheopis, Xenopsylla astia,

Nosopsyllus fasciatus

Page 25: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Vektor penyakit spiroketa

Relapsing fever

V : Ornithodoros tholozani

Louse borne relapsing fever

V : Pediculus humanus corporis

Page 26: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Vektor mekanik

Musca domestica Blattidae

Simulium sp. Aedes aegypti

Penyakit karena cacing, protozoa, bakteri, jamur, virus

tularemia

Page 27: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Hospes perantara

Hymenolepis diminuta : Periplanata americana, Blattela germanica,

Blatta orientalis Fontaria virginiensis, Julus sp. Xenopsylla cheopis, Nosopsyllus fasciatus Tenebrio molitor beberapa spesies moth

Page 28: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Dipylidium caninum : Pulex irritans, Ctenocephalides canis,

Ctenocephalides felis

Cyclops strenuus Diaptomus gracilis

Paragonimus westermani : Potamon dehaani Cambarus virilis

Diphyllobothrium latum, Diphyllobothrium mansoni, Gnathostoma spinigerum

Page 29: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Penyebab penyakit

Skabies : Sarcoptes scabiei Demodisiosis : Demodex folliculorum Pedikulosis : Pediculus humanus capitis

Pediculus humanus corporis Phthriasis : Phthirus pubis Myiasis

Page 30: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN
Page 31: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Myiasis :- infestasi larva lalat dalam jaringan /

alat tubuh manusia/hewan vertebrata

- larva hidup dari jaringan mati dan /

atau hidup, cairan badan atau

makanan dalam usus hospes

Page 32: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Menurut sifat larva lalat :Miasis spesifik (obligat) :

hanya dapat hidup pada jaringan tubuh manusia / hewan Callitroga macellaria, Chrysomia bezziana

Miasis semispesifik (fakultatif) :pada jaringan tubuh manusia dan daging/sayuran busuk

Wohlfahrtia magnifica

Miasis accidental :telur secara kebetulan diletakkan pada makanan / minuman → tertelan → larva

Musca domestica, Piophila casei

Page 33: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Menurut lokasi kelainan :1. Miasis kulit/subkutis - Wohlfahrtia vigil

- Chrysomyia bezziana

2. Miasis nasofaring : terjadi pada bayi/anak yang mengeluarkan sekret pada

hidung - Chrysomyia bezziana, Hypoderma lineatum

3. Miasis intestinal : terjadi kebetulan, via makanan / minuman + larva / telur (telur menetas di lambung) → luka dinding usus. Larva mati → keluar bersama muntah / tinja - Musca domestica, Piophila casei

larva membuat terowongan berkelok → ulkus luas

Page 34: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

4. Miasis urogenital :

larva pernah ditemukan di vagina / urin

dapat menyebabkan piuria, uretritis, sistitis

- Musca domestica, Chrysomyia bezziana

5. Miasis mata :

larva mengembara di jaringan dan bagian lain

dari mata

- Chrysomyia bezziana

Page 35: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Myiasis pada mayat Manusia mati → bau busuk → lalat hinggap dan

berkembang biak → bila siklus hidup diketahui →

dapat memperkirakan saat kematian Telur dan larva diambil dari beberapa tempat

Contoh :

Pada mayat ditemukan larva Chrysomyia megacephala stadium III → menunjukkan larva lalat telah berumur 6 hari → minimal telah mati 6 hari

Langsung/diawetkan dipelihara

spirakel posterior larva Identifikasi lalat dewasa

Page 36: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN
Page 37: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Penyebab alergi dan reaksi toksik

1. Kontaka. Alergi karena Lepidoptera

larva → bulu + toksin → merusak sel-sel tubuh → tubuh bereaksi → histamin, serotonin, heparin → erusisme (urtikaria, nyeri, gatal, panas)bulu larva kena mata → konjungtivitis/ulkus

korneaDewasa : kontak dengan bulu ventral abdomen

→ lepidopterisme (dermatitis mirip giant urticaria

oleh Schistosoma)

Page 38: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

b. Alergi karena Dermatophagoides pteronyssinuspenyebab asma terbanyak (asma atopik/alergi/ ekstrinsik)Seluruh badan tungau merupakan alergen terutama bagian saluran cernanya

c. Lepuh karena Lytta vesicatoria, Paederus sabaeus (Coleoptera)cantharidin → kontak dengan kulit manusia → sekret keluar → lepuh

Page 39: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

2. Sengatan

a. Hymenoptera

sengatan → toksin keluar → gejala :

- ringan : nyeri, gatal, merah, edema lokal

- berat : mual, muntah, demam, sesak, hipotensi, kolaps, kematian (syok anafilaktik)

b. Scorpionida (Centruroides dan Buthus)

telson → toksalbumin (neurotoksin +hemotoksin) → sengat → nyeri, pedih menjalar → keracunan

sistemik → kematian (syok + paralisis pernafasan)

Hemotoksin → perdarahan + nekrosis

Page 40: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

3. Gigitan

a. Chilopoda (Scolopendra subspinipes)

poison claw → antikoagulan + 5 hidroksi-triptamin → nyeri, eritem, perdarahan, nekrosis (kematian -)

b. Aranea (Latrodectus, Loxosceles, Lycosa)

Latrodectus mactans : araknidisme sistemik,

syok + paralisis pernafasan → kematian (18-36 jam)

Page 41: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Loxosceles laeta : araknidisme nekrotik→ ulkus besar,dalampada keadaan berat → bisa gejala sistemik (terutama pada anak)Kematian karena gagal jantungLycosa tarantula : nyeri lokal, entomofobia

c. Cimex hemipterus, Cimex lectulariusgigitan → dermatitis (pada orang yang rentan)

Page 42: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

d. Sengkenit keras

menyebabkan tick paralisis karena Ixovotoksin → paralisis motorik (otot pernafasan) → kematian

Penyebabnya : Dermacentor andersoni Amblyomma

maculatum

Rhipicephalus simus Ixodes holocyclus

Page 43: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Pengendalian Vektor Tujuan :

1. mengurangi atau menekan populasi vektor

2. menghindarkan kontak vektor - manusia

Pembagian:

1. Pengendalian alami (natural) :

contoh : yg berhubungan dengan faktor ekologi

2. Pengendalian buatan (artificial) :

lingkungan, mekanik, fisik, biologik, genetik, legislatif

Page 44: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Insektisida Bahan yang mengandung persenyawaan

kimia untuk membunuh serangga

Insektisida ideal :1. Daya bunuh besar (tidak berbahaya untuk

manusia dan ternak)2. Murah, mudah didapat3. Susunan kimia stabil (tidak mudah terbakar)4. Mudah digunakan dan dicampur5. Tidak berwarna, tidak berbau tak enak

Page 45: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Pembagian insektisida Menurut bentuk :

1. padat (serbuk, granula, pellets)2. larutan (aerosol dan fog, mist, spray)3. gas (asap, uap)

Menurut cara masuk1. racun kontak → mulut tusuk isap2. racun perut → mulut gigit, lekat isap, kerat

isap, mengisap3. racun pernafasan → semua mulut

Page 46: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Menurut macam bahan kimia :

1. anorganik

2. organik alam (natural)

3. organik sintetik

Page 47: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN
Page 48: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Resistensi Kemampuan suatu populasi serangga untuk

bertahan terhadap pengaruh insektisida

Terbagi dalam :

1. resistensi bawaan

2. resistensi didapat

Page 49: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Resistensi bawaan Sifat resisten turun temurun Dapat juga karena mutasi gen

Pembagian resistensi bawaan menurut mekanisme :1. resistensi fisiologik bawaan, karena :

- daya absorbsi lambat- daya simpan dalam jaringan non vital- daya ekskresi cepat- detoksikasi oleh enzim

2. resistensi kelakuan bawaan, karena :- perubahan habitat → keturunan pertahankan habitat

baru- avoidance → tidak mengubah habitat

Page 50: ENTOMOLOGI KEDOKTERAN

Resistensi didapat Anggota yang rentan beradaptasi → tidak mati →

bentuk populasi baru yang resisten

1. resistensi fisiologik didapat :dosis sub-letal → toleransi terhadap insektisida

2. resistensi kelakuan didapat :dosis sub-letal → serangga menghindar

Resistensi silang :- resisten 2 insektisida dari satu golongan / seri

Resistensi ganda :- resisten 2 insektisida dari dua golongan / seri